Anda di halaman 1dari 4

Pilihan Ganda :

1. B
2. C
3. D
4. C
5. D
6. A
7. C
8. B
9. C
10. A

Soal Essay

1. Jelaskan perbedaan configurasi hardisk RAID 10 dan RAID 5 .Contoh implementasi kebutuhan RAID 10
dan RAID 5!
RAID 5
Menggunakan metode block-level striping
dengan data parity didistribusikan ke semua
hardisk. RAID 5 cukup populer karena mampu
menghadirkan redundansi data dengan biaya
yang tidak terlalu besar.
RAID 5 memiliki toleransi kerusakan disk
hanya satu saja, sama seperti RAID 1. Jadi, jika
anda menggunakan 3 x 1TB hardisk, maka
kapasitas simpan yang bisa digunakan adalah
2 TB saja, karena 1 TB lainnya digunakan
untuk toleransi kerusakan.
RAID 5 memiliki performa baca dua kali lipat
lebih cepat, tetapi tidak ada peningkatan
pada performa tulis. RAID level ini dianjurkan
untuk penyimpanan data, file server, atau
untuk backup server.
RAID 10
Biasa juga disebut dengan RAID
1+0 atau RAID 1&0, mirip dengan RAID 0+1,
cuma perbedaanya adalah penggunaan level
RAIDnya dibalik.
RAID 10 sebenarnya bukan level standar RAID
yang diciptakan untuk driver Linux MD. RAID
10 membutuhkan minimal 4 buah hardisk.
RAID 10 adalah kombinasi antara RAID 0 (data
striping) dan RAID 1 (mirroring). Memiliki
performa baca/tulis & redundansi data
tertinggi (memiliki toleransi kerusakan hingga
beberapa hardisk).
RAID 10 memiliki toleransi kerusakan 1
hardisk per mirror stripe.
RAID 10 biasanya banyak diimplementasikan
pada database, web server & server aplikasi
atau server-server yang membutuhkan
performa hardisk tinggi.

2. Jelaskan tentang tier disaster recovery minimal 3 tier!

Pengertian Tier Data Center


Sistem klasifikasi tier pada data center secara konsisten
melakukan evaluasi terhadap berbagai infrastruktur data center
dalam hal kinerja operasional data center tersebut secara
menyeluruh, terutama penilaian aksesibilitas atau uptime.
Sehingga sertifikasi tier mencerminkan bahwa data center
tersebut dapat terus di akses tanpa gangguan atau tanpa putus.

 Tier 1
Peralatan IT dilayani oleh satu jalur distribusi non-redundat, atau satu uplink per satu server. Ini
biasanya banyak di temui pada perusahaan besar yang memiliki data center sendiri, dengan fokus
kemampuan untuk dapat melayani aktivitas operasional selama jam kerja dan di back up denga UPS.
Tingkat up time 99.671%, atau dalam setahun batas toleransi gangguan maksimal 28 jam.
 Tier 2
Secara mendasar hampir sama dengan Tier 1, namun sdah di tambah dengan komponen redundant
(serba memiliki sumber daya cadangan, arti dari redundant). Selain UPS, data center Tier 2 harus
dilengkapi genset sebagai persiapan saat ada pemadaman bergilir dari PLN.
Tingkat uptime 99.741%, atau hanya memiliki toleransi down selama 22 jam dalam setahun.
 Tier 3
Seperti pada Tier 2, pengertian tier data center tingkat 2 ini ditambah lagi dengan persyarat seluruh
peralatan fasilitas data center tier 3 harus memiliki lebih dari 1 sumber daya listrik dan jaringan (multi
network link) sehingga syarat “no shutdown” dapat terpenuhi pada data center tier 3.
Tingkat uptime 99.982% atau toleransi gangguan dalam setahun maksimal hanya 1.5 jam saja. Biasanya
data center tier 3 ini hampir tidak berbeda dengan performa data center tier 4.
 Tier 4
Sama seperti tier 3, data center tier 4 ini hanya memiliki toleransi down time 30 menit dalam setahun.
Seperti itulah pengertian tier pada data center secara singkat, untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada situs Uptime Institute untuk sertifikasi tier pada data center.
Investasi dan biaya operasional pada data center mengikuti tingkatan tier tersebut diatas, sehingga
semakin tinggi tiernya maka semakin besar modal dan biaya yang dikeluarkan. Oleh karena itu Tier 4
belum tentu merupakan solusi terbaik bagi perusahaan yang hanya membutuhkan data center di tingkat
Tier 2, karena dapat berakibat pada pemborosan modal dan lebih beresiko.
Idealnya bagi perusahaan yang beroperasi pada jam kantor, menggunakan data center Tier 1 sampai
Tier 2 di gedungnya dan dengan menempatkan perangkat IT cadangannya di sebuah penyedia fasilitas
data center Tier 3, sehingga beban pengeluaran modal dapat lebih optimal dalam hal pencapaian
kontinuitas aktivitas rutin dalam jangka panjang

3. Jelakan perbedaan hot site dengan cold site!

Hot Site
Ini adalah lokasi backup alternatif yang paling hebat. Hot site adalah suatu tempat yang mempunyai
fasilitas komputer yang dipasok dengan daya listrik, pemanasan, ventilasi, dan proses pengaturan suhu,
dan berfungsi sebagai file/print server dan workstation. Aplikasi yang diperlukan untuk mendukung
proses transaksi secara remote di-install pada server dan workstation dan dijaga agar selalu up-to-date
sesuai dengan kondisi operasional biasa. Lokasi jenis ini memerlukan pemeliharaan perangkat keras,
perangkat lunak, data, dan aplikasi yang teratur untuk menjaga kesesuaian dengan kondisi biasanya. Hal
ini memerlukan biaya administratif yang lebih dan cukup menghabiskan sumber daya.
Keuntungan dari hot site ini cukup banyak. Keuntungan yang utama adalah bahwa ketersediannya
selama 24/7. Hot site dapat digunakan secara cepat dan tersedia (atau di dalam toleransi waktu yang
diperbolehkan) sesaat setelah peristiwa yang mengganggu terjadi.

Cold Site
Cold site merupakan pilihan paling tidak siap dari ketiga pilihan yang ada, tetapi mungkin yang paling
umum. Cold site berbeda dengan dua yang lain, cold site merupakan suatu ruang dengan daya listrik dan
HVAC, tetapi komputer harus dibawa dari luar jika diperlukan, dan link komunikasi bisa ada ataupun
tidak. File/print server harus dibawa masuk, seperti halnya semua workstation, dan aplikasi perlu diinstall
dan data di-resore dari backup.
Ada beberapa keuntungan cold site, bagaimanapun, yang menjadi alasan utama adalah biaya. Jika suatu
organisasi mempunyai anggaran sangat kecil untuk suatu lokasi proses backup alternatif, cold site
mungkin lebih baik dibanding tidak ada sama sekali.
4. Apa yang dimaksud dengan RTO dan RPO dalam Disaster Recovery?

RTO (Recovery Time Objective)


Merupakan metrik batasan waktu offline yang dapat di terima. Ini akan menyangkut dengan Service
Level Agreement (SLA) baik ke pelanggan maupun dari vendor.

RPO (Recovery Point Objective)


Merupakan metrik batasan waktu maksimum yang ditentukan terhadap kemungkinan kehilangan data
saat terjadi insiden kegagalan sistem.

5. Apa saja yang umum yang menyebabkan masalah pada power atau listrik ? Sebutkan 5!
Pada Dasarnya Gangguan Listrik Dikategorikan Dalam 5 Golongan, Yaitu :
 Total loss of line, Gangguan ini terjadi dalam jangka waktu yang relatif lama. Gangguan ini biasanya
terjadi karena putusnya jalur pada trasnmisi listrik baik tegangan tinggi, menengah maupun rendah.
Gangguan ini menyebabkan peralatan listrik tidak mendapat suplai tegangan listrik dan mata
manusia dapat melihat gangguan ini. Gangguan semacam ini jarang mengakibatkan kerusakan pada
peralatan listrik.
 Kekurangan/kelebihan tegangan tenaga listrik, Gangguan ini menyebabkan berbagai peralatn listrik
dengan rangkaian power supplai sederhana tidak dapat bekerja, bahkan dapat menyebabkan
rangkaian power suppli rusak. Gangguan ini dapat diamati dengan jalan mengukur tegangan listrik
dengan AC voltmeter dan masih dapat diamati dengan mata manusia yaitu yang paling mudah
diamati adalah nyala lampu bolam menjadi lebih redup atau lebih terang daripada biasanya.
 Variasi/fluktuasi tegangan listrik, Gangguan ini biasanya terjadi pada waktu yang singkat.
Penyebabnya adalah perubahan beban listrik secara tiba-tiba pada jaringan tenaga listrik. Gangguan
in tidak dapat dilihat dengan mata karena terjadinya cukup cepat dan hanya beberapa saat saja.
Walaupun dengan voltmeter konvesional sekalipun gangguan ini tidak dapat dideteksi.
 Tegangan ‘spike’ atau tegangan transien, Tegangan spike pada dasarnya hampir sama dengan
fluktuasi tegangan namun tegangan flutuasinya sangat cepat dan terdapat tegangan puncak yang
sangat tinggi tetapi singkat.
 Gabungan gangguan dari salah satu atau keempat gangguan di atas.

Walaupun gangguan-gangguan yang tidak dapat dilihat oleh mata


ini dapat membawa masalah bagi peralatan listrik namun yang
penting adalah : jika terjadinya gangguan listrik baik yang dapat
dideteksi atau tidak dan gangguan tersebut tidak menyebabkan
kerusakan pada saat itu maka gangguan listrik tersebut tidak tidak
mempengaruhi kerja perlatan listrik yang ada. Jadi tidak semua
gangguan listrik akan menyebabkan kerusakan pada peralatan
listrik.

Anda mungkin juga menyukai