Masa kehamilan dan persalinan pada manusia menjadi fokus perhatian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Seseorang wanita hamil biasanya mengalami perasaan ambivalen yaitu perasaan yang bersifat positif dan negatif terhadap kehadiran bayi. Perasaan positif berupa kebahagian dan tidak menimbulkan perasaan bersalah. Perasaan negatif meliputi kecemasan yang berlebihan (distress) akan rasa sakit yang ditimbulkan pada saat persalinan tiba.1 Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, derajat kesehatan ibu dan anak di Indonesia masih perlu ditingkatkan hal ini ditandai dengan angka kematian ibu melahirkan di Indonesia tergolong cukup tinggi. Pada tahun 2012 SDKI mencatat angka kematian ibu yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. Oleh karena itu pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan meluncurkan program Ekpanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka untuk menurunkan angka kematian ibu dan neonatal sebesar 25%. Angka kematian ibu menunjukkan penurunan yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015.2 Berdasarkan hasil sensus penduduk 2010, angka kematian ibu di Sumatra Utara sebesar 328 per 100.000 kelahiran hidup, angka ini masih cukup tinggi dibandingkan dengan angka Nasional hasil sensus penduduk 2010, sebesar 259 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan laporan dari profil kab/kota, angka kematian ibu maternal yang dilaporkan di Sumatra Utara tahun 2014 hanya 75 per 100.000 kelahiran hidup.3 Menurut Sri Hermiyanti (2010), penyebab langsung kematian ibu antara lain perdarahan 28%, eklamsia 24%, infeksi 11%, partus lama 5% dan abortus 5%.4 Persalinan merupakan suatu kejadian penuh dengan stress pada sebagian besar ibu bersalin yang menyebabkan peningkatan rasa nyeri, takut dan cemas terutama pada ibu primigravida. Selama ini dikenal ada 3 faktor yang mempengaruhi kelancaran proses persalinan yaitu power, passage dan passenger. Namun, ternyata ada faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi kelancaran proses persalinan yaitu psyche, termasuk kecemasan dan penolong.5 Ada hubungan positif yang signifikan antara skor tingkat kecemasan dan persepsi nyeri ibu primipara selama tahap pertama persalinan. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan tingkat kecemasan bisa mengurangi persepsi nyeri ibu primipara selama tahap pertama persalinan.6 Ibu primigravida yang mengalami ketakutan dan kecemasan yang berlebihan dapat mempengaruhi proses persalinan. Sehinga proses persalinan menjadi panjang dan rasa sakit yang lebih lama.7 Nyeri persalinan merupakan nyeri yang paling menyakitkan apalagi bagi ibu-ibu yang baru pertama kali merasakannya. Rasa nyeri pada persalinan dalam hal ini adalah nyeri kontraksi uterus yang dapat mengakibatkan peningkatan aktifitas sistem saraf simpatis, perubahan tekanan darah, denyut jantung, pernafasan dan apabila tidak segera diatasi maka akan meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan stress.8 Melihat potensi kecemasan dan persepsi nyeri pada ibu primigravida serta efek-efek yang mungkin timbul dari kecemasan yang berlebihan dan persepsi nyeri yang meningkat selama persalinan, maka penulis ingin melakukan penelitian tentang Hubungan Tingkat Kecemasan terhadap Derajat Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif pada Primigravida yang Menjalani Persalinan Normal.