Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“STARTEGI PEMBANGUNAN KESEHATAN DI KABUPATEN


PASER”

Disusun Oleh

NAMA : dr. ABU BAKAR SIDIK


NIP : 197200625 200212 1 011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan juga
merupakan hak yang fundamental bagi setiap warga. Oleh karena itu pemerintah
berkewajiban untuk dapat mengatur mengenai kesehatan tersebut agar masyarakat
terpenuhi hak untuk hidup sehat. Hal ini merupakan amanat dalam Undang-undang
Dasar 1945, dimana dinyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir
dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Dalam UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dijelaskan bahwa
kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Di samping itu juga Deklarasi PBB tentang Hak Asasi Manusia Tahun 1984
menyatakan bahwa setiap orang berhak atas taraf hidup yang memadai bagi
kesehatan dan berhak atas jaminan di saat menderita sakit. Pembangunan
Kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya dapat terwujud. Untuk mewujudkan derajat kesehatan bagi
masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan(promotif), Pencegahan penyakit (preventif), Penyembuhan
penyakit(rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan.
Upaya kesehatan ditingkatkan dengan tujuan agar dapat menyelenggarakan
upaya kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau oleh masyarakat kabupaten
paser, terutama yang berpenghasilan rendah dengan peran serta aktif dari
masyarakat. Ini senada dengan tujuan pembangunan kesehatan yakni tercapainya
kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum
dari tujuan nasional. Hal ini juga selaras dengan visi kabupaten paser yakni
"Terwujudnya Kabupaten Paser yang Maju, Mandiri, Sejahtera dan Berkeadilan".
Yang di jabarkan dalam misi kabupaten paser point kedua yakni Meningkatkan
pelayanan dasar di bidang pendidikan dan kesehatan
Sehingga seorang calon Kepala Dinas Kesehatan di kabupaten paser harus
memahami kebutuhan organisasi, yakni , dalam hubungannya dengan rencana
strategis yang di usung oleh pemerintah daerah. Seorang kepala dinas kesehatan
harus memahami dua hal penting, yaitu ia bekerja dalam periode lima tahunan, dan
kemudian terurai dalam kerja tahunan serta tiga tahun berjalan. Oleh karenanya ia
harus memahami dua hal prinsip, PERTAMA, Rencana Strategis Kesehatan
Kabupaten Paser yang dibuat setiap lima tahun sekali, KEDUA, Pencapaian
kinerja tahunan kesehatan dan atau tiga tahunan dalam periode lima tahun. Kedua
prinsip ini, adalah dasar dalam pembangunan kesehatan setingkat kabupaten/kota.
Kedua prinsip ini tidak bisa dilepaskan dari konsep dan ilmu kesehatan, oleh
karenanya seseorang yang bekerja dalam bidang pembangunan kesehatan, ia harus
mempunyai ilmu kesehatan dan juga ilmu tentang pemerintahan serta aturan-aturan
tentang penyelenggaraan pemerintahan daerah, misalnya saja Peraturan Pemerintah
no 18 tahun 2016 tentang Perangkat daerah yang sangat menekankan pada
pentingnya Koordinasi.
Dalam Ilmu kesehatan penerapan dua konsep prinsip tersebut adalah
berhubungan konsep tentang faktor resiko, prognosis dan profilaksis. Faktor resiko
adalah besarnya kemungkinan orang sehat mengalami sakit, sedangkan prognosis
adalah besarnya kemungkinan orang sakit (Tidak Sehat) mengalami kematian. Dan
profilaksis adalah upaya-upaya pencegahan terhadap faktor resiko ( mencegah
orang sehat agar tidak sakit) dan upaya-upaya pencegahan terhadap faktor
prognosis ( Mencegah orang sakit agar tidak mati).
Konsep Pembangunan Kesehatan Kabupaten, yang terurai atau dibangun
dari dua konsep yaitu konsep Rencana Strategis Kesehatan dan konsep Pencapaian
Kinerja Kesehatan, adalah pokok bahasan dalam membuat “STRATEGI
PEMBANGUNAN KESEHATAN KABUPATEN PASER”
B. Permasalahan
Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Kesehatan dalam organisasi
Pemerintah daerah sebagaimana yang terdapat dalam Peraturan Daerah Kabupaten
Paser nomor 14 tahun 2016 tentang Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah
Dinas Kesehatan merupakan Dinas Tipe A yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan bidang kesehatan. Dimana penjabaran tentang tupoksi dinas
kesehatan mengacu pada Peraturan Bupati Paser No 55 tahun 2016 tentang Rincian
Tugas Dan Fungsi Dinas Kesehatan Kabupaten Paser disebutkan bahwa Dinas
Kesehatan Kabupaten Paser mempunyai tugas melaksanakan kewenangan otonomi
daerah di bidang kesehatan.
Dalam menyelenggarakan fungsi penyelenggaraan pembangunan kesehatan
tersebut, Dinas Kesehatan telah dilengkapi dengan struktur organisasi, tugas dan
fungsi, sumber daya, tantangan dan peluang dalam pencapaian kinerja pelayanan,
masing-masing. Dimana ujung tombak pelayanan kesehatan pada masyarakat yang
di berikan oleh Puskesmas dan Rumah Sakit dalam bentuk Promotif, Preventif,
Kuratif maupun Rehabilitatif. Untuk melaksanakan tugas kebijakan kesehatan
untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya masyarakat kabupaten paser yang sehat. Dalam
melaksanakan tugasnya, puskesmas menyelenggarakan dua fungsi yaitu
penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan penyelenggaraan
Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama di wilayah kerjanya
Namun, sampai saat ini usaha pemerintah dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat akan kesehatan masih belum dapat memenuhi harapan masyarakat.
Banyak anggota masyarakat yang mengeluh dan merasa kurang puas dengan
pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas dan rumah sakit milik pemerintah
kabupaten paser, baik itu dari segi diagnosa, petugas yang kurang ramah, lama
waktu pelayanan, keterampilan petugas, sarana/fasilitas, peralatan kesehatan, obat
obatan yang kurang lengkap serta waktu tunggu untuk mendapatkan pelayanan
Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu, berkualitas dan
menyeluruh puskesmas harus didukung oleh sistem manajemen dan perencanaan
dari yang baik. Manajemen dalam suatu organisasi seperti puskesmas yang
memiliki tujuan untuk memberikan pelayanan paripurna kepada masyarakat
sangatlah dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dalam pencapaian tujuannya.
Sehingga dalam implementasinya di perlukan rencana kerja stategis untuk
memfasilitasi berbagai masalah yang di hadapi oleh petugas kesehatan di lapangan.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Membuat Rencana Strategi Pembangunan Kesehatan Kabupaten Paser sebagai
kerangka pikir dan acuan dalam menjabarkan target Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Paser dalam kerangka kerja Pencapaian Kinerja Lima Tahun yang
sudah di tetapkan
2. Tujuan Khusus
a. Membuat Rencana Strategis Kesehatan Pimpinan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten
b. Melaksanakan Pencapaian Kinerja Kesehatan tahunan dan lima tahunan
c. Menghubungkan Rencana Strategi Kesehatan Pimpinan dengan Pencapaian
Kinerja Kesehatan Pimpinan
d. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja opd dinas
kesehatan
e. Mengidentifikasi indikator kinerja dinas kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kerangka Berpikir
Dalam Rencana Strategis ini, prinsip yang digunakan adalah prinsip kerja
dan hubungan antara pencapaian kinerja Dinas Kesehatan beserta Unit Pelaksana
Teknis Dinas (UPTD) dan penetapan target Rencana Kerja Kesehatan dalam
konsep pembangunan kesehatan di kabupaten Paser. Prinsip kerja dan hubungan
antara pencapaian kinerja dan penetapan target renstra dinas kesehatan dalam
konsep pembangunan kesehatan kabupaten bisa di lihat pada bagan di bawah ini :

VISI

MISI

Pencapaian derajat kesehatan Target Tujuan dan


yang setinggi tingginya yang Sasaran utama Renstra
p Dinas Kesehatan Kab r
memungkinkan setiap orang
e Paser e
hidup sehat
n n
c c
a a
p n
a a
i Peningkatan status kesehatan Target Outcome
a yang memungkinkan setiap Program Restra Dinas s
n orang dapat hidup produktif Kesehatan Kabupaten t
secara sosial dan ekonomi Paser r
k a
i t
n e
e g
r i
j Peningkatan Status Pelayana Target Output kegiatan s
a Kesehatan yang di dasarkan Dinas Kesehatan Kab
pada pencapian standar Paser
pelayana minimal
B. Membuat Rencana Strategi Kesehatan
Rencana strategis (renstra) kesehatan kabupaten, dibuat visi dan misi
sebagai penjabaran dari visi misi bupati dan wakil bupati terpilih. Selanjutnya
dijabarkan di tingkat kabupaten dengan benar-dan sesuai tahapan pencapaian
target-target yang tertuang dalam rencana strategis kesehatan kabupaten. Maka
VISI saya sebagai kepala dinas kesehatan adalah Bekerja berdasarkan Rencana
Strategis Kesehatan Kabupaten Paser. Dan MISI saya adalah
Menyelenggarakan pembangunan kesehatan Kabupaten Paser yang
terkoordinasi dengan baik dan benar sesuai dengan Rencana Strategis
pembangunan kesehatan kabupaten.”
Target Tujuan dan Sasaran utama Renstra, meliputi penetapan tujuan dan
sasaran. Tujuan dalam kerangka rencana strategis adalah tingkatan dengan tujuan
tertinggi, merupakan hasil akhir dari periode lima tahunan tetapi diluar control
program.
Sasaran program merupakan rincian atau bagian dari tujuan, bagaimana kita
mencapai Tujuan, namun sasaran ini selalunya diluar kontrol program. Tujuan dan
sasaran diluar kontrol program karena kegiatan-kegiatan tidak langsung
mempengaruhinya tetapi dapat dicapai dengan gabungan beberapa dari program
yang satu dengan program yang lainnya. Kontrol antar program ini adalah inti dari
pencapain Tujuan dan Sasaran (Goals and Objetives), dimana selama ini program
program berjalan tanpa koordinasi yang baik antar program. Sehingga Saya sebagai
Calon Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Paser , dituntut bukan saja mengetahui
dan mengerti tentang satu program tetapi juga mengetahui program lainnya, baik
lintas program maupun lintas sektoral OPD termasuk juga program kesehatan
tingkat provinsi kalimantan timur dan skala Nasional,”
Target Outcome program Renstra adalah Hasil spesifik apa yang harus
diperoleh sesudah program berakhir. dan Target output kegiatan adalah Kegiatan-
kegiatan yang tersusun untuk memperoleh outputs. Outcome program dan ouput
kegiatan, merupakan kegiatan yang dapat dikontrol secara langsung. Pemahaman
yang baik dan benar akan program dan kegiatan oleh para pelaksana program
(fungsional maupun struktural) dibawah kendali dan koordinasi Kepala Dinas
Kesehatan adalah kunci pencapaian target-target outcome dan output yang sudah di
tetapkan di dalam renstra dinas kesehatan.
C. Melaksanakn Pencapaian Kinerja Kesehatan
Pencapaian kinerja kesehatan adalah uraian rencana pencapaian kinerja yang
disusun berdasarkan prinsip-prinsip ilmu kesehatan yaitu prinsip keadaan sehat,
sakit dan mati atau lama hidup. Keadaan sehat berhubungan dengan pelayanan
kesehatan (Status pelayanan Kesehatan), keadaan sakit berhubungan dengan
pelayanan orang sakit (Status Kesehatan atau kesakitan), dan keadaan mati
berhubungan dengan pelayanan pencegahan kematian (Status Derajat Kesehatan).
Disusun secara vertical dari bawah keatas, Masing-masing dapat dijelaskan sebagai
berikut
1. Peningkatan Status Pelayanan Kesehatan yang didasarkan pada pencapaian
Standar Pelayanan Minimal Kesehatan, disusun setiap tahunnya, sebagaimana
yang dimanatkan dalam Permenkes no 43 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kesehatan yaitu pada awal tahun sebagai sasaran kerja yang harus dicapai
selama satu kerja. Targetnya adalah 100 Persen artinya jika sasaran populasinya
100 maka 100 sasaran populasinya yang terlayani, jika sasarannya 100 ibu hamil
maka 100 ibu hamil harus mendapatkan pelayanan kesehatan dengan mutu
standar yang ditetapkan. 100 sasaran populasi harus tercatat berdasarkan data
nama dan alamat serta jenis layanan yang diberikan (by Name by addres by
services). Prinsip kerja dalam menentukan status pelayanan ini adalah
mencegah orang sehat agar tidak sakit, Semakin tinggi capaian pelayanan
kesehatan sehat, akan semakin rendah angka kesakitan.
2. Peningkatan Status Kesehatan, yang memungkinkan setiap orang dapat hidup
produktif secara social dan ekonomis. Sebagaimana status pelayanan kesehatan,
status kesehatan dalam pencapaiannya terlebih dahulu juga dibuat sasaran
pencapaiannya yaitu faktor resiko yang langsung dihubungkan dengan populasi
yang beresiko (bc. Suspek) berdasarkan jumlah penduduk dalam periode satu
tahun. Prinsip kerjanya adalah semakin tinggi capaian pelayanan populasi yang
beresiko, semakin rendah angka kesakitan.
3. Pencapaian Derajat Kesehatan yang setinggi-tingginya yang memungkinkan
setiap orang hidup sehat dan lama, sangat di pengaruhi capaian status pelayanan
(kesehatan) dan status kesehatan (kesakitan), capaiannya adalah angka harapan
hidup dengan angka-angka yang mempengaruhinya yaitu kematian ibu, bayi dan
balita.
Yang terpenting dalam pengelolaan capaian kinerja adalah pengelolaan data
capaian, pola-pola data yang terbentuk untuk melihat kecederungan capaian, naik,
turun dan tetap, dan pembuatan rekomendasi keputusan (Kebijaksanaan) dalam
menyingkapi naik-turunnya capaian kinerja
D. Menghubungkan Rencana Strategis Kesehatan Dan Pencapaian Kinerja
Kesehatan.
Rencana strategis kesehatan adalah rencana strategis yang dibuat secara
bertahap, dimulai dari penetapan target tujuan dan sasaran, kemudian dijabarkan
dalam penetapan target outcome program dan diuraikan dalam bentuk penetapan
target ouput kegiatan, prinsipnya adalah diuraikan secara vertical dari atas ke
bawah (top-down). Capaian kinerja kesehatan adalah capaian dari sasaran kinerja
yang telah dibuat, melihatnya secara prospektif dari bawah ke atas (down-top)
dimulai dari pelayanan kesehatan, pelayanan kesakitan dan pencegahan kematian.
Hubungan rencana strategis dan capaian kinerja adalah cara melihat 3 elemen yang
terbentuk (bc. Lihat Gambar), secara vertical dan horizontal (logical vertical and
logical horizontal) berdasarkan indicator yang telah dibuat, baik pada penetapan
target pada rencana strategis maupun capaian kinerja yang dibuat setiap tahunnya.
Hubungan vertical – horizontal Rencana strategis kesehatan dan pencapaian
kinerja kesehatan yang dibuat secara bertahap tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut.
1. Target Tujuan dan Sasaran utama Renstra Dinas Kesehatan, ini adalah target
lima tahun, dan untuk mempermudah pengendaliannya dapat ditargetkan setiap
tahunnya, hal ini dimaksudkan untuk melihat, apakah program dan kegiatan
yang dilaksanakan benar-benar mengarah pada pencapaian tujuan dan sasaran
yang telah dibuat atau ditetapkan dalam rencana strategis kabupaten, analisis
yang digunakan biasanya memakai analisis regresi yaitu memasukan data-data
capaian lima tahun sebelumnya guna mendapatkan formula target capaian
lima tahun berikutnya. Target tujuan dan sasaran yang ditetapkan dalam
rencana strategis Kesehatan Kabupaten, dalam penyusunan tidak
boleh dipisahkan dari konsep pencapaian kinerja, yaitu secara horizontal seperti
yang disajikan dalam gambar yaitu pencapaian derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya yang memungkinkan setiap orang hidup sehat dan sejahtera. Oleh
karena itu target saya selama lima tahun adalah :
a. Meningkatkan angka harapan hidup masyarakat kabupaten paser dari 71, 16
menjadi 73, mendekati angka harapan hidup propinsi 73,99 pada tahun 2021
b. Menurunkan angka kematian ibu melahirkan dari 228 per 100.000 menjadi
100 per 100.000 sama dengan angka kematian ibu melahirkan propinsi
kaltim pada tahun 2021
c. Menurunnya angka kematian bayi dari 9,7 per 1000 menjadi 7,0 per 1000
kelahiran hidup di tahun 2021
d. Serta menurunnya prevalensi gizi kurang dan buruk dari 15.32 % menjadi
dibawah 7 % diakhir tahun 2021.
2. Target Outcome program Renstra Dinas Kesehatan, ini adalah target 2-3
tahunan, dan untuk mempermudah pengendaliannya dapat ditargetkan setiap
tahunnya. Target Outcome Program adalah target program, bukan target
kegiatan artinya penentuan target program didasarkan pada penjabaran target-
target kegiatan. Untuk mempermudah pemahaman target program ini, dapat
dilihat atau dihubungkan secara horizontal pada gambar dengan pencapaian
kinerja yaitu diarahkan Peningkatan Status Kesehatan, yang memungkinkan
setiap orang dapat hidup produktif secara social dan ekonomis, oleh karena itu
target-target yang dicantukan disini adalah target-target yang berhubungan
dengan angka-angka kesakitan. Oleh karena itu target saya selama lima tahun
adalah ;
a. Menurunnya prevalensi Tuberculosis dari 91 menjadi 75 per 100.000
penduduk pada tahun 2021
b. Menurunya penderita diare dari 214 per 1000 balita menjadi 180 per 1000
balita.
c. Meningkatnya penemuan kasus-kasus suspek penyakit menular dan tidak
menular dari 10 % menjadi 50%. Serta mengendalikan angka kesakitan
masyarakat tidak lebih dari 10 %.
3. Target output kegiatan Renstra Dinas Kesehatan adalah target tahunan dan
untuk mempermudah pengendaliannya dapat dibuat target bulanan dan triwulan
dalam tahun bersangkutan. Target Output ini biasaya disebutkan juga target
standar pelayanan minimal. Setiap kegiatan yang ditetapkan mempunyai standar
pelayanan minimal (SPM) , bila dihubungkan dengan pencapaian kinerja, maka
kegiatan yang dilaksanakan diarahkan pada pencapaian status pelayanan
kesehatan. Sehingga dengan melaksanakan SPM yang diamanatkan dalam
Permenkes no 43 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kesehatan, saya akan
mewujudkan :
a. Setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar;
b. Setiap ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan sesuai standar;
c. Setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanankesehatan sesuai standar;
d. Setiap balita mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar;
e. Setiap anak pada usia pendidikan dasar mendapatkan skrining kesehatan
sesuai standar;
f. Setiap warga negara Indonesia usia 15 s.d. 59 tahun mendapatkan skrining
kesehatan sesuai standar;
g. Setiap warga negara Indonesia usia 60 tahun ke atas mendapatkan skrining
kesehatan sesuai standar;
h. Setiap penderita hipertensi mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar;
i. Setiap penderita Diabetes Melitus mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar;
j. Setiap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar;
k. Setiap orang dengan TB mendapatkan pelayanan TB sesuai standar; dan
l. Setiap orang berisiko terinfeksi HIV (ibu hamil, pasien TB, pasien IMS,
waria/transgender, pengguna napza, dan warga binaan lembaga
pemasyarakatan) mendapatkan pemeriksaan HIV sesuai standar.
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja OPD Dinas Kesehatan
Kinerja suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
datang dari dalam organisasi (faktor internal) dan faktor yang berasal dari luar
organisasi (faktor eksternal). Konsep kinerja organisasi, bahwa kinerja organisasi
berhubungan dengan berbagai aktivitas dalam rantai nilai (value chain) yang ada
pada organisasi. Berbagai faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi
sesungguhnya memberikan informasi mengenai prestasi pelaksanaan dari unit-unit
organisasi, di mana organisasi memerlukan penyesuaian penyesuaian atas seluruh
aktivitas sesuai dengan tujuan organisasi. Faktor-faktor yang dominan
mempengaruhi kinerja suatu organisasi meliputi upaya manajemen dalam
menerjemahkan dan menyelaraskan tujuan organisasi, budaya organisasi, kualitas
sumber daya manusia yang dimiliki organisasi, dan kepemimpinan yang efektif.
Adapun faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap tingkat
pencapaian kinerja organisasi sebagai berikut:
1. Struktur organisasi sebagai hubungan internal yang berkaitan dengan fungsi
yang berkaitan dengan fungsi yang dijalankan aktivitas organisasi
dimana untuk struktur hubungan internal akan di kembangkan serta kesinergian
dalam organisasi akan lebih di pererat, kedepannya akan mengembangkan dinas
kesehatan yang kaya fungsi untuk mencapai visi kabupaten di bidang kesehatan
2. Kebijakan pengelolaan, berupa visi dan misi organisasi
Pengelolaan visi dan misi organisasi ini akan berimpact pada pengurucutan
program program serta kegiatan yang mempunyai dampak besar atau signifikan
dalam pencapaian visi dan misi bidang kesehatan.
3. Sumber daya manusia, yang berkaitan dengan kualitas karyawan untuk bekerja
dan berkarya secara optimal.
Untuk mewujudkan visi dan misi bidang kesehatan di perlukan sumber daya
manusia kesehatan (SDMK) yang berkualitas sehingga di perlukan peningkatan
mutu tenaga kesehatan dengan cara pendidikan, pelatihan maupun bimtek yang
berhubungan langsung dengan life skill dari petugas kesehatan untuk melayani
masyarakat.
4. Sistem informasi manajemen, yang berhubungan dengan pengelolaan data base
untuk digunakan dalam mempertinggi kinerja organisasi.
Pengelolaan sistem informasi akan di kembangkan agar akses dan analisis data
kesehatan lebih cepat dan akurat sehingga intervensi terhadap satu masalah juga
lebih cepat, adapu sistem informasi yang akan di kembangkan yakni berupa
sistem informasi kesehatan untuk dinas kesehatan, SIM RS untuk Rumah sakit,
Simpus untuk puskesmas, SIL untuk Labkesda yang akan di integrasikan.
5. Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan penggunaan
teknologi bagi penyelenggaran organisasi pada setiap aktivitas organisasi.
Dalam pelaksanaan tugas di bidang kesehatan untuk memberikan pelayanan
kesehatan, tenaga kesehatan perlu di dukung dengan sarana dan prasarana yang
memadai baik itu, sehingga dalam memberikan pelayanan bisa lebih
menyeluruh. Diantara kebutuhan mendesak terhadap pelayanan kesehatan
berupa peralatan kesehatan, peralatan penunjang serta obat dan BHP yang masih
kurang jumlahnya.
F. Indikator Kinerja Dinas Kesehatan
Pengukuran kinerja merupakan suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan
terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditentukan, termasuk informasi
atas efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa,
kualitas barang dan jasa, perbandingan hasil kerja dan target, dan efektivitas
tindakan dalam mencapai tujuan. Pengukuran kinerja sering dipandang dari
perspektif menejemen, manajemen menetapkan target kemudian menggunakan
pengukuran kinerja untuk mengetahui apakah target tersebut telah tercapai.
Adapun indikator kinerja yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja bisa
dilihat berdasarkan IKU ( indikator kinerja utama ) tiap OPD, tapi secara garis
besar indikator kinerja birokrasi publik yankni :
1. Produktivitas
Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga
efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio
antara input dengan output. Konsep produktivitas dirasa terlalu sempit dan
kemudian General Accounting Office (GAO) mencoba mengembangkan satu
ukuran produktivitas yang lebih luas dengan memasukkan seberapa besar
pelayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah satu
indikator kinerja yang penting.
2. Kualitas Layanan
Isu mengenai kualitas layanan cenderung menjadi sangat penting dalam
menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan negatif
yang terbentuk mengenai organisasi publik muncul karena ketidakpuasan
masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima dari organisasi publik.
Dengan demikian, kepuasan masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan
indikator kinerja organisasi publik. Keuntungan utama menggunakan kepuasan
masyarakat sebagai indikator kinerja adalah informasi mengenai kepuasan
masyarakat sering kali tersedia secara mudah dan murah. Informasi mengenai
kepuasan terhadap kualitas pelayanan sering kali dapat diperoleh dari media
massa atau diskusi publik. Akibat akses terhadap informasi mengenai kepuasan
masyarakat terhadap kualitas layanan relatif sangat tinggi, maka bisa menjadi
satu ukuran kinerja organisasi publik yang mudah dan murah dipergunakan.
Kepuasan masyarakat bisa menjadi parameter untuk menilai kinerja organisasi
publik.
3. Responsivitas
Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan
masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan
program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi
masyarakat. Secara singkat responsivitas di sini menunjuk pada keselarasan
antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi
masyarakat. Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu indikator kinerja
responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik
dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Responsivitas yang rendah ditunjukkan dengan ketidakselarasan
antara pelayan dengan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut jelas menunjukkan
kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi publik.
Organisasi yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya memiliki
kinerja yang jelek pula.
4. Responsibilitas
responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu
dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai
dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit. Oleh sebab
itu, responsibilitas bisa saja pada suatu ketika berbenturan dengan responsivitas
5. Akuntabilitas
Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan
publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat. Asumsinya
adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyat, dengan
sendirinya akan selalu merepresentasikan kepentingan rakyat. Dalam konteks
ini, konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar
kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan kehendak
masyarakat banyak. Kinerja organisasi publik tidak hanya bisa dilihat dari
ukuran internal yang dikembangkan oleh organisasi publik atau pemerintah,
seperti pencapaian target. Kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran eksternal,
seperti nilai-nilai dan normanorma yang berlaku dalam masyarakat. Suatu
kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu
dianggap benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang dalam
masyarakat.
Sehingga dengan urutan perencanaan, sistem manajemen dan identifikasi
serta pengelolaan terhadap faktor faktor pendukung dan penghambat pembangunan
bidang kesehatan maka pada akhirnya akan menciptakan pelayanan birokrasi
bidang kesehatang yang tangguh, prima berdaya saing serta bisa mewujudkan visi
kabupaten di bidang kesehatan.
BAB II
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari Uraian Strategis Pembangunan Kesehatan di kabupaten Paser dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Target-target pada rencana strategis yang disusun secara vertical (topdown)
mulai dari penetapan tujuan dan sasaran, kemudian outcome program dan output
kegiatan, harus disesuaikan dengan prinsip-prinsip ilmu kesehatan misalnya
Faktor resiko, prognosis dan profilaksis.
2. Perhitungan pencapaian kinerja sebagai dasar dalam bekerja dimulai dari
menetapkan status pelayanan yaitu memberikan pelayanan kepada orang sehat,
status kesehatan yaitu memberikan pelayanan kepada mereka dicurigai sakit dan
sakit, dan kemudian status kelangsungan hidup
3. Hubungan antara target-target rencana strategis dan pencapaian kinerja adalah
Target Tujuan dan Sasaran adalah pencapaian kinerja pada status kelangsungan
hidup. Target Outcome adalah pada pencapaian status kesehatan dan Output
adalah pada pencapaian status pelayanan kesehatan. Ke tiga elemen tersebut
harus di lihat dalam kerangka pikir vertical dan horizontal (logical vertical and
logical horizontal seperti pada gambar prinsip kerja diatas).
4. Faktor -faktor yang mempengaruhi kinerja opd dinas kesehatan yakni Struktur
organisasi sebagai hubungan internal yang berkaitan dengan fungsi yang
berkaitan dengan fungsi yang dijalankan aktivitas organisasi, Kebijakan
pengelolaan, berupa visi dan misi organisasi, Sumber daya manusia, yang
berkaitan dengan kualitas karyawan untuk bekerja dan berkarya secara optimal,
Sistem informasi manajemen, yang berhubungan dengan pengelolaan data base
untuk digunakan dalam mempertinggi kinerja organisasi, dan Sarana dan
prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan penggunaan teknologi bagi
penyelenggaran organisasi pada setiap aktivitas organisasi.
5. Indikator Kinerja Dinas Kesehatan diantaranya bisa di lihat dari Produktivitas,
Kualitas Layanan, Responsivitas, Responsibilitas dan Akuntabilitas
B. SARAN
Di dalam mengatasi permasalahan aspek-aspek yang menjadi
penghambatkinerja Dinas Kesehatan Kabupaten paser dalam mewujudkan “Visi ”
bidang kesehatan ada beberapa upaya yang dapat dilakukan seperti :
1. Mengidentifikasi faktor faktor penunjang/ pendukung yang bisa dikembangkan
untuk mendukung pencapaian visi kabupaten paser di bidang kesehatan.
2. Mengidentifikasi faktor faktor penghambat bidang kesehatan sehingga bisa di
kelola atau di minimalkan faktor tersebut agar bisa dikelola.
3. Mengembangkan sistem sister dinkes, sister puskesmas ataupun sistem rumah
sakit kepada kabupaten kota yang sudah maju dalam hal layanan kesehatan
agar bisa di implemtasikan di kabupaten paser sesuai dengan norma dan
kearifan lokal yang ada di paser.

Anda mungkin juga menyukai