OLEH:
H.BUDIRMAN
POLITEKNIK KESEHATAN JURUSAN D-III KEPERAWATAN
KELAS RPL
Gambar 3. Berbagai alat laboratorium yang merupakan model dimana model ini
biasanya digunankan pada pelajaran biologi.
4. Bagan, seperti bagan klasifikasi makhluk hidup, bagan metamorfosis pada
katak, bagan sistem pengeluaran manusia, dsb.
Gambar 4. Berbagai alat laboratorium yang merupakan bagan dimana bagan ini
biasanya digunankan pada pelajaran biologi.
5. Alat siap pakai (rakitan), seperti kit listrik, kit magnet, kit optik, dsb.
2. Kotak Pertolongan Pertama lengkap dengan isinya (obat, kasa, plester, obat
luka)
3. Alat kebersihan seperti sapu, pengki/serokan sampah, lap pel, sikat tabung
reaksi.
4. Alat bantu lainnya seperti obeng, palu, tang, gergaji dsb.
Gambar 7. Berbagai alat laboratorium yang merupakan perkakas pendukung.
Alat di laboratorium IPA berdasarkan bahan pembuatnya, meliputi kelompok :
1. Alat optik (kaca), seperti tabung reaksi, labu erlenmeyer, pembakar spiritus.
2. Alat dari logam, seperti kasa asbes, peralatan bedah dsb.
3. Alat dari kayu, seperti rak tabung reaksi, penjepit tabung reaksi dsb
4. Alat dari plastik, seperti botol zat kimia dsb.
5. Alat dari bahan lainnya seperti sikat tabung reaksi dari ijuk, sumbat gabus dan
mortar dari porselain.
Gambar 10. Berbagai alat laboratorium yang disimpan pada lemari alat.
Tata letak dan pengaturan perabot laboratorium IPA
Prinsip keamanan
Alat disimpan supaya aman dari pencuri dan kerusakan, atas dasar alat yang mudah
dibawa dan mahal harganya seperti stop watch perlu disimpan pada lemari terkunci.
Aman juga berarti tidak menimbulkan akibat rusaknya alat dan bahan sehingga
fungsinya berkurang.
Prinsip Kemudahan
Untuk memudahkan mencari letak masing – masing alat dan bahan, perlu diberi
tanda yaitu dengan menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan alat
(lemari, rak atau laci).
Prinsip Keleluasaan
Penyimpanan alat diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan seperti lemari,
rak dan laci yang ukurannya disesuaikan dengan luas ruangan yang tersedia.
Prinsip Keindahan
Cara penyimpanan alat dan bahan dapat berdasarkan jenis alat, pokok bahasan,
golongan percobaan dan bahan pembuat alat :
Jika alat laboratorium dibuat dari beberapa bahan, alat itu dimasukkan ke dalam
kelompok bahan yang banyak digunakan.
Penyimpanan alat diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan seperti
lemari, rak dan laci . Pengelompokan alat – alat kimia berdasarkan bahan pembuat
alat tersebut seperti : logam, kaca, porselen, plastik dan karet
Penyimpanan alat dan bahan selain berdasar hal – hal di atas, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Mikroskop disimpan dalam lemari terpisah dengan zat higroskopis dan
dipasang lampu yang selalu menyala untuk menjaga agar udara tetap kering
dan mencegah tumbuhnya jamur.
2. Alat berbentuk set, penyimpanannya harus dalam bentuk set yang tidak
terpasang.
3. Ada alat yang harus disimpan berdiri, misalnya higrometer, neraca lengan
dan beaker glass.
4. Alat yang memiliki bobot relatif berat, disimpan pada tempat yang tingginya
tidak melebihi tinggi bahu.
5. Penyimpanan zat kimia harus diberi label dengan jelas dan disusun menurut
abjad.
6. Zat kimia beracun harus disimpan dalam lemari terpisah dan terkunci, zat
kimia yang mudah menguap harus disimpan di ruangan terpisah dengan
ventilasi yang baik.
BAB III
KALIBRASI
A.Latar belakang
Pengertian kalibrasi menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabularyo f
International Metrology (VIM) adalah serangkaian kegiatan
yang membentuk hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh instrumen ukur
atau system pengukuran, atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang
sudah diketahui yang berkaitan dari besaran yang diukur dalam kondisit e r t e n t u .
Dengan kata lain, kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan
kebenaran konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengancara
membandingkan terhadap standar ukur yang mampu telusuri (traceable) kestandar nasional
untuk satuan ukuran dan/atau internasional.
1. Tujuan kalibrasi
1. Menentukan deviasi (penyimpangan) kebenaran nilai
konvensional penunjukan suatu instrument ukur.
2. Menjamin hasil-hsil pengukuran sesuai dengan standar Nasional
maupun Internasional.
3. Mencapai ketertelusuran pengukuran
2. Manfaat kalibrasi
1. Untuk mendukung sistem mutu yang diterapkan di berbagai
industri pada peralatan laboratorium dan produksi yang dimiliki.
2. Dengan melakukan kalibrasi, bisa diketahui seberapa jauh
perbedaan(penyimpangan) antara harga benar dengan harga yang
ditunjukkan oleh alat ukur.
3. M e n j a g a k o n d i s i i n s t r u m e n u k u r d a n b a h a n u k u r a g a r
t e t a p s e s u a i dengan spesefikasinya
3. Prinsip dasar kalibrasi
1. O b y e k U k u r ( U n i t U n d e r T e s t )
2. Standar Ukur(Alat standar kalibrasi, Prosedur/Metrode standar (Mengacu ke
standar kalibrasi internasional atau prosedur yang dikembangkan sendiri oleh
laboratorium yang sudah teruji (diverifikasi).
3. Lingkungan yg dikondisikan (Suhu dan kelembaban selalu dikontrol, Gangguan
factor lingkungan luar.
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KALIBRASI
Bahwa setiap instrumen ukur harus dianggap tidak cukup baik sampai terbukti
melalui kalibrasi dan atau pengujian bahwa instrumen ukur tersebut memang baik.
Kalibrasi adalah memastikan kebenaran nilai-nilai yang ditunjukan oleh instrumen
ukur atau sistem pengukuran atau nilai-nilai yang diabadikan pada suatu bahan ukur
dengan cara membandingkan dengan nilai konvensional yang diwakili oleh standar
ukur yang memiliki kemampuan telusur ke standar Nasional atau Internasional.
Dengan kata lain: Kalibrasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran
konvensional nilai penunjukan alat inspeksi, alat pengukuran dan alat pengujian.
Mendukung sistem mutu yang diterapkan di industri. Ini yang pada awalnya
paling populer menjadi pendorong orang atau industri mau mengkalibrasi
alatnya. ISO 9000 mensyaratkan semua alat ukur yang terkait dalam produksi
harus dijamin mutu keakuratannya. Dan salah satu tool utama untuk ini
adalah dengan melakukan kalibrasi. Requirement ini pada tahun-tahun
terakhir semakin terasa tidak populer seiring dengan semakin longgarnya
penerapan ISO 9000. Apalagi saat ini banyak perusahaan pemberi sertifikat
yang saling bersaing mendapatkan kastamer, yang akhirnya memunculkan
dampak negatif juga yaitu dengan makin melonggarkan aturan sehingga
(misalnya) dengan melakukan kalibrasi 10 alat ukurnya saja, dari 100 alat
ukur yang harusnya dikalibrasi, selesai sudah masalahnya. Apalagi jika orang
yang ditunjuk sebagai perwakilan auditee memiliki kemampuan komunikasi
yang sangat baik (alias pandai bersilat lidah), makin mudah saja
mendapatkan sertifikat ini tanpa capek-capek keluar biaya untuk
kalibrasi.Satu hal lagi bahwa sering terjadi kastamer tidak merasakan manfaat
langsung (bahkan manfaat teknis di lapangan) dari kegiatan kalibrasi ini,
sehingga ini bisa dijadikan alibi untuk excuse tidak melakukan kalibrasi. Dan
alibi ini bisa meyakinkan auditor ISO.
Dapat mengetahui penyimpangan harga benar dengan harga yang
ditunjukkan alat ukur. Kalau ini memang menjadi alasan yang teknis sifatnya,
dan teknisi saja yang biasanya merasakan riil manfaatnya (Day, 1991).
Prosedur
Kalibrasi harus dilakukan sesuai dengan prosedur standar yang telah diakui.
Kesalahan pemahaman prosedur akan membuahkan hasil yang kurang benar dan
tidak dapat dipercaya. Pengesetan sistem harus teliti sesuai dengan aturan
pemakaian alat, agar kesalahan dapat dihindari.
Kalibrator
Kalibrator harus mampu telusur kestandar Nasional dan atau Internasional. Tanpa
memiliki ketelusuran, hasil kalibrasi tidak akan diakui oleh pihak lain. Demikian
pulaketelitian, kecermatan dan kestabilan kalibrator harus setingkat lebih baik dari
pada alat yang dikalibrasi
Tenaga pengkalibrasi
Periode kalibrasi
Periode kalibrasi adalah selang waktu antara satu kalibrasi suatu alat ukur dengan
kalibrasi berikutnya. Periode kalibrasi tergantung pada beberapa faktor antara lain
pada kualitas metrologis alat ukur tersebut, frekuensi pemakaian, pemeliharaan atau
penyimpanan dan tingkat ketelitianya. Periode kalibrasi dapat ditetapkan
berdasarkan lamanya pemakaian alat, waktu kalender atau gabungan dari
keduanya.
Lingkungan
Alat yang dikalibrasi harus dalam keadaan maksimal, artinya dalam kondisi jalan
dengan baik, stabil dan tidak terdapat kerusakan yang menggangu.
Prosedur Kalibrasi
KALIBRASI
No. Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
SOP Halaman :
5. Instrumen 1. ATK
2. Komputer
6. Langkah- 1.Identifikasi alat yang dikalibrasi
langkah
2.Membuat jadwal kalibrasi ( Internal / External )
4.Melakukan kalibrasi
7.Sesuai standar
4.Melakukan kalibrasi
5.Membuat laporan
kalibrasi
8. Hal-hal yang
Sebelum dikalibrasi ,harus dipastikan bahwa alat dalam keadaan baik dan
perlu
masih bisa difungsikan
diperhatikan
9. Unit Terkait
R.Pol.Gigi,R.ugd ,R.Bersalin,R.KIA,R Lab,R Pol.Umum
10. Dokumen
Terkait Checklist Fungsi Alat
Larutan yang mempunyai konsentrasi molar yang diketahui, dapat dengan mudah
digunakan untuk reaksi-reaksi yang melibatkan prosedur kuantitaif. Kuantitas zat
terlarut dalam suatu volume larutan itu, di mana volume itu diukur dengan teliti,
dapat diketahui dengan tepat dari hubungan dasar berikut ini.
Volumetri atau tirimetri adalah suatu cara analisis kuantitatif dari reaksi kimia. Pada
analisis ini zat yang akan ditentukan kadarnya, direaksikan dengan zat lain yang
telah diketahui konsentrasinya, sampai tercapai suatu titik ekuivalen sehingga
kepekatan (konsentrasi) zat yang kita cari dapat dihitung (Syukri, 1999).
Zat yang dapat digunakan untuk larutan standar primer, harus memenuhi
persyaratan dibawah ini :
1. Mudah diperoleh dalam bentuk murni ataupun dalam keadaan yang diketahui
kemurniannya. Pengotoran tidak melebihi 0,01 sampai 0,02 %
2. Harus stabil
3. Zat ini mudah dikeringkan tidak higrokopis, sehingga tidak menyerap uap air,
tidak meyerap CO2 pada waktu penimbangan (Sukmariah, 1990).
Suatu reaksi dapat digunakan sebagai dasar analisis tirimetri apabila memenuhi
persyaratan berikut :
Larutan standar biasanya kita teteskan dari suatu buret ke dalam suatu erlenmeyer
yang mengandung zat yang akan ditentukan kadarnya sampai reaksi selesai.
Selesainya suatu reaksi dapat dilihat karena terjadi perubahan warna Perubahan ini
dapat dihasilkan oleh larutan standarnya sendiri atau karena penambahan suatu zat
yang disebut indikator. Titik di mana terjadinya perubahan warna indikator ini disebut
titik akhir titrasi. Secara ideal titik akhir titrasi seharusnya sama dengan titik akhir
teoritis (titik ekuivalen). Dalam prakteknya selalu terjadi sedikit perbedaan yang
disebut kesalahan titrasi.Untuk analisis titrimetri atau volumetri lebih mudah kalau
kita memakai sistem ekivalen (larutan normal) sebab pada titik akhir titrasi jumlah
ekivalen dari zat yang dititrasi = jumlah ekivalen zat penitrasi. Berat ekivalen suatu
zat sangat sukar dibuat definisinya, tergantung dari macam reaksinya. Pada titrasi
asam basa, titik akhir titrasi ditentukan oleh indikator. Indikator asam basa adalah
asam atau basa organik yang mempunyai satu warna jika konsentrasi hidrogen lebih
tinggi daripada sutau harga tertentu dan suatu warna lain jika konsentrasi itu lebih
rendah (Sukmariah, 1990).
Daftar Pustaka
Bassett, J. dkk. 1991. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta : Bina Rupa
Aksara.
Day, RA dan A.L Underwood, 1981, Analisa Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.
Ibnu, M. Shodiq, dkk. 2004. Kimia Analitik 1 Edisi Revisi. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Keenan, Charles W. dkk., 1991, Ilmu Kimia untuk Universitas Jilid I, Erlangga,
Jakarta.