DAN TRANSPORTASI
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL - FAKULTAS TEKNIK
Alamat : Gd D9 Lt. 1 Kampus UM Jl Semarang 05 Malang Telp. 0341 587 082 | Laman : www.um.ac.id
I. PENDAHULUAN
Aspal adalah material termoplastis yang mencair apabila di panaskan dan akan
membeku/mengental apabila didinginkan, namun demikian prinsip material tersebut
terhadap suhu prinsipnya membentuk sautsprektum/beragam tergantung komposisi unsur
unsur penyusunnya.
Dari sudut pandang rekayasa, ragam dari komposisi unsur aspal biasanya tidak
ditinjau lebih lanjut, untuk menggambarkan karakteristik ragam respon aspal tersebut
diperkenalkan beberapa parameter, salah satunya adalah Pen (penetrasi). Nilai ini
menggambarkan kekerasan asal pada suhu standar yaitu 25° C , yang diambila dari
pengukur kedalaman penetrasi jarum standar (5 gr/100 gr) dalam rentang waktu standar
(5 detik).
BRITISH standar membagi nialai penetrasi tersebut menjadi 10 macam , dengan
rentang nialai penetrasi 15 s/d 40 , Sedangkan AASTHO mendefinisikan nilai pen 40 –
50 sebagai nialai pen untuk material sebagai bahan aspal terlembek/terlunak.
Nilai penetrasi sangat ditentukan oleh suhu. Apabila akan dibuat suatu konstruksi
yang lokasinya atau kondisi lingkungannya bersuhu tinggi maka sebaiknya digunakan
aspal dengan nilai penetrasi yang rendah, karena aspal yang berpenetrasi rendah
memiliki sifat yang tidak terpengaruh oleh suhu dan lebih kaku. Begitupun untuk lokasi
yang memiliki volume lalu lintas yang tinggi, dikarenakan adanya gesekan as roda yang
dapat meningkatkan suhu, begitupu sebaliknya. Sedangkan untuk lokasi dengan berat
lalu lintas yang tinggi maka diizinkan untuk menggunakan aspal dengan penetrasi tinggi,
ini dikarenakan agar menambah kekuatan pada lapisan perkerasan jalan. Aturan tentang
penggunaan aspal dapat dilihat pada SNI 06-2456-91.
Untuk mengetahui penetrasi dilakukan dengan cara mengukur kedalaman masuknya
suatu jarum yang ukurannya tertentu dengan berat 100 gram, dalam waktu 5 detik.
Angka kedalaman masuknya jarum itu diukur dari permukaan dinyatakan dengan angka
satuan 1/100cm (0,1 mm). Jadi bila suatu aspal mempunyai angka penetrasi 100, berarti
kedalaman masuknya jarum adalah 1 cm.
III. REFERENSI
SNI 06-2456-1991, Standar Pengujian Penetrasi Aspal
RSNI S-01-2003, Spesifikasi Aspal Berdasarkan Penetrasi
7.1 Data
7.2 Perhitungan
Cawan 1 Cawan 2
Hasil Hasil
128 192
109 200
119 204
116 205
107 218
VII. KESIMPULAN
Setelah kelompok kami melakukan percobaan penetrasi pada dua cawan kecil
sebanyak 5 titik didapatkan hasil seperti pada tabel diatas,kami menyimpilkan sebagai
berikut;
1. Dari nilai yang telah diketahui dapat disimpulkan bahwa benda uji tidak
homogen atau memiliki perbedaan nilai penetrasi.
2. Semakin besar nilai , akan berakibat terhadap pembacaan suhu yang tidak stabil
dan ditandai dengan nilai penetrasi yang tidak merata atau memiliki nilai
penetrasi dengan selisih yang cukup tinggi.
VIII. LAMPIRAN
No. GAMBAR KETERANGAN
1. Penetrometer : Alat untuk menguji
nilai penetrasi aspal
NIM.150521601338