Anda di halaman 1dari 6

PERANAN BIROKRASI DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Birokrasi telah digunakan pada masa penjajahan sampai masa saat ini yang telah kita
rasakan. yang dimana wujud dari birokrasi tersebut menjadi suatu kebijakan dari keinginan
rakyat yang telah dituangkan ke dalam pembukaan UUD 1945. Secara singkat sejak zaman
penjajahan sampai zaman orde baru (orba) ideology/paradigm birokrasi yang dimaiankan
sebagai penguasa birokrasi yang harus dilayani, penguasa dapat memiliki apa yang diinginkan
dan sebaliknya masyarakan tidak sesuai apa yang dininginkannya. Suatu pelayanan bisa dilihat
dari cara kerja nya apakah itu efesien serta efektif bagi masyarakat. Citra negatif birokrasi
public saat ini tidak terlepas dari sejarah pembentukanfaktor itu sendiri. Selain itu, budaya
masyarakat Indonesia yang menjadikan birokrasi public sebagai sarana penolong keluarga atau
juga sebagai bentuk kepentingan kelompok.

Birokrasi diindonesia masih banyak menjadi bagian dari masalah daripada solusi dalam
penyelenggaran pemerintahan. Keberhasilan ini banyak didalam katagori negara maju seperti
jepang, korea selatan dan sebagainya dalam mereformasi birokrasi ternyata tidak mudah ditiru
oleh Indonesia, realitas menunjukan jarak dalam kualitas postur,sosok, dan kinerja birokrasi
public diantara diindonesia dan dinegara-negara tersebut sangat luas. Postur dan kinerja
birokrasi diindonesia masih sangat jauh yang dicita-cita kan masyarakat. Birokrasi di Indonesia
sering kali dicirikan oleh inefisiensi yang tinggi, partisan, berorientasi pada kekuasaan dan pada
umumnya masih menjadi sarang korupsi.

Serangkain agenda reformasi birokrasi tersebut bukan hanya sebuah keinginan saja,
melainkan harus menjadi sebuah agenda kebijakan. Upaya mengartikan agenda kebijakan
tersebut dalam program-program yang bersifat operasional perlu dilakukan. Untuk itu perlu
dibentuk sebuah intitusi yang mampu menjadi mesin pemikir dan penggerak agenda reformasi
birokrasi. Pada masa presiden SBY dalam kebijakannya telah memberikan mandat kepada
kementerian PAN dan RB untuk menjadi institusi yang berfungsi sebagai clearing house dan
dirigent bagi pelaksanaan agenda reformasi birokrasi. Namun, melihat terbatasnya sumber
daya dan kapasitas yang tersedia di kementerian PAN dan RB sangat sulit membayangkan
lembaga itu dapat menjalankan tugas dengan baik tanpa dukungan dari berbagai pihak.
Pengalaman tersebut juga dirasakan dari berbagai negara lainnya dalam melakukan kebijakan
reformasi birokrasi. Dalam sebuah penelitian Studi bank dunia hanya 39% dari program
reformasi birokrasi yang berhasil sisanya gagal, salah satu kegagalan tersebut kurang nya
dukungan dari kepemimpinan nasional.

Birokrasi public lebih dikenal sebagai alat kekuasaan daripada sebagai alat pelayanan.
Budaya yang dikembangkan dalam birokrasi public adalah budaya kekuasaan.sistem nilai,
symbol, bahasa, dan perilaku yang dikembangkan dalam birokrasi selama ini dirancang untuk
mengontrol, mengatur, dan memerintah masyarakat, bukan untuk melayani masyarakat.
Perubahan peran diperlukan untuk membuat birokrasi dapat lebih berperan sebagai agen
pelayanan, jika hal tersebut dapat dilakukan makaruang bagi aparatur birokrasi untuk berburu
pungli menjadi semakin sempit dan kebutuhan warga untuk membayar suap juga menjadi
semakin berkurang sehingga transaksi korupsi dalam birokrasi dapat dihindari.

Transparansi dalam birokrasi dan bagaimana transparansi dapat mengurangi gejala korupsi,
pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam kehidupan
birokrasi dapat menjadi salah satu cara yang mudah untuk meningkatkan transparansi birokrasi
public.

Pelaksanaan pelayanan publik telah dirumuskan didalam perundang-undangan yang telah


laksanakan dari pusat sampe kedaerah, meskipun telah dilaksanakan tetap masih banyak yang
tidak sesuai. Dimana secara umum tatalaksana nya sebagai berikut:

1. Pelayanan perizinan

Peraturan menteri dalam negeri Nomor 24 tahun 2006 mengenai pelayanan terpadu satu
sebagian besar daerah di Indonesia telah menerapkan sistem pelayanan satu pintu.

2. Pelayanan pengaduan masyarakat

Keluhan masyarakat terhadap buruknya pelayanan dan buruknya fasilitas umum merupakan
persoalan yang paling banyak oleh masyarakat. Contoh, pembuatan ktp yang dimana planko
yang tidak ada/ tidak, adanya planko, masyakarat harus menunggu 6 bulan, ini membuat
masyarakat menghambat dalam mencari pekerjaan, dan buruknya fasilitas umum yaitu jalan
berlobang yang buruk atau tidak bisa dilewati lagi sehingga akibat buruk dari masyarakat jadi
korbannya.

3 Penerapan anggaran berbasis kinerja

Sesuai dengan peraturan perundang- undang nomor 32 tahun 2004 mengenai pemerintahan
daerah, undang-undang nomor 33 tahun 2004 mengenai perimbangan antara keuangan
pemerintah, pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten, peraturan
pemerintah nomor nomor 58 tahun 2005 mengenai pengolaan keuangan daerah, peraturan
pemerintah nomor 38 tahun 2007 mengenai pembagian urusan antar pemerintah, peraturan
pemerintahannomor 71 tahun 2010 mengenai peraturan menteri dalam negeri nomor 13 tahun
2006 tentang pedoman penglolaan keuangan daerah, umumnya pemerintah daerah telah
menerapkan sistem anggaran berbasis kinerja dan sistem akuntabilitas kinaerja. Peraturan ini
harus dilaksanakan oleh pemerintah, apabila hal tersebut tidak dilaksanakan maka sangsi akan
didapat dari pemerintah pusan dan temuan badan pengawasan.
Dalam hal lain yang menunjukkan ke ranah birokrasi good governance birokrasi harus
merubah juga sistem manajemen personalia yaitu dengan memberdayakan masyarakat untuk
mengawasi administrasi dan penegak hukum yang ketat. Dari sini harapan akan dihasilkan
karyawan dari organisasi publik yang berkualitas, kompeten,bersih dan bebas dari korupsi,
kolusi dan nepotisme (KKN).

KESIMPULAN
Citra Birokrasi yang selalu dipandang negatif sampai akibat dari birokrasi zaman
penjajahan sampai orde baru (orba), yang dimana birokrasi yang dipegang oleh birokrat
sebagai sebuah bentuk alat kekuasaan bukan sebagai bentuk alat pelayanan, akibat
tersebut membuat masyarakat berharap kepada pimpinan pemerintah. Dengan
kekuasaan yang dimiliki membuat para birokrasi publik diduduki gejalan KKN.
Merubah pola jalannnya birokrasi publik yang lebih sesuai dengan UUD 1945
para birokrat harus membuat manajemen yang baru sistem perekrutan aparatur
birokrat yang lebih kompeten, yang tidak ada kecurangan. Birokrasi harus terus selalu
memperbaiki kinerjanya yang lebih kompeten, andal, produktif, akuntabel, repressif,
dan kompetetif. Oleh karena itu birokrasi public harus mengoreksi kelemahan-
kelemahan birokrasi masa lalu dan masa mendatang secara terus-menerus.
DAFTAR PUSTAKA

Rahmawati. 2010, vol 1, N0 1 Jurnal Administrasi Publik Memperbaiki Citra Negatif Birokrasi
Indonesia, Jakarta

Agus Dwiyanto. 2011, Mengembalikan Kepercayaan Publik Melalui Reformasi Birokrasi layout
Ryan Pradana, Jakarta

Hessel Nogi S. Tangkilisan. 2005, Manajemen Publik, Jakarta


MAKALAH ILMU ADMINISTRASI NEGARA
DIKSI
DISUSUN
O

DOSEN DR. BUSTAMI USMAN,SH, S.SP, M.SI

IRWANDA 160802071

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSISAL DAN ILMU PEMERINTAHAN

UIN AR – RANIRY BANDA ACEH

Anda mungkin juga menyukai