Anda di halaman 1dari 21

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. AM.
Umur : 24 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Perjaya
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
RM : 02.77.29
MRS tanggal : 02-10-2016
Tanggal Pemeriksaan: 02-10-2016
Keluar RS : 05-10-2016

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Batuk darah
Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang ke IGD RSUD Martapura dengan keluhan batuk darah yang dirasakan
sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit sebanyak +2 sendok makan. Darah yang keluar
berwarna merah segar bercampur dengan dahak, tidak disertai dengan campuran sisa
makanan. Darah yang keluar didahului dengan batuk. Os juga mengatkan batuk darah
sudah 2 minggu terakhir namun berupa bercak .
Os juga mengeluhkan batuk sejak 2 bulan yang lalu dan tidak pernah hilang
sampai saat ini.Batuk disertai dengan dahak kental berwarna kuning kehijauan. Selain itu,
os juga mengeluh demam sejak 2 bulan yang lalu,demam tidak tinggi, tidak disertai
dengan menggigil dan bersifat hilang timbul. Os juga mengeluh sering berkeringat malam
hari, berat badan menurun dan nafsu makan menurun. Os juga meraskan nyeri dada
sebelah kanan ketika batuk.

1
Buang air kecil normal dengan frekuensi 3-4x/hari, warna kuning jernih, kencing
batu (-), nyeri saat BAK (-), darah (-).BAB normal dengan frekuensi BAB 1x/hari.

Riwayat Penyakit Dahulu


 Os belum pernah mengalami batuk darah sebelumnya.
 Riwayat tekanan darah tinggi (-), kencing manis (-), asthma (-), keganasan (-).

Riwayat Penyakit Keluarga


 Tidak ada anggota keluarga os dengan keluhan batuk darah.
 Tidak ada keluarga os yang menderita batuk lama.

Riwayat Pengobatan
 Os menyangkal pernah mengkonsumsi obat OAT selama 6 bulan.
 Os pernah berobat dan diberi obat (cefadroxyl,ctm,ambroxol)
 Riwayat alergi obat (-)

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum
Keadaan sakit : Tampak sakit sedang.
Kesadaran/GCS : compos mentis/E4V5M6.
Tekanan Darah : 120/70 mmHg.
Nadi : 102 kali per menit, reguler
Pernafasan : 24 kali per menit,thorakoabdominal.
Suhu : 37,70C.
Berat Badan : 60 kg .
Tinggi Badan : 160 cm.
60
𝐼𝑀𝑇 =
(1,60)2
60
𝐼𝑀𝑇 =
2,56
𝐼𝑀𝑇 = 23,4→ normal.

2
Status Lokalis
 Kepala :
- Ekspresi wajah : normal.
- Bentuk dan ukuran : normal.
- Rambut : normal.
- Udema (-).
- Malar rash (-).
- Parese N VII (-).
- Hiperpigmentasi (-).
- Nyeri tekan kepala (-).

 Mata :
- Simetris.
- Alis : normal.
- Exopthalmus (-/-).
- Ptosis (-/-).
- Nystagmus (-/-).
- Udema palpebra (-/-).
- Konjungtiva: anemia (-/-), hiperemia (-/-).
- Sclera: icterus (-/-), hyperemia (-/-), pterygium (-/-).
- Pupil : isokor

 Telinga :
- Bentuk : normal simetris antara kiri dan kanan.
- Lubang telinga : normal, secret (-/-).
- Nyeri tekan (-/-).
- Peradangan pada telinga (-)
- Pendengaran : normal.

3
 Hidung :
- Simetris, deviasi septum (-/-).
- Napas cuping hidung (-/-).
- Perdarahan (-/-), secret (-/-).

 Mulut :
- Simetris.
- Bibir : sianosis (-), pursed lips breathing (-).
- Gusi : hiperemia (-), perdarahan (-).
- Lidah: glositis (-), atropi papil lidah (-), lidah berselaput (-), kemerahan di pinggir
(-), tremor (-), lidah kotor (-).
- Gigi : caries (-)
- Mukosa : normal.

 Leher :
- Simetris (-).
- Kaku kuduk (-).
- Pemb.KGB (-).
- Trakea : di tengah.
- JVP : 5-1 cm.
- Pembesaran otot sternocleidomastoideus (-).
- Pembesaran thyroid (-).

 Thorax
Pulmo :
Inspeksi :
- Bentuk: simetris.
- Ukuran: normal, barrel chest (-)
- Pergerakan dinding dada : simetris.
- Permukaan dada : petekie (-), purpura (-), spider nevi (-), vena kolateral (-), massa
(-), sikatrik (-) hiperpigmentasi (-), genikomastia (-), retraksi (-).

4
Palpasi :
- Pergerakan dinding dada : simetris
- Fremitus raba :
a. Lobus superior : D/S sama
b. Lobus medius dan lingua: D/S sama
c. Lobus inferior : D/S sama
- Nyeri tekan (-), edema (-), krepitasi (-).

Perkusi :
- Sonor (+/+).
- Nyeri ketok (-).
Auskultasi :
- Suara napas vesikuler (+/+).
- Suara tambahan rhonki (+)
- Suara tambahan wheezing (-/-).
- Suara gesek pleura (-/-).

Cor :
Inspeksi: Iktus cordis tidak tampak.
Palpasi : Iktus cordis teraba ICS V linea midklavikula sinistra.
Perkusi : - batas kanan jantung : ICS II linea parasternal dextra.
batas kiri jantung : ICS V linea midklavikula sinistra.
Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-).

 Abdomen
Inspeksi :
- Bentuk : datar
- Permukaan Kulit : sikatrik (-), pucat (-), sianosis (-), vena kolateral (-), caput
meducae (-), petekie (-), purpura (-), ekimosis (-), luka bekas operasi (-),
hiperpigmentasi (-).

5
Auskultasi :
- Bising usus (+) normal.
- Metallic sound (-).

Palpasi :
- Turgor : normal.
- Nyeri tekan (-) diseluruh kuadran abdomen
- Hepar/lien/renal tidak teraba.
Perkusi :
- Timpani (+) pada seluruh lapang abdomen
- Redup beralih (-)
- Nyeri ketok CVA: -/-

 Extremitas :
Ekstremitas atas :
- Akral hangat : +/+
- Deformitas : -/-
- Edema: -/-
- Sianosis : -/-
- Ptekie: -/-
- Clubbing finger: -/-
- Infus terpasang +/-
Ekstremitas bawah:
- Akral hangat : +/+
- Deformitas : -/-
- Edema: -/-
- Sianosis : -/-
- Ptekie: -/-
- Clubbing finger: -/-

6
IV. RESUME
Laki-laki berumur 24 tahun datang dengan keluhan batuk darah sejak 6 jam
SMRS. Darah yang keluar berwarna merah segar bercampur dengan dahak, tidak disertai
dengan campuran sisa makanan dan berjumlah ± 2 sendok. Os juga mengeluhkan batuk
berdahak kental berwarna kuning sejak 2 bulan yang lalu.Selain itu, os juga mengeluh
demam sejak 2 bulan yang lalu.Os sering berkeringat pada malam hari. os pernah
merasakan nyeri dada sebelah kanan sejak beberapa minggu yang lalu.Nyeri dada timbul
terutama jika pasien sedang batuk.Os juga mengeluhkan nafsu makan berkurang sejak 1
bulan terakhir sehingga os merasa badanya semakin kurus.. BAK normal, BAB normal.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan Darah Lengkap :
Parameter 03/10/2016 Normal
HGB 15 14-18 g/dL
HCT 46 40– 50 [%]
RBC 5,3 4,5 – 5,5[10^6/ µL]
WBC 6.700 4,0 – 11,0 [10^3/ µL]
PLT 214.000 150 – 400 [10^3/ µL]

Pemeriksaan sputum : BTA s(-) p(-) s(-)


Pemeriksaan Radiologi
Foto thorak posisi AP
Interpretasi :

 Terdapat kavitas pada paru


kanan
 Terdapat infiltrate pada kedua
lapang paru.

7
VI. DIAGNOSIS KERJA
Hemoptoe e.c TB paru

VII. PENATALAKSANAAN
Usulan Terapi
Medikamentosa:
1. IVFD RL 20 tetes/menit.
2. 02 2-4L/jam
3. Inj. Traneksamat 1 Amp/8 jam
4. Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam
5. Neurobion drip
6. PCT 3x1
7. Ambroxol 3x1
8. Terapi OAT kategori 1

Non Medikamentosa:
1. Posisi Trendelenberg.
2. Tirah baring.
3. Diet: TKTP
4. Pasien dan keluarga diberi edukasi mengenai penyakit yang diderita pasien dan
penatalaksanaannya serta pencegahannya.
5. Jika keluhan dirasakan kembali segera berobat ke pelayanan medis terdekat

Usulan pemeriksaan :
1. Fungsi Hepar

Rencana Monitoring :
Evaluasi kesadaran, tanda vital, keluhan.

VIII. PROGNOSA
Dubia ad bonam

8
FOLLOW UP

Tanggal Subjektive Objective Assessment Planning


03/10/2016 batuk (+) dahak (+) Ku : Sedang Hemaptoe e.c -Diet TKTP
warna kuning kehijauan Kesadaran : CM -IVFD Rl 20 gtt
TB Paru
,darah (-),nyeri dada (+) Vital sign : -neurobion drip
jika batuk. TD : 100/70 Inj. Asam
mmHg tranexamat 1
N : 84 x/menit amp/8 jam
RR : 24 x/menit -inj. Ranitidine
T : 36,90C 1 amp/12 jam
Thorak : -PCT 3x500mg
Wheezing (-), Rh -Ambroxol 3x1
(+), vesikuler Pro:Cek sputum
04/10/2016 batuk (+) dahak (+) Ku : Baik Hemaptoe e.c -IVFD Rl 20 gtt
warna kuning kehijauan Kesadaran : CM -neurobion drip
TB Paru
,darah (-),nyeri dada (+) Vital sign : Inj. Asam
jika batuk. TD : 100/70 tranexamat 1
mmHg amp/8 jam
N : 80 x/menit -inj. Ranitidine
RR : 20 x/menit 1 amp/12 jam
T : 37,20C -PCT 3x500mg
Thorak : - Ambroxol 3x1
Wheezing (-), Rh
(+), vesikuler
BTA : S(-) P(+)
05/10/2016 batuk (+) dahak (+) Ku : Baik Hemaptoe e.c -Diet TKTP
warna kuning kehijauan Kesadaran : CM -OAT Kat I
TB Paru
,darah (-),nyeri dada (+) Vital sign : - Ambroxol 3x1
jika batuk. TD : 110/80
mmHg
N : 92 x/menit ACC Pulang
RR : 20 x/menit
T : 370C
Thorak :
Wheezing (-), Rh
(+), vesikuler
BTA : S(-) P(+)

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Penyakit tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Sebagian besar kuman Mycobacterium tuberculosis menyerang paru, tetapi
dapat juga menyerang organ tubuh lainnya. Penyakit ini merupakan infeksi bakteri kronik
yang ditandai oleh pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi dan reaksi
hipersensitivitas yang diperantarai sel (cell mediated hypersensitivity). Penyakit tuberkulosis
yang aktif bisa menjadi kronis dan berakhir dengan kematian apabila tidak dilakukan
pengobatan yang efektif .1,3

B. Etiologi
Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. M.tuberculosis
adalah bakteri batang tipis lurus berukuran sekitar 0,4 x 3 µm, tahan asam, bersifat aerob.1,3

C. Cara penularan
Sumber penularan adalah melalui pasien tuberkulosis paru BTA (+). Pada waktu
batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan
dahak). Kuman yang berada di dalam droplet dapat bertahan di udara pada suhu kamar
selama beberapa jam dan dapat menginfeksi individu lain bila terhirup ke dalam saluran
nafas. Kuman tuberkulosis yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan dapat
menyebar dari paru ke bagian tubuhlainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran
limfe, saluran pernafasan, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.4

D. Patogenesis
Tuberkulosis Primer
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan paru
sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut sarang primer atau afek
primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda

10
dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah
bening menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran
kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan
limfangitis regional dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan
mengalami salah satu nasib sebagai berikut :
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad integrum)
Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis fibrotik,
2.
sarang perkapuran di hilus)
3. Menyebar dengan cara :
a. Perkontinuitatum, menyebar ke sekitarnya Salah satu contoh adalah
epituberkulosis, yaitu suatu kejadian penekanan bronkus, biasanya bronkus lobus
medius oleh kelenjar hilus yang membesar sehingga menimbulkan obstruksi pada
saluran napas bersangkutan, dengan akibat atelektasis. Kuman tuberkulosis akan
menjalar sepanjang bronkus yang tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan
menimbulkan peradangan pada lobus yang atelektasis tersebut, yang dikenal
sebagai epituberkulosis.
b. Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke paru
sebelahnya atau tertelan
c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini berkaitan dengan
daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang ditimbulkan dapat
sembuh secara spontan, akan tetetapi bila tidak terdapat imuniti yang adekuat,
penyebaran ini akan menimbulkan keadaan cukup gawat seperti tuberkulosis
milier, meningitis tuberkulosis, typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini juga
dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal,
anak ginjal, genitalia dan sebagainya. Komplikasi dan penyebaran ini mungkin
berakhir dengan :
- Sembuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya pertumbuhan terbelakang
pada anak setelah mendapat ensefalomeningitis, tuberkuloma ) atau
- Meninggal. Semua kejadian diatas adalah perjalanan tuberkulosis primer.

11
Tuberkulosis Postprimer
Tuberkulosis postprimer akan muncul bertahun-tahun kemudian setelah tuberkulosis
primer, biasanya terjadi pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis postprimer mempunyai nama
yang bermacam-macam yaitu tuberkulosis bentuk dewasa, localized tuberculosis,
tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama menjadi
masalah kesehatan masyarakat, karena dapat menjadi sumber penularan. Tuberkulosis
postprimer dimulai dengan sarang dini, yang umumnya terletak di segmen apikal lobus
superior maupun lobus inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumoni
kecil. Sarang pneumoni ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut :
1. Diresopsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat
2. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses penyembuhan dengan
penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan terjadi pengapuran dan akan sembuh
dalam bentuk perkapuran. Sarang tersebut dapat menjadi aktif kembali dengan
membentuk jaringan keju dan menimbulkan kaviti bila jaringan keju dibatukkan
keluar.
3. Sarang pneumoni meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa). Kaviti akan
muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti awalnya berdinding tipis,
kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kaviti sklerotik). Kaviti tersebut akan
menjadi:
- meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumoni baru. Sarang pneumoni ini
akan mengikuti pola perjalanan seperti yang disebutkan di atas
- memadat dan membungkus diri (enkapsulasi), dan disebut tuberkuloma.
Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh, tetapi mungkin pula aktif kembali,
mencair lagi dan menjadi kaviti lagi
- bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, atau kaviti menyembuh
dengan membungkus diri dan akhirnya mengecil. Kemungkinan berakhir sebagai
kaviti yang terbungkus dan menciut sehingga kelihatan seperti bintang (stellate
shaped).

12
E. Diagnosis
Diagnosis TB paru ditegakkan berdasarkan diagnosis klinis, dilanjutkan dengan
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologis. 4,5
1. Diagnosis klinis
Pada pasien TB paru gejala klinis utama adalah batuk terus menerus dan berdahak
selama 3 minggu atau lebih. Gejala tambahan yang mungkin menyertai adalah batuk
darah, sesak nafas dan rasa nyeri dada, badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan
turun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan dan
demam/meriang lebih dari sebulan.4
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan pertama pada keadaan umum pasien mungkin ditemukan konjungtiva mata
atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfebris), badan kurus atau berat
badan menurun. Pada pemeriksaan fisik pasien sering tidak menunjukkan suatu kelainan
terutama pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimtomatik. Pada TB
paru lanjut dengan fibrosis yang luas sering ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot
interkostal. Bila TB mengenai pleura, sering terbentuk efusi pleura sehingga paru yang
sakit akan terlihat tertinggal dalam pernapasan, perkusi memberikan suara pekak,
auskultasi memberikan suara yang lemah sampai tidak terdengar sama sekali. Dalam
penampilan klinis TB sering asimtomatik dan penyakit baru dicurigai dengan
didapatkannya kelainan radiologis dada pada pemeriksaan rutin atau uji tuberkulin yang
positif.1,5
3. Polymerase chain reaction (PCR)
Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA, termasuk
M.tuberculosis. Salah satu msalah dalam pemeriksaan ini adalah kemungkinan
kontaminasi.
4. Pemeriksaan serologi
- Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
- Mycodot
5. Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi yang terjadi.

13
6. ICT
Imunnochromatographic tuberculosis adalah uji serologik untuk mendeteksi antibodi
M.tuberculosis dalam serum.
7. Pemeriksaan BACTEC
Dasar pemeriksaan biakan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik.sistem ini
dapat menjadi salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu
menegakkan diagnosis.
8. Pemeriksaan Cairan Pleura
Pemeriksaan analisis cairan pleura & uji rivalta cairan pleura perlu dilakukan pada
penderita dengan efusi pleura.
9. Pemeriksaan Histopatologi Jaringan
Diagnosis pasti infeksi TB didapatkan bila pemeriksaan histopatologi pada jaringan paru
atau jaringan diluar paru memberikan hasil berupa granuloma dengan perkejuan.
10. Pemeriksaan radiologis
Lokasi lesi TB umumnya di daerah apex paru tetapi dapat juga mengenai lobus bawah
atau daerah hilus menyerupai tumor paru. Pada awal penyakit saat lesi masih menyerupai
sarang- sarang pneumonia, gambaran radiologinya berupa bercak-bercak seperti awan
dan dengan batas- batas yang tidak tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka
bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas yang tegas dan disebut tuberkuloma.4
Pada kalsifikasi bayangannya tampak sebagai bercak-bercak padat dengan densitas
tinggi.Pada atelektasis terlihat seperti fibrosis yang luas dengan penciutan yang dapat
terjadi pada sebagian atau satu lobus maupun pada satu bagian paru. Gambaran
tuberkulosa milier terlihat berupa bercak-bercak halus yang umumnya tersebar merata
pada seluruh lapangan paru. Pada TB yang sudah lanjut, foto dada sering didapatkan
bermacam-macam bayangan sekaligus seperti infiltrat, garis-garis fibrotik, kalsifikasi,
kavitas maupun atelektasis dan emfisema.5
11. Pemeriksaan bakteriologis
- Sputum
Tuberkulosis paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA
positif pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif

14
apabila sedikitnya dua dari tiga pemeriksaan dahak SPS (Sewaktu-Pagi-Sewaktu) BTA
hasilnya positif.4
Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto
rontgen dada atau pemeriksaan spesimen SPS diulang. 1). Kalau hasil rontgen
mendukung tuberkulosis, maka penderita didiagnosis sebagai penderita TB BTA positif.
2). Kalau hasil rontgen tidak mendukung TB, maka pemeriksaan dahak SPS diulangi.
Bila ketiga spesimen dahak negatif, diberikan antibiotik spektrum luas selama 1-2
minggu. Bila tidak ada perubahan, namun gejala klinis mencurigakan TB, ulangi
pemeriksaan dahak SPS. 1). Kalau hasil SPS positif, didiagnosis sebagai penderita
tuberkulosis BTA positif. 2). Kalau hasil SPS tetap negatif, lakukan pemeriksaan foto
rontgen dada, untuk mendukung diagnosis TB.
12. Darah
Pada saat TB baru mulai (aktif) akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit meninggi
dengan pergeseran hitung jenis ke kiri. Jumlah limfosit masih di bawah normal. Laju
endap darah (LED) mulai meningkat. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit
kembali ke normal dan jumlah limfosit masih tinggi, LED mulai turun ke arah normal
lagi. Hasil pemeriksaan darah lain juga didapatkan: anemia ringan dengan gambaran
normokrom normositer, gama globulin meningkat, dan kadar natrium darah menurun.4
13. Tes Tuberkulin
Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis TB
terutama pada anak-anak (balita). Sedangkan pada dewasa tes tuberkulin hanya untuk
menyatakan apakah seorang individu sedang atau pernah mengalami infeksi M.
tuberculosis atau Mycobacterium patogen. Tes tuberkulin dilakukan dengan cara
menyuntikkan 0,1 cc tuberkulin P.P.D (Purified Protein Derivative) secara intrakutan.
Dasar tes tuberkulin ini adalah reaksi alergi tipe lambat. Setelah 48-72 jam tuberkulin
disuntikkan, akan timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrat
limfosit yakni reaksi persenyawaan antara antibodi seluler dan antigen tuberkulin.4
Berdasarkan indurasinya maka hasil tes mantoux dibagi dalam (Bahar, 2007): a). Indurasi
0-5 mm (diameternya) : Mantoux negatif = golongan no sensitivity. Di sini peran
antibodi humoral paling menonjol. b). Indurasi 6-9 mm : Hasil meragukan = golongan
normal sensitivity. Di sini peran antibodi humoral masih menonjol. c). Indurasi 10-15

15
mm : Mantoux positif = golongan low grade sensitivity. Di sini peran kedua antibodi
seimbang. d). Indurasi > 15 mm : Mantoux positif kuat = golongan hypersensitivity. Di
sini peran antibodi seluler paling menonjol.4
Biasanya hampir seluruh penderita TB paru memberikan reaksi mantoux yang positif
(99,8%). Kelemahan tes ini adalah adanya positif palsu yakni pada pemberian BCG atau
terinfeksi dengan Mycobacterium lain, negatif palsu pada pasien yang baru 2-10 minggu
terpajan tuberkulosis, anergi, penyakit sistemik serta (Sarkoidosis, LE), penyakit
eksantematous dengan panas yang akut (morbili, cacar air, poliomielitis), reaksi
hipersensitivitas menurun pada penyakit hodgkin, pemberian obat imunosupresi, usia tua,
malnutrisi, uremia, dan penyakit keganasan. Untuk pasien dengan HIV positif, tes
mantoux ± 5 mm, dinilai positif.

F. Klasifikasi TB
Tipe penderita tuberkulosis berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, yaitu :
a. Kasus baru
Kasus baru adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
mengkonsumsi OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).
b. Kambuh (relaps)
Kambuh (relaps) adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosa dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat dengan
pemeriksaan dahak BTA positif.
c. Pindahan (transfer in)
Pindahan (transfer in) adalah pasien yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten
lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut harus
membawa surat rujukan / pindah (form TB. 09).
d. Setelah lalai (pengobatan setelah default / drop out)
Setelah lalai (pengobatan setelah default / drop out) adalah pasien yang sudah berobat paling
kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang kembali berobat.
Umumnya penderita tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.

16
e. Gagal
Gagal adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada
akhir bulan kelima (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau pada akhir pengobatan. Atau
penderita dengan hasil BTA negatif rontgen positif pada akhir bulan kedua pengobatan.
f. Kasus kronis
Kasus kronis adalah pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai
pengobatan ulang kategori II dengan pengawasan yang baik.
g. Tuberkulosis resistensi ganda
Tuberkulosis resistensi ganda adalah tuberkulosis yang menunjukkan resistensi terhadap
Rifampisin dan INH dengan/tanpa OAT lainnya.
G. Tatalaksana
Obat-obat TB dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis regimen, yaitu obat lapis
pertama dan obat lapis kedua. Kedua lapisan obat ini diarahkan ke penghentian pertumbuhan
basil, pengurangan basil dormant dan pencegahan resistensi. Obat-obatan lapis pertama
terdiri dari Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid, Etambutol dan Streptomisin. Obat-obatan
lapis dua mencakup Rifabutin, Ethionamid, Cycloserine, Para-Amino Salicylic acid,
Clofazimine, Aminoglycosides di luar Streptomycin dan Quinolones. Obat lapis kedua ini
dicadangkan untuk pengobatan kasus-kasus multi drug resistance..1,2,4
- Panduan Obat Anti Tuberkulosis
Kategori Kasus Obat Yang Dianjurkan Keterangan
I -TB paru BTA 2RHZE/4RH atau
+,BTA-,lesi luas 2RHZE/6HE
-TB di luar paru 2RHZE/4R3H3
kasus berat
II -Kambuh -3RHZE/6RH
-Gagal Pengobatan -2RHZES/RHZE/5R3H3E3
II -TB paru lalai -2RHZES/RHZE/5R3H3E3
berobat
III -TB paru BTA neg. -2RHZ/4RH
lesi minimal
-TB diluar paru 2RHZ/4R3H3
kasus ringan
IV -Kronik Sesuai uji resistensi atau H
seumur hidup
IV -MDR TB Sesuai uji resistensi atau
H/kuinolon seumur hidup

17
Efek Samping OAT
Sebagian besar penderita TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek samping.
Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping, oleh karena itu pemantauan
kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan selama pengobatan.
Efek samping yang terjadi dapat ringan atau berat, bila efek samping ringan dan
dapat diatasi dengan obat simtomatik maka pemberian OAT dapat dilanjutkan.
 Isoniazid (INH)
Efek samping ringan dapat berupa tanda-tanda keracunan pada syaraf tepi, kesemutan,
rasa terbakar di kaki dan nyeri otot. Efek ini dapat dikurangi dengan pemberian
piridoksin dengan dosis 100 mg perhari atau dengan vitamin B kompleks. Pada keadaan
tersebut pengobatan dapat diteruskan. Kelainan lain ialah menyerupai defisiensi
piridoksin (syndrom pellagra) Efek samping berat dapat berupa hepatitis yang dapat
timbul pada kurang lebih 0,5% penderita. Bila terjadi hepatitis imbas obat atau ikterik,
hentikan OAT dan pengobatan sesuai dengan pedoman TB pada keadaan khusus.
 Rifampisin
• Efek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya memerlukan pengobatan simtomatik
ialah : - Sindrom flu berupa demam, menggigil dan nyeri tulang - Sindrom perut berupa
sakit perut, mual, tidak nafsu makan, muntah kadang-kadang diare - Sindrom kulit seperti
gatal-gatal kemerahan
• Efek samping yang berat tapi jarang terjadi ialah : - Hepatitis imbas obat atau ikterik,
bila terjadi hal tersebut OAT harus distop dulu dan penatalaksanaan sesuai pedoman TB
pada keadaan khusus - Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal. Bila
salah satu dari gejala ini terjadi, rifampisin harus segera dihentikan dan jangan diberikan
lagi walaupun gejalanya telah menghilang - Sindrom respirasi yang ditandai dengan
sesak napas.
Rifampisin dapat menyebabkan warna merah pada air seni, keringat, air mata, air liur.
Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolisme obat dan tidak berbahaya. Hal
ini harus diberitahukan kepada penderita agar dimengerti dan tidak perlu khawatir.
 Pirazinamid
Efek samping utama ialah hepatitis imbas obat (penatalaksanaan sesuai pedoman TB
pada keadaan khusus). Nyeri sendi juga dapat terjadi (beri aspirin) dan kadangkadang

18
dapat menyebabkan serangan arthritis Gout, hal ini kemungkinan disebabkan
berkurangnya ekskresi dan penimbunan asam urat. Kadang-kadang terjadi reaksi demam,
mual, kemerahan dan reaksi kulit yang lain.
 Etambutol
Etambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa berkurangnya ketajaman,
buta warna untuk warna merah dan hijau. Meskipun demikian keracunan okuler tersebut
tergantung pada dosis yang dipakai, jarang sekali terjadi bila dosisnya 15-25 mg/kg BB
perhari atau 30 mg/kg BB yang diberikan 3 kali seminggu. Gangguan penglihatan akan
kembali normal dalam beberapa minggu setelah obat dihentikan. Sebaiknya etambutol
tidak diberikan pada anak karena risiko kerusakan okuler sulit untuk dideteksi
 Streptomisin
Efek samping utama adalah kerusakan syaraf kedelapan yang berkaitan dengan
keseimbangan dan pendengaran. Risiko efek samping tersebut akan meningkat seiring
dengan peningkatan dosis yang digunakan dan umur penderita.
Risiko tersebut akan meningkat pada penderita dengan gangguan fungsi ekskresi ginjal.
Gejala efek samping yang terlihat ialah telinga mendenging (tinitus), pusing dan
kehilangan keseimbangan. Keadaan ini dapat dipulihkan bila obat segera dihentikan atau
dosisnya dikurangi 0,25gr. Jika pengobatan diteruskan maka kerusakan alat
keseimbangan makin parah dan menetap (kehilangan keseimbangan dan tuli). Reaksi
hipersensitiviti kadang terjadi berupa demam yang timbul tiba-tiba disertai sakit kepala,
muntah dan eritema pada kulit. Efek samping sementara dan ringan (jarang terjadi)
seperti kesemutan sekitar mulut dan telinga yang mendenging dapat terjadi segera setelah
suntikan. Bila reaksi ini mengganggu maka dosis dapat dikurangi 0,25gr Streptomisin
dapat menembus barrier plasenta sehingga tidak boleh diberikan pada wanita hamil sebab
dapat merusak syaraf pendengaran janin.
H. Komplikasi
- Batuk darah
- Pneumothoraks
- Gagal napas
- Gagal jantung
- Efusi pleura

19
BAB III
ANALISIS KASUS

Penyakit tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium


tuberculosis. Sebagian besar kuman Mycobacterium tuberculosis menyerang paru, tetapi dapat
juga menyerang organ tubuh lainnya. Penyakit ini merupakan infeksi bakteri kronik yang
ditandai oleh pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi dan reaksi hipersensitivitas
yang diperantarai sel (cell mediated hypersensitivity). Penyakit tuberkulosis yang aktif bisa
menjadi kronis dan berakhir dengan kematian apabila tidak dilakukan pengobatan yang efektif.
Pasien datang ke IGD RSUD Martapura dengan keluhan batuk darah yang dirasakan
sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit sebanyak +2 sendok makan. Darah yang keluar
berwarna merah segar bercampur dengan dahak, tidak disertai dengan campuran sisa makanan.
Darah yang keluar didahului dengan batuk. Pasien juga mengatkan batuk darah sudah 2 minggu
terakhir namun berupa bercak .
Pasien juga mengeluhkan batuk sejak 2 bulan yang lalu dan tidak pernah hilang sampai
saat ini.Batuk disertai dengan dahak kental berwarna kuning kehijauan. Selain itu, os juga
mengeluh demam sejak 2 bulan yang lalu,demam tidak tinggi, tidak disertai dengan menggigil
dan bersifat hilang timbul. Pasien juga mengeluh sering berkeringat malam hari, berat badan
menurun dan nafsu makan menurun. Pasien juga meraskan nyeri dada sebelah kanan ketika
batuk.
Penatalksanaan awal pasien adalah pemasangan Oksigen melalui kanul nasal sebanyak 2-
4 Liter per jam, kemudian dilakukan pemasangan IVFD RL setelah itu diberikan injeksi asam
tranexamat untuk menghentikan perdarahan.selanjutnya pada pasien dilakukan pemeriksaan foto
rotgen thorax AP dan pemeriksaan dahak SPS dan pemeriksaan laboratorium darah. Selanjutnya
dilakukan follow up pada pasien.
Keadaan pasien terus membaik dan perdarahan berhenti, pasien dirawat di Bangsal
Penyakit Dalam bagian Isolasi RSUD Martapura selama 3 hari. Setelah follow up dihari ke-3
keadaan umum pasien semakin membaik dan melihat hasil rotgnen dan dahak pasien yang
mengarah kepada diagnosis TB Paru,selanjutnya pasien diberikan OAT kategori 1 dan edukasi
kepada pasien dan keluarga pasien.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Bahar, A., 2007. Tuberkulosis Paru dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Edisi
IV. Jakarta : BPFKUI; 988-994.
2. Purnasari Galih, 2001. Anemia pada Penderita Tuberkulosis Paru Anak dengan Berbagai
Status Gizi dan Asupan Zat Gizi. Diakses dari http://eprints.undip.ac.id/32592/1/394_
Galih_Purnasari_G2C007032.pdf pada 11 Oktober 2016.
3. Daniel, M. Thomas. 1999. Harrison : Prinsip-Prinsip Ilmu penyakit dalam Edisi 13
Volume 2. Jakarta : EGC : 799-808
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis Edisi 2 Cetakan Pertama. Jakarta.
5. Crofton, John. 2002. Tuberkulosis Klinis Edisi 2. Jakarta : Widya Medika.
6. World Health Organization. 1993. Treatment of Tuberculosis : Guidelines for National
programmes. Geneva : 3-1

21

Anda mungkin juga menyukai