Anda di halaman 1dari 29

TUGAS : PARASITOLOGI

OLEH : Suhartatik,S Kep, Ns, M Kes

CARA MENYIMPAN ALAT DAN KALIBRASI

OLEH:

H.BUDIRMAN
POLITEKNIK KESEHATAN JURUSAN D-III KEPERAWATAN

KELAS RPL

SEMESTER GANJIL. TA. 2017 - 2018


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah


melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat dan
salam senantiasa kita panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Khususnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam
makalah ini kami membahas mengenai “Cara Menyimpan Alat dan Kalibrasi “
Adapun penyusunan Makalah ini yaitu berdasarkan pada bahan-bahan
yang penulis cari dari berbagai sumber. Penulis mencatat hal-hal yang
berhubungan dengan pokok permasalahan yang dibahas. Dalam menyusun
Makalah ini, penulis banyak menerima bimbingan dan petunjuk dari berbagai
pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam menyusun Makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal
mungkin, namun karena keterbatasan kemampuan penulis, penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis dengan
hati yang lapang menerima saran dan kritik dari semua pihak.
PENDAHULUAN

Laboratorium sering diartikan sebagai suatu ruang atau tempat dilakukannya


penelitian,. Ruang dimaksud dapat berupa gedung yang dibatasi oleh dinding dan
atap atau alam terbuka misalnya kebun botani. Pada pembelajaran sain termasuk
kimia dan biologi di dalamnya keberadaan laboratorium menjadi sangat penting.
Pada konteks proses belajar mengajar sains di sekolah-sekolah seringkali istilah
laboratorium diartikan dalam pengertian sempit yaitu suatu ruangan yang
didalamnya terdapat sejumlah alat-alat dan bahan praktikum. Laboratorium ialah
suatu tempat dimana percobaan dan penyelidikan dilakukan. Bentuknya boleh ruang
tertutup (kamar) dan boleh ruang terbuka (kebun). Ruang penunjang kegiatan dalam
melakukan pembelajaran terdiri dari : ruang persiapan, ruang penyimpanan
(gudang), ruang gelap, ruang timbang, dan kebun sekolah atau rumah kaca.
Pengelolaan merupakan suatu proses pendayagunaan sumber daya secara
efektif dan efisien untuk mencapai suatu sasaran yang diharapkan secara optimal
dengan memperhatikan keberlanjutan fungsi sumber daya. Pengelolaan
laboratorium berkaitan dengan pengelola dan pengguna, fasilitas laboratorium
(bangunan, peralatan laboratorium, spesimen biologi, bahan kimia), dan aktivitas
yang dilaksanakan di laboratorium yang menjaga keberlanjutan fungsinya. Pada
dasarnya pengelolaan laboratorium merupakan tanggung jawab bersama baik
pengelola maupun pengguna. Oleh karena itu, setiap orang yang terlibat harus
memiliki kesadaran dan merasa terpanggil untuk mengatur, memelihara, dan
mengusahakan keselamatan kerja. Mengatur dan memelihara laboratorium
merupakan upaya agar laboratorium selalu tetap berfungsi sebagaimana mestinya.
Sedangkan upaya menjaga keselamatan kerja mencakup usaha untuk selalu
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan sewaktu bekerja di laboratorium dan
penangannya bila terjadi kecelakaan.
BAB II
ISI
Alat laboratorium kimia merupakan benda yang digunakan dalam kegiatan
dilaboratorium kimia yang dapat dipergunakan berulang – ulang. Contoh alat
laboratorium kimia pinset, pembakar spiritus, thermometer, stopwatch, tabung
reaksi, gelas ukur jangka sorong dan mikroskop. Alat yang digunakan secara tidak
langsung di dalam praktikum merupakan alat bantu laboratorium, seperti tang,
obeng, pemadam kebakaran dan kotak Pertolongan Pertama.
Keselamatan di laboratorium akan terjamin bila penanganan bahan kimia
dilakukan dengan berpedoman pada rambu-rambu yang ada pada etiket kemasan
bahan kimia. Aktivitas di laboratorium yang menggunakan bahan-bahan kimia tentu
tidak lepas dari peralatan yang digunakan sehingga bahaya tidak hanya disebabkan
oleh penanganan bahan yang salah, namun juga dapat terjadi bahaya fisik dari
peralatan yang kita gunakan bila kita tidak berpedoman pada aturan tentang
penanganan alat.
A. Macam-Macam Alat Laboratorium IPA
Macam peralatan laboratorium meliputi :

1. Alat ukur, seperti thermometer, barometer, respirometer, gelas ukur,


stopwatch, mikrometer sekrup, dsb.

Gambar 1. Berbagai alat laboratorium yang dapat digunakan untuk mengukur.


2. Alat dari gelas, seperti tabung reaksi, labu erlenmeyer, pembakar spiritus,
dsb.

Gambar 2. Berbagai alat laboratorium yang terbuat dari gelas.

3. Model, seperti model pencernaan, model pernapasan, model kerangka,


model indera dan organ lainnya.

Gambar 3. Berbagai alat laboratorium yang merupakan model dimana model ini
biasanya digunankan pada pelajaran biologi.
4. Bagan, seperti bagan klasifikasi makhluk hidup, bagan metamorfosis pada
katak, bagan sistem pengeluaran manusia, dsb.

Gambar 4. Berbagai alat laboratorium yang merupakan bagan dimana bagan ini
biasanya digunankan pada pelajaran biologi.

5. Alat siap pakai (rakitan), seperti kit listrik, kit magnet, kit optik, dsb.

Gambar 5. Berbagai alat laboratorium yang berupa rakitan, biasanya ini


digunakan pada laboratorium fisika atau laboratorium tekhnik.
6. Alat bantu proses percobaan seperti pinset, gunting dan pembakar
bunsen/spiritus, mortar dan alu.

Gambar 6. Berbagai alat bantu dalam laboratorium.

Perlengkapan pendukung (perkakas) yang diperlukan selama bekerja di


laboratorium IPA, seperti :
1. Alat pemadam kebakaran, dapat diganti dengan pasir basah dan karung goni
basah.

2. Kotak Pertolongan Pertama lengkap dengan isinya (obat, kasa, plester, obat
luka)
3. Alat kebersihan seperti sapu, pengki/serokan sampah, lap pel, sikat tabung
reaksi.
4. Alat bantu lainnya seperti obeng, palu, tang, gergaji dsb.
Gambar 7. Berbagai alat laboratorium yang merupakan perkakas pendukung.
Alat di laboratorium IPA berdasarkan bahan pembuatnya, meliputi kelompok :
1. Alat optik (kaca), seperti tabung reaksi, labu erlenmeyer, pembakar spiritus.
2. Alat dari logam, seperti kasa asbes, peralatan bedah dsb.
3. Alat dari kayu, seperti rak tabung reaksi, penjepit tabung reaksi dsb
4. Alat dari plastik, seperti botol zat kimia dsb.
5. Alat dari bahan lainnya seperti sikat tabung reaksi dari ijuk, sumbat gabus dan
mortar dari porselain.

Gambar 8. Berbagai alat laboratorium yang dikelompokkan berdasarkan bahan


pembuatnya .
B. Penataan alat dan bahan
Penataan (ordering) alat / bahan adalah proses pengaturan alat / bahan di
laboratorium agar tertata dengan baik. Dalam menata alat / bahan tersebut berkaitan
erat dengan keteraturan dalam penyimpanan maupun kemudahan dalam
pemeliharaan
Yang harus diketahui sebelum melakukan penataan:
Mengenali alat dan fungsinya
Mengenali sifat bahan
Kualitas alat termasuk kecanggihan dan ketelitian
Keperangkatan
Nilai/harga alat
Kualitas alat tersebut dan kelangkaannya
Bahan dasar penyusun alat
Bentuk dan ukuran alat
Bobot/berat alat

C. Cara Menyimpan Alat Laboratorium IPA


Alat yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium IPA memerlukan
perlakuan khusus sesuai sifat dan karakteristik masing-masing. Perlakuan yang
salah dalam membawa, menggunakan dan menyimpan alat di laboratorium IPA
dapat menyebabkan kerusakan alat dan bahan, terjadinya kecelakaan kerja serta
dapat menimbulkan penyakit.
Cara memperlakukan alat dan bahan di laboratorium IPA secara tepat dapat
menentukan keberhasilan dan kelancaran kegiatan. Cara menyimpan alat
laboratorium IPA dengan memperhatikan bahan pembuat alat tersebut, bobot alat,
keterpakaiannya, serta sesuai pokok bahasannya. Penyimpanan alat menurut aturan
tertentu harus disepakati antara pengelola laboratorium dan diketahui oleh
pengguna/praktikan.
Untuk memudahkan dalam penyimpanan dan pengambilan kembali alat di
laboratorium, maka sebaiknya dibuatkan daftar inventaris alat yang lengkap dengan
kode dan jumlah masing-masing. Alat yang rusak atau pecah sebaiknya ditempatkan
pada tempat tersendiri, dan dituliskan dalam buku kasus dan buku inventaris
laboratorium IPA.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan alat yaitu :
1. Bahan dasar pembuatan alat
2. Bobot alat
3. Kepekaan alat terhadap lingkungan
4. Pengaruh alat yang lain
5. Kelengkapan perangkat alat dalam suatu set
Penataan dan penyimpanan alat / bahan didasarkan pada :
1. Keadaan laboratorium yang ditentukan oleh fasilitas, susunan laboratorium, dan
keadaan alat/bahan.
2. Kepentingan pemakai ditentukan berdasarkan kemudahan dicari dan dicapai,
keamanan dalam penyimpanan dan pengambilannya.

Dasar dari penyimpanan alat, yaitu :


1. Jenis Alat, misalnya gelas kimia, corong, cawan petri, lumpang dan alu
2. Jenis bahan pembuat, misalnya kaca, porselin, logam dan kayu
3. Percobaan, misalnya laju reaksi, kesetimbangan, dll
4. Seberapa sering alat digunakan
- Yang sering digunakan misalnya: gelas kimia
- Yang jarang digunakan misalnya: lumpang & alu

Penyimpanan alat dan bahan


Alat-alat yang sering digunakan, alat yang boleh diambil sendiri oleh siswa dan
alat- alat yang mahal harganya penyimpanannya dipisah
Alat-alat untuk percobaan fisika biasanya dikumpulkan menurut golongan
percobaannya
Alat-alat yang digunakan untuk beberapa jenis percobaan disimpan tersendiri
ditempat khusus.
Alat-alat untuk percobaan biologi umumnya disimpan menurut judul percobaan
atau dapat dilakukan berdasarkan atas bahan alat
Gambar 9. Salah satu cara penanganan dan penggunaan alat laboratorium.

Adapun perlakuan terhadap alat-alat di laboratorium seperti :

1. Membawa alat sesuai petunjuk penggunaan


2. Menggunakan alat sesuai petunjuk penggunaan.
3. Menjaga kebersihan alat
4. Menyimpan alat

Gambar 10. Berbagai alat laboratorium yang disimpan pada lemari alat.
Tata letak dan pengaturan perabot laboratorium IPA
Prinsip keamanan
Alat disimpan supaya aman dari pencuri dan kerusakan, atas dasar alat yang mudah
dibawa dan mahal harganya seperti stop watch perlu disimpan pada lemari terkunci.
Aman juga berarti tidak menimbulkan akibat rusaknya alat dan bahan sehingga
fungsinya berkurang.
Prinsip Kemudahan
Untuk memudahkan mencari letak masing – masing alat dan bahan, perlu diberi
tanda yaitu dengan menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan alat
(lemari, rak atau laci).
Prinsip Keleluasaan
Penyimpanan alat diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan seperti lemari,
rak dan laci yang ukurannya disesuaikan dengan luas ruangan yang tersedia.
Prinsip Keindahan

Cara penyimpanan alat dan bahan dapat berdasarkan jenis alat, pokok bahasan,
golongan percobaan dan bahan pembuat alat :

1. Pengelompokan alat – alat fisika berdasarkan pokok bahasannya seperti :


Gaya dan Usaha (Mekanika), Panas, Bunyi, Gelombang, Optik, Magnet,
Listrik, Ilmu, dan Alat reparasi.
2. Pengelompokan alat – alat biologi menurut golongan percobaannya, seperti :
Anatomi, Fisiologi, Ekologi dan Morfologi.
3. Pengelompokan alat – alat kimia berdasarkan bahan pembuat alat tersebut
seperti : logam, kaca, porselen, plastik dan karet.

Jika alat laboratorium dibuat dari beberapa bahan, alat itu dimasukkan ke dalam
kelompok bahan yang banyak digunakan.
Penyimpanan alat diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan seperti
lemari, rak dan laci . Pengelompokan alat – alat kimia berdasarkan bahan pembuat
alat tersebut seperti : logam, kaca, porselen, plastik dan karet
Penyimpanan alat dan bahan selain berdasar hal – hal di atas, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Mikroskop disimpan dalam lemari terpisah dengan zat higroskopis dan
dipasang lampu yang selalu menyala untuk menjaga agar udara tetap kering
dan mencegah tumbuhnya jamur.
2. Alat berbentuk set, penyimpanannya harus dalam bentuk set yang tidak
terpasang.
3. Ada alat yang harus disimpan berdiri, misalnya higrometer, neraca lengan
dan beaker glass.
4. Alat yang memiliki bobot relatif berat, disimpan pada tempat yang tingginya
tidak melebihi tinggi bahu.
5. Penyimpanan zat kimia harus diberi label dengan jelas dan disusun menurut
abjad.
6. Zat kimia beracun harus disimpan dalam lemari terpisah dan terkunci, zat
kimia yang mudah menguap harus disimpan di ruangan terpisah dengan
ventilasi yang baik.

Penyimpanan alat perlu memperhatikan frekuensi pemakaian alat. Apabila


alat itu sering dipakai maka alat tersebut disimpan pada tempat yang mudah diambil.
Alat – alat yang boleh diambil oleh siswa dengan sepengetahuan guru pembimbing,
hendaknya diletakkan pada meja demonstrasi atau di lemari di bawah meja keramik
yang menempel di dinding. Contoh alat yang dapat diletakkan di meja demonstrasi
adalah : kaki tiga, asbes dengan kasa dan tabung reaksi.
Penyimpanan dan pemeliharaan alat / bahan harus memperhitungkan sumber
kerusakan alat dan bahan. Sumber kerusakan alat dan bahan akibat lingkungan
meliputi hal – hal berikut :
1. Udara
Udara mengandung oksigen dan uap air (memilki kelembaban). Kandungan ini
memungkinkan alat dari besi menjadi berkarat dan membuat kusam logam lainnya
seperti tembaga dan kuningan. Usaha untuk menghindarkan barang tersebut
terkena udara bebas seprti dengan cara mengecat, memoles, memvernis serta
melapisi dengan khrom atau nikel. Kontak dengan udara bebas dapat menyebabkan
bahan kimia bereaksi.
Akibat reaksi bahan kimia dengan udara bebas seperti timbulnya zat baru,
terjadinya endapan, gas dan panas. Dampaknya bahan kimia tersebut tidak
berfungsi lagi serta dapat menimbulkan kecelakaan dan keracunan.
2. Air dan Asam – Basa
Alat laboratorium sebaiknya disimpan dalam keadaan kering dan bersih, jauh
dari air, asam dan basa. Senyawa air, asam dan basa dapat menyebabkan
kerusakan alat seperti berkarat, korosif dan berubah fungsinya. Bahan kimia yang
bereaksi dengan zat kimia lainnya menyebabkan bahan tersebut tidak berfungsi lagi
dan menimbulkan zat baru, gas, endapan, panas serta kemungkinan terjadinya
ledakan.
3. Suhu
Suhu yang tinggi atau rendah dapat mengakibatkan :alat memuai atau
mengkerut, memacu terjadinya oksidasi, merusak cat serta mengganggu fungsi alat
elektronika.
4. Mekanis
Sebaiknya hindarkan alat dan bahan dari benturan, tarikan dan tekanan yang
besar. gangguan mekanis dapat menyebabkan terjadinya kerusakan alat / bahan.
5. Cahaya
Secara umum alat dan bahan kimia sebaiknya dihindarkan dari sengatan
matahari secara langsung. Penyimpanan bagi alat dan bahan yang dapat rusak jika
terkena cahaya matahari langsung, sebaiknya disimpan dalam lemari tertutup.
Bahan kimianya sebaiknya disimpan dalam botol yang berwarna gelap.
6. Api
Komponen yang menjadi penyebab kebakaran ada tiga, disebut sebagai
segitiga api. Komponen tersebut yaitu adanya bahan bakar, adanya panas yang
cukup tinggi, dan adanya oksigen. Oleh karenanya penyimpanan alat dan bahan
laboratorium harus memperhatikan komponen yang dapat menimbulkan kebakaran
tersebut.

Langkah – Langkah Penyimpanan


1. Bersihkan Ruang dan Penyimpanan Alat dan Bahan
2. Periksa data ulang alat dan bahan yang ada
3. Kelompokkan alat dan bahan yang ada berdasarkan pada keadaan alat dan
bahan di atas
4. Penyimpanan dan penataan alat dan bahan disesuaikan dengan fasilitas
Laboratorium, keadaan alat dan bahan diatas.
Kesimpulan
Untuk memberdayakan laboratorium diperlukan beberapa keterampilan.
Salah satu keterampilan tersebut adalah dapat menata, mengadministrasikan, dan
menginventarisasi alat dan bahan.
Pengelolaan laboratorium kimia berkaitan dengan pengelola dan pengguna,
fasilitas laboratorium (bangunan, peralatan laboratorium, bahan kimia), dan aktivitas
yang dilaksanakan di laboratorium yang menjaga keberlanjutan fungsinya.
Penataan dan penyimpanan alat didasarkan pada keadaan laboratorium
yang ditentukan oleh fasilitas, susunan laboratorium, keadaan alat, dan kepentingan
pemakai ditentukan berdasarkan kemudahan dicari dan dicapai, serta keamanan
dalam penyimpanan dan pengambilannya. Berdasarkan keadaan alat, maka alat
dapat dikelompokkan atas jenis alat, jenis bahan pembuat alat, seberapa sering alat
tersebut digunakan, atau jenis percobaan.
Alat dan bahan yang ada hendaknya diletakkan ketempat semula setelah
selesai digunakan dan dibersihkan sehingga tetap awet dan tidak mengundang
terjadinya bahaya.
\

BAB III
KALIBRASI

A.Latar belakang
Pengertian kalibrasi menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabularyo f
International Metrology (VIM) adalah serangkaian kegiatan
yang membentuk hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh instrumen ukur
atau system pengukuran, atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang
sudah diketahui yang berkaitan dari besaran yang diukur dalam kondisit e r t e n t u .
Dengan kata lain, kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan
kebenaran konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengancara
membandingkan terhadap standar ukur yang mampu telusuri (traceable) kestandar nasional
untuk satuan ukuran dan/atau internasional.
1. Tujuan kalibrasi
1. Menentukan deviasi (penyimpangan) kebenaran nilai
konvensional penunjukan suatu instrument ukur.
2. Menjamin hasil-hsil pengukuran sesuai dengan standar Nasional
maupun Internasional.
3. Mencapai ketertelusuran pengukuran
2. Manfaat kalibrasi
1. Untuk mendukung sistem mutu yang diterapkan di berbagai
industri pada peralatan laboratorium dan produksi yang dimiliki.
2. Dengan melakukan kalibrasi, bisa diketahui seberapa jauh
perbedaan(penyimpangan) antara harga benar dengan harga yang
ditunjukkan oleh alat ukur.
3. M e n j a g a k o n d i s i i n s t r u m e n u k u r d a n b a h a n u k u r a g a r
t e t a p s e s u a i dengan spesefikasinya
3. Prinsip dasar kalibrasi
1. O b y e k U k u r ( U n i t U n d e r T e s t )
2. Standar Ukur(Alat standar kalibrasi, Prosedur/Metrode standar (Mengacu ke
standar kalibrasi internasional atau prosedur yang dikembangkan sendiri oleh
laboratorium yang sudah teruji (diverifikasi).
3. Lingkungan yg dikondisikan (Suhu dan kelembaban selalu dikontrol, Gangguan
factor lingkungan luar.
BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KALIBRASI

2.1.1 DEFINISI KALIBRASI

Bahwa setiap instrumen ukur harus dianggap tidak cukup baik sampai terbukti
melalui kalibrasi dan atau pengujian bahwa instrumen ukur tersebut memang baik.
Kalibrasi adalah memastikan kebenaran nilai-nilai yang ditunjukan oleh instrumen
ukur atau sistem pengukuran atau nilai-nilai yang diabadikan pada suatu bahan ukur
dengan cara membandingkan dengan nilai konvensional yang diwakili oleh standar
ukur yang memiliki kemampuan telusur ke standar Nasional atau Internasional.
Dengan kata lain: Kalibrasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran
konvensional nilai penunjukan alat inspeksi, alat pengukuran dan alat pengujian.

Menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabulary of International Metrology


(VIM), kalibrasi adalah kegiatan yang menghubungkan nilai yang ditunjukkan oleh
instrumen ukur atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur dengan nilai-nilai yang sudah
diketahui tingkat kebenarannya (yang berkaitan dengan besaran yang diukur). Nilai
yang sudah diketahui ini biasanya merujuk ke suatu nilai dari kalibrator atau standar,
yang tentunya harus memiliki akurasi yang lebih tinggi daripada alat ukur yang di-tes
(biasa disebut unit under test atau UUT) (Ibnu, 2004).

2.1.2 TUJUAN KALIBRASI

 Menentukan deviasi (penyimpangan) kebenaran nilai konvensional


penunjukan suatu instrumen ukur.
 Menjamin hasil-hsil pengukuran sesuai dengan standar Nasional maupun
Internasional.
 Mencapai ketertelusuran pengukuran atau menjaga agar traceability link ini
tidak putus.

2.1.3 MANFAAT KALIBRASI

Diantara banyak manfaatnya, manfaat dasarnya adalah untuk :

 Mendukung sistem mutu yang diterapkan di industri. Ini yang pada awalnya
paling populer menjadi pendorong orang atau industri mau mengkalibrasi
alatnya. ISO 9000 mensyaratkan semua alat ukur yang terkait dalam produksi
harus dijamin mutu keakuratannya. Dan salah satu tool utama untuk ini
adalah dengan melakukan kalibrasi. Requirement ini pada tahun-tahun
terakhir semakin terasa tidak populer seiring dengan semakin longgarnya
penerapan ISO 9000. Apalagi saat ini banyak perusahaan pemberi sertifikat
yang saling bersaing mendapatkan kastamer, yang akhirnya memunculkan
dampak negatif juga yaitu dengan makin melonggarkan aturan sehingga
(misalnya) dengan melakukan kalibrasi 10 alat ukurnya saja, dari 100 alat
ukur yang harusnya dikalibrasi, selesai sudah masalahnya. Apalagi jika orang
yang ditunjuk sebagai perwakilan auditee memiliki kemampuan komunikasi
yang sangat baik (alias pandai bersilat lidah), makin mudah saja
mendapatkan sertifikat ini tanpa capek-capek keluar biaya untuk
kalibrasi.Satu hal lagi bahwa sering terjadi kastamer tidak merasakan manfaat
langsung (bahkan manfaat teknis di lapangan) dari kegiatan kalibrasi ini,
sehingga ini bisa dijadikan alibi untuk excuse tidak melakukan kalibrasi. Dan
alibi ini bisa meyakinkan auditor ISO.
 Dapat mengetahui penyimpangan harga benar dengan harga yang
ditunjukkan alat ukur. Kalau ini memang menjadi alasan yang teknis sifatnya,
dan teknisi saja yang biasanya merasakan riil manfaatnya (Day, 1991).

2.1.4 ELEMEN-ELEMEN PROSES KALIBRASI

 Adanya obyek ukur (Unit Under Test)


 Adanya calibrator (standard)
 Adanya prosedur kalibrasi, yang mengacu ke standar kalibrasi internasional,
nasional atau prosedur yg dikembangkan sendiri oleh laboratorium yg sudah
teruji dengan terlebih dulu dilakukan verifikasi.
 Adanya teknisi yang telah memenuhi persyaratan mempunyai kemampuan
teknis kalibrasi (sebaiknya bersertifikat).
 Lingkungan terkondisi, baik suhu maupun kelembabannya. Andaipun tidak
bisa dikondisikan, misalnya terjadi saat kalibrasi dilakukan di lapangan
terbuka, maka faktor lingkungan harus diakomodasi dalam proses
pengukuran dan perhitungan ketidakpastian.
 Hasil kalibrasi itu sendiri, yaitu quality record berupa sertifikat kalibrasi. Di
dalamnya tercatat measured value, correction value, dan akhirnya nilai
uncertainty. Sertifikat ini tidak baku bentuknya, minimal harus dapat
memberikan informasi tentang seberapa sehat alat ukur milik kastamer yang
dikalibrasi. Artinya, kita bisa menambahkan banyak keterangan yang
diperlukan, bahkan bisa saja ditambahkan foto, gambar, hasil analisa khusus,
nilau TUR (Test Uncertainty Ratio), bahkan bisa saja melampirkan laporan
kinerja calibrator yang digunakan dalam proses ini.

Catatan : TUR adalah perbandingan antara ketidakpastian karakteristik instrumen


yang dikalibrasi terhadap ketidakpastian instrumen kalibratornya (spesifikasi alat
bisa dianggap sebagai ketidakpastian terbesar)b

2.1.5 PRINSIP KERJA KALIBRASI

Kalibrasi biasa dilakukan dengan membandingkan suatu standar yang terhubung


dengan standar nasional maupun internasional dan bahan-bahan acuan
tersertifikasi. Prinsip kalibrasi alat ukur volume dilakukan dengan mengukur bobot
suatu volume air destilata yang dikeluarkan oleh alat ukur volume. Bobot ini
kemudian dibandingkan dengan bobot jenis air pada suhu pengukuran volume
tersebut dilakukan, sehingga dapat ditentukan nilai ketepatannya. Kalibrasi alat ukur
volume dilakukan untuk menyesuaikan keluaran atau indikasi dari suatu perangkat
pengukuran volume agar sesuai dengan besaran dari standar yang digunakan
dalam akurasi tertentu (Keenan, 1991).

SUMBER-SUMBER YANG MEMPENGARUHI HASIL KALIBRASI

 Prosedur

Kalibrasi harus dilakukan sesuai dengan prosedur standar yang telah diakui.
Kesalahan pemahaman prosedur akan membuahkan hasil yang kurang benar dan
tidak dapat dipercaya. Pengesetan sistem harus teliti sesuai dengan aturan
pemakaian alat, agar kesalahan dapat dihindari.

 Kalibrator

Kalibrator harus mampu telusur kestandar Nasional dan atau Internasional. Tanpa
memiliki ketelusuran, hasil kalibrasi tidak akan diakui oleh pihak lain. Demikian
pulaketelitian, kecermatan dan kestabilan kalibrator harus setingkat lebih baik dari
pada alat yang dikalibrasi
 Tenaga pengkalibrasi

Tenaga pengkalibrasi harus memiliki keahlian dan ketrampilan yang memadai,


karena hasil kalibrasi sangat tergantung kepadanya. Kemampuan mengoperasikan
alat dan kemampuan visualnya, umumnya sangat diperlukan, terutama untuk
menghindari kesalahan yang disebabkan oleh peralak maupun penalaran posisi
skala.

 Periode kalibrasi

Periode kalibrasi adalah selang waktu antara satu kalibrasi suatu alat ukur dengan
kalibrasi berikutnya. Periode kalibrasi tergantung pada beberapa faktor antara lain
pada kualitas metrologis alat ukur tersebut, frekuensi pemakaian, pemeliharaan atau
penyimpanan dan tingkat ketelitianya. Periode kalibrasi dapat ditetapkan
berdasarkan lamanya pemakaian alat, waktu kalender atau gabungan dari
keduanya.

 Lingkungan

Lingkungan dapat menyebabkan pengaruh yang sangat besar terhadap kalibrasi


terutama untuk mengkalibrasi kalibrator. Misalnya kondisi suhu, kelembabab,
getaran mekanik medan listrik, medan magnetik, medan elektro magnetik, tingkat
penerangan dan sebagainya.

 Alat yang dikalibrasi

Alat yang dikalibrasi harus dalam keadaan maksimal, artinya dalam kondisi jalan
dengan baik, stabil dan tidak terdapat kerusakan yang menggangu.

Prosedur Kalibrasi

1. Identifikasi alat yang dikalibrasi


2. Membuat jadwal kalibrasi ( Internal / External )
3. Menyiapkan alat / bahan
4. Melakukan kalibrasi
5. Membuat laporan kalibrasi
6. Evaluasi hasil kalibrasi
7. Sesuai standar
 Ya ( Mencatat / memasang label kalibrasi )
 Tidak ( Melakukan evaluasi data dampak dari penyimpangan alat ► Laporan
► Membuat laporan kerusakan ► Prosedur perbaikan alat ) (Mukaromah,
2009)
SOP KALIBRASI

KALIBRASI

No. Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
SOP Halaman :

PUSKESMAS dr.Yuliaty Pongrekun


PATTINGALLOAN Nip.19590713
G 198710 2 002
1. Pengertian K a l i b r a s i a d a l a h k e g i a t a n u n t u k m e n e n t u k a n kebenaran
konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengancara
membandingkan terhadap standar ukur yang mampu telusuri (traceable)
kestandar nasional untuk satuan ukuran dan/atau internasional.
2. Tujuan  Menentukan deviasi (penyimpangan) kebenaran nilai
konvensional penunjukan suatu instrumen ukur.
 Menjamin hasil-hsil pengukuran sesuai dengan standar Nasional
maupun Internasional

Mencapai ketertelusuran pengukuran. Hasil pengukuran dapat


dikaitkan/ditelusur sampai ke standar yang lebih tinggi/teliti (standar
primer nasional dan / internasional), melalui rangkaian perbandingan
yang tak terputus.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. /PKM PATT/A/VIII/2015
4. Referensi Bassett, J. dkk. 1991. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta :


Bina Rupa Aksara.

Day, RA dan A.L Underwood, 1981, Analisa Kimia Kuantitatif, Erlangga,


Jakarta.

Ibnu, M. Shodiq, dkk. 2004. Kimia Analitik 1 Edisi Revisi. Malang:


Universitas Negeri Malang.

Keenan, Charles W. dkk., 1991, Ilmu Kimia untuk Universitas Jilid I,


Erlangga, Jakarta.
Mukaromah, Ana Hidayati. 2009. Petunjuk Praktikum Dasar Kimia
Analitik. Semarang: Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang.

5. Instrumen 1. ATK
2. Komputer
6. Langkah- 1.Identifikasi alat yang dikalibrasi
langkah
2.Membuat jadwal kalibrasi ( Internal / External )

3.Menyiapkan alat / bahan

4.Melakukan kalibrasi

5.Membuat laporan kalibrasi

6.Evaluasi hasil kalibrasi

7.Sesuai standar

 Ya ( Mencatat / memasang label kalibrasi )


 Tidak ( Melakukan evaluasi data dampak dari penyimpangan alat
► Laporan ► Membuat laporan kerusakan ► Prosedur
perbaikan alat ) (Mukaromah, 2009)
1.Identifikasi alat yang 2.Membuat jadwal
dikalibrasi kalibrasi ( Internal /
External

3.Menyiapkan alat / bahan


7. Bagan Alir

4.Melakukan kalibrasi

5.Membuat laporan
kalibrasi

.7 .Sesuai standar.-Ya ( Mencatat / 6.Evaluasi hasil kalibrasi


memasang label kalibrasi )-Tidak (
Melakukan evaluasi data dampak dari
penyimpangan alat ► Laporan ►
Membuat laporan kerusakan ►
Prosedur perbaikan alat )
(Mukaromah, 2009)

8. Hal-hal yang
Sebelum dikalibrasi ,harus dipastikan bahwa alat dalam keadaan baik dan
perlu
masih bisa difungsikan
diperhatikan
9. Unit Terkait
R.Pol.Gigi,R.ugd ,R.Bersalin,R.KIA,R Lab,R Pol.Umum

10. Dokumen
Terkait Checklist Fungsi Alat

11. Rekaman No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai


Historis diberlakukan
2.2 STANDARISASI

Larutan yang mempunyai konsentrasi molar yang diketahui, dapat dengan mudah
digunakan untuk reaksi-reaksi yang melibatkan prosedur kuantitaif. Kuantitas zat
terlarut dalam suatu volume larutan itu, di mana volume itu diukur dengan teliti,
dapat diketahui dengan tepat dari hubungan dasar berikut ini.

Mol = liter x konsentrasi molar atau mmol = mL x konsentrasi molar.

Perhitungan-perhitungan stoikiometri yang melibatkan larutan yang diketahui


normalitasnya bahkan lebih sederhana lagi. Dengan definisi bobot ekuivalen, dua
larutan akan bereaksi satu sama lain dengan tepat bila keduanya mengandung gram
ekuivalen yang sama yaitu, jika V1 x N2 = V2 x N2. Dalam hubungan ini kedua
normalitas harus dinyatakan dengan satuan yang sama, demikian juga kedua volum,
satuan-satuan itu dapat dipilih secara sembarang (Bassett, 1991).

Larutan-larutan yang mempunyai normalitas yang diketahui sangat berguna


walaupun hanya satu di antara pereaksi itu yang terlarut. Dalam hal ini jumlah gram
ekuivalen (atau miliekuivalen) pereaksi yang tidak terlarut dapat dihitung dengan
cara biasa, yaitu dengan membagi massa contoh dalam gram (atau miligram)
dengan bobot ekuivalennya. Jumlah g-ek satu pereaksi tetap harus sama dengan g-
ek zat yang lain (Brady, 1999).

Volumetri atau tirimetri adalah suatu cara analisis kuantitatif dari reaksi kimia. Pada
analisis ini zat yang akan ditentukan kadarnya, direaksikan dengan zat lain yang
telah diketahui konsentrasinya, sampai tercapai suatu titik ekuivalen sehingga
kepekatan (konsentrasi) zat yang kita cari dapat dihitung (Syukri, 1999).

Pada analisis volumetri diperlukan larutan standar. Proses penentuan konsentrasi


larutan satandar disebut menstandarkan atau membakukan. Larutan standar adalah
larutan yang diketahui konsentrasinya, yang akan digunakan pada analisis volumetri.

Ada dua cara menstandarkan larutan yaitu:

1. Pembuatan langsung larutan dengan melarutkan suatu zat murni dengan


berat tertentu, kemudian diencerkan sampai memperoleh volume tertentu
secara tepat. Larutan ini disebut larutan standar primer, sedangkan zat yang
kita gunakan disebut standar primer.
2. Larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan cara menimbang
zat kemudian melarutkannya untuk memperoleh volum tertentu, tetapi dapat
distandartkan dengan larutan standar primer, disebut larutan standar skunder.

Zat yang dapat digunakan untuk larutan standar primer, harus memenuhi
persyaratan dibawah ini :

1. Mudah diperoleh dalam bentuk murni ataupun dalam keadaan yang diketahui
kemurniannya. Pengotoran tidak melebihi 0,01 sampai 0,02 %
2. Harus stabil
3. Zat ini mudah dikeringkan tidak higrokopis, sehingga tidak menyerap uap air,
tidak meyerap CO2 pada waktu penimbangan (Sukmariah, 1990).

Suatu reaksi dapat digunakan sebagai dasar analisis tirimetri apabila memenuhi
persyaratan berikut :

1. Reaksi harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan dalam


waktu yang tidak terlalu lama.
2. Reaksi harus sederhana dan diketahui dengan pasti, sehingga didapat
kesetaraan yang pasti dari reaktan.
3. Reaksi harus berlangsung secara sempurna.
4. Mempunyai massa ekuivalen yang besar

Larutan standar biasanya kita teteskan dari suatu buret ke dalam suatu erlenmeyer
yang mengandung zat yang akan ditentukan kadarnya sampai reaksi selesai.
Selesainya suatu reaksi dapat dilihat karena terjadi perubahan warna Perubahan ini
dapat dihasilkan oleh larutan standarnya sendiri atau karena penambahan suatu zat
yang disebut indikator. Titik di mana terjadinya perubahan warna indikator ini disebut
titik akhir titrasi. Secara ideal titik akhir titrasi seharusnya sama dengan titik akhir
teoritis (titik ekuivalen). Dalam prakteknya selalu terjadi sedikit perbedaan yang
disebut kesalahan titrasi.Untuk analisis titrimetri atau volumetri lebih mudah kalau
kita memakai sistem ekivalen (larutan normal) sebab pada titik akhir titrasi jumlah
ekivalen dari zat yang dititrasi = jumlah ekivalen zat penitrasi. Berat ekivalen suatu
zat sangat sukar dibuat definisinya, tergantung dari macam reaksinya. Pada titrasi
asam basa, titik akhir titrasi ditentukan oleh indikator. Indikator asam basa adalah
asam atau basa organik yang mempunyai satu warna jika konsentrasi hidrogen lebih
tinggi daripada sutau harga tertentu dan suatu warna lain jika konsentrasi itu lebih
rendah (Sukmariah, 1990).
Daftar Pustaka

Avidianto, D. 2010. Cara Menyimpan Alat dan Bahan Laboratorium IPA.


http://devoav1997.webnode.com/news/cara-menyimpan-alat-dan-bahan-
laboratorium-ipa-/ (diakses 16 Februari 2011)
Hadi, Langgeng, (2008), Pengelolaan Lab Bagian 4 (Administrasi Fasilitas Di
Laboratorium), http://www.psb-psma.org/content/blog/pengelolaan-lab-bagian-
4-administrasi-fasilitas-di-laboratorium, (diakses tanggal 16 Januari 2011)
Jevuska, (2009), Pengelolaan Laboratorium Sekolah,
http://www.jevuska.com/topic/pengelolaan+laboratorium+sekolah.html,
(diakses tanggal 16 Januari 2011)
Kalijaga, Sunan, (2010), Laboratorium Terpadu UIN. http://integratedlaboratory.uin-
suka.ac.id/ (diakses tanggal 16 Januari 2011)
Setiawan, dkk, (2008), Pengelolaan Laboratorium Biologi SMA, http://www.find-
docs.com/pengelolaan-laboratorium-biologi-sma-doc.html ((diakses tanggal 16
Januari 2011)
Sugiarto, Bowo, (2008), Optimalisasi Pengelolaan Laboratorium IPA SMP,
http://bowobiologi.blogspot.com/2008/10/optimalisasi-pengelolaan-
laboratorium.html
(diakses tanggal 16 Januari 2011)

Sutopo, Eko, (2008), Bagaimana mengelola laboratorium sains di sekolah?«


Learning Center Community, http://ekohs.wordpress.com/2008/12/04/ (diakses
tanggal 16 Januari 2011)

Bassett, J. dkk. 1991. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta : Bina Rupa
Aksara.

Day, RA dan A.L Underwood, 1981, Analisa Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.

Ibnu, M. Shodiq, dkk. 2004. Kimia Analitik 1 Edisi Revisi. Malang: Universitas Negeri
Malang.

Keenan, Charles W. dkk., 1991, Ilmu Kimia untuk Universitas Jilid I, Erlangga,
Jakarta.

Mukaromah, Ana Hidayati. 2009. Petunjuk Praktikum Dasar Kimia Analitik.


Semarang: Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

Sukmariah. 1990. Kimia Kedokteran edisi 2. Jakarta : Bina Rupa Aksara.

Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung : ITB.

Anda mungkin juga menyukai