Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hiperbilirubinemia merupakan salah satu masalah kegawatan pada bayi baru lahir.
Peningkatan unconjugated bilirubin serum sampai dengan kadar 20 mg/dl sering menyebabkan
”kern ikterus”, sehingga fungsi otak terganggu dan mengakibatkan kecacatan sepanjang hidup
atau kematian. Sebagian besar pasien hiperbilirubinemia yang dirawat di NICU mempunyai
prognosis yang kurang menggembirakan. Tujuan. Mengetahui hubungan hiperbilirubinemia dan
kejadian kematian pasien yang dirawat di NICU. (Kosim & Garina, 2007)

Ikterus terdapat pada kira-kira 50 % dari semua bayi baru lahir di mana sekitar 60% bayi
cukup bulan dan 80% bayi preterm mengalami ikterus selama minggu pertama usianya.
Fototerapi merupakan modalitas terapi dengan menggunakan sinar yang dapat digunakan untuk
pengobatan hiperbilirubinemia pada neonatus. Fototerapi saat ini merupakan standar pengobatan
untuk bayi dengan hiperbilirubiemia neonatal. Efeknya secara bertahap dapat menurunkan kadar
bilirubin. Tujuan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kadar bilirubin pada ikterus
neonatorum sebelum dan pasca fototerapi di Rumah Sakit Pertamina Cirebon periode Januari-
Agustus 2014. Metode. Metode penelitian menggunakan desain deskriptif analitik dan
pendekatan cross sectional dengan waktu penelitian bulan November 2014. (Pusparani & w,
2017)
Data yang digunakan merupakan data sekunder yang berasal dari Medical Record.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling yang
memenuhi kriteria inkusi dan ekslusi sebanyak 89 pasien. Hasil. Hasil penelitian diperoleh kadar
bilirubin pada pasien Ikterus Neonatorum sebelum fototerapi didapatkan hasil paling banyak
pada kadar bilirubin antara 12-15 mg/dL sebanyak 31 pasien (34,8%). Setelah dilakukan
fototerapi didapatkan penurunan kadar bilirubin paling banyak terjadi antara 7-10 mg/dL
sebanyak 47 pasien (52,8%). Setelah ditabulasi didapatkan rerata kadar bilirubin sebelum
fototerapi sebesar 16,15 mg/dL dan setelah dilakukan fototerapi sebesar 8,21. Di mana terjadi
penurunan rerata kadar bilirubin sebesar 7,94 mg/dL. Kesimpulan. Hasil penelitian ini
menunjukan adanya penurunan kadar bilirubin pada Ikterus Neonatorum setelah dilakukan
fototerapi sebesar 49,16 %. (Pusparani & w, 2017)
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi

Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan
ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih.
Ikterus secara klinis akan mulai tampak pada bayi baru lahir bila kadar bilirubin darah 5-7
mg/dL. (Pusparani & w, 2017)

Ikterus adalah suatu keadaan menyerupai penyakit hati yang terdapat pada bayi baru
lahir akibat terjadinya hiperbiliruminemia. Ikterus merupakan salah satu kegawatan yang
sering terjadi pada bayi baru lahir, sebanya 25- 50%. Pada bayi lahir berat lahir rendah. (Lia
Dewi , 2010)

2.2. Etiologi

Etiologi Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya ikterus, yaitu sebups
berikut :

1. Prahepatik (ikterus hemolitik). Ikterus ini disebabkan karena produksi bilirubin


yang meningkat pada proses hemolisis sel darah merah (ikterus hemolitik).
Peningkatan bilirubin dapa disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah
infeksi, kelainan sel darah merah, dan toksin dari luar tubuh, serta dari tubuh itu
sendiri.
2. Pascahepatik (obstruktif) Adanya obstruksi pada saluran empedu yang
mengakibatkan bilirubin konjugasi akan kembali lagi ke dalam sel hati dan
masuk ke dalam aliran darah, kemudian sebagian masuk dalam ginjal dan
diekskresikan dalam urine. Sementara itu, sebagian lagi tertimbun dalam tubuh
sehingga kulit dan sklera berwarna kuning kehijauan serta gatal. Sebagai akibat
dari obstruksi saluran empedu menyebabkan ekskresi bilirubin ke dalam saluran
pencernaan berkurang, sehingga feses akan berwarna putih keabu-abuan, liat, dan
seperti dempul. Hepatoseluler (ikterus hepatik). Konjugasi bilirubin terjadi pada
sel hati, apabila sel hati mengalami kerusakan maka secara otomatis akan
mengganggu proses konjugasi bilirubin sehingga
3. biliruin direct meningkat dalam aliran darah. Bilirubin direct mudah
diekskresikan oleh ginjal karena sifatnya yang mudah larut dalam air, namun
sebagian masih tertimbun dalam aliran darah. (Haws, 2008)

2.3. Manifestasi Klinis

1. Perubahan warna kulit pada bayi ( kekuningan )


2. Perubahan warna pada sklera ( kekuningan )
3. Peningkatan nilai brililubin pada bayi, melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan
dan 12,5 mg% pada neonatus kurang bulan
4. Mengalami disfungsi hepar (Paulette S. Haws, 2007)

2.3 Klasifikasi
Pembagian
1. Fisiogis
Ikterus fisologis adalah ikterus normal yang dialami oleh bayı baru lahir, tidak
mempunyai dasar patologis sehingga tidak berpontensi menjadi kern ikterus. Ikterus
fisiologis ini memiliki tanda-tanda berikut.
a. Timbul pada hari kedua dan ketiga setelah bayi lahir.
b. Kadar bilirubin tidak langsung tidak lebih dari 10 mg% pada neonatus cukup
bulan dan i 2,5 mg% pada neonatus kurang bulan.
c. Kepatan dibandingkan kadar bilirubin tidak lebih dan 5 mg% per hari.
d. Kadar bilirubin langsung tidak lebih dan, mg%.
e. Ikterus menghilang pada 10 hari periama
f. Tidak terbukti mempunat hubungan dengan keadaan patologis
2. Patologis
Ikterus patologis adalah ikterus yang memiliki dasar patologis dengan golongan darah
bilirubin berarti nilai yang disebut hiperbilirubinemia. Ikterus patologis memiliki tanda
dan gejala sebagai berikut
a. Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama
b. Kadar bilirubin melebihi 10mg% pada neonatus cukup bulan atau lebih 12,5
mg% pada neonatus cukup bulan.
c. Peningkatan bilirubin melebihi 5 mg% per jam.
d. Ikterus menetap setelah 2 minggu pertama.
e. Kadar bilirubin langsung lebih dari 1 mg%.
f. Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik (LIa Dewi , 2010)
2.4. Komplikasi
Kern ikterus (ensefalopati biliaris) adalah penyakit otak yang terkena bilirubin tidak
langsung pada otak yang ditandai dengan kadar darah yang tinggi (> 20mg% pada bayi
cukup bulan atau> 18 mg% pada bayi berat lahir rendah) berupa mata berputar, letargi,
kejang. Tak mau repot, tonus otot meningkat, leher kaku, epistotonus, dan sianosis, juga
dapat juga dikuti dengan ketulian, gangguan berbicara, dan retardasi mental diebalan hari.
(Lia Dewi , 2010)

2.5. Pathway

2.6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
1. Ikterus fisiologis
a. Lakukan perawatan seperti bayi baru lahir normal lainnya
b. Lakukan perawatan bayi sehari-hari seperti :
• memandikan
• melakukan perawatan tali pusat
• membersihkan jalan napas
• menjemur bayi di bawah sinar matahari pagi, kurang lebih 30 menit
c. Ajarkan ibu cara :
• memandikan bayi
•melakukan perawatan tali pusat.
•menjaga agar bayi tidak hipotermi
•menjemur bayi di bawah sinar matahari pagi. kurang lebih 30 menit (Lia
Dewi , 2010)

Anda mungkin juga menyukai

  • Proposal Futsall
    Proposal Futsall
    Dokumen6 halaman
    Proposal Futsall
    Seftian darma wisana
    Belum ada peringkat
  • Proposal Futsall
    Proposal Futsall
    Dokumen6 halaman
    Proposal Futsall
    Seftian darma wisana
    Belum ada peringkat
  • BAB I Arif
    BAB I Arif
    Dokumen4 halaman
    BAB I Arif
    Seftian darma wisana
    Belum ada peringkat
  • Sap Bumil
    Sap Bumil
    Dokumen17 halaman
    Sap Bumil
    Seftian darma wisana
    Belum ada peringkat
  • Anggaran Baru
    Anggaran Baru
    Dokumen2 halaman
    Anggaran Baru
    Seftian darma wisana
    Belum ada peringkat
  • ADINDA
    ADINDA
    Dokumen7 halaman
    ADINDA
    Seftian darma wisana
    Belum ada peringkat
  • Doa
    Doa
    Dokumen132 halaman
    Doa
    Seftian darma wisana
    100% (1)
  • Cover Ok
    Cover Ok
    Dokumen2 halaman
    Cover Ok
    Seftian darma wisana
    Belum ada peringkat
  • Pidato
    Pidato
    Dokumen2 halaman
    Pidato
    Seftian darma wisana
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Seftian darma wisana
    Belum ada peringkat
  • Hemoglobin
    Hemoglobin
    Dokumen1 halaman
    Hemoglobin
    Seftian darma wisana
    Belum ada peringkat
  • Gout Atrhitis 3
    Gout Atrhitis 3
    Dokumen10 halaman
    Gout Atrhitis 3
    Seftian darma wisana
    Belum ada peringkat
  • Anak
    Anak
    Dokumen1 halaman
    Anak
    Seftian darma wisana
    Belum ada peringkat
  • Anak
    Anak
    Dokumen5 halaman
    Anak
    Seftian darma wisana
    Belum ada peringkat
  • Kom Terapeutik Jiwa
    Kom Terapeutik Jiwa
    Dokumen19 halaman
    Kom Terapeutik Jiwa
    Seftian darma wisana
    Belum ada peringkat
  • Doa
    Doa
    Dokumen1 halaman
    Doa
    Seftian darma wisana
    Belum ada peringkat
  • Sambutan Enggar
    Sambutan Enggar
    Dokumen1 halaman
    Sambutan Enggar
    Seftian darma wisana
    Belum ada peringkat
  • Masalah Umum Pada Lansia
    Masalah Umum Pada Lansia
    Dokumen8 halaman
    Masalah Umum Pada Lansia
    Seftian darma wisana
    Belum ada peringkat
  • Pemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler-Agus
    Pemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler-Agus
    Dokumen34 halaman
    Pemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler-Agus
    Seftian darma wisana
    Belum ada peringkat
  • Pidato
    Pidato
    Dokumen2 halaman
    Pidato
    Seftian darma wisana
    Belum ada peringkat
  • Pidato
    Pidato
    Dokumen2 halaman
    Pidato
    Seftian darma wisana
    Belum ada peringkat
  • Kotak Amal
    Kotak Amal
    Dokumen1 halaman
    Kotak Amal
    Seftian darma wisana
    Belum ada peringkat
  • Tugas Promosi Kesehatan
    Tugas Promosi Kesehatan
    Dokumen19 halaman
    Tugas Promosi Kesehatan
    Seftian darma wisana
    Belum ada peringkat