Tanda Tangan :
Laporan Kasus
Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Inkarserata
Disusun Oleh :
Anak Agung Ayu Mita Astari
112016311
Pembimbing:
dr. Aplin Ismunanto, Sp.B
1
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN
KRIDA WACANA
LEMBAR PENILAIAN
Keterangan : 1 = sangat kurang (20%), 2 = kurang (40%), 3 = sedang (60%), 4 = baik (80%),
dan 5 =sangat baik (100%)
2
Komentar penilai
Paraf/Stempel
Nama Penilai : dr. Aplin Ismunanto, Sp.B
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh:
Anak Agung Ayu Mita Astari
112016311
Telah diterima dan disetujui oleh dr. Aplin Ismunanto, Sp.B selaku dokter pembimbing
Departement Bedah Umum RSAU Dr.Esnawan Antariksa
KATA PENGANTAR
3
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
petunjuknya penyusun dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Hernia
Inguinalis Lateralis Sinistra Inkarserata” ini tepat pada waktunya.
Laporan kasus ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Bedah di Rumah Sakit Angkatan Udara Dr. Esnawan Antariksa.Pada
kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada dr. Aplin Ismunanto, Sp.B
selaku dokter pembimbing dalam kepaniteraan klinik ini dan rekan-rekan koas yang ikut
memberikan bantuan dan semangat secara moril.
Penyusun menyadari bahwa laporan kasus ini masih terdapat kekurangan dan
kesalahan, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak.Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan dalam
bidang Ilmu Bedah khususnya dan dalam bidang kedokteran pada umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................1
4
Lembar Penilaian............................................................................................2
Halaman Pengesahan......................................................................................3
Kata Pengantar...............................................................................................4
Daftar Isi..........................................................................................................5
Laporan Kasus................................................................................................6
Tinjauan Pustaka............................................................................................16
Penutup............................................................................................................36
Daftar Pustaka................................................................................................37
5
Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk - Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK
IDENTITAS PASIEN
No RM : 144359
ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 3 Mei 2018 pukul 16.00 di
Ruang Merak RSAU dr. Esnawan Antariksa
6
1. Keluhan Utama:
2. Keluhan Tambahan:
Os juga mengeluh mual
Pasien datang ke IGD RSAU dr. Esnawan Antariksa dengan keluhan adanya nyeri
daerah bawah perut sejak 5 jam SMRS. Pasien mengeluh sakit terutama ketika sedang
beraktivitas dan berdiri, keluhan dirasa membaik ketika pasien berada pada posisi tidur
atau istirahat, namun jika duduk terlalu lama juga sering menyebabkan rasa ngilu dan
nyeri di perut. Ketika tidur pasien merasa lebih nyaman tidur miring ke kiri sebab jika
tidur terlentang pasien suka merasakan sensasi nyeri yang muncul tiba-tiba di perut yang
lokasinya tak tentu.
Dua tahun SMRS pasien mengeluh memiliki riwayat hernia , terdapat benjolan
pada selangkangan sebelah kiri apabila saat mengejan dan saat berdiri namun tidak
terasa lagi saat berbaring dan tidak mengganggu aktifitas pasien.
Os juga mengeluh mual sejak 1 hari SMRS, mual dirasakan hilang timbul sehingga
OS susah untuk makan karena takut muntah. Muntah disangkal oleh pasien. OS
mengeluh perut kembung sejak 1 hari SMRS dan sulit BAB sejak 2 hari SMRS.
Saat di IGD RSAU benjolan pada sebesar telur angsa dan tidak bisa dimasukan
kembali. Pasien menyangkal adanya demam dan rasa panas pada daerah kemaluan
Gejala lain seperti penurunan berat badan, lemas, batuk yang lama dan nafsu makan
berkurang disangkal oleh pasien. Riwayat trauma disangkal pasien. Pasien sudah pernah
7
berobat mengenai keluhannya dan disarankan untuk operasi dan pasien sudah operasi ca
prostat
Pasien tidak merokok maupun minum minuman beralkohol. Saat ini pasien tidak
sedang dalam pengobatan penyakit tertentu.
Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa dengan pasien.
Riwayat penyakit lain seperti; hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung dalam
keluarga disangkal.
STATUS PRAESENS
1. STATUS UMUM
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 150/100 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Saturasi : 99 %
Suhu : 36,7 0C
Tinggi Badan : 175 cm
Berat Badan : 70 kg
IMT : 22,8
2. PEMERIKSAAN FISIK
Kepala Normosefali
8
Rambut Rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut, tidak alopesia
Mata Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor diameter 3
mm, reflex cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+
Telinga Normotia, sekret (-/-), darah (-/-),
Hidung Deviasi septum (-), sekret (-/-)
Mulut Sianosis (-)
Tenggorokan T1/T1 tenang, faring tidak hiperemis.
Leher Tidak teraba pembesaran KGB
Thorax Pulmo:
Inspeksi: simetris kiri dan kanan saat statis dan dinamis, tidak ada
sinistra
Perkusi:
- Batas kanan: ICS IV linea sternalis dextra
- Batas atas: ICS II linea sternalis sinistra
- Batas kiri: ICS V 1/3 lateral dari linea midclavicularis sinistra
- Batas bawah: ICS VI linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen Inspeksi: Bentuk perut datar, tidak membuncit, warna kulit sawo
3. STATUS LOKALIS
Regio inguinalis :
10
Benjolan pada
inguinalis sinistra
Inspeksi:
terdapat penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke bagian
medial bawah.
Palpasi:
teraba benjolan sebesar telur angsa dan terdapat nyeri tekan pada daerah benjolan
(+)
Palpasi dilakukan dalam berbaring dan terdapat benjolan hernia, teraba
konsistensinya lunak dicoba didorong benjolan tidak dapat di reposisi.
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
11
Waktu Pembekuan : 6 menit
HEMOSTASIS
PT : 12,8 detik
CONTROL PT : 13,7
APTT : 33,8 detik
CONTROL APTT : 30,0
Kimia:
Ureum : 32 mg/dL
Kreatinin : 1.0 mg/Dl
Glukosa Sewaktu : 107 mg/dL
5. RESUME
Pasien datang ke IGD RSAU dr. Esnawan Antariksa dengan keluhan adanya nyeri
daerah bawah perut sejak 5 jam SMRS. Pasien mengeluh sakit terutama ketika sedang
beraktivitas dan berdiri, keluhan dirasa membaik ketika pasien berada pada posisi
tidur atau istirahat, namun jika duduk terlalu lama juga sering menyebabkan rasa ngilu
dan nyeri di perut. Ketika tidur pasien merasa lebih nyaman tidur miring ke kiri sebab
jika tidur terlentang pasien suka merasakan sensasi nyeri yang muncul tiba-tiba di
perut yang lokasinya tak tentu.
Dua tahun SMRS pasien mengeluh memiliki riwayat hernia , terdapat benjolan
pada selangkangan sebelah kiri apabila saat mengejan dan saat berdiri namun tidak
terasa lagi saat berbaring dan tidak mengganggu aktifitas pasien.
1 minggu SMRS os mulai merasakan tidak nyaman di selangkangan dan kadang
terasa nyeri di daerah selangkangan , benjolan pun dirasakan saat berdiri dan
mengedan sehingga mengganggu aktifitas pasien , benjolannya teraba melonjong dan
lunak, benjolannya tidak terasa lagi apabila pasien pada posisi berbaring.
Os juga mengeluh mual sejak 1 hari SMRS, mual dirasakan hilang timbul sehingga
OS susah untuk makan karena takut muntah. Muntah disangkal oleh pasien. OS
mengeluh perut kembung sejak 1 hari SMRS dan sulit BAB sejak 2 hari SMRS.
Saat di IGD RSAU benjolan pada sebesar telur angsa dan tidak bisa dimasukan
kembali. Pasien menyangkal adanya demam dan rasa panas pada daerah kemaluan
Gejala lain seperti penurunan berat badan, lemas, batuk yang lama dan nafsu makan
12
berkurang disangkal oleh pasien. Riwayat trauma disangkal pasien. Pasien sudah
pernah berobat mengenai keluhannya dan disarankan untuk operasi dan pasien sudah
operasi ca prostat
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan skala nyeri 3, tekanan darah 150/100 mmHg,
nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, saturasi 99 %, suhu 36,7 0C. Pada
pemeriksaan lokalis, Inspeksi: terdapat penonjolan di regio inguinalis yang berjalan
dari lateral atas ke bagian medial bawah. Palpasi: teraba benjolan sebesar telur angsa
dan terdapat nyeri tekan pada daerah benjolan (+), Palpasi dilakukan dalam berbaring
dan terdapat benjolan hernia, teraba konsistensinya lunak dicoba didorong benjolan
tidak dapat di reposisi.
6. DIAGNOSIS KERJA
7. DIAGNOSIS BANDING
Hernia inguinalis lateralis sinistra strangulata
Lymphogranuloma Venerum
8. PENATALAKSANAAN
Rujuk dokter spesialis bedah.
9. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
13
TINJAUAN PUSTAKA
Pendahuluan
Hernia inguinalis sudah dicatat sebagai penyakit pada manusia sejak tahun 1500 sebelum
Masehi dan mengalami banyak sekali perkembangan seiring bertambahnya pengetahuan
struktur anatomi pada regio inguinal.1
14
Hampir 75 % dari hernia abdomen merupakan hernia ingunalis. Untuk memahami lebih
jauh tentang hernia diperlukan pengetahuan tentang kanalis inguinalis. Hernia inguinalis
dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis dan hernia ingunalis medialis dimana hernia
ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak dua pertiga dari hernia ingunalis. Sepertiga
sisanya adalah hernia inguinalis medialis.Hernia lebih dikarenakan kelemahan dinding
belakang kanalis inguinalis. Hernia ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria daripada
wanita, untuk hernia femoralis sendiri lebih sering ditemukan pada wanita. Sedangkan
jika ditemukan hernia ingunalis pada pria kemungkinan adanya hernia ingunalis atau
berkembangnya menjadi hernia ingunalis sebanyak 50 % Perbandingan antara pria dan
wanita untuk hernia ingunalis 7 : 1. Prevalensi hernia ingunalis pada pria dipengaruhi
oleh umur. 1
Hernia merupakan keadaan yang lazim terlihat oleh semua dokter, sehingga pengetahuan
umum tentang manifestasi klinis, gambaran fisik dan penatalaksaan hernia penting.
DEFENISI
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan adalah
suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek)
yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari
tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah
inguinal.1
KLASIFIKASI
Hernia ini merupakan jenis henia yang didapat (akuisita) disebabkan oleh faktor
peninggian tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum
Hesselbach. Jalannya langsung (direct) ke ventral melalui annulus inguinalis
subcutaneous. Hernia ini sama sekali tidak berhubungan dengan pembungkus tali mani,
umumnya terjadi bilateral, khususnya pada laki-laki tua. Hernia jenis ini jarang, bahkan
hampir tidak pernah, mengalami inkarserasi dan strangulasi.2,3
15
Inferior: Ligamentum Inguinale.
Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika
inferior. Dikenal sebagai indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran, yaitu
annulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia lateralisakan tampak tonjolan
berbentuk lonjong. Dapat terjadi secara kongenital atau akuisita:
Terjadi bila processus vaginalis peritonei pada waktu bayi dilahirkan sama sekalitidak
menutup. Sehingga kavum peritonei tetap berhubungan dengan rongga tunikavaginalis
propria testis. Dengan demikian isi perut dengan mudah masuk ke dalamkantong
peritoneum tersebut.
Terjadi bila penutupan processus vaginalis peritonei hanya pada suatu bagian
saja.Sehingga masih ada kantong peritoneum yang berasal dari processus vaginalis
yangtidak menutup pada waktu bayi dilahirkan. Sewaktu-waktu kentung peritonei ini
dapat terisi dalaman perut, tetapi isi hernia tidak berhubungan dengan tunika vaginalis
propria testis.
C. Hernia Pantalon
Merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan medialis pada satu sisi. Kedua
kantung hernia dipisah oleh vasa epigastrika inferior sehingga berbentuk seperticelana.
Keadaan ini ditemukan kira-kira 15% dari kasus hernia inguinalis. Diagnosis umumnya
16
sukar untuk ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, dan biasanya baru ditemukan sewaktu
operasi.
EPIDEMIOLOGI
Tujuh puluh lima persen dari seluruh hernia abdominal terjadi di inguinal (lipat paha).
Yang lainnya dapat terjadi di umbilikus (pusar) atau daerah perut lainnya. Hernia indirect
lebih banyak daripada hernia direct yaitu 2:1Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu
hernia inguinalis medialis dan hernia inguinalis lateralis. Jika kantong hernia inguinalis
lateralis mencapai skrotum (buah zakar), hernia disebut hernia skrotalis. Hernia inguinalis
lateralis terjadi lebih sering dari hernia inguinalis medialis dengan perbandingan 2:1, dan
diantara itu ternyata pria lebih sering 7 kali lipat terkena dibandingkan dengan wanita.
Semakin bertambahnya usia kita, kemungkinan terjadinya hernia semakin besar. Hal ini
dipengaruhi oleh kekuatan otot-otot perut yang sudah mulai melemah.4,5
ETIOLOGI
Peningkatan tekanan intraabdominal dapat terjadi akibat dari batuk kronik, obesitas,
asites, aktivitas fisik.
- Kolagen
17
- Merokok
Zat yang terkandung di dalam rokok akan menonaktifkan antiprotease yang memicu
peningkatan level protease dan elastase sirkulasi dan menyebabkan destruksi matrix
ekstraseluler pada muskulus. Kadaan ini juga dapat dipicu oleh stres dan penyakit
sistemik
- Faktor umum
Kelemahan muskulus dan fascia dapat disebabkan oleh usia tua, kurangnya olahraga,
multigravida, dan penurunan berat badan.
Faktor yang dipandang berperan sebagai penyebab adalah adanya prosesus vaginalis yang
terbuka, adanya peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding
perut karena usia.
Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus kurang lebih 90%
prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi umur satu tahun sekitar 30%
prosesus vaginalis belum tertutup. Tetapi kejadian hernia pada umur ini hanya beberapa
persen. Tidak sampai 10% anak dengan prosesus vaginalis paten menderita hernia. Pada
anak dengan hernia unilateral dapat dijumpai prosesus vaginalis paten kontralateral lebih
dari separo, sedangkan insiden hernia ini tidak lebih dari 20%. Umumnya disimpulkan
bahwa adanya prosesus vaginalis yang paten bukan merupakan penyebab tunggal
terjadinya hernia tetapi diperlukan faktor lain seperti anulus ingunalis yang cukup besar.
Tekanan intraabdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik, hipertrofi
prostat, konstipasi dan ascites sering disertai hernia.2
PATOFISIOLOGI
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke 8 dari kehamilan,
terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis itu akan
menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum disebut
dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus ini telah
mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.
Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena testis yang kiri turun terlebih
18
dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam
keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus,
karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateralis
kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi kerana usia lanjut, karena pada
umur tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ
dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah
menutup. Namun karena daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada
keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk kronik,
bersin yang kuat dan mengangkat barang berat, mengejan. Kanal yang sudah tertutup
dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya
sesuatujaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya menekan dinding
rongga yang telah melemas akibat trauma, hipertropi prostat, asites, kehamilan,obesitas,
dan kelainan kongenital dan dapat terjadi pada semua.5
Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan alat
reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi terjadi perlengketan antara
isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan
kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia,akibat semakin banyaknya usus yang
masuk, cincin hernia menjadi sempit danmenimbulkan gangguan penyaluran isi usus.
Timbulnya edema bila terjadi obtruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan
kemudian terjadi nekrosis. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut
kembung, muntah,konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan
timbul edemasehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis.
Juga dapat terjadi bukan karena terjepit melainkan ususnya terputar. Bila isi perut terjepit
dapat terjadi shock, demam, asidosis metabolik, abses. Komplikasi hernia tergantung
pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Antara lain obstruksi usus sederhana hingga
perforasi (lubangnya) usus yang akhirnya dapatmenimbulkan abses lokal, fistel atau
peritonitis.5
19
ANATOMI
Regio inguinal merupakan batas bawah abdomen dengan fungsi yang terdiri atas
lapisan miopaneurotis. Penamaan struktur anatomi di daerah ini banyak memakai
nama penemunya sebagai pengakuan atas kontribusi mereka. Dalam bukunya
Skandalakis (1995), dinding abdomen pada dasar inguinal terdiri dari susunan multi
laminer dan seterusnya.
1. Kulit (kutis).
20
luar dari fasia muskulus obliqus eksternus. Sulit dikenal dan jarang ditemui.
Terletak mulai dari SIAS sampai ke ramus superior tulang publis., Lakunare
(Gimbernat) Merupakan paling bawah dari ligamentum inguinale dan dibentuk dari
serabut tendon obliqus eksternus yang berasal dari daerah Sias. Ligamentum ini
membentuk sudut kurang dari 45 derajat sebelum melekat pada ligamentum pektineal.
Ligamentum ini membentuk pinggir medial kanalis femoralis.
dan Colle’s. Ligamentum ini dibentuk dari serabut aponeurosis yang berasal dari crus
inferior cincin externa yang meluas ke linea alba. 2
21
6. Muskulus transversus abdominis dan aponeurosis muskulus obliqus internus, falx
9. Peritoneum
a. Pintu hernia adalah lapisan dinding perut dan panggul. Hernia dinamai
berdasarkan dari pintunya
b. Kantung hernia adalah peritoneum parietalis, bagiannya adalah kolum, korpus dan
basis
c. Kanalis inguinalis adalah saluran yang berjalan oblik (miring) dengan panjang 4
22
kanalis inguinalis adalah:
- Superior : Dibentuk oleh serabut tepi bawah muskulus obliqus internus dan
muskulus transversus abdominis dan aponeurosis.
Bagian ujung atas dari kanalis inguinalis adalah internal inguinal ring. Ini
merupakan defek normal dan fasia transversalis dan berbentuk huruf “U” dan “V”
23
dan terletak di bagian lateral dan superior. Batas cincin interna adalah pada bagian
atas muskulus transversus abdominis, iliopublik tract dan interfoveolar (Hasselbach)
ligament dan pembuluh darah epigastrik inferior di bagian medial. External inguinal
ring adalah daerah pembukaan pada aponeurosis muskulus obliqus eksternus,
berbentuk “U” dangan ujung terbuka ke arah inferior dan medial.8, 9
1 a. Duktus deferens
2 b. 3 arteri yaitu : 1. Arteri spermatika interna
2. Arteri diferential
otot.
transversal.
24
Daerah ini dibatasi oleh ligamentum inguinalis, pada bagian posterior dibatasi
oleh traktus iliopubis. Bagian medial dibatasi oleh bagian lateral musculus rectus
abdominis. Bagian superior dibatasi oleh lengkungan serabut otot abdominis transversus
dan otot obliquus internus, pada bagian lateral bebatas dengan musculus iliopsoas dan
bagian inferior oleh ligamentum cooper. Lubang ini ditembus oleh funiculus spermaticus,
dan bagian bawah oleh pembuluh darah vena dan arteri femoralis. Lubang myopectineal
dilindungi oleh aponeurosis transversus abdominis dan fascia transversalis
Gejala
Pasien mengeluh ada tonjolan di lipat paha ,pada beberapa orang adanya nyeri
dan membengkak pada saat mengangkat atau ketegangan seringnya hernia ditemukan
pada saat pemeriksaan fisik misalnya pemeriksaan kesehatan sebelum masuk kerja.
Beberapa pasien mengeluh adanya sensasi nyeri yang menyebar biasanya pada hernia
ingunalis lateralis, perasaan nyeri yang menyebar hingga ke scrotum. Dengan bertambah
25
besarnya hernia maka diikuti rasa yang tidak nyaman dan rasa nyeri, sehingga pasien
berbaring untuk menguranginya.11
Pada umumnya hernia direct akan memberikan gejala yang sedikit dibandingkan
hernia ingunalis lateralis.dan juga kemungkinannya lebih berkurang untuk menjadi
inkarserasi atau strangulasi.11
2.6.2. Tanda
Pada pemeriksaan hernia pasien harus diperiksa dalam keadaan berdiri dan
berbaring dan juga diminta untuk batuk pada hernia yang kecil yang masih sulit untuk
dilihat kita dapat mengetahui besarnya cincin eksternal dengan cara memasukan jari ke
annulus jika cincinnya kecil jari tidak dapat masuk ke kanalis inguinalis dan akan sangat
sulit untuk menentukan pulsasi hernia yang sebenarnya pada saat batuk. Lain halnya pada
cincin yang lebar hernia dapat dengan jelas terlihat dan jaringan tissue dapat dirasakan
pada tonjolandi kanalis ingunalis pada saat batuk dan hernia dapat didiagnosis.9
Perbedaan hil dan him pada pemeriksaan fisik sangat sulit dlakukan dan ini tidak
terlalu penting mengingat groin hernia harus dioperasi tanpa melihat jenisnya. Hernia
ingunalis pada masing-masing jenis pada umumnya memberikan gambaran yang sama .
hernia yang turun hingga ke skrotum hampir sering merupakan hernia ingunalis lateralis.9
Pada inspeksi
Pasien saat berdiri dan tegang, pada hernia direct kebanyakan akan terlihat
simetris,dengan tonjolan yang sirkuler di cicin eksterna. Tonjolan akan menghilang pada
saat pasien berbaring . sedangkan pada hernia ingunalis lateralis akan terlihat tonjolan
yang yang bebentuk elip dan susah menghilang pada saat berbaring.9
Pada palpasi
Dinding posterior kanalis ingunalis akan terasa dan adanya tahanan pada hernia
inguanalis lateralis. Sedangkan pada hernia direct tidak akan terasa dan tidak adanya
tahanan pada dinding posterior kanalis ingunalis. Jika pasien diminta untuk batuk pada
pemeriksaan jari dimasukan ke annulus dan tonjolan tersa pada sisi jari maka itu hernia
26
direct. Jika terasa pada ujung jari maka itu hernia ingunalis lateralis. Penekanan melalui
cincin interna ketika pasien mengedan juga dapat membedakan hernia direct dan hernia
inguinalis lateralis. Pada hernia direct benjolan akan terasa pada bagian depan melewati
Trigonum Hesselbach’s dan kebalikannya pada hernia ingunalis lateralis. Jika hernianya
besar maka pembedaanya dan hubungan secara anatomi antara cincin dan kanalis
inguinalis sulit dibedakan. Pada kebanyakan pasien, jenis hernia inguinal tidak dapat
ditegakkan secara akurat sebelum dilakukan operasi.9
Pemeriksaan Fisik
Walaupun tanda-tanda yang menunjukkan apakah hernia itu indirek atau direk, namun
umumnya hanya sedikit kegunaannya, karena keduanya biasanya memerlukan
penatalaksanaan bedah, dan diagnosis anatomi yang tepat hanya dapat dibuat pada waktu
operasi. Gambaran yang menyokong adanya hernia indirek mencakup turunnya kedalam
skrotum, yang sering ditemukan dalam hernia indirek, tetapi tak lazim dalam hernia
direk. Hernia direk lebih cenderung timbul sebagai massa yang terletak pada annulus
inguinalis superfisialis dan massa ini biasanya dapat direposisi kedalam kavitas
peritonealis, terutama jika pasien dalam posisi terbaring. Pada umumnya pada jari tangan
pemeriksa didalam kanalis inguinalis, maka hernia inguinalis indirek maju menuruni
kanalis pada samping jari tangan, sedangkan penonjolan yang langsung keujung jari
tangan adalah khas dari hernia direk.8
* Tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan Thumb test.
27
Cara pemeriksaannya sebagai berikut:
1.Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh penderita).
Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan
KOMPLIKASI
Hernia inkarserasi :
28
Hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang
Tidak dapat direposisi
Adanya mual ,muntah dan gejala obstruksi usus.
Hernia strangulasi :
Gejala yang sama disertai adanya infeksi sistemik
Adanya gangguan sistemik pada usus.11
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi akibat muntah-muntah dan menjadi
dehidrasi.
Tes Urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus genitourinarius yang
menyebabkan nyeri lipat paha.8
Pemeriksaan Radiologis
Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat paha atau
dinding abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan testis.8
Pada pemeriksaan radiologis kadang terdapat suatu yang tidak biasa terjadi, yaitu adanya
suatu gambaran massa. Gambaran ini dikenal dengan Spontaneous Reduction of Hernia
En Masse. Adalah suatu keadaan dimana berpindahnya secara spontan kantong hernia
beserta isinya ke rongga extraperitoneal. Ada 4 tipe pembagian reduction of hernia en
masse :
1. Retropubic
29
2. Intra abdominal
3. Pre peritoneal
4. Pre peritoneal locule
PENATALAKSANAAN HERNIA
a. Konservatif
Terapi konservatif sambil menunggu penyembuhan melalui proses alami
dapat dilakukan pada hernia umbilikus sebelum anak berumur dua tahun. Terapi
konservatif berupa penggunaan alat penyangga dapat dipakai sementara, misalnya
pemakaian korset. Sedang pada hernia inguinalis pemakaiannya tidak dianjurkan
karena selain tidak dapat menyembuhkan, alat ini dapat melemahkan otot dinding
perut.
Penanganan konservatif terhadap hernia ireponibel; dengan posisi
Trendelenberg, diharapkan dengan adanya gaya gravitasi isi hernia dapat masuk
kembali, pemberian muscle relation, diharapkan dapat mengurangi jepitn, pemberian
obat penenang, sehingga penderita berkurang kecemasannya dan
mengurnagi/menenangkan tekanan intra abdominal sehingga isi hernia dapat masuk
kembali, dan pemberian kompres es untuk merangsang musculus cremaster sehingga
isi hernia dapat masuk kembali ke cavum peritoneum.10
30
b. Operatif
Management operatif pada hernia inguinalis terdapat dua metode umum,
yaitu Open Hernia Repair dan Laparoskopi. Open hernia Repair disebut juga
herniorrhaphy dengan melakukan incise lapisan kulit pada hernia. Open hernia repair
dapat meliputi Metode Marcy, Bassini, Shouldice, McVay, dan Lichtenstein.
Sedangkan laparoskopi merupakan terapi alternative dengan incisi kecil. Tujuan
seluruh hernia repair adalah untuk menutup defek myofacial di mana menjadi tempat
keluarnya penonjolan organ. pada umumnya, metode di atas merupakan diseksi
anterior pada kanalis ingunal dan kantong hernia (herniektomy), diikuti oleh
myofacial repair, dan penutupan kanalis.
Umumnya terapi operatif merupakan terapi satu-satunya yang rasional. Usia
lanjut tidak merupakan kontraindikasi operasi elektif. Kalau pasien dengan hernia
inkarserata tidak menunjukkan gejala sistemik dapat dicoba melakukan reposisi
postural. Jika usaha reposisi berhasil, dapat dilakukan operasi herniorafi elektif
setelah 2-3 hari sewaktu oedem jaringan sudah hilang dan keadaan umum pasien
sudah lebih baik.
Semua hernia inguinalis indirek maupun direk yang besar tak tergantung dari
usia, harus diperbaiki, kecuali ada indikasi yang kuat seperti penyakit pernafasan.
Hernia inkarserata maupun strangulasi harus dilakukan operasi segera. Bila isi hernia
sudah nekrosik dilakukan reseksi. Kalau sewaktu operasi daya pulih isi hernia
diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah lima menit dievaluasi kembali
warna, peristalik, dan pulsasi pada a. arkuata pada usus. Jika ternyata pada operasi
dinding perut kurang kuat, yang memas terjadi pada hernia direk, sebaiknya
digunakan marleks untuk menguatkan dinding perut setempat.
Pada hernia inguinalis lateralis reponibilis, maka dilakukan tindakan bedah
elektif, karena ditakutkan terjadi komplikasi. Pada hernia irreponibilis, diusahakan
agar isi hernia dapat dimasukkan kembali. Penderita istirahat baring dan dipuasakan
atau mendapat diet halus. Dilakukan tekanan yang kontinyu pada benjolan lakukan
secara berulang-ulang, sehingga isi hernia masuk untuk kemudian dilakukan bedah
31
elektif dikemudian hari atau menjadi inkarserasi. Maka harus dilakukan bedah
darurat. Tindakan bedah pada hernia ini disebut herniotomi yaitu memotong hernia
dan herniorafi yaitu menjahit kantong hernia. Pada bedah elektif, maka harus dibuka,
isi hernia dimasukkan, kantong diikat dan dilakukan “Bassini plasty” untuk
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis, sedang pada bedah darurat,
prinsipnya seperti bedah elektif. Cincin hernia langsung dicari dan dipotong. Usus
dilihat apakah vital atau tidak. Bila vital dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak
dilakukan reseksi usus dan anastomosis “end to end”. 11
ANALISA KASUS
Dasar Diagnosa
Pasien merupakan seorang laki laki berumur 85 tahun datang dengan keluhan nyeri
dibagian bawah perut. Diagnosis ditetapkan berdasarkan hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, ditemukan gejala dan tanda
yang mendukung diagnosis hernia inguinalis lateralis sinistra inkarserata yaitu:
Keluhan utama pasien terasa nyeri terus menerus skala nyeri 3, namun tidak
adanya demam sebelumnya .
Terdapat keluhan mual,perut kembung sehingga sulit makan dan sudah tidak
BAB 2hari
32
Tidak terdapat keluhan benjolan lain di daerah ketiak dan leher.
Tidak terdapat keluhan lain seperti demam, penurunan berat badan, lemas, dan
nafsu makan menurun.
Diagnosa Banding
33
34
BAB III
KESIMPULAN
Hernia merupakan kasus tersering di bagian bedah abdomen sesudah appendicitis. Hernia
didefinisikan adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah
(defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh
kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal.
Hernia inguinalis dibagi dua jenis hernia inguinalis medialis/hernia inguinalis directa/hernia
inguinalis horisontal dan hernia ingunalis lateralis/ hernia indirecta/hernia obliqua. Yang
tersering hernia inguinalis lateralis angka kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang
paling sering adalah yang sebelah kanan.
Pada hernia inguinalis lateralis processus vaginalis peritonaei tidak menutup (tetap terbuka).
Komplikasi yang terjadi yaitu inkarserasi dan strangulasi. Jika sudah terjadi strangulasi
penanganan segera adalah dengan operasi.
Operasi hernia ada berbagai macam teknik yaitu : Marcy, Bassini, McVay, Shouldice,
Lichtenstein Tension free.
35
DAFTAR PUSTAKA
36