Anda di halaman 1dari 44

KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya ucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Foto Thorax”. Penyusunan referat
ini untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di SMF Radiologi RSUD Sidoarjo.

Pada kesempatan ini pula saya mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada
Dr.Iriawati, Sp.Rad yang selama ini telah meluangkan waktu untuk membimbing dan
membantu dalam menyelesaikan referat ini.

Saya menyadari akan kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan referat


ini, oleh karena itu saya mohon petunjuk, kritik dan saran-saran dari pembaca yang sangat
saya harapkan guna memperbaiki karya tulis ini.

Harapan saya semoga referat ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi dokter
muda yang sedang menjalani kepaniteraan klinik untuk memperlancar studinya.

Sidoarjo, Oktober 2018

Penulis

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sinar – x digunakan untuk semua radiografi konvensional dan untuk

tomografi dikomputerisasi yang dimana dihasilkan bila elektron berkecepatan

tinggi di perlambat dengan cepat dan dapat dicapai dengan cara melewatkan

voltage sangat tinggi melintasi dua ujung yang ditempatkan dalam tabung

yang telah dikosongkan. Sinar – x merupakan bagian spektrum radiasi

elektromagnetik. Pada energi yang dipilih untuk radiologi diagnostic,

sejumlah energi diserap oleh jaringan. Sinar – x yang melewati udara adalah

yang paling sedikit diserap, sehingga menyebabkan paling hitamnya

radiograf, sedangkan kalsium menyerap sebagian besar sehingga tulang dan

struktur yang diklasifikasikan lain benar – benar tampak putih.

Pemeriksaan Radiografi thorax atau sering disebut chest x-ray (CXR)

bertujuan menggambarkan secara radiografi organ pernafasan yang terdapat

di dalam rongga dada. Foto thorax digunakan untuk mendiagnosis banyak

kondisi yang melibatkan dinding thorax, tulang thorax dan struktur yang

berada di dalam kavitas thorax termasuk paru-paru, jantung dan saluran-

saluran yang besar. Foto thorax menggunakan radiasi terionisasi dalam

bentuk x-ray. Dosis radiasi yang digunakan pada orang dewasa untuk

membentuk radiografi adalah sekitar 0.06 mSv.

2
Pemeriksaan radiologik thorax merupakan pemeriksaan yang sangat

penting karena misalnya suatu penyakit paru belum dapat disingkirkan

dengan pasti sebelum dilakukan pemeriksaan radiologik. Selain itu, berbagai

kelainan dini dalam paru juga sudah dapat dilihat dengan jelas pada foto

roentgen sebelum timbulnya gejala klinis, sehingga pemeriksaan rutin mass-

chest survey menjadi prosedur lazim dalam pemeriksaan kesehatan

masyarakat secara masal untuk skrining. Misalnya suatu sarang tuberkulosis

yang hanya sekecil 2 mm diameternya, mungkin telah dapat terlihat pada foto

Roentgen, sedangkan pada pemeriksaan fisik klinis tidak akan berhasil

ditemukan sarang sekecil ini. Pemeriksaan radiografi juga baik untuk

dokumentasi dan pemeriksaan berkala (follow-up) yang objektif dan dapat

dipergunakan dan dperbandingkan dengan foto yang dibuat pada sebelumnya.

Secara umum kegunaan Foto thorax/CXR adalah untuk melihat

abnormalitas congenital (jantung, vaskuler), untuk melihat adanya trauma

(pneumothorax, haemothorax), untuk melihat adanya infeksi (umumnya

tuberculosis/TB), untuk memeriksa keadaan jantung, serta untuk memeriksa

keadaan paru-paru.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Foto thorax atau sering disebut chest x-ray (CXR) adalah suatu

proyeksi radiografi dari thorax untuk mendiagnosis kondisi-kondisi yang

mempengaruhi thorax, isi dan struktur-struktur di dekatnya. Foto thorax

digunakan secara rutin untuk mendiagnosis banyak kondisi yang melibatkan

dinding thorax, tulang thorax dan struktur yang berada di dalam kavitas

thorax termasuk paru - paru, jantung dan saluran-saluran yang besar.

B. Anatomi Radiografi Thorax

 Trakea dan bronkus kanan kiri terlihat sebagai lesi lusen

(hitam) yang superposisi dengan vertebra

Gambar II.1 Trakea dan bronkus utama terlihat lusen.

 Hillus terdiri dari arteri, vena, bronkus dan limfe

4
Gambar II.2 Hillus paru pada foto toraks PA

 Diafragma terlihat sebagai kubah di bawah jantung dan paru.

Perbedaan tinggi kedua diafragma yang normal adalah 1-1,5

cm. Tinggi kubah diafragma tidak boleh kurang dari 1,5 cm.

Jika kurang dari 1,5 cm maka diafragma dikatakan mendatar.

Gambar II.3 Diafragma pada foto toraks PA. Cara menilai


tinggi kubah diafragma.

5
 Batas jantung di kanan bawah dibentuk oleh atrium kanan.

Atrium kanan bersambung dengan mediastinum superior yang

dibentuk oleh v. cava superior.

 Batas jantung disisi kiri atas dibentuk oleh arkus aorta yang

menonjol di sebelah kiri kolumna vertebralis. Di bawah arkus

aorta ini batas jantung melengkung ke dalam (konkaf) yang

disebut pinggang jantung.

 Pada pinggang jantung ini, terdapat penonjolan dari arteria

pulmonalis.

 Batas kiri bawah jantung dibentuk oleh ventrikel kiri yang

merupakan lengkungan konveks ke bawah sampai ke sinus

kardiofrenikus kiri. Puncak lengkungan dari ventrikel kiri itu

disebut sebagai apex jantung.

 Aorta desendens tampak samar-samar sebagai garis lurus

yang letaknya para-vertebral kiri dari arkus sampai diafragma.

Gambar II.4 Radioanatomi foto toraks PA & Lateral

6
C. Cara Pengukuran Cardio Thoracic Ratio (CTR)

 Ditarik garis M yang berjalan di tengah-tengah kolumna vertebralis

torakalis.

 Garis A adalah jarak antara M dengan batas jantung sisi kanan yang

terjatuh.

 Garis B adalah jarak antara M dengan batas kiri jantung yang terjatuh.

 Garis transversal C ditarik dari dinding toraks sisi kanan ke dinding

toraks sisi kiri. Garis ini melalui sinus kardiofrenikus kanan. Bila sinus-

sinus kardiofrenikus ini tidak sama tingginya, maka garis C ditarik

melalui pertengahan antara kedua sinus itu. Ada pula yang menarik garis

C ini dari sinus kostofrenikus kanan ke sinus kostofrenikus kiri.

Perbedaan kedua cara ini tidak begitu besar, sehingga dapat dipakai

semuanya.

Gambar II.5 Cara pengukuran CTR

Rumus :

7
Pada radiografi toraks PA dewasa dengan bentuk tubuh yang normal,

CTR normal adalah kurang dari 50%.

Pada umumnya jantung mempunyai batas radio-anatomis sebagai

berikut :

 Batas kanan jantung letaknya para-sternal, Bila kita memakai garis A,

maka garis A ini panjangnya tidak lebih dari 1/3 garis dari M ke dinding

toraks kanan.

 Batas jantung sisi kiri terletak di garis pertengahan klavikula (mid-

clavicular line).

 Batas dari arkus aorta, yaitu batas teratas dari jantung, letaknya 1-2 cm di

bawah tepi manubrium sterni.

D. Jenis Pemeriksaan

1. Fluoroskopi

Fluoroskopi adalah cara pemeriksaan yang mempergunakan

sifat tembus sinar Roentgen dan suatu tabir yang bersifat fluoresensi

bila terkena sinar tersebut. Fluoroskopi terutama diperlukan untuk

menyelidiki pergerakan suatu organ atau sistem tubuh seperti dinamika

alat-alat peredaran darah, misalnya jantung dan pembuluh darah besar

serta pernapasan berupa pergerakan diagfragma dan aerasi paru-paru.

Kondisi teknis alat roentgen adalah antara 80-90 KV.

8
2. Roentgenografi

Roentgenografi adalah pembuatan foto roentgen thoraks yang

biasanya dibuat dengan arah postero-anterior (PA) dan lateral bila perlu.

Agar distorsi dan magnifikasi yang diperoleh menjadi sekecil mungkin,

maka jarak antara tabung dan film harus 1,80 meter dan foto dibuat

sewaktu penderita sedang bernafas dalam (inspirasi). Tekanan listrik

yang digunakan biasanya 60-90 KV.

3. Bronkografi

Bronkografi ialah pemeriksaan percabangan bronkus, biasanya

dilakukan baik dengan fluoroskopi maupun roentgenografi, dengan cara

mengisi saluran bronchial dengan suatu bahan kontras yang bersifat

opaque (menghasilkan bayangan putih pada foto). Bahan kontras tersebut

biasanya mengandung jodium (lipiodol, donosil dan sebagainya).

Indikasi pemeriksaan ini misalnya pada bronkiektasis untuk meneliti

letak, luas, dan sifat bagian-bagian bronkus yang melebar dan pada

tumor-tumor yang terletak di dalam lumen bronkus yang mungkin

mempersempit atau bahkan menyumbat sama sekali bronkus

bersangkutan.

9
Gambar II.6 Gambaran Bronchography

4. Tomografi

Istilah lain untuk tomografi ialah : planigrafi, laminagrafi, atau

stratigrafi. Dengan istilah ini dimaksudkan pemeriksaan terhadap 1

lapisan jaringan dengan mengaburkan lapisan-lapisan lain yang berada

diatas maupun dibawahnya. Hal ini dapat dilakukan dengan

menghubungkan tabung roentgen dan kaset yang berisi film dan pada

saat foto dibuat, kedua bagian ini digerakkan dalam jurusan yang saling

bertentangan. Dengan cara ini, maka semua bangunan pada hasil foto

menjadi kabur, kecuali lapisan yang tepat berada di persimpangan arus

sinar lapisan yang hendak diselidiki. Cara pemeriksaan ini berguna sekali

untuk lebih mempertegas prasangka akan adanya suatu kavitas pada foto

biasa, misalnya pada tuberkulosis. Dapat digunakan juga untuk melihat

adanya penyumbatan pada bronkus besar seperti pada daerah hilus pada

penyelidikan karsinoma bronkogen.

10
Gambar II.7 Gambaran Computed Tomography

5. Angiokardiografi

Angiokardiografi adalah pemeriksaan untuk melihat ruang-ruang

jantung dan pembuluh-pembuluh darah besar dengan sinar roentgen

(fluoroskopi atau roentgenografi), dengan menggunakan suatu bahan

kontras radioopak, misalnya Hypaque 50%, dimasukan ke dalam salah

satu ruang jantung menggunakan kateter intravena. Angiokardiografi

sangat berguna dalam pemeriksaan penyakit-penyakit jantung dan

pembuluh darah besar, baik bawaan maupun yang diperoleh, serdalam

pemeriksaa penyakit paru menahun. Cara pemriksaan ini misalnya sangat

diperlukan pada penyakit tetralogi fallot, koarktasi aorta, pada penyakit

diagnostik diferensial aneurisma aorta.

11
Gambar II.8 Gambaran Angiokardiografi

E. Indikasi & Kontra Indikasi Pemeriksaan

Indikasi dilakukannya foto thoraks antara lain :

 Persiapan pre operatif untuk keperluan anestesi

 Trauma dada

 Infeksi traktus respiratorius bawah (TBC Paru, bronkitis,

Pneumonia)

 Batuk kronis

 Batuk berdarah

 Trauma dada

 Tumor

 Nyeri dada

 Metastase neoplasma

 Penyakit paru akibat kerja

 Aspirasi benda asing

 Curiga keganasan

 Pemeriksaan berkala (follow up) yang objektif

12
Sedangkan kontraindikasi dilakukannya foto thorax adalah hal-hal yang

dilarang untuk dilakukannya pemeriksaan ini yaitu pada wanita hamil

dikarenakan dapat menimbulkan kecacatan atau kelainan pada janin.

F. Proyeksi Foto Thorax

1. Posisi PA (Posterior Anterior)

Pada posisi ini film diletakkan didepan dada, siku ditarik

kedepan supaya scapula terbuka dan tidak menutupi parenkim paru

dan arah sinar dari posterior tubuh pasien. Foto PA dapat dilakukan

dengan erect (berdiri) atau duduk, namun posisi PA erect lebih sering

digunakan karena apabila ada cairan di dalam paru maka batasnya

akan nampak jelas.

13
Gambar II.9 Posisi PA dan Foto Thorax PA

2. Posisi AP (Antero Posterior)

Posisi ini biasanya dilakukan pada anak-anak atau pada pasien

yang tidak kooperatif. Film diletakkan dibawah punggung, biasanya

scapula menutupi parenkim paru, jantung juga terlihat lebih besar

daripada posisi PA. Bagian posterior tubuh pasien menempel pada

film lalu sinar dari atah anterior tubuh pasien. Posisi AP dapat

dilakukan dengan erect, supine atau semi erect.

14
Gambar II.9 Posisi AP dan Foto Thorax AP
3. Posisi Lateral Dextra & Sinistra

Posisi ini hendaknya dibuat setelah posisi PA diperiksa.

Buatlah proyektil lateral kiri kecuali semua tanda dan gejala klinis

terdapat di sebelah kanan, maka dibuat proyeksi lateral kanan, berarti

sebelah kanan terletak pada film. Foto juga dibuat dalam posisi

berdiri. Kriteria foto yang layak baca pada posisi ini adalah tampak

gambaran paru dari sisi lateral, bagian apex paru superposisi dengan

bahu.

15
Gambar II.10 Posisi Lateral dan Foto Thorax Lateral

4. Posisi Lateral Decubitus

Foto ini hanya dibuat pada keadaan tertentu, yaitu bila klinis

diduga ada cairan bebas dalam cavum pleura, tetapi tidak terlihat pada

posisi PA atau lateral. Penderita terbarig pada satu sisi (kanan atau

kiri). Film diletakkan di punggung penderita dan diberikan sinar dari

depan arah horizontal.

16
Gambar II.11 Posisi RLD dan Foto Thorax RLD

5. Posisi Apical (Lordotik)

Foto ini dibuat pada foto PA bila menunjukan kemungkinan

adanya kelainan pada daerah kedua apex paru. Proyeksi tambahan ini

hendaknya hanya dibuat setelah foto rutin diperiksa dan bila ada

kesulitan mengintrepetasikan suatu lesi di apex.

17
Gambar II.12 Posisi Lordotik dan Foto Thorax Lordotik

Adapun kesulitan interpretasi daerah apex paru apabila pada

foto PA, AP atau lateral bagian apex paru tertutup clavicula. Kriteria

foto thorax apical yang layak baca adalah tampak gambaran dari apex

sapai sinus costophrenicus kanan dan kiri, kedua scapula tidak

menutup lapangan paru, tampak diafragma dan jantung.

6. Foto Oblique Iga

Foto ini hanya dibuat untuk kelainan-kelainan pada iga (misal

pembengkakan lokal) atau bila terdapat nyeri lokal pada dada yang

tidak bisa diterangkan sebabnya, dan hanya dibuat setelah foto rutin

18
diperiksa. Bahkan dengan foto oblique ysng bagus fraktur iga bisa

terlihat.

Gambar II.13 Posisi Oblique dan Foto Thorax Oblique

G. Kriteria Kelayakan Foto

Foto thorax harus memenuhi beberapa kriteria tertentu sebelum

dinyatakan layak baca diantara lain :

1. Faktor kondisi

19
Yaitu faktor yang menentukan kualitas sinar-X selama dikamar

rontgen. Faktor kondisi meliputi hal-hal berikut yang biasa dinyatakan

dengan menyebut satuannya :

 Waktu/lama exposure millisecond (ms)

 Arus listrik tabung mili Ampere (mA)

 Tegangan tabung kilovolt (kV)

Ketiga hal di atas akan menentukan kondisi foto apakah

cukup/normal, kurang bila foto thorax terlihat putih (samar samar), atau lebih

: bila foto thorax terlihat sangat hitam.

Dalam membuat foto thorax ada dua kondisi yang dapat sengaja dibuat

tergantung bagaimana ingin diperiksanya yaitu :

A. Kondisi pulmo (kondisi cukup) foto dengan kV rendah Inilah kondisi

standart pada foto thorax, sehingga gambaran parenkim dan corakan paru

dapat terlihat. Cara mengetahui apakah suatu foto rontgen pulmo

kondisinya cukup atau tidak :

a. Melihat lusensi udara (hitam) yang terdapat diluar tubuh

b. Memperhatikan veterbae thorakalis

 Pada proyeksi PA kondisi cukup : tampak VTh I-IV

 Pada proyeksi PA kondisi kurang : hanya tampak VTh I

B. Kondisi kosta (kondisi keras/tulang) foto dengan kV tinggi

Cara mengetahui aoakah suatu pulmo kondisinya keras atau tidak :

a. Pada foto kondisi keras, infiltrate pada paru tidak terlihat lagi. Cara

mengetahuinya adalah dengan membandingkan densitas paru dengan

jaringan lunak. Pada kondisi keras densitas keduanya tampak sama.

20
b. Memperhatikan veterbrae thorakalis

 Proyeksi PA kondisi keras : tampak Vth V-VI

 Proyeksi PA kondisi tulang : yang tampak VTh I-XII selain itu

densitaas jaringan lunak dan kosta terlihat mirip

2. Inspirasi cukup

Foto thorax harus dibuat dalam keadaan inspirasi cukup, cara

mengetahui cukup tidaknya inspirasi adalah :

a. Foto dengan inspirasi cukup

 Diagfragma setinggi VTh X (dalam keadaan ekspirasi

diagfragma setinggi VTh VII-VIII)

 Kosta VI anterior memotong dome diafragma

b. Foto dengan inspirasi kurang

 Ukuran jantung dan mediastinum meningkat sehingga

dapat menyebabkan salah interpretasi

 Corakan bronkovaskular meningkat sehingga dapat terjadi

salah intepretasi juga.

3. Posisi sesuai

Seperti telah diterangkan diatas, posisi standar yang paling banyak

dipakai adalah PA dan lateral. Foto thorax biasanya juga diambil

dalam posisi erect (berdiri). Cara membedakan foto thorax posisi PA

dan AP adalah sebagai berikut :

 Pada foto AP scapula terletak di dalam bayangan thorax,

sementara pada foto PA scapula terletak diluar bayangan

thorax.

 Pada foto AP klavikula terlihat lebih tegak disbanding foto PA

21
 Pada foto PA jantung biasanya terlihat lebih jelas

 Pada foto AP gambaran vertebra biasanya terlihat lebih jelas

4. Simetris

Cara mengetahui kesimetrisan foto : jarak sendi sternoklavikularis

dektra dan sinistra terhadap garis median adalah sama. Jika jarak ini

antara kanan dan kiri berbeda berarti foto tidak simetris.

5. Foto thorax tidak boleh terpotong

6. Memiliki identitas, marker (R Right atau L Left)

7. Os Scapula tidak superposisi dengan thoraks

G. Cara membaca foto thorax

Foto thorax dibaca dari luar kedalam, atas kebawah, cor ke pulmo, dll.

Urutan pembacaan dai luar kedalam :

1. Cek apakah sentrasi foto sudah benar dan foto dibuat pada waktu

inspirasi penuh. Foto yang dibuat pada waktu ekspirasi bisa

menimbulkan keraguan karena bisa menyerupai suatu penyakit,

misal kongesti paru, kardiomegali atau mediastinum yang lebar.

Kesampingkan bayangan – bayangan yang terjadi karena rambut,

pakaian atau lesi kulit.

2. Cek apakah exposure sudah benar (bila sudah diperoleh densitas

yang benar, maka jari yang diletakkan dibelakang “daerah yang

hitam” pada foto tepat dapat terlihat). Foto yang pucat karena

“underexposed” harus diinterpretasikan dengan hati – hati,

gambaran paru bisa memberi kesan adanya edema paru atau

konsolidasi. Foto yang hitam karena “overexposed” bisa

memeberi kesan adanya emfisema.

22
3. Cek apakah tulang – tulang (iga, clavikula, scapula, dll) normal.

4. Cek jaringan lunaknya, yaitu kulit, subcutan fat, musculus –

muskulus seperti pectoralis mayor, trapezium dan

sternocleidomastoideus. Pada wanita dapat terlihat mammae serta

nipplenya.

5. Cek apakah posisi diafragma normal: diafragma kanan biasanya

2,5 cm lebih tinggi dari pada kiri. Normalnya pertengahan costae

6 depan memotong pada pertengahan hemidiafragma kanan.

6. Cek sinus costophrenicus baik pada foto PA maupun lateral.

7. Cek mediastinum superior apakah melebar, atau adakah massa

abnormal, dan carilah trachea.

8. Cek adakah kelainan pada jantung dan pembuluh darah besar.

Diameter jantung pada orang dewasa (posisi berdiri) harus kurang

dari separuh lebar dada. Atau dapat menentukan CTR (Cardio

Thoracalis Ratio).

9. Cek hilus dan bronkovaskuler pattern. Hilus adalah bagian tengah

pada paru – paru dimana tempat masuknya pembuluh darah,

bronkus, syaraf dan pembuluh limfe. Hilus kiri normal lebih

tinggi dari pada hilus kanan.

H. Syarat Foto Thorax normal

 Posisi penderita simetris

Hal ini dapat dievaluasi dengan melihat apakah proyeksi tulang

korpus vertebra thoracal terletak di tengah sendi sternoclavikuker

kanan dan kiri.

23
 Kondisi sinar-X sesuai

Jumlah sinar dan kualitas sinar cukup dan kV (kualitas sinar

cukup)

 Film meliputi seluruh cavum thorax

Mulai dari puncak cavum thorax sampai sinus phrenicocostalis

kanan dan kiri dapatterlihat pada film tersebut.

I. Kelainan Foto Thorax

Berikut ini merupakan kelainan – kelainan radiologi toraks :

1. Jantung

Cardiomegaly :

24
Gambar II.14 Cardiomegaly

Cardiomegaly dapat di diagnosis dengan mengukur cardio thoracic

ratio (CTR). Setelah dibuat garis - garis, maka dihitung dengan

menggunakan rumus :

CTR= 𝐴+𝐵/𝐶 × 100%

Jika nilai didapatkan > 50 % maka dinyatakan telah terjadi

pembesaran jantung (cardiomegaly).

 Apex cordis tergeser kebawah kiri pada pembesaran Ventrikel kiri

 Apex cordis terangkat lepas dari diafragma pada pembesaran

ventrikel kanan

2. Pleura

a. Efusi Pleura

Pembentukan cairan dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh banyak

keadaan yang berasal dari kelainan dalam paru sendiri misalnya infeksi

baik oleh bakteri maupun virus atau jamur, metastasis, atau yang

disebabkan oleh kelainan sistemik, antara lain penyakit yang

25
menyebabkan hambatan getah bening, hipoproteinemia pada penyakit

ginjal, hati dan gagal jantung. Dapat juga oleh karena trauma kecelakaan.

Cairan (pleural effusion) dapat berupa :

1. Cairan transudat, terdiri atas cairan bening, biasa ditemukan pada

kegagalan jantung, gagal ginjal akut atau kronik, kegagalan fungsi

hati.

2. Cairan eksudat, berisi cairan kekeruhan yang paling sering ditemui

pada infeksi tuberkulosis, atau nanah (empiema).

3. Cairan darah (hemoragic), disebabkan oleh trauma tertutup atau

terbuka dan karsinoma paru. Mirip dengan Hematothorax, yang

dimana adalah adanya darah dalam rongga pleura. Sumber darah

mungkin dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh

darah besar. Meskipun beberapa sumber menyatakan bahwa nilai

hematokrit setidaknya 50% diperlukan untuk membedakan

hematotoraks dari efusi pleura berdarah (hemoragic), sebagian besar

tidak setuju pada setiap perbedaan yang spesifik. Biasanya akibat

dari trauma tumpul atau penetrasi. Lebih jarang, mungkin

merupakan komplikasi dari penyakit, dapat induksi iatrogenik, atau

mungkin berkembang secara spontan.

4. Cairan getah bening, sangat jarang. Diakibatkan oleh sumbatan

aliran getah bening thorax, misalnya pada filariasis atau metastasis

pada kelenjar getah bening dari suatu keganasan.

26
Gambaran radiologik :

Gambar II.15 Efusi pleura


sinistra
Pada pemeriksaan foto thorax PA erect cairan pleura tampak

berupa perselubungan homogen menutupi struktur paru bawah yang

biasanya relatif radioopaque dengan permukaan atas cekung. Karena

cairan mengisi ruang hemithoraks sehingga jaringan paru akan terdorong

kearah sentral/hilus dan kadang mendorong mediastinum kearah

27
kontralateral. Jumlah cairan minimal yang dapat terlihat pada foto

thoraks erect adalah 250-300 ml.

b. Pneumothorax

Pneumothorax adalah adaya udara dalam rongga pleura dimana

masuknya udara ke dalam rongga pleura, dalam dibedakan menjadi :

1. Pneumotoraks spontan, timbul robekan subpleura dan bulla

sehingga udara dalam saluran pemapasan masuk kedalam rongga

pleura melalui suatu lubang robekan atau katup.

2. Udara lingkunga luar masuk kedalam rongga pleura melalui luka

tusuk atau pneumotorak disengaja (artificial) dengan tujuan terapi

dalam hal pengeluaran atau pengecilan kavitas proses spesifik

yang sekarang tidak dilakukan lagi. Tujuan pneumotoraks

artificial lainnya adalah diagnostic untuk membedakan massa

apakah berasala dari pleura atau jaringan paru. Penyebab-

penyebab lain adalah akibat tindakan biopsy paru dan

pengeluaran cairan rongga pleura.

3. Masuknya udara melalui mediastinum yang biasanya disebabkan

trauma pada trakea atau esophagus akibat tindakan pemeriksaan

dengan alat-alat (endoskopi) atau benda asing tajam yang

tertelan. Keganasan dalam mediastinum dapat pula

mengakibatkan udara dalam rongga pleura melalui fistula antara

saluran napas proksimal dengan rongga pleura.

4. Udara berasala dari subdiafragma dengan adanya robekan

lambung akibat suatu trauma atau abses subdiafragma dengan

28
kuman pembentuk gas.

Gambaran radiologik :

Bayangan udara dalam rongga pleura memberikan

bayangan radiolusen yang tanpa struktur jaringan paru (avascular

pattern) dengan batas paru berupa garis radioopak tipis yang

berasal dari pleura visceral. Jika pneumotoraks luas, akan

menekan jaringan paru kearah hilus atau paru menjadi

kuncup/kolaps didaerah hilus dan mendorong mediastinum

kearah kontralateral. Selain itu iga menjadi lebih lebar.

Gambar II.16 Pneumothorax tension

c. Tuberculosis

Tuberculosis dibagi menjadi 2, yaitu :

 Tuberculosis anak (infeksi primer)

 Tuberculosis orang dewasa (re-infeksi)

Tuberculosis primer

29
Tuberculosis primer terjadi karena infeksi melalui jalan

pemapasan oleh Mycobacterium tuberculosis. Biasanya pada anak-

anak. Kelainan rontgen akibat penyakit ini dapat berlokasi dimana

saja dalam paru-paru, namun sarang dalam parenkim paru sering

disertai oleh pembesaran kelenjar limfe regional (komleks primer).

Komplikasi yang timbul adalah pleuritis dan atelektasis.

Tuberkulosis sekunder atau tuberculosis reinfeksi

Tuberculosis yang bersifat kronis ini teijadi pada orang dewasa,

bahwa timbul reinfeksi pada seorang yang dimasa kecilnya pernah

menderita tuberculosis primer, tetapi tidak diketahui dan

menyebmbuh sendiri. Sarang-sarang yang terlihat pada foto rontgen

biasanya berkedudukan dilapangan atas dan segmen apical lobih

bawah, walaupun kadang-kadang dapat juga terjadi dilapangan

bawah, yang biasanya diertai pleuritis. Pembesaran kelenjar limfe

pada tuberculosis sekunder jarang ditemukan.

Klasifikasi tuberculosis sekunder menurut American Tuberculosis

Association

(ATA) :

1. Tuberkulosis minimal (minimal tuberculosis), yaitu luas sarang-

sarang yang kelihatan tidak melebihi daerah yang dibatasi oleh

garis median, apek dan iga 2 didepan, sarang-sarang soliter dapat

berada dimana saja , tidak harus berada dalam daerah tersebut

diatas. Tidak ditemukan adanya lubang (kavitas).

2. Tuberkulosis lanjut sedang (moderately advanced tuberculosis),

yaitu luas sarang-sarang yang bersifat bercak-bercak tidak melebihi

30
luas satu paru, sedangkan bila ada kavitas,diameternya tidak

melebihi 4 cm. kalau sifat bayangan sarang-sarang tersebut berupa

awan-awan yang menjelma menjadi daerah konsolidasi yang

homogeny,luasnya tidak boleh melebihi luas satu lobus.

3. Tuberkulosis sangat lanjut (far advanced tuberculosis), yaitu luas

daerah yang di hinggapi oleh sarang-sarang lebih dari pada

klasifikasi kedua diatas, atau bila ada kavitas maka diameter

keseluruhan melebihi 4 cm.

Gambar II.17 Tingkatan Tuberkulosis

Pembagian TB menurut bentuk kelainan yang dapat dilihat dari foto

roentgen yang lazim dipergunakan di Amerika Serikat dan mulai

banyak dipergunakan di Indonesia, yaitu :

1. Sarang-sarang berbentuk awan atau bercak-bercak dengan

densitas rendah atau sedang dengan batas tidak tegas.

Menunjukkan proses aktif.

31
Gambar II.18. nampak awan - awan

2. Lubang (kavitas) (Gambar II.19), ini selalu proses aktif kecuali

bila kavitas sudah sangat kecil, yang dinamakan kavitas sisa

(residual cavity) (Gambar II.20).

Gambar II.19. Awan - awan dan lubang besar (diameter


total 4 cm)

32
Gambar II.20. Tuberkulosis fibrosis densa (fenomena
kanton celana; arteri pulmonalis terangkat keatas) dengan
kavitas sisa (residual cavity)

3. Sarang seperti garis-garis (fibrotik) (Gambar II.21) atau bintik-

bintik kapur (kalsifikasi) yang biasanya menunjukkan proses

tenang. (gambar II.22)

Gambar II.21. fibrotik (proses lama, tenang)

33
Gambar II.22. Bintik-bintik kapur (kalsifikasi)

d. Emfisema

Emfisema adalah suatu keadaan dimana paru lebih banyak

berisi udara, sehingga ukuran paru bertambah, baik anterior-posterior

maupun ukuran paru secara vertical kearah diafragma.

Gambaran radiologic emfisema secara umum :

Penambahan ukuran paru secara vertical menyebabkan diafragma

letak rendah dengan bentuk diafragma yang datar dan pergerakan

diafragma berkurang bila dilihat dengan fluoroskopi. Dengan aerasi paru

yang bertambah pada seluruh paru atau lobaris ataupun segmental akan

menghasilkan bayangan yajng radioluscen, sehingga corakan paru

tampak lebih jelas selain gambaran fibrosisnya dan vascular paru yang

relative jarang.

34
Gambar II.23. Emfisema

e. Bronkitis

1. Radang bronkus akut (Bronkitis Akut)

Radang kataral akut bronkus yang berhubungan dengan infeksi

saluran nafas bagian atas, penyakit ini biasanya tidak hebat dan tidak

ditemukan komplikasi. Juga tidak ditemukan gambaran foto

Roentgen yang positif pada keadaan ini. Tetapi foto rontgen berguna

jika ada komplikasi pneumonitis pada penderita infeksi akut saluran

nafas. Gejala biasanya hebat.

2. Radang Bronkus Kronik (Bronkitis Kronik)

Penyakit bronkitis kronik tidak selalu memperlihatkan

gambaran khas pada foto toraks. Pada foto rontgen hanya tampak

corakan yang ramai dibagian basal paru. bronkitis kronik hanya

memperlihatkan perubahan yang minimal dan biasanya tidak spesifik.

Kadang-kadang tampak corakan peribronkial yang bertambah dibasis

paru oleh penebalan dinding bronkus dan peribronkus.

35
Gambar II.23. Bronchitis

f. Pneumonia

Peradangan paru disebabkan oleh bakteri,virus, protozoa, jamur,

bahan kimia, lesi kanker, dan radiasi ion. Pada foto toraks, semua

pneumonia memperlihatkan tanda-tanda radiologis yang positif.

Gambaran radiologis memperlihatkan bayangan homogency

berdensitas tinggi pada satu segmen, lobus paru atau pada sekumpulan

segmen lobus yang berdekatan, berbatas tegas (tampak seperti

pemadatan).

36
Gambar II.24. Pneumonia

g. Abses Paru

Abses paru ialah peradangan dijaringan paru yang menimbulkan

nekrosis dengan pengumpulan nanah. Pada foto PA dan lateral abses paru

biasanya ditemukan satu kavitas, tetapi dapat pula multikavitas berdinding

tebal, dapat pula ditemukan permukaan udara dan cairan didalamnya.

Gambar II.25. Abses Paru

37
h. Atelektasis

Atelektasis adalah suatu keadaan paru atau sebagian paru yang

mengalami hambatan berkembang secara sempurna sehingga aerasi

paru berkurang atau sama sekali tidak berisi udara. Biasanya ateletaksis

merupakan akibat suatu kelainan paru yang dapat disebabkan oleh:

1. Bronkus tersumbat

2. Tekanan ekstrapulmoner

3. Paralisis atau paresis gerak pemapasan

4. Hambatan gerak pernafasan oleh kelainan pleura atau trauma

thorax

Gambaran radiologi

Sebagai dasar gambaran radiologi pada atelektasis adalah

pengurangan volume bagian paru baik lobaris, segmental atau seluruh

paru dengan akibat kurangnya aerasi sehingga memberi bayangan lebih

suram (densitas tinggi) dengan penarikan mediastinum ke arah yang

atelektasis, sedangkan diafragma tertarik ke atas dan sela iga

menyempit. Dengan adanya atelektasis, maka bagian paru sekitarnya

mengalami suatu emfisema kompensasi.

Jadi dapat ditemukan bayangan lobus yang kolaps, pergeseran

struktur untuk mengisi ruangan yang normalnya ditempati lobus

kolaps, pada kolaps keseluruhan paru tampak opaque dan ada

pergeseran hebat pada mediastinum dan trakea.

38
Gambar II.26. Atelektasis

i. Bronkiektasis

Bronkiektasis adalah suatu keadaan bronkus atau bronkiolus

yang melebar akibat hilangnya sifat elastisitas dinding otot bronkus

yang dapat disebabkan oleh obstruksi dan peradangan yang kronik

atau dapat pula disebabkan oleh kelainan congenital yang disebut

Sindroma Kartegener, yaitu sindroma yang terdiri dari

bronkiektasis, sinusitis, dan dekstrokardia.

Pemeriksaan foto torak polos tampak gambaran berupa

bronkovaskular yang kasar yang umumnya terdapat dilapangan

bawah paru tau gambaran garis - garis translusen yang panjang

menuju kehilus dengan bayangan konsolidasi sekitarnya akibat

peradangan sekunder, kadang-kadang juga berbentuk bulat-bulat

translusen yang sering disebut sebagai gambaran sarang tawon

(honey comb appearance). Bulatan translusen ini dapat berukuran


39
besar (diameter 1-10 cm) yang berupa kista-kita translusen dan

kadang berisis cairan (air fluid level) akibat peradangan sekunder.

Gambar II.27. Bronkiektasis & Honey-comb appearance

j. Neoplasma

40
Gambar II.27. Neoplasma

Bayangan bulat dengan tepi tak teratur berlobulasi dan tepi

terinfiltrasi, terdapat kavitasi dengan massa.

3. Pada Diagfragma

 Paralisis diagfragma

Akibat kelainan nervus phrenicus, misal invasi oleh karsinoma

bronchus, Ditandai oleh elevasi 1 hemidiaphragma.

 Enventrasi Diagfragma

Merupakan keadaan kongenital, yang diafragmanya tanpa otot

dan menjadi lembaran membranosa tipis

41
KESIMPULAN

Foto thorax digunakan untuk mendiagnosis banyak kondisi yang melibatkan

dinding thorax, tulang thorax dan struktur yang berada di dalam kavitas thorax

termasuk paru-paru, jantung dan saluran-saluran yang besar. Pneumonia dan gagal

jantung kongestif sering terdiagnosis oleh foto thorax. Foto thorax sering digunakan

untuk skrining penyakit paru yang terkait dengan pekerjaan di industri-industri

seperti pertambangan dimana para pekerja terpapar oleh debu. Secara umum

kegunaan Foto thorax adalah untuk melihat abnormalitas congenital (jantung,

vaskuler), untuk melihat adanya trauma (pneumothorax, haemothorax), untuk

42
melihat adanya infeksi (umumnya tuberculosis/TB), untuk memeriksa keadaan

jantung dan untuk memeriksa keadaan paru-paru.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rasad Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Edisi ke-2. Balai Penerbit FKUI.


Jakarta,2005.

2. Rusdi Gazali, Malueka. 2008. Radiologi Diagnostik. Yogyakarta : Pustaka


Cendekia Press

3. Palmer P.E.S, Cockshott W.P, Hegedus V, Samuel E. Manual of


Radiographic Interpretation for General Practitioners (Petunjuk Membaca
Foto Untuk Dokter Umum). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta :
EGC,1995.

43
4. Armstrong Peter, L.Wastie Martin. Pembuatan Gambar Diagnostik. Jakarta :
EGC,1989

44

Anda mungkin juga menyukai