Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MATA KULIAH

FARMAKOTERAPI II
Resume Farmakoterapi Penyakit
FARINGITIS
SINUSITIS

OLEH
NAMA : RESKI AMELIA
NIM : 14 01 046
KELAS : STIFA A 2014

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI


MAKASSAR
2018
1.FARINGITIS
Pengertin
Faringitis (dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit
peradangan yang menyerang tenggorok atau faring yang disebabkan oleh bakteri
atau virus tertentu. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok. (Ngastiyah,
2005).
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan
akibat infeksi maupun non infeksi. Banyak microorganism yang dapat menyebabkan
faringitis, virus (40-60%) bakteri (5-40%). Respiratory viruses merupakan penyebab
faringitis yang paling banyak teridentifikasi dengan Rhinovirus (±20%) dan
coronaviruses (±5%). Selain itu juga ada Influenza virus, Parainfluenza virus,
adenovirus, Herpes simplex virus type 1&2, Coxsackie virus A,
cytomegalovirus danEpstein-Barr virus (EBV). Selain itu infeksi HIV juga dapat
menyebabkan terjadinya faringitis.
Faringitis yang disebabkan oleh bakteri biasanya oleh
grup S.pyogenesdengan 5-15% penyebab faringitis pada orang dewasa. Group A
streptococcus merupakan penyebab faringitis yang utama pada anak-anak berusia
5-15 tahun, ini jarang ditemukan pada anak berusia <3tahun. Bakteri penyebab
faringitis yang lainnya (<1%) antara lain Neisseria gonorrhoeae, Corynebacterium
diptheriae, Corynebacterium ulcerans, Yersinia eneterolitica dan Treponema
pallidum, Mycobacterium tuberculosis.
Faringitis dapat menular melalui droplet infection dari orang yang menderita
faringitis. Faktor resiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya daya
tahan tubuh, konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang
berlebihan.
Secara umum faringitis dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Faringitis Akut
Faringitis virus atau bakterialis akut adalah penyakit yang sangat penting.
Beberapa usaha dilakukan pada klasifikasi peradangan akut yang mengenai dinding
faring. Yang paling logis untuk mengelompokkan sejumlah infeksi-infeksi ini dibawah
judul yang relatif sederhana “Faringitis Akut”. Disini termasuk faringitis akut yang
terjadi pada pilek biasa sebagai akibat penyakit infeksi akut seperti eksantema atau
influenza dan dari berbagai penyebab yang tidak biasa seperti manifestasi
herpesdan sariawan.
2. Faringitis Kronis
a. Faringitis Kronis Hiperflasi
Pada faringitis kronis hiperflasi terjadi perubahan mukosa dinding posterior.
Tampak mukosa menebal serta hipertofi kelenjar limfe di bawahnya dan di belakang
arkus faring posterior (lateral band). Dengan demikian tampak mukosa dinding
posterior tidak rata yang disebut granuler.
b. Faringitis Kronis Atrofi (Faringitis sika)
Faring kronis atrofi sering timbul bersama dengan rinitis atrofi. Pada rinitis
atrofi udara pernapasan tidak diatur suhu serta kelembapannya sehingga
menimbulkan rangsangan serta infeksi faring.
3. Faringitis Spesifik
a. Faringitis Luetika
1) Stadium Primer
Kelainan pada stadium ini terdapat pada lidah, palatum mole, tonsil, dan dinding
faring posterior. Kelainan ini berbentuk bercak keputihan di tempat tersebut.
2) Stadium Sekunder
Stadium ini jarang ditemukan. Pada stadium ini terdapat pada dinding faring yang
menjalar ke arah laring.
3) Stadium Tersier
Pada stadium ini terdapat guma. Tonsil dan pallatum merupakan tempat predileksi
untuk tumuhnya guma. Jarang ditemukan guma di dinding faring posterior.

b. Faringitis Tuberkulosa
Kuman tahan asam dapat menyerang mukosa palatum mole, tonsil, palatum
durum, dasar lidah dan epiglotis. Biasanya infeksi di daerah faring merupakan
proses sekunder dari tuberkulosis paru, kecuali bila terjadi infeksi kuman tahan
asam jenis bovinum, dapat timbul tuberkulosis faring primer.

Farmakologi
Terapi faringitis tergantung pada penyebabnya. Bila penyebabnya adalah
bakteri maka diberikan antibiotik dan bila penyebabnya adalah virus maka cukup
diberikan analgetik dan pasien cukup dianjurkan beristirahat dan mengurangi
aktivitasnya. Dengan pengobatan yang adekuat umumnya prognosis pasien dengan
faringitis adalah baik dan umumnya pasien biasanya sembuh dalam waktu 1-2
minggu. Komplikasi dari faringitis yaitu sinusitis, otitis media, epiglotitis, mastoiditis,
pneumonia, abses peritonsilar, abses retrofaringeal. Selain itu juga dapat terjadi
komplikasi lain berupa septikemia, meningitis, glomerulonefritis, demam rematik
akut. Hal ini terjadi secara perkontuinatum, limfogenik maupun hematogenik.
Pada faringitis akibat bakteri terutama bila diduga penyebabnya streptococcus
group A diberikan antibiotik yaitu Penicillin G Benzatin 50.000 U/kgBB/IM dosis
tunggal atau amoksisilin 50mg/kgBB dosis dibagi 3kali/hari selama 10 hari dan pada
dewasa 3x500mg selama 6-10 hari atau eritromisin 4x500mg/hari. Selain antibiotik
juga diberikan kortikosteroid karena steroid telah menunjukan perbaikan klinis
karena dapat menekan reaksi inflamasi. Steroid yang dapat diberikan berupa
deksametason 8-16mg/IM sekali dan pada anak-anak 0,08-0,3 mg/kgBB/IM sekali.
dan pada pasien dengan faringitis akibat bakteri dapat diberikan analgetik, antipiretik
dan dianjurkan pasien untuk berkumur-kumur dengan menggunakan air hangat atau
antiseptik.
Pada faringitis kronik hiperplastik dilakukan terapi lokal dengan
melakukan kaustik faring dengan memakai zat kimia larutan nitras argenti atau
dengan listrik (electro cauter). Pengobatan simptomatis diberikan obat kumur, jika
diperlukan dapat diberikann obat batuk antitusif atau ekspetoran. Penyakit pada
hidung dan sinus paranasal harus diobati. Pada faringitis kronik atrofi
pengobatannya ditujukan pada rhinitis atrofi dan untuk faringitis kronik atrofi hanya
ditambahkan dengan obat kumur dan pasien disuruh menjaga kebersihan mulut.

Farmakoterapi

Terapi utama

1. Terapi antibiotika ditujukan untuk faringitis yang disebabkan oleh


Streptococcus Grup A
2. Antibiotika terapi faringitis dapat berasal dari penisilin dan derivatnya,
sefalosporin dan makrolida
3. Penisilin dan turunannya termasuk amoksisilin menjadi pilihan terapi
lini pertama
4. Lama terapi antibiotika oral adalah 10 hari, kecuali dengan azitromisin
cukup 5 hari
Antibiotika pilihan untuk faringitis adalah:
1. Penisilin G dengan dosis 1x1,2 juta unit secara intramuskular (IM)
dalam dosis tunggal
2. Penisilin VK dengan dosis anak 2-3x250 mg perhari selama 10 hari
3. Amoksisilin dengan dosis anak 3x250 mg selama 10 hari
4. Eritromisin dengan dosis anak 4x250 mg selama 10 hari
Terapi pendukung
1. Analgesik dan antipiretik seperti parasetamol atau ibuprofen
2. Kumur dengan larutan garam atu gargarisma
3. Gunakan tasblet hisap untuk nyeri tenggorokan
Penisilin dengan spektrum sempit telah digunakan dalam jangka waktu yang relatif
lama, dan menunjukan adanya gejala penurunan efektivitas, sehingga
penggunaannya tergantikan oleh amoksisilin. Akhir-akhir ini sefalosporin
menunjukan bukti lebih baik dibanding amoksisilin, namun sefalosporin ini bukanlah
pilihan utama dalam terapi ISPA. Makrolida terbukti efektif namun memiliki
tolerabilitas yang rendah sehingga penggunaannya sangat terbatas. Kecenderungan
terapi ISPA saat ini adalah dengan menggunakan sefalosporin.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa infeksi saluran pernafasan atas yang
sering terjadi pada anak-anak adalah otitis media, sinusitis dan faringitis. Penyakit-
penyakit tersebut dapat disebabkan oleh infeksi virus maupun bakteri dan pada
dasarnya dapat sembuh dengan sendirinya (self limited). Terapi utama ditujukan
untuk mencegah eradikasi bakteri dan terapi penunjang untuk mengurangi gejala.
Antibiotika amoksisilin masih menjadi pilihan pertama dalam penanganan ISPA
(Sigit, 2011).
2. Sinusitis. ( Widodo Ario Kentjono, 2004)
Pengertian
Sinusitis adalah keradangan pada satu atau lebih mukosa sinus paranasal
dengan gejala berupa buntu hidung, nyeri fasial dan pilek kental (purulen).1'2 Secara
teoritik penyakit ini dapat ditemukan pada bay/ (infant), karena sinus maksila dan
etmoid sudah terbentuk sejak lahir. Penderita sinusitis biasanya datang berobat ke
dokter umum atau Spesialis THT. Penyakit ini cukup sering diketemukan yaitu
sekitar 20 % dari penderita yang datang di praktek dokter.3 Di Amerika tahun 1995,
sinusitis merupakan salah satu dari 10 penyakit terbanyak yang datang ke praktek
dengan estimasi 25 juta kunjungan ke dokter.2 Sayangnya, cukup banyak kasus
sinusitis yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan konservatif sehingga harus
ditangani dengan cara operasi. Sampai sekarang sinusitis masih merupakan
masalah kesehatan utama, baik di negara berkembang maupun negara maju.
Sinusitis umum dalam kedokteran berarti peradangan karena itu sinusitis
adalah suatu peradangan sinus paranasal. Sinusitis adalah penyakit yang terjadi di
daerah sinus. Sinus itu sendiri adalah rogga udara yang terdapat di area wajah yang
terhubung dengan hidung. Fungsi dari rongga sinus sendiri adalah untuk menjaga
kelembapan hidung dan menjaga pertukaran udara di daeranh hidung. Rongga
sinus sendiri terdiri dari 4 jenis yaitu :
- Sinus Frontal, terletak di atas dibagian tengah dari masing-masing alis
- Sinus Maxillary, terletak diantara tulang pipi, tepat di sampig hisung
- Sinus Ethmooid, terletak di antara mata, tepat dibelakang tulang hidung
- Sinus Sphenoid, terletak dibelakang sinus ethmoid dan di belakang mata
Jadi sinusitis terjadi apabila terjadi peradangan didaerah lapisan rongga sinus
yang menyebabkan lender erperangkap dirongga sinus dan menadi tempat
tumbuhya bekteri. Sinusitas sendiri dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
- Sinusitas Akut : gejala dirasakan selama 2-8 minggu
- Sinusitas Kronis : biasanya gejala dirasakan lebih dari 8 minggu.
Penyebab Sinusitis
Sinusitis akut dapat disebabkan oleh kerusakan lapisan rongga sinus akibat
infeksi atau tindakan bedah. Sedangkan sinusitis subakut biasanya disebakan oleh
infeksi atau tidakan bedah. Sedangkan sinusitis kronis biasanya di sebabkan oleh
infeksi bakteri.
Sinusitis dapat terjadi akibat dari beberapa faktordibawah ini :
- Bulu-bulu halus didalam rongga sinus (cilia) tidak bekerja secara maksimal
akibat kondisi medis tertentu
- Flu dan alergi menyebabkan lender diproduksi secara berlebihan atau
menutupi rogga sinus
- Adanya kelainan pada sekat rongga hidun, kelainan tulang ataupun polip
padahidung dapat menutupi rongga sinus.
Selain hal tersebut di atas, apapun yang dapat menyebabkan bengkak
mendorong lendir dapat menyebabkan sinusitas. Hal ini biasanya disebabkan oleh
perubahan pada suhu dan tekanan udara. Alergi, penggunaan penyemprot hidung
secara berlebihan, merokok, berenang, atau menyelam dapat meningkatkan resiko
terkena sinusitis.
Sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari keempat sinus yang ada
(maksilaris,etmoidalis, frontalis atau sfenoidalis).
Gejala Sinusitis
Gejala sinusitis yang paling umum adalah sakit kepala, nyeri pada daerah
wajah, serta demam. Hampir 25% dari pasien sinusitis akan mengalami demam
yang berhubungan dengan sinusitis yang diderita. Gejala lainnya berupa wajah
pucat, perubahan warna pada ingus, hidung tersumbat, nyeri menelan, dan batuk.
Beberapa pasien akan merasakan sakit kepala bertambah hebat bila kepala
ditundukan ke depan. Pada sinusitis karena alergi maka penderita juga akan
mengalami gejala lain yang berhubungan dengan alerginya seperti gatal pada mata,
dan bersin bersin, Gejala lain yang ditimbulkan dari sinusitis adalah Rasa sakit atau
adanya tekanan didaerah dahi, pipi, hidung dan diantara mata,
Sakit kepala, Demam, Hidung mampet, Berkurangnya indra penciuman, Batuk,
biasanya akan memburuk saat malam, Nafas berbau (halitosis). dan Sakit gigi
Gejala sinusitis pada anak-anak meliputi :
- Timbul flu atau penyakit pernafasan yang mekin memburuk
- Demam tinggi disertai dengan adanya lendir perafasan yang berwarna
gelap
- Adanya pernafasan dengan atau tanpa adanya flu lebih dari 10 hari dan
tidakmembaik
Pengobatan Sinusitis
Untuk sinusitis yang disebabkan oleh karena virus maka tidak diperlukan
pemberian antibiotika. Obat yang biasa diberikan untuk sinusitis virus adalah
penghilang rasa nyeri seperti parasetamol dan dekongestan. Curiga telah terjadi
sinusitis infeksi oleh bakteri bila terdapat gejala nyeri pada wajah, ingus yang
bernanah, dan gejala yang timbul lebih dari seminggu. Sinusitis infeksi bakteri
umumnya diobati dengan menggunakan antibiotika. Pemilihan antibiotika
berdasarkan jenis bakteri yang paling sering menyerang sinus karena untuk
mendapatkan antibiotika yang benar benar pas harus menunggu hasil dari biakan
kuman yang memakan waktu lama. Lima jenis bakteri yang paling sering
menginfeksi sinus adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae,
Moraxella catarrhalis, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus pyogenes.
Antibiotika yang dipilih harus dapat membunuh kelima jenis kuman ini. Beberapa
pilihan antiobiotika antara lain amoxicillin, cefaclor, azithromycin, dan cotrimoxazole.
Jika tidak terdapat perbaikan dalam lima hari maka perlu dipertimbangkan untuk
memberikan amoxicillin plus asam klavulanat. Pemberian antibiotika dianjurkan
minimal 10 sampai 14 hari. Pemberian dekongestan dan mukolitik dapat membantu
untuk melancarkan drainase cairan mukus. Pada kasus kasus yang khronis, dapat
dipertimbangkan melakukan drainase cairan mukus dengan cara pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA
Ario W.K .2004 .Etiologi dan Patofisiologi sinusitis. SMF llmu Kesehatan THT
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga :Surabaya

Alfiana D.F .2012 .Asuhan Keperawatan pada An.D dengan gangguan system
pernafasan : Faringitis akut di ruangan Mina PKU Muhammadiyah
Surakarta.Falu;tas Ilmu Kesehatan UNIV

Anda mungkin juga menyukai