Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian bayi (AKB) merupakan indikator pertama dalam

menentukan derajat kesehatan anak. Selain itu, angka kematian bayi juga

merupakan cerminan dari status kesehatan masyarakat. Sebagian besar

penyebab kematian bayi dan balita adalah masalah yang terjadi pada bayi baru

lahir/neonatal (umur 0-28 hari). Masalah neonatal ini meliputi afiksia

(kesulitan bernafas saat lahir), bayi berat lahir rendah (BBLR) dan infeksi

(Depkes, 2011). Menurut Raharni dkk (2010) BBLR merupakan salah satu

faktor resiko yang mempunyai konstribusi besar terhadap kematian bayi

khususnya pada masa neonatal.

BBLR di definisikan sebagai bayi dengan berat lahir kurang dari

2.500gr dengan tidak memandang masa kehamilan (WHO, 2011). BBLR

memberikan konstribusi sebesar 60-80% pada kematian neonatal. Prevalensi

global BBLR adalah 15,5% , yang berjumlah sekitar 20 juta BBLR lahir setiap

tahun dan 96,5% dari mereka berasal dari Negara berkembang. Ada variasi

yang signifikan dari prevalensi BBLR di beberapa Negara, dengan insiden

tertinggi di Asia Tengah (27,1%) dan terendah di Eropa (6,4%). (WHO,

2013).

Di negara berkembang anak-anak umur 0 – 5 tahun merupakan

golongan yang paling rawan terhadap gizi.Anak-anak biasanya menderita

1
bermacam-macam infeksi serta berada dalam status gizi rendah (Suhardjo,

2003).Begitu pula di Indonesia khususnya banjarmasin, keadaan gizi balita

sampai saat ini belum seluruhnya memenuhi kriteria baik.

Masalah gizi di Indonesia yang terbanyak meliputi gizi kurang atau

yang mencakup susunan hidangan yang tidak seimbang maupun konsumsi

keseluruhan yang tidak mencukupi kebutuhan badan(Djaeni, 2010).

Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau

ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas

berfikir dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. Kekurangan zat

gizi adaptif bersifat ringan sampai dengan berat(Afriyanto, 2010). Penyebab

gizi kurang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling terkait, antara lain

makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang.

Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan

yang kurang, tetapi juga status ekonomi keluarga dan tingkat pegetahuan ibu

terhadap gizi. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita

sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Penyebab tidak langsung

yang menyebabkan gizi kurang yaitu ketahanan pangan keluarga yang kurang

memadai. pola pengasuhan anak kurang memadai, pelayanan kesehatan dan

lingkungan kurang memadai. (Supariasa, 2001).

Faktor risiko kejadian BBLR di Indonesia yaitu ibu hamil yang

berumur < 20 tahun atau >35 tahun, jarak kehamilan terlalu pendek, ibu

mempunyai riwayat BBLR sebelumnya, mengerjakan pekerjaan fisik yang

2
berat, mengerjakan fisik beberapa jam tanpa istirahat, sangat miskin, beratnya

kurang dan kurang gizi, merokok, konsumsi obat-obatan terlarang, konsumsi

alcohol, anemia, pre-eklampsi atau hipertensi, infeksi selama kehamilan,

kehamilan ganda, bayi dengan cacat bawaan dan infeksi selama dalam

kandungan (Depkes RI, 2009).

B. Rumusan Masalah

Apakah status ekonomi keluarga dan pengetahuan ibu tentang gizi

merupakan faktor risiko terjadinya gizi kurang pada balita di wilayah kerja

Puskesmas Sungai Jingah?

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adanya pengaruh status

ekonomi keluarga dan pengetahuan ibu tentang gizi terhadap kejadian gizi

kurang pada balita di wilayah puskesmas Sungai Jingah, khususnya yang

terjadi pada Maret 2021

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui gambaran status ekonomi keluarga anak balita di

puskesmas Sungai Jingah pada Maret 2021.

b. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu balita tentang gizi di

Puskesmas Sungai Jingah pada Maret 2021

c. Mengetahui gambaran status gizi balita di Puskesmas Sungai Jingah

Maret 2021

3
d. Mengetahui pengaruh status ekonomi keluarga ibu balita terhadap status

gizi balita di Puskesmas Sungai Jingah pada Maret 2021

e. Mengetahui pengaruh pengetahuan ibu balita terhadap status gizi balita

di Puskesmas Sungai Jingah pada Maret 2021.

D. Manfaat

1. Bagi keilmuan :

Untuk memperluas wacana gizi kurang pada balita dibidang Ilmu

Kesehatan Anak dan Ilmu Gizi.

2. Bagi masyarakat :

Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pengaruh status

ekonomi keluarga dan pengetahuan ibu tentang gizi, sehingga dapat

dilakukan upaya pencegahan terjadinya gizi kurang.

3. Bagi puskesmas :

Memberikan informasi tambahan dalam menunjang pengambilan

keputusan untuk mengatasi kejadian kasus gizi kurang.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Balita

1. Definisi

Balita adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia

dibawah satu tahun juga termasuk golongan ini. Balita usia 1-5 tahun dapat

dibedakan menjadi dua yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun

yang dikenal dengan batita dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima

tahun yang dikenal dengan usia pra-sekolah (Proverawati dan wati, 2010).

Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak

menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya sehingga anak batita

sebaiknya diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan

masa batita lebih besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah

makanan yang relatif besar. Pola makan yang diberikan sebaiknya dalam porsi

kecil dengan frekuensi sering karena perut balita masih lebih kecil sehingga

tidak mampu menerima jumlah makanan dalam sekali makan(Proverawati dan

wati, 2010).

Pada usia prasekolah akan menjadi konsumen aktif yaitu mereka

sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Perilaku makan sangat

dipengaruhi oleh keadaan psikologis, kesehatan dan sosial anak.Oleh karena

itu keadaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal yang sangat penting

dalam pemberian makan pada anak agar anak tidak cemas dan khawatir

terhadap makanannya (Proverawati dan wati, 2010).

5
B. Gizi Kurang

1. Definisi

Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau

ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas

berfikir dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. Kekurangan zat

gizi adaptif bersifat ringan sampai dengan berat.(Afriyanto, 2010)

2. Status gizi

a. Pengertian

Status gizi bisa diartikan suatu keadaan tubuh manusia akibat dari

konsumsi suatu makanan dan penggunaan zat-zat gizi dari makanan

tersebut yang dibedakan antara status gizi buruk, gizi kurang, gizi baik

dan gizi lebih (Almatsier, 2002).

b. Penilaian status gizi secara langsung

1) Antropometri

a) Pengertian

Secara umum antopometri artinya ukuran tubuh manusia.

Ditinjau dari sudut pandang gizi, antopometri gizi

berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi

tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan

tingkat gizi.

b) Penggunaan

Antopometri secara umum digunakan untuk melihat

ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidak

6
seimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan

proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air

dalam tubuh.Biasanya contoh penggunaan antopometri ini

diterapkan pada KMS (Kartu Menuju Sehat).

KMS sudah digunakan di Indonesia sejak tahun 1970-an,

sebagai alat untuk memantau pertumbuhan anak di bawah

umur 5 (lima) tahun (Balita).KMS merupakan kartu yang

memuat kurva pertumbuhan anak berdasarkan indeks

antropometri berat badan menurut umur yang dibedakan

berdasarkan jenis kelamin (Depkes, 2013).

2) Klinis

a) Pengertian

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk

menilai status gizi masyarakat.Metode ini didasarkan atas

perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan

ketidakcukupan zat gizi.

b) Penggunaan

Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis secara

cepat (rapid clinical surveys).Surei ini dirancang untuk

mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari

kekurangan salah satu atau lebih zat gizi.Disamping itu

digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang

7
dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda dan gejala

atau riwayat penyakit.

3) Biokimia

a) Pengertian

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan

specimen yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada

berbagai macam jaringan tubuh. Jaringantubuh yang

digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa

jaringan tubuh seperti hati dan otot.

b) Penggunaan

Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bajwa

kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah

lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka

penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk

menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

4) Biofisik

a) Pengertian

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan

status gizi dengan melihata kemampuan fungsi (khususnya

jaringan) dan melihat perbahan struktur dari jaringan.

b) Penggunaan

8
Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti

kejadian buta senja epidemic.Cara yang digunakan adalah tes

adaptasi gelap.

c. Penilaian status gizi secara tidak langsung

1) Survei konsumsi makanan

a) Pengertian

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi

secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi

yang dikonsumsi.

b) Penggunaan

Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan

gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat,

keluarga dan individu.Survei ini dapat mengidentifikasi

kelebihan dan kekurangan zat gizi.

2) Statistik vital

a) Pengertian

Pengukuran status gizi dengan statistic vital adalah dengan

menganalisis beberapa statistic kesehatan seperti angka

kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang

berhubungan dengan gizi.

b) Penggunaan

Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator

tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.

9
3) Faktor ekologi

a) Pengertian

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah

ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis

dan lingkungan budaya.Jumlah makanan yang tersedia sangat

tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan

lain-lain.

b) Penggunaan

Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk

mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai

dasar untuk melakukan program intervensi gizi (Schrimshaw,

1964).

3. Klasifikasi gizi

Dalam menentukan klasifikasi atatus gizi harus ada ukuran baku

yang disebut reference. Di Indonesia, pada dekade pertengahan 80-an telah

dikenal secara luas baku rujukan antropometri Harvard, baik untuk

keperluan tapis gizi (screening), pemantauan status gizi (monitoring)

maupun evaluasi dan survey. Namun pada pertengahan 80-an juga mulai

digunakan baku rujukan WHO-NCHS. Sejak saat itu di Indonesia

digunakan dua jenis baku rujukan Internasional (Supariasa, dkk, 2002).

Untuk menentukan klasifikasi status gizi diperlukan batasan yang

disebut dengan ambang batas. Batasan ini di setiap negara relatif berbeda,

hal ini tergantung dari kesepakatan para ahli gizi di negara tersebut,

10
berdasarkan hasil penelitian klinis dan empiris dan keadaan klinis

(Supariasa, dkk, 2002).

Beberapa klasifikasi yang umum digunakan adalah : klasifikasi

Gomez (1956), klasifikasi kualitatif menurut Wellcome Trust, klasifikasi

menurut Waterlow, klasifikasi Jellife, klasifikasi Bengoa, klasifikasi status

gizi menurut rekomendasi lokakarya antropometri, 1975 serta Puslitbang

Gizi, 1978, klasifikasi menurut Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes

RI tahun 1999, dan klasifikasi menurut WHO.

Berikut Klasifikasi Status Gizi berdasarkan indeks BB/U, TB/U,

dan BB/PB berdasarkan WHO (2005) : (Lihat Tabel II.1.)

Tabel II.1. Klasifikasi Status Gizi Balita Menurut Standar


Antropometri WHO (2005)

Kategori Status Ambang Batas


Indeks
Gizi (Z-Score)
 Berat Badan Menurut  Gizi Buruk  ≤-3SD
Umur (BB/U)  Gizi Kurang  -3SDsampai dengan≤-2SD
 Anak Umur 0-60  Gizi Baik  -2SD sampai dengan 2SD
Bulan  Gizi Lebih  ≥2SD

 Panjang
BadanMenurut Umur
 Sangat Pendek  ≤-3SD
(PB/U) atau Tinggi
 Pendek  -3SD sampai dengan ≤-2SD
Badan Menurut Umur
 Normal  -2SD sampai dengan 2SD
(TB/U)
 Tinggi  ≥2SD
 Anak Umur 0-60
Bulan
 Berat Badan Menurut
Panjang Badan
(BB/TB) atau Berat  Sangat Kurus  ≤-3SD
Badan Menurut  Kurus  -3SD sampai dengan ≤-2SD
Tinggi Badan  Normal  -2SD sampai dengan 2SD
(BB/TB)  Gemuk  ≥2SD
 Anak Umur 0-60
bulan

11
 Indeks Masa Tubuh
 Sangat Kurus  ≤-3SD
Menurut Umur
 Kurus  -3SD sampai dengan ≤-2SD
(IMT/U)
 Normal  -2SD sampai dengan 2SD
 Anak Umur 0-60
 Gemuk  ≥2SD
Bulan

 Indeks Masa Tubuh


 Sangat Kurus  ≤-3SD
Menurut Umur
 Kurus  -3SD sampai dengan ≤-2SD
(IMT/U)
 Normal  -2SD sampai dengan 2SD
 Anak Umur 5-18
 Obesitas  ≥2SD
Tahun

a) Cara menghitung ambang batas (Z-Score)


x−μ
z= σ
Ket:
z = Z-score
x = subjek
μ = mean
σ = standar deviasi

4. Faktor risiko gizi kurang

Faktor risiko gizi kurang antara lain :

1) Asupan makanan

Asupan makanan yang kurang disebabkan oleh berbagai faktor,

antara lain tidak tersedianya makanan secara adekuat, anak tidak cukup

atau salah mendapat makanan bergizi seimbang, dan pola makan yang

salah.2 Kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan balita adalah air, energi,

protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.Setiap gram protein

menghasilkan 4 kalori, lemak 9 kalori, dan karbohidrat 4

kalori.Distribusi kalori dalam makanan balita dalam keseimbangan diet

adalah 15% dari protein, 35% dari lemak, dan 50% dari

12
karbohidrat.Kelebihan kalori yang menetap setiap hari sekitar 500

kalori menyebabkan kenaikan berat badan 500 gram dalam seminggu.

2) Status sosial ekonomi

Sosial adalah segala sesuatu yang mengenai masyarakat sedangkan

ekonomi adalah segala usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan

untuk mencapai kemakmuran hidup.Sosial ekonomi merupakan suatu

konsep dan untuk mengukur status sosial ekonomi keluarga dilihat dari

variabel tingkat pekerjaan. Rendahnya ekonomi keluarga, akan

berdampak dengan rendahnya daya beli pada keluarga tersebut.

3) Pendidikan ibu

Kurangnya pendidikan dan pengertian yang salah tentang

kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum dijumpai setiap

negara di dunia.Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang

bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi.Salah

satu faktor yang menyebabkan timbulnya kemiskinan adalah

pendidikan yang rendah.

4) Penyakit penyerta

Balita yang berada dalam status gizi kurang, umumnya sangat

rentan terhadap penyakit. Seperti lingkaran setan, penyakit-penyakit

tersebut justru menambah rendahnya status gizi anak. Penyakit-

penyakit tersebut adalah:

a) Diare persisten :sebagai berlanjutnya episode diare selama 14hari

atau lebih yang dimulai dari suatu diare cair akut atau berdarah

13
(disentri).Kejadian ini sering dihubungkan dengan kehilangan berat

badan dan infeksi non intestinal.

b) Tuberkulosis : Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang dapat hidup

terutama di paru atau di berbagai organ tubuh hidup lainnya yang

mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi. Bakteri ini tidak

tahan terhadap ultraviolet, karena itu penularannya terjadipada

malam hari. Tuberkulosis ini dapat terjadi pada semua kelompok

umur, baik di paru maupun di luar paru.

c) HIV AIDS : HIV merupakan singkatan dari ’human

immunodeficiencyvirus’. HIV merupakan retrovirus yang

menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4

positive T-sel dan macrophages– komponen-komponen utama

sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu

fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan

sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan

defisiensi kekebalan tubuh.

5. Pengetahuan ibu

Ibu merupakan orang yang berperan penting dalam penentuan

konsumsi makanan dalam keluaga khususnya pada anak balita.

Pengetahuan yang dimiliki ibu berpengaruh terhadap pola konsumsi

makanan keluarga. Kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi

14
menyebabkan keanekaragaman makanan yang berkurang. Keluarga

akan lebih banyak membeli barang karena pengaruh kebiasaan, iklan,

dan lingkungan.

6. Berat Badan Lahir Rendah

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir

kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi sedangkan

berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah

lahir. Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur.

7. Kelengkapan imunisasi

Imunisasi berasal dari kata imun yaitu resisten atau kebal.

Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya dapat memberi kekebalan

terhadap penyakit tersebut sehingga bila balita kelak terpajan antigen

yang sama, balita tersebut tidak akan sakit dan untuk menghindari

penyakit lain diperlukan imunisasi yang lain. Infeksi pada balita

penting untuk dicegah dengan imunisasi.

C. Status Ekonomi

Sosial adalah segala sesuatu yang mengenai masyarakat sedangkan

ekonomi adalah segala usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan untuk

mencapai kemakmuran hidup. Rendahnya ekonomi keluarga, akan berdampak

dengan rendahnya daya beli pada keluarga tersebut. Selain itu rendahnya

kualitas dan kuantitas konsumsi pangan, merupakan penyebab langsung dari

kekurangan gizi pada anak balita.

15
Salah satu penyebab tidak langsung dari gizi kurang adalah status sosial

ekonomi keluarga yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan karena orang

dengan pendidikan tinggi semakin besar peluangnya untuk mendapatkan

penghasilan yang cukup supaya bisa berkesempatan untuk hidup dalam

lingkungan yang baik dan sehat,sedangkan pekerjaan yang lebih baik orang tua

selalu sibuk bekerja sehingga tidak tertarik untuk memperhatikan masalah yang

dihadapi anak-anaknya, padahal sebenarnya anak-anak tersebut benar-benar

menbutuhkan kasih sayang orangtua (Adriani, 2012).

Status sosial ekonomi juga sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan

keluarga, apabila akses pangan ditingkat rumah tangga terganggu, terutama

akibat kemiskinan, maka penyakit kurang gizi (malnutrisi) pasti akan muncul

(Khomsan,2012). Penanda status sosial ekonomi adalah tingkat rendah dan

cukup. Rendah apabila dibawah UMK (Upah Minimum Kota) dan dikatakan

cukup apabila lebih besar dari UMK (Upah Minimum Kota). UMK pada tahun

2021 di kota Banjarmasin adalah Rp 2.948.576.

D. Pengetahuan

Menurut Benyamin Bloom dalam Notoatmodjo (2003), pengetahuan

merupakan domain sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

(overt behavior). Dari pengalaman penelitian tertulis perilaku yang didasari

oleh pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan .

1. Pengetahuan ibu tentang gizi

16
Pengetahuan Ibu adalah kemampuan ibu untuk menjawab pertanyaan

tentang pengetahuan mengenai gizi anak balita. Alat ukur yang digunakan

adalah kuesioner tertutup.

Kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan orang tua, khususnya ibu

merupakan salah satu penyebab kekurangan gizi pada balita. Di pedesaan

makanan banyak dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi dan

kebudayaan. Terdapat pantangan makan pada balita misalnya anak tida

diberikan ikan karena bisa mendapatkan cacingan, kacang-kacangan tidak

diberikan karena dapat menyebabkan sakit perut dan kembung (Balawati,

2004).

Tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dikatakan tinggi apabila

mngetahui hal-hal ini :

1. Ibu mengetahui bahwa ASI esklusif adalah menyusui dengan ASI

selama 6 bulan penuh tanpa member makanan tambahan pendamping

atau susu formula.

2. Ibu mengetahui bahwa ASI memiliki kandungan zat gizi yang baik

untuk pertumbuhan anak.

3. Balita harus diberikan makanan tambahan pendamping ASI setelah

balita mencapai usia 6 bulan.

4. Ibu mengetahui bahwa makanan sehat adalah makanan yang

mengandung zat-zat yang bergizi seperti makanan yang terkandung

dalam 4 sehat 5 sempurna.

17
5. Ibu mengetahui makanan-makanan yang mengandung protein dan

vitamin yang dibutuhkan oleh anak balita.

6. Ibu mengetahui pemberian makanan kepada balita sebaiknya

dijadwalkan dengan teratur.

7. Ibu mengetahui jam makan yang merupakan cadangan energi terbesar

dan tidak boleh dilewatkan adalah makan pagi.

8. Ibu mengetahui zat-zat kimia yang dapat merugikan kesehatan balita

seperti zat pengawet, zat aditif, dan zat pewarna.

E. Bayi berat lahir rendah (BBLR)

a. Definisi

Berat Badan Lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan

lahir kurang dari 2500 gram (Pantiawati, 2010).BBLR adalah bayi yang

lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa

kehamilan. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500

gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh

WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat kurang 2500 gram disebut

Low Birth Weight Infants (Proverawati, 2010).

b. Etiologi

Menurut Mitayani (2011) etiologi dari BBLR ataupun usia bayi belum

selesai dengan masa gestasinya, yaitu :

1). Komplikasi obstetric

a. Multiple gestation

18
b. Incompetence

c. Pregnancy induce hypertention (PIH)

d. Pro (premature rupture of membrane)

e. Plasenta previa

2). Komplikasi Medis

a. Hipertensi kronis

b. Diabetes Maternal

c. Infeksi traktus urinarius

3). Faktor ibu

a) Penyakit : hal yang berhubungan dengan kehamilan seperti toksemia

gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik, infeksi akut, serta

kelainan kardiovaskuler.

b) Gizi ibu hamil

Keadaan gizi ibu sebelum hamil, sangat besar pengaruhnya pada

berat badan bayi yang dilahirkan.Pertumbuhan dan perkembangan

janin dalam kandungan sangat dipengaruhi oleh makanan yang

dimakan oleh ibunya.Agar dapat melahirkan bayi normal, ibu perlu

mendapatkan asupan gizi yang cukup.

Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses

pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi

lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi,

asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat

badan lahir rendah (BBLR) (Lubis, 2003).

19
c) Usia ibu : angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu

dibawah 20 tahun dan multi gravid yang jarak kelahirannya terlalu

dekat.

d) Keadaan sosioal ekonomi : keadaan ini sangat berpengaruh terhadap

timbulnya prematuritas, kejadian yang tinggi terdapat pada golongan

sosial ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi

yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang.

e) Kondisi ibu saat hamil : peningkatan berat badan ibu yang tidak

adekuat dan ibu yang perokok.

4). Faktor janin

Kehamilan ganda, kelainan janin, hidramnion, dan polihidramnion.

c. Gambaran Klinis dan Klasifiksasi BBLR

Bayi lahir dengan berat lahir rendah mempunyai lemak di bawah kulit

yang sangat sedikit, karena beratnya kurang dari 2500gr. Menurut Tri

Hariyono (2010),penyebab BBLR sangat kompleks, BBLR dapat

disebabkan oleh kehamilan kurang bulan, bayi kecil untuk masa

kehamilan, atau kombinasi keduanya.

Bayi kurang bulan adalah bayi yang lahir sebelum umur kehamilan 37

minggu.Sebagian bayi kurang bulan belum siap hidup di luar kandungan

dan mendapatkan kesulitan untuk mulai bernapas, menghisap, melawan

infeksi dan menjaga tubuhnya agar tetap hangat.Sedangkan bayi kecil

masa kehamilan (KMK) adalah bayi yang tidak tumbuh dengan baik di

20
dalam kandungan selama kehamilan.Ada 3 kelompok bayi yang termasuk

bayi KMK, KMK lebih bulan, KMK cukup bulan, dan KMK kurang

bulan.

d. Faktor risiko bayi berat lahir rendah (BBLR)

Faktor risiko kejadian BBLR di Indonesia yaitu ibu hamil yang

berumur < 20 tahun atau >35 tahun, jarak kehamilan terlalu pendek, ibu

mempunyai riwayat BBLR sebelumnya, mengerjakan pekerjaan fisik yang

berat, mengerjakan fisik beberapa jam tanpa istirahat, sangat miskin,

beratnya kurang dan kurang gizi, merokok, konsumsi obat-obatan

terlarang, konsumsi alcohol, anemia, pre-eklampsi atau hipertensi, infeksi

selama kehamilan, kehamilan ganda, bayi dengan cacat bawaan dan

infeksi selama dalam kandungan (Depkes RI, 2009).

e. Penyakit pada bayi berat badan lahir rendah

Penyakit yang dapat menyertai bayi dengan berat badan lahir rendah

adalah sebagai berikut:

2) Sindrom gangguan pernapasan idiopatik, disebut juga penyakit

membran hialin yang melapisi alveolus paru.

3) Pneumonia aspirasi, sering ditemukan pada premature karena refleks

menelan dan batuk belum sempurna. Penyakit ini dapat dicegah dengan

perawatan yang baik.

4) Perdarahan intreventikular. Perdarahan spontan pada ventrikel otak

lateral biasanya disebabkan oleh anoksia otak, biasanya terjadi

bersamaan dengan pembentukan membrane hialin pada paru.

21
5) Fibroplasia retinolental. Ditemukan pada bayi prematur disebabkan

oksigen yang berlebihan.

6) Hiperbilirubenemia karena kematangan hepar. Sehingga konjugasi

bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum sempurna.

f. Diagnosa

Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir

bayi dalam jangka waktu dapat diketahui dengan dilakukan anamesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

g. BBLR lebih beresiko terhadap gizi kurang

Anak saat lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR),

pertumbuhan dan perkembangannya lebih lambat. Keadaan ini lebih buruk

lagi jika bayi BBLR kurang mendapat asupan energi dan zat gizi, pola

asuh yang kurang baik dan sering menderita penyakit infeksi. Pada

akhirnya bayi BBLR cenderung mempunyai status gizi kurang dan buruk.

(Amisam, 2007). 

22
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penilitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan

menggunakan metode case control yang bertujuan mengetahui pengaruh

status ekonomi keluarga dan pengetahuan ibu tentang gizi terhadap status gizi

pada balita. Case control adalah studi analitik yang menganalisis hubungan

kausal dengan menggunakan logika terbalik, yaitu menentukan penyakit

(outcome) terlebih dahulu kemudian mengidentifikasi penyebab (faktor

risiko).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah Puskesmas Sungai Jingah.Waktu

penelitian Maret 2021.

C. Populasi dan Sampel / Subyek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah anak dibawah usia lima tahun (balita) yang datang di

Puskesmas Sungai Jingah sebanyak 181 anak pada maret 2021.

2. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok kasus dan control.

a. Kelompok kasus

Kasus dalam penelitian ini adalah balita dengan status gizi kurang di

wilayah Puskesmas Sungai Jingah sebanyak 5 balita pada maret 2021.

b. Kelompok kontrol

23
Kontrol dalam penelitian ini adalah balita gizi normal di wilayah

Puskesmas Sungai Jingah yang diambil berdasarkan teori kesetaraan,

yang diambil secara simple random sampling. Besar kelompok kontrol

sedikitnya 37 anak balita (suyanto, 2010).

2. Kriteria inkulsi dan eksklusi

a. Kelompok kasus

1) Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum yang harus dipenuhi

oleh subjek sehingga dapat diikutsertakan dalam penelitian.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a) Anak balita usia 1-4 tahun dengan status gizi kurang

b) Anak memiliki KMS (Kartu Menuju Sehat)

c) Orang tua yang bersedia menjadi responden

d) Orang tua bisa mengisi kuisoner

2) Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota pupolasi yang tidak dapat

digunakan sebagai sampel. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini

adalah :

a) Anak balita 1-4 tahun dengan riwayat status gizi kurang yang

dikarenakan keadaan kesehatannya tidak memungkinkan

mengikuti rangkaian penelitian.

b) Ibu anak balita sakit atau keadaan lain yang bisa mengganggu

jalannya penelitian.

24
b. Kelompok kontrol

1) Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum yang harus dipenuhi

oleh subjek sehingga dapat diikut sertakan dalam penelitian.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a) Anak balita usia 1-4 tahun dengan status gizi normal

b) Anak memiliki KMS (Kartu Menuju Sehat)

c) Orang tua yang bersedia menjadi responden

d) Orang tua bisa mengisi kuisoner

2) Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota pupolasi yang tidak dapat

digunakan sebagai sampel. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini

adalah :

c) Anak balita 1-4 tahun dengan status gizi normal yang

dikarenakan keadaan kesehatannya tidak memungkinkan

mengikuti rangkaian penelitian.

d) Ibu anak balita sakit atau keadaan lain yang bisa mengganggu

jalannya peneliian.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (Variabel independen)

25
Variabel bebas atau biasa juga disebut dengan independen adalah variabel

yang mengakibatkan perubahan variabel lain. Variabel bebas pada

penelitian ini adalah status ekonomi keluarga dan pengetahuan ibu tentang

gizi.

2. Variabel terikat (Variabel dependen)

Variabel terikat atau biasa juga disebut dengan variabel dependen adalah

variabel yang berubah akibat variabel-variabel bebas. Pada penelitian ini,

variabel terikat adalah status gizi balita.

E. Definisi Operasional

Tabel IV.1. Deifinisi Operasional dan Skala Pengukuran

Skala
Alat
NO. Variabel Definisi Operasional Kategori & Kriteria Pengukur
Ukur
an

Status gizi adalah


a. Kurang bila BB/U (-
keadaan gizi yang
3SD sampai dengan ≤-
diukur menurut
2SD)
1. Status Gizi berat badan / umur KMS Nominal
b. Normal bila BB/U (-
(BB/U) dengan
2SD sampai dengan
kategori :
2SD)
1. Kurang
2. Normal

Status ekonomi
adalah suatu
keadaan yang
dimiliki oleh
a. Rendah bila
sebuah keluarga
penghasilan ≤ UMK
Status yang dapat dinilai
(Rp 2.948,576)
2. Ekonomi dari pendapatan Kuesioner Nominal
b. Cukup bila
Keluarga keluarga dan
penghasilan ≥ UMK
pekerjaan ibu
(Rp 2. 948,576)
dengan kategori :
1. Rendah
2. Cukup

26
Mengungkap
pemahaman ibu
a. Rendah bila jumlah
berkaitan dengan
pengisian kuesioner
gizi balita dan
3. Pengetahuan benar ≤ 60%
kebutuhan gizi Kuesioner Nominal
Ibu Tentang b Cukup bila jumlah
balita dengan
Gizi pengisian kuesioner
kategori :
benar ≥ 60%.
1. Rendah
2. Cukup

F. Prosedur Penelitian

a. Meminta persetujuan (inform consent) sebagai sampel penelitian dan

menjelaskan tujuan penelitian kepada responden.

b. Memberikan kuesioner kepada responden untuk diisi, serta peneliti

membantu pengisian kuisioner dengan cara wawancara.

c. Mengamati rekam medis pasien.

d. Data hasil penelitian dikumpulkan, kemudian dilakukan pengecekan.

e. Pada tahap akhir dilakukan pembuatan laporan hasil penelitian.

G. Kualifikasi dan Jumlah Petugas

Jumlah tenaga adalah 1 orang. Kualifikasinya adalah sebagai peneliti utama

yang merupakan seorang dokter Internsip.

H. Bahan dan Alat Instrumen yang Digunakan

Kartu menuju sehat (KMS) dan kuesioner

I. Teknik Pengolahan Data

a. Editing, yaitu mengkaji dan meneliti data yang telah terkumpul pada

lembar kuesioner (checklist) dan lembar observasi.

27
b. Coding, yaitu memberikan code numerik (angka) terhadap data yang

terdiri dari beberapa kategori untuk memudahkan memasukan data ke

program komputer.

c. Saving, yaitu menyimpan data sebelum data diolah atau dianalisis.

d. Data entry, yaitu memasukan data yang telah disimpan kedalam program

komputer untuk dilakukan analisis lanjut.

e. Cleaning, yaitu pengetikan kembali data yang sudah dientri untuk

mengetahui ada kesalahan atau tidak.

f. Tabulating, yaitu setelah data tersebut masuk program komputer kemudian

direkap dan di susun dalam bentuk tabel supaya memudahkan dalam

membaca data .

J. Analisis Data

Analisa data hasil observasi dalam bentuk deskriptif kuantitatif yaitu

data yang berwujud angka-angka hasil perhitungan atau pengukuran dapat di

proses dengan cara dijumlahkan, dibandingkan dengan yang tersedia dan

diperoleh hasil persentase. Kemudian hasil dari observasi diolah secara

tabulasi dan untuk menganalisa dilakukan dengan teknik persentase setiap

item pertanyaan dengan rumus : P = x 100 %

Dimana :

P = Persentase

X = Skor item yang dilaksanakan

N = Skor total (Arikunto, 1998)

Kemudian dimasukkan ke dalam kriteria berikut :

28
Baik = 76 – 100%

Cukup = 60 – 75%

Kurang = <60% (Arikunto, 1998)

Analisis data statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Odd’s Ratio. Odd’s Ratio (OR) adalah ukuran asosiasi paparan (faktor risiko)

dengan kejadian penyakit, dihitung dari angka kejadian penyakit pada

kelompok berisiko (terpapar faktor risiko) dibanding angka kejadian penyakit

pada kelompok yang tidak berisiko (tidak terpapar faktor risiko).

bc
OR =
ad

OR ≥ 1 berarti faktor risiko menyebabkan sakit

OR = 1 berarti faktor risiko bersifat netral. Risiko kelompok terpapar sama

dengan kelompok tidak terpapar.

OR ≤ 1 berarti faktor risiko sebagai faktor protektif.

29
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran umum Puskesmas

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Sungai Jingah Banjarmasin

pada bulan Maret 2021. Populasi atau subjek penelitian ini adalah anak

dibawah usia lima tahun (balita) yang terdapat di Puskesmas Sungai Jingah,

yang memenuhi kriteria inklusi penelitian, sebanyak 42 orang.

B. Karakteristik Responden

Karakteristik mengenai responden penelitian dapat dilihat pada tabel

di bawah ini :

1. Umur ibu balita

Tabel V.1 Umur Ibu Balita di Puskesmas Sungai Jingah

Umur Frekuensi Persentase (%)


< 20 tahun 2 5
20-30 tahun 26 60
> 30 tahun 15 35
Total 42 100.0
Sumber : Hasil survei 2021

Pada tabel V.1 diketahui bahwa sebagian besar ibu balita

mempunyai usia 20-30 tahun yaitu sebanyak 26 orang atau 60%. Hal ini

Juga bisa dilihat pada gambar diagram di bawah ini:

30
Umur
5%
< 20 tahun
35% 20-30 tahun
> 30 tahun
60%

Gambar V.1 Umur Ibu Balita di Puskesmas Sungai Jingah

2. Pendidikan ibu balita

Tabel V.2 Pendidikan Ibu Balita di Puskesmas Sungai Jingah

Pendidikan Frekuensi Persentase (%)


Tidak sekolah/SD 6 14
SLTP 7 17
SMU 21 50
Perguruan Tinggi 8 19
Total 42 100.0
Sumber : Hasil survei 2021

Pada tabel V.2 diketahui bahwa sebagian besar ibu balita berasal

dari lulusan SMU yaitu sebanyak 21 orang atau 50 %. Hal ini Juga bisa

dilihat pada gambar diagram di bawah ini:

31
Pendidikan

19% 14%
Tidak sekolah/SD
17% SLTP
SMU
Perguruan Tinggi

50%

Gambar V.2 Proporsi Pendidikan Ibu Balita di Puskesmas Sungai

Jingah

3. Pekerjaan Ibu Balita

Tabel V.3 Pekerjaan Ibu Balita di Puskesmas Sungai Jingah

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)


PNS/ABRI/POLRI 2 5
Karyawan/Pegawai 23 55
Wiraswasta 8 19
Tani/Buruh tani/tukang, dsb 9 21
Total 42 100.0
Sumber : Hasil survei 2021

Pada tabel V.3 diketahui bahwa sebagian besar ibu balita bekerja

sebagai karyawan/pegawai yaitu sebanyak 55 %. Hal ini Juga bisa dilihat

pada gambar diagram di bawah ini:

32
Pekerjaan
5%

PNS/ABRI/POLRI
21%
Karyawan/Pegawai

Wiraswasta

19% 55% Tani/Buruh tani/tukang, dsb

Gambar V.3 Proporsi Pekerjaan Ibu Balita di Puskesmas Sungai

Jingah

4. Penghasilan Ibu Balita

Tabel V.4 Penghasilan Ibu Balita di Puskesmas Sungai Jingah

Penghasilan Frekuensi Persentase (%)


< UMK 32 78
≥ UMK 10 22
Total 42 100.0
Sumber : Hasil survei 2021

Pada tabel V.4 diketahui bahwa sebagian besar penghasilan

responden tergolong > UMK yaitu sebanyak 22%. Namun masih

ditemukan 78% responden yang mempunyai penghasilan di bawah

UMK. Hal ini Juga bisa dilihat pada gambar diagram di bawah ini:

33
Penghasilan

22% < UMK


≥ UMK
78%

Gambar V.4 Proporsi Penghasilan Ibu Balita di Puskesmas Sungai

Jingah

5. Pengetahuan ibu balita

Tabel V.5 Pengetahuan Ibu Balita di Puskesmas Sungai Jingah

Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)


Kurang 30 71
Baik 12 29
Total 42 100.0
Sumber : Hasil survei 2021

Pada tabel V.5 diketahui bahwa sebagian besar ibu balita

mempunyai pengetahuan yang baik tentang gizi yaitu sebanyak 29%.

Namun masih ditemukan 71% ibu balita yang mempunyai pengetahuan

kurang tentang gizi. Hal ini Juga bisa dilihat pada gambar diagram di

bawah ini:

34
Pengetahuan

29% Kurang
Baik

71%

Gambar V.5 Proporsi Pengetahuan Ibu Balita di Puskesmas Sungai

Jingah

6. Status Gizi Balita

Tabel V.6 Status Gizi Balita di Puskesmas Sungai Jingah

Status Gizi Frekuensi Persentase (%)


Status gizi kurang baik 5 12
Status gizi normal 37 88
Total 42 100.0
Sumber : Hasil survei 2021

Pada tabel V.6 diketahui bahwa sebagian besar balita memiliki

status gizi normal yaitu sebanyak 88%. Namun masih ditemukan 12%

balita yang mempunyai status gizi kurang. Hal ini Juga bisa dilihat pada

gambar diagram di bawah ini:

35
Status Gizi
12%

Status gizi kurang baik

Status gizi normal

88%

Gambar V.6 Proporsi Status Gizi Responden di Puskesmas Sungai

Jingah

C. Hasil Uji Statistik

Setelah diketahui karakteristik masing-masing variabel (univariat)

dapat diteruskan dengan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antar

variabel. Berikut ini akan disajikan hasil pengujian menggunakan uji odds

ratio.

1. Status Ekonomi Keluarga Merupakan Faktor Risiko Terjadinya

Gizi Kurang Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai

Jingah

Tabel V.7 Kejadian Gizi Kurang Menurut Faktor Risiko Status

Ekonomi Keluarga di Puskesmas Sungai Jingah

36
Status Gizi Balita Odds
Status Ekonomi Total (%)
Kurang (%) Normal (%) ratio
< UMK 5 (16%) 27 (84%) 32(100%)
> UMK 1 (10%) 9 (90%) 10(100%) 1,571
Total 6 (25%) 36(75%) 42 (100%)

Hasil perhitungan odds ratio untuk status ekonomi keluarga

diperoleh nilai 1,571 (>1). Hal ini menunjukkan bahwa responden

dengan penghasilan di bawah UMK mempunyai risiko 1,571 kali lebih

besar untuk balitanya mengalami status gizi kurang dari pada responden

yang mempunyai status ekonomi keluarga ≥ UMK.

Tabel V.7 juga menunjukan bahwa status gizi balita yang kurang

16% berasal dari keluarga dengan penghasilan < UMK dan10% berasal

dari keluarga dengan penghasilan ≥ UMK.

2. Pengetahuan Ibu Merupakan Faktor Risiko Terjadinya Gizi Kurang

Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Jingah

Tabel V.8 Kejadian Gizi Kurang Menurut Faktor Risiko

Pengetahuan Ibu Balita di Puskesmas Sungai Jingah

Pengetahuan ibu Status Gizi Balita Odds


Total (%)
tentang gizi Kurang (%) Normal (%) ratio
Kurang 6 ( 40%) 9 (60%) 15 (100%)
Baik 6 (18%) 27 (82%) 33 (100%) 3,000
Total 12 (25%) 36 (75%) 48 (100%)

37
Hasil perhitungan odds ratio untuk pengetahuan ini diperoleh

nilai 3,000 (>1). Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai

pengetahuan kurang tentang gizi mempunyai risiko 3,000 kali lebih besar

balitanya mengalami kurang gizi dari pada ibu yang mempunyai

pengetahuan baik tentang gizi.

Tabel V.8 mengatakan bahwa 40% status gizi balita yang kurang

berasal dari ibu dengan tingkat pengetahuan gizi yang kurang, sedangkan

18% berasal dari asuhan ibu dengan tingkat pengetahuan gizi yang baik.

Artinya tingkat pengetahuan ibu yang kurang sangat berpotensi

mengakibatkan gizi kurang, namun pada kelompok ibu-ibu dengan

pengetahuan baik juga masih dijumpai kasus gizi kurang yang cukup

banyak (18%).

38
BAB V

PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Status gizi pada balita dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu faktor

langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung berupa asupan makanan

itu sendiri dan kondisi kesehatan anak misalnya infeksi. Sedangkan faktor

tidak langsung adalah faktor sosial ekonomi keluarga yang dipengaruhi oleh

pendapatan keluarga, tingkat pendidikan Ibu tentang gizi, dan pekerjaan Ibu.

1. Status Ekonomi Keluarga Merupakan Faktor Risiko Terjadinya


Gizi Kurang Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai
Jingah
Status ekonomi keluarga sangat dipengaruhi oleh tingkat

pendapatan keluarga. Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh

perusahaan dari aktivitas seseorang dalam pelaksanaan pekerjaannya,

dimana standar pendapatan yang ditentukan adalah yang sesuai dengan

UMK (Upah Minimum Kota) yakni sebesar 2,9 Juta rupiah. Apabila

akses pangan ditingkat rumah tangga terganggu, terutama akibat

kemiskinan, maka penyakit kurang gizi (malnutrisi) berisiko akan

muncul. Kemiskinan atau pendapatan keluarga yang rendah sangat

berpengaruh kepada kecukupan gizi keluarga Kekurangan gizi


39
berhubungan dengan sindroma kemiskinan. Tanda - tanda sindroma

kemiskinan antara lain berupa penghasilan yang sangat rendah sehingga

tidak dapat mencukupi kebutuhan sandang, pangan dan kualitas dan

kuantitas gizi makanan yang rendah (Amelia, Shirley dan Alexander

2013).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan

penghasilan di bawah UMK mempunyai risiko 1,571 kali lebih besar

untuk balitanya mengalami status gizi kurang dari pada responden yang

mempunyai status ekonomi keluarga ≥ UMK.

Hasil penelitian yang dilakukan Dian Handini (2013) juga

menyimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendapatan keluarga

dengan status gizi balita. Peneliti berpendapat bahwa status ekonomi

keluarga yang dipengaruhi oleh pendapatan kepala keluarga yang rendah

akan memicu terjadinya kurang gizi pada anak balita. Hal ini disebabkan

karena keterbatasan ibu atau ketidakcukupan dalam memenuhi kebutuhan

gizi anak, sedangkan anak balita sangat membutuhkan makanan dengan

nilai gizi yang tinggi.

2. Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Merupakan Faktor Risiko


Terjadinya Gizi Kurang Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sungai Jingah
40
Pengaruh orang tua sangat penting dalam pertumbuhan dan

perkembangan anak secara normal. Untuk mendapatkan anak yang

tumbuh dengan normal juga tidak lepas dari tingkat pengetahuan ibu

terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Pengetahuan ibu dalam

mengatur konsumsi makanan dengan pola menu seimbang sangat

diperlukan pada masa tumbuh kembang batita. Pengetahuan gizi ibu

disini dimaksudkan agar seorang ibu itu dapat menyusun, membuat

makanan yang dikonsumsi oleh balita itu bervariasi atau beraneka ragam.

(Nugroho, 2010).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai

pengetahuan kurang tentang gizi mempunyai risiko 3,000 kali lebih besar

balitanya mengalami kurang gizi dari pada ibu yang mempunyai

pengetahuan baik tentang gizi.

Hal ini juga telah dibuktikan dalam beberapa penelitian, bahwa

ibu yang berpengetahuan rendah sangat berhubungan dengan status gizi

keluarga dan balita Neisser (1996) dikutip Julita Nainggolan (2011) .

Hasil penelitian yang dilakukan Wahyani (2015) juga menunjukan ada

hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita dengan status gizi

balita. Hubungan tersebut merupakan hubungan positif, artinya semakin

41
baik tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita maka akan semakin baik

status gizi balita. (Notoatmojo, 2007)

Menurut peneliti, pemenuhan nutrisi pada balita sangat dipengaruhi

oleh peran seorang ibu. Dimana ibu dengan pengetahuan yang tinggi

akan dapat mengembangkan potensi dirinya dengan perilaku – perilaku

yang dibutuhkannya untuk meningkatkan derajat kesehatan keluarganya.

Sehingga persepsi serta tindakan mereka tentang proses pengelolaan

makanan akan terlaksana dengan baik, serta mereka akan dapat

melakukan tindakan yang tepat terhadap penyakit serta perawatan demi

memenuhi kebutuhan akan kesehatan bayinya. Sehinggga Penulis

berasumsi bahwa variabel pengetahuan yang baik akan berpengaruh

terhadap sikap (tindakan) yang baik pula.

42
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Masih didapatkan responden yang penghasilannya di bawah UMK yaitu

sebanyak 78%.

2. Sebagian besar ibu balita mempunyai pengetahuan yang baik tentang gizi

yaitu sebanyak 68,8%. Namun masih ditemukan 31,2% ibu balita yang

mempunyai pengetahuan kurang tentang gizi.

3. Sebagian besar balita memiliki status gizi normal yaitu sebanyak 78%.

Namun masih ditemukan 22% balita yang mempunyai status gizi kurang.

4. Responden dengan penghasilan di bawah UMK mempunyai risiko 1,571

kali lebih besar untuk balitanya mengalami status gizi kurang dari pada

responden yang mempunyai status ekonomi keluarga ≥ UMK.

5. Ibu yang mempunyai pengetahuan kurang tentang gizi mempunyai risiko

3,000 kali lebih besar balitanya mengalami kurang gizi dari pada ibu

yang mempunyai pengetahuan baik tentang gizi.

43
B. Saran

1. Kepada orang tua anak sebaiknya untuk memperhatikan asupan gizi pada

makanan yang diberikan kepada balita, bukan memberikan makanan-

makanan mahal tetapi tidak mengandung gizi yang cukup, memperhatikan

keteraturan jam makan dan porsi makan balita, tidak selalu hanya

memberikan satu jenis makanan yang disukai balita, hindari balita untuk

memakan permen, coklat, atau snack yang membuat balita cepat kenyang

dan malas untuk memakan makanan pokoknya.

2. Diadakan penyuluhan tentang gizi agar ibu-ibu yang tingkat

pengetahuannya tentang gizi kurang bisa memahami apa saja asupan gizi

dan pola asuh yang benar untuk menghindari risiko terjadinya gizi kurang

pada balita.

3. Kemudian Untuk pihak Puskesmas dihimbau agar dapat memberikan

pelayanan dengan baik dan selalu memperhatikan kebutuhan anak dan

perkembangan gizi anak sehingga dapat membantu anak berkembang

dengan optimal.

4. Untuk peneliti selanjutnya yang berkeinginan untuk meneliti dengan judul

yang sama diharapkan lebih memperdalam penelitian untuk memperoleh

hasil yang lebih memuaskan.

44
DAFTAR PUSTAKA

Andiani, 2015. Penelitian Analitik Epidemiologi dalam kepaniteraan klinik ilmu


kesehatan masyarakat, Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat. Banjarmasin:
Fakultas Kedokteran Wijaya Kusuma.

Departemen Gizi dan Kesehatan FKM UI, 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Rajawali Press.

Krisnansari, Diah, Januari 2010,”Nutrisi dan Gizi Buruk”. Mandala of Health .


Volume 4 No.1, 1 Desember 2015.

Kurniawati, Erni 2011, “Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu tentang Gizi dengan
Staus Gizi Balita” Volume 3 No.2. Purworejo : Kurniawan

Lewi, Anna, S. 2011,”Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Neonatus


Dismatur”. FKUWK, Banjarmasin.
Madden A., Holdsworth M., dan Joan W.G. 2012. Gizi dan dietetika. Jakarta:
Buku Kedokteran ECG

Sukmawati, Rasyid, W. 2012,”Faktor risiko kejadin BBLR di RSUD Prof. DR. H.


Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun
2012”.https://perpusstikesmrm.Files .wordpress.com/2013/
02/22105666_2087-1325.pdf

Sulistiani, Karlina, 2014,”Faktor Resiko Kejadian BBLR di wilayah kerja


Puskesmas kota Tangerang Selatan tahun 2012-2014”.Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Supariasa,. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.

Suyanto. 2010. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Prenada Media Group.

Tilong, Adi D. 2014.Penyakit-Penyakit yang Disebabkan Makanan dan Minuman


pada Anak. Yogyakarta: Laksana.
Webster-Gandy Joan, Madden Angela, Holdsworth Michelle. 2011. Gizi dan
Dietetika, edisi 2, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

45
Lampiran 3 : Surat Persetujuan Menjadi Responden

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(Informed Consent)

Setelah mendapat penjelasan dengan baik tentang tujuan dan manfaat


penelitian yang berjudul “Faktor Risiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan
Pemberian Makanan Tambahan Dini Pada Kasus Balita GiziKurang di Puskesmas
Sungai Jingah”, saya mengerti bahwa saya diminta sebagai responden untuk
mengisi kuisoner.
Saya mengerti bahwa catatan mengenai data penelitian akan dirahasiakan,
dan kerahasianya ini akan terjamin. Informasi mengenai identitas saya tidak akan
ditulis pada instrument penelitian dan akan tersimpan secara terpisah di tempat
yang aman.
Saya mengerti bahwa saya berhak menolak untuk berperan sebagai
responden atau mengundurkan diri setiap saat tanpa adanya sanksi atau
kehilangan semua hak saya.
Saya telah diberi kesempatan untuk bertanya mengenai penelitian ini atau
mengenai keterlibatan saya dalam penelitian ini, dan telah dijawab dengan
memuaskan.
Secara sukarela saya sadar dan bersedia berperan dalam penelitian ini
dengan menandatangani Surat Persetujuan Menjadi Responden.

Banjarmasin…………………..
Responden

(………………………)

Saksi :
1. ........................................(tanda tangan)
(..........................................)(nama terang)
2. ........................................(tanda tangan)
(..........................................)(nama terang)

46
Lampiran 5 : Kuesioner

Pengaruh Status Ekonomi Keluarga dan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi

Terhadap Risiko Balita Gizi Kurang di Puskesmas Sungai Jingah

No. Responden :
Tanggal :
A. Identitas Responden

1. Nama Ibu :

2. Umur :

a. Kurang dari 20 tahun b. 20 - 30 tahun c. Lebih dari 30 tahun

3. Pendidikan terakhir :

a. Tidak sekolah / SD c. SMA

b. SLTP d. Perguruan Tinggi

4. Pekerjaan Kepala Keluarga :

a. PNS / ABRI / POLRI

b. Karyawan / Pegawai

c. Wiraswasta / Pedagang

d. Tani / buruh tani / tukang, dsb

5. Berapa penghasilan keluarga ibu perbulan?

Jawab : Rp ……………….

6. Berapa jumlah anak ibu ?

47
a. 1-2 anak

b. Lebih dari 2 anak

7. Status gizi balita (berdasar rekam medis) :

a. Kurang

b. Normal

48
Kuesuioner Pengetahuan Ibu Tentang Gizi

1. Pada umur berapakah anak mulai diberikan makanan tambahan pendamping

ASI / susu formula ?

a. Sebelum usia 6 bulan

b. Setelah usia 6 bulan

2. Apa yang ibu ketahui tentang makanan sehat ?

a. Makanan yang disukai balita

b. Makanan yang mengandung zat-zat gizi lengkap.

3. Apakah ibu bisa menyebutkan sumber energy / kalori yang tersebut di bawah

ini ?

a. Nasi dan roti

b. Daging dan sayur

4. Menyusui ASI saja sampai usia 6 bulan disebut........

a. ASI dini

b. ASI esklusif

5. Manfaat ASI esklusif adalah..........

a. ASI memiliki kandungan zat gizi yang baik untuk kekebalan system imun

dan tumbuh kembang anak

b. ASI membuat anak lebih gemuk dan berisi

49
6. Makanan berikut yang mengandung sumber utama protein adalah………

a. Tahu, tempe, daging, telur

b. Sayur dan buah-buahan

7. Berikut merupakan jenis makanan yang banyak mengandung lemak

adalah……

a. Mentega, susu krim, keju

b. Nasi, sayur dan buah-buahan

8. Berikut merupakan jenis makanan yang banyak mengandung vitamin

adalah……

a. Daging, coklat, kacang

b. Sayur dan buah-buahan

9. Apabila anak balita ibu telah berusia lebih dari 6 bulan, bagaimana waktu

pemberian makanan yang ibu terapkan ?

a. Ditentukan jam makan secara teratur

b. Diberikan sesuai keinginan balita

10. Untuk menghindari penyakit gondok, bagaimana ibu membeli/memilih jenis

garam ?

a. Garam biasa yang dibeli di took / pasar

b. Garam beriodium

50

Anda mungkin juga menyukai