Anda di halaman 1dari 36

Nilai :

Tanda Tangan :

Laporan Kasus
Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Inkarserata

Disusun Oleh :
Anak Agung Ayu Mita Astari
112016311

Pembimbing:
dr. Aplin Ismunanto, Sp.B

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA DR. ESNAWAN ANTARIKSA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA JAKARTA
PERIODE 30 April – 7 Juli 2018

1
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN
KRIDA WACANA
LEMBAR PENILAIAN

Nama Anak Agung Ayu Mita Astari


NIM 11.2016.311
Tanggal Juni 2018
Judul kasus Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Inkarserata
Skor
Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5
Pengumpulan data
Analisa masalah
Penguasaan teori
Referensi
Pengambilan keputusan klinis
Cara penyajian
Bentuk laporan
Total
Nilai %= (Total/35)x100%

Keterangan : 1 = sangat kurang (20%), 2 = kurang (40%), 3 = sedang (60%), 4 = baik (80%),
dan 5 =sangat baik (100%)

2
Komentar penilai

Paraf/Stempel
Nama Penilai : dr. Aplin Ismunanto, Sp.B

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus dengan judul:

Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Inkarserata


Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan kepanitraan klinik
Ilmu Bedah RSAU Dr.Esnawan Antariksa periode 30 April – 7 Juli 2018

Disusun Oleh:
Anak Agung Ayu Mita Astari
112016311

Telah diterima dan disetujui oleh dr. Aplin Ismunanto, Sp.B selaku dokter pembimbing
Departement Bedah Umum RSAU Dr.Esnawan Antariksa

Jakarta, Juni 2018


Pembimbing

dr. Aplin Ismunanto, Sp.B

KATA PENGANTAR

3
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
petunjuknya penyusun dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Hernia
Inguinalis Lateralis Sinistra Inkarserata” ini tepat pada waktunya.
Laporan kasus ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Bedah di Rumah Sakit Angkatan Udara Dr. Esnawan Antariksa.Pada
kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada dr. Aplin Ismunanto, Sp.B
selaku dokter pembimbing dalam kepaniteraan klinik ini dan rekan-rekan koas yang ikut
memberikan bantuan dan semangat secara moril.
Penyusun menyadari bahwa laporan kasus ini masih terdapat kekurangan dan
kesalahan, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak.Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan dalam
bidang Ilmu Bedah khususnya dan dalam bidang kedokteran pada umumnya.

Jakarta, Juni 2018

Penyusun

Anak Agung Ayu Mita Astari

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................1

4
Lembar Penilaian............................................................................................2

Halaman Pengesahan......................................................................................3

Kata Pengantar...............................................................................................4

Daftar Isi..........................................................................................................5

Laporan Kasus................................................................................................6

Tinjauan Pustaka............................................................................................16

Penutup............................................................................................................36

Daftar Pustaka................................................................................................37

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)

5
Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk - Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS ILMU BEDAH

Hari / Tanggal Presentasi Kasus: …………………….

RSAU dr. Esnawan Antariksa

Nama : Anak Agung Ayu Mita Astari Tanda Tangan


NIM : 112016311
………………

Dr. Pembimbing / Penguji : dr. Aplin Ismunanto, Sp. B


………………

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. A Jenis kelamin : Laki laki

Tanggal lahir (Umur) : 22/02/1933 / 85 tahun Suku Bangsa : Jawa

Status perkawinan : Menikah Agama : Islam

Pekerjaan : Pensiunan Pendidikan : SMA

Alamat : Jl. Setia I-5 RT 09/08 Jatibening, Kec.Pondok gede

No RM : 144359

Tanggal masuk RS : 29 April 2018

ANAMNESIS

Dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 3 Mei 2018 pukul 16.00 di
Ruang Merak RSAU dr. Esnawan Antariksa

6
1. Keluhan Utama:

OS mengeluh nyeri daerah bawah perut sejak 5 jam SMRS.

2. Keluhan Tambahan:
Os juga mengeluh mual

3. Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang ke IGD RSAU dr. Esnawan Antariksa dengan keluhan adanya nyeri
daerah bawah perut sejak 5 jam SMRS. Pasien mengeluh sakit terutama ketika sedang
beraktivitas dan berdiri, keluhan dirasa membaik ketika pasien berada pada posisi tidur
atau istirahat, namun jika duduk terlalu lama juga sering menyebabkan rasa ngilu dan
nyeri di perut. Ketika tidur pasien merasa lebih nyaman tidur miring ke kiri sebab jika
tidur terlentang pasien suka merasakan sensasi nyeri yang muncul tiba-tiba di perut yang
lokasinya tak tentu.

Dua tahun SMRS pasien mengeluh memiliki riwayat hernia , terdapat benjolan
pada selangkangan sebelah kiri apabila saat mengejan dan saat berdiri namun tidak
terasa lagi saat berbaring dan tidak mengganggu aktifitas pasien.

1 minggu SMRS os mulai merasakan tidak nyaman di selangkangan dan kadang


terasa nyeri di daerah selangkangan , benjolan pun dirasakan saat berdiri dan mengedan
sehingga mengganggu aktifitas pasien , benjolannya teraba melonjong dan lunak,
benjolannya tidak terasa lagi apabila pasien pada posisi berbaring.

Os juga mengeluh mual sejak 1 hari SMRS, mual dirasakan hilang timbul sehingga
OS susah untuk makan karena takut muntah. Muntah disangkal oleh pasien. OS
mengeluh perut kembung sejak 1 hari SMRS dan sulit BAB sejak 2 hari SMRS.

Saat di IGD RSAU benjolan pada sebesar telur angsa dan tidak bisa dimasukan
kembali. Pasien menyangkal adanya demam dan rasa panas pada daerah kemaluan
Gejala lain seperti penurunan berat badan, lemas, batuk yang lama dan nafsu makan
berkurang disangkal oleh pasien. Riwayat trauma disangkal pasien. Pasien sudah pernah

7
berobat mengenai keluhannya dan disarankan untuk operasi dan pasien sudah operasi ca
prostat

Pasien tidak merokok maupun minum minuman beralkohol. Saat ini pasien tidak
sedang dalam pengobatan penyakit tertentu.

4. Riwayat Penyakit Keluarga:

Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa dengan pasien.
Riwayat penyakit lain seperti; hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung dalam
keluarga disangkal.

5. Riwayat Penyakit Dahulu:


a. Trauma Terdahulu : Tidak ada
b. Operasi : operasi ca prostat
c. Sistem Saraf : Tidak ada
d. Sistem Kardiovaskular : Tidak ada
e. Sistem Gastrointestinalis : Tidak ada
f. Sistem Urinarius : Tidak ada
g. Sistem Genitalis : Tidak ada
h. Sistem Muskuloskeleteal : Tidak ada

STATUS PRAESENS

1. STATUS UMUM
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 150/100 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Saturasi : 99 %
Suhu : 36,7 0C
Tinggi Badan : 175 cm
Berat Badan : 70 kg
IMT : 22,8

2. PEMERIKSAAN FISIK

Kepala Normosefali

8
Rambut Rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut, tidak alopesia
Mata Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor diameter 3

mm, reflex cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+
Telinga Normotia, sekret (-/-), darah (-/-),
Hidung Deviasi septum (-), sekret (-/-)
Mulut Sianosis (-)
Tenggorokan T1/T1 tenang, faring tidak hiperemis.
Leher Tidak teraba pembesaran KGB
Thorax Pulmo:

 Inspeksi: simetris kiri dan kanan saat statis dan dinamis, tidak ada

bagian dada yang tertinggal, tidak tampak retraksi sela iga.


 Palpasi: Focal fremitus kanan kiri terasa sama kuat, nyeri tekan

(-), benjolan (-), retraksi sela iga (-)


 Perkusi: Sonor di kedua lapangan paru
 Auskultasi: suara nafas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Cor:

 Inspeksi: ictus cordis tak tampak


 Palpasi: ictus cordis teraba pada ICS V, linea midclavicularis

sinistra
 Perkusi:
- Batas kanan: ICS IV linea sternalis dextra
- Batas atas: ICS II linea sternalis sinistra
- Batas kiri: ICS V 1/3 lateral dari linea midclavicularis sinistra
- Batas bawah: ICS VI linea midclavicularis sinistra
 Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen  Inspeksi: Bentuk perut datar, tidak membuncit, warna kulit sawo

matang, pelebaran pembuluh darah (-)


 Auskultasi: bising usus (+) normal
 Palpasi: supel, defens muskular (-), nyeri tekan (-), massa (-), hati,

limfa dan ginjal tidak teraba membesar


 Perkusi: timpani pada seluruh lapang abdomen, ascites (-)

Lengan Kanan Kiri


Otot
Tonus: Normotonus Normotonus
Massa: Tidak teraba massa Tidak teraba massa
9
Sendi: Normal, tidak ada nyeri Normal, tidak ada nyeri
Gerakan: Aktif, tidak ada keterbatasan Aktif, tidak ada keterbatasan
Kekuatan: Normal (5) Normal (5)
Edema: Tidak ada Tidak ada

Tungkai dan Kaki Kanan Kiri


Luka: Tidak ada Tidak ada
Varises: Tidak ada Tidak ada
Otot
Tonus: Normotonus Normotonus
Massa: Tidak teraba massa Tidak teraba massa
Sendi: Normal, tidak ada nyeri Normal, tidak ada nyeri
Gerakan: Aktif, tidak ada keterbatasan Aktif, tidak ada keterbatasan
Kekuatan: Normal (5) Normal (5)
Edema: Tidak ada Tidak ada

Refleks Kanan Kiri


Biceps: Positif Positif
Triceps: Positif Positif
Patella: Positif Positif
Achilles: Positif Positif
Refleks patologi: Negatif Negatif

3. STATUS LOKALIS
Regio inguinalis :

10
Benjolan pada
inguinalis sinistra

Inguinalis dextra Inguinalis sinistra

Inspeksi:
 terdapat penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke bagian
medial bawah.
Palpasi:
 teraba benjolan sebesar telur angsa dan terdapat nyeri tekan pada daerah benjolan
(+)
 Palpasi dilakukan dalam berbaring dan terdapat benjolan hernia, teraba
konsistensinya lunak dicoba didorong benjolan tidak dapat di reposisi.

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Laboratorium Darah Rutin tanggal 30 April 2018 pukul 01:53 WIB


HEMATOLOGI
Hemoglobin : 13,5 gr/dl
Leukosit : 8100 mm3
Hematokrit : 39%
Trombosit : 195000 mm3
LED : 16 mm/jam
Waktu Perdarahan : 3 menit

11
Waktu Pembekuan : 6 menit
HEMOSTASIS
PT : 12,8 detik
CONTROL PT : 13,7
APTT : 33,8 detik
CONTROL APTT : 30,0
Kimia:
Ureum : 32 mg/dL
Kreatinin : 1.0 mg/Dl
Glukosa Sewaktu : 107 mg/dL

5. RESUME
Pasien datang ke IGD RSAU dr. Esnawan Antariksa dengan keluhan adanya nyeri
daerah bawah perut sejak 5 jam SMRS. Pasien mengeluh sakit terutama ketika sedang
beraktivitas dan berdiri, keluhan dirasa membaik ketika pasien berada pada posisi
tidur atau istirahat, namun jika duduk terlalu lama juga sering menyebabkan rasa ngilu
dan nyeri di perut. Ketika tidur pasien merasa lebih nyaman tidur miring ke kiri sebab
jika tidur terlentang pasien suka merasakan sensasi nyeri yang muncul tiba-tiba di
perut yang lokasinya tak tentu.
Dua tahun SMRS pasien mengeluh memiliki riwayat hernia , terdapat benjolan
pada selangkangan sebelah kiri apabila saat mengejan dan saat berdiri namun tidak
terasa lagi saat berbaring dan tidak mengganggu aktifitas pasien.
1 minggu SMRS os mulai merasakan tidak nyaman di selangkangan dan kadang
terasa nyeri di daerah selangkangan , benjolan pun dirasakan saat berdiri dan
mengedan sehingga mengganggu aktifitas pasien , benjolannya teraba melonjong dan
lunak, benjolannya tidak terasa lagi apabila pasien pada posisi berbaring.
Os juga mengeluh mual sejak 1 hari SMRS, mual dirasakan hilang timbul sehingga
OS susah untuk makan karena takut muntah. Muntah disangkal oleh pasien. OS
mengeluh perut kembung sejak 1 hari SMRS dan sulit BAB sejak 2 hari SMRS.
Saat di IGD RSAU benjolan pada sebesar telur angsa dan tidak bisa dimasukan
kembali. Pasien menyangkal adanya demam dan rasa panas pada daerah kemaluan
Gejala lain seperti penurunan berat badan, lemas, batuk yang lama dan nafsu makan

12
berkurang disangkal oleh pasien. Riwayat trauma disangkal pasien. Pasien sudah
pernah berobat mengenai keluhannya dan disarankan untuk operasi dan pasien sudah
operasi ca prostat
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan skala nyeri 3, tekanan darah 150/100 mmHg,
nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, saturasi 99 %, suhu 36,7 0C. Pada
pemeriksaan lokalis, Inspeksi: terdapat penonjolan di regio inguinalis yang berjalan
dari lateral atas ke bagian medial bawah. Palpasi: teraba benjolan sebesar telur angsa
dan terdapat nyeri tekan pada daerah benjolan (+), Palpasi dilakukan dalam berbaring
dan terdapat benjolan hernia, teraba konsistensinya lunak dicoba didorong benjolan
tidak dapat di reposisi.

Pemeriksaan penunjang darah rutin ditemukan hematokrit 39 %, LED 16 mm/jam.

6. DIAGNOSIS KERJA

Hernia inguinalis lateralis sinistra irnkarserata

7. DIAGNOSIS BANDING
Hernia inguinalis lateralis sinistra strangulata
Lymphogranuloma Venerum

8. PENATALAKSANAAN
 Rujuk dokter spesialis bedah.

9. PROGNOSIS
 Ad vitam : bonam
 Ad fungsionam : dubia ad bonam
 Ad sanationam : dubia ad bonam

13
TINJAUAN PUSTAKA

Pendahuluan

Hernia inguinalis merupakan kasus bedah digestif terbanyak setelah appendicitis.


Sampai saat ini masih merupakan tantangan dalam peningkatan status kesehatan
masyarakat karena besarnya biaya yang diperlukan dalam penanganannya dan hilangnya
tenaga kerja akibat lambatnya pemulihan dan angka rekurensi. Dari keseluruhan jumlah
operasi di Perancis tindakan bedah hernia sebanyak 17,2 % dan 24,1 % di Amerika
Serikat. 1

Hernia inguinalis sudah dicatat sebagai penyakit pada manusia sejak tahun 1500 sebelum
Masehi dan mengalami banyak sekali perkembangan seiring bertambahnya pengetahuan
struktur anatomi pada regio inguinal.1

14
Hampir 75 % dari hernia abdomen merupakan hernia ingunalis. Untuk memahami lebih
jauh tentang hernia diperlukan pengetahuan tentang kanalis inguinalis. Hernia inguinalis
dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis dan hernia ingunalis medialis dimana hernia
ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak dua pertiga dari hernia ingunalis. Sepertiga
sisanya adalah hernia inguinalis medialis.Hernia lebih dikarenakan kelemahan dinding
belakang kanalis inguinalis. Hernia ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria daripada
wanita, untuk hernia femoralis sendiri lebih sering ditemukan pada wanita. Sedangkan
jika ditemukan hernia ingunalis pada pria kemungkinan adanya hernia ingunalis atau
berkembangnya menjadi hernia ingunalis sebanyak 50 % Perbandingan antara pria dan
wanita untuk hernia ingunalis 7 : 1. Prevalensi hernia ingunalis pada pria dipengaruhi
oleh umur. 1

Hernia merupakan keadaan yang lazim terlihat oleh semua dokter, sehingga pengetahuan
umum tentang manifestasi klinis, gambaran fisik dan penatalaksaan hernia penting.

DEFENISI

Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan adalah
suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek)
yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari
tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah
inguinal.1

KLASIFIKASI

A.Hernia Inguinalis Direkta (Medialis)

Hernia ini merupakan jenis henia yang didapat (akuisita) disebabkan oleh faktor
peninggian tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum
Hesselbach. Jalannya langsung (direct) ke ventral melalui annulus inguinalis
subcutaneous. Hernia ini sama sekali tidak berhubungan dengan pembungkus tali mani,
umumnya terjadi bilateral, khususnya pada laki-laki tua. Hernia jenis ini jarang, bahkan
hampir tidak pernah, mengalami inkarserasi dan strangulasi.2,3

*Trigonum Hesselbach merupakan daerah dengan batas:

15
Inferior: Ligamentum Inguinale.

Lateral: Vasa epigastrikainferior.

Medial:Tepi m.rectus abdominis.

Dasarnya dibentuk oleh fascia transversalis yang diperkuat serat aponeurosis


m.transversus abdominis.

B. Hernia Inguinalis Indirekta (lateralis)

Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika
inferior. Dikenal sebagai indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran, yaitu
annulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia lateralisakan tampak tonjolan
berbentuk lonjong. Dapat terjadi secara kongenital atau akuisita:

 Hernia inguinalis indirekta congenital.

Terjadi bila processus vaginalis peritonei pada waktu bayi dilahirkan sama sekalitidak
menutup. Sehingga kavum peritonei tetap berhubungan dengan rongga tunikavaginalis
propria testis. Dengan demikian isi perut dengan mudah masuk ke dalamkantong
peritoneum tersebut.

 Hernia inguinalis indirekta akuisita.

Terjadi bila penutupan processus vaginalis peritonei hanya pada suatu bagian
saja.Sehingga masih ada kantong peritoneum yang berasal dari processus vaginalis
yangtidak menutup pada waktu bayi dilahirkan. Sewaktu-waktu kentung peritonei ini
dapat terisi dalaman perut, tetapi isi hernia tidak berhubungan dengan tunika vaginalis
propria testis.

C. Hernia Pantalon

Merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan medialis pada satu sisi. Kedua
kantung hernia dipisah oleh vasa epigastrika inferior sehingga berbentuk seperticelana.
Keadaan ini ditemukan kira-kira 15% dari kasus hernia inguinalis. Diagnosis umumnya

16
sukar untuk ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, dan biasanya baru ditemukan sewaktu
operasi.

EPIDEMIOLOGI

Tujuh puluh lima persen dari seluruh hernia abdominal terjadi di inguinal (lipat paha).
Yang lainnya dapat terjadi di umbilikus (pusar) atau daerah perut lainnya. Hernia indirect
lebih banyak daripada hernia direct yaitu 2:1Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu
hernia inguinalis medialis dan hernia inguinalis lateralis. Jika kantong hernia inguinalis
lateralis mencapai skrotum (buah zakar), hernia disebut hernia skrotalis. Hernia inguinalis
lateralis terjadi lebih sering dari hernia inguinalis medialis dengan perbandingan 2:1, dan
diantara itu ternyata pria lebih sering 7 kali lipat terkena dibandingkan dengan wanita.
Semakin bertambahnya usia kita, kemungkinan terjadinya hernia semakin besar. Hal ini
dipengaruhi oleh kekuatan otot-otot perut yang sudah mulai melemah.4,5

ETIOLOGI

Hernia disebabkan oleh multifaktorial mekanisme. Secara umum, faktor-faktor penyebab


terjadinya hernia adalah:6

a. Peningkatan tekanan intraabdominal

Peningkatan tekanan intraabdominal dapat terjadi akibat dari batuk kronik, obesitas,
asites, aktivitas fisik.

b. Penurunan integritas dinding abdomen

- Kolagen

Kemampuan dinding abdomen untuk menahan tekan intraabdominal baik fisiologis


ataupun patologi tergantung akan jaringan serat kolagen. Kolagen tipe I merupakan
kolagen dalam bentuk matur dan paling stabil, sedangkan kolagen tipe III adalah kolagen
imatur isoform. Pada kasus hernia inguinalis dan incisionalis, terdapat kolagen tipe III
dalam jumlah banyak melebihi kolagen tipe I di dalam matrix ekstraseluler.

17
- Merokok

Zat yang terkandung di dalam rokok akan menonaktifkan antiprotease yang memicu
peningkatan level protease dan elastase sirkulasi dan menyebabkan destruksi matrix
ekstraseluler pada muskulus. Kadaan ini juga dapat dipicu oleh stres dan penyakit
sistemik

- Faktor umum

Kelemahan muskulus dan fascia dapat disebabkan oleh usia tua, kurangnya olahraga,
multigravida, dan penurunan berat badan.

Faktor yang dipandang berperan sebagai penyebab adalah adanya prosesus vaginalis yang
terbuka, adanya peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding
perut karena usia.

Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus kurang lebih 90%
prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi umur satu tahun sekitar 30%
prosesus vaginalis belum tertutup. Tetapi kejadian hernia pada umur ini hanya beberapa
persen. Tidak sampai 10% anak dengan prosesus vaginalis paten menderita hernia. Pada
anak dengan hernia unilateral dapat dijumpai prosesus vaginalis paten kontralateral lebih
dari separo, sedangkan insiden hernia ini tidak lebih dari 20%. Umumnya disimpulkan
bahwa adanya prosesus vaginalis yang paten bukan merupakan penyebab tunggal
terjadinya hernia tetapi diperlukan faktor lain seperti anulus ingunalis yang cukup besar.
Tekanan intraabdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik, hipertrofi
prostat, konstipasi dan ascites sering disertai hernia.2

PATOFISIOLOGI

Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke 8 dari kehamilan,
terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis itu akan
menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum disebut
dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus ini telah
mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.
Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena testis yang kiri turun terlebih

18
dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam
keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.

Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus,
karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateralis
kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi kerana usia lanjut, karena pada
umur tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ
dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah
menutup. Namun karena daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada
keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk kronik,
bersin yang kuat dan mengangkat barang berat, mengejan. Kanal yang sudah tertutup
dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya
sesuatujaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya menekan dinding
rongga yang telah melemas akibat trauma, hipertropi prostat, asites, kehamilan,obesitas,
dan kelainan kongenital dan dapat terjadi pada semua.5

Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan alat
reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi terjadi perlengketan antara
isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan
kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia,akibat semakin banyaknya usus yang
masuk, cincin hernia menjadi sempit danmenimbulkan gangguan penyaluran isi usus.
Timbulnya edema bila terjadi obtruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan
kemudian terjadi nekrosis. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut
kembung, muntah,konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan
timbul edemasehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis.

Juga dapat terjadi bukan karena terjepit melainkan ususnya terputar. Bila isi perut terjepit
dapat terjadi shock, demam, asidosis metabolik, abses. Komplikasi hernia tergantung
pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Antara lain obstruksi usus sederhana hingga
perforasi (lubangnya) usus yang akhirnya dapatmenimbulkan abses lokal, fistel atau
peritonitis.5

Gambar 2.1. Perbandingan HIL dan Anatomi Normal5

19
ANATOMI

Keberhasilan operasi hernia inguinal tergantung akan pengetahuan tentang dinding


abdomen,kanalis inguinalis,.lapisan-lapisan dinding abdomen

Regio inguinal merupakan batas bawah abdomen dengan fungsi yang terdiri atas
lapisan miopaneurotis. Penamaan struktur anatomi di daerah ini banyak memakai
nama penemunya sebagai pengakuan atas kontribusi mereka. Dalam bukunya
Skandalakis (1995), dinding abdomen pada dasar inguinal terdiri dari susunan multi
laminer dan seterusnya.

Pada dasarnya inguinal dibentuk dari lapisan:

1. Kulit (kutis).

2. Jaringan sub kutis (Camper’s dan Scarpa’s) yang berisikan lemak.


Fasia ini terbagi dua bagian, superfisial (Camper) dan profundus (Scarpa). Bagian
superfisial meluas ke depan dinding abdomen dan turun ke sekitar penis, skrotum,
perineum, paha, bokong. Bagian yang profundus meluas dari dinding abdomen ke arah
penis (Fasia Buck).

3. Innominate fasia (Gallaudet) : lapisan ini merupakan lapisan superfisial atau


lapisan

20
luar dari fasia muskulus obliqus eksternus. Sulit dikenal dan jarang ditemui.

4. Apponeurosis muskulus obliqus eksternus, termasuk ligamentum inguinale

(Poupart) merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis muskulus obliqus


eksternus.

Terletak mulai dari SIAS sampai ke ramus superior tulang publis., Lakunare

(Gimbernat) Merupakan paling bawah dari ligamentum inguinale dan dibentuk dari
serabut tendon obliqus eksternus yang berasal dari daerah Sias. Ligamentum ini
membentuk sudut kurang dari 45 derajat sebelum melekat pada ligamentum pektineal.
Ligamentum ini membentuk pinggir medial kanalis femoralis.

dan Colle’s. Ligamentum ini dibentuk dari serabut aponeurosis yang berasal dari crus
inferior cincin externa yang meluas ke linea alba. 2

Gambar 2.2. Lapisan-lapisan abdomen1

5. Spermatik kord pada laki-laki, ligamen rotundum pada wanita.

Gambar 2.3. Spermatic cord6

21
6. Muskulus transversus abdominis dan aponeurosis muskulus obliqus internus, falx

inguinalis (Henle) dan konjoin tendon.

7. Fasia transversalis dan aponeurosis yang berhubungan dengan ligamentum pectinea

(Cooper), iliopubic tract, falx inguinalis dan fasia transversalis.

8. Preperitoneal connective tissue dengan lemak.

9. Peritoneum

10. Superfisial dan deep inguinal ring. 5

Bagian bagian dari hernia 7

a. Pintu hernia adalah lapisan dinding perut dan panggul. Hernia dinamai
berdasarkan dari pintunya

b. Kantung hernia adalah peritoneum parietalis, bagiannya adalah kolum, korpus dan

basis

c. Kanalis inguinalis adalah saluran yang berjalan oblik (miring) dengan panjang 4

cm dan terletak 2-4 cm di atas ligamentum inguinale. Dinding yang membatasi

22
kanalis inguinalis adalah:

- Anterior : Dibatasi oleh aponeurosis muskulus obliqus eksternus dan 1/3

lateralnya muskulus obliqus internus.

- Posterior : Dibentuk oleh aponeurosis muskulus transversus abdominis yang

bersatu dengan fasia transversalis dan membentuk dinding


posterior dibagian lateral. Bagian medial dibentuk oleh fasia
transversa dan konjoin tendon, dinding posterior berkembang dari
aponeurosis muskulus transversus abdominis dan fasia transversal.

- Superior : Dibentuk oleh serabut tepi bawah muskulus obliqus internus dan
muskulus transversus abdominis dan aponeurosis.

- Inferior : Dibentuk oleh ligamentum inguinale dan lakunare.

Gambar 2.4. Canalis Inguinalis1

Bagian ujung atas dari kanalis inguinalis adalah internal inguinal ring. Ini
merupakan defek normal dan fasia transversalis dan berbentuk huruf “U” dan “V”

23
dan terletak di bagian lateral dan superior. Batas cincin interna adalah pada bagian
atas muskulus transversus abdominis, iliopublik tract dan interfoveolar (Hasselbach)
ligament dan pembuluh darah epigastrik inferior di bagian medial. External inguinal
ring adalah daerah pembukaan pada aponeurosis muskulus obliqus eksternus,
berbentuk “U” dangan ujung terbuka ke arah inferior dan medial.8, 9

d. Isi kanalis inguinalis pria : 10

1 a. Duktus deferens
2 b. 3 arteri yaitu : 1. Arteri spermatika interna
2. Arteri diferential

3.Arteri spermatika eksterna

1 c. Plexus vena pampiniformis


2 d. 3 nervus: 1. Cabang genital dari nervus genitofemoral
2. Nervus ilioinguinalis
3. Serabut simpatis dari plexus hipogastrik

1 e. 3 lapisan fasia: 1. Fasia spermatika eksterna,


lanjutan dari fasia
2 innominate.
2. Lapisan kremaster, berlanjut dengan serabut-

serabut muskulus obliqus internus dan fasia

otot.

3. Fasia spermatika interna, perluasan dari fasia

transversal.

e. Selubung hernia merupakan lapisan –lapisan yang menyelubungi hernia.

Fruchaud Myopectineal Orifice

24
Daerah ini dibatasi oleh ligamentum inguinalis, pada bagian posterior dibatasi
oleh traktus iliopubis. Bagian medial dibatasi oleh bagian lateral musculus rectus
abdominis. Bagian superior dibatasi oleh lengkungan serabut otot abdominis transversus
dan otot obliquus internus, pada bagian lateral bebatas dengan musculus iliopsoas dan
bagian inferior oleh ligamentum cooper. Lubang ini ditembus oleh funiculus spermaticus,
dan bagian bawah oleh pembuluh darah vena dan arteri femoralis. Lubang myopectineal
dilindungi oleh aponeurosis transversus abdominis dan fascia transversalis

GEJALA DAN TANDA KLINIK

Gejala

Pasien mengeluh ada tonjolan di lipat paha ,pada beberapa orang adanya nyeri
dan membengkak pada saat mengangkat atau ketegangan seringnya hernia ditemukan
pada saat pemeriksaan fisik misalnya pemeriksaan kesehatan sebelum masuk kerja.
Beberapa pasien mengeluh adanya sensasi nyeri yang menyebar biasanya pada hernia
ingunalis lateralis, perasaan nyeri yang menyebar hingga ke scrotum. Dengan bertambah

25
besarnya hernia maka diikuti rasa yang tidak nyaman dan rasa nyeri, sehingga pasien
berbaring untuk menguranginya.11

Pada umumnya hernia direct akan memberikan gejala yang sedikit dibandingkan
hernia ingunalis lateralis.dan juga kemungkinannya lebih berkurang untuk menjadi
inkarserasi atau strangulasi.11

2.6.2. Tanda

Pada pemeriksaan hernia pasien harus diperiksa dalam keadaan berdiri dan
berbaring dan juga diminta untuk batuk pada hernia yang kecil yang masih sulit untuk
dilihat kita dapat mengetahui besarnya cincin eksternal dengan cara memasukan jari ke
annulus jika cincinnya kecil jari tidak dapat masuk ke kanalis inguinalis dan akan sangat
sulit untuk menentukan pulsasi hernia yang sebenarnya pada saat batuk. Lain halnya pada
cincin yang lebar hernia dapat dengan jelas terlihat dan jaringan tissue dapat dirasakan
pada tonjolandi kanalis ingunalis pada saat batuk dan hernia dapat didiagnosis.9

Perbedaan hil dan him pada pemeriksaan fisik sangat sulit dlakukan dan ini tidak
terlalu penting mengingat groin hernia harus dioperasi tanpa melihat jenisnya. Hernia
ingunalis pada masing-masing jenis pada umumnya memberikan gambaran yang sama .
hernia yang turun hingga ke skrotum hampir sering merupakan hernia ingunalis lateralis.9

Pada inspeksi

Pasien saat berdiri dan tegang, pada hernia direct kebanyakan akan terlihat
simetris,dengan tonjolan yang sirkuler di cicin eksterna. Tonjolan akan menghilang pada
saat pasien berbaring . sedangkan pada hernia ingunalis lateralis akan terlihat tonjolan
yang yang bebentuk elip dan susah menghilang pada saat berbaring.9

Pada palpasi

Dinding posterior kanalis ingunalis akan terasa dan adanya tahanan pada hernia
inguanalis lateralis. Sedangkan pada hernia direct tidak akan terasa dan tidak adanya
tahanan pada dinding posterior kanalis ingunalis. Jika pasien diminta untuk batuk pada
pemeriksaan jari dimasukan ke annulus dan tonjolan tersa pada sisi jari maka itu hernia

26
direct. Jika terasa pada ujung jari maka itu hernia ingunalis lateralis. Penekanan melalui
cincin interna ketika pasien mengedan juga dapat membedakan hernia direct dan hernia
inguinalis lateralis. Pada hernia direct benjolan akan terasa pada bagian depan melewati
Trigonum Hesselbach’s dan kebalikannya pada hernia ingunalis lateralis. Jika hernianya
besar maka pembedaanya dan hubungan secara anatomi antara cincin dan kanalis
inguinalis sulit dibedakan. Pada kebanyakan pasien, jenis hernia inguinal tidak dapat
ditegakkan secara akurat sebelum dilakukan operasi.9

Pemeriksaan Fisik

Daerah inguinalis pertama-tama diperiksa dengan inspeksi , sering benjolan muncul


dalam lipat paha dan terlihat cukup jelas. Kemudian jari telunjuk diletakkan disisi lateral
kulit skrotum dan dimasukkan sepanjang funikulus spermatikus sampai ujung jari tengah
mencapai annulus inguinalis profundus. Suatu kantong yang diperjelas dengan batuk
biasanya dapat diraba pada titik ini. Jika jari tangan tak dapat melewati annulus inguinalis
profundus karena adanya massa, maka umumnya diindikasikan adanya hernia.Hernia
juga diindikasikan, bila seseorang meraba jaringan yang bergerak turun kedalam kanalis
inguinalis sepanjang jari tangan pemeriksa selama batuk.

Walaupun tanda-tanda yang menunjukkan apakah hernia itu indirek atau direk, namun
umumnya hanya sedikit kegunaannya, karena keduanya biasanya memerlukan
penatalaksanaan bedah, dan diagnosis anatomi yang tepat hanya dapat dibuat pada waktu
operasi. Gambaran yang menyokong adanya hernia indirek mencakup turunnya kedalam
skrotum, yang sering ditemukan dalam hernia indirek, tetapi tak lazim dalam hernia
direk. Hernia direk lebih cenderung timbul sebagai massa yang terletak pada annulus
inguinalis superfisialis dan massa ini biasanya dapat direposisi kedalam kavitas
peritonealis, terutama jika pasien dalam posisi terbaring. Pada umumnya pada jari tangan
pemeriksa didalam kanalis inguinalis, maka hernia inguinalis indirek maju menuruni
kanalis pada samping jari tangan, sedangkan penonjolan yang langsung keujung jari
tangan adalah khas dari hernia direk.8

* Tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan Thumb test.

27
Cara pemeriksaannya sebagai berikut:

Pemeriksaan Finger Test:

1.Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.

2.Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal.

3. Penderita disuruh batuk:

- Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

- Bila impuls disamping jari Hernia Inguinalis Medialis.

Pemeriksaan Ziemen Test:

1.Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh penderita).

2.Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.

3.Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :

jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.

jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.

jari ke 4 : Hernia Femoralis.

Pemeriksaan Thumb Test:

Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan

-Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.

-Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

KOMPLIKASI

Hernia inkarserasi :

28
 Hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang
 Tidak dapat direposisi
 Adanya mual ,muntah dan gejala obstruksi usus.

Hernia strangulasi :


Gejala yang sama disertai adanya infeksi sistemik

Adanya gangguan sistemik pada usus.11

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium

Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut:

Leukocytosis dengan shift to the left yang menandakan strangulasi.

Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi akibat muntah-muntah dan menjadi
dehidrasi.

Tes Urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus genitourinarius yang
menyebabkan nyeri lipat paha.8

Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin hernia.

Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat paha atau
dinding abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan testis.8

Pada pemeriksaan radiologis kadang terdapat suatu yang tidak biasa terjadi, yaitu adanya
suatu gambaran massa. Gambaran ini dikenal dengan Spontaneous Reduction of Hernia
En Masse. Adalah suatu keadaan dimana berpindahnya secara spontan kantong hernia
beserta isinya ke rongga extraperitoneal. Ada 4 tipe pembagian reduction of hernia en
masse :

1. Retropubic

29
2. Intra abdominal
3. Pre peritoneal
4. Pre peritoneal locule

PENATALAKSANAAN HERNIA

a. Konservatif
Terapi konservatif sambil menunggu penyembuhan melalui proses alami
dapat dilakukan pada hernia umbilikus sebelum anak berumur dua tahun. Terapi
konservatif berupa penggunaan alat penyangga dapat dipakai sementara, misalnya
pemakaian korset. Sedang pada hernia inguinalis pemakaiannya tidak dianjurkan
karena selain tidak dapat menyembuhkan, alat ini dapat melemahkan otot dinding
perut.
Penanganan konservatif terhadap hernia ireponibel; dengan posisi
Trendelenberg, diharapkan dengan adanya gaya gravitasi isi hernia dapat masuk
kembali, pemberian muscle relation, diharapkan dapat mengurangi jepitn, pemberian
obat penenang, sehingga penderita berkurang kecemasannya dan
mengurnagi/menenangkan tekanan intra abdominal sehingga isi hernia dapat masuk
kembali, dan pemberian kompres es untuk merangsang musculus cremaster sehingga
isi hernia dapat masuk kembali ke cavum peritoneum.10

30
b. Operatif
Management operatif pada hernia inguinalis terdapat dua metode umum,
yaitu Open Hernia Repair dan Laparoskopi. Open hernia Repair disebut juga
herniorrhaphy dengan melakukan incise lapisan kulit pada hernia. Open hernia repair
dapat meliputi Metode Marcy, Bassini, Shouldice, McVay, dan Lichtenstein.
Sedangkan laparoskopi merupakan terapi alternative dengan incisi kecil. Tujuan
seluruh hernia repair adalah untuk menutup defek myofacial di mana menjadi tempat
keluarnya penonjolan organ. pada umumnya, metode di atas merupakan diseksi
anterior pada kanalis ingunal dan kantong hernia (herniektomy), diikuti oleh
myofacial repair, dan penutupan kanalis.
Umumnya terapi operatif merupakan terapi satu-satunya yang rasional. Usia
lanjut tidak merupakan kontraindikasi operasi elektif. Kalau pasien dengan hernia
inkarserata tidak menunjukkan gejala sistemik dapat dicoba melakukan reposisi
postural. Jika usaha reposisi berhasil, dapat dilakukan operasi herniorafi elektif
setelah 2-3 hari sewaktu oedem jaringan sudah hilang dan keadaan umum pasien
sudah lebih baik.
Semua hernia inguinalis indirek maupun direk yang besar tak tergantung dari
usia, harus diperbaiki, kecuali ada indikasi yang kuat seperti penyakit pernafasan.
Hernia inkarserata maupun strangulasi harus dilakukan operasi segera. Bila isi hernia
sudah nekrosik dilakukan reseksi. Kalau sewaktu operasi daya pulih isi hernia
diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah lima menit dievaluasi kembali
warna, peristalik, dan pulsasi pada a. arkuata pada usus. Jika ternyata pada operasi
dinding perut kurang kuat, yang memas terjadi pada hernia direk, sebaiknya
digunakan marleks untuk menguatkan dinding perut setempat.
Pada hernia inguinalis lateralis reponibilis, maka dilakukan tindakan bedah
elektif, karena ditakutkan terjadi komplikasi. Pada hernia irreponibilis, diusahakan
agar isi hernia dapat dimasukkan kembali. Penderita istirahat baring dan dipuasakan
atau mendapat diet halus. Dilakukan tekanan yang kontinyu pada benjolan lakukan
secara berulang-ulang, sehingga isi hernia masuk untuk kemudian dilakukan bedah

31
elektif dikemudian hari atau menjadi inkarserasi. Maka harus dilakukan bedah
darurat. Tindakan bedah pada hernia ini disebut herniotomi yaitu memotong hernia
dan herniorafi yaitu menjahit kantong hernia. Pada bedah elektif, maka harus dibuka,
isi hernia dimasukkan, kantong diikat dan dilakukan “Bassini plasty” untuk
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis, sedang pada bedah darurat,
prinsipnya seperti bedah elektif. Cincin hernia langsung dicari dan dipotong. Usus
dilihat apakah vital atau tidak. Bila vital dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak
dilakukan reseksi usus dan anastomosis “end to end”. 11

ANALISA KASUS

Dasar Diagnosa

Pasien merupakan seorang laki laki berumur 85 tahun datang dengan keluhan nyeri
dibagian bawah perut. Diagnosis ditetapkan berdasarkan hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, ditemukan gejala dan tanda
yang mendukung diagnosis hernia inguinalis lateralis sinistra inkarserata yaitu:

 Keluhan utama pasien terasa nyeri terus menerus skala nyeri 3, namun tidak
adanya demam sebelumnya .

 Terdapat keluhan mual,perut kembung sehingga sulit makan dan sudah tidak
BAB 2hari

 Pasien mengatakan benjolannya teraba lunak

 Pasien mengatakan benjolannya timbul dan tidak bisa dimasukan kembali

 Riwayat hernia sudah 2 tahun

32
 Tidak terdapat keluhan benjolan lain di daerah ketiak dan leher.

 Tidak terdapat keluhan lain seperti demam, penurunan berat badan, lemas, dan
nafsu makan menurun.

 Riwayat trauma disangkal pasien.

Pada pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan lokalis, Inspeksi: terdapat penonjolan di


regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke bagian medial bawah. Palpasi:
teraba benjolan sebesar telur angsa dan terdapat nyeri tekan pada daerah benjolan (+),
Palpasi dilakukan dalam berbaring dan terdapat benjolan hernia, teraba konsistensinya
lunak dicoba didorong benjolan tidak dapat di reposisi.

Diagnosa Banding

1. Hernia inguinalis lateralis sinistra strangulata

Merupakan penonjolan pada inguinalis dimana isi hernia berada didalam


kantong hernia dan terjepit cincin hernia sehingga tidak dapat masuk kembali
ke dalam rongga abdomen, dapat disertai gangren pasase akibat peredaran
darah terganggu yang menimbulkan rasa nyeri dan demam serta peningkatan
leukosit.
2. Lymphogranuloma venerum
Merupakan penyakit infeksi bakteri ini menembus kulit dan mengeluarkan
lendir di dalam node limfa, menyebabkan penyumbatan di sekitar node.
Penyakit ini mempengaruhi node limfa, alat kelamin bagian luar node limfa
di dalam selangkangan membengkak, memerah, dan menjadi lebih lunak.
Pembentukan abses, nanah yang menetes, dan darah yang menjadi lebih
buram. Demam, nyeri otot, sakit kepala, kehilangan nafsu makan, muntah dan
nyeri sendi mungkin terjadi.

33
34
BAB III

KESIMPULAN

Hernia merupakan kasus tersering di bagian bedah abdomen sesudah appendicitis. Hernia
didefinisikan adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah
(defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh
kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal.

Hernia inguinalis dibagi dua jenis hernia inguinalis medialis/hernia inguinalis directa/hernia
inguinalis horisontal dan hernia ingunalis lateralis/ hernia indirecta/hernia obliqua. Yang
tersering hernia inguinalis lateralis angka kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang
paling sering adalah yang sebelah kanan.

Pada hernia inguinalis lateralis processus vaginalis peritonaei tidak menutup (tetap terbuka).

Komplikasi yang terjadi yaitu inkarserasi dan strangulasi. Jika sudah terjadi strangulasi
penanganan segera adalah dengan operasi.

Operasi hernia ada berbagai macam teknik yaitu : Marcy, Bassini, McVay, Shouldice,
Lichtenstein Tension free.

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17 th Edition.


Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217.
2. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartz’s Principles of Surgery. Eighth
edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394.
3. Inguinal Hernia: Anatomy and Management
http://www.medscape.com/viewarticle/420354_4
4. Manthey, David. Hernias .2007. http://www.emedicine.com/emerg/topic251.htm
5. Norton,Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic Science
and Clinical Evidence. New York. Springer. 787-803.
6. http://www.hernia.tripod.com/inguinal.html
7. Kerry V. Cooke.incarcerated hernia.2005. http://www.webmed.com
8. Way, Lawrence W. 2003. Hernias & Other Lesions of the Abdominal Wall. Current
Surgical Diagnosis and Treatment. Eleventh edition. New York. Mc Graw-Hill. 783-789.
9. Bland, Kirby I. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery. New York. WB
Saunders Company. 795-801
10. Cook, John. 2000. Hernia. General Surgery at the Distric Hospital. Switzerland. WHO.
151-156.
11. Zinner, Michael J. 2001. Hernias. Maingot’s Abdominal Operation. Volume 1. Tenth
edition. New York. Mc Graw-Hill. 479-525.

36

Anda mungkin juga menyukai