Sesar Naik Cicacaban dijumpai di lapangan pada Sungai Ciharus yaitu pada
lokasi KP 13.4 dan Sungai Cimaruyung pada lokasi CM 6.2. Sesar ini teramati di
lapangan memotong Satuan Batupasir-Batulempung bagian bawah pada utara
peta. Analisis awal adanya kehadiran sesar ini melalui analisis pola kelurusan
punggungan berdasarkan SRTM (Gambar 4.1). Selanjutnya dibuktikan dengan
kehadiran lapisan tegak di lapangan dengan kemiringan lapisan 75 pada lokasi
KP 13.4 (Foto 4.1) dan microfold pada batulempung dengan kedudukan N 290 E/
32 – N 84 E/ 53 dan N 305 E/ 45 – N 79 E/ 49 (Foto 4.2). Selain itu dari
hasil rekonstruksi penampang didapatkan lapisan batuan yang lebih tua tersingkap
di atas lapisan batuan yang lebih muda (Penampang Geologi, Lampiran D).
55
Gambar 4.1 Sesar Naik
Cicacaban
Gambar menunjukkan
pola kelurusan
punggungan berarah
barat-timur yang
menginterpretasikan
Sesar Naik Cicacaban
Gejala Sesar
Naik Cicacaban
yang ditandai
dengan
kehadiran
lapisan tegak
(75 )
56
Foto 4.2 Lokasi
Sungai
Cimaruyung
(CM 6.2)
Gejala Sesar
Naik Cicacaban
yang ditandai
dengan
kehadiran
microfold
57
Gambar 4.2 Sesar Naik
Cikukur
Gambar menunjukkan
pola kelurusan
punggungan berarah
barat-timur yang
menginterpretasikan
Sesar Naik Cikukur
Gejala Sesar
Naik Cikukur
yang ditandai
dengan
kehadiran
lapisan tegak
(60 )
58
Foto 4.4 Breksiasi pada
batulempung
Sesar Naik Peuteubongkok dijumpai di lapangan pada Sungai Cilakar yaitu pada
lokasi CL 12.12. Sesar ini teramati di lapangan memotong Satuan Kalkarenit-
Batulempung bagian utara peta. Berdasarkan SRTM (Gambar 4.3) pola kelurusan
punggungan Sesar Naik Peuteubongkok memperlihatkan arah barat-timur. Selain
itu di lapangan ditemukan bukti sesar berupa cermin sesar dengan kedudukan
bidang N 144 E/ 65 ; 53 , N 273 E dengan besar pitch 50 (Foto 4.5).
Berdasarkan kedudukan cermin sesar tersebut didapatkan sesar naik menganan.
Kehadiran lipatan (N 260 E/ 36 – N 74 E/ 20 ) dengan sumbu lipatan 15 , N
71 E (Foto 4.6) dan hasil rekonstruksi penampang yang memperlihatkan lapisan
batuan yang lebih tua tersingkap di atas lapisan batuan yang lebih muda
(Penampang Geologi, Lampiran D) juga merupakan bukti sesar ini.
59
Gambar 4.3 Sesar Naik
Peuteubongkok
N 144 E/ 65
53 , N 273 E
pitch 50
Lipatan (N 260
E/ 36 – N 74
E/ 20 ) dengan
sumbu lipatan
15 , N 71 E
60
4.1.4 Sesar Naik Cilakar
Sesar Naik Cilakar dijumpai di lapangan pada Sungai Cilakar yaitu pada lokasi
CL 11.2. Pada lokasi ini ditemukan zona hancuran pada Satuan Kalkarenit-
Batulempung yang menyebabkan perubahan kedudukan lapisan (Penampang
Geologi, Lampiran D). Selain itu ditemukan kehadiran sesar-sesar minor di
lapangan berupa sesar normal (Foto 4.7). Sesar-sesar normal ini diinterpretasikan
berada pada puncak antiklin (maximum curvature) pada Sesar Naik Cilakar.
Adapun sesar normal ini memilik kedudukan N 64 E/ 52 .
Foto 4.7
Lokasi
Sungai
Cilakar (CL
11.2)
Sesar
normal (N
64 E/ 52 )
Sesar Naik Meruyung dijumpai di lapangan pada Sungai Cipakel (CP 7.12) dan
Sungai Meruyung (MY 10.1). Berdasarkan SRTM (Gambar 4.4) pola kelurusan
punggungan Sesar Naik Meruyung memperlihatkan arah barat-timur sampai
baratlaut-tenggara.
Pada lokasi CP 7.12 ditemukan sesar minor berupa sesar naik menganan dengan
off set 50-60 cm (Foto 4.8) dan cermin sesar dengan kedudukan bidang N 84 E/
50 ; 52 , N 153 E dengan besar pitch 60 (Foto 4.9). Berdasarkan kedudukan
cermin sesar tersebut didapatkan sesar naik menganan. Selain itu kehadiran
61
lapisan tegak di lapangan dengan kemiringan mencapai 90 merupakan bukti lain
dari Sesar Naik Meruyung.
Foto menunjukkan
sesar minor berupa
sesar naik
N 84 E/ 50
52 , N 153 E
pitch 60
62
4.1.6 Sesar Mendatar Cibeurih
63
Foto 4.10 Cermin Sesar
Foto menunjukkan
cermin sesar dengan
kedudukan
N 94 E/ 49
43 , N 152 E
pitch 40
64
4.1.8 Sesar Mendatar Parasi
65
Foto 4.11 Cermin Sesar
Foto menunjukkan
cermin sesar dengan
kedudukan
N 12 E/ 45
29 , N 170 E
pitch 30
Sesar geser dan lipatan yang terdapat di daerah penelitian dianggap sebagai
komponen struktur penyerta dari sesar naik sebagai komponen struktur utama.
Indikasi adanya perbedaan geometri dan frekuensi dari sesar dan lipatan
menunjukkan perbedaan pengakomodasian gaya pemendekan dari blok yang
berbeda yang menghasilkan sesar sobekan (tear fault). Hal ini bersesuaian dengan
model sesar sobekan berdasarkan Twiss dan Moores, 1992 (Gambar 3.8).
Sesar naik di daerah penelitian sangat sesuai dengan adanya struktur lipatan yang
ada, yang disebut dengan fault related folds (Gambar 4.8) yang secara umum
dapat dibagi menjadi fault bend fold dan fault propagation fold. Sesar anjakan tipe
fault bend fold dicirikan dengan lipatan antiklin yang memiliki sudut hampir
sama, dengan sumbu lipatan vertikal. Sedangkan untuk sesar anjakan tipe fault
propagation fold dicirikan dengan antiklin yang memiliki bidang sumbu miring
(Jamison, 1986). Daerah penelitian dikategorikan sebagai tipe fault bend fold
dimana terbentuknya suatu lipatan diakibatkan oleh pergeseran atau seretan sesar
yang kemudian mengakomodasi area yang terdeformasi dengan membentuk
antiklin pada bagian hanging wall (Suppe dan Medwedeff, 1984; Suppe, 1985 op.
cit. McClay, 2003) (Gambar 4.9).
66
Munculnya urutan beberapa sesar anjak yang sejajar pada darah penelitian
merupakan hasil dari suatu sistem sesar anjak (thrust system) yang secara
kinematik dan geometri saling berhubungan dan menghasilkan susunan sesar yang
berkembang membentuk sekuen sesar (Marshak dan Mitra, 1988). Sistem sesar
anjak daerah penelitian diinterpretasikan sebagai sesar anjakan yang berupa
imbrikasi, yaitu suatu susunan cabang sesar yang saling tumpang tindih. Menurut
Elliott dan Boyer (1982) sistem imbrikasi sesar terbagi menjadi sesar anjakan
leading dan trailing (Gambar 4.10). Sesar anjakan leading adalah sesar yang
imbrikasinya lebih muda ke arah kemiringannya atau sesar yang memiliki
pergeseran (displacement) paling besar pada bagian depan. Hal ini disebabkan
karena pengakomodasian gaya oleh sesar utama yang kemudian didistribusikan
kepada sesar-sesar yang lebih kecil sehingga besar dan arah pergerakannya
konsisten (Dahlstrom, 1969). Hal ini dibuktikan oleh pergeseran maksimum
Sesar Naik Cicacaban yang berada paling utara daerah penelitian dan secara
vertikal berada paling bawah di antara sesar naik lainnya.
Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian berupa sesar-sesar anjak
(thrust fault) dan lipatan yang berarah relatif barat-timur serta sesar-sesar
mendatar berupa tear fault yang berarah relatif timurlaut-baratdaya, dengan
tegasan utama (σ1) berarah baratlaut-tenggara.
Umur pembentukan struktur geologi diperkirakan terjadi setelah pliosen awal, hal
ini ditandai dengan tersesarnya satuan yang paling muda yaitu satuan breksi
volkanik dan satuan andesit.
67
Gambar 4.9 Sesar anjakan tipe fault bend fold (Suppe dan
Medwedeff, 1984; Suppe, 1985 op. cit. McClay, 2003)
5 4 3 2 1
1 2 3 4 5
68
Berdasarkan analisis struktur geologi di atas, derah penelitian dapat
diinterpretasikan berada pada zona foreland (Gambar 4.11) yang sangat
berhubungan dengan jalur anjakan-lipatan (fold thrust belt). Zona foreland disebut
juga dengan zona eksternal yang dicirikan oleh deformasi plastis yang kurang
dominan, tidak dipengaruhi oleh kondisi metamorfisme dan strain yang bersifat
non-penetratif (Marshak dan Mitra, 1988). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
sesar anjak pada daerah penelitian berhubungan dengan tektonik “thin-skinned”
yang bekerja pada suatu lapisan stratigrafi dengan besaran hanya mencapai
puluhan kilometer, serta tidak melibatkan adanya pergerakan dari batuan dasar
(McClay, 2000).
Gambar 4.11 Zona foreland (area biru) pada tektonik back arc, lokasi
pembentukan jalur anjakan-lipatan (slide kuliah Tektonika-Geologi ITB, 2007)
69