Anda di halaman 1dari 27

Struktur Ginjal dan Organ Sekitarnya

serta Mekanisme Kerja Ginjal


Anastasia Mudita Linanda
10-2013-366
Fakultas Kedokteran UKRIDA

Alamat Korespondensi:
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
No. Telp (021) 5694-2061, e-mail: muditalinanda@gmail.com

PENDAHULUAN
Tubuh kita memiliki banyak sistem yang menyokong kemampuan hidup kita. Salah satunya adalah
sistem kemih, yang berkontribusi bagi homeostasis dengan membantu mengatur volume, komposisi
elektrolit, dan pH lingkungan internal dan dengan mengeluarkan produk sisa metabolik. Ginjal
berperan besar dalam mempertahankan homeostasis dengan mengatur konsentrasi banyak konstituen
plasma, khususnya elektrolit dan air, dan dengan membuang semua bahan sisa metabolik (kecuali
karbondioksida, yang dikeluarkan oleh paru). Sistem kemih terdiri dari organ pembentuk urin (ginjal)
dan struktur-struktur yang membawa urin dari ginjal ke luar untuk dieliminasi dari tubuh seperti
vesika urinaria, uretra, ureter, tapi yang akan ditekankan pada makalah ini adalah ginjal karena
tujuan penulisan ini adalah supaya mahasiswa atau pembaca mengerti anatomi dan bentuk
mikroskopik dari ginjal serta organ-organ sekitarnya, mengetahui fungsi ginjal, mekanisme kerja
ginjal, serta mekanisme berkemih
PEMBAHASAN

Maksroskopis Ginjal
Ren atau ginjal terletak retroperineal primer, artinya dari awal pembentukan sampai dewasa tetap
menjadi organ visera retroperineal, pada sebelah kanan dan kiri columna vertebralis. Ren sinistra
terletak setinggi costa XI atau vertebrata lumbal 2-3, sedangkan rend extra terletak setinggi costa XII
atau vertebral lumbal 3-4. Jarak antara extremitas superior rend extra dan sinistra adalah 7 cm,
sedangkan jarak antara extremitas inferior rend extra dan sinistra adalah 7 cm, sedangkan jarak
antara extremitas inferior ren dextra dan sinistra adalah 11 cm. Sedangkan jarak dari extremitas
inferior ke crista iliaca adalah 3-5 cm. Ren berbentuk seperti kacang merah dengan panjang 10-12
cm dan tebal 3,5- 5 cm. Ren dextra memiliki hubungan di sisi anterior dan posterior. Di anterior, ren
dextra berhubungan dengan glandula suprarenalis, hepar, pars descendens duodenum, dan flexura
coli dextra. Di posterior seperti gambar di bawah ini, berhubungan dengan diaphragma, recessus
costodiaphragmaticus, costa XII, musculus psoas major, musculus quadratus lumborum, dan
musculus transversus abdominis. Nervus subcostalis (T12), nervus iliohypogastricus, dan nervus
ilioinguinalis (L1) berjalan ke bawah dan lateral.1

Gambar 1. Batas-batas Posterior Ginjal.1

Ren sinistra juga memiliki hubungan ke anterior dan posterior. Di anterior, seperti gambar di bawah
ini, ren sinistra berhubungan dengan gladula suprarenalis, lien, gaster, pancreas, flexura coli sinistra,
dan lengkung-lengkung jejunum. Di posterior berhubungan dengan diaphragma, recessus
costodiaphragmaticus; costa XI (ren sinistra lebih tinggi dibandingkan ren dexter) dan costa XII; dan
musculus psoas, musculus quadratus lumborum, dan musculus transversus abdomonis. Nervus
subcostalis (T12), nervus iliohypogastricus, dan nervus ilioinguinalis (L1) berjalan ke bawah dan
lateral.

Gambar 2. Batas-batas Anterior Ginjal1

Jika kita lihat pada gambar di bawah ini, ginjal dibungkus oleh capsula fibrosa, dimana melekat pada
ren dan mudah dikupas, capsula fibrosa hanya menyelubungi ginjal dan tidak membungkus gl.
Suprarenalis. Capsula adipose, dimana mengandung banyak lemak dan membungkus ginjal dan
glandula suprarenalis. Capsula adiposa di bagian depan relative lebih tipis dibandingkan di bagian
belakang. Ginjal dipertahankan pada tempatnya oleh fascia adiposa. Pada keadaan tertentu capsula
adiposa sangat tipis sehingga jaringan ikat yang menghubungkan capsula fibrosa dan capsula renalis
kendor sehingga ginjal turun, yang disebut nephroptosis. Fascia renalis( Gerota), dimana terletak di
luar capsula fibrosa dan terdiri dari 2 lembar yaitu fascia prerenalis di bagian depan ginjal dan fascia
retrorenalis di bagian belakang ginjal. Kedua lembar fascia renalis ke caudal tetap terpisah, ke cranial
bersatu, sehingga kantong ginjal terbuka ke bawah, oleh karena sering terjadi ascending infection.
Gambar 3. Pembungkus Ginjal2

Di dalam glomerulus, darah disaring dan disalurkan ke dalam medulla. Pada medulla, seperti gambar
berikut ini, saluran- saluran tersebut akan bermuara pada papilla renalis sehingga tamapak garis-
garis pada medulla yang disebut processus medullaris( ferheini). Medulla renalis dimana pada
medulla renalis dapat dijumpai papilla renalis sesuai ujung ginjal yang berbentuk segitiga, yang
disebut pyramid renalis( malphigi), saluran- saluran yang menembus papilla disebut ductuli
papillares( bellini), tempat tembusnya berupa ayakan yang disebut area cribriformis, papilla renalis
menonjol ke dalam calix minor, diantara pyramis- pyramis terdapat columna renalis( Bertini),
beberapa calyx minor(2-4) membentuk calyx major, beberapa calyx major bergabung menjadi
pyelum atau pelvis renis, kemudian menjadi ureter, ruangan tempat calyx disebut sinus renalis.3
Gambar 4. Renal Pelvis2

Ginjal diperdarahi oleh A. Renalis seperti pada gambar di bawah ini. Perjalanan vaskularisasi ginjal
yaitu A. renalis, dipercabangkan dari aorta abdominalis setinggi vertebrata lumbal 1-2, A. renalis
kanan lebih panjang dari A. renalis kiri karena harus menyilang V, cava inferior di belakangnya. A.
renalis masuk ke dalam ginjal melalui hilus renalis dan mempercabangkan dua cabang besar. Cabang
yang pertama berjalan ke depan ginjal dan mendarahi ginjal bagian depan. Sedangkan cabang yang
kedua berjalan ke belakang ginjal dan mendarahi ginjal bagian belakang. Cabang yang menuju ke
bagian depan ginjal lebih panjang daripada cabang yang menuju ke bagian belakang ginjal. Kedua
cabang a. renalis bagian depan dan bagian belakang akan bertemu di lateral, pada garis tengah ginjal
atau disebut dengan garis broedel. A. renalis berjalan diantara lobus ginjal dan bercabang lagi
menjadi A. interlobaris dimana arteri ini berada pada perbatasan cortex dan medulla akan bercabang
menjadi A. arcuata yang akan mengelilingi cortex dan medulla, sehingga disebut a. arciformis. Arteri
ini akan mempercabangkan A. interlobularis dan berjalan sampai tepi ginjal (cortex), kemudian
mempercabangkan Vasa afferens( glomerulus), dalam glomerulus membentuk anyaman atau
pembuluh kapiler, sebagai vasa efferens menjadi anyaman rambut membentuk tubuli contorti.
Pembuluh balik pada ren mengikuti nadinya mulai permukaan ginjal sebgai kapiler dan kemudian
berkumpul ke dalam v. interlobaris( Vv stellatae). Dari V. interlobularis -> V. arcuata -> V.
interlobaris-> V. renalis-> V. cava inferior.

Gambar 5. Pendarahan Ginjal2

Persarafan ginjal terdiri dari plexus sympathicus renalis.serabut-serabut aferen yang berjalan melalui
plexus renalis masuk ke medula spinalis melalui nervus thoracicus X, XI, dan XII

Makroskopis ureter
Ureter merupakan lanjutan dari pelvis renalis, panjangnya 25-30 cm berjalan ke arah distal untuk
bermuara di vesica urinaria. Menurut letaknya, ureter dibedakan menjadi pars abdominalis ureteris
dan pars pelvina ureteris. Pars abdominalis ureteris berjalan dalam cavum abdomen pada laki-laki
dan wanita tidak berbeda. Pars abdominalis ureteris di sebelah ventral berbatasan dengan peritoneum,
A.V. colica, dan menyilang A.V spermatica interna (pada laki-laki) atau A.V ovarica (pada wanita).
Di sebelah ventra, pars abdominalis ureteris dextra juga berbatasan dengan pars descendeens duodeni
di bagian atas, ileum di bagian bawah, dan tepi lateral V. Cava inferior. Sedangkan pars abdominalis
ureteris sinistra berbatasan dengan colon sigmoideum dan mesocolonnya (serta recessus
intersigmoideus). Di sebelah dorsal, pars abdominalis ureteris destra dan sinistra disilang oleh
m.psoas dan n. Genitofemoralis.pars pelvina ureteris berjalan dalam cavum pelvis pada wanita
berbeda dengan laki-laki karena perbedaan alat-alat panggul wanita dan laki-laki. Mua-mula pars
pelvina ureteris pada laki-laki dan wanita menyilang apertura pelvis superior di ventral a. Iliaca
communis, kemudian berjalan ke arah dorsocaudal di ventral a. Iliaca interna menuju ke daerah spina
ischiadica. Dai spina ischiadica, pars pelvina ureteris pada laki-laki membelok ke ventral dan medial
untuk bermuara ke dalam vesica urinaria pada sudut lateran atasnya. Pada saat hendak memasuki
vesica urinaria, pars pelvina ureteris laki-laki menyilang ductus deferens di sebelah lateral.
Sedangkan pada wanita, setelah mencapai spina ischiadica maka pars pelvina ureteris akan berjalan
ventromedial dibawah lig. Latum uteri dan menyilang A. Uterina di sisi medial. Kemudian ppaprs
pelvina ureteris akan berjalan ke arah ventral, di sebelah lateral fornix lateralis vagina, dan kemudian
masuk ke dalam vesica urinaria. Muara ureter pada vesica urinaria berupa garis miring sepanjang
kurang lebih 1,9 cm. Ureter dipersarafi oleh plexus hypogastricus inferior T11-L2 melalui neuron-
neuron simpatis.2
Persarafan ureter terdiri dari plexus renalis, testicularis (atau ovaricus), dan plexus hypogastricus (di
dalam pelvis). Serabut-serabut aferen berjalan bersama dengan saraf simpatik dan masuk medulla
spinalis dan masuk medulla spinalis setinggi segmen lumbalis I dan II

Makroskopis Vesika Urinaria


Vesica urinaria ketika tidak sedang terisi oleh urin (kosong) seperti pada gambar di bawah ini,
memiliki bagian seperti fundus vesicae, apex / vertex vesicae, cervix vesicae / collum vesicae.1
Gambar 6. Vesika Urinaria2
Fundus vesicae, sisi berbentuk segitiga dan menghadap ke caudodorsal, berhadapan dengan rectum.
Pada pria dipisahkan dari rectum oleh fascia rectovesicalis yang meliputi vesicular seminalis dan
ampulla ductus deferens. Sedangkan pada wanita dipisahkan dari rectum oleh fornix, portio
supravaginalis. Apex / vertex vesicae terdapat plica umbilicalis mediana dan lig. Umbilicale mediana.
Cervix Vesicae / Collum vesicae merupakan tempat bertemunya kedua facies inferolateral.Pada pria
menerus pada prostat. Sedangkan pada wanita terletak di cranial m.pubococcygeus. Vesica urinaria
ketika penuh terisi oleh urinakan berbentuk oval dan memiliki bagian seperti facies posterosuperior,
facies posterosuperior, facies lateralis. Facies posterosuperior bagian ini diliputi oleh peritoneum
parietal. Pada pria dipisahkan dari rectum oleh excavatio retrovesicalis. Sedangkan pada wanita
dipisahkan dari rectum oleh excavation vesicouterina, portio supravaginalis cervicis uteri, fornix
anterior vagina. Facies anteroinferior, bagian ini tidak diliputi oleh peritoneum parietal.3
Facies lateralis, bagian ini tidak diliputi oleh peritoneum parietal.
Pada vaskularisasi dan innervasi vesica urinaria, VU bagian cranial divaskularisasi oleh 2 atau 3
a.vesicalis superior (cabang dari a. umbilicalis). Sedangkan VU bagian caudal dan cervix
divaskularisasi oleh a. vesicalis inferior. Pada wanita mendapatkan tambahan vaskularisasi dari a.
vaginalis. Pada bagian fundus vesicae pada pria divaskularisasi oleh a. deferentialis dan pada wanita
oleh a. vaginalis dan a. vesicalis inferior. Sedangkan aliran vena nya akan bermuara pada plexus
venosus prostaticus & vesicalis yang akan bermuara pada v.hypogastrica.
VU mendapatkan persarafan simpatik (segmen Thoracal XI – Lumbal II) dari Plexus prostaticus &
plexus vesicalis yang berasal dari plexus hipogastricus inferior. Persarafan ini memberikan fungsi
untuk menggiatkan m. spinchter interna dan menginhibisi m. detrussor serta menghantarkan rasa
nyeri dari VU. Selain itu VU juga mendapatkan persarafan parasimpatik dari n. splanchnicus
pelvicus Segmen Sacral II-IV. Perssarafan ini memberikan fungsi untuk merelaksasi sfingter interna,
menggiatkan m.detrussor, menghantarkan peregangan dinding VU dan mengosongkan VU.1
Makroskopis Urethra
Urethra merupakan saluran yang menyalurkan urin dari Vesica Urinaria agar bisa keluar dari tubuh.
Terdapat perbedaan yang sangat nyata antara organ urethra pada laki-laki dan perempuan. Urethra
pada pria memiliki panjang sekitar 20-25cm. Selain berfungsi untuk mengeluarkan urin, urethra
masculine juga berfungsi untuk mengeluarkan cairan semen. Seperti gambar dibawah ini, Urethra
masculine terbagi atas 3 bagian , yakni Urethra pars prostatica, Urethra pars membranosa, Urethra
pars spongiosa.2

Gambar 7. Uretra pada Laki-laki2


Sesuai dengan namanya, urethra pars prostatica ini terletak di dalam Prostat. Urethra pars prostatica
memiliki panjang sekitar 3 cm. dalam prostat, urethra menerima sepasang ductus ejaculatorius yang
merupakan penyatuan antara ductus ekskretorius dan ductus vesicular seminalis. Selain itu, urethra
pars prostatica juga mendapatkan muara dari ductus-ductus dari kelenjar prostat itu sendiri.
Urethra pars membranosa merupakan bagian urethra yang paling pendek (1-2cm) dan juga paling
sempit. Urethra pars membranosa terbentang dari apex prostat sampai ke bulbus penis. Urethra pars
membranosa terletak di dalam diaphragma pelvis (diaphragma urogenitalia). Urethra bagian ini
berdinding tipis dan dikelilingi oleh m. sfingter urethra externa dan merupakan bagian yang mudah
robek saat dilakukan kateterisasi urin. Urethra pars spongiosa merupakan bagian urethra yang
terpanjang (15 cm) terletak di dalam bulbus penis, corpus spongiosum dan glans penis. Urethra pars
spongiosa juga dimuarai oleh ductus glandula bulbourethralis dan lacuna urethralis yang merupakan
muara dari ductus glandula urethralis. Terdapat 2 buah pelebaran yakni fossa intrabulbaris
(pelebaran pada bulbus penis) dan fossa navicularis (pelebaran pada glans penis). Urethra pars
spongiosa kemudian akan berakhir pada Orificium (ostium) urethra externum (OUE) pada glans
penis. Urethra masculine divaskularisasi oleh cabang dari a. vesicalis inferior, a. rectalis media, dan a.
urethralis. Urethra masculine mendapatkan persarafan dari n.pudendus dan plexus prostaticus.
Urethra pada wanita seperti gambar di bawah ini, hanya berukuran 3,75 - 5cm, berbentuk lurus dan
mudah diregangkan. Karena alasan ini pulalah yang menyebabkan wanita sering mengalami Infeksi
Saluran Kemih (ISK). Urethra akan berakhir pada Orificium (Ostium) Urethra Externum (OUE)
pada vestibulum vagina.3

Gambar 8. Urethra Feminina1


Mikroskopis Ginjal
Ginjal dibagi atas daerah luar, yaitu korteks dan daerah dalam, yaitu medula. Di dalam korteks
terdapat tubuli kontortus, glomeruli, tubuli lurus, dan berkas medula. Medula dibentuk oleh sejumlah
piramid renal. Medula juga mengandung ansa Henle dan duktus koligentes. Duktus koligentes
bergabung di medula membentuk duktus papilaris yang besar. Papila biasanya ditutupi epitel selapis
silindris. Glomerulus adalah sekumpulan kapiler yang terbentuk dari arteriol aferen dan ditunjang
jaringan ikat halus. Lapisan viseral kapsul glomerular terdiri atas sel epitel yang dimodifikasi,
disebut podosit. Terlihat banyak potongan tubuli di sekitar korpuskulum renal. Tubuli ini terutama
terdiri atas kontortus proksimal dan kontortus distal. Tubuli kontortus proksimal banyak terdapat di
korteks, dan lumen kecil tidak rata, dan dibentuk oleh selapis sel kuboid besar dengan sitoplasma
eosinofilik kuat dan bergranul. Terdapat brush border yang berkembang baik, namun tidak selalu ada
pada setiap sediaan. Tubuli kontortus distal jumlahnya lebih sedikit, memiliki lumen besar yang
dilapisi sel-sel kuboid lebih kecil. Sitoplasmanya kurang terpulas, tanpa brush border. Medula hanya
mengandung bagian-bagian lurus tubuli dan segmen tipis ansa Henle. Di bagian luar medula terlihat
segmen tipis ansa Henle yang dilapisi epitel gepeng, segmen lurus tubuli distal, dan duktus
koligentes. Pembesaran lebih kuat pada sebagian korteks ginjal memperlihatkan korpuskulum renal,
tubuli di dekatnya, dan aparatus jukstaglomerular. Setiap korpuskulum renal memiliki sebuah polus
vaskular pada satu sisi yang merupakan tempat arteriol glomerular aferen masuk dan arteriol eferen
keluar. Di sisi lain korpuskulum, terdapat polus urinarius tempat ruang kapsular menyatu dengan
lumen tubulus kontortus proksimal. Di polus vaskular, sel-sel otot tunika media arteriol aferen
diganti oleh sel-sel epiteloid yang sangat termodifikasi dengan granul sitoplasma. Inilah sel-se;
jukstaglomerular. Pada segmen tubulus kontortus distal yang bersebelahan, sel-sel yang berbatasan
dengan daerah jukstaglomerular lebih langsing dan tinggi dibanding dengan bagian lain di tubulus.
Daerah dengan sel-sel yang lebih padat dan tampak lebih gelap ini disebut makula densa. Sel-sel
jukstaglomerular pada arteriol eferen dan sel-sel makula densa pada tubulus kontortus distal
bersama-sama membentuk aparatus jukstaglomerular seperti pada gambar di bawah ini.4

Gambar 9. Korteks Ginjal: Aparatus Jukstaglomerular4

Gambar 10. Medulla Ginjal: Papilla4


Papilla ginjal mengandung bagian-bagian terminal duktus koligens, yaitu duktus papilaris. Duktus ini
berdiameter besar dengan lumen lebar dan dilapisi sel silindris tinggi dan terpulas pucat. Di sini juga
terdapat potongan segmen tipis ansa Henle dan segmen lurus tubuli kontortus distal. Jaringan ikat
lebih banyak di daerah ini dan duktus koligens tidak begitu berhimpitan.Sejumlah duktus koligens
menyatu di medula membentuk tubuli lurus dan besar, disebut duktus papilaris yang bermuara di
ujung papila. Banyaknya muara pada permukaan papila memberi gambaran seperti saringan; daerah
ini disebut area kribosa. Papila dilapisi epitel berlapis kuboid. Namun di area kribosa, epitel
pelapisnya umumnya adalah selapis silindris yang menyatu dengan pelapis duktus papilaris. Tampak
segmen-segmen tipis ansa Henle dan segmen lurus asendens tubuli distal.

Mikroskopis ureter

Ureter adalah suatu saluran berotot yang menyalurkan urin dari ginjal ke kandung kemih melalui
kontraksi lapisan otot polos yang tebal dindingnya. Fotomikrograf pembesaran-lemah ini
menunjukan ureter dalam potongan melintang. Mukosa ureter sangat berlipat-lipat dan dilapisi oleh
epitel transisional yang tebal seperti pada gambar di bawah ini. Di bawah epitel transisional yaitu
jaringan ikat lamina propria. Muskularis ureter mengandug dua lapisan otot polos, lapisan
longitudinal dan lapisan otot sirkular tengah. Lapisan ketiga, yaitu lapisan longitudinal luar (tidak
terlihat), terdapat di dinding ureter sepertiga bawah, dekat kandung kemih. Ureter dikelilingi oleh
jaringan ikat adventisia dengan pembuluh darah dan jaringan adiposa.4
Gambar 11. Ureter4

Mikroskopis Vesika Urinaria


Lapisan Vesica Urinaria (VU) dari luar ke dalam terdiri dari Tunica Serosa (Peritoneum Parietal),
Tela Subserosa (Fascia Endopelvina), Tunica Muscularis (m. detrussor), Tela Submucosa, Tunica
Mucosa.
Fungsi Ginjal
Ginjal melakukan fungsi-fungsi spesifik berikut, yang sebagian besar membantu mempertahankan
stabilitas lingkungan cairan interstisial seperti mempertahankan keseimbangan H2O di tubuh,
mempertahankan osmolaritas cairan tubuh yang sesuai, terutama melalui regulasi keseimbangan H2O
(Penting untuk mencegah fluks-fluks osmotik masuk atau keluar sel, yang masing-masing dapat
menyebabkan pembengkakan atau penciutan sel yang merugikan), mengatur jumlah dan konsentrasi
sebagian besar ion cairan ekstraseluler seperti
Natrium (Na+), Klorida (Cl-), Kalium (K+), Kalsium (Ca2+), Ion Hidrogen (H+), Bikarbonat (HCO3-),
Fosfat (PO43-), Sulfat (SO42-), Magnesium (Mg2+). Mempertahankan volume plasma yang tepat,
membantu mempertahankan keseimbangan asam-basa tubuh (Menyesuaikan pengeluaran H+ dan
HCO3- di urin), mengeluarkan produk-produk akhir metabolisme tubuh (Urea, asam urat, dan
kreatinin). Mengeluarkan banyak senyawa asing (Obat, aditif makanan, pestisida, bahan eksogen
non-nutritif lain), menghasilkan eritropoetrin (hormon yang merangsang produksi sel darah merah).
Menghasilkan renin (hormon enzim yang memicu suatu reaksi berantai yang penting dalam
penghematan garam oleh ginjal), mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya.5

Mekanisme Kerja Ginjal


Tiga proses dasar yang terlibat di ginjal adalah filtrasi glomerulus, reabsorbsi tubulus dan sekresi
tubulus. Seperti gambar di bawah ini

Gambar 12. Proses-proses Dasar Ginjal5

Mekanisme kerja ginjal dimulai dari filtrasi glomerulus.Sewaktu darah mengalir melalui glomerulus,
plasma bebas protein tersaring melalui kapiler glomerulus ke dalam kapsul bowma. Dalam keadaan
normal 20% plasma yang masuk ke glomerulus tersaring. Proses ini, dikenal sebagai filtrasi
glomerulus adalah langkah pertama dalam pembentukan urin. Secara rerata, 125 ml filtrat
glomerulus (cairan yang difiltrasi) terbentuk secara kolektif dari seluruh glomerulus setiap menit.
Jumlah ini sama dengan 180 liter tiap hari. Dengan mempertimbangkan bahwa volume rerata plasma
pada orang dewasa adalah 2,75 liter, maka hal ini berarti bahwa ginjal menyaring volume plasma
sekitar 65 kali sehari. Jika semua yang difiltrasi keluar sebagai urin, semua plasma akan menjadi urin
dalam waktu kurang dari setengah jam. Namun, hal ini tidak terjadi karena tubulus ginjal dan kapiler
peritubulus berhubungan erat di seluruuh panjangnya, sehingga bahan-bahan dapat dipertukarkan
antara cairan di dalam tubulus dan darah dalam kapiler peri tubulus. Cairan yang difiltrasi dari
glomerulus ke dalam kapsul bowman harus melewati lapisan berikut yang membentuk membran
glomerulus seperti gambar dibawah ini. Membran glomerulus terdiri dari dinding kapiler glomerulus,
membran basal. Dan lapisan dalam kapsula bowman. Secara kolektif , lapisan-lapisan ini berfungsi
sebagai saringan molekuler halus yang menahan sel darah dan protein plasma tetapi membolehkan
H2O dan zat terlarut dengan ukuran molekul kecil lewat5

Gambar 13. Lapisan Membran Glomerulus5

Membran glomerulus jauh lebih permeabel daripada kapiler di tempat lain. Dinding kapiler
glomerulus terdiri dari satu lapis sel endotel gepeng. Lapisan ini memiliki banyak pori besar yang
menyebabkannya 100 kali lebih permeabel terhadap H2O dan zat terlarut daripada kapiler di bagian
lain tubuh. Membran basal adalah lapisan gelatinosa aselular (tidak mengandun sel) yang terbentuk
dari kolagen dan glikoprotein yang tersisip di antara glomerulus dan kapsula bowman. Kolagen
menghasilkan kekuatan struktural, dan glikoprotein menghambat filtrasi protein plasma yang kecil.
Protein plasma yang lebih besar tidak dapat difiltrasi karena tidak dapat melewati pori kapiler, tetapi
pori ini masih dapat melewatkan albumin, protein plasma yang kecil. Namun, karena bermuatan
negatif maka glikoprotein menolak albumin dan protein plasma yag lain, yang juga bermuatan
negatif. Karena itu, protein plasma hampir tidak terdapat di dalam filtrat, dengan kurang dari 1%
molekul albumin berhasil lolos ke dalam kapsula bowman. Lapisan terakhir membran glomerulus
adalah lapipsan dalam kapsula bowman. Lapisan ini terdiri dari podosit, sel mirip gurita yang
mengelilingi glomerulus. Setiap podosit memiliki banyak foot process (podo artinya “kaki”,
processus adalah tonjolan atau apendiks) memanjang yang saling menjalin dengan foot process
podosit sekitar. Celah sempit diatara foot process yang berdampingan, dikenal sebagai celah filtrasi
membentuk cairan meninggalkan jalur tempat cairan meninggalkan kapiler glomerulus menuju
lumen kapsul bowman. Karena itu, rute yang dilalui oleh bahan terfiltrasi melewati membran
glomerulus seluruhnya berada di liuar sel-pertama melalui pori kapiler, kemudian melalui membran
basal aselular dan akhirnya melewati celah filtrasi kapsuler. Untuk melaksanakan filtrasi glomerulus,
harus terdapt gaya yang mendorong esbagian dari plasma di glomerulus menembus lubang-lubang di
membran glomerulus. Tidak terdapat mekanisme transpor aktif atau pengeluaran energi lokal yang
berperan dalam memindahkan cairan dari plasma menembus membran glomerulus menuju kapsula
bowman. Filtrasi glomerulus dilakukan oleh gaya-gaya fisik pasif yang serupa dengan yang bekerja
di kapiler di tempat lain. Tiga gaya fisik terlibat dalam filtrasi glomerulus adalah tekanan darah
kapiler glomerulus, tekanan osmotik koloid plasma, dan tekanan hidrostatik kapsul bowman seperti
tabel di bawah ini.

Tabel 1. Gaya-gaya yang Berperan dalam Glomerulus5

Tekanan darah kapiler glomerulus adalah tekanan cairan yang ditimbulkan oleh darah di dalam
kapiler glomerulus. Tekanan ini pada akhirnya bergantung pada konstraksi jantung (sumber energi
yang menghasilkan filtrasi glomerulus) dan resistensi terhadap aliran darah yang ditimbulkan oleh
arteriol aferen dan eferen. Tekanan darah kapiler glomerulus, dengan nilai rerata diperkirakan 55 mm
Hg, lebih tinggi daripada tekanan darah kapiler di tempat lain. Penyebab lebih tingginya tekanan di
kapiler glomerulus adalah garis tengah arteriol aferen yang lebih besar dibandingkan dengan arteriol
eferen. Kerena darah dapat lebih mudah masuk ke glomerulus melalui arteriol aferen yang lebar
daripada keluar melalui arteriol eferen yang lebih sempit maka tekanan darah kapiler glomerulus
tetap tinggi akibat terbendungnya darah di kapiler glomerulus. Selain itu, karena tingginya resistensi
yang dihasilkan oleh arteriol eferen maka tekanan darah tidak memiliki kecenderungan untuk turun
di sepanjang kapiler glomerulus seperti di kapiler lain. Tekanan darah glomerulus yang tinggi dan
tidak menurun ini cenderung mendorong cairan keluar glomerulus menuju kapsula bowman di
seluruh panjang kapiler glomerulus, dan merupakan gaya utama yang menghasilkan filtrasi
glomerulus. Sementara tekanan darah kapiler glomerulus mendorong filtrasi, dua gaya lain yang
bekerja menembus membran glomerulus (tekanan osmotik koloid olasma dan tekanan hidrostatik
kapsul bowman) melawan filtrasi.5
Tekanan osmotik koloid plasma ditimbulkan oleh distribusi tak seimbang protein-protein plasma di
kedua sisi membran glomerulus. Karena tidak dapat difiltrasi maka protein plasma terdapat di kapiler
glomerulus. Timbul kecendrungan H2O untuk berpindah melalui osmosis menuruni gradien
konsentrasinya sendiri dari kapsul bowman ke dalam glomerulus melawan filtrasi glomerulus. Gaya
osmotik ini rata-rata 30 mm Hg, yaitu sedikit lebih tinggi daripada kapiler lain. Tekanan ini lebih
tinggi karena H2O yang difiltrasi keluar darah glomerulus jauh lebih banyaksehingga konsentrasi
protein plasma lebih tinggi daripada di tempat lain. Tekanan hidrostatik kapsul bowman, tekanan
yang ditimbulkan oleh cairan di bagian awal tubulus ini, diperkirakan 15 mm Hg. Tekanan ini, yang
cenderung mendorong cairan keluar kapsul bowman, melawan filtrasi cairan dari glomerulus menuju
kapsul bowman
Karena tekanan filtrasi berlebih menyebabkan filtrasi glomerulus hanyalah disebabkan oleh
ketidakseimbangan gaya-gaya fisik yang saling berlawanan antara plasma kapiler glomerulus dan
cairan kapsul bowman, maka perubahan di salah satu dari gaya-gayta fisik ini dapat mempengaruhi
LFG.
Jumlah darah yang mengalir ke dalam sebuah glomerulus per menit ditentukan terutama oleh besar
tekanan darah arteri sistemik rata-rata dan resistensi yang ditimbulkan oleh arteriol aferen seperti
gambar di bawah ini. Jika resistensi arteriol aferen meningkat maka darah yang mengalir ke
glomerulus lebih sedikit sehingga LFG berkurang. Sebaliknya bila resistensi arteriol aferen
berkurang maka lebih banyak darah mengalir ke dalam glomerulus dan LFG meningkat. Terdapat
mekanisme kontrol yang mengatur LFG. Mekanisme itu adalah otoregulasi yang ditujukan untuk
mencegah perubahan spontan LFG dan kontrol simpatis ekstrinsik yang ditujukan untuk regulasi
jangka panjang tekanan darah arteri.5
Gambar 14. Penyesuaian Kaliber Arteriol Aferen untuk Mengubah LFG6

Karena tekanan darah arteri adalah gaya utama yang mendorong darah masuk ke dalam glomerulus
maka tekanan darah kapiler glomerulus, dan LFG, akan meningkat berbandung lurus dengan tekanan
arteri meningkat bila faktor lain tidak berubah. Demikian juga, penurunan tekanan darah arteri akan
menyebabkan penurunan LFG. Perubahan darah arteri akan menyebabkan penurunan LFG seperti
umumnya dicegah oleh mekanisme regulasi intrinsik yang dilakukan oleh ginjal sendiri, suatu proses
yang dikenal sebagai otoregulasi. Ginjal dengan batas-batas tertentu mempertahankan aliran darah ke
dalam kapiler glomerulus dengan mengubah-ubah kaliber arteriol aferen sehingga resistensi terhadap
aliran melalui pembuluh ini dapat disesuaikan.
Dua mekanisme intrarenal berperan dalam otoregulasi adalah mekanisme miogenik yang berespons
terhadap perubahan tekanan di dalam komponen vaskular nefron dan mekanisme umpan balik
tubuloglomerulus yang mendeteksi perubahan kadar garam di cairan yang mengalir melalui
komponen tubular nefron. Mekanisme miogenik dari arteriol aferen serupa dengan otoregulasi di
sistem arteriol lain. Ketika otot di dinding arteriol teregang karena meningkatnya tekanan darah,
channel ion regang terbuka, dan sel otot terdepolarisasi. Depolarisasi membuka pintu ion Ca2+, dan
otot dinding pembuluh darah kontraksi. Vasokontriksi menambah tahanan darah yang mengalir, dan
kemudian darah yang melalui arteriol berkurang. Pengurangan darah yang mengalir mengurangi
tekanan filtrasi di glomerulus.
Jika tekanan darah menurun, tingkat ketonusan kontraksi arteriol menurun, dan arteriol mengalami
dilatasi maksimal. Namun, vasodilatasi tidak begitu efektif dalam menangani LFG dalam melakukan
vasokonstriksi karena normalnya arteriol aferen hampir mengalami relaksasi. Karenanya, ketika
tekanan darah turun di bawah 80 mmHg, LFG menurun. Penurunan ini bisa menyesuaikan dengan
adanya rangsangan dari plasma yang sedikit difiltrasi sehingga kemungkinan kelebihan cairan yang
dibuang bersama urine menurun. Dengan kata lain, penurunan LFG membantu tubuh
mempertahankan volume darah.

Mekanisme umpan balik tubuloglomerulus seperti gambardi bawah ini adalah kontrol lokal dimana
cairan mengalir melalui tubulus mempengaruhi LFG. Konfigurasi nefron yang terpilin-pilin
membuat bagian akhir dari ansa henle ascendens untuk melalui antara arteriol aferen dan eferen.
Tubulus dan dinding arteriol dimodifikasi di daerah dimana mereka bertemu satu sama lain dan
bersama-sama membentuk apparatus juxtaglomerular.

Gambar 15. Mekanisme Umpan Balik Tubuloglomerular6

Jika LFG meningkat akibat peningkatan tekanan arteri maka cairan yang difiltrasi dan mengalir
melalui tubulus distal lebih besar dari normal. Sebagai respons terhadap peningkatan penyaluran
garam ke tubulus distal, sel-sel makula densa mengeluarkan adenosin yang bekerja secara parakrin
lokal pada arteriol aferen sekitar untuk menyebabkannya berkontriksi sehingga aliran darah
glomerulus berkurang dan LFG kembali ke normal. Dalam keadaan sebaliknya, ketika penyaluran
garam ke tubulus distal berkurang karena penurunan spontan LFG akibat penurunan tekanan darah
arteri, maka adenosin yang dikeluarkan oleh makula densa juga berkurang. Hal ini menyebabkan
vasodilatasi arteriol aferen sehingga aliran darah tubulus meningkat dan LFG kembali normal.
Karena itu, melalui mekanisme tubuloglomerular tubulus suatu nefron mampu memantau kadar
garam di cairan yang mengalir melaluinya dan mengatur laju filtrasi melalui glomerulusnya sendiri
agar cairan di awal tubulus distal dan penyaluran garam konstan.
Proses yang kedua pada mekanisme ginjal adalah reabsorbsi tubulus seperti gambar di bawah
ini.Semua konstituen plasma kecuali protein, difiltrasi bersama melalui kapiler glomerulus. Selain
zat sisa dan kelebihan bahan yang harus dikeluarkan oleh tubuh, cairan filtrasi juga mengandung
nutrien, elektrolit dan bahan lain yang dibutuhkan tubuh. Bahan-bahan esensial yang terfiltrasi
dikembalikan ke tubuh melalui reabsorbsi tubulus, transfer diskret bahan-bahan dari lumen tubulus
ke dalam kepiler peritubulus. Di seluruh panjangnya, dinding tubulas memiliki ketebalan sat sel dan
letak dekat dengan kapiler peritubulus yang mengelilinginya. Sel-sel tubulus yang berdekatan tidak
berkontak satu sama lain kecuali di tempat mereka disatukan oleh taut erat di tepi-tepi lateral dekat
membran luminalnya, yang menghadap ke lumen tubulus. Cairan interstisium terletak di celah antara
sel-sel yang berdekatan, serta serta di tubulus dan kapiler. Membran basolateral menghadap cairan
interstisium di bagian basal dan tepi lateral sel. Taut erat umumnya menghambat bahan mengalir di
antara sel sehingga bagan harus menembus sel untuk meninggalkan lumen tubulus dan masuk ke
darah.

Gambar 16. Proses Reabsorbsi6

Terdapat dua jenis reabsorbsi tubulus yaitu reabsorbsi aktif dan pasif. Pada reabsorbsi pasif, semua
tahap dalam transpor transepitel suatu bahan dari lumen tubulus ke plasma bersifat pasif; yaitu tidak
ada pengeluaran energi, yang terjadi adalah mengikuti penurunan gradien osmotik. Sebaliknya
transpor aktif berlangsung jiika salah satu dari tahap-tahap dalam transpor transepitel suatu bahan
memerlukan energi, melawan gradien elektrokimia.
Reabsorbsi natrium bersifat unik dan kompleks. Dari energi total yang dikeluarkan ginjal, 80%
digunakan untuk transpor Na+. Tidak seperti kebanyakan zat terlarut yang terfiltras, Na+ direabsorbsi
hampir di sepanjang tubulus, tetapi dengan derajat beda-beda di bagian yang berbeda. Dari Na+ yang
difiltrasi, 99.5% secara normal direabsorbsi. Dari Na+ yang direabsorbsi, sekitar 67% direabsorbsi di
tubulus proksimal, 25% di ansa henle, dan 8% di tubulus distal dan koligentes. Natrium direabsorbsi
di sepanjang tubulus kecuali di pars descendens ansa henle. Reabsorbsi Na+ memiliki peran penting
berbeda-beda di masing-masing segmen. Reabsorbsi natrium di tubulus proksimal berperan penting
dalam reabsorbsi glukosa, asam amino, H2O, Cl-, dan urea. Reabsorbsi natrium di pars ascendens
ansa henle, bersama dengan reabsorbsi Cl-, berperan penting dalam kemampuan ginjal menghasilkan
urin dengan konsentrasi dan volume bervariasi, bergantung pada kebutuhan tubuh untuk menghemat
atau mengeluarkan H2O. Reabsorbsi natrium di tubulus distal dan koligentes bervariasi dan berada di
bawah kontrol hormon. Reabsorbsi ini berperan kunci dalam mengatur volume cairan ekstraseluler,
yang penting dalam kontrol jangka panjang tekanan darah arteri, dan juga berkaitan dengan sekresi
K+ dan H+.
Di tubulus proksimal dan ansa henle, terjadi reabsorbsi Na+ yang terfiltrasi dengan presentasi tetap
berapapun beban Na+. Di bagian distal tubulus, reabsorbsi presentasi kecil Na+ yang terfiltrasi berada
di bawah kontrol hormon. Tingkat reabsorbsi terkontrol ini berbanding terbaik dengan tingkat beban
Na+ di tubuh. Jika Na+ terlalu banyak maka hanya sedikit dari Na+ yang terkontrol ini direabsorbsi;
Na+ ini akan keluar melalu urin sehingga kelebihan Na+ dapat dikeluarkan dari tubuh. Namun, jika
terjadi kekurangan Na+ maka sebagian besar dari seluruh Na+ yang terkontrol ini direabsorbsi,
menghemat Na+ tubuh yang seharusnya keluar melalui urin.
Sistem hormon terpenting yang terlibat dalam regulasi Na+ adalah sistem renin-angiotensin-
aldosteron (SRAA). Sel granular aparatus jukstaglomerulus mengeluarkan suatu hormon enzimatik,
renin, ke dalam darah sebagai respons terhadap penurunan NaCl / tekanan darah. Fungsi ini adalah
tambahan terhadap peran sel makula densa aparatus jukstaglomerulus dalam otoregulasi. Secara
spesifik, tiga masukan berikut ke sel granular meningkatkan sekresi renin. Sel granular berfungsi
baroreseptor internal. Sel ini peka terhadap perubahan tekanan di dalam arteriol aferen. Ketika
mendeteksi penurunan tekanan darah sel granular ini mengeluarkan lebih banyak renin. Sel makula
densa di bagian tubulus aparatus jukstaglomerulus peka terhadap NaCl yang melewatinya melalui
lumen tubulus. Sebagai respons terhadap penurunan NaCl, sel makula densa memicu sel granular
untuk mengeluarkan lebih banyak renin. Sel granular disarafi oleh sistem saraf simpatis. Ketika
tekanan darah turun di bawah normal, refleks baroreseptor meningkatkan aktivitas simpatis. Sebagai
bagian dari respons refleks ini, peningkatan aktivitas simpatis merangsang sel granular mengeluarkan
lebih banyak renin. Melalui serangkaian proses kompleks yang melibatkan SRAA, peningkatan
sekresi renin menyebabkan peningkatan reabsorbsi Na+ oleh tubulus distal dan koligentes. Klorida
selalu secara pasif mengikuti Na+ menuruni gradien listrik yang terbentuk oleh perpindahan aktif Na+.
Selain merangsang sekresi aldosteron, angiotensin II adalah konstriktor poten arteriol sistemin,
secara langsung meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan resistensi perifer total. Selain itu
angiotensin II merangsang rasa haus dan merangsang vasopresin (hormon yang meningkatkan retensi
H2O oleh ginjal), dimana keduanya ikut berperan dalam menambah volume plasma dan
meningkatkan tekanan arteri.5
Glukosa, asam amino, dan karbohidrat direabsorbsi bersama-sama dengan natrium di bagian awal
tubulus proksimal. Mendekati akhir tubulus, natrium akan direabsorbsi bersama-sama dengan Cl-.
Glukosa merupakan contoh zat yang direabsorbsi melalui trasnpor aktif sekunder. Laju filtrasi
glukosa kira-kira 100 mg/menit. Hampir semua glukosa direabsorbsi dan hanya beberapa miligram
saja yang dapat dijumpai di urin dalam waktu 24 jam. Jumlah yang direabsorbsi sebanding dengan
jumlah yang difiltrasi, dan nilai ini sebanding dengan kadar gulkosa dalam plasma dikalikan LFG
hingga mencapai batas transpor maskimum . bila batas transpor maskimum glukosa telah terlampaui,
jumlah glukosa dalam urin akan meningkat. Batas transpor maks glukosa pada laki-laki adalah 375
mg/menit dan 300 mg/menit pada wanita.
Fosfat adalah contoh bahan yang direabsorbsi secara aktif dan diatur oleh ginjal. Ginjal tidak secara
langsung berperan dalam banyak elektrolit, misalnya fosfat dan kalsium karena ambang ginjal untuk
ion-ion inorganik ini sama dengan konsentrasi plasma normalnya. Pembawa transpor untuk
elektrolit-elektrolit ini terletak di tubulus proksimal. Makanan kita biasanya kaya akan fosfat tetapi
karena tubulus dapt mereabsorbsi hingga jumlah yang setara dengan konsentrasi fosfat plasma maka
kelebihan fosfat yang masuk cepat dikeluarkan ke dalam urin, memulihkan konsentrasi plasma ke
normal. Semakin banyak jumlah fosfat ung ditelan melebihi kebutuhan tubuh, semakin besar jumlah
yangdiekskresikan . dengan cara ini ginjal mempertahankan konsentrasi fosfat yang diperlukan
sembari mengeluarkan setiap kelebihan fosfat yang masuk. Tidak seperti reabsorbsi nutrien argonik,
reabsorbsi fosfat dan kalsium juga berasa di bawah kontrol hormon. hormon paratiroid dapat
mengubah ambang ginjal untuk fosfat dan kalsium sehingga jumlah elektrolit ini yang ditahan dapat
disesuaikan, bergantung pada kebutuhan tubuh saat itu.
Ion klorida yang bermuatan negatif direabsorbsi secara pasif menuruni gradien listrik yang tercipta
oleh reabsorbsi aktif ion natrium yang bermuatan positif. Umumnya ion klorida mengalir di antara,
bukan menembus, sel tubulus. Jumlah Cl- yang direabsorbsi ditentukan oleh laju reabsorbsi aktif Na+
dan tidak dikontrol langsung oleh ginjal.
Air direabsorbsi secara pasif di seluruh panjang tubulus karena H2O secara osmotis mengikuti Na+
yang direabsorbsi secara aktif. Dari H2O yang terfiltrasi, 65% direabsorbsi secara pasif pada akhir
tubulus proksimal. Sebanyak 15% dari H2O yang difiltrasi direabsorbsi di ansa henle. Total 80%
H2O yang difiltrasi ini direabsorbsi di tubulus proksimal dan ansa henle berapapun jumlah H 2O di
tubuh dan tidak berada di bawah kontrol. Sisa 20%nya direabsorbsi dalam jumlah bervariasi di
tubulus distal bergantung pada status hidrasi tubuh.
Urea tidak secara langsung berkaitan dengan reabsorbsi aktif Na+. Urea adalah produk sisa dari
pemecahan protein. Reabsorbsi H2O yang berlangsung secara osmotis di tubulus proksimal sekunder
terhadap reabsorbsi aktif Na+ menghasilkan gradien konsentrasi untuk mendorong reabsorbsi pasif
bahan sisa ini. Bahan-bahan yang telah terfiltrasi tetapi belum direabsorbsi menjadi semakin pekat di
dalam cairan tubulus karena H2O direabsorbsi sementara mereka tertinggal. Urea adalah salah satu
bahan tersebut. Konsentrasi urea sewaktu difiltrasi di glomerulus identik dengan konsentrasi di
plasma yang masuk kapiler peritubulus. Namun, jumlah urea yang ada dalam 125ml cairan yang
difiltrasi di awal tubulus proksimal terkonsentrasi hingga tiga kali lipat dalam 44 ml cairan yang
tersisa di sekitar. Karena itu, terbentuk gradien konsentrasi untuk urea secara pasif menyebabkan
urea berdifusi dari lumen tubulus ke dalam plasma kapiler peritubulus. Karena dinding tubulus
proksimal hanya agak permeabel terhadap urea, maka hanya seitar 50% dari urea yang terfiltrasi
direabsorbsi secara pasif melalui cara ini.
Produk-produk sisa lain yang difiltrasi (fenol dan kreatinin) juga terkonsentrasi di dalam cairan
tubulus sewaktu H2O meninggalkan filtrat untuk masuk ke plasma, tetapi bahan-bahan ini tidak
direabsorbsi seperti urea. Molekul urea, karena merupakan bahan sisa yang terkecil, adalah satu-
satunya zat sisa yang secara pasif direabsorbsi melaui efek pemekatan ini. Meskipun juga
terkonsentrasi di cairan tubulis, bahan-bahan sisa lainnya tidak dapat meninggalkan lumen menuruni
gradien konsentrasinya untuk secara pasif direabsorbsi karena bahan-bahan tersebut tidak dapat
menembus dinding tubulus. Karena itu, produk-produk sisa ini umumnya tetap berada di tubulus dan
diekskresikan di urin dalam konsentrasi tinggi. Ekskresi zat sisa metabolik ini tidak berada di bawah
kontrol fisiologik.5
Proses ketiga dalam mekanisme kerja ginjal adalah sekresi tubulus. Seperti reabsorbsi tubulus,
sekresi tubulus melibatkan transpor transepitel, tetapi langkah-langkahnya dibalik. Dengan
menyediakan rute pemasukan kedua ke dalam tubulus untuk bahan-bahan tertentu, sekresi tubulus,
pemindahan diskret bahan dari kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus, menjadi mekanisme
pelengkap yang meningkatkan eliminasi bahan-bahan ini dari tubuh. Setiap bahan yang masuk ke
cairan tubulus baik melalui filtrasi glomerulus maupun sekresi tubulus, akan dieliminasi dalam urin.
Sekresi H+ ginjal sangat penting dalam mengatur keseimbangan asam-basa di tubuh. Ion hidrogen
yang disekresikan ke dalam cairan tubulus dieliminasi dari tubuh melalui urin. Ion hidrogen dapat
disekresikan oleh tubulus proksimal, distal, atau koligentes, dengan tingkat sekresi H+ bergantung
pada keasaman cairan tubuh. Ketika cairan tubuh terlalu asam maka sekresi H+ meningkat.
Sebaliknya, sekresi H+ berkurang jika konsentrasi H+ di cairan tubuh terlalu rendah.
Ion kalium secara selekif berpindah dalam arah berlawanan di berbagai bagian tubulus; ion ini secara
aktif direabsorbsi di tubulus proksimal dan secara aktif disekresikan di tubulus distal dan koligentes.
Di awal tubulus ion kalium direabsorbsi secara konstan dan tanpa dikendalikan, sementara sekresi K+
di bagian distal tubulus bervariasi dan berada di bawah kontrol. Karena K+ difiltrasi hampir
seluruhnya direabsorbsi di tubulus proksimal maka sebagain besar K+ di urin berasal dari sekresi
terkontrol K+ di bagian distal nefron dan bukan dari filtrasi
Sekresi ion kalium di tubulus distal dan koligentes digabungkan dengan reabsorbsi Na+ oleh pompa
Na+-K+ basolateral dependen energi. Pompa ini tidak hanya memindahkan Na+ keluar sel menuju
ruang lateral tetapi juga memindahkan K+ dari ruang lateral ke dalam sel tubulus. Konsentrasi K+
intrasel yang menungkat mendorong pemindahan kelebihan K+ dari sel ke dalam lumen tubulus.
Perpindahan menembus membran luminal berlangsung secara pasif melalui sejumlah besar saluran
K+ di membran ini di tubulus distal dan koligentes. Dengan menjaga konsentrasi K+ cairan
interstisium rendah, pompa basolateral mendorong perpindahan pasif K+ keluar plasma kapiler
peritubulus menjuju cairan interstisium. Ion kalium yang meninggalkan plasma dengan cara ini
kemudian dipompa ke dalam sel, dari sini ion tersebut secara pasif berpindah ke dalam lumen.
Dengan cara ini, pompa basolateral secara aktif menginduksi sekresi kelebihan K+ dari plasma
kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus di bagian distal nefron.
Karena sekresi K+ dikaitkan dengan reabsorbsi Na+ oleh pompa Na+-K+, K+ tidak disekresikan di
sepanjang segmen tubulus yang melakukan reabsorbsi Na+. Di tubulus distal dan koligentes, saluran
K+ terkonsentrasi pada membran luminal, menyediakan rute bagi K+ yang dipompa ke dalam sel
untuk disekresikan. Di segmen tubulus lainnya, saluran K+ terutama letaknya di membran basolateral.
Akibatnya, K+ yang dipompa ke dalam sel dari ruang lateral oleh pompa Na+-K+ mengalir balik ke
ruang lateral melalui saluran-saluran ini. Daur ulang K+ ini memungkinkan pompa Na+-K+ terus-
menerus melakukan reabsorbsi Na+ tanpa efek lokal kelebihan pada K+.

Mekanisme Berkemih
Setelah terbentuk di ginjal, urin disalurkan melalui ureter ke kandung kemih (vesika urinaria). Urin
tidak mengalir melalui ureter hanya karena tarikan gravitasi. Konntrkasi peristaltik (mendorong maju)
otot polos di dinding ureter mendorong urin maju dari ginjal ke kandung kemih. Ureter menembus
dinding kandung kemih secara oblik, melewati dinding kandung kemih beberapa sentimeter sebelum
membuka ke dalam rongga kandung kemih. Susunan anatomik ini mencegah aliran balik urun dari
kandung kemih ke ginjal ketika tekanan di kandung kemih meningkat. Sewaktu kandung kemih
terisi, ujung ureter di dalam dinding kandung kemih tertekan hingga menutup. Namun, urin masih
tetap dapat masuk karena kontrkasi ureter menghasilkann cukup tekanan untuk mengatasi resistensi
dan mendorong urin melewati yang tertutup
Dinding ureter terdiri atas otot polos yang tersusun spiral, memanjang, dan melingkar, nemun
demikian tidak ditemukan batas lapisan yang jelas. Kontraksi peristaltik yang timbul secara teratur
satu sampai lima kali tiap menit akan memndorong urin dari pelvis renalis menuju kandung kemih
(vesika urinaria), dan akan masuk secara periodik sesuai dengan gelombang peristaltik. Ureter
menembus didnding vesika secara miring, danmeskipun tidak terdapat sfingter ureter,
kemiringanureter ini cenderung akan menjepit ureter sehingga ureter tertutup kecuali selama adanya
geombang peristaltik, dan refluks urin dari vesika dapat dicegah.7
Otot polos kandung kemih, seperti pada ureter, tersusun secara spiral, memanjang dan melingkar.
Kontraksi otot melingkar ini, yang disebut otot detrusor, terutama berperan pada pengosongan vesika
selama berkemih (miksi). Berkas otot berada di samping kiri dan kanan uretra, dan serabut-serabut
otot ini kadang-kadang disebut sfingter uretra interna, meskipun tidak sepenuhnya melingkari uretra.
Lebih distal lagi, terdapat suatu sfingter pada uretra yang terdiri atas otot rangka, yaitu sfingter uretra
membranosa (sfingter uuretra eksterna). Epitel kandung kemih tersusun dari lapisan superfisial yang
terdiri atas sel gepeng dan lapisan dalam yang terdiri atas sel kubus.7

Miksi atau berkemih, proses pengosongan kandung kemih, diatur oleh dua mekanisme yaitu refleks
berkemih dan kontrol volunter seperti gambar berikut. Refleks berkemih terpicu ketika reseptor
regang di dalam dinding kandung kemih terangsang seperti gambar di bawah ini. Kandung kemih
pada orang dewasa dapat menampung hingga 250 sampai 400 ml urin sebelum tegangan di
dindingnya mulai cukup meningkat untuk mengaktifkan reseptor regang. Semakin besar tagangan
melebihi ukuran ini, semakin besar tingkat ppengaktifan reseptor. Serat-serat aferen dari reseptor
regang membawa impuls ke medula spinal dan akhirnya, melalui antarneuron, merangsang saraf
parasimpatis untuk kandung kemih dan menghambat neuron motorik ke sfingter eksternus. Stimulasi
saraf parasimpatis kandung kemih menyebabkan organ ini berkontraksi. Tidak ada mekanisme
khusus yang dibutuhkan untuk membuka sfingter internus; perubahan bentuk kandung kemih selama
kontraksi akan secara mekanis menarik terbuka sfingter internus. Secara bersamaan, sfingter
eksternus melemas karena neuron-neuron motoriknya dihambat. Kini kedua sfingter terbuka dan urin
terdorong melalui uretra oleh gaya yang ditimbukan oleh kontraksi kandung kemih. Refleks
berkemih ini, yang seluruhnya adalah rekleks spinal, mengatur pengosongan kandung kemih pada
bayi. Segera setelah kandung kemih terisi cukup untuk memicu refleks, bayi secara otomatis
berkemih.6
Gambar 17. Refleks dan Kontrol Volunter Berkemih6
PENUTUP

Sistem kemih terdiri dari organ pembentuk urin (ginjal) dan struktur-struktur yang membawa
urin dari ginjal ke luar untuk dieliminasi dari tubuh seperti vesika urinaria, uretra berperan
lebih besar dalam homeostasis dibandingkan dengan organ lain. Organ ini mengatur
komposisi elektrolt, volume, osmolaritas, dan pH lingkungan internal serta mengeluarkan
semua produk sisa metabolisme tubuh. Mekasime berkemih diatur oleh dua mekanisme yaitu
refleks berkemih dan kontrol volunter

DAFTAR PUSTAKA

1. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2006.
h. 306- 49.
2. Paulsen F, Waschkee. Sobotta atlas of human anatomy (Internal Organs). 15th Ed.
Muenchen : Elsevier Urban Fischer; 2011. h. 164-80.
3. Moore KL, Dalley AF. Clinically oriented anatomy. 5th Ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2006. h. 350-357.
4. Eroschenko VP. Atlas histologi di fiore dengan korelasi fungsional. Edisi ke-9. Jakarta:
EGC; 2006.h.248-55.
5. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2011.h.553-
80.
6. Sherwood L. Human physiology from cell to system. 7th Ed. Belmont: Brooks/Cole; 2010.h.514,
525, 531.
7. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-22. Jakarta: EGC; 2008. h. 753-4.

Anda mungkin juga menyukai