GEOLOGI LAPANGAN
MODUL I
Disusun oleh:
LABORATORIUM
GEOLOGI LAPANGAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PEMETAAN GEOLOGI
2
A. Pendahuluan
B. Materi Pembelajaran
Dalam Kurikulum Program S-1 Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin yang berlaku (Kurikulum 2015) tercantum syarat bahwa untuk memperoleh
gelar sarjana, mahasiswa harus melakukan Kuliah Kerja Lapangan dalam bentuk kegiatan
Geologi Lapangan (Field Geology).
Tujuan dari Kuliah Geologi Lapangan tersebut adalah agar seluruh peserta dapat secara
mandiri melakukan kerja lapangan dan dapat memahami kondisi lapangan dengan baik
sehingga yang bersangkutan dapat melakukan pemetaan geologi yang baik, teliti,
berdasar atas data yang cukup dan obyektif. Hasil dari pemetaan geologi tersebut
diwujudkan dalam bentuk peta dan laporan geologi
Tahap pekerjaan kuliah geologi lapangan adalah berupa rangkaian kegiatan perkuliahan
yang dilaksanakan di Dusun Daccipong, Desa Anabanua, Kecamatan Barru, Kabupaten
Barru dengan pangkalan kerja di Kampus Geologi Lapangan Geologi UNHAS. Tahap ini
terdiri dari:
a. Orientasi (Reconnaissance) disertai dosen pembimbing
b. Profil Lintasan dan Koreksi Peta
c. Latihan pemetaan geologi berkelompok
d. Latihan pemetaan individu
e. Latihan pembuatan laporan hasil pemetaan individu
f. Penilaian presentase laporan hasil pemetaan individu
g. Tes peraga batuan
h. Penilaian hasil keseluruhan kegiatan kuliah geologi lapangan
Tujuan pembuatan Prosedur Operasi Standar mata kuliah Kuliah Geologi Lapangan yaitu
antara lain:
PEMETAAN GEOLOGI
3
Informasi Umum
Kuliah Geologi Lapangan adalah mata kuliah wajib yang bernilai 4 sks yang
pelaksanaannya dilakukan di kampus lapangan geologi Universitas Hasanuddin yang
terletak di Kabupaten Barru Sulawesi Selatan. Pelaksanaan kegiatan ini memakan waktu
selama 3 minggu yang dibagi menjadi beberapa acara lapangan. Kegiatan kuliah lapangan
ini dimaksudkan untuk mempelajari tata cara pembuatan profil lintasan, pengambilan data
geomorfologi, stratigrafi terukur dan struktur geologi dan kemudian melakukan pemetaan
geologi baik secara kelompok maupun individu. Setiap peserta diwajibkan untuk membuat
laporan akhir dan akan mempresentasekan hasil kegiatan pemetaan geologi mereka
masing masing didepan panel penguji. Pada kuliah geologi lapangan ini juga dilakukan
pengenalan topik khusus tentang kelompok konsentrasi yang ada di Jurusan Teknik
Geologi Universitas Hasanuddin, yaitu antara lain; 1) Energi dan Sumberdaya Mineral, 2)
Geologi Teknik dan Lingkungan, 3) Geologi Laut dan Tektonik.
Setiap peserta diwajibkan untuk memiliki asuransi kesehatan selama mengikuti proses
kuliah dilapangan. Hal ini untuk menghindari hal hal yang tidak diinginkan dikarenakan
kegiatan perkuliahan merupakan kegiatan luar ruangan yang penuh dengan resiko.
PEMETAAN GEOLOGI
4
Administrasi Fakultas Mahasiswa mendaftar mata kuliah (KRS) Mata kuliah Geologi Lapangan harus di programkan
pada KRS semester berjalan
Peserta harus melulusi 90 sks.
Pemeriksaan syarat syarat mata kuliah Mata kuliah yang harus dilulusi: petrologi, stratigrafi,
struktur geologi, metode geologi lapangan
Administrasi
Jurusan - Panitia dari peserta sudah harus terbentuk pada
- Pengumuman peserta Geologi Lapangan
minggu ke-2 pertemuan.
yang memenuhi syarat secara administrasi - Panitia bertanggung jawab untuk pembuatan proposal
- Pembentukan panitia dari peserta dan persiapan teknis lapangan lainnya seperti peta dan
peralatan lainnya.
Kuliah ceramah dalam bentuk blok: meliputi kuliah dari - Kuliah dilakukan sesuai dengan jadwal perkuliahan
dosen petrologi, geomorfologi, stratigrafi, struktur yang telah ditentukan oleh dosen koordinator geologi
geologi lapangan
- Pengiriman proposal sponshor harus dilakukan 4 bulan
sebelum pelaksanaan kegiatan
- Tes kemampuan teori dan skill lapangan
Tes kemampuan teori dan skill lapangan dilakukan 1 bulan
Dosen - Pengumuman hasil test dan remedial bagi sebelum keberangkatan
penanggungjawab yang tidak lulus
- Pemeriksaaan alat lapangan personal maupun tim
dilakukan 1 minggu sebelum keberangkatan
- Semua masalah administrasi (perizinan, rekomendasi
- Pemeriksaan alat lapangan dll) harus sudah selesai 1 minggu sebelum
- Safety induction keberangkatan. Surat izin ditujukan kepada Bupati
- Penyelesaian masalah administrasi dan Barru, Camat Barru, Polsek Barru dan Kepala Desa
Anabanua.
finansial - Safety induction keberangkatan dan pengumpulan
- Pengumpulan hasil general medical check surat pernyataan dilakukan 3 hari sebelum
- Surat kesehatan dari dokter harus dikumpulkan ke
Panitia dan Tim dosen penanggung jawab 3 hari sebelum
Dosen keberangkatan
Pemberangkatan - Masalah transportasi sudah harus fix 3 hari sebelum
keberangkatan
PEMETAAN GEOLOGI
5
Daftar Peralatan
PEMETAAN GEOLOGI
6
Peralatan tambahan
1. Obat obatan pribadi
- Obat luka luar (obat merah, betadine dll)
- Obat diare
- Obat Malaria
- Obat sakit kepala (parasetamol)
- Obat tetes mata
- Obat gosok
- Perban gulung
- Kain kasa pembalut steril
- Obat khusus sesuai dengan riwayat penyakit
Pakaian Lapangan
1. Safety boot (sepatu Lapangan)
2. Sepatu boot
3. Sepatu kuliah
4. Baju lapangan
5. Celana Panjang
1. Setiap peserta harus terdaftar pada Kartu Rencana Studi Semester berjalan.
2. Setiap peserta harus mengikuti kegiatan perkuliahan pra-geologi lapangan yang
dilaksanakan oleh tim dosen
PEMETAAN GEOLOGI
7
3. Setiap peserta harus menyelesaikan seluruh persyaratan administrasi dan teknis sebelum
berangkat ke lapangan.
4. Peserta diwajibkan untuk mempersiapkan peralatan pelindung diri (PPD) yang telah
ditetapkan sebelum pelaksanaan geologi lapangan.
3. Setiap peserta tidak diperbolehkan melakukan hal-hal yang dapat mengganggu ataupun
meresahkan masyarakat di sekitar lokasi kuliah lapangan.
4. Setiap peserta tidak diperbolehkan melakukan hal-hal yang dapat merugikan peserta
lainnya. Bilamana hal ini dilakukan secara sengaja, maka peserta bersangkutan
dinyatakan gugur pada kuliah lapangan ini.
5. Setiap peserta bertanggungjawab penuh terhadap seluruh peralatan lapangan yang
digunakan, baik secara tim maupun perorangan. Apabila karena sesuatu hal peralatan
lapangan tersebut rusak atau hilang, maka peserta secara tim mengganti biaya kerusakan
dan atau kehilangan peralatan tersebut kepada Jurusan Teknik Geologi Unhas.
6. Peserta diwajibkan untuk berkumpul setiap pagi jam 07.00 untuk mengikuti apel pagi di
base camp (kampus lapangan) sebelum berangkat kelapangan untuk mengambil data
atau pada saat ingin memulai pembuatan laporan.
7. Setiap peserta harus berpakaian lengkap dan resmi setiap akan berangkat ke lapangan
dan terlebih dahulu harus mempersiapkan dan memeriksa semua peralatan lapangan
yang akan dibawa ke lapangan agar peralatan tersebut lengkap dan tidak ada yang
ketinggalan. Pemeriksaan peralatan akan dilakukan oleh asisten pada saat apel pagi
sebelum berangkat dari kampus lapangan.
8. Setiap peserta harus melaporkan kondisi kesehatan setiap saat kepada asisten ataupun
dosen penanggung jawab acara. Dosen dan asisten penanggung jawab acara akan
menanyakan kondisi kesehatan setiap peserta setiap pagi sebelum proses pengambilan
data dilapangan dilakukan.
9. Apabila ada peserta yang karena sakit yang sangat parah sehingga tidak dapat mengikuti
kuliah lapangan yang sedang berlangsung, maka peserta harus segera melaporkan
kepada asisten dan dosen penanggung jawab acara agar segera ditindaklanjuti. Peserta
PEMETAAN GEOLOGI
8
yang sakit akan diminta untuk beristirahat di base camp atau apabila sakitnya keras akan
segera dirujuk ke rumah sakit atau puskesmas terdekat.
10. Peserta yang tidak dapat mengikuti proses pengambilan data dilapangan diwajibkan untuk
mengganti acara tersebut pada kesempatan lain setelah kuliah lapangan berakhir atau
sesuai dengan kebijakan dosen penanggungjawab kegiatan Geologi Lapangan.
11. Apabila pada saat pengambilan data dilapangan peserta mengalami kecelakaan atau
penyakit yang diderita kambuh agar segera melapor ke base camp atau menghubungi
asisten untuk segera dievakuasi ke base camp atau rumah sakit dan puskesmas terdekat.
12. Peserta dilarang tidur di lapangan pada saat pengambilan data lapangan sedang
berlangsung. Apabila peserta didapati tidur dilapangan maka peserta akan dipulangkan
dan tidak diperkenankan untuk melanjutkan proses kuliah lapangan.
13. Setiap peserta dilarang keras berada diluar lokasi pengambilan data selama waktu
pengambilan data kecuali dengan alasan yang tertentu.
14. Dalam setiap acara diusahakan agar semua peserta kuliah lapangan sudah tiba di
basecamp kampus lapangan paling lambat jam 17.00 wita atau jam 5.00 sore hari.
15. Semua peserta yang muslim diwajibkan untuk shalat maghrib berjamaah.
16. Semua peserta harus berkumpul diruang makan untuk bersama-sama makan malam
pada pukul 18.30 malam.
17. Kuliah setiap malam dimulai pada pukul 19.30 wita – 24.00, setelah pelaksanaan sholat
Isya bagi peserta muslim/ Peserta muslim diwajibkan membawa sajadah.
18. Pada saat kuliah malam sedang berlangsung, semua peserta diwajibkan memakai
pakaian yang sopan yaitu kemeja yang berkrah atau baju kaos berkrah, celana panjang,
dan sepatu, serta membawa peralatan perkuliahan serta buku lapangan.
19. Setiap peserta tidak diperbolehkan terlambat memasuki ruang perkuliahan pada saat
kuliah malam dimulai yaitu pada pukul 20.00 wita.
20. Setiap petugas kurvey baik pagi, siang, malam, dan break harus melaksanakan tugasnya
dengan baik bila jadwal kurvey sudah tiba.
21. Setiap peserta tidak diperkenankan memasuki ruang asisten tanpa izin terlebih dahulu.
22. Setiap peserta hanya diperbolehkan menerima tamu paling lama 30 menit pada saat
kuliah berlangsung, setelah itu peserta harus bekerja kembali. Waktu penerimaan tamu
disarankan pada sore hari menjelang magrib atau sehabis sholat magrib sebelum
dimulainya kuliah malam.
23. Setiap peserta tidak boleh terlambat untuk menghadiri acara makan pagi, siang, dan
malam setiap hari.
PEMETAAN GEOLOGI
9
24. Setiap peserta harus mematuhi semua petunjuk yang diberikan oleh koordinator acara
dan dosen pembimbing acara di setiap acara.
25. Setiap peserta diwajibkan memelihara kebersihan ruang kelas dan kampus lapangan dan
harus membersihkan ruang perkuliahan setiap selesai kuliah malam dan pembuatan
laporan berakhir.
26. Batas waktu pembuatan laporan di malam hari diusahakan paling lambat pukul 24.00 dini
hari agar setiap peserta dapat beristirahat dengan cukup dan baik untuk melaksanakan
tugas pada keesokan harinya, kecuali pada saat malam pembuatan laporan akhir dan
pengumpulan laporan (malam terakhir setiap acara) yang disesuaikan dengan kondisi.
Adapun dalam kondisi tertentu, kebijakan waktu istirahat ditentukan oleh dosen
penanggungjawab acara.
27. Setiap peserta diwajibkan membawa buku lapangan dan buku penuntun kuliah lapangan
serta buku-buku teks geologi, terutama jurnal atau hasil penelitian yang memuat tentang
kondisi geologi daerah Barru dan sekitarnya sebagai referensi. Masing masing peserta
bertanggung jawab untuk memelihara buku-buku tersebut. Jika ada kehilangan buku agar
segera dilaporkan kepada asisten penanggung jawab acara.
28. Peserta mata kuliah dilarang membawa perhiasan seperti perhiasan emas, cincin, kalung,
permata dan lainnya yang berharga tinggi. Panitia kuliah geologi lapangan tidak
bertanggungjawab atas kehilangan barang barang pribadi tersebut diatas.
29. Peserta diperkenankan untuk membawa HP tetapi hanya digunakan pada saat diluar
waktu kuliah malam.
30. Jika ada peserta yang merasa kehilangan barang berharga, maka hal tersebut agar
segera dilaporkan ke asisten penanggung jawab acara dan dosen yang ada untuk segera
dikoordinasikan dengan pihak keamanan setempat.
31. Ketentuan lain yang belum tercantum dalam peraturan ini akan diatur kemudian.
32. Setiap peserta harus bekerja dengan tekun dan teliti serta meningkatkan pemahaman
yang lebih baik dalam setiap proses pembelajaran acara kulap.
33. Setiap peserta harus senantiasa berdo’a kehadirat Allah SWT Tuhan yang maha
pelindung sebelum belajar dan atau berangkat ke lapangan.
PEMETAAN GEOLOGI
10
PEMETAAN GEOLOGI
11
CATATAN:
PEMETAAN GEOLOGI
1
GEOLOGI LAPANGAN
MODUL II
Disusun oleh:
LABORATORIUM
GEOLOGI LAPANGAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PEMETAAN GEOLOGI
2
A. Pendahuluan
Salah satu hal yang sangat penting diketahui dalam kegiatan Geologi Lapangan adalah
peta. Pengetahuan akan jenis-jenis dan fungsi peta akan sangat membantu dalam
kegiatan Geologi Lapangan. Dalam modul ini akan dibahas macam-macam jenis peta dan
peta geologi serta fungsinya. Selain itu, untuk memudahkan mahasiswa dalam melakukan
kegiatan pemetaan geologi, modul ini juga akan memberikan informasi tentang kondisi
geologi umum daerah Daccipong dan sekitarnya.
B. Materi Pembelajaran
Pengertian Peta
Peta adalah suatu gambaran bentang alam yang diperkecil pada suatu lembar kertas
dengan skala tertentu sehingga dapat dengan mudah dikenal, dilihat dan dibaca serta
mudah untuk dibawa.
Peta dapat dipetakan menjadi:
- Peta situasi
- Peta tematik
- Peta topografi
Peta situasi adalah peta yang menggambarkan situasi alam daerah yang bersangkutan
yaitu berupa keberadaan sungai, letak puncak bukit, gunung, danau, laut yang dapat
ditemui dan dilihat langsung dilapangan. Selain itu peta situasi juga memuat keadaan yang
merupakan hasil rekayasan dari manusia berupa jalan, selokan, desa, batas wilayah dan
sejenisnya.
Peta tematik adalah peta yang memberikan gambaran tentang suatu terma tertentu,
antara lain:
- Peta tematik aliran sungai (peta pola aliran sungai), menunjukkan peta pola aliran
sungai pada daerah tertentu
- Peta tematik bentang alam (peta geomorfologi), menunjukkan jenis-jenis bentang alam
yang dijumpai pada suatu daerah
- Peta tematik penyebaran bahan galian, menunjukkan jenis, keterdapatan dan
penyebaran suatu bahan galian yang ada pada suatu daerah
- Peta tematik geologi (yang kemudian disebut dengan peta geologi) yaitu peta yang
memberikan gambaran tentang jenis litologi, penyebaran dan batas-batasnya serta
macam jenis struktur geologi yang berkembang di dalamnya.. Dalam hal tertentu, peta
geologi dapat dilengkapi dengan informasi keterdapatan bahan galian ekonomis yang
terdapat pada daerah tersebut.
PEMETAAN GEOLOGI
3
Peta topografi atau sering disebut dengan peta rupa bumi, yaitu peta yang memuat
garis-garis kontur yang memperlihatkan unsur-unsur alam (asli) dan unsur-unsur buatan
manusia di atas permukaan bumi. Unsur-unsur tersebut diusahakan untuk diperlihatkan
pada posisi yang sebenarnya. Garis kontur tidak dijumpai dilapangan tetapi hanya dapat
dilihat di kertas dimana peta topografi tersebut digambarkan yang merupakan manifestasi
dari tempat kedudukan titik-titik yang berdekatan dan mempunyai ketinggian yang sama
dilapangan. Peta topografi di laut disebut dengan peta bathymetri.
Peta Topografi disebut juga sebagai peta umum (bersifat umum). Karena dalam peta
topografi menyajikan semua unsur yang ada pada permukaan bumi, tentu saja
dengan memperhitungkan skala yang sangat terbatas. Jadi peta topografi
dapat digunakan untuk bermacam-macam tujuan. Selain itu peta topografi
dapat digunakan juga sebagai dasar (base map) dalam pembuatan peta tematik,seperti :
peta kehutanan, peta turis, peta tata guna tanah dan sebagainya.
Peta topografi menyediakan data yang diperlukan tentang sudut kemiringan, elevasi,
daerah aliran sungai, vegetasi secara umum dan pola urbanisasi. Peta topografi juga
menggambarkan sebanyak mungkin ciri-ciri permukaan suatu kawasan tertentu dalam
batas-batas skala. Peta topografi dapat jugai diartikan sebagai peta yang menggambarkan
kenampakan alam (asli) dan kenampakan buatan manusia, diperlihatkan pada posisi yang
benar. Selain itu peta topografi dapat diartikan peta yang menyajikan informasi spasial dari
unsur-unsur pada muka bumi dan dibawah bumi meliputi, batas administrasi, vegetasi dan
unsur-unsur buatan manusia. Peta topografi mempunyai garisan lintang dan garisan bujur
dan titik pertemuannya menghasilkan koordinat. Koordinat ialah titik persilangan antara
garisan lintang dan bujur.
PEMETAAN GEOLOGI
4
Peta Geologi
Peta geologi merupakan salah satu jenis peta tematik yang pada dasarnya merupakan
suatu sarana untuk menggambarkan tubuh batuan, penyebaran batuan, kedudukan unsur
struktur geologi dan hubungan antar satuan batuan serta merangkum berbagai data
lainnya. Peta geologi juga merupakan gambaran teknis dari permukaan bumi dan
sebagian bawah permukaan yang mempunyai arah, unsur-unsurnya yang merupakan
gambaran geologi, dinyatakan sebagai garis yang mempunyai kedudukan yang pasti.
Pada dasarnya peta geologi merupakan peta rangkaian dari hasil berbagai kajian
lapangan yang disebut dengan pemetaan geologi. Hal ini pula yang menyebabkan
mengapa pemetaan geologi diartikan sama dengan geologi lapangan.
Pengertian Pemetaan Geologi adalah suatu pekerjaan atau kegiatan pengumpulan data
geologi, baik darat maupun laut, dengan berbagai metode yang hasil akhirnya dituangkan
dalam bentuk peta geologi dan peta-peta tematik lainnya dan laporan geologi. Adapun
jenis-jenis peta Geologi dan peta lainnya yang berkaitan dengan geologi adalah sebagi
berikut:
1. Peta geologi permukaan (surface geological map), adalah peta yang memberikan
berbagai formasi geologi yang langsung terletak di bawah permukaan. Skala peta ini
bervariasi antara 1 : 50.000 dan lebih besar, berguna untuk kegiatan eksplorasi mineral
eknomois, menentukan lokasi bahan bangunan, drainase, pencarian air, pembuatan
lapangan terbang, maupun pembuatan jalan.
PEMETAAN GEOLOGI
5
2. Peta Geomorfologi, adalah peta yang menngambarkan kondisi morfologi atau bentang
alam suatu daerah. Peta geomorfologi pada hakekatnya memberi informasi secara
visual mengenai bentuk, geometri, serta proses-proses yang telah maupun sedang
terjadi, baik proses endogenik maupun eksogenik.
3. Peta struktur, adalah peta dengan garis-garis kedalaman yang dikonstruksikan pada
permukaan sebuah lapisan tertentu yang berada di bawah permukaan. Peta ini
memiliki skala sedang hingga besar.
4. Peta singkapan (outcrop map), adalah peta yang umumnya berskala besar,
mencantumkan lokasi ditemukannya batuan padat, yang dapat memberikan sejumlah
keterangan dari pemboran beserta sifat batuan dan kondisi strukturalnya. Peta ini
digunakan untuk menentukan lokasi, misalnya material yang berupa pecahan batu,
dapat ditemukan langsung di bawah permukaan.
5. Peta sebaran bahan galian adalah peta yang menyajikan informasi tentang
keterdapatan dan sebaran bahan galian ekonomis dan/atau potensi sumber daya
mineral dan/atau energi untuk tujuan tertentu
6. Peta ikhtisar geologis, adalah peta yang memberikan informasi langsung berupa
formasi-formasi yang telah tersingkap, mapun ekstrapolasi terhadap beberapa lokasi
yang formasinya masih tertutup oleh lapisan Holosen. Peta ini kadang agak skematis,
umumnya berskala sedang atau kecil, dengan skala 1 : 100.000 atau lebih kecil.
7. Peta isopach, yaitu peta yang menggambarkan garis-garis yang menghubungkan
titik-titik suatu formasi atau lapisan dengan ketebalan yang sama. Dalam peta ini tidak
ditemukan konfigurasi struktural. Peta ini berskala sedang hingga besar.
8. Peta fotogeologi, adalah peta yang dibuat berdasarkan interpretasi foto udara. Peta
fotogeologi harus selalu disesuaikan dengan keadaan yang sesungguhnya di
lapangan.
9. Peta hidrogeologi, adalah peta yang menunjukkan kondisi airtanah pada daerah yang
dipetakan. Pada peta ini umumnya ditunjukkan formasi yang permeabel dan
impermeabel.
PEMETAAN GEOLOGI
6
mineral serta energi yang disajikan dalam bentuk gambar dengan warna, simbol dan corak
atau gabungan ketiganya.
Peta geologi sebagai peta yang menggambarkan sebaran berbagai jenis batuan dan
struktur geologi dalam suatu peta dan merupakan sumber informasi geologi dari suatu
wilayah akan bermanfaat bagi para perencana maupun pelaksana dalam bidang:
1. Keteknikan (Pembangunan Pondasi Bendungan, Jalan Raya, Daya Dukung Lahan,
Daerah Rawan Longsor, Daerah Rawan Banjir, dll)
2. Perencanaan Wilayah dan Kota (Perencanaan Tata Ruang)
3. Pertambangan (Potensi Bahan Galian Ekonomis)
4. Perminyakan (Potensi Sumberdaya Gas dan Minyakbumi)
5. Industri (Potensi Sumberdaya Air dan Mineral).
Dalam melakukan pekerjaan lapangan, pengetahuan awal tentang kondisi geologi umum
suatu daerah akan sangat membantu dalam menentukan efektifitas pekerjaan lapangan
geologi. Dengan mengetahui geologi umum, seseorang dapat menentukan lintasan
pengamatan dan pengambilan sampel yang lebih efektif, dimana pada umumnya lintasan
dibuat tegak lurus dengan arah kemiringan atau dip batuan.
Selain itu, informasi geologi umum suatu daerah akan sangat membantu dalam melakukan
interpretasi geomorfologi, stratigrafi dan struktur geologi.
Berikut merupakan gambaran kondisi geologi umum daerah Barru dan sekitarnya.
Geomorfologi
Lokasi kuliah lapangan (Daccipong dan sekitranya) termasuk dalam lembar Pangkajene
dan Watampone bagian Barat, Sulawesi, dimana pada lembar tersebut terdapat dua baris
pegunungan yang memanjang hampir sejajar pada arah utara –baratlaut dan terpisahkan
oleh lembar Sungai Walanae. Daerah kuliah lapangan menempati baris pegunungan
bagian barat.
Pegunungan barat melebar di bagian selatan dan menyempit di bagian utara. Puncak
tertinggi 1694 meter dengan ketinggian rata-ratanya 1500 meter. Pembentuknya sebagian
besar batuan gunungapi. Di lereng barat dan di beberapa tempat di lereng timur terdapat
topografi kras, pencerminan adanya batugamping. Diantara topografi kras di lereng barat
terdapat daerah perbukitan yang dibentuk oleh batuan Pra Tersier. Pegunungan ini di
PEMETAAN GEOLOGI
7
bagian barat daya dibatasi oleh daratan Pangkajene Maros yang luas sebagai lanjutan dari
dataran di sekitarnya.
Stratigrafi
Qac : Endapan Aluvium, Danau dan Pantai; lempung, lanau, lumpur, pasir dan kerikil di
sepanjang sungai sungai besar dan pantai. Endapan pantai setempat mengandung sisa
kerang dan batugamping koral.
Qpt : Endapan Undak; kerikil, pasir dan lempung membentuk dataran rendah
bergelombang di sebelah utara Pangkajene. Satuan ini dapat dibedakan secara morfologi
dari endapan aluvium yang lebih muda.
Tmc : Formasi Camba; batuan sedimen laut berselingan dengan batuan gunungapi;
batupasir tufa berselingan dengan tufa, batupasir, batulanau, dan batulempung;
konglomerat dan breksi gunungapi, dan setempat dengan batubara; berwarna putih,
coklat, kuning, kelabu muda sampai kehitaman; umumnya mengeras kuat dan sebagian
kurang padat; berlapis dengan tebal antara 4 – 100 cm. Tufanya berbutir halus hingga
lapili; tufa lempungan berwarna merah mengandung banyak mineral biotit; konglomerat
dan breksinya terutama berkomponen andesit dan basal dengan ukuran antara 2 cm – 40
cm; batugamping pasiran dan batupasir gampingan mengandung pecahan koral dan
mollusca ; batulempung gampingan kelabu tua dan napal mengandung foram kecil dan
mollusca. Fosil-fosil yang ditemukan pada satuan ini menunjukkan kisaran umur Miosen
Tengah-Miosen Akhir (N.9–N.15) pada lingkungan neritik. Ketebalan satuan sekitar 5.000
meter, menindih tidak selaras batugamping Formasi Tonasa (Temt) dan Formasi Mallawa
(Tem), mendatar berangsur berubah jadi bagian bawah dari Formasi Walanae (Tmpw);
diterobos oleh retas, sill dan stock bersusunan basal piroksin, andesit dan diorit.
Tmcv : Anggota Batuan gunungapi; batuan gunungapi bersisipan batuan sedimen laut;
breksi gunungapi, lava, konglomerat gunungapi, dan tufa berbutir halus hingga lapilli;
bersisipan batupasir tufaan, batupasir gampingan, batulempung mengandung sisa
tumbuhan, batugamping dan napal. Batuannya bersusunan andesit dan basal, umumnya
sedikit terpropilitkan, sebagian terkersikkan, amigdaloidal dan berlubang-lubang, diterobos
oleh retas, sill dan stock bersusunan basal dan diorit; berwarna kelabu muda, kelabu tua
dan coklat. Penarikan Kalium/Argon pada batuan basal oleh Indonesian Gulf Oil berumur
17,7 juta tahun, dasit dan andesit berumur 8,93 juta tahun dan 9,92 juta tahun
(J.D.Obradovich, 1972), dan basal dari Barru menghasilkan 6,2 juta tahun (T.M. van
Leeuwen, 1978).
Beberapa lapisan batupasir dan batugamping pasiran mengandung moluska dan koral.
Sisipan tufa gampingan, batupasir tufa dan batupasir gampingan, batupasir lempungan,
napal dan batugamping mengandung fosil foraminifera. Berdasarkan atas fosil tersebut
PEMETAAN GEOLOGI
8
dan penarikan radiometri menunjukkan umur satuan ini adalah Miosen Tengah – Miosen
Akhir.
Batuannya sebagian besar diendapkan dalam lingkungan neritik sebagai fasies gunungapi
Formasi Camba, menindih tidak selaras batugamping Formasi Camba dan batuan
Formasi Mallawa; sebagian terbentuk dalam lingkungan darat, setempat breksi gunugapi
mengandung sebagian batugamping, tebal diperkirakan tidak kurang dari 4.000 meter.
Temt: Formasi Tonasa; batugamping koral pejal, sebagian terhablurkan, berwarna putih
dan kelabu muda; batugamping bioklastika dan kalkarenit, berwarna putih, coklat muda
dan kelabu muda, sebagian berlapis, berselingan dengan napal Globigerina tufaan; bagian
bawahnya mengandung batugamping berbitumen, setempat bersisipan breksi
batugamping dan batugamping pasiran; di daerah Ralla ditemukan batugamping yang
mengandung banyak serpihan sekis dan batuan ultramafik; batugamping berlapis
sebagian mengandung banyak foraminifera kecil dan beberapa lapisan napal pasiran
mengandung banyak kerang (pelecypoda) dan siput (gastropoda) besar. Batugamping
pejal pada umumnya terkekarkan kuat; di daerah Tanete Riaja terdapat tiga jalur napal
yang berselingan dengan jalur batugamping berlapis.
Berdasarkan atas kandungan fosilnya, menunjukkan kisaran umur Eosen Awal (Ta.2)
sampai Miosen Tengah (Tf) dan lingkungan neritik dangkal hingga dalam dan laguna.
Tebal Formasi diperkirakan tidak kurang dari 3000 meter, menindih tidak selaras batuan
Formasi Mallawa, dan tertindih tak selaras oleh Formasi Camba, diterobos oleh sill, retas
dan stock batuan beku yang bersusunan basal, trakit dan diorit.
Tem : Formasi Mallawa; batupasir, konglomerat, batulanau, batu-lempung, napal dengan
sisipan lapisan atau lensa batubara dan batulempung; batupasirnya sebagian besar
batupasir kuarsa adapula yang arkose, graywacke dan tufaan, umumnya berwarna kelabu
muda dan coklat muda; pada umumnya bersifat rapuh, kurang padat; konglomeratnya
sebagian kompak; batulempung, batugamping dan napal umumnya mengandung
mollusca yang belum diperiksa, dan berwarna kelabu muda sampai kelabu tua; batubara
berupa lensa setebal beberapa centimeter dan berupa lapisan sampai 1,5 meter.
Berdasarkan atas kandungan fosil menunjukkan kisaran umur Paleogen dengan
lingkungan paralis sampai laut dangkal. Tebal Formasi ini tidak kurang dari 400 meter;
tertindih selaras oleh batugamping Temt, dan menindih tak selaras batuan sedimen kl dan
batuan gunungapi Tpv.
Kb: Formasi Balangbaru; sedimen tipe flysch ; batupasir berselingan dengan batulanau,
batulempung, dan serpih; bersisipan konglomerat, tufa dan lava; batupasirnya bersusunan
grewake dan arkosa, sebagian tufaan dan gampingan, pada umumnya menunjukkan
struktur turbidit; di beberapa tempat ditemukan konglomerat dengan susunan basal,
andesit, diorit, serpih, tufa terkesikkan, sekis, kuarsa dan bersemen batupasir; pada
PEMETAAN GEOLOGI
9
umumnya padat dan sebagian serpih terkesikkan. Formasi ini ketebalannya sekitar 2000
meter, tertindih tidak selaras batuan formasi Mallawa dan batuan gunungapi terpropilitkan,
dan menindih tidak selaras kompleks tektonik Bantimala.
Ub: Batuan Ultrabasa; peridotit, sebagian besar terserpentinitkan, berwarna hijau tua
sampai kehitaman, kebanyakan terbreksikan dan tergerus melalui sesar naik ke arah barat
daya; pada bagian yang pejal terlihat struktur berlapis, dan di beberapa tempat
mengandung lensa kromit; satuan ini tebalnya tidak kurang dari 2500 meter, dan
mempunyai sentuhan sesar dengan satuan batuan di sekitarnya.
D : Diorit – Granodiorit; terobosan diorit dan granodiorit, terutama berupa stok dan
sebagian berupa retas, kebanyakan bertekstur porfiri, berwarna kelabu muda sampai
kelabu. Diorit yang tersingkap di sebelah Timur Barru menerobos batupasir Formasi
Balangbaru dan batuan ultramafik. Penarikan kalium/Argon pada biotit menghasilkan 9,03
juta tahun (J.D.Obradovich, 1974).
T : Trakit; terobosan trakit berupa stok, sil dan retas; bertekstur porfiri kasar dengan
fenokris sanidin 3 cm panjangnya; berwarna putih keabuan sampai kelabu muda. Di
Tanete Riaja trakit menerobos batugamping Formasi Tonasa dan di utara Soppeng,
batuan ini menerobos batuan gunung api Soppeng ( Tmsv). Penarikan kalium/argon trakit
menghasilkan; pada feldspar 8,3 juta tahun dan pada biotit 10,9 juta tahun (Indonesia Gulf
Oil, 1972).
S : batuan malihan; sebagian besar sekis dan sedikit genes; secara megaskopis terlihat
mineral diantaranya glaukopan, garnet, epidot, mika dan klorit. Batuan malihan ini
umumnya berpedaunan miring ke arah timur laut, sebagian besar terbreksikan dan
tersesar naikkan ke arah barat daya. Satuan ini tebalnya tidak kurang dari 2000 meter dan
bersentuhan sesar dengan satuan batuan disekitarnya. Penarikan kalium/argon pada
sekis diperoleh umur 111 juta tahun ( J.D. Obradovich, 1974).
Tmsv : batuan gunungapi Soppeng; breksi gunungapi dan lava, dengan sisipan tufa
berbutir pasir sampai lapili dan batulempung; di bagian utara lebih banyak tufa dan breksi,
sedangkan di bagian selatan lebih banyak lavanya; sebagian bersusunan basal piroksin
dan sebagian basal leusit, kandungan leusitnya semakin banyak ke arah selatan; sebagian
lavanya berstruktur bantal dan sebagian terbreksikan; breksinya berkomponen antara
5 – 50 cm, warnanya kebanyakan kelabu tua sampai kelabu kehijauan.
Batuan gunungapi ini umumnya terubah kuat, amigdaloidal dengan mineral sekunder
berupa urat karbonat dan silikat, diterobos oleh retas ( 0,5 – 1,0 m ) menindih tak selaras
batugamping Formasi Tonasa dan ditindih selaras batuan Formasi Camba; diperkirakan
berumur Miosen Bawah.
Struktur Geologi
PEMETAAN GEOLOGI
10
Batuan tua yang masih dapat diketahui kedudukan stratigrafi dan tektoniknya adalah
sedimen flysch Formasi Balangbaru. Formasi ini menindih secara tidak selaras batuan
yang lebih tua, dan di bagian atasnya ditindih tidak selaras oleh batuan yang lebih muda.
Formasi Balangbaru merupakan endapan lereng di dalam sistem busur-palung pada
zaman Kapur Akhir.
Kegiatan gunungapi bawah laut dimulai pada kala Paleosen. Pada kala Eosen Awal,
daerah barat merupakan tepi daratan yang dicirikan oleh endapan darat serta batubara di
dalam Formasi Mallawa. Pengendapan Formasi Mallawa kemungkinan hanya
berlangsung selama awal Eosen.
Pengendapan batuan karbonat yang sangat tebal dan luas di barat berlangsung sejak
Eosen Akhir hingga Miosen Awal. Gejala ini menandakan bahwa selama waktu itu terjadi
paparan laut dangkal yang luas, yang berangsur-angsur menurun sejalan dengan adanya
pengendapan. Proses tektonik di bagian barat ini berlangsung sampai Miosen Awal.
Akhir kegiatan gunungapi Miosen Awal itu diikuti oleh tektonik yang menyebabkan
terjadinya permulaan terban Walanae yang kemudian menjadi cekungan tempat
pembentuk Formasi Walanae. Menurunnya terban Walanae dibatasi oleh dua sistem
sesar normal, yaitu sesar Walanae dan sesar Soppeng.
Sesar utama yang berarah utara-baratlaut terjadi sejak Miosen Tengah, dan tumbuh
sampai setelah Pliosen. Perlipatan besar yang berarah hampir sejajar dengan sesar utama
diperkirakan terbentuk sehubungan dengan adanya tekanan mendatar berarah kira-kira
timur-barat pada waktu sebelum akhir Pliosen. Tekanan ini mengakibatkan pula adanya
sesar sungkup lokal yang menyesarkan batuan Pra-Kapur Akhir. Perlipatan dan
pensesaran yang relatif lebih kecil di bagian barat di pegunungan barat yang berarah barat
laut-tenggara dan merencong, kemungkinan besar terjadi oleh gerakan mendatar ke
kanan sepanjang sesar besar.
PEMETAAN GEOLOGI
11
PEMETAAN GEOLOGI
Gambar 1.3 Geologi Regional daerah Barru dan sekitarnya
(Sukamto, 1982)
PEMETAAN GEOLOGI
12
13
PEMETAAN GEOLOGI
14
Gambar 1.5 Geologi Lokal Daerah Daccipong dan sekitarnya (Maulana, dkk
2015)
C. Latihan
PEMETAAN GEOLOGI
MATA KULIAH
GEOLOGI LAPANGAN
MODUL III
PERLENGKAPAN LAPANGAN
PEMETAAN GEOLOGI
i
2
A. Pendahuluan
Salah satu hal yang sangat penting dalam pelaksanaan kegiatan pemetaan geologi
adalah peralatan atau perlengkapan lapangan. Dalam modul ini akan diuraikan
mengenai jenis-jenis perlengkapan dan kegunaannya yang digunakan dalam
pelaksanaan geologi lapangan. Selain itu juga dijelaskan mengenai tata cara
penggunaan dari perlengkapan tersebut.
B. Materi Pembelajaran
Gambar 2.1 Kompas geologi tipe brunton serta Palu geologi dengan
bentuk “chisel point”(a), “pick point”(b), “chisel point”, dan “Crack” (c)
Kompas yang diperlukan di dalam kegiatan geologi lapangan adalah kompas yang
dapat dipakai untuk mengukur besaran arah (azimuth) dan besaran sudut
kecondongan. Selain itu, komponen untuk menentukan posisi horizontal
(horizontal leveling) secara tepat juga mutlak diperlukan.
PEMETAAN GEOLOGI
3
Lensa pembesar (loupe) yang umum dipakai adalah perbesar 10 sampai 20 kali.
Tidak dianjurkan pemakaian lensa untuk keperluan teknis, seperti lensa untuk
rajut benang dan sejenisnya.
Buku catatan lapangan pada dasarnya adalah buku tulis yang cukup baik,
berukuran sedang, yang praktis dipakai di lapangan, dan sebaiknya dengan kulit
buku yang tebal dan kedap air. Alat-alat tulis meliputi; pensil (HB atau 2H), pena
atau ballpen, pensil berwarna, penghapus, mistar segitiga, busur derajat,
peruncing pensil, dan “marker pen”, yang sangat berguna untuk menandai contoh
batuan.
PEMETAAN GEOLOGI
4
Gambar 2.2 Lensa pembesar (loupe 10X) dan Buku catatan lapangan
Peta dasar topografi dan foto udara, atau citra indera jauh yang lain.
Pada umumnya peta dasar topografi yang dipakai adalag peta berskala 1:25.000
atau 1: 50.000, tergantung pada wilayah yang telah dipetakan. Foto udara atau
citra pengindraan jauh yang lain (pada skala yang kurang lebih sama), sangat
membantu dalam kegiatan geologi lapangan. Disamping dapat menentukan
lokasi lebih tepat, juga sangat membantu dalam penyebaran jenis batuan. Perlu
diingat bahwa gambaran pada foto udara tidak tepat benar seperti pada peta
topografi (belum dikoreksi), dan untuk melihat secara sempurna beberapa
pasangan foto udara diperlukan stereoscope.
Clipboard atau Map.
Untuk memudahkan dalam pencatatan atau memberi tanda di peta atau pada
foto udara, sebaiknya digunakan alas clipboard atau map untuk peta, yang juga
berfungsi untuk menyimpan peta atau foto tersebut
Pita atau Tali Ukur.
Pita atau tali ukur berukuran besar (25 – 50 m) dimaksudkan untuk dipakai pada
saat melakukan lintasan atau pengukuran terinci. Pita ukur gulung (“roll-meter”),
berukuran pendek (3–5 m) juga seringkali dipakai untuk mengukur tebal
perlapisan batuan.
Komparator atau skala
Terdapat beberapa jenis komparator yang dipakai untuk membantu dalam
pemerian batuan, misalnya komparator besar butir, pemilahan (sorting) dan
persentase komposisi mineral, atau skala.
PEMETAAN GEOLOGI
5
Tas lapangan
Untuk membawa perlengkapan ini perlu diperhatikan mengenai Tas yang
dipakai di lapangan. Sebaiknya dibedakan antara tas yang dipakai untuk
membawa alat-alat dan peta, dan yang dipakai untuk perbekalan dan contoh
PEMETAAN GEOLOGI
6
Gambar 2.5 Contoh tas lapangan dan tas untuk peta dan alat-alat tulis
serta Contoh GPS (Global Positioning System)
Kamera
Kamera sudah menjadi suatu kelengkapan yang umum pada hampir semua
kegiatan lapangan, dan selalu terbawa sepanjang perjalanan. Untuk ini, kamera
sebaiknya kompak dan kuat dengan tempat pelindung yang baik. Saat ini
sangat banyak pilihan kamera dari berbagai jenis dan merk. Sebagai pertimbangan
bahwa untuk mendapatkan hasil yang baik, kamera sebaiknya mempunyai
pengaturan kecepatan, cahaya dan titik api, dan bahkan akan lebih apabila
lensanya dapat diganti sesuai dengan kebutuhan atau dilengkapi dengan
pengaturan lensa.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Fotografi yaitu :
o Gunakan camera waterproof dan film kepekaan sesuai dengan kondisi
lapangan
o Pengambilan gambar harus sesuai antara gambar perspektif atau close up
dengan luas bidang gambar(zooming) dan exposure
o Gunakan skala pembanding
o Daftarkan Nomor kutipan pada buku catatan lapangan.
PEMETAAN GEOLOGI
7
Dikenal beberapa macam/ tipe kompas geologi, antara lain tipe kompas brunton,
yang dilengkapi dengan pengukur sudut vertikal yang disebut sebagai clinometer.
Kompas dengan alat klinometer (pengukur kecondongan) dan hand level (penentu
posisi horizontal) merupakan alat-alat yang umum dipakai dalam berbagai kegiatan
survei.
Kompas geologi yang dimaksud merupakan gabungan dari ketiga fungsi alat
tersebut, yaitu selain digunakan untuk menetukan arah, juga dapat dipakai untuk
mengukur besarnya sudut kemiringan dan menentukan posisi horizontal. Salah
satu jenis kompas ini, yang akan dibahas adalah tipe Brunton dari berbagai merek.
Tipe compass tersebut dilengkapi dengan :
Compass needle (Jarum Magnet)
Graduate Circle (Lingkaran pembagian derajat)
Valve yang dilengkapi dengan Cermin dan jendela intip (Sighting windows)
dan axial line, Folding sight,
Sighting arm, Peep sight,
Clinometer
Bull’s eyes dan clinometer level.
Jarum magnet
Ujung jarum utara umumnya diberi tanda warna (merah, biru atau kuning). Ujung
jarum ini selalu mengarah ke kutub utara magnet bumi, bukan kutub utara geografi
sebenarnya. Perbedaan kedua posisi utara ini dikenal sebagai deklinasi. Perlu
diperhatikan, bahwa pada posisi horizontal jarum magnet harus dapat berputar
PEMETAAN GEOLOGI
8
dengan bebas atau mendekati horizontal. Kecondongan jarum ini adalah akibat
perbedaan lokasi pemakaian kompas terhadap garis katulistiwa yang dikenal
sebagai inklinasi.
Pada umumnya dikenal dua jenis pembagian derajat pada kompas geologi
(Gambar 2.7), yaitu kompas Azimuth dengan pembagian derajat dimulai O o pada
arah Utara (N) sampai 360o, tertulis berlawanan dengan arah perlawanan jarum
jam dan kompas kuadran dengan pembagian derajat Oo pada arah Utara (N) dan
arah Selatan (S), sampai 90o pada arah Timur (E) dan arah Barat (W).
PEMETAAN GEOLOGI
9
Klinometer
Klinometer yaitu komponen kompas untuk mengukur besarnya kecondongan/
kemiringan suatu bidang atau lereng. Letaknya di dasar kompas bagian dalam,
dilengkapi dengan gelembung pengatur horizontal (clinometer level) dan
pembagian skala pada satu piringan yang bebas bergerak.
Gelembung pengatur horizontal untuk posisi kompas normal (bull’s eye level) juga
terletak pada bagian ini. Pada bagian luar terdapat pengumpil untuk mengatur
posisi piringan tersebut. Pembagian skala kemiringan dinyatakan dalam derajat
dan persen.
Kompas tipe Brunton ini dilengkapi dengan penunjuk (sighting arm) dan tanda
bidikan yang kesemuanya merupakan satu arah (lurus) dengan garis yang tertera
pada cermin. Cermin dipakai untuk melihat objek bidikan di depan pengamat, dan
dapat dipakai untuk membantu melihat pembacaan pada lingkaran derajat.
Gambar 2.8 Bagian klinometer pada kompas, terdiri dari bul’s eye dan
clinometer level
Deklinasi (magnetic) adalah besarnya perbedaan antara arah Utara jarum kompas
(Utara magnetic) dan arah Utara sebenarnya (Utara geografi). Besarnya deklinasi
berbeda dari satu tempat ke tempat lain, dan selalu berubah secara teratur
sepanjang waktu. Deklinasi di suatu wilayah umumnya ditunjukkan pada peta
topografi yang standar.
Untuk menyesuaikan agar kompas yang akan dipakai menunjukkan arah Utara
sebenarnya, lingkaran derajat pada kompas harus digeser dengan cara memutar
PEMETAAN GEOLOGI
10
adjusting screw yang terdapat pada sisi kompas sebesar deklinasi yang
disebutkan..
GN
MN
GN : Grid North
MN : Magnetic North
PEMETAAN GEOLOGI
11
PEMETAAN GEOLOGI
12
Gambar 2.10 Cara menentukan lokasi dari tiga obyek yang dikenal pada peta
topografi
PEMETAAN GEOLOGI
13
Apabila jarak antara tempat berdiri dan titik yang dibidik diketahui, misalnya
dengan mengukurnya di peta maka perbedaan tinggi antara kedua titik tersebut
dapat dihitung. Perbedaan tinggi tersebut dapat juga diketahui dengan cara seperti
yang diperlihatkan dalam Gambar 2.14. Dalam hal ini, ikutilah prosedur sebagai
berikut :
1. Letakkan angka 0o kliniometer berimpit dengan angka 0o pada skala.
2. Pegang kompas seperti pada Gambar 2.11 gerakkan dalam arah vertikal
sedemikian rupa sehingga gelembung udara berada di tengah.
3. Bidiklah melalui lubang pengintip sehingga : pandangan mata, lubang
pengintip dan garis pada jendela pandang, berada dalam satu garis lurus.
Perpanjangan dari garis lurus tersebut akan “menembus” permukaan tanah di
depan pada suatu titik tertentu. Ingat-ingatlah titik “tembus” ini.
4. Beda tinggi antara pengamat berdiri dan “titik tembus” tadi sama dengan tinggi
pengamat dari telapak sepatu sampai mata.
5. Berpindahlah ke “titik tembus” tadi dan ulangilah prosedur no.2 dan 3 di atas
sampai daerah yang akan anda ukur selesai.
PEMETAAN GEOLOGI
14
Untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti dalam pengukuran arah dan sudut lereng,
dapat digunakan kaki-tiga (tripod) seperti pada gambar 2.13.
PEMETAAN GEOLOGI
15
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
Proyek : Hari / Tgl :
Lokasi :
Diukur oleh :
Tujuan : Disetujui oleh :
Jarak Jarak
No. Arah/Azimuth Slope
Lap Hor Ket.
Sta. (...0) (...0)
(… m) (… m)
Sketsa :
PEMETAAN GEOLOGI
16
C. Latihan
PEMETAAN GEOLOGI
MATA KULIAH
GEOLOGI LAPANGAN
MODUL IV
ORIENTASI LAPANGAN
GEOLOGI LAPANGAN
2
A. Pendahuluan
B. Materi Pembelajaran
1. Pelaksanaan
Adapun metode pelaksanaan acara Orientasi Lapangan secara garis besar adalah
sebagai berikut :
Pembimbingan ditekankan kepada latihan ;
▪ Pembacaan peta topografi
▪ Kebenaran pemakaian peralatan kompas, palu dan loupe
▪ Teknik penentuan lokasi di lapangan dan penempatannya dalam peta topografi
▪ Pencatatan kenampakan gejala geologi lapangan secara lengkap dan benar
▪ Pembuatan gambar/sketsa dari kenampakan geologi penting.
▪ Cara pengambilan contoh (sampel) dan cara memberi label pada contoh
tersebut.
PEMETAAN GEOLOGI
3
a. Maksud :
▪ Menunjukkan kenampakan gejala geologi umum di lapangan.
▪ menunjukkan hal-hal yang perlu diperhatikan dan diamati selama kerja di
lapangan.
▪ Memberi pengalaman kerja di lapangan.
b. Tujuan :
▪ Untuk menimbulkan kesadaran tentang pentingnya kerja lapangan.
c. Pelaksanaan :
▪ Acara diikuti oleh seluruh mahasiswa peserta dan seluruh staf pembimbing
yang bertugas, tanpa membawa peralatan.
▪ Pembimbingan dilakukan dengan jalan memberikan keterangan pada
kenampakan geologi yang ada pada jalur lintasan kerja, tanpa
melakukan pencatatan, pembacaan peta dan plotting lokasi.
▪ Setelah beberapa lokasi pengamatan awal diselesaikan, pada setiap
lokasi berikutnya, setiap regu harus mencoba untuk melakukan
pengamatan bersama dan kemudian menunjuk juru bicara untuk
melaporkan hasilnya secara lisan dihadapan regu lain dan dosen
pembimbing. Anggota lain dari regu yang sama berkewajiban untuk
menambah keterangan yang diperlukan. Setelah itu anggota regu lain
memberi tambahan atau komentar. Setelah selesai dosen pembimbing/
PEMETAAN GEOLOGI
4
d. Diskusi :
▪ Diskusi diiukuti oleh semua mahasiswa dan semua dosen pembimbing/ asisten
dan dipimpin oleh koordinator acara, dilaksanakan pada titik pengamatan
terakhir sebelum tiba kembali di kampus lapangan (base camp).
▪ Setiap regu menunjuk juru bicara untuk mengemukakan apa yang dilihat pada
hari itu. Anggota lain dari regu tersebut supaya menambah keterangan yang
diperlukan. Prosedur ini diulang sehingga semua regu memperoleh giliran.
▪ Dosen-dosen pembimbing kemudian memberikan koreksi dan menambah
hal-hal yang kurang.
▪ Diskusi diakhiri dengan penyimpulan oleh koordinator acara tentang hasil kerja
hari itu serta penekanan tentang perlunya alat-alat lapangan dan peta dalam
pekerjaan geologi.
b. Tujuan
Agar para mahasiswa tahu menggunakan peta topografi dan peralatan lapangan
dan mempunyai kemampuan mencatat secara betul dan lengkap dari kenampakan
gejala geologi di lapangan.
c. Pelaksanaan
PEMETAAN GEOLOGI
5
▪ Acara diikuti oleh seluruh mahasiswa peserta dan seluruh staf pembimbing
yang bertugas, dengan peralatan berupa palu, kompas, loupe, HCl dan peta
topografi.
▪ Pembimbing terutama ditekankan pada latihan :
1. Pembacaan peta topografi
2. Kebenaran pemakaian peralatan kompas, palu dan loupe
3. Teknik penentuan lokasi di lapangan dan penempatannya dalam peta
topografi.
4. Ketajaman dan kelengkapan dalam mengamati gejala geologi lapangan
secara benar
5. Pencatatan kenampakan gejala geologi lapangan secara benar dan
lengkap
6. Pembuatan gambar/ sketsa dari kenampakan-kenampakan geologi yang
penting
7. Cara pengambilan contoh (sampel) dan cara memberi label pada contoh
tersebut.
▪ Pada lokasi-lokasi awal, sebelum mahasiswa melakukan pencatatan dosen
pembimbing menerangkan gejala-gejala geologi apa yang nampak dan
menunjukkan apa-apa yang perlu diukur, digambar dan dicatat serta apa
sebabnya.
▪ Setiap regu diberi kesempatan untuk melaporkan hasil pencatatnnya pada 1
(satu) lokasi pengamatn lewat juru bicara, anggota lain dari regu tersebut
memberi tambahan pada kekurangan-kekurangan yang ada. Selanjutnya
anggota regu lain dan para pembimbing memberikan komentar serta
pembetulan pada kesalahan-keselahan/ kekurangan yang ada. Prosedur ini
diulang, sehingga seluruh regu mendapat kesempatan
▪ Setelah semua regu memperoleh kesempatan, maka untuk lokasi selanjutnya
para mahasiswa harus secara aktif melakukan pencatatan sendiri. Para
pembimbing akan mengecek hasil pencatatan setiap mahasiswa.
d. Diskusi di Kelas
PEMETAAN GEOLOGI
6
PEMETAAN GEOLOGI
7
PEMETAAN GEOLOGI
8
Profil yang dibuat berdasarkan pindahan dari profil yang dibuat di lapangan.
C. Latihan
PEMETAAN GEOLOGI
MATA KULIAH
PEMETAAN GEOLOGI
MODUL V
PENGENALAN BATUAN
GEOLOGI LAPANGAN
2
A. Pendahuluan
B. Materi Pembelajaran
Pengenalan Batuan
1. Batuan Sedimen
Ada tiga kategori yang utama pada batuan sedimen yaitu tekstur klastik
(fragmental) dan nonklastik, dan tekstur kristalin karena proses diagenesa.
Kebanyakan batuan sedimen dikelompokkan berdasarkan tekstur klastik,
walaupun yang lain juga penting untuk diamati secara langsung di lapangan.
GEOLOGI LAPANGAN
3
GEOLOGI LAPANGAN
4
Kemas (fabrik)
Merupakan sifat hubungan antara butir sebagai fungsi orientasi butiran dan
packing. Secara umum dapat memberikan gambaran tentang arah aliran dalam
sedimenasi serta keadaan porositas dan permeabilitas.
Beberapa tekstur lain, yaitu tekstur yang terbentuk karena pertumbuhan mineral
setelah pengendapan (misalnya Oolitik) dan tekstur biogenetik, hasil pengendapan
organik karbonat (misalnya stromatolit). Tekstur dari hasil diagenesa misalnya
pressure-solution atau stylolite
GEOLOGI LAPANGAN
5
Dalam pengamatan lapangan tekstur batuan karbonat yang mampu diamati adalah
tekstur primer. Secara umum tekstur batuan karbonat terdiri dari:
▪ Butiran/ klastik : - Kerangka organik,
- Non organik
▪ Matriks
▪ Semen
Jenis butiran
Batuan karbonat sangat didukung oleh keberadaan organisme sebagai unsur
penyusun. Jenis butir batuan karbonat dapat dibagi menjadi :
Kerangka organik
Biasanya ditunjukan oleh kerangka koral baik dalam posisi tumbuh maupun
tidak.
Bioklastik
Terdiri dari fragmen-fragmen atau cangkang binatang yang lepas-lepas.
Litoklastik , yang terdiri dari : Intraklastik dan Ekstraklastik
Adanya fragmen non-organik yang menunjukkan hasil rombakan dari
batugamping sebelumnya ataupun material terrigen.
Matriks (Mikrit)
Butiran yang terbentuk ditempat sedimenasi karena proses presipitasi dan
biasanya menampakkan warna yang keruh kekuningan
Semen
Hasil proses pesipitasi yang mengisi pori-pori dalam batuan karbonat, dan
biasanya menampakkan warna yang bening transparan.
GEOLOGI LAPANGAN
6
Berbeda halnya dengan batuan piroklastik, kesan material asalnya masih sangat
jelas. Batuan piroklastik terbagi ke dalam pyroclastic fall, pyroclastic flows,
dan pyroclastic suges. Tekstur kristal mineral masih sangat jelas dan susah
dipilah (welding)
Besar butir
Istilah pemilahan butir piroklastik juga berbeda dengan sedimen klastik lainnya.
Menurut Fisher, 1961, cenderung menggunakan istilah bomb untuk berukuran di
atas 64 mm dan lapili berukuran 2–64 mm. Jenis piroklastik jatuhan juga masih
dapat dipisahkan ukuran butirnya, tetapi secara genetik komponen penyusunnya
dapat dipisahkan menjadi pumice at au scoria dengan lithic atau kristal. Sedang
piroklastik aliran dan surge sama sekali tidak dapat dipisahkan butirnya karena
menganut tekstur welding.
Pyroclastic
breccia 25.75
Tuff-breccia
75.25
Lapilli-tuff
Lapillistone Tuff
100.0
64-2 mm < 2 mm
Lapilli Ash
GEOLOGI LAPANGAN
7
Tabel 4.3 Klasifikasi batuan piroklastik aliran (a) dan piroklastik jatuhan (b)
Vesicular Non-vesiculer
Vesicular Non-vesiculer
GEOLOGI LAPANGAN
8
organisme khusus untuk tipe gamping kerangka seperti yang telah di buat oleh
Embry and Klovan (1971). Sementara klasifikasi batuan karbonat yang melibatkan
unsur semen seperti klasifikasi Folk (1962) sulit digunakan di lapangan lebih cocok
untuk penamaan melalui pengamatan petrografis di laboratorium.
Tabel 4.4. Klasifikasi ukuran butir batuan karbonat menurut Folk, 1962
GEOLOGI LAPANGAN
9
2. Batuan Beku
Batuan beku adalah hasil kristalisasi magma dan kehadirannya pada kerak
bumi akan mengikuti aturan kristalisasi dari suatu komposisi larutan asalnya. Oleh
karena itu komposisi dan teksturnya juga merupakan pencerminan dari sifat larutan
silikatnya.
GEOLOGI LAPANGAN
10
Batuan fanerik dengan tekstur granular terdiri dari butiran mineral atau kristal.
Tekstur ini dapat berupa porfiritik, yaitu terdiri dari butiran kristal yang lebih besar
(fenokrist/ phenocryst) pada masa yang lebih halus. Istilah kesempurnaan bentuk
kristal ditunjukkan pada tabel berikut:
Gambar 4.5 Sketsa bentuk butir (mineral) (a) euhedral (b) subhedral, dan
(c) anhedral
Tabel 4.6 Bentuk kristal/ mineral batuan beku berbutir sedang sampai
kasar
GEOLOGI LAPANGAN
11
1. Dari singkapan yang baik, ambilah contoh batuan yang segar yang mewakili.
Apabila pada singkapan sebagian batuan telah lapuk, perhatikanlah tekstur
dan warna pelapukan batuan tersebut. Kadang-kadang hasil lapukan batuan
tersebut dapat menunjukkan kekerasan relatif mineral pembentuk batuan dan
komposisi batuan segarnya, misalnya lapukan batuan yang banyak
mengandung ortopiroksin dan olivin dapat berwarna coklat kemerahan.
2. Amatilah bagaimana besar butir, bentuk butir serta hubungan antara butir.
Pergunakanlah loupe atau pembesar 10X sampai 20X untuk deskripsi lebih
detail dan perhatikanlah hal-hal di bawah ini :
Jika besar butir relatif homogen (Aphryc) dan teramati dengan mata telanjang atau
dengan bantuan lensa pembesar, catatlah kenampakan (bentuk kristal/mineral)
butirannya, apakah euhedral, subhedral atau anhedral dan bagaimana komposisi
mineral-mineral terang dan gelapnya. Simpulkan apakah termasuk batuan felsik,
intermedit atau mafik (lihat tabel).
Bila besar butir tidak homogen (Porphyritic) amatilah besar butirnya dan
bagaimana hubungan tekstur antar fenokris dan massa dasar.
Selanjutnya amatilah derajat homogenitas pada singkapan dan batuan serta
kehadiran laminasi, vesikular dan tekstur khas lainnya, misalnya kehadiran
fragmen batuan asing (xenolith) atau batuan samping yang terbawa intrusi atau
aliran lava.
Kombinasikanlah seluruh pengamatan anda pada singkapan ini untuk
menghasilkan nama satuan batuan dan hubungan struktur dengan batuan di
GEOLOGI LAPANGAN
12
GEOLOGI LAPANGAN
13
Plutonic Rocks
1. quartzolit Q + A + P = 100
M<
Atau
2. alkalin feldspar granit 90
F + A + P = 100
3. granit Q
4. granodiorit M < 90
5. tonalit 90 90
6. alkalin feldspar syenit
7. syenit 1
8. monzonit
60 60
9. monzodiorit
10. monzodiorit, 2 3 4
11. monzogabro 5
12. diorit,gabro,anorthosit 20 20
13. feldspatoid syenit 5 7 8 9
14. essexite 6 10 35 65 90 10
15. theralite A 10 50 10
16. foidit 11
12 13 14
17. ultramafic
Volcanic Rocks 60 60
1. alkaline feldspar rhyolit
2. rhyolit 15
3. dacite
4. plagiodacite
5. alkaline feldspar trachyte 16
6. trachyte F
7. latite M = 90 - 100
8. latite-andesite,mugearite
9. andesite,basalt
10. phonolite
11. tephritic phonolite
12. phonolitic tephrite
13. tephrite,basanite
14. foidite, nephelinite,
15. leucitite
16. ultramafic rocks
Secara megaskopik kelompok batuan beku dapat dibagi atas dua kelompok besar
yaitu :
1. Golongan Fanerit
GEOLOGI LAPANGAN
14
Contoh :
Suatu batuan diketahui Q = 50%, A = 30%, P = 10% dan mineral opak =
10%. Jadi jumlah masing-masing mineral Q, A dan P yang dihitung
kembali untuk diplot di diagram adalah sebagai berikut (Gambar 4.8) :
Jumlah mineral Q + A + P =
50% + 30% + 10% = 100% - 10% (jumlah mineral opak) = 90%
Jadi mineral Q = 50/90 x 100% = 55,55%
A = 30/90 x 100% = 33,33%
P = 100% - (Q+A) = 11,12%
Bila diplot pada diagram a, hasilnya adalah :
Batuan Granit ( Granitoid )
2. Golongan Afanitik
GEOLOGI LAPANGAN
15
Apabila batuan mempunyai tekstur porfiritik, dimana fenokris masih dapat terlihat,
sehingga dapat ditentukan jenisnya. Dengan menghitung prosentase mineral
fenokris, serta didasarkan pada warna batuan atau massa dasarnya, maka dapat
diperkirakan prosentase masing-masing mineral Q/F, A, P ; maka nama batuan
dapat ditentukan.
GEOLOGI LAPANGAN
16
3. Batuan Metamorf
GEOLOGI LAPANGAN
17
GEOLOGI LAPANGAN
18
GEOLOGI LAPANGAN
MATA KULIAH
GEOLOGI LAPANGAN
MODUL VI
PENGENALAN GEOMORFOLOGI
GEOLOGI LAPANGAN
2
A. Pendahuluan
B. Materi Pembelajaran
1. Pengertian
Geomorfologi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari geologi,dimana ilmu ini
mempelajari bentang alam (landscape); bagaimana bentang alam itu terbentuk
secara konstruksional (yang diakibatkan oleh gaya endogen : aktivitas
tektonik/struktur geologi), dan bagaimana bentang alam tersebut dipengaruhi oleh
pengaruh luar berupa gaya eksogen seperti iklim, sungai dan lainnya yang bersifat
destruksional, dan menghasilkan bentuk-bentuk alam darat tertentu (landform).
Pengaruh struktur (perlipatan, pensesaran, pengangkatan, intrusi,
ketidakselarasan, termasuk di dalamnya jenis-jenis batuan) yang bersifat
konstruksional, dan proses yang bersifat destruksional (pelapukan, longsoran kerja
air, angin, gelombang, pelarutan, dll), sudah diakui oleh para ahli geologi dan
geomorfologi sebagai dua buah parameter yang sangat penting dalam
pembentukan rupa bumi. Selain itu batuan sebagai bagian dari struktur dan
tahapan proses geologi merupakan faktor yang cukup penting.
Selama pertengahan awal abad ini, hampir semua kegiatan riset geomorfologi
terutama ditujukan sebagai alat interpretasi geologi saja, dengan menganalisa
bentang alam dan bentuk-bentuk alam yang mengarah pada kecurigaan pada
unsur-unsur struktur geologi tertentu atau jenis-jenis batuan, seperti pembelokan
atau kelurusan sungai, bukit-bukit dan bentuk-bentuk alam lainnya. Tetapi dalam 4
dekade terakhir, riset geomorfologi sudah mulai diarahkan pada studi tentang
proses-proses geomorfologi, walaupun kegiatan interpretasi masih tetap dipakai
dan diperlukan.
Selain itu pembangunan fisik memerlukan informasi mengenai geomorfologi yang
menyangkut antara lain :
GEOLOGI LAPANGAN
3
2. Pemetaan Geomorfologi
GEOLOGI LAPANGAN
4
Tabel 5.1 Skala peta, sifat dan tahap pemetaan, serta proses dan unsur
dominan
Sifat Tahap Proses dan unsur geologi
Skala
pemetaan pemetaan yang dominan
<1:250.000 Klimat,Geoteknik,Geofisik
<1:250.000 Global Regional
Tektonik,
1:100.000 Regional
Formasi (batuan utama)
Struktur jenis batuan/
1:50.000 Lokal Survey
satuan batuan
Batuan, struktur, pengulang
1:25.000 Lokal dan bentuk/relief, proses
eksogen
Batuan, proses eksogen,
1:10.000 Detail Investigasi sebagai unsur utama,
bentuk akibat proses
Sangat Proses eksogen, dan hasil
>1:10.000
detail proses
GEOLOGI LAPANGAN
5
Dari skala peta yang digunakan akhirnya dapat kita buat satuan peta geomorfologi,
sebagai contoh pada Tabel 5.2.
Dalam interpretasi geologi dari peta topografi, maka penggunaan skala yang
digunakan akan sangat membantu. Di Indonesia, peta topografi yang tersedia
umumnya mempunyai skala 1:25.000 atau 1:50.000 (atau lebih kecil). Acapkali
skala yang lebih besar, seperti skala 1:25.000, atau 1:12.500 merupakan
pembesaran dari skala 1:50.000, dengan demikian, relief bumi yang seharusnya
muncul pada skala 1:25.000 atau lebih besar, akan tidak muncul, dan sama saja
dengan peta skala 1:50.000. Dengan demikian, sasaran atau objek interpretasi
akan berlainan dari setiap skala peta yang digunakan.
GEOLOGI LAPANGAN
6
Tabel 5.3. Hubungan antara skala peta dan pengenalan terhadap sasaran/
objek geomorfologi
Skala
1 : 2.500 1 : 10.000
Objek Geomorfologi s/d s/d < 1:
1: 1: 30.000
10.000 30.000
Regional/ lanskap/
bentang alam (contoh: Baik
jajaran pegunungan, Buruk Baik -Sangat
perbukitan lipatan, dan Baik
lainnya)
Lokal/ bentuk alam darat
Baik -
(contoh: korok, gorong Baik Sedang –
Sangat
apsir, cuesta dan -Sedang Buruk
Baik
lainnya)
Detail/ proses geomorfik
Sangat Sangat
(contoh: longsoran kecil, Buruk
Baik Buruk
erosi parit dan lainnya)
Pada cara 1, penarikan bisa dengan garis panjang, bisa juga terpatah-patah dalam
bentuk garis-garis lurus pendek. Kadangkala, setelah pengerjaan penarikan
garis-garis pendek selesai, dalam peta akan terlihat adanya zona atau trend
dengan arah yang hampir sama dengan garis-garis pendek ini.
Pada cara 2, akan sangat penting untuk melihat pola aliran sungai (di satu peta
mungkin terdapat lebih dari satu pola aliran sungai). Pola aliran sungai bisa
mencerminkan keadaan struktur yang mempengaruhi daerah ini.
GEOLOGI LAPANGAN
7
Banyak pengelompokan kelas lereng yang telah dilakukan, misalnya oleh Mabbery
(1972) untuk keperluan lingkungan Binan, Desaunettes (1977) untuk
pengembangan pertanian, ITC (1986) yang bersifat lebih umum dan
melihat proses-proses yang biasa terjadi pada kelas lereng tertentu (tabel 5.4)
Tabel 5.4 Hubungan antara persentase sudut lereng dan beda tinggi dalam
klasifikasi relief (van Zuidam, 1983).
KLASIFIKASI BEDA
RELIEF S TINGGI (M)
Datar atau Hampir datar 0-2 u <5
Bergelombang / Miring landai 3-7 d 5 - 50
u
Bergelombang / Miring 8 - 13 t 25 - 75
Berbukit bergelombang / Miring 14 - 20 L 50 - 200
Berbukit tersayat tajam / Terjal 21 - 55 e 200 - 500
r
Pegunungan tersayat 56 - 140
e 500 - 1000
tajam/Sangat terjal
Pegunungan / Sangat curam > 140 n > 1000
g
GEOLOGI LAPANGAN
8
5. Interpretasi Batuan
Dalam interpretasi batuan dari peta topografi, hal terpenting yang perlu diamati
adalah pola kontur dan aliran sungai.
▪ Pola kontur rapat menunjukkan batuan keras, dan pola kontur jarang
menunjukkan batuan lunak atau lepas.
▪ Pola kontur yang menutup (melingkar) di antara pola kontur lainnya
menunjukkan lebih keras dari batuan di sekitarnya.
▪ Aliran sungai yang membelok tiba-tiba dapat diakibatkan oleh adanya batuan
keras
▪ Kerapatan sungai yang besar, menunjukkan bahwa sungai-sungai itu berada
pada batuan yang lebih mudah tererosi (lunak).
▪ Kerapatan sungai adalah perbandingan antara total panjang sungai-sungai
yang berada pada cekungan pengaliran terhadap luas cekungan pengaliran
sungai-sungai itu sendiri).
Tabel 5.6 Kelas lereng dengan sifat-sifat proses dan kondisi alamiah
yang kemungkinan terjadi dan usulan warna untuk peta relief secara
umum (disadur dan disederhanakan dari Van Zuidam, 1985)
GEOLOGI LAPANGAN
9
Dalam interpretasi struktur geologi dari peta topografi, hal terpenting adalah
pengamatan terhadap pola kontur yang menunjukkan adanya kelurusan atau
pembelokan secara tiba-tiba, baik pada pola bukit maupun arah aliran sungai,
bentuk-bentuk topografi yang khas, serta pola aliran sungai.
Sesar, umumnya ditunjukkan oleh adanya pola kontur rapat yang menerus lurus,
kelurusan sungai dan perbukitan, ataupun pergeseran, dan pembelokan
perbukitan atau sungai, dan pola aliran sungai paralel atau rektangular.
Perlipatan, umumnya ditunjukkan oleh pola aliran sungai trellis atau paralel, dan
adanya bentuk-bentuk dip-slope yaitu suatu kontur yang rapat di bagian depan
dan merenggang makin ke arah belakang.
Jika setiap bentuk dip-slope ini diinterpretasikan untuk seluruh peta, maka
sumbu-sumbu lipatan akan dapat diinterpretasikan kemudian. Pola dip-slope
seperti ini mempunyai beberapa istilah yang mengacu pada kemiringan
perlapisannya.
Kekar, umumnya dicirikan oleh pola aliran sungai rektangular, dan
kelurusan-kelurusan sungai dan bukit.
Intrusi umumnya dicirikan oleh pola kontur melingkar dan rapat, sungai-sungai
mengalir dari arah puncak dalam pola radial atau angular.
Lapisan mendatar, dicirikan oleh adanya areal dengan pola kontur yang jarang
dan dibatasi oleh pola kontur yang rapat.
Ketidakselarasan bersudut, dicirikan oleh pola kontur rapat dan mempunyai
kelurusan-kelurusan seperti pada pola perlipatan yang dibatasi secara tiba-tiba
oleh pola kontur jarang yang mempunyai elevasi sama atau lebih tinggi.
Daerah melange, umumnya dicirikan oleh pola-pola kontur yang melingkar
berupa bukit-bukit dalam penyebaran yang relatif luas, terdapat beberapa
pergeseran bentuk-bentuk topografi kemungkinan juga terdapat beberapa
kelurusan dengan pola aliran sungai rektangular atau concorted.
GEOLOGI LAPANGAN
10
Pada prinsipnya interpretasi foto udara atau citra mempunyai prosedur yang sama
dengan yang dilakukan pada peta topografi, yaitu menarik setiap liniament yang
ada, identifikasi sungai-sungai, mengelompokkan suatu daerah yang mempunyai
karakter foto/citra yang sama.
GEOLOGI LAPANGAN
11
Perbedaan foto udara/citra dari peta topografi tentu terletak pada kualitas dan
kejelasan “feature” alam yang diamati. Kelurusan akan tampak lebih jelas dan lebih
detail bahkan pada daerah yang kelihatan “mulus” pada peta topografi. Begitu pula
sungai, tampak jelas, mana yang berair mana yang bukan lembah kering. Selain itu
pola kontur pada peta topografi akan tampak lebih bervariasi dan lebih detail pada
foto udara atau citra, yang selain akan berupa variasi litologi juga berupa tutupan
vegetasi, lingkungan binaan manusia, dll.
Dalam interpretasi foto udara dan atau citra (dalam bentuk cetakan/ paper print)
dalam hal yang paling penting adalah mengamati karakter-karakter fotografi yang
muncul pada hasil cetakan yaitu warna (pada citra warna), rona/tone (pada citra
pankromatik), pola, tekstur, bentuk, ukuran, bayangan dan situasi geografi.
Warna adalah warna yang tercetak pada citra, yang umumnya berupa warna
palsu (false color composite); misalnya daerah hutan yang seharusnya
berwarna hijau pada citra warna akan tampak berwarna merah atau lainnya
(tergantung pada band gelombang yang dipilih).
Rona adalah nuansa hitam-ke-putih pada foto atau citra pankromatik
(hitam-putih). Cetakan foto/citra yang berbeda kemungkinan dapat juga
memberikan warna atau rona yang berbeda walau pada obyek yang sama.
GEOLOGI LAPANGAN
12
Tetapi umumnya beberapa fenomena akan ditunjukkan oleh warna atau rona
yang berbeda misalnya hutan berona abu-abu gelap, air berona hitam,
alang-alang berona abu-abu, endapan pasir lepas tanpa vegetasi berona putih,
batulempung berona abu-abu gelap, batugamping berona putih sampai
abu-abu terang.
Pola adalah susunan ruang beberapa obyek alam dalam urutan dan susunan
tertentu misalnya pola belang-belang, selang-seling antara punggungan pasir di
pantai dengan rawa belakang, pola perkebunan karet yang lurus dan teratur,
pola aliran sungai, pola lingkungan binaan manusia dan sebagainya.
Tekstur, adalah kekasaran suatu obyek pada hasil cetakan. Misalnya pada
daerah padang rumput akan tampak halus dibandingkan dengan hutan
heterogen atau daerah batulempung akan tampak lebih halus dibandingkan
dengan daerah endapan vulkanik, walaupun mungkin mempunyai rona yang
sama.
Bentuk adalah ekspresi topografi yang teramati dalam bentuk dua dimensi,
misalnya kerucut gunungapi, kubah, punggungan, meander, dsb.
Ukuran adalah dimensi volume objek yang diamati dalam tiga dimensional.
Secara praktis dapat diperkirakan dengan membandingkan antara objek yang
telah dikenal; atau dengan membandingkan terhadap peta topografi daerah
yang sama (jika tersedia).
Bayangan adalah bagian yang gelap dari objek karena arah datang sinar
terhalangi oleh obyek lain. Bayangan kadangkala menjadi faktor yang membuat
sulit interpretasi (misalnya tertutup bayangan awan) tetapi bayangan, terutama
bayangan obyek itu sendiri, justru sangat berguna untuk menolong kita
mendapatkan gambaran tiga dimensional, walau tanpa stereoskop. Dalam
geologi, bayangan ini cukup penting, terutama pada saat kita bekerja di daerah
perlipatan yang memerlukan kesan perlapisan melalui interpretasi
“dip-slopes” .Dengan adanya bayangan, kesan perlapisan akan tampak
menonjol.
Situasi geografi adalah tempat dan posisi daerah pada peta yang bergunan
untuk mengetahui orientasi mata angin.
GEOLOGI LAPANGAN
13
C. Latihan
GEOLOGI LAPANGAN
MATA KULIAH
GEOLOGI LAPANGAN
MODUL VII
PENDAHULUAN
GEOLOGI LAPANGAN
2
A. Pendahuluan
Sasaran belajar dari modul ini adalah untuk mengetahui pengertian singkapan
sebagai objek penelitian dan pemetaan geologi, mengetahui tata cara penentuan
lokasi pengamatan dilapangan serta mengetahui tata cara pengukuran
unsur-unsur dalam singkapan dilapangan.
B. Materi Pendahuluan
Singkapan (outcrop) adalah bagian dari tubuh batuan yang masih belum
mengalami ubahan (pelapukan dan proses eksogen lainnya) yang tersingkap
dipermukaan yang dapat dipelajari di tempatnya. Pengamatan terhadap suatu
singkapan merupakan hal yang sangat fundamental di dalam kegiatan geologi
lapangan dan mempunyai sasaran yang cukup luas di dalam lingkungan pekerjaan
geologi. Pembuatan penampang-penampang geologi, peta geologi dan sampai
pada tahap akhir sebagai laporan geologi yang lengkap, kesemuanya berdasar
pada hasil pengamatan dari berbagai singkapan.
Kegiatan pengamatan akan meliputi dari melihat keadaan wilayah, mencari dan
mengumpulkan lokasi, lokasi penting singkapan, melakukan pengamatan pada
singkapan dan deskripsi dengan seksama, kemudian merekam apa yang diamati
ke dalam buku catatan lapangan secara lengkap, sistematis dan informatif.
GEOLOGI LAPANGAN
3
skala besar, dituntut suatu ketelitian yang maksimal, sehingga diperlukan tumpuan
untuk membidikkan kompas, yaitu dengan menggunakan tripod, bahkan bila
diperlukan dapat digunakan alat ukur seperti theodolith, atau pemetaan dengan
plane table.
Di dalam pelaksanaannya, pertimbangan untuk menggunakan metode tertentu
akan tergantung banyak hal, misalnya tujuan dan sifat penyelidikan, serta sarana
peta yang ada, keadaan medan dan sebagainya. Dalam hal ini, akan selalu dipilih
cara yang paling tepat, efisien dan cepat.
Dari segi praktisnya, penggunaan peta topografi, foto udara dan kompas masih
dianggap efesien dan cepat. Hal ini tentu akan tergantung pada akurasi peta yang
ada dan kondisi medan. Berikut ini beberapa pedoman yang dapat
dilakukan untuk membentu menentukan lokasi secara tepat yaitu :
1. Melihat dan mengamati keadaan atau bentuk bentangalam di sekitar titik
pengamatan dan disesuaikan dengan peta, misalnya: kelokan sungai, bukit
yang menonjol, pertemuan dua sungai, jalan dan sebagainya.
2. Apabila ketinggian tempat kita berada dapat diketahui misalnya dengan
altimeter, arah yang didapatkan dari suatu obyek pasti dapat membantu untuk
menentukan lokasi yaitu dengan memotongkan garis tersebut dengan garis
Kontur pada ketinggian yang diketahui.
3. Di daerah tropis seperti Indonesia, dengan hutannya yang lebat, seringkali
dengan cara-cara orientasi arah sulit untuk diterapkan. Untuk itu, bisa
diterapkan penentuan posisi dengan menggunakan tali dan kompas, yang
dimulai dari titik yang mudah dikenali dalam peta topografi, misalnya : muara
sungai, puncak bukit, belokan sungai besar, dan lain-lain. Cara ini juga biasa
dilakukan untuk daerah-daerah dimana peta dasar belum ada yang berskala
besar.
GEOLOGI LAPANGAN
4
GEOLOGI LAPANGAN
5
Cara Pembacaan
cara pembacaan kedudukan struktur bidang dan dicatat sebagai berikut :
N 450 E/ 200 SE, artinya jurus bidang adalah Timur Laut dan kemiringan 200
ke arah Tenggara. Bidang N 450 E /200 SE dapat pula dibaca dan dicatat
sebagai N 2250 W /200 SE.
Angka yang pertama diperoleh karena yang ditempel adalah sisi yang bertanda E
sedang angka yang kedua ditempel adalah sisi yang bertanda W.
Untuk kompas yang berskala kuadran, prosedur yang dilakukan, hanya
pembecaan arah akan ditunjukkan dengan N-E atau N-W. Dianjurkan agar selalu
membaca angka yang ditunjukkan pada arah belahan Utara kompas (atau bagian
dengan tanda M). Dengan demikian kita akan mempunyai bacaan-bacaan sebagai
berikut N-E atau N-W (tidak akan terjadi S-E atau S-W).
Contoh : N 30 E/ 150 NW N 400 W/ 200 NW
0
N 400 W/ 250 SW
Untuk mendapatkan pembacaan kemiringan dan arah kemiringan sebagai ganti
jurus dan kemiringan, prosedur pembacaan jurus tidak perlu dilakukan. Pada saat
membaca arah kemiringan (butir h), pengaturan horizontal hendaknya dengan
seksama (dengan bantuan bull’s eye), dan besarnya derajat yang ditentukan oleh
jarum Utara dan arah (kuadran) harus dibaca.
Umumnya hasil pembacaan akan dinyatakan sebagai kemiringan dan arah
kemiringan. Contoh : N 200 , N 450 E, artinya bidang itu miring 200 ke arah Timur
Laut.
GEOLOGI LAPANGAN
6
Cara mengukur arah, dapat dilakukan dengan meletakkan langsung kompas itu
pada struktur yang diukur, atau sambil berdiri seperti pada (gambar 7.2a).
Letakkan atau arahkan kompas dalam posisi horizontal sedemikian rupa sehingga
salah satu sisinya berimpit dengan lineasi yang diukur dan ‘sighting arm’ sejajar
dengan arah garis pada cermin, kemudian baca Jarum Utara.
Plunge adalah besaran sudut penunjaman garis yang dibentuk oleh struktur garis
tersebut dengan bidang horizontal diukur pada bidang vertikal yang melalui garis
tersebut (Gambar 7.2b).
Cara menentukan besarnya penunjaman atau plunge adalah dengan membaca
klinometer seperti pada gambar 7.2c, akan tetapi harus dianggap bahwa garis
tersebut berdiri sendiri, dengan kata lain yang diukur bukan kemiringan bidang
(tempat dimana garis itu terletak) dalam hal ini kedudukan kompas pada saat
pengukuran adalah vertikal.
GEOLOGI LAPANGAN
7
Singkapan atau outcrop adalah bagian dari batuan dasar yang masih asli dan
belum mengalami ubahan karena pelapukan. Oleh karena itu, singkapan biasanya
terbatas dan tidak menerus. Untuk itu diperoleh prinsip-prinsip geologi untuk dapat
menghubungkan singkapan yang satu dengan singkapan yang lainnya, sehingga
akhirnya menghasilkan suatu gambaran yang lengkap dan menyeluruh tentang
keadaan geologi daerah tersebut.
Di daerah tropis seperti di Indonesia, singkapan relatif jarang karena tertutupi oleh
tanah pelapukan yang tebal, hutan tropis yang lebat, tanah garapan (sawah, kebun,
dan sebagainya). Dengan demikian, agar suatu kegiatan pengamatan geologi
dapat tercapai dengan hasil yang optimal, maka perlu dipertimbangkan tentang
dimana saja suatu singkapan pada umumnya dapat dijumpai untuk kemudian
dapat dilakukan pengamatan.
Salah satu gejala yang dapat di lihat di alam bahwa batuan tersingkap oleh proses
pengikisan. Karena itu tempet-tempat di atas muka bumi di mana
singkapan-singkapan terutama dapat ditemukan adalah ;
GEOLOGI LAPANGAN
8
Karena sifatnya yang tidak menerus dan jarang atau sukar dijumpai, maka sekali
kita mendapatkan singkapan, pengamatan terhadapnya hendaknya dilakukan
seteliti mungkin sehingga setiap gejala yang teramati harus dapat dimamfaatkan.
Dengan keterangan yang lengkap dan dilandasi oleh konsep-konsep geologi yang
berlaku, dengan sendirinya akan mempermudah menafsirkan hubungan geologi
antara satu singkapan dengan yang lainnya, sehingga sasaran pengamatan itu
dapat tercapai.
Sikap yang perlu ditempuh dalam melakukan pengamatan singkapan :
a. Jelajahi daerah sekitar singkapan, kemudian pilih bagian yang paling baik,
paling segar kondisi singkapannya.
b. Karena untuk melakukan pengamatan diperlukan perhatian yang penuh, maka
hal-hal yang dapat mengganggu sebaiknya diletakkan dulu (ransel yang berat,
dan sebagainya).
c. Mulailah dengan mengetahui jenis singkapan (batuan beku, sedimen, atau
malihan) kemudian mengarah pada segi-segi yang detail dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan bagaimana dan kapan terbentuknya.
d. Melakukan pengukuran-pengukuran yang perlu dan mendeskripsi batuan
dengan lebih seksama (>> lihat bagan Check-List pada lampiran 19-24).
7.3.1 Deskripsi
Setelah batuan dapat dikenali secara umum, mulailah melakukan pemerian lebih
terinci pada jenis batuan yang ada. Beberapa hal yang utama harus diperhatikan
adalah :
1. Untuk batuan sedimen, mengukur jurus dan kemiringan lapisan, arah arus
purba bila. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui arah sedimenasi batuan
tersebut, mengukur ketebalan masing-masing lapisan untuk mengetahui urutan
vertikal dan lain-lainnya.
GEOLOGI LAPANGAN
9
7.4 Interpretasi
GEOLOGI LAPANGAN
10
yang besar dan daya imajinasi yang luas. Kemampuan- kemampuan tersebut
diatas adalah mutlak, karena seringkali masalah-masalah geologi yang dijumpai di
lapangan harus dipecahkan ketika mengamati singkapan, mengingat beberapa
sifat singkapan tidak mungkin untuk dibawa dan dipelajari di laboratorium. Untuk itu
dituntut bagi seorang pengamat untuk melakukan penafsiran atau interpretasi
berdasarkan teori dan hipotesa yang ada. Juga bertitik tolak bahwa sebaiknya kita
tidak kembali lagi untuk melihat dan mempelajari singkapan berulang kali. Oleh
karena itu kita harus melakukan suatu dialog dengan singkapan. Dialog atau
diskusi tersebut pada dasarnya akan menjawab pertanyaan berikut :
1. Apa yang sedang kita amati (jenis batuan).
2. Bagaimana bentuk serta hubungannya satu sama lain (struktur).
3. Bagaimana mereka terbentuk (intrusi, ekstrusif, lingkungan dan
mekanisme pengendapannya, fasies, dan sebagainya).
4. Kapan terbentuknya (umur, hubungan kejadiannya).
Cara yang ditempuh pemeta dapat berlainan, disamping itu kemampuan untuk
mengamati dan menginterpretasi dapat juga berbeda. Interpretasi kemungkinan
tidak benar, akan tetapi ini merupakan dasar berpikir untuk melihat persoalan
lainnya. Hal ini sangat dipengaruhi oleh pribadi masing- masing, antara lain : latar
belakang pengetahuan Geologi, pengalaman dan ketelitian pelaku dalam
pengamatan di lapangan.
Suatu laporan Geologi yang lengkap, akan memuat didalamnya keadaaan bentang
alam (geomorfologi), stratigrafi, struktur Geologi, kemudian mengevaluasi kondisi
geologi yang ada dikaitkan dengan tujuan utama penelitian, misalnya pencarian
minyak bumi, batubara, geologi teknik, dan bahan galian lainnya. Pada laporan ini
kemudian juga akan dilampirkan peta-peta Geologi, penampang, gambar-gambar,
dan foto. Kesempurnaan dari ini semua akan sangat bergantung kepada
kelengkapan pengamatan dan kemampuan untuk merekam data. Oleh karena itu
pencatatan dalam buku catatan hendaknya selengkap mungkin walaupun ringkas,
sistematik dan informatif, karena catatan ini juga akan dipakai peneliti lain.
GEOLOGI LAPANGAN
11
GEOLOGI LAPANGAN
12
▪ Jenis singkapan
▪ Letak/posisi singkapan tehadap topografi tertentu
▪ Ukuran parametrik penyebaran singkapan (panjang, lebar, tinggi/tebal
singkapan)
▪ Posisi stratigrafi singkapan
3. Untuk Pencatatan diskriptif Litologi Singkapan (Lihat Lampiran)
▪ Jenis batuan
▪ Warna segar batuan
▪ Warna lapuk batuan
▪ Tekstur batuan
▪ Struktur internal batuan
▪ Karakteristik khusus (al: kandungan fosil, sisipan, mineralisasi, dll)
▪ Nama batuan
4. Untuk Pencatatan diskriptif Struktur Batuan
▪ Kedudukan singkapan batuan
▪ Ukuran parametrik struktur singkapan batuan
▪ Kenampakan permukaan singkapan yang diakibatkan oleh pengaruh
struktur tersebut
Kondisi Geomorfologi
Kondisi relief (pada permukaan lereng, pada dasar lembah, pada puncak atau
punggung bukit)
Kondisi hidrologi, meliputi :
▪ Kondisi air permukaan, jenis sungai, tipe sungai, bentuk memanjang
sungai, tipe aliran dll.
▪ Kondisi air tanah dan kelembaban tanah/ soil
Kondisi Soil meliputi :
▪ Jenis soil, warna, tektur, struktur (Lengkap gambar)
▪ Ketebalan (jangan lupa catat tebal humus)
Kondisi Perubahan Geomorfologi akibat aktifitas manusia/ Kultur
Kondisi Lingkungan, meliputi :
1. Kondisi Fisik:
Cuaca dan kelembaban, termasuk tipe angin
Tutupan Lahan, termasuk tataguna lahan
2. Kondisi Sosial Budaya sekitar lokasi pengamatan (catatlah terutama bangunan
GEOLOGI LAPANGAN
13
Urut-urutan yang perlu dilakukan pada pemerian singkapan dan pencatatan pada
buku catatan :
1. Catatan singkat mengenai lokasi dan keadaan geografi dari singkapan,
umpanya di selokan sungai, dibukit, pinggir jalan kereta api, sebagainya. Hal ini
sangat penting terutama untuk singkapan – singkapan menunjukkan data-data
yang kritis, seperti adanya bukti ketidakselarasan, bukti-bukti sesar, tempat
terdapatnya fosil, atau gejala-gejala geologi yang mengandung sifat
pembuktian, apalagi yang mempunyai nilai regional. Maksudnya adalah agar
yang ingin mengutik-mengutiknya kembali data tersebut tidak terlalu susah
untuk menemukan kembali singkapan tersebut.
2. Fakta-fakta mengenai singkapan: ini adalah sangat penting mengenai yang
harus diamati dari suatu singkapan. Pada umunya hal tersebut akan memuat
pemerian yang lengkap tentang :
a. Keadaan singkapan : besar (luas)/ kecilnya, derajat pelapukan (jika tidak
segar), apakah “insitu” atau tidak, massif, hancur, pecah-pecah, sheared,
keadaan normal atau terbalik, dan sebagainya.
b. Susunan litiologi; apakah terdiri dari satu jenis batuan atau lebih, dalam
batuan sedimen dan metamorf; apakah selang-seling antar dua batuan,
sisipan satu litologi dalam litologi lain; dalam batuan beku, dilihat adanya
dike/ retas, inklusi-inklusi, xenolith, atau perubahan susunan mineral/tekstur,
dan lain-lain.
c. Batas antara berbagai jenis litologi (jika ada), kemungkinan kontak intrusi,
batas erosi, kontak patahan. Dalam hal batuan sedimen kontak antar
lapisan.
d. Struktur primer batuan dari masing-masing litologi. Untuk batuan beku,
misalnya massif, adanya penghalusan kesatu arah, konsentrasi mineral
tertentu. Untuk batuan metamorf, adalah sifat foliasi, schistosy, apakah ada
perlapisan asli, apakah bergelombang, terlihat dalam perlipatan kecil atau
tidak. Untuk batuan sedimen dibahas setiap lapisan, massif, berlapis tebal,
GEOLOGI LAPANGAN
14
GEOLOGI LAPANGAN
15
GEOLOGI LAPANGAN
16
▪ Terbuat dari dua bagian, yaitu bagian kiri dipergunakan untuk membuat
sketsa (dengan pola sketsa tegak lurus seperti keras mm), sedangkan
bagian kanan bergaris biasa untuk menuliskan catatan.
▪ Mempunyai tanda pengenal yang jelas, antara lain, instansi atau badan
yang menggunakan, nama, pemeta, daerah, hari, dan tanggal pelaksanaan
pekerjaan lapangan, dengan demikian apabila buku tersebut hilang, akan
dapat dikembalikan pada yang berhak.
C. Latihan
GEOLOGI LAPANGAN
MATA KULIAH
GEOLOGI LAPANGAN
MODUL VIII
GEOLOGI LAPANGAN
2
A. Pendahuluan
B. Materi Pembelajaran
GEOLOGI LAPANGAN
3
3. Analisa
- Litologi
- Stratigrafi
Peta geologi, - Sedimenologi
diagram blok, - Paleontologi
maket - Geokimia
- Radiometrik
GEOLOGI LAPANGAN
4
penampang peta dan sebagainya. Hal ini akan sangat membantu untuk
memecahkan masalah dan untuk menemukan lokasi kunci untuk penelitian
lebih lanjut bila diperlukan.
3. Data sebaiknya selalu diplot pada peta atau penampang pada saat
pengamatan di lapangan .dengan demikian interpretasi di lapangan akan
lebih mudah dilakukan.
4. pengumpulan data struktur harus disertai dengan pengamatan lain misalnya
litologi, stratigrafi dan lainnya.
Struktur batuan dapat terbentuk pada saat pembentukannya (struktur primer), yaitu
sejalan dengan proses sedimenasi sebelum mengalami litifikasi atau struktur aliran
pada batuan beku. Bidang perlapisan pada batuan sedimen merupakan struktur
yang utama,sebagai kerangka untuk memerikan struktur perlipatan dan sesar.
Beberapa jenis struktur sedimen yang penting di dalam pengamatan struktur,
misalnya perlipatan bersilang struktur pembebanan (load cast), flute cast, rekah
kerut (mud crack) dan sebagainya baik secara langsung sebagai ciri posisi dasar
lapisan atau secara tidak langsung sebagai pertimbangan untuk interpretasi
lingkungang pengendapan. Struktur batuan yang terjadi setelah pembentukan
batuan (struktur sekunder) merupakan akibat dari proses deformasi atau tektonik,
kekar, sesar, lipatan, belahan, foliasi merupakan struktur utama sebagai hasil dari
proses deformasi.
Pada daerah dimana batuan sedimen telah mengalami deformasi yang kuat
seringkali sulit dibedakan antara yang terbentuk pada saat sedimenasi dan struktur
yang terbentuk akibat tektonik. Contoh umum adalah membedakan antara struktur
pelengseran (slump) dengan lipatan atau perlipatan acak (contorted bedding)
dengan perlapaisan yang hancur pada jalur sesar.
GEOLOGI LAPANGAN
5
Gambar 6.2. Struktur yang terbentuk pada saat sedimenasi (f), bersifat
regangan dengan pengisian sedimen (w)
Selain peta dasar, buku lapangan merupakan salah satu elemen terpenting bagi
seorang Geologist, oleh karena itu seluruh data-data tentang obyek yang diamati di
lapangan seharusnya dapat dipindahkan ke buku lapangan. Penyajian data dalam
buku lapangan seharusnya dapat dibaca dan mudah dimengerti oleh orang lain.
Pencatatan pada buku catatan lapangan sebaiknya selengkap mungkin, dengan
disertai hasil interpretasi sementara di lapangan. Walaupun foto sangat membantu
dalam mengemukakan data, tetapi sketsa dan penjelasan tentang gejala struktur
akan lebih baik dilakukan secara langsung. Gambar 6.4. dan 6.5 contoh
pengamatan dan interpretasi di lapangan.
GEOLOGI LAPANGAN
6
Gambar 6.4 Sketsa struktur lipatan dan gejala sesar minor, kekar dan
bidang belahan.
GEOLOGI LAPANGAN
7
Hal-hal yang perlu dicatat dalam buku lapangan adalah sebagai berikut :
▪ Tanggal, waktu dan lokasi pengamatan
▪ Kondisi dan data singkapan, termasuk pengambilan sampel.
▪ Kondisi data struktur geologi yang seharusnya disertai pengukuran.
▪ Sketsa singkapan dan kenampakan struktur geologi yang ada.
▪ Melakukan interpretasi awal (sementara) mengenai keadaan dan genesa
struktur geologi yang terlihat pada suatu singkapan.
GEOLOGI LAPANGAN
8
Cara penggunaan kompas dan pengukuran struktur bidang maupun garis, serta
beberapa cara penulisannya telah ditunjukkan pada bab 2. ada kalanya untuk
struktur bidang yang dicantumkan sebagai besaran kemiringan dan arah
kemiringan (seperti pada struktur garis). Perlu diperhatikan bahwa unsur struktur
berkaitan satu sama lain didalam suatu singkapan struktur, dan dapat diukur
sebagai komponen yang terpisah, sebagai contoh, gores garis pada cermin sesar,
sumbu lipatan pada bidang sumbunya dan sebagainya.
GEOLOGI LAPANGAN
9
a. Pengukuran Jurus
Bagian sisi kompas (sisi “E”) ditempel pada bidang yang diukur. Kedudukan
kompas dihorizontalkan, ditunjuk oleh posisi level dari nivo kotak (gambar 6.7a),
maka harga yang ditunjuk oleh jarum utara kompas adalah harga jurus bidang
yang diukur. Berilah tanda garis pada bidang tersebut sesuai dengan arah
jurusnya.
b. Pengukuran Kemiringan
Kompas pada posisi yang tegak, tempelkan sisi “W” kompas pada bidang yang
diukur dengan posisi yang tegak lurus jurus pada garis jurus yang telah dibuat
pada pengukuran jurus diatas. Kemudian clinometer (nivo tabung) diatur sehingga
gelembung udaranya tepat berada di tengah (posisi level). Harga yang ditunjukkan
oleh penunjuk pada skala clinometer adalah besarnya sudut kemiringan dari
bidang yang diukur.(gambar 6.7a)
GEOLOGI LAPANGAN
10
Adapun yang termasuk struktur garis ini adalah gores garis pada bidang sesar,
arah arus pembentukan struktur sedimen dan garis sumbu lipatan. Metode
pengukuran yang digunakan adalah sebagai berikut :
GEOLOGI LAPANGAN
11
Bearing Rake
Plunge
Busur
derajat
GEOLOGI LAPANGAN
12
7. Proyeksi Stereografis
GEOLOGI LAPANGAN
13
(11.a) (11.b)
8. Lipatan
1. Hinge line atau sumbu lipatan adalah garis tempat kedudukan dan
pelengkungan maksimum.
2. Bidang sumbu (axial plane) adalah bidang yang memuat garis-garis sumbu.
Bidang ini dapat berbentuk lengkung, oleh karena itu istilah yang tepat adalah
axial surface.
3. Sifat simetri menggambarkan hubungan kesamaan sayap lipatan (limb)
terhadap bidang sumbunya.
4. Sifat silindris menggambarkan hubungan kesamaan dari penampang lipatan
pada setiap titik lipatan.
GEOLOGI LAPANGAN
14
GEOLOGI LAPANGAN
15
Gambar 6.14 Beberapa contoh jenis lipatan. (a) Lipatan parallel, (b) Lipatan
similar, (c) Lipatan disharmonic, (d) Lipatan chevron, (e) Lipatan
isoklin, (f) Kink band
Gambar 6.15 Bentuk lipatan minor dan posisinya terhadap lipatan utamanya
Arah vergence ditunjukkan pada sayap panjang kearah pendek
paad bentuk Z, atau sebaliknya pada bentuk S.
GEOLOGI LAPANGAN
16
Sesar dapat dikenali dari foto udara atau peta topografi yang berupa ;
kelurusan, atau gawir pada suatu perbukitan atau lembah, kelurusan atau
pembelokan arah alur sungai yang menyolok.
Gejala sesar secara umum dapat dikenal dan dijumpai di lapangan adalah
sebagai berikut :
Gawir sesar atau bidang sesar
Jalur terbreksikan, perlapisan yang terganggu atau hancuran (gouge, milonit)
Deretan sumber-sumber air panas
Penyimpangan yang menyolok dari kedudukan lapisan
Pergeseran batas lapisan batuan, perulangan/ hilangnya suatu satuan batuan.
GEOLOGI LAPANGAN
17
Adanya gejala struktur minor lainnya seperti kekar, baik yang bersifat gerus
(shear) atau tarikan (tension), cermin sesar (slickenside), gores-garis (striation),
breksi sesar, struktur lipatan dan sebagainya.
GEOLOGI LAPANGAN
18
Gambar 6.17 Jenis-jenis kekar, (a) Kekar regangan, (b) Kekar gerus, (c)
Hybrid
Kekar atau rekahan pada umumnya sangat sulit dibedakan jenisnya di lapangan.
Akan tetapi kehadirannya didalam jalur sesar seringkali menunjukkan pola yang
karasteristik., yang dapat dipakai untuk menentukan gerak relatif dari sesar
(Gambar 6,18; 6.19; 6.20 dan 6.21)
Stilolit (stylolith) adalah bentuk permukaan akibat pelarutan akibat kompresi atau
shear strain. Stilolit mempunyai bentuk bergelombang yang beragam, umumnya
merupakan normal (tegak lurus) terhadap arah tegasan utama.
Gambar 6.18 Pola rekahan, kekar. sesar minor yang berkembang pada
lipatan.
GEOLOGI LAPANGAN
19
GEOLOGI LAPANGAN
20
Kesemua jenis struktur penyerta ini sangat penting sebagai acuan untuk
mengidentifikasikan sifat pergerakan sesar, baik jalur sesar ataupun pada bidang
sesar. Cermin sesar merupakan bagian dari bidang atau jalur sesar secara umum,
atau merupakan rekahan yang dapat diidentifikasikan sifat gerak relatifnya dengan
mempertimbangkan sifat struktur minor yang lain. Beberapa tanda yang
menunjukkan sifat gerak pada bidang (cermin) sesar ditunjukkan pada Gambar
6.22
Gambar 6.22 Tanda-tanda yang menunjukan sifat gerak pada bidang cermin
sesar.
(a) Gores garis dengan “scouring”; (b) groove; (c) struktur tangga
dengan mineralisasi; (d) gores garis dengan stilolit; (e) dan (f) rekah
regangan (tension gashes); (g) rekah Riedel’s fracture; (h) struktur
tangga
GEOLOGI LAPANGAN
21
Gambar 6.23 Sistem rekahan, kekar, sesar dan struktur penyerta yang lain
dan hubungannya dengan prinsip tegasan utama.
C. Latihan
GEOLOGI LAPANGAN
MATA KULIAH
GEOLOGI LAPANGAN
MODUL IX
LINTASAN KOMPAS
A. Pendahuluan
Sasaran pembelajaran dalam modul ini adalah agar mahasiswa mengetahui tata
cara pembuatan lintasan dengan menggunakan kompas terutama kaitannya
dengan pembuatan peta dasar di lapangan.
B. Materi Pembelajaran
Salah satu cara yang digunakan ialah melakukan lintasan pengukuran kompas,
menggunakan tali ukur atau dengan perhitungan langkah (pace & compass). Arah
lintasan umumnya tidak mengikuti aturan tertentu, tergantung keadaan medan dan
geologinya. Lintasan dapat dilakukan secara tertutup, artinya titik pengamatan
terakhir akan kembali ke titik pengamatan pertama, atau lintasan terbuka, dimana
titik pengamatan berakhir pada lokasi lain, umumnya sudah ditentukan koordinat
dan ketinggian atau dapat dikenal pada peta topografi.
GEOLOGI LAPANGAN
3
Peralatan :
Peralatan yang digunakan dalam melaksanakan pengambilan data dengan
Lintasan Geologi adalah :
Kompas Brunton,
Palu Geologi,
Clipboard dan/ atau ‘notebook’
Pocket knife,
Medium-hard pencil dengan clip dan eraser untuk plotting, protractor
(busur derajat), penggaris,
Ballpoint pen atau pensil medium untuk mencatat,
Hand lens,
Rangsel (knapsack),
Specimen bags,
Beberapa lembar cross-ruled paper utk plotting.
Pada dasarnya, melakukan lintasan adalah cara yang paling penting di dalam
melakukan pengamatan geologi, terutama di dalam melakukan pemetaan. Cara
yang ditempuh dapat berbeda, akan tetapi intinya adalah mengamati singkapan
sepanjang lintasan yang ditempuh. Hal ini perlu ditekankan bahwa dengan
melakukan lintasan, secara langsung dapat diketahui gambaran penampang
GEOLOGI LAPANGAN
4
geologinya.
Pengukuran terhadap jarak antara dua station, disebut ‘leg’ daripada lintasan
(traverse). Traverse berguna sebagai peta kerangka dimana data geologi
terplotkan sepanjang atau dekat dengan ‘traverse leg’.
Kegunaan Leg yaitu :
o Untuk membuat peta geologi lengkap,
o Rekonstruksi vertical cross section dan columnar section untuk memperlihatkan
satuan-satuan batuan dan kondisi struktur sepanjang lintasan.
Lintasan pada umumnya digunakan untuk :
Mendapatkan hasil pengukuran ketebalan satuan-satuan batuan,
Mengcompile deskripsi detail sekwen batuan sedimen dan volkanik, dan
GEOLOGI LAPANGAN
5
Studi deformasi pada singkapan batuan yang memiliki perlipatan dan patahan
yang kompleks
Gambar 9.1. Contoh suatu lintasan geologi yang tertutup dan lintasan
terbuka.
GEOLOGI LAPANGAN
6
9.3.3 Pengamatan
Hal-hal yang tercantum dalam pencatatan data lintasan kompas adalah sebagai
berikut :
Tujuan orientasi
GEOLOGI LAPANGAN
7
Pada peta lintasan, hal-hal yang akan dicantumkan antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Nomor titik pengamatan dan lintasannya
2. Jurus dan kemiringan unsure struktur (perlapis, kekar, sesar, foliasi, dsb)
3. Batuan dan batas satuan batuan
4. Situasi (apabila diperlukan)
Cara penggambaran lintasan :
1. Ploting titik stasiun dan lintasan,
2. Gambarkan garis dan bidang kenampakan umum (Jalan, sungai, lapangan),
3. Plot dan gambar data kenampakan geologi
4. Interpretasi & gambarkan garis kontak batuan,
GEOLOGI LAPANGAN
8
5. Plot dan gambarkan kenampakan struktur strike/ dip; bidang perlapisan, bidang
gawir sesar, bidang kekar dan kenampakan struktur minor.
Jarak terukur yang dipergunakan adalah jarak yang sudah dikalikan dengan faktor
koreksi langkah.
9.5. Koreksi
Bila pada lintasan tertutup titik amat terakhir tidak bertemu dengan titik
pengamatan pertama atau pada lintasan terbuka tidak berimpit secara tepat
dengan titik yang telah ditentukan, maka perlu diadakan koreksi pada lintasan
tersebut.
GEOLOGI LAPANGAN
9
paces
Factor for
Angle Of Gradient Factor for
paces
Slopes of paces going
going up
(..o) slopes down hill
hill
0 -- 1.000 1.000
5 1/11,4 0.907 0.959
10 1/5,7 0.799 0.929
15 1/3,7 0.717 0.905
20 ½,7 0.625 0.860
25 ½,1 0.542 0.753
30 1/1,7 0.413 0.591
GEOLOGI LAPANGAN
10
Koreksi sudut
Lintasan yang salah (A-B-C-D-A) dapat juga dikoreksi dengan koreksi sudut.
Prosedur yang digunakan dalam upaya koreksi sudut adalah :
GEOLOGI LAPANGAN
11
Misalnya kita akan melakukan lintasan kompas dari titik A ke titik F yang
dua-duanya dapat dikenal dalam peta. Ternyata setelah pengukuran kita tidak
sampai di titik F melainkan di titik E.
Koreksi jarak
Koreksi sudut
GEOLOGI LAPANGAN
12
jam.
2. Bila ternyata bahwa AE lebih panjang dari pada AF. Oleh , maka semua
segmen harus dikurangi sebesar persentase kepanjangan AE terhadap AF.
3. Buatlah dari A, B, C, dan D garis-garis AA’, CC’, dan DD’ yang menyimpang
dari garis-garis AB, BC, CD dan DE sebesar ao searah jarum jam.
4. Ukurlah AM digaris AA’sepanjang AB x koreksi.
5. Buatlah dari M garis MN yang sejajar dengan BB’ dan panjang MN = BC x
koreksi
6. Buatlah dari N garis No yang sejajar dengan CC’, di mana panjang NO = CD x
koreksi.
7. Demikian juga untuk garis OF sejajar DD’ dimana OF = DE x koreksi.
8. Hubungkanlah O dan f. dengan demikian a-M-N-O-F adalah lintasan yang telah
dikoreksi.
Dengan sendirinya hasil koreksi jarak dan sudut akan memberikan perbedaan
bentuk lintasan (Gambar 9.6c) karena koreksi-koreksi tersebut dilakukan
dengan mengacu terutama terhadap koordinat titik akhir pengamatan.
GEOLOGI LAPANGAN
13
C. Latihan
GEOLOGI LAPANGAN
MATA KULIAH
GEOLOGI LAPANGAN
MODUL X
SKETSA
GEOLOGI LAPANGAN
2
A. Pendahuluan
Sasaran pembelajaran dari modul ini adalah untuk menetahui pengertian sketsa
lapangan dan kegunaan dari sketsa lapangan dalam pemetaan geologi.
B. Materi Pembelajaran
Sketsa lapangan merupakan salah satu dari pengambilan atau perekaman data
secara langsung di lapangan dengan cara mengambil data gambar dengan tangan
bebas pola dasar objek yang diteliti dengan memakai pensil gambar dan atau
alat gambar lainnya sebagai alat gambar lapangan.
GEOLOGI LAPANGAN
3
GEOLOGI LAPANGAN
4
lebih tebal. Apabila struktur geologi yang menjadi objek gambar, maka
perjelas dengan tarikan garis-garis yang lebih tebal dan detailkan setiap
unsur yang memperkuat penjelasan objek geologi yang digambar. Jika
perlu dibuat garis-garis bantu atau dibuat keterangan untuk lebih
memperjelas gambar detail obyek.
Perhatian dalam Pembuatan Sketsa perspektif kondisi geologi
Tentukan macam kondisi geologi yang akan ditekankan dalam gambar,
apakah yang akan digambar :
o Jenis bentangalam dan proses geomorf.
o Macam batuan penyusun dan unsur-unsur litologi,
o Struktur geologi dan ciri-ciri lapangan yang menyertai
o Kondisi khusus, antara lain kenampakan karakteristik lapangan bahan
galian, keteknikan dan bencana geologi dan lain-lain,
o hubungan kenampakan lapangan antara bentangalam dan litologi atau
dengan struktur geologi atau kenampakan khas dari hubungan
aspek-aspek geologi umum tersebut diatas.
o Tentukan tema/ judul gambar sketsa.
Bidang muka (latar depan) adalah bidang yang paling dekat dengan
pengamat, boleh digambar dengan tarikan garis-garis arsiran tebal tetapi
tidak boleh digambar lebih menonjol dan tidak lebih detail daripada sketsa
gambar objek.
Sketsa keadaan (minor) singkapan batuan merupakan sketsa singkapan
yang memperlihatkan kenampakan detail dan menonjolkan unsur-unsur
litologi, struktur batuan dan menggambar gejala-gajala urutan dan
kedudukan batuan pada singkapan.
Posisi gambar terhadap kedudukan di sekitarnya (kedudukan singkapan
terhadap sungai atau jalan).
Kenampakan dari arah tertentu (yaitu kenampakan vertikal pada dindidng
tebing jalan, atau kenampakan lateral pada dasar sungai dll,
Memuat dimensi unsur-unsur singkapan, bisa dengan skala gambar.
Judul dan keterangan gambar juga harus diperhatikan.
8.2 Sketsa Bentang Alam
Pada sketsa bentang alam, untuk mencapai kesan perspektif dilakukan tahapan
sebagai berikut :
GEOLOGI LAPANGAN
5
Dengan memakai letak berbagai cakrawala ini dapat diperoleh kesan akan
perspektif terhadap arah pandangan ke bawah horisontal atau ke atas.
Garis-garis jelas, teliti dan bermakna. Utamakan garis-garis yang mengandung arti
geologi, seperti bentuk bukit, “tekstur” lereng dan batas-batas litologi. Timbulkan
suatu kesan dalam gambar yang mencerminkan karakter morfologi daerah
tersebut. Proporsi dimensi bukit dan lembah sangat penting.
Latar belakang (back ground) merupakan bidang yang letaknya terjauh. Garis-garis
dibuat tipis dan agak kabur. Pada umumnya dapat dikatakan permukaan bentang
alam yang halus dapat dinyatakan dengan titik yang merata atau garis-garis yang
menerus, sedangkan permukaan kasar dengan titik-titik kasar tak merata atau
garis putus-putus.
GEOLOGI LAPANGAN
6
Hasil terbaik dalam mebuat sketsa dengan bayangan pada pagi hari pada antara
jam 09oo–11oo pada saat matahari condong terhadap bentang alam.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sketsa bentang alam
adalah :
▪
Pemilihan batas-batas pada bentang alam yang akan digambarkan dengan
mengingat faktor-faktor geologi dan sketsa gambar.
▪
Pengamatan bentuk bentang alam
▪
Perbandingan (proporsi) dari unsur-unsur bentang alam (gunung, bukit, gawir,
lembah) dan lain-lain.
▪
Unsur-unsur geologi yang tampak pada bentang alam tersebut (perlapisan
batuan, kekar, nada warna, vegetasi).
▪
Perbedaan keterjalan lereng yang disebabkan oleh macam batuan, struktur
geologi dan erosi.
▪
Interpretasi gejala geologi yang penting seperti rekonstruksi garis utama lapisan,
batas kontak instruksi, bidang sesar dan lain-lain.
▪
Lokasi pandangan dan arah gambar.
GEOLOGI LAPANGAN
7
C. Latihan
1. Sebutkan kegunaan sketsa lapangan dalam penelitian geologi
2. Sebutkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sketsa
bentang alam adalah
GEOLOGI LAPANGAN
MATA KULIAH
GEOLOGI LAPANGAN
MODUL XI
PENGENALAN STRATIGRAFI
GEOLOGI LAPANGAN
2
A. Pendahuluan
B. Materi Pembelajaran
Data tersebut biasanya dituangkan dalam bentuk gambar yang disebut sebagai
kolom stratigrafi. Berhubungan dengan keadaan singkapan, pengukuran suatu
penampang stratigrafi secara langsung kadang agak sulit dilakukan di Indonesia,
dalam keadaan tersebut ketebalan ditentukan dengan pembuatan penampang
struktur. Tetapi mengingat pentingnya data tersebut, maka disarankan untuk
berusaha mengukur penampang pada singkapan-singkapan yang menerus
terutama yang meliputi satu atau lebih satuan-satuan stratigrafi yang resmi.
GEOLOGI LAPANGAN
3
Ada empat tahapan utama yang harus ditempuh dalam pengukuran penampang
stratigrafi yaitu : perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data dan penyajian.
Lapisan penunjuk ini penting sebagai referensi untuk mengikat (to tie in)
penampang stratigrafi ini pada system wilayah (region) yang resmi. Adalah sangat
baik jika dapat diikat pada jalur-jalur biostratigrafi.
GEOLOGI LAPANGAN
4
Ada dua hal penting dalam tahapan ini yaitu pengukuran tidak langsung maupun
langsung ketebalan perlapisan batuan dari pemerian pada tiap-tiap langkah
pengukuran.
10.2.2.1 Pengukuran
Cara-cara pengukuran penampang stratigrafi banyak sekali ragamnya, dan
metode yang digunakan sangat tergantung pada keadaan medan dan singkapan
yang ada, namun pada dasarnya pengukuran ini dilakukan untuk mendapatkan
data ketebalan satuan stratigrafi. Disini hanya akan dibahas salah satu cara yang
sering diterapkan di Indonesia, yaitu pengukuran dengan memakai pita ukuran dan
kompas. Metode ini diterapkan terhadap singkapan yang menerus atau sejumlah
singkapan-singkapan yang dapat disusun menjadi satu penampang. Pengukuran
ini sebaiknya dilakukan minimal dua orang.
Cara mengukur ini dapat dilihat dalam gambar 10.1. Sebaliknya diusahakan agar
arah pengukuran tegak lurus pada jurus lapisan, untuk menghidari koreksi-koreksi
yang rumit. Perletakan posisi patok satu terhadap patok berikutnya seharusnya
mempertimbangkan perubahan jenis litologi, dan bukan ketersediaan panjang tali.
Adapun data yang harus dicatat akan dipakai untuk menghitung ketebalan adalah :
- Jarak terukur antar patok - Azimuth (arah) lintasan
- Kemiringan lereng - Jurus dan kemiringan lapisan
GEOLOGI LAPANGAN
5
4. Ukur kedudukan lapisan (jurus dan kemiringan), jika jurus dan kemiringan dari
tiap satuan berubah-ubah sepanjang penampang, sebaiknya pengukuran jurus
dan kemiringan (Az, dip) dilakukan pada alas dan atap dari satuan ini dan
dalam perhitungan dipergunakan rata-ratanya.
5. Baca jarak terukur = dt (tebal semu) dari satuan yang sedang diukur pada pita
meter.
Kemudian buatlah pemerian litologinya, untuk teknik pemerian lihat sub bab
selanjutnya yaitu pengamatan dan deskripsi.
Pada pengukuran startigrafi setiap satuan litologi harus dideskripsi secara detail
dan harus diingat bahwa satuan litologi disini tidak sama dengan satuan peta.
Semua fakta yang menurut pengamatan lapangan dapat digambarkan dikolom
pada skala 1 : 1000 atau pada skala yang lebih besar lagi harus diperiksa secara
teliti dan terperinci. Dalam pembuatan deskripsi ini sebaiknya dilakukan mulai dari
kenampakan yang pada skala singkapan kemudian dipertajam dengan
pengamatan yang lebih detail.
Satuan stratigrafi atau satuan sedimenasi dapat terdiri dari satu jenis batuan atau
lebih dari selang-seling beberapa lapisan litologi berlainan, atau satu litologi utama
dengan sisipan-sisipan (interkalasi tipis sebagai litologi). Pembagian satuan sangat
tergantung pada skala yang akan digunakan sewaktu menggambar kolom. Pada
skala 1 : 1000, satu satuan batuan tebal minimumnya 10 m (10 mm pada kolom).
Setiap satuan litologi yang diukur harus diberi pemerian selengkapnya. Dianjurkan
supaya cara pemerian dilakukan secara beraturan dan sistematik dari kenampakan
GEOLOGI LAPANGAN
6
yang lebih besar (singkapan) yang lebih detail (tekstur komposisi). Di bawah ini
diberikan urutan susunan pemerian yang dianjurkan.
1. Nama satuan batuan (jika bisa ditentukan di lapangan)
2. Batuan utama dan sisipan atau perselingan serta organisasi antar lapisan
begitu pula struktur sedimen.
3. Pemerian litologi setiap lapisan (warna, tekstur, komposisi)
4. Hubungan dengan satuan di bawahnya.
GEOLOGI LAPANGAN
7
Pada tahap ini perlu dicatat tebal lapisan selang-seling rata-rata berapa tebal
rata-rata batuan sisipan dan beberapa spasinya. Pengamatan organisasi vertikal
lapisan-lapisan ini menjadi sangat penting karena berkembangnya konsep
stratigrafi sikuen (sequen stratigraphy). Pada konsep tersebut pengenalan “system
tract” diidentifikasi dengan acara analisis urutan vertikal. Kemudian juga penting
untuk diamati sifat batas atas batas bawahnya lapisan, apakah bersifat :
1. Batas berangsur (transisi)
2. Batas tegas
3. Batas erosi
Besar butir atau ‘grain size’ hanya dapat dibedakan pada klastik kasar dan
kadang-kadang pada karbonat. Untuk konglongmerat dan breksi dinyatakan dalam
ukuran rata-rata sebagai millimeter atau sentimeter dan juga ukuran
maksimumnya.
Istilah-istilah yang dipakai untuk ukuran batupasir :
berbutir sangat kasar (BSK) (2 – 1 mm)
berbutir kasar (BK) (1 – ½ mm)
berbutir sedang (BS) (1/2 – ¼ mm)
berbutir halus (BH) (1/4 – 1/8 mm)
berbutir sangat halus (BSH) (1/8 -1/16 mm)
Sifat ini hanya dimiliki batuan klastik kasar. Pakailah istilah membundar,
membundar baik, membundar tanggung, bersudut tanggung dan menyudut.
Pemilahan (sorting)
Pemilihan hanya dapat diteliti pada batuan klastik kasar. Pakailah istilah-istilah :
terpilah sangat baik jika butiran sama besar, terpilah baik jika terdapat kisaran
besar butir tetapi suatu besar butir rata-rata masih dapat dilihat, terpilah buruk
apabila tidak dapat dilihat adanya besar butir rata-rata.
Kemas (fabric)
Untuk klastik halus kemas tidak diamati. Untuk breksi dan konglomerat pakailah
istilah kemas terbuka atau kemas tertutup atau imbrikasi.
GEOLOGI LAPANGAN
9
Fragmen Pembentuk
Kandungan fosil
GEOLOGI LAPANGAN
10
Mineral-mineral sedikit
Adanya mineral-mineral sedikit tetapi masih bisa teramati dengan kaca pembesar
(loupe) kadang-kadang sangat penting sebagai penunjuk lingkungan pengendapan
sedimen atau batuan asal. Mineral-mineral ini misalnya pirit, gloukopit,
keeping-keping karbon dan mika. Kadang-kadang mineral sedikit ini begitu
menyolok dan menjadi sangat penting dalam pemetaan batuan, sehingga
ditempatkan di muka sebagai macam fragmen atau butir pembentuk.
Porositas
Menyatakan porositas dapat dilakukan dengan menggunakan istilah porositas
istimewa, porositas sedang, porositas dapat diabaikan. Untuk menduga porositas
dapat diketahui dengan menetaskan air diatas batuan. Beda halnya dengan
porositas yang digunakan dalam batuan karbonat, lebih cenderung menggunakan
istilah genetik (gambar 10.3) terutama dalam batuan karbonat reef.
GEOLOGI LAPANGAN
11
Aglomerat an Agglomerate ic
Batupasir an Sandstone sandy,
arenaceous
Tufa an Tuff aceous
Batulanau an Siltstone silty
Serpih an Shale ey
Lempung an Clay ey
Napal an Marl y
Gamping an Limestone limy,
calcareous
Dolomit an Dolomite ic
Batubara an Coal y
Karbonan Chert y
Dari data mentah berupa pengukuran di lapangan untuk menjadi kolom stratigrafi
harus melaui tahapan perhitungan satuan-satuan yang diukur untuk mendapatkan
data ketebalan sebenarnya. Tebal lapisan adalah jarak terpendek antara bidang
alas/ bottom dan bidang atas/top. Ada berbagai variasi cara pengukuran, namun
pada dasarnya, perhitungan ketebalan lapisan yang tepat harus dilakukan dalam
bidang yang tegak lurus jurus lapisan.
GEOLOGI LAPANGAN
12
GEOLOGI LAPANGAN
13
Bila pengukuran di lapangan tidak dilkukan dalam bidang yang tegak lurus maka
jarak terukur yang diperoleh harus dikoreksi terlebih dahulu dengan rumus sebagai
berikut :
D = jarak terukur x cosinus ß
Dimana :
ß = sudut antara arah kemiringan dengan arah pengukuran
(azimuth).
Demikian juga halnya dengan sudut lereng (“slope”). Dalam menghitung ketebalan
lapisan, sudut lereng yang dipergunakan adalah sudut yang terukur pada arah
pengukuran yang tegak lurus jurus perlapisan. Untuk mengembalikan besaran
sudut lereng yang tegak lurus jurus. Koreksi tersebut antara lain dapat dilakukan
dengan menggunakan tabel “koreksi dip” untuk pembuatan penampang.
GEOLOGI LAPANGAN
14
Sudut lereng terukur dapat disamakan dengan “apperent dip” dan adalah penyiku
sudut antara jurus dan arah penampang.
Pengukuran di daerah datar, apabila jarak terukur adalah jarak tagak lurus (gambar
10.6a) ketebalan T langsung didapat dengan perhitungsn : T = dt x sin δ (gambar
10.6b), dimana dt = jarak terukur di lapangan dan δ = sudut kemiringan lapisan.
GEOLOGI LAPANGAN
15
Terdapat dua kemungkinan posisi lapisan terhadap lereng yaitu berlawanan dan
searah dengan lereng (gambar 10.7 dan 10.8).
Bila kemiringan jelas (δ) lebih besar daripada sudut lereng (s) dan arah lintasan
tegak lurus jurus maka perhitungan ketebalan adalah :
GEOLOGI LAPANGAN
16
Bila kemiringan lapisan lebih kecil daripada lereng perhitungan ketebalan adalah :
T = d sin (s – δ) (gambar 10.7c)
Apabila jumlah sudut lereng dan sudut kemiringan lapisan adalah 90° (lereng
berpotongan tegak lurus dengan lapisan) maka T = d (gambar 10.8c)
T = d sin s
GEOLOGI LAPANGAN
17
10.3 Penggambaran
Kolom Umur
Kolom ini dimaksudkan untuk memberikan keterangan umur batuan, untuk mengisi
kolom ini biasanya harus dilakukan analisa umur baik berdasarkan fosil maupun
radiometri. Untuk keperluan tersebut yang standar biasanya dilakukan analisis
paleontologi untuk itu harus dipilih contoh batuan yang mengandung fosil
(biasanya lempung, serpih atau batugamping). Sebaiknya penentuan umur paling
GEOLOGI LAPANGAN
18
tidak dilakukan pada tiga level lapisan, yaitu (bagian bawah, tengah, dan bagian
atas) dari lapisan satuan batuan.
Kolom Ketebalan
Diisi berdasarkan data hasil perhitungan ketebalan, untuk menghindari kekeliruan
plotting yang berulang disarankan untuk mengeplot secara kumulatif dari suatu
datum tertentu.
GEOLOGI LAPANGAN
19
Gambar 10.9. Kolom stratigrafi terukur umum suatu daerah penelitian (Comptom,
1985)
Simbol litologi
Simbol litologi digambarkan berdasarkan data litologi yang diamati di lapangan.
Ikutilah simbol-simbol yang sudah baku kalau ada simbol-simbol yang perlu
ditambahkan, misalnya adanya fosil foram, sisa tumbuhan, dan lain-lain sebaiknya
diletakkan pada bagian ini.
Ekspresi Topografi
Ide pencantuman ekspresi topografi barangkali untuk memberikan gambaran yang
identik antara besar butir yang simetris terhadap ekspresi topografi mirip dengan
GEOLOGI LAPANGAN
20
bentuk log SP yang biasanya simetris terhadap log resistivity. Hal ini biasanya
digunakan dalam industri minyak bumi untuk mengetahui geometri batuan
reservoir.
Kolom Deskripsi
Kolom deskripsi seyogyanya diberikan menurut kebutuhan. Hal ini bisa sangat
detail pada masing-masing lapisan yang dianggap penting, namun juga deskripsi
yang bersifat umum yng mewakili ciri satuan batuan. Hal ini biasanya digunakan
untuk keperluan pemetaan.
Kandungan Fosil
Kandungan fosil yang dicantumkan pada kolom ini sebaiknya hanya fosil-fosil yang
diagnostik atau untuk umum dan lingkungan pengendapan, hal tersebut untuk
memperkuat penafsiran umur dan lingkungan pengendapan.
Lingkungan Pengendapan
Lingkungan pengendapan dapat ditentukan setelah melalui analisis baik yang
berdasarkan urutan vertikal/ analisis stratigrafi atau analisis fosil bentos.
C.Latihan
1. Sebutkan tujuan dari pengukuran penampang stratigrafi
2. Sebutkan tahapan-tahapan pelaksanan pengukuran penampang stratigrafi
3. Sebutkan tahapan utama yang harus ditempuh dalam pengukuran penampang
stratigrafi
4. Gambarkan bagian dari kolom stratigrafi yang umum
GEOLOGI LAPANGAN
MATA KULIAH
GEOLOGI LAPANGAN
MODUL XII
PEMETAAN GEOLOGI
GEOLOGI LAPANGAN
140
A. Pendahuluan
Sasaran pembelajaran modul ini adalah agar mahasiswa mengetahui pengertian
pemetaan geologi, tata cara melakukan pemetaan geologi, pembuatan lintasan
geologi dan penampang geologi. Selain itu mahasiswa juga dikenalkan dengan
peta geologi.
B. Materi Pembelajaran
Salah satu pekerjaan pokok bagi seorang geologiwan adalah membuat peta
geologi. Peta geologi diartikan sebagai bentuk ungkapan data geologi suatu
daerah atau wilayah yang ketelitiannya didasarkan pada skala petanya. Peta
geologi tersebut menggambarkan atau memberikan informasi segala hal mengenai
keadaan geologi wilayah tersebut antara lain sebaran, jenis, sifat batuan, umur,
stratigrafi, struktur, fisiografi, sumberdaya alam dan energi. Ada beberapa cara
penggambaran informasi tersebut antara lain dengan warna, simbol dan corak atau
gabungan dari ketiganya. Nilai dari suatu peta geologi sangat tergantung pada si
pemeta, seperti ketelitiannya di lapangan, pengetahuan dasar ilmu geologi dan
tentunya pengalamannya. Peta geologi dapat dipergunakan untuk bermacam
keperluan, sehingga pembuatannya harus disesuaikan dengan keperluan tersebut.
Walaupun pada dasarnya semua peta geologi adalah sama, tetapi untuk tiap-tiap
macam peta mempunyai penekanan-penekanan tertentu sesuai dengan tujuan
atau keperluan pembuatan peta tersebut.
Karena kompleksnya pekerjaan pembuatan peta geologi tersebut maka selain
dituntut pengetahuan dasar geologi, diperlukan juga managemen pengumpulan
data di lapangan. Hal ini dimaksudkan agar pekerjaan di lapangan dapat dilakukan
seefisien mungkin dengan waktu sesingkat dan biaya yang sekecil mungkin.
Prosedur pemetaan geologi dapat dibagi dalam tiga tahap utama, yaitu:
1. Tahap perencanaan
2. Pemetaan di lapangan
3. Penyusunan laporan
Tahap perencanaan ini meliputi kegiatan di kantor dan perencanaan kerja setelah
berada di base camp. Perencanaan yang dilakukan ini meliputi :
a. Kumpulan data-data mengenai keadaan daerah (medan), laporan-laporan
geologi yang pernah ada dan data lainnya yang berhubungan dengan daerah
yang akan dipetakan.
b. Mencari peta topografi untuk peta dasar.
c. Membuat peta dasar : tenaga, perlengkapan dan biaya
d. Menyusun program kerja dan jadwal
GEOLOGI LAPANGAN
142
Berhasil atau tidaknya pekerjaan lapangan nanti akan ditentukan oleh baik
tidaknya perencanaan ini. Setelah tiba di pangkalan yang telah direncanakan di
studio, sebelum langsung melakukan pemetaan, dilakukan penyelidikan
pendahuluan (reconaisence) yang bertujuan untuk :
o Mengetahui medan, jalan-jalan, nama-nama kampung, sungai, bukit-bukit, dsb,
termasuk juga membiasakan diri dan mempelajari adat istiadat penduduk
setempat.
o Secara sepintas dapat mengetahui jenis-jenis litologi, sehingga mungkin sudah
dapat diperkirakan beberapa macam batuan dan bagimana cara
mengelompokkannya .
Persiapan Umum
a. Biasakan mulai bekerja di lapangan pagi-pagi dan kembali tidak terlalu sore.
Pergi pagi-pagi dapat menghindari hujan yang umumnya turun pada waktu
siang dan sore hari di daerah tropis.
b. Membawa air yang cukup dan kebutuhan makan siang
c. Persoalan-persoalan geologi yang tidak dapat dibawa ke base camp selalu
harus dipecahkan di lapangan.
GEOLOGI LAPANGAN
143
Pengamatan di lapangan
Semua yang dapat dilihat bagi pemeta mempunyai arti tertentu adalah kewajiban
bagi para pemeta untuk mencatat segala yang diamati walaupun yang ada pada
saat itu mungkin tampaknya remeh sebab siapa tahu diwaktu yang akan datang
hal tersebut merupakan kunci atau keterangan tambahan bagi hal-hal yang belum
terpecahkan.
Ada tiga hal pokok yang harus direkam oleh para pemeta di dalam buku
lapangannya yaitu :
a. Unsur-unsur struktur berupa jurus dan kemiringan untuk struktur bidang
(misalnya bidang lapisan, sesar, kekar, foliasi, dll) serta arah dan penunjaman
untuk struktur garis (misalnya sumbu mikrofold, gores garis, liniasi mineral,dll).
b. Deskripsi litologi di lapangan harus diusahakan pada singkapan yang baik serta
diharapkan dapat mewakili suatu satuan (cara deskripsi yang lengkap) lihat bab
III.
c. Membuat sketsa atau potret mungkin keduanya perlu dilakukan sebab dengan
foto saja ada kemungkinan gagal dan sketsa dapat memperjelas hal-hal yang
ingin ditonjolkan.
GEOLOGI LAPANGAN
144
Lintasan Polygon
Lintasan polygon adalah suatu lintasan pengukuran yang dibuat berdasarkan
kondisi lapangan dan terbagi atas 2 (dua) jenis, sebagai berikut :
Lintasan terbuka, adalah suatu pengambilan litasan pengukuran yang dimulai
dari titik awal yang diikatkan dengan titik pasti dan lintasan pengukuran diakhiri
dengan tidak kembali ketitik awal berupa titik akhir yang terikat dengan titik
pasti maupun titik lepas.
Lintasan tertutup, adalah suatu pengukuran, dimana titik akhir pengukuran
berimpit dengan dengan titik awal pengukuran yang terikat dengan titik pasti.
Detail pengukuran dapat dilakukan dengan membuat jaring-jaring pengukuran
secara random membentuk garis sarang laba-laba, maupun dengan menggunakan
metode Grid.
GEOLOGI LAPANGAN
145
GEOLOGI LAPANGAN
146
c. Bentuk Lembah
Perubahan bentuk lembah juga dapat menunjukkan perubahan jenis litologi,
dengan asumsi : - Batuan lemah – lembah melebar
- Batuan keras – lembah sempit dan curam
d. Bekas Galian
Jika memperhatikan tempat-tempat yang pernah dicapai atau digali orang,
seringkali banyak faedahnya. Banyak infomasi yang akan kita dapat dari
GEOLOGI LAPANGAN
147
g. Sumber-sumber air
Banyak sekali faedahnya karena kerap kali menunjukkan batas antara
lapisan-lapisan yang porous dan yang kedap air. Selain itu, dapat juga
menunjukkan adanya bidang-bidang patahan yang kadang-kadang dapat diikuti
beberapa jauh.
Batas litologi dan tanda-tanda struktur dapat merupakan gejala geologi yang paling
penting yang dipetakan dalam peta dasar. Karena kedua gejala geologi ini kita
anggap sebagai bidang-bidang yang teratur maka bentuknya dalam peta akan
berupa garis-garis lurus atau lengkung yang ditentukan oleh : bentuk topografi,
jurus dan kemiringan dari bidang-bidang tersebut.
Bentuk dari garis atau batas tersebut di dalam peta dengan demikian akan
memberikan arti terhadap stratigrafi dan struktur dari daerah itu. Dengan perkataan
lain, garis tersebut akan menyatakan kepada kita : formasi mana yang di atas dan
di bawah, dan kecuraman dari kemiringan.
Sangat dianjurkan, bahwa para pemeta hendaknya teliti dan hati-hati dalam
menarik batas ini. Karena suatu batas yang dibuat secara sembarangan akan
menyebabkan interpretasi yang salah terhadap peta tersebut.
Untuk melukiskan batas-batas di dalam peta kita harus memperhatikan hukum “V”
sebagaiman yang terdapat pada gambar 11.1 berikut.
GEOLOGI LAPANGAN
148
Sebagian besar dari lintasan yang akan dilakukan merupakan lintasan sungai,
sebab di sungailah terdapat banyak singkapan-singkapan. Untuk menentukan
GEOLOGI LAPANGAN
149
lokasi titik pengamatan di lintasan-lintasan ini dapat ditempuh dengan 2 (dua) cara,
yaitu :
1. Dengan jalan orientasi, yaitu menyamakan keadaan topografi sekeliling titik
pengamatan dengan keadaan di dalam peta.
2. Mengukur dengan tali ukur dan kompas atau menghitung langkah sejak titik
permulaan sampai titik terakhir dari lintasan.
Karena sungai-sungai sudah digambarkan dalam peta dasar, tidak usah diadakan
pengukuran kompas, cukup dengan memperhatikan dan mencatat
belokan-belokan sungai yang terpenting saja (misalnya berapa kali belok kanan
dan belok kiri sesudah titik pengamatan terakhir).
Lokasi titik itu didapatkan dengan jalan mengukur dengan mistar dalam peta
sepanjang garis sungai, dengan memperhitungkan berapa kali beloknya. Tetapi
kadang-kadang ada hal-hal yang kurang tepat (peta sudah tua dan sebagainya)
sehingga perlu sekali dicek kebenarannya. Terutama sekali kalau kita pergunakan
peta yang dibesarkan. Kadang-kadang cara yang kedua harus dilakukan jika
sungai-sungai itu tertutup dalam hutan, sehingga tidak mungkin untuk berorientasi.
Tetapi sebaiknya dalam semua lintasan sungai (river traverse) saudara
menghitung langkah dari permulaan langkah sebab saudara tidak selalu tahu
keadaan yang bagaimana yang akan dihadapi.
Traverse atau lintasan yang dilakukan di jalan-jalan tidak berbeda dengan traverse
di sungai, hanya tentunya akan lebih mudah. Tetapi sebelumnya, pemeta harus
yakin bahwa jalan yang akan pemeta ikuti itu tergambar dalam peta dengan nyata
dan jelas. Ada kalanya, malah seringkali terjadi, bahwa jalan-jalan setapak ataupun
jalan besar itu sudah pindah sehingga akan mengacaukan pemeta. Lebih baik
dicek dahulu dengan penduduk setempat, jika ternyata jalan itu sudah berubah,
maka terpaksa saudara harus melakukan “compas opname” seperti yang
dijelaskan di bawah ini.
GEOLOGI LAPANGAN
150
GEOLOGI LAPANGAN
151
Gambar 11.2. Unsur-unsur yang ada pada peta geologi (Compton, 1985)
GEOLOGI LAPANGAN
152
GEOLOGI LAPANGAN
153
Caranya adalah dengan mempergunakan tali ukur (50 m, 30 m), dan kompas ;
jarak, azimuth dan lereng diukur, kemudian dilakukan koreksi seperlunya.
Variasi lain dari pengukuran dengan metode ini adalah dapat dilakukan yang
disesuaikan dengan kondisi lapangan, diantaranya :
a. Dengan menggunakan dua perahu di sungai yang masing-masing memegang
ujung tali, atau
b. Satu perahu dan satu orang mengambang dengan pelampung, masing-masing
memegang ujung tali.
Pemeta harus ingat bahwa untuk mengeplot simbol jurus dan kemiringan saja
dibutuhkan ruangan kira-kira 10 x 5 mm. Jelas pula bahwa singkapan-singkapan
yang berada di garis lintasan. (Tetapi dalam buku catatan harus dinyatakan
jarak-jarak singkapan yang demikian).
Jelaslah bahwa untuk pemetaan dengan memakai peta dasar skala 1 : 25.000 atau
lebih kecil lagi, metode-metode yang di atas tadi cukup tepat. Lain halnya dengan
skala yang besar.
GEOLOGI LAPANGAN
154
Dalam kondisi tertentu kadang sayatan pada peta tidak tegak lurus dengan jurus
lapisan batuan, maka hal ini dapat dikoreksi dengan menggunakan rumus :
Tg = tg x Sin
= arctg (tg x sin )
dimana : : Dip di penampang
: Dip dipeta
: Sudut yang dibentuk oleh sayatan dengan jurus
Peta Geologi pada dasarnya dapat menunjukkan urutan umur batuan tetapi tidak
bisa menunjukkan urutan umur yang dilengkapi dengan umur relatif serta
gambaran deskriptif batuan, lingkungan pengendapan/ pembentukan. Setiap hasil
pemetaan geologi selalu diharuskan membuat kolom stratigrafi.
Syarat-syarat yang harus terpenuhi untuk menentukan suatu satuan batuan
adalah sebagai berikut :
Harus dapat dipetakan (mapable) berdasarkan skala peta dasar
Satuan peta dapat terdiri satu macam batuan atau beberapa macam batuan
Penggolongan satuan batuan disesuaikan dengan sandi stratigrafi indonesia.
Harus menggunakan satu pembagian satuan stratigrafi. Misalnya : satuan
litostratigrafi tidak perlu digabungkan dengan satuan litodemik.
GEOLOGI LAPANGAN
155
Kolom stratigrafi yang dibuat dari peta geologi berbeda dengan kolom stratigrafi
yang dibuat berdasarkan penampang terukur. Unsur-unsur yang tergambar di
dalamnya sama saja seperti yang telah di jelaskan pada bab sebelumnya.
Perbedaanya adalah kolom stratigrafi peta memuat urutan batuan secara
keseluruhan, sedangkan penampang terukur penekanannya pada lingkungan
pengendapan dan kotak satuan batuan.
Kolom stratigrafi juga sangat tergantung penampang stratigrafi terukur yang
biasanya dibuat pada tempat-tempat yang menunjukkan urutan yang ideal, daerah
yang menunjukkan kontak tegas.
GEOLOGI LAPANGAN
156
GEOLOGI LAPANGAN
157
Kolom Deskripsi
Walaupun yang diberikan dalam kolom ini adalah deskripsi batuan, tetapi
dianjurkan memperhatikan terlebih dahulu penggolongan batuan kemudian
menguraikan deskripsi batuan.
GEOLOGI LAPANGAN
158
GEOLOGI LAPANGAN
159
Gambar 11.6. Peta Geologi Daerah Biru, Sulawesi Selatan (Leeuwen, 1981)
GEOLOGI LAPANGAN
160
C. Latihan
GEOLOGI LAPANGAN
MATA KULIAH
GEOLOGI LAPANGAN
MODUL XIII
EKSPLORASI GEOKIMIA
GEOLOGI LAPANGAN
2
A. Pendahuluan
B. Materi Pembelajaran
Salah satu metode eksplorasi atau pemetaan Geologi yang tidak hanya
berpatokan pada pemetaan geologi permukaan, akan tetapi lebih menekankan
pada pemetaan berdasarkan sifat-sifat kimia permukaan baik batuan, soil, air
permukaan dan lain-lain adalah metode Eksplorasi Geokimia.
Metode ini lazim digunakan dalam pemetaan Geologi dalam usaha pencarian
bahan galian tertentu. Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai berbagai hal dalam
proses eksplorasi geokimia.
12.1 Penyontohan
Dari sejumlah metode penyontohan dalam eksplorasi geokimia, dalam penuntun ini
akan diberikan gambaran tentang dua metode :
1. Penyontohan sedimen sungai
2. Penyontohan tanah
GEOLOGI LAPANGAN
3
Pengambilan Contoh
a. Contoh diambil dari bagian sungai yang beraliran aktif (biasanya mendekati
bagian tengah), jika tidak mungkin, dapat dilakukan agak ke tepi tetapi perlu
diperhatikan adanya kemungkinan tercampur dengan guguran material dari
tebing sungainya curam.
b. Banyaknya contoh yang diambil tergantung prosedur penyontohannya secara
umum dari penyontohannya mulai dari fraksi terhalus sampai mineral berat
berkisar antara 50 – 100 gram sampai 1 – 20 kg.
c. Hindarkan terjadinya kontaminasi (hadirnya unsur/ material asing yang dapat
mempengaruhi hasil analisa). Misalnya pada pengambilan contoh untuk
tembaga (Cu), hindarkan penggunaan peralatan dari bahan tembaga (sekop,
sendok, stepler, dsb) atau lokasi pengambilan contoh yang mungkin terjadi
kontaminasi (dekat/ dibawah jembatan, rel kereta api dsb) karena dapat
memberikan tambahan konsentrasi tembaga pada contoh.
GEOLOGI LAPANGAN
4
Contoh tanah dari lapangan dikeringkan dibawah sinar matahari atau oven.
Setelah kering, saring dengan saringan berukuran 80 mesh (dapat digunakan kain
nilon) sejumlah kira-kira 1 gram.
Larutkan 400 gram Sodium Asetat (NaCaH3O2. 3H2O), 100 gram Sodium
Tatrat (Na2C2H4O6.2H2O) dan 20 gram Hidroksilamin Hidroklorida
(NH2OH.HCl) dalam 1 liter air bebas logam. Atur pH larutan antara 6-7 dengan
menambahkan HCl atau NaOH, periksa dengan kertas pH.
GEOLOGI LAPANGAN
5
Timbang 0,200 gram CuSO4 2H2O dan larutkan dalam 500 ml. HCl 0,10 M
untuk memperloleh larutan standar Cu 100 mgr/ml. Dengan pengenceran
dapat kita peroleh larutan standar dengan konsentrasi yang lebih rendah,
misalnya menjadi 10 mgr/ml dan 1 mg/ml.
Pipetkan 0,0 m, 0,8 ml, 1,6 ml 2,4 ml dst (sesuai dengan keperluan) dalam
tabung reaksi yang berbeda untuk mendapatkan suatu seri larutan standar
dengan konsentrasi yang bervariasi.
Dalam tiap tabung reaksi tadi tambahklan 8 ml larutann buffer Cu dan 2 ml. 2-2
biquinoline, kocok masing-masing tabung selama 15 – 30 detik untuk
memperoleh warna yang mencerminkan konsertasi Cu yang ada.
Simpan seri larutan standar ini hanya tahan disimpan maksimal selama 1 bulan
1. Contoh yang sudah halus ditimbang 0,1 gram, gunakan sendok kimia yang
sudah ditentukan ukurannya, kemudian masukkan ke dalam tabung reaksi
(yang sudah diberi tanda batas volume 10 ml)
2. Tambahkan (dengan sendok kimia) 0,5 gram bubuk K 2S2O, kemudian aduk
dengan batan pengaduk sampai tercampur baik (homogen).
3. Panaskan di atas api sampai campuran meleleh homogen. Pada saat
memanaskan usahakan selalu memutar tabung reaksi agar pemanasan
merata dan untuk menghindari pecahnya tabung reaksi.
4. Bila campuran sudah meleleh semua, dinginkan tabung beberapa saat, lalu
tambahkan 3 ml HCl 3 M, kemudian masukkan ke dalam pemanas air
selama 0,5 jam supaya terjadi reaksi sempurna.
5. Setelah 0,5 jam keluarkan tabung reaksi dari pemanas air, encerkan dengan
menambahkan air (aquadest) sampai 10 ml. (sesuai batas tanda pada
tabung reaksi).
6. Tentukan kadar Cu ( atau Pb, atau Zn).
GEOLOGI LAPANGAN
6
1. Pipet 2 ml larutan contoh dan masukkan kedalam tabung reksi lain (yang
sudah diberi nomor contoh).
2. Tambahkan 8 ml larutan Buffer Cu.
3. Tambahkan juga larutan 2 ml larutan 2,2-Biquinoline.
4. Tutup tabung dengan gabus (atau karet ), dan kocok kuat-kuat selama 15 –
30 detik.
5. Perhatikan perubahan warna pada larutan tersebut. Dan tentukan kadar
unsur pada contoh kita sesuai kesamaan warna dengan larutan standar.
6. Hitung kadar Cu
Perhitungan : K = (V x Y) /(BxZ)
Dimana :
K = kadar unsur dalam contoh (ppm)
V = Volume larutan setelah diencerkan (= 10 ml.)
Y = Konsentrasi unsur pada larutan standar yang memberikan kesamaan
warna dengan larutan contoh (Microgram/ml)
Z = Volume larutan contoh (=2 ml).
B = Berat contoh yang ditimbang (=0,1 gram)
Sehingga diperoleh ; K = (10 x Y)/(0,1x2) = 50.Y ppm
Latar belakang ialah kandungan normal suatu unsur dalam material bumi di suatu
daerah tertentu yang tidak terpengaruh adanya mineralisasi.
Harga Ambang adalah batas antara harga latar belakang dan harga anomali
(anomali adalah suatu penyimpangan dari normal).
Anomali Geokimia ialah kandungan unsur diatas harga ambang yang diharapkan
mempunyai hubungan dengan tubuh biji
GEOLOGI LAPANGAN
7
Penentuan harga latar belakang, harga ambang, dan harga anomali didekati
dengan perhitungan statistik. Mengingat bahwa harga ambang merupakan antara
latar belakang dan anomali, maka perhitungan sering ditujukan untuk mencari
harga ambang ialah dengan cara menentukan harga rata-rata populasi ditambah
dua atau tiga kali harga simpangan baku (yang sering digunakan ialah x = 2s, atau
2,5% harga teratas).
Suatu populasi seringkali terdiri atas lebih dari satu kelompok. Misalkan suatu
populasi terdiri dari dunia kelompok : kelompok latar belakang dan anomali, maka
untuk menentukan harga ambangnya diambil 2,5 % harga teratas dari kelompok
latar belakang setelah dilakukan pemisahan dengan grafik probabilitas.
Prosedur Pemisahan
GEOLOGI LAPANGAN
8
Lokasi anomali geokimia perlu digambarkan pada peta pengambilan contoh tanah.
Cantumkan harga kandungan unsur (hasil analisa) pada titik pengambilan contoh
pada peta dan buatlah kontur kandungan unsur dengan interval tertentu yang
dapat diperlihatkan pada distribusinya (misalnya 10, 50, 100 atau 200 ppm).
Kemudian diantara kontur tersebut gambarkan pula kontur harga ambang yang
harganya didapat dari perhitungan statistik, untuk dapat mengetahui daerah
dengan kandungan unsur yang anomali (daerah diarsir atau diberi warna yang
berbeda), agar terlihat dengan jelas daerah anomali dibandingkan daerah
latar-belakang. Buatlah penampang kandungan unsur yang melintasi daerah
anomali tersebut sehingga jelas terlihat kandungan unsur yang bersifat
latar-belakang, ambang dan anomali. Lengkapi peta anomali geokimia ini dengan
interpretasi yang berhubungan dengan kondisi setempat (geologi, topografi, dan
sebagainya).
C. Latihan
1. Sebutkan dan jelaskan 2 jenis penyontohan dalam kegiatan eksplorasi
geokimia
2. Sebutkan syarat-syarat untuk pengambilan sampel dalam kegiatan
pengambilan contoh sedimen sungai
3. Sebutkan syarat-syarat untuk pengambilan sampel dalam kegiatan
pengambilan contoh tanah
GEOLOGI LAPANGAN
MATA KULIAH
PEMETAAN GEOLOGI
MODUL XIV
PENYUSUNAN LAPORAN
A. Pendahuluan
B. Materi Pembelajaran
Menulis laporan pemetaan geologi, seperti halnya menulis laporan yang lain. Tidak
mungkin dapat dibuat sekali jadi, meskipun telah dipahami hal-hal tersebut diatas.
Menulis laporan selalu melalui proses yang berulang-ulang untuk memantapkan,
bahan dan bahasa, skema, ditulis, dibaca, diubah dan ditulis lagi dan seterusnya.
Menulis laporan adalah mengulang tulis.
Secara umum laporan pemetaan geologi, sesuai dengan tujuannya akan terdiri
dari pokok-pokok sebagai berikut :
GEOLOGI LAPANGAN
3
Kata Pengantar
Intisari
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Foto
Bab 1. Pendahuluan
Bab 2. Geomorfologi
Bab 3. Stratigrafi
Bab 4. Struktur Geologi
Bab 5. Sejarah Geologi
Bab 6. Geologi Terpakai
(Mineral Energi, Bahan Galian, Geologi Teknik, Geohidrologi, Geologi
Tata Lingkungan dan lainnya)
13.3 Penjelasan
GEOLOGI LAPANGAN
4
13.3.2 Intisari
Merupakan bagian dari tulisan yang menyampaikan suatu informasi singkat dari
laporan tetapi tidak sesingkat abstrak. Sifat intisari berdiri sendiri, mengandung
informasi yang khas, kuantitatif. Isi dari intisari berkisar antara 200 – 400 kata.
13.3.4 Pendahuluan
1. Latar belakang pemetaan geologi
2. Topik dan masalah yang diteliti , maksud dan tujuannya
3. Batas-batas wilayah pemetaan, geografi, aksesbilitas
4. Kerangka teoritis, metoda pemetaan dan analisa
5. Susunan dan sistematika pembahasan.
13.3.5 Geomorfologi
GEOLOGI LAPANGAN
5
Geometri sungai
Lainnya (kaitan morfologi dengan batuan dan struktur geologi dan
proses geologi)
Daratan:
Klasifikasi
Geometri
Lain-lain (kaitan morfologi dengan batuan dan struktur geologi dan
proses geologi)
4. Kesimpulan geomorfologi
Disertai sketsa geomorfologi, foto-foto, di lampiri peta satuan morfologi.
13.3.6 Stratigrafi
GEOLOGI LAPANGAN
6
13.4 Lampiran
Setiap laporan Pemetaan Geologi perlu diikuti dengan lampiran sebagai
pelengkap dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari laporan itu sendiri.
Adapun lampiran tersebut adalah :
1. Catatan harian
2. Daftar-daftar data dan analisa (batuan, fosil, mineral dsb.)
GEOLOGI LAPANGAN
7
GEOLOGI LAPANGAN