UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
GEOKIMIA
“Geokimia Metamorfik”
TAHUN 2016
BAB I
PENDAHULUAN
Magma yang membeku membentuk batuan beku. Batuan beku ini dapat
mengalami pengangkatan, tersingkap di permukaan dan mengalami pelapukan
dan erosi. Batuan ini terurai menjadi fragmen atau sedimen yang tertransportasi
dan terendapkan pada suatu cekungan pengendapan. Sedimen ini kemudian
mengalami litifikasi (pembatuan) melalui proses kompaksi (penekanan massa
sedimen yang terendapkan di atasnya), atau proses sementasi alamiah dari
presipitasi mineral di dalam air, kemudian membentuk batuan sedimen.
Bila batuan sedimen mengalami tekanan dan temperature yang tinggi,
batuan ini akan berubah (bentuk, warna, densitas dan komposisi) menjadi batuan
metamorf. Bila batuan metamorf ini mengalami pemanasan hingga titik leburnya,
maka akan kembali membentuk magma. Seperti itulah gambaran ideal suatu
siklus batuan.
Struktur – struktur yang biasa dikenal pada batuan metamorf adalah :
a) Slaty cleavage : merupakan struktur foliasi planar yang dijumpai sebagai
bibang – bidang belah pada batu sabak.
b) Granulose / hornfelsik : struktur yang tidak menunjukkan cleavage,merupakan
bmozaik yang terdiri dari mineral yang equidimensional, hasil dari
metamorphosis thermal
c) Filitik : terlihat rekristalisasi yang lebih kasar dari slaty cleavage, sudah mulai
terjadi pemisahan mineral granular (segregasi) tetapi belum sempurna, lebih
kilap daripada batu sabak.
d) Schistose : struktur akibat perulangan mineral pipih dengan mineral
equigranular, mineralnya pipih orientasi tidak terputus – putus.10Petrologi
batuan metamorf
e) Gneistose : struktur akibat perulangan mineral pipih dengan mineral
equigranular, orientasi mineral pipih terputus – putus oleh mineral granular.
f) Milonitik : berbutir halus, menunjukkan gerusan – gerusan akibat granulation
yang kuat.
BAB II
BATUAN METAMORFOSIS
Gambar 1 Slate
Asal : Metamorfisme Shale dan Mudstone
Warna : Abu-abu, hitam, hijau, merah
Ukuran butir : Very fine grained
Struktur : Foliated (Slaty Cleavage)
Komposisi : Quartz, Muscovite, Illite
Derajat metamorfisme : Rendah
Ciri khas : Mudah membelah menjadi lembaran tipis
4.2. Filit
Merupakan batuan metamorf yang umumnya tersusun atas kuarsa, sericite
mica dan klorit. Terbentuk dari kelanjutan proses metamorfosisme dari
Slate.
Gambar 2 Filit
Asal : Metamorfisme Shale
Warna : Merah, kehijauan
Ukuran butir : Halus
Stuktur : Foliated (Slaty-Schistose)
Komposisi : Mika, kuarsa
Derajat metamorfisme : Rendah – Intermediate
Ciri khas : Membelah mengikuti permukaan gelombang
4.3. Gneis
Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil metamorfosisme batuan beku
dalam temperatur dan tekanan yang tinggi. Dalam Gneiss dapat diperoleh
rekristalisasi dan foliasi dari kuarsa, feldspar, mika dan amphibole.
Gambar 3 Gneis
Asal : Metamorfisme regional siltstone, shale, granit
Warna : Abu-abu
Ukuran butir : Medium – Coarse grained
Struktur : Foliated (Gneissic)
Komposisi : Kuarsa, feldspar, amphibole, mika
Derajat metamorfisme : Tinggi
Ciri khas : Kuarsa dan feldspar nampak berselang-seling
dengan lapisan tipis kaya amphibole dan mika.
4.4. Sekis
Schist (sekis) adalah batuan metamorf yang mengandung lapisan mika,
grafit, horndlende. Mineral pada batuan ini umumnya terpisah menjadi
berkas-berkas bergelombang yang diperlihatkan dengan kristal yang
mengkilap.
Gambar 4 Sekis
Asal : Metamorfisme siltstone, shale, basalt
Warna : Hitam, hijau, ungu
Ukuran butir : Fine – Medium Coarse
Struktur : Foliated (Schistose)
Komposisi : Mika, grafit, hornblende
Derajat metamorfisme : Intermediate – Tinggi
Ciri khas : Foliasi yang kadang bergelombang,
terkadang terdapat kristal garnet
4.5. Marmer
Terbentuk ketika batu gamping mendapat tekanan dan panas sehingga
mengalami perubahan dan rekristalisasi kalsit. Utamanya tersusun dari
kalsium karbonat. Marmer bersifat padat, kompak dan tanpa foliasi.
Gambar 5 Marmer
Asal : Metamorfisme batu gamping, dolostone
Warna : Bervariasi
Ukuran butir : Medium – Coarse Grained
Struktur : Non foliasi
Komposisi : Kalsit atau Dolomit
Derajat metamorfisme : Rendah – Tinggi
Ciri khas : Tekstur berupa butiran seperti gula, terkadang
terdapat fosil, bereaksi dengan HCl.
4.6. Kuarsit
Adalah salah satu batuan metamorf yang keras dan kuat. Terbentuk ketika
batupasir (sandstone) mendapat tekanan dan temperatur yang tinggi.
Ketika batupasir bermetamorfosis menjadi kuarsit, butir-butir kuarsa
mengalami rekristalisasi, dan biasanya tekstur dan struktur asal pada
batupasir terhapus oleh proses metamorfosis.
Gambar 6 Kuarsit
Asal : Metamorfisme sandstone (batupasir)
Warna : Abu-abu, kekuningan, cokelat, merah
Ukuran butir : Medium coarse
Struktur : Non foliasi
Komposisi : Kuarsa
Derajat metamorfisme : Intermediate – Tinggi
Ciri khas : Lebih keras dibanding glass
4.7. Milonit
Milonit merupakan batuan metamorf kompak. Terbentuk oleh
rekristalisasi dinamis mineral-mineral pokok yang mengakibatkan
pengurangan ukuran butir-butir batuan. Butir-butir batuan ini lebih halus
dan dapat dibelah seperti schistose.
Gambar 7 Milonit
Asal : Metamorfisme dinamik
Warna : Abu-abu, kehitaman, coklat, biru
Ukuran butir : Fine grained
Struktur : Non foliasi
Komposisi : Kemungkinan berbeda untuk setiap batuan
Derajat metamorfisme : Tinggi
Ciri khas : Dapat dibelah-belah
4.8. Filonit
Merupakan batuan metamorf dengan derajat metamorfisme lebih tinggi
dari Slate. Umumnya terbentuk dari proses metamorfisme Shale dan
Mudstone. Filonit mirip dengan milonit, namun memiliki ukuran butiran
yang lebih kasar dibanding milonit dan tidak memiliki orientasi. Selain
itu, filonit merupakan milonit yang kaya akan filosilikat (klorit atau mika)
Asal : Metamorfisme Shale, Mudstone
Warna : Abu-abu, coklat, hijau, biru, kehitaman
Ukuran butir : Medium – Coarse grained
Struktur : Non foliasi
Komposisi : Beragam (kuarsa, mika, dll)
Derajat metamorfisme : Tinggi
Ciri khas : Permukaan terlihat berkilau
4.9. Serpentinit
Serpentinit, batuan yang terdiri atas satu atau lebih mineral serpentine
dimana mineral ini dibentuk oleh proses serpentinisasi (serpentinization).
Serpentinisasi adalah proses proses metamorfosis temperatur rendah yang
menyertakan tekanan dan air, sedikit silica mafic dan batuan ultramafic
teroksidasi dan terhidrolize dengan air menjadi serpentinit.
Gambar 8 Serpentinit
Asal : Batuan beku basa
Warna : Hijau terang / gelap
Ukuran butir : Medium grained
Struktur : Non foliasi
Komposisi : Serpentine
Ciri khas : Kilap berminyak dan lebih keras dibanding kuku jari
4.10. Hornfels
Hornfels terbentuk ketika shale dan claystone mengalami metamorfosis
oleh temperatur dan intrusi beku, terbentuk di dekat dengan sumber panas
seperti dapur magma, dike, sil. Hornfels bersifat padat tanpa foliasi.
Gambar 9 Hornfels
Asal : Metamorfisme kontak shale dan claystone
Warna : Abu-abu, biru kehitaman, hitam
Ukuran butir : Fine grained
Struktur : Non foliasi
Komposisi : Kuarsa, mika
Derajat metamorfisme : Metamorfisme kontak
Ciri khas : Lebih keras dari pada glass, tekstur merata
5. Mineral dalam Batuan Metamorfosis
1. Kwarsa : bentuk agak pipih atau mengkristal tak teratur berwarna agak
mengkilap, putih jernih atau putih kehijauan.
2. Klorit : berwarna hijau, coklat, atau coklat kehitaman,bentuk terpilin atau
bengkok, seperti tanah. Kilab viterous, kekerasan 1-2,5.
3. Feldsfar : Bentuk dan sifatnya sama dengan feldsfar dalam batuan beku
atau agak pipih akibat tekanan.
4. Mika : bentuk lembar-lembar halus, dapat memberikan warna mengkilap.
Terdapat banyak pada sekis dan gneis.
5. Andalusit : prismatik kasar, berwarna pudar, merah jambu sampai violet.
Kilab viterous, kekerasan 5-7.
6. Glaukofan : kristal monoklin, perismatik seperti serat, batang atau butiran,
pecahan konkoidal, warna biru abu-abu, biru kehitaman.
7. Kianit : bentuk kristal triklin, memanjang atau lempeng-lempeng, warna
biru laut, kilab viterous, kekerasan 4-7.
8. Aktinolit : menjarum halus atau serupa serat-serat, warna hijau atau abu-
abu kehijauan, kilab viterous seperti sutra.
9. Garnet : kristal sistem reguler, berbentu kubus, warna merah jambu
hingga merah kecoklat atau merah tua, kilab viterous, transparan hingga
opak.
10. Serpentin : bentuk seratan pipih atau seratan fleksibel warna merah
kecoklatan dan hijau kekuningan,
11. Talk : berbentuk granular, tipis-tipis semacam serabut, fleksible, warna
hijau muda sampai hijau tua, kilab mutiara, kekerasan 1-2.
12. Kordierit : perismatik pendek, kompak atau granular, warna abu-abu
kebiruan, hijau kuning atau tak berwarna, kilab viterous.
13. Silimatit : panjang-panjang tipis seperti jarum kadang-kadang bengkok,
warna abu-abu, putih atau kuning pucat. Kilab viterous.
14. Tremolit : lempeng-lempeng berserat seperti asbes, granular. Warna
putih, abu-abu, hijau, atau kuning, belahan prismatik, kilab viterous.
15. Wolanstonit : tabular atau prismatik, berserat-serat paralel, menyebar atau
granular. Warna putih keabu-abuan atau tidak berwarna, kilab sutera.
16. Piroksin : perismatik pendek, warna coklat hingga hitam, belahan dua
arah.
17. Olivine : berwarna hijau, kuning kecoklatan. Kekerasan 6 hingga 7.
18. Amphibole : perismatik panjang bersisi 6, warna hijau kehitaman, kilab
viterous, kekerasan 5-6.
BAB III
METAMORFISME
Jenis-jenis Metamorfisme :
1. Metamorfisme kontak/termal
Metamorfisme oleh temperatur tinggi pada intrusi magma atau ekstrusi lava.
2. Metamorfisme regional
Metamorfisme oleh kenaikan tekanan dan temperatur yang sedang, dan terjadi
pada daerah yang luas.
3. Metamorfisme Dinamik
Metamorfisme akibat tekanan diferensial yang tinggi akibat pergerakan
patahan lempeng.
4. Facies Metamorfisme
Facies merupakan suatu pengelompokkan mineral-mineral metamorfik
berdasarkan tekanan dan temperatur dalam pembentukannya pada batuan
metamorf. Setiap facies pada batuan metamorf pada umumnya dinamakan
berdasarkan jenis batuan (kumpulan mineral), kesamaan sifat-sifat fisik atau
kimia.
Unsur yang berbeda yang ditemukan dalam suatu endapan bisa memiliki mobilitas
yang sangat berbeda, sehingga mungkin tidak memberikan anomali yang sama
secara spasial. Misalnya: Pb dan Zn sangat sering terdapat bersama-sama
(berasosiasi) di dalam endapan bijih (di dalam lingkungan siliko-alumina),
sedangkan dalam lingkungan pelapukan Zn yang jauh lebih mobil daripada Pb
akan mudah mengalami pelindian, sehingga Pb yang tertinggal akan memberikan
anomali pada zona mineralisasinya. Contoh lainnya:
Bijih mewakili akumulasi dari satu unsur atau lebih diatas kelimpahan yang kita
anggap normal. Kelimpahan dari unsur khusus di dalam batuan barren disebut
background. Penting untuk disadari bahwa tak ada unsur yang memiliki
background yang seragam, beberapa unsur memiliki variasi yang besar bahkan
dalam jenis batuan yang sama. Contohnya background nikel:
Chaussier, J.B, and Jean Morer., Mineral Prospecting Manual., North Oxford Academic
Publisher Ltd., 2000
Fletcher, W.K., S.J Hoffman., M.B Mehtens., Exploration Geochemistery : Design and
Interpretation of Soil Surveys., Society of Economic Geology, 1986.