Anda di halaman 1dari 5

1. Hematologi mempelajari tentang sel darah dan faktor yang mempengaruhi.

2. Plasma darah sebagian berisi air (90%), 7 % protein (globulin, albumin, fibrinogen), 2, 1
% senyawa organik (as amino, vitamin, lemak, glukos) dan 0,9 % garam organik (Na, K,
Ca)

3. Jumlah eritrosit pada keadaan normal adalah 4-5 x 106 perliter darah atau /mm3

4. Hematokrit merupakan nilai yang menunjukkan fraksi sel darah merah dalam darah,
dapat ditentukan dengan metode mikrohematokrit dan makrohematokrit

5. Xenobiotik mengalami fase reaksi dalam hati oksidasi,reduksi, hidrolisis dan konjugasi

6. Analisis SGOT/AST dapat secara spektro pada panj.gel.340nm

7. Yang dapat mengganggu penetapan ALT dan SGPT adalah obat2an spt antibiotika,
naarkotika dll.

8. Kadar gula dalam darah dapat ditentukan dgn metode kimia, enzimatik dan strip.

9. Kadar trigliserida dalam darah dapat ditentukan dengan cara mereaksikan Serum darah
dengan reagen RGT, diinkubasi pada 25oC selama 20 menit, kemudian diukur pada 546
nm.

10. Zat besi dalam darah adalah: Merupakan elemen esensial dari heme dan hemoglobin,
Pembentuk methemoglobin, mioglobin, dan beberapa enzim, Dalam hemoglobin berguna
mentrasport oksigen ke sel, Diperoleh dari makanan dalam bentuk Fe3+.

11. Pengukuran kadar zat besi dalam darah dapat dilakukan dengan: Metode langsung yaitu
pengukuran transferin, dan Metode tak langsung dengan pengukuran TIBC.

12. Analisis kadar hemoglobin dapat dilakukan secara kolorimetri dengan metode
Oksihemoglobin , Hematin asam, Hematin D-Alkali.

13. Fungsi sel hati adalah: Mensintesis protein serum esensial yang diperlukan tubuh, seperti
albumin, protein carrier, faktor-faktor koagulasi, hormon dan faktor pertumbuhan,
Memproduksi empedu dan isinya (getah empedu, kolesterol, lesitin, fosfolipid), protein
dan enzim intraselular termasuk transaminase, Mengatur nutrisi (glukosa, glikogen, lipid,
kolesterol, asam amino), Metabolisme dan konjugasi senyawa lipofilik (bilirubin, anion,
kation, obat).

14. Pengganggu hasil uji AST atau SGOT adalah: Injeksi per IM dapat meningkatkan kadar
AST/SGOT, pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat
menurunkan kadar SGOT/AST, Hemolisis sampel darah, Obat-obatan (antibiotik) dapat
meningkatkan kadar AST/SGOT.
+Fungsi ginjal adalah: Mengatur kesetimbangan air, Mengatur konsentrasi garam dan keseimbangan
asam-basa darah, Mengatur kesetimbangan elektrolit, ekskresi hasil sisa metabolisme, fungsi
metabolik, produksi senyawa khusus spt epo, renin, prostaglandin, tromboksan

15. Kreatinin secara normal terdapat dalam urin dengan kadar: 1 - 1,9 gr/hari pada laki-laki
0,8 – 1,7 gr.hari pada wanita.

16. Pemeriksaan kadar kreatinin dalam urin dapat dilakukan dengan metode: Kolorimetri,
Enzimatik, HPLC, Biosensor, reaksi naftol diasetil, elektroporesis kapiler

17. Penentuan kadar kreatinin secara kolorimetri (Jaffe reaction) merupakan suatu cara yang
banyak dilakukan, karena: Menggunakan pereaksi asam pikrat, mudah didapat dan
murah, dan Reaksi yang terjadi mudah diamati karena akan terbentuk senyawa kompleks
berwarna oranye kemerahan.

18. Analisis kreatinin dapat menggunakan HPLC, kemudian hasilnya dapat didteksi dengan
Spektrometri massa dengan prinsip penentuan hasil analisa berdasar BM senyawa,
Spektrometri UV, berdasarkan absorbansi cahaya yang dikenakan pada sampel, Dapat
menggunakan panjang gelombang 216 nm.

19. Analisis kadar hemoglobin dapat dilakukan dengan 3 cara/metode yaitu metode
sianmethemoglobin, hematin asam dan hematin D alkali, pereaksi apa, reaksinya
bagaimana, pengamatan warna/panjang gelombang, kelebihan dan kekurangan tiap
metode.
Metode Sianmethemoglobin (oxihemoglobin) :
Pereaksi : Larutan drabkin :

Reaksi : Ferricyanide
Oxyhemoglobin --------------> methemoglobin
cyanide
methemoglobin ---------------> cyanmethemoglobin
Pengukuran menggunakan spektrofotometri visible panjang gelombang 540 nm
Kelebihan Metode Cyanmeth
a. Pemeriksaan akurat.
b. Reagent dan alat untuk mengukur kadar hemoglobin dapat dikontrol dengan larutan
standart yang stabil.
2. Kekurangan Metode Cyanmeth
a. Alat untuk mengukur absorbansi (spektrofotometer atau photometer) mahal dan
membutuhkan listrik.
b. Larutan drabkin yang berisi sianida bersifat racun.

Hematin Asam :
Pereaksi : HCl 0,1 N
Reaksi : 0,1 N HCl
Hemoglobin ----------> Hematin asam
Dideteksi dengan haemometer, menghasilkan hematin asam berwarna coklat
Kelebihan : Mudah dilakukan, Hanya menggunakan deteksi visual dengan standar yang
ada
Kelemahan : Tidak semua hemoglobin bisa menjadi hematin asam, misalnya
karboksihemoglobin, methemoglobin, dan sulfhemoglobin, Kemampuan visual
pemeriksa sangat mempengaruhi hasil, Cahaya yang kurang terang sangat mempengaruhi
hasil

Hematin D Alkali :
Pereaksi : NaOH 4 g, Triton X-100 atau yang setara 25 g, Akuades
Reaksi : Sampel darah ditambahkan kedalam larutan alkali yang mengandung detergen
non-ionik maka akan terjadi konversi Hb menjadi hematin D-575 alkali, suatu senyawa
berwarna yang stabil yang kemudian dapat diukur secara spektrofotometri.
Buat kurva kalibrasi larutan standar AHD pada λ 580 nm dengan beberapa deret
konsentrasi. Warna hijau.
Kelebihan : Akurasi sama dengan metide hemiglobinsianida, Prosedur kalibrasi
menggunakan kristal klorhemin yang stabil dan tersedia dipasaran, Reagen tidak
mengandung sianida yang berbahaya, Reagen dapat tersedia dengan mudah
dilaboratorium
Kekurangan :
20. Laju endap darah dapat ditentukan dengan metode westergreen dan wintrobe, sampel
darah, alat , pereaksi, nilai rujukan untuk perempuan dan laki2 berapa?

Westergreen : sampel darah citrat 4 : 1 (4 bagian darah vena + 1 bagian natrium sitrat
3,2 % ) atau darah EDTA yang diencerkan dengan NaCl 0.85 % 4 : 1 (4 bagian darah
EDTA + 1 bagian NaCl 0.85%). Dicatat penurunan eritrosit dalam 1 jam (mm)
Alat : Tabung reaksi, pipet, rak. Nilai Rujukan lk : 0 – 15 mm/jam, pr : 0 – 20 mm/jam

Wintrobe : Sampel yang digunakan berupa darah EDTA atau darah Amonium-kalium
oksalat Sama dengan metode westergreen, dicatat penurunan eritrosit dalam 1 jam (mm).
Alat : Tabung reaksi, pipet, rak. Nilai rujukan lk : 0 – 9 mm/jam, pr : 0 – 15 mm/jam,

21. Bandingkan kebaikan dan kekurangan penentuan kreatinin metode jaffe (kolorimetri)
dengan metode enzimatik.

Enzimatik : Spesifik, tidak diganggu oleh kreatinin endogen, cocok untuk sampel
pediatrik sekalipun, sangat sensitif (hingga 18 mikromol/l), reagen tidak toksik dan tidak
mengotori kuvet, tidak bebas gangguan, ketergantungan pada reagen, butuh sampel darah
yang banyak, pemeliharaan alat dan reagen memerlukan tempat yang khusus dan
membutuhkan biaya yang cukup mahal
Jaffe : Paling efisien, paling sering digunakan di laboratorium, reagen cair stabil dalam
penyimpanan, sangat terganggu bilirubin, tidak sesuai untuk sampel neonatal, kurang
presisi dan akurat pada kadar kreatinin yang rendah

22. Pada penentuan SGPT , A pada menit pertama pada 340 nm 0,9 dan pada menit kedua
0,5 , hitung aktivitas SGPT, jika faktor untuk substrat start dan sample start diketahui.

PElajari

Anda mungkin juga menyukai