Anda di halaman 1dari 56

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Geologi Rekayasa


Geologi rekayasa adalah penerapan ilmu geologi dalam praktik
rekayasauntuk tujuan menjamin faktor-faktor geologi yang memengaruhi lokasi,
disain, konstruksi, operasi dan perawatan pekerjaan rekayasa telah dikenali dan
diperhitungkan dengan matang (Garrels, 1951). Penelitian geologi rekayasa dapat
dilakukan pada waktu perencanaan, analisis dampak lingkungan, desain rekayasa
sipil, rekayasa optimasidan tahapan konstruksi proyek umum dan swasta, serta
pada tahap setelah konstruksi dan penyelidikan proyek. Penelitian geologi
rekayasa dilakukan oleh seorang ahli geologi, tenaga profesional yang terlatih dan
memiliki kemampuan untuk mengenali dan menganalisis bahaya geologiserta
kondisi geologi yang merugikan.Keseluruhan tujuan tersebut adalah untuk
melindungi jiwa dan harta benda dari kerusakan serta solusi untuk masalah-
masalah geologi.
Ahli Geologi Rekayasa menyelidiki dan memberikan pertimbangan,
analisis, dan disain dari sudut pandang geologi dangeoteknik.Pekerjaan yang
dilakukan oleh ahli geologi rekayasa mencakup penyelidikan bahaya geologi,
geoteknik, sifat-sifat materi, stabilitas longsoran dan lereng, erosi, banjir,
kekeringan, dan seismik, dll.
Geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu geo berarti bumi dan logos
berarti ilmu. Secara istilah geologi adalah ilmu (sains) yang mempelajari tentang
bumi, komposisinya, struktur, sifat-sifat fisik, sejarah dan proses
pembentukannya. Kata geologi pertama kali digunakan oleh Jean Andre Deluc
dalam tahun 1778 dan diperkenalkan sebagai istilah yang baku oleh Horace
Benedict de Saussure tahun 1779. Geologi adalah suatu ilmu pengetahuan
kebumian yang mempelajari planet bumi beserta isinya yang pernah ada dan
merupakan kelompok ilmu yang membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan
yang membentuk bumi, struktur bumi, proses-proses yang bekerja baik didalam
maupun diatas permukaan bumi, kedudukannya di alam semesta serta sejarah
perkembangannya sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga sekarang.

Alfiqri Adam (18101154330088) 4


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK

Geologi dapat digolongkan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang


komplek dan mempunyai pembahasan materi yang beraneka ragam namun juga
merupakan suatu bidang ilmu pengetahuan yang menarik untuk dipelajari.Ilmu ini
mempelajari dari benda-benda sekecil atom hingga ukuran benua, samudra,
cekungan dan rangkaian pegunungan.

2.1.1 Tujuan Mempelajari Geologi Rekayasa


Adapun tujuan untuk mempelajari geologi rekayasa yaitu dengan beberapa
tujuan yaitu:
A. Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui tentang pengertian Geologi Rekayasa dan
mampu bekerja sama dengan tenaga Ahli Geologi Rekayasa dalam
memanfaatkan suatu lahan terhadap pekerjaan-pekerjaan konstruksi.
B. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari mempelajari Geologi Rekayasa yaitu
dengan beberapa tujuan khusus seperti:
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui tingkat kelayakan pemanfaatan
suatu lahan/wilayah untuk pembangunan/ kontruksi, berdasarkan
prinsip-prinsip geologi.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui prinsip-prinsip dasar secara
geologi penetapan kelayakan pemanfaatan suatu lahan/wilayah
untuk pembangunan/konstruksi.
3. Agar mahasiswa mampu menerapkan pengetahuan Geologi
Rekayasa dalam pemanfaatan lahan untuk pekerjaan konstruksi.

2.2 Penyelidikan Lapangan

2.2.1 Perencanaan
Kelancaran suatu kegiatan, sebagian besar ditentukan selama tahap
perencanaan. Tahap perncanaanini perencanaan sebelum ke lapangan dan
perencanan selama di lapangan.

Alfiqri Adam (18101154330088) 5


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK”
a. Perencanaan sebelum ke lapangan
Perncanaan ini meliputi hal-hal yang sangat mendasar sebelum tim
berangkat ke lapangan, yang menyangkut:
1. Masalah administrasi, konsolidasi personalian tim, kesiapan transportasi
dan peralatan lapangan, serta keperluan-keperluan lain untuk pekerjaan
pujian di lapangan
2. Pengumpulan data lapangan yang telah ada atau laporan dari penyelidik
terdahulu.
3. Penyiapan peta dasar baik peta topografi maupun foto udara dengan
skala yang disesuaikan dengan maksud dan tujuan
pemetaan/penyelidikan.
b. Perencanaan selama di lapangan
Merupakan perencanaan yang dilakukan di base camp sebelum
melakukan pemetaan/penyelidikan geologi teknik. Sebaiknya
sebelum kegiatan dilakukan, terlebih dahulu dilakukan penyelidikan
pendahuluan (reconnaise) dengan maksud untuk mengenal medan,
situasi daerah dan kebiasaan-kebiasaan penduduk yang berada di daerah
pemetaan/penyelidikan. Dari hasil penyelidikan pendahuluan baru
direncanakan kegiatan selanjutnya secara lebih terarah, yaitu dengan
membuat rencana lintasan.
2.2.2 Pekerjaan Lapangan
a. Proses Pekerjaan Lapangan
Pekerjaan Lapangan (field work) merupakan proses untuk mendapatkan
keyakinan secara sistematis dengan mengumpulkan bahan bukti secara
objektif mengenai operasi entitas. Istilah “proses yang sitematis” istilah
tersebut juga memiliki makna bahwa auditor internal akan menerapkan
persyaratan profesonal dalam melakukan audit. “Persyaratan professional”
berarti kebebasan penuh dari segala bias yang akan mempengaruhi
pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti. Bebas dari bias dicapai
melalui independensi dan objektivitas.

Alfiqri Adam (18101154330088) 18


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK
b. Tujuan Pekerjaan Lapangan
Tujuan pekerjaan lapangan adalah untuk membantu pemberian keyakinan
dengan melaksanakan prosedur-prosedur audit yang ada di program audit, sehingga
tujuan audit yang ingin dicapai. Pekerjaan lapangan meruapakan pengumpulan
bahan bukti untuk pengukuran dan evaluasi.Mereka harus memahami bahwa
mereka :
1. Tidak dapat memberikan keyakinan dengan mengaudit operasi secara sempit.
2. Tidak dapat mengamati sebuah proses dan seenaknya memutuskan apakah
proses tersebut baik atau buruk.
3. Harus memandang operasi tersebut dalam bentuk unit-unit pengukuran dan
standar.

c. Pembuatan Strategi untuk Melakukan Pekerjaan LapanganBagian-bagian dari


rencana strategis akan mencakup :
1. Kebutuhan pegawai
2. Kebutuhan sumber daya dari laur
3. Pengorganisasian staf audit
4. Wewenang dan tanggung jawab
5. Struktur pekerjaan lapangan
6. Waktu pelaksanaan pekerjaan lapangan
7. Metode pekerjaan lapangan
8. Metode pendokumentasian
9. Penyiapan laporan
10. Rencana kontinjensi

Metode pekerjaan lapangan. Ada enam metode yang biasa digunakan dalam
pekerjaan lapangan :
1. Observasi
2. Konfirmasi
3. Verifikasi
4. Investigasi

Alfiqri Adam (18101154330088) 7


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK”
5. Analisis
6. Evaluasi
2.2.3 Pemetaan Geologi Teknik
a) Marfologi dan kemiringan lereng
Meliputi kondisi bentang alam beserta unsur-unsur geomorfologi
lainnya, penafsiran genesa morfologi dan perkembangan geomorfologi
yang mungkin akan terjadi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah keadaan bentuk lembah, pola
aliran sungai, sudut lereng, pola gawir dan bentuk-bentuk bukit. Morfologi
atau bentang alam seperti tampak pada saat sekarang ini merupakan hasil
kerja dari sistem alam, yaitu proses-prosesdalam bumi (geologi,
volkanisme) dan proses-proses luar (air permukaan, gelombang, longsoran,
tanaman, binatang termasuk manusia).
Morfologi sangat penting dalam hubungannya dengan pelaksanaan
pembangunan, yaitu untuk mengetahui karakteristik bentang alamnya
seperti kemiringan lereng dalam kaitannya dengan jangkauan optimum
sudut lereng untuk keperluan kesampaian lokasi dan operasional kendaraan
pengangkut bahan bangunan, sampah dan tataguna lahan pada saat ini.
b) Satuan Tanah dan batuan
Satuan tanah dan batuan memberikan informasi mengenai susunan atau
urutan stratigrafi dari tanah dan batuan secara vertikal maupun horisontal.
Untuk itu perlu dilakukan pemerian sifat fisik dan keteknikan tanah/batuan
yang dapat diamati langsung di lapangan secara megaskopis. Penyusunan
satuan geologi teknik dilakukan dengancara pengelompokan tanah dan
batuan yang mempunyai sifat fisik dan keteknkan yang sama atau
mendekati sama.
c) Struktur Geologi
Meliputi pemerian jurus dan kemiringan lapisan batuan, kekar, rekahan, sesar,
lipatan dan ketidak selarasan. Data ini sangat penting dalam pekerjaan
pembangunan infrastruktur guna menghindari atau memecahkan permasalahan
yang dapat terjadi.

Alfiqri Adam (18101154330088) 18


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK
Intensitas kekar atau retakan, tingkat kehqncuran batuan yang diakibatkan oleh
adanya sesar terutama bila dijumpai sesar aktif maupun perselingan lapisan batuan
yang miring adalah merupakan zona lemah yang dapat menimbulkan
permasalahan, misalnya longsoran.
d) Keairan
Pengamatan yang perlu dilakukan meliputi kedalaman muka air tanah bebas,
sifat korosifitas air tanah dan munculnya mata air atau rembesan yang dapat
mempengaruhi perencanaan konstruksi pondasi bangunan. Apabila dianggap perlu
diambil contoh air tanahnya untuk diuji di laboratorium, guna mengetahui tingkat
korosivitasnya.
e) Bahaya Geologi
Meliputi pengamatan dan penilaian tentang ada tidaknya bahaya yang mungkin
dapat terjadi sebagai akibat dari faktor geologi. Identifikasi bahaya geologi sangat
erat kaitannya dengan pembangunan infrastruktur, karena dikhawatirkan akan
menjadi kendala atau hambatan selama pembangunan maupun pasca
pembangunan, antara laian struktur sesar aktif, gerakan tanah/batuan, banjir
bandang, ambblesan tanah/batuan, bahaya kegunung apian, erosi dan abrasi,
kegempaan, Tsunami, dan lempung mengembang.

2.3 Tanah
Tanah berasal dari bahasa Yunani yaitu pedon dan bahasa latin yaitu
solum, jadi tanah menurut istilah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari
mineraldan bahan organik. Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan
di bumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan
haradan airsekaligus sebagai penopang akar.Struktur tanah yang berongga-rongga
juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernapas dan tumbuh.Tanah juga
menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme.Bagi sebagian besar hewan darat,
tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak.Ilmu yang mempelajari berbagai
aspek mengenai tanah dikenal sebagai ilmu tanah.Dari segi klimatologi, tanah
memegang peranan penting sebagai penyimpan air dan menekan erosi, meskipun
tanah sendiri juga dapat tererosi. Komposisi tanah pada satu lokasi memiliki

Alfiqri Adam (18101154330088) 9


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK”
banyak perbedaan dengan lokasi yang lain. Air dan udara merupakan bagian dari
tanah.
Tanah organik berwarna hitam dan merupakan pembentuk utama lahan
gambut dan kelak dapat menjadi batu bara. Tanah organik cenderung memiliki
keasaman tinggi karena mengandung beberapa asam organic hasil dekomposisi
berbagai bahan organik.Kelompok tanah ini biasanya miskin mineral, pasokan
mineral berasal dari aliran air atau hasil dekomposisi jaringan makhluk hidup.
Tanah organik dapat ditanami karena memiliki sifat fisik gembur sehingga
mampu menyimpan cukup air namun karena memiliki keasaman tinggi sebagian
besar tanaman pangan akan memberikan hasil terbatas dan di bawah capaian
optimum.Tanah non-organik di dominasi oleh mineral.Mineral ini membentuk
partikel pembentuk tanah.Tekstur tanah demikian ditentukan oleh komposisi tiga
partikel pembentuk tanah yaitu pasir, lanau (debu), dan lempung.Tanah pasiran
didominasi oleh pasir, tanah lempungan didominasi oleh lempung.Tanah dengan
komposisi pasir, lanau, dan lempung yang seimbang dikenal sebagai geluh (loam).
Warna tanah merupakan ciri utama yang paling mudah di ingat
orang.Warna tanah sangat bervariasi, mulai dari hitam kelam, coklat, merah bata,
jingga, kuning, hingga putih. Selain itu, tanah dapat memiliki lapisan-lapisan
dengan perbedaan warna yang kontras sebagai akibat proses kimia (pengasaman)
atau pencucian (leaching). Tanah berwarna hitam atau gelap seringkali
menandakan kehadiran bahan organik yang tinggi, baik karena pelapukan vegetasi
maupun proses pengendapan di rawa-rawa.
Warna gelap juga dapat disebabkan oleh kehadiran mangan, belerang, dan
nitrogen. Warna tanah kemerahan atau kekuningan biasanya disebabkan
kandungan besi teroksidasi yang tinggi yaitu warna yang berbeda terjadi karena
pengaruh kondisi proses kimia pembentukannya. Suasana aerobik/oksidatif
menghasilkan warna yang seragam atau perubahan warna bertahap, sedangkan
suasana anaerobik/reduktif membawa pada pola warna yang bertotol-totol atau
warna yang terkonsentrasi.

Alfiqri Adam (18101154330088) 18


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK
2.3.1 Jenis- jenis Tanah
Tanah di muka bumi ini sangat banyak macamnya, contohnya di
Indonesia, mulai dari Sabang sampai Merauke jenis tanahnya sangatlah beragam
dari tanah yang subur sampai yang tandus, berikut adalah jenis-jenis tanah yaitu:
1. Tanah Alluvial
Alluvial adalah tanah yang berasal dari endapan lumpur yang dibawa
melalui sungai-sungai.  Tanah yang terjadi akibat pengendapan batuan
induk yang telah mengalami proses pelarutan dan pada umumnya
merupakan tanah yang subur. 
Secara umum, sifat jenis tanah ini mudah digarap, dapat menyerap air,
dan permeabel sehingga cocok untuk semua jenis tanaman pertanian. Ciri-
ciri tanah alluvial yaitu, jenis tanah masih muda, belum mengalami
perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium, tekstur beraneka, dan
kesuburan umumnya sedang hingga tinggi.Tanah ini cocok ditanami padi,
palawija, tembakau, tebu, sayuran, kelapa dan buah-buahan.Jenis tanah ini
terdapat di Jawa bagian Utara, Sumatera bagian Timur, Kalimantan bagian
Barat dan Selatan.Penyebarannya di lembah-lembah sungai dan dataran
pantai seperti misalnya, di Kerawang, Indramayu, Delta Brantas.

Gambar 2.1 Tanah Alluvial


Sumber: Ardamansa,1986
2. Tanah Andosol
Tanah andosol terbentuk dari endapan abu vulkanik yang telah
mengalami pelapukan sehingga menghasilkan tanah yang subur.Tanah
yang terjadi karena rendahnya pengaruh dari luar dan curah hujan tinggi.
Sifatnya mudah basah jika terkena air,warnanya kuning dan kuning

Alfiqri Adam (18101154330088) 11


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK”
kelabu.Tanah ini memiliki ciri-ciri yaitu, merupakan jenis tanah mineral
yang telah mempunyai perkembangan profil, warna coklat keabu-abuan
hingga hitam, kandungan organiknya tinggi, dan kelembapannya juga
tinggi.
Penyebarannya di daerah beriklim sedang dengan curah hujan diatas
2500 mm/tahun tanpa bulan kering, umumnya di jumpai di daerah lereng
atau kerucut volkan dengan ketinggian diatas 800 m diatas permukaan
laut. Andosol kebanyakan terdapat di pulau-pulau yang memiliki gunung
api aktif, seperti di Sumatera bagian Barat, Jawa, Bali, dan sebagian Nusa
Tenggara.

Gambar 2.2 Tanah Andosol


Sumber: Ardamansa,1986

3. Tanah Entisol
Entisol berasal dari abu vulkanik hasil erupsi yang dikeluarkan
gunung-gunung berapi berupa debu, pasir, kerikil, batu bom dan
lapili.Selain itu berasal dari gunduk pasir yang terjadi di sepanjang pantai,
misalnya diantara Cilacap dan Parangtritis (Selatan Yogyakarta), dan
Kerawang. Tanah tipe ini di sepanjang aliran besar merupakan campuran
yang mengandung banyak hara tanaman sehingga dianggap subur.Entisol
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut yaitu, tanah yang baru berkembang,
belum ada perkembangan horison tanah, meliputi tanah-tanah yang berada
di atas batuan induk dan termasuk tanah yang berkembang dari bahan
baru.

Alfiqri Adam (18101154330088) 18


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK

Gambar 2.3 Tanah Entisol


Sumber: Ardamansa,1986

4. Tanah Grumusol
Grumusol adalah tanah yang berasal dari batuan induk kapur dan tuffa
vulkanik, sehingga kandungan organiknya rendah. Tanah grumusol pada
umumnya mempunyai tekstur liat, berwarna kelabu hingga hitam, pH
netral hingga alkalis, dan mudah pecah saat musim kemarau.
Di Indonesia, jenis tanah ini terbentuk pada tempat-tempat yang
tingginya tidak lebih dari 300 m di atas permukaan laut dengan topografi
agak bergelombang hingga berbukit, temperatur rata-rata 25 oC, curah
hujan kecil dari 2.500 mm, dengan pergantian musim hujan dan kemarau
yang nyata. Persebarannya meliputi Sumatera Barat, Jawa Barat (daerah
Cianjur), Jawa Tengah (Demak, Grobogan), Jawa Timur (Tuban,
Bojonegoro, Ngawi, Madiun, dan Bangil), serta di Nusa Tenggara
Timur.Pemanfaatan jenis tanah ini pada umumnya untuk jenis vegetasi
rumputrumputan atau tanaman keras semusim misalnya pohon jati.

Alfiqri Adam (18101154330088) 13


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK”

Gambar 2.4 Tanah Grumusol


Sumber: Ardamansa,1986

5. Tanah Humus
Tanah humus adalah tanah hasil pelapukan tumbuh-tumbuhan (bahan
organik) di tanah hujan tropis. Tanah humus ini sangat subur dan cocok
untuk lahan pertanian, warnanya kehitaman.Tanah jenis ini terdapat di
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.

Gambar 2.5 Tanah


Humus
Sumber:

Ardamansa,1986

6. Tanah Inceptisol
Inceptisol adalah tanah yang terbentuk dari batuan beku, sedimen, atau
metamorf masam atau basa. Inceptisol memiliki ciri-ciri sebagai berikut,
yaitu adanya horizon kambik, dimana terdapat horizon penumpukan liat
kecil dari 20% dari horizon diatasnya, tanah yang mulai berkembang
tetapi belum matang yang ditandai oleh perkembangan profil yang lebih

Alfiqri Adam (18101154330088) 18


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK
lemah, mencakup tanah sulfat masam (Sulfaquept) yang mengandung
horison sulfurik yang sangat masam, tanah sawah (aquept) dan tanah
latosol. Tanah jenis ini banyak terdapat di Sumatera, Jawa dan
Kalimantan.Sebagain besar tanah ini ditanami palawija (Jawa) dan
hutan/semak belukar (Sumatera dan Kalimantan).

Gambar 2.6 Tanah Inceptisol


Sumber: Ardamansa,1986

7. Tanah Laterit
Tanah laterit adalah tanah yang banyak mengandung zat besi dan
aluminium.Karena tua sekali maka tanah ini sudah tidak subur lagi.Tanah
yang terjadi karena suhu udara tinggi dan curah hujan tinggi.Akibatnya
berbagai mineral yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan larut dan
meninggalkan sisa oksida besi dan alumunium.Tanah laterit berwarna
merah muda sehingga disebut pula tanah merah.Tanah jenis ini banyak
terdapat di daerah Jawa Timur, Jawa Barat, Kalimantan Barat dan
Lampung.

Gambar 2.7 Tanah Laterit


Sumber: Ardamansa,1986

Alfiqri Adam (18101154330088) 15


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK”

8. Tanah Latosol
Latosol adalah tanah yang terbentuk dari batuan beku, sedimen, dan
metafomorf. Tanah latosol memiliki ciri-ciri yaitu, merupakan jenis tanah
yang telah berkembang atau terjadi deferensiasi horison, solum dalam,
tekstur lempung, warna coklat, merah hingga kuning, tersebar di daerah
beriklim basah, curah hujan lebih dari 3000 mm/tahun, ketinggian tempat
berkisar antara 300-1000 meter di atas permukaan laut, mudah menyerap
air, memiliki pH 6–7 (netral) hingga asam, memiliki zat fosfat yang
mudah bersenyawa dengan unsur besi dan aluminium, kadar humusnya
mudah menurun. Tanah ini tersebar di kawasan Bukit Barisan (Sumatera),
Jawa, Kalimantan Timur dan Selatan, Bali, Papua, dan Sulawesi.

Gambar 2.8 Tanah Latosol


Sumber: Ardamansa,1986

9. Tanah Litosol
Tanah litosol belum lama mengalami perkembangan tanah, akibat
pengaruh iklim yang lemah, letusan vulkanik, dan topografi yang terlalu
miring atau bergelombang. Tanah litosol harus diusahakan agar dipercepat
pembentukan tanahnya, antara lain dengan penghutanan atau tindakan lain
untuk mempercepat proses pelapukan. Tanah jenis ini merupakan tanah
mineral dengan sedikit perkembangan profil, tekstur tanah beraneka dan
pada umumnya berpasir, tidak bertekstur, warna, kandungan batu, kerikil
dan kesuburan bervariasi.Litosol dapat dijumpai di segala iklim, umumnya

Alfiqri Adam (18101154330088) 18


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK
di topografi berbukit, pegunungan, dan kemiringan lereng miring hingga
curam. Tanah litosol terdapat di daerah pegunungan kapur dan daerah
karst di Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara, dan Maluku
Selatan.

Gambar 2.9 Tanah


Litosol
Sumber: Ardamansa,1986

10. Tanah Kapur


Tanah kapur adalah tanah yang berasal dari batuan kapur yang pada
umumnya terdapat di daerah pegunungan kapur dan berumur sudah
tua.Tanah ini tidak subur, tetapi masih dapat ditanami pohon jati, seperti
daerah hutan jati di Pegunungan Kendeng, Blora, Jawa Tengah, dan di
Pegunungan Sewu, Gunung Kidul, Yogyakarta. Persebarannya banyak
terdapat di daerah pegunungan kapur, seperti Jawa Timur, Jawa Tengah,
Nusa Tenggara, Jawa Barat, Sulawesi, Maluku dan Sumatera.

Gambar 2.10 Tanah Kapur


Sumber: Ardamansa,1986

Alfiqri Adam (18101154330088) 17


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK”

11. Tanah Mergel


Tanah mergel adalah tanah yang terjadi dari campuran batuan kapur,
pasir dan tanah liat.Pembentukan tanah mergel dipengaruhi oleh hujan
yang tidak merata sepanjang tahun.Tanah mergel termasuk jenis tanah
yang subur dan banyak terdapat di lereng pegunungan dan dataran rendah,
misalnya Solo (Jawa Tengah), Madiun, dan Kediri (Jawa Timur).

Gambar 2.11 Tanah Mergel


Sumber: Ardamansa,1986

12. Tanah Organosol


Tanah organosol adalah tanah yang terjadi dari bahan induk organik,
seperti gambut dan rumput rawa pada iklim basah dengan curah hujan
lebih dari 2.500 mm/tahun. 
Tanah ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, yaitu tidak tejadi
deferensiasi horison secara jelas, ketebalan lebih dari 0,5 m, warna coklat
hingga kehitaman, tekstur debu lempung, tidak berstruktur, konsistensi
agak lekat, kandungan organik lebih dari 30% untuk tanah tekstur
lempung dan lebih dari 20% untuk tanah tekstur pasir, umumnya bersifat
sangat asam dengan pH 4, dan kandungan unsur hara rendah. Jenis tanah
ini terdapat di Jawa, daerah pasang surut di daratan Timur Sumatra, pantai
Kalimantan bagian barat dan selatan, serta pantai Papua (Irian jaya) bagian
barat dan selatan yang kesemuanya kaya akan unsur hara.

Alfiqri Adam (18101154330088) 18


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK

Gambar 2.12Tanah Organosol


Sumber: Ardamansa,1986

13. Tanah Oxisol


Oxisol adalah tanah yang kaya akan besi dan aluminium oksida. Tanah
jenis ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut, yaitu solum yang dangkal,
kurang dari 1 meter, kaya akan seskuioksida yang telah mengalami
pelapukan lanjut, adanya horizon oksik pada kedalaman kurang dari 1,5
m, susunan horison A, B, dan C dengan horizon B spesifik berwarna
merah kuning sampai kuning coklat dan bertekstur paling halus liat,
mengandung konkresi Fe/Mn lapisan kuarsa.

Gambar 2.13 Tanah Oxisol


Sumber: Ardamansa,1986

14. Tanah Padas

Alfiqri Adam (18101154330088) 19


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK”
Tanah padas adalah tanah yang amat padat, karena mineral di
dalamnya dikeluarkan oleh air yang terdapat di lapisan tanah sebelah
atasnya. Sebenarnya tanah padas tidak dapat dikatakan tanah, karena tanah
telah hilang dan sisanya terdiri dari lapukan batuan induk.Kandungan
organik tanah ini rendah bahkan hampir tidak ada dan peka terhadap
erosi. Jenis tanah ini terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia.

Gambar 2.14 Tanah Padas


Sumber: Ardamansa,1986

15. Tanah Pasir

Tanah pasir adalah tanah yang berasal dari batu pasir yang telah
melapuk. Tanah ini sangat miskin, tidak berstruktur, sedikit mengandung
bahan organik dan kadar air di dalamnya sangat sedikit. Tanah pasir
terdapat di pantai barat Sumatra Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi.Tanah
pasir yang terdapat di pantai berpasir disebut sand dune. Di daerah ini
dipengaruhi oleh angin, seperti bukit pasir di Pantai Parangtritis,
Yogyakarta.

Alfiqri Adam (18101154330088) 18


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK
Gambar 2.15 Tanah Pasir
Sumber: Ardamansa,1986

16. Tanah Podsol

Tanah podsol terbentuk karena pengaruh curah hujan yang tinggi dan
suhu yang rendah. Tanah podsol mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, yaitu
jenis tanah ini tidak mempunyai perkembangan profil, tekstur lempung
hingga pasir, kandungan pasir kuarsanya tinggi, kesuburannya rendah dan
warnanya kuning dan kuning kelabu.Penyebarannya di daerah beriklim
basah, curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun tanpa bulan kering.Misalnya
daerah Kalimantan Tengah, Sumatera Utara dan Irian Jaya.

Gambar 2.16 Tanah Podsol


Sumber: Ardamansa,1986

17. Tanah Podzolik Merah Kuning

Tanah podzolik merah kuning merupakan jenis tanah yang memiliki


persebaran terluas di Indonesia.Berasal dari bahan induk batuan kuarsa di
zona iklim basah dengan curah hujan antara 2.500–3.000
mm/tahun.Sifatnya mudah basah dan mudah mengalami pencucian oleh
air hujan, sehingga kesuburannya berkurang.Dengan pemupukan yang
teratur, jenis tanah ini dapat dimanfaatkan untuk persawahan dan

Alfiqri Adam (18101154330088) 21


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK”
perkebunan.Tersebar di dataran-dataran tinggi Sumatra, Sulawesi, Papua,
Kalimantan, Jawa Barat, Maluku, dan Nusa Tenggara.

Gambar 2.17 Tanah Podzolik Merah Kuning


Sumber: Ardamansa,1986

18. Tanah Regosol

Tanah regosol adalah tanah yang terbentuk akibat pelapukan batuan


yang mengandung abu vulkanik, pasir pantai dan nafal. Ciri-cirinya
yaitu, Tanah regosol merupakan hasil erupsi gunung berapi, Jenis tanah
masih muda, belum mengalami deferensiasi horison, bersifat subur,
berbutir kasar, berwarna keabu-abuan, kaya unsur hara, pH 6–7,
cenderung gembur, kemampuan menyerap air tinggi, dan mudah tererosi.
Persebaran jenis tanah ini di Indonesia terdapat di setiap pulau yang
memiliki gunung api, baik yang masih aktif ataupun yang sudah mati dan
banyak dimanfaatkan untuk lahan pertanian. Seperti Jawa, Sumatera, dan
Madura.

Alfiqri Adam (18101154330088) 18


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK

Gambar 2.18 Tanah Regosol


Sumber: Ardamansa,1986

19. Tanah Rendzina

Tanah rendzina tersebar tidak begitu luas di beberapa pulau Indonesia.


Berdasarkan luasannya, daerah-daerah di Indonesia yang memiliki jenis
tanah ini adalah Maluku, Papua, Aceh, Sulawesi Selatan, Lampung, dan
Pegunungan Kapur di Jawa. Rendzina memiliki ciri-ciri yaitu, merupakan
tanah padang rumput yang tipis berwarna gelap, terbentuk dari kapur
lunak, batu-batuan mergel, dan gips. Pada umumnya memiliki kandungan
Ca dan Mg yang tinggi dengan pH antara 7,5–8,5 dan peka terhadap erosi.
Jenis tanah ini kurang bagus untuk lahan pertanian, sehingga
dibudidayakan untuk tanaman-tanaman keras semusim dan palawija.

Gambar 2.19 Tanah Rendzina


Sumber: Ardamansa,1986

Alfiqri Adam (18101154330088) 23


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK”
20. Tanah Teroresa
Tanah yang terbentuknya dari pelapukan batuan kapur.Tanah jenis ini
banyak terdapat didasar doliuna dan merupakan tanah pertanian yang
subur di daerah kapur.

Gambar 2.20 Tanah Teroresa


Sumber: Ardamansa,1986

2.3.2 Sifat-sifat Tanah


Sifat morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati  dan
dipelajari di lapangan adalah sebagian dari sifat-sifat morfologi tanah yang
merupakan sifat-sifat fisik dari tanah tersebut adalah:
1. Profil Tanah
Profil tanah merupakan penampang melintang tanah atau irisan tegak
lurus ke bawah dari permukaan tanah yang menampakkan lapisan-lapisan
tanah (horison).Horizon adalah lapisan tanah yang kurang lebih sejajar
dengan permukaan bumi dan mempunyai ciri-ciri tertentu.Solum adalah
tanah yang berkembang, secara genetis merupakan lapisan tanah mineral
dari atas sampai sedikit dibawah batas atas horizon C (terdiri dari horizon
O-A-E-B).
Lapisan tanah atas lapisan tanah yang subur karena mengandung
banyak bahan organik (terdiri dari horizon O-A).Lapisan tanah bawah
adalah lapisan di bawah solum (terdiri dari horizon C-R). Kegunaan profil
tanah :
1. Untuk mengetahui kedalaman lapisan olah (Lapisan tanah
atas=O-A) dan solum(O-A-E-B).

Alfiqri Adam (18101154330088) 18


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK
2. Untuk mengetahui kelengkapan atau differensiasi horison pada
profil.
3. Untuk mengetahui warna tanah
Adapun beberapa horizon-horizon tanah yang ada di muka
bumi yaitu:

a. Horizon O
Horizon O adalah lapisan atas, lapisan olah, lapisan
humus.Lapisan teratas suatu penampang tanah, yang biasanya
banyak mengandung Bahan Organik (BO) sebagai hasil
dekomposisi seresah sehingga warnanya gelap dan merupakan
lapisan utama.

b. Horizon A
Horison A adalah mineral berBOT dan merupakan horizon di
bawah horizon O sehingga berwarna agak gelap.
c. Horizon E
Horison E adalah horizon mineral yang telah tereluviasi
(tercuci) sehingga kadar (BOT, liat silikat, F dan Al rendah) tetapi
pasir dan debu kuarsa (seskuoksida) dan mineral resisten lainnya
tinggi, serta berwarna terang.
d. Horizon B
Horizon ini disebut horizon Illuvial atau horison tempat
terakumulasinya bahan-bahan yang tercuci dari horison diatasnya
(akumulasi bahan eluvial). Ketebalan lapisan > horizon A dan
horizon B dibagi menjadi beberapa sub lapisan yaitu sub lapisan
B1 adalah daerah peralihan horizon (warna agak gelap), sub
lapisan B2 adalah daerah kandungan kapur tinggi (warna terang),
dan sub lapisan B3 adalah daerah penimbunan unsure Fe missal
Fe2O3 (warna merah).
e. Horizon C

Alfiqri Adam (18101154330088) 25


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK”
Horizon C atau lapisan batuan induk merupakan hasil
pelapukan dan penghancuran oleh iklim terhadap batuan induk
yang berlangsung lama dan sifatnya mirip batuan induk.
f. Horizon R (bedrock)
Horizon R Merupakan dasar tanah yang terdiri dari batuan
yang sangat pejal dan belum mengalami pelapukan.

Gambar 2.21 Horizon Tanah


Sumber:Didjat Madja 2013
2. Warna Tanah
Warna tanah merupakan ciri utama yang paling mudah untuk
mendeterminasi tanah.Warna tanah berfungsi sebagai penunjuk dari sifat
tanah, karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat
dalam tanah tersebut (Hardjowigeno, 1992).Penyebab perbedaan warna
permukaan tanah umumnya dipengaruhi oleh perbedaan kandungan bahan
organik.Makin tinggi kandungan bahan organik, warna tanah makin
gelap.Sedangkan dilapisan bawah, dimana kandungan bahan organik
umumnya rendah, warna tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan
banyaknya senyawa Fe dalam tanah.
Di daerah berdrainase buruk, yaitu di daerah yang selalu tergenang air,
seluruh tanah berwarna abu-abu karena senyawa Fe terdapat dalam
kondisi reduksi (Fe2+).Pada tanah yang berdrainase baik, yaitu tanah yang
tidak pernah terendam air, Fe terdapat dalam keadaan oksidasi (Fe 3+)

Alfiqri Adam (18101154330088) 18


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK
misalnya dalam senyawa Fe2O3 (hematit) yang berwarna merah, atau
Fe2O3.3H2O (limonit) yang berwarna kuning cokelat.Sedangkan pada
tanah yang kadang-kadang basah dan kadang-kadang kering, maka selain
berwarna abu-abu (daerah yang tereduksi) didapat pula becak-becak
karatan merah atau kuning,yaitu di tempat-tempat dimana udara dapat
masuk, sehingga terjadi oksidasi besi ditempat tersebut.Keberadaan jenis
mineral kwarsa dapat menyebabkan warna tanah menjadi lebih terang.
Warna tanah ditentukan dengan membandingkan warna tanah tersebut
dengan warna standar pada buku MunsellSoilColorChart. Diagram warna
baku ini disusun tiga variabel, yaitu:
a. Hue adalah warna spectrum yang dominan sesuai dengan panjang
gelombangnya.
b. Value menunjukkan gelap terangnya warna, sesuai dengan
banyaknya sinar yang dipantulkan.
c. Chroma menunjukkan kemurnian atau kekuatan dari warna
spektrum. Chroma didefiniskan juga sebagai gradasi kemurnian
dari warna atau derajat pembeda adanya perubahan warna dari
kelabu atau putih netral ke warna.
3. Tekstur Tanah
Tekstur tanah merupakan sifat menggambarkan kasar halusnya tanah
dalam perabaan yang ditentukan oleh perbandingan berat fraksi-fraksi
penyusunnya. Suatu fraksi yang dominan pada suatu tanah akan
menentukan ciri dan jenis yang bersangkutan.
Tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang kecil
sehingga sulit menyimpan atau menyerap air dan unsur hara.Tanah yang
bertekstur lempung atau liat mempunyai luas permukaan yang besar
sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara sangat
tinggi.Tekstur tanah ringan yaitu tanah yang didominasi fraksi pasiran
lebih mudah diolah dibandingkan dengan tekstur berat yang didominasi
fraksi lempung. Tekstur tanah dapat digolongkan :
a. Apabila terasa kasar, berarti pasir, dan pasir berlempung.

Alfiqri Adam (18101154330088) 27


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK”
b. Apabila terasa agak kasar, berarti lempung berpasir, dan lempung
berpasir halus.
c. Apabila terasa sedang, berari lempung berpasir sangat halus,
lempung, lempung berdebu, dan debu.
d. Agak halus, berarti  lempung liat, lempung liat berpasir, dan
lempung liat berdebu.
e. Halus, berari liat berpasir, liat berdebu, dan liat.

4. Struktur Tanah
Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan
susunan ruangan partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang
lain membentuk agregat dari hasil proses pedogenesis. Struktur ini terjadi
karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh suatu
perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lain.
Ruang kosong yang besar antara agregat (makropori) membentuk
sirkulasi air dan udara juga akar tanaman untuk tumbuh ke bawah pada
tanah yang lebih dalam.Sedangkan ruangan kosong yang kecil (mikropori)
memegang air untuk kebutuhan tanaman.Idealnya bahwa struktur disebut
granular.Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap pertumbuhan
tanaman terjadi secara langsung.Struktur tanah yang remah (ringan) pada
umumnya menghasilkan laju pertumbuhan tanaman pakan dan produksi
persatuan waktu yang lebih tinggi dibandingkan dengan struktur tanah
yang padat.

2.3.3 Proses Pembentukan Tanah


Pembentukan tanah di muka bumi ini sangatlah banyak, baik terbentuk
dengan sendirinya maupun aktivitas gunung atau yang lainya. Pembentukan tanah
dibagi menjadi empat tahap, setiap tahap tersebut dijelaskan dengan berbagai
macam cara seperti:
1. Tahap I
Pada tahap ini permukaan batuan yang tersingkap di permukaan akan
berinteraksi secara langsung dengan atmosfer dan hidrosfer. Keadaan ini

Alfiqri Adam (18101154330088) 18


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK
akan menyebabkan permukan batuan ada pada kondisi yang tidak stabil.
Pada keadaan ini lingkungan memberikan pengaruh berupa perubahan–
perubahan kodisi fisik seperti pendinginan, pelepasan tekanan,
pengembangan akibat panas (pemuaian), juga kontraksi (biasanmya akibat
pembekuan air pada pori–pori batuan membentuk es), yang menyebabkan
terjadinya pelapukan secara fisik (disintegrasi).Pelapukan fisik ini
membentuk rekahan–rekahan pada permukaan batuan (Cracking) yang
lama kelamaan menyebabkan permukaan batuan terpecah–pecah
membentuk material lepas yang lebih kecil dan lebih halus.
Kemudian selain itu, akibat berinteraksinya permukan batuan dengan
lapisan atmosfer dan hidrosfer juga akan memicu terjadinya pelapukan
kimiawi (Dekomposisi) diantaranya proses oksidasi, hidrasi, hidrolisis,
pelarutan dan lain sebagainya. Menjadikan permukaan batuan lapuk,
dengan merubah struktur dan komposisi kimiawi material
batuannya.Membentuk material yang lebih lunak dan lebih kecil (terurai)
dibanding keadaan sebelumnya, seperti mineral–mineral lempung.
2. Tahap II
Pada tahap ini, setelah mengalami pelapukan bagian permukaan
batuan yang lapuk akan menjadi lebih lunak. Kemudian rekahan–rekahan
yang terbentuk pada batuan akan menjadi jalur masuknya air dan sirkulasi
udara. Sehingga dengan proses–proses yang sama, terjadilah pelapukan
pada lapisan batuan yang lebih dalam. Selain itu, Pada tahap ini di lapisan
permukaan batuan mulai terdapat calon makhluk hidup (Organic Matter).
3. Tahap III
Pada tahap ini, di lapisan tanah bagian atas mulai muncul tumbuh–
tumbuhan perintis.Akar tumbuhan ini membentuk rekahan pada lapisan–
lapisan batuan yang ditumbuhinya (mulai terjadi pelapukan
Biologis).Sehingga rekahan ini menjadi celah/jalan untuk masuknya air
dan sirkulasi udara.
Selain itu, dengan kehadiran tumbuhan, material sisa tumbuhan yang
mati akan membusuk membentuk humus (akumulasi asam organik). Pada
dasarnya humus memiliki sifat keasaman. Proses pelapukan akan dipicu

Alfiqri Adam (18101154330088) 29


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK”
salah satunya oleh adanya faktor keasaman. Sehingga dengan hadirnya
humus akan mempercepat terjadinya proses pelapukan. Pembentukan
larutan asam pun terjadi pada akar-akar tanaman.Akar tanaman menjadi
tempat respirasi (pertukaran antara O2 dan CO2) serta traspirasi (sirkulasi
air).
Air yang terinfiltrasi ke dalam lapisan tanah akan membawa asam
humus yang ada di lapisan atas melalui rekahan–rekahan yang ada.
Menjangkau lapisan batuan yang lebih dalam. Ini semua akan
menyebabkan meningkatnya keasaman pada tanah yang kemudian akan
memicu terjadinya pelapukan pada bagian-bagian tanah serta batuan yang
lebih dalam. Membentuk lapisan–lapisan tanah yang lebih tebal.
Dengan semakin tebalnya lapisan-lapisan tanah, air yang tefiltrasi ke
dalam lapisan tanah dapat melakukan proses pencucian(leaching) terhadap
lapisan-lapisan yang dilaluinya. Sehingga tahapan ini merupakan awal
terbetuknya horizon-horizon tanah.
4. Tahap IV
Pada tahap ini, tanah telah menjadi lebih subur.Sehingga tumbuhlah
tumbuhan–tumbuhan yang lebih besar.Dengan hadirnya tumbuhan yang
lebih besar, menyebabkan akar–akar tanaman menjangkau lapisan batuan
yang lebih dalam.Sehingga terbentuk rekahan pada lapisan batuan yang
lebih dalam.Pada tahapan ini lapisan humus dan akumulasi asam organik
lainnya semakin meningkat. Seperti proses yang dijelaskan pada tahap–
tahap sebelumnya, keadaan ini mempercepat terjadinya proses pelapukan
yang terjadi pada lapisan batuan yang lebih dalam lagi.
Kemudian pada tahap ini juga terjadi proses pencucian yang intensif.
Air yang terinfiltrasi(meresap) ke dalam lapisan–lapisan tanah membawa
mineral–mineral yang ada di lapisan atas dan mengendapkannya pada
lapisan–lapisan dibawahnya.Sehingga terbentuklah akumulasi mineral–
mineral tertentu pada lapisan–lapisan tanah tertentu membentuk horizon
tanah.Horizon–horizon tanah ini mengandung komposisi unsur serta
karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Alfiqri Adam (18101154330088) 18


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK
2.4 Batuan
Batuan adalah agregat padat dari mineral, atau kumpulan yang terbentuk
secara alami yang tersusun oleh butiran mineral, gelas, material organik yang
terubah, dan kombinasi semua komponen tersebut. Secara umum, batu merupakan
material bangunan yang tersedia secara alami di alam yang telah digunakan sejak
awal peradaban manusia. Batu tersedia dalam bentuk yang tidak teratur, sehingga
dalam penggunaannya membutuhkan proses pemotongan untuk mendapatkan
ukuran dan bentuk yang diinginkan agar dapat digunakan sebagai material
bangunan. Batu telah digunakan untuk membangun mulai dari bangunan kecil
sampai bangunan megah di seluruh penjuru dunia.
Batuan beku atau batuan igneus berasal dari bahasa latin adalahignis yang
berarti api, jadi batuan adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang
mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah
permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai
batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair
ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya,
proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan
temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe
batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah
permukaan kerak bumi.
Secara geologis, batu didefinisikan sebagai suatu substansi padat yang
tercipta akibat efek dari tiga proses geologis, yaitu pembekuan magma, proses
sedimentasi melalui penguburan, pemampatan, dan modifikasi secara kimiawi,
serta proses metamorphosis. Batuan yang tercipta akibat proses pembekuan
magma disebut batuan beku, contohnya basalt, andesit, dan rhiolit. Batuan yang
tercipta akibat proses sedimentasi adalah batuan sedimen, contohnya adalah batu
kapur. Batuan yang tercipta akibat suhu serta tekanan yang tinggi mempengaruhi
batuan yang sudah ada, disebut batuan metamorf, contohnya batuan marmer.

2.4.1 Jenis Batuan


1. Batuan Beku (Igneous Rock)

Alfiqri Adam (18101154330088) 31


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK”
Batuan beku merupakan batu yang tercipta akibat proses pembekuan
magma (Symes, 2011). Magma dapat membeku di bawah maupun di atas
permukaan bumi. Bila magma membeku di dalam permukaan bumi, maka
batuan beku tersebut disebut batuan beku dalam atau batuan
bekuintrusifatau plutonik, namun jika magma membeku saat berhasil
keluar ke permukaan bumi (menjadi lava), maka batuan beku tersebut
disebut batuan beku luar atau batuan beku ekstrusif dan merupakan
kumpulan interlocking agregat mineral-mineral silikat hasil pembentukan
magma yang mendingin. Batuan beku secara garis besar terbagi atas 3
yaitu:
A. Batuan beku dalam
Batuan beku dalam yaitu merupakan hasil pembekuan magma di
bagian dalam perut bumi, bahkan di dalam dapur magma. Karena proses
pendinginan yang terjadi berlangsung sangat lambat, maka dihasilkan dari
mineral yang sempurna. Terbentuk jauh di bawah permukaan bumi dengan
kedalaman sekitar 15-50 km. Proses pembekuannya sangat lambat
dikarenakan dekat dengan lapisan astenosfer. Struktur kristal bersifat
holokristalin yaitu memiliki struktur kristal yang sempurna. Batuan beku
ini bertekstur sangat kasar dan jarang memiliki lubang gas dalam
batuannya.Bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang
menyusun batuan tersebut dapat dilihat dengan mata biasa tanpa bantuan
alat pembesar.Terbentuk kurang lebih 3–4 km di bawah permukaan bumi,
dan batuan dalam sering disebut juga batuan plutonik atau batuan
abisik.Struktur kristalnya adalah holokristalin atau berhablur penuh.
Contoh batuan beku dalam antara lain:
1) Gabro
Gabro merupakan batuan basis dengan tekstur fenekris. Didalam
gabro, mineral gelap jumlahnya hampir sama dengan mineral cerah,
tetapi kebanyakan gabro mempunyai perbandingan yang bervariasi
antara mineral gelap dan mineral terang. Mineral-mineral silikat
dalam jumlah yang berarti adalah piroksin, biasanya augit dan ovilin,
hornblende atau biotit ada dalam jumlah sedikit.Jika piroksin

Alfiqri Adam (18101154330088) 18


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK
mengkristal dalam sistem ortorombis, batuannya disebut Neorit (suatu
varietas dari gabro).

Dalam gabro tertentu, kwarsa, garnet dan kerundum ada dalam


jumlah sedikit.Batuan gabro yang seluruhnya terdiri dari feldsfar
labradoritkristalin kasar disebut anortosit.Warna dari gabro hitam,
hijau, dan abu-abu gelap.

Gambar 2.22 Gabro


Sumber:Didjat Madja 2013

2) Granit
Granit mempunyai tekstur peneris dan biasanya granular.Batuan
terdiri dari ortoklas yang unhedral/mikroklin, sedikit plagioklas
(albite or oligklas) dan kwarsa yang tak berwarna atau putih dengan
bentuk yang tidak teratur. Kuarsanya mengisi ruang diantara kristal-
kristal yang lain. Mineral gelap seperti biotit, hornblende, augit hanya
dalam jumlah yang sedikit.Mineral accesosir lainnya contohnya
adalah magnetik, hematite, turmalin dan pirit.
Jika biotit adalah adalah mineral gelap yang ada maka disebut
dengan granit biotit. Granit hernblande juga sering dijumpai. Granit
yang banyak mengandung phanocenit disebut granit porfisris. Jenis
yang lain granit olivin dan granit muskofit. Granit pada umumnya

Alfiqri Adam (18101154330088) 33


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK”
mengandung 50% ortoklas (mikrolin), 2% plagioklas (albite atau
digoklas), lebih dari 20% kwarsa dan 3–15 % biotit.

Gambar 2.23Granit
Sumber:Didjat Madja 2013
3) Diorite
Batuan ini bertekstur feneris, mengandung feldspar plagioklas
calsiksodik dalam jumlah yang besar dengan tipe sodik yang
banyak.Plagioklasnya melebihi ortoklas, kwarsa tidak ada, tetapi
mengandung augit dalam jumlah sedikit.Harnbledia biasanya lebih
banyak dari biotit.Diorite sangat mirip dengan gabro, tetapi diorit
plagioklasnya lebih asam (sodik) daripada labradorit.Batuan dengan
plagioklas yang lebih basa disebut dengan gabro.Jika banyak penokris
disebut dengan porfir diorit.diorit terdiri dari kurang lebih 65%
plagioklas dan 35% mineral silikat gelap seperti biotit dan augit.
Mineral-mineral accesorisnya kwarsa, apotik, kalsit, klorit, granit, dan
epidot. Varietas yang umum adalah diorite hornblende.Warna diorit
cerah abu-abu gelap hijau keabu-abuan.

Gambar 2.24 Diorit

Alfiqri Adam (18101154330088) 18


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK
Sumber:Didjat Madja 2013

B. Batuan Beku Luar

Batuan beku luar yaitu terbentuk karena adanya proses pembekuan


magma pada permukaan bumi. Biasanya proses pembentukan batuan ini
terjadi secara cepat akibat penurunan suhu yang mendadak. Contoh batuan
beku dalam antara lain:
1) Obsidian
Merupakan gelas vulkanik dengan kilat seperti kaca terang dan
pecahan konkoidal yang bagus. Warnanya umumnya hitam, tetapi
warna lain seperti merah, coklat dan abu-abu. Warna ini tidak
menunjukan tentang komposisinya.Warna kebanyakan disebabkan
oleh partikel seperti debu dari magnetik atau hematite. Kebanyakan
obsidian mempunyai berat jenis 2,4.
Obsidian terbentuk sebagai hasil pendinginan yang terlalu cepat
dari magma ekstrusif, selain itu dapat juga dari hasil suatu magma
yang viskus.Obsidian mempunyai komposisi yang sebanding dengan
batuan fanerik lainnya. Karena batuan “glassy” tidak dapat
diidentifikasi dengan mata biasa karena tak ada kristalnya, analisis
khemis diperlukan untuk menentukan komposisi yang tepat, meskipun
kebanyakan obsidian sebanding dengan granit dalam komposisinya.

Gambar 2.25 Obsidian


Sumber:Didjat Madja 2013

Alfiqri Adam (18101154330088) 35


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK”
2) Basalt
Basalt merupakan kelompok dari gabro tetapi berbutir halus yang
mengandung mineral-mineral silikat gelap dan feldespar dalam
jumlah besar.Warnanya abu-abu gelap, hijau gelap, coklat dan
hitam.Dalam basalt, augit dan olivin banyak tetapi hornblende dan
biotit jarang atau tidak sama sekali. Vatietas basalt yang mengandung
kristal feldespar yang panjang yang kedudukannya sekarang dan
berasosiasi dengan augit disebut dengan diabas. Basalt biasanya
mengandung 50% plagioklas, 30% augit dan 10% olivin.Basalt
biasanya mempunyai tekstur butur halus dan batuannya berat.Jika
penokrisnya banyak disebut dengan porfir basalt.

Gambar 2.26 Basalt


Sumber:Didjat Madja 2013

3) Lapirit
Lapirit merupakan batuan bertekstur porfiris dan umumnya
berwarna putih, mineral pembentuknya feldspar, kuarsa, biotit dan
mungkin juga mineral berwarna gelap.

Alfiqri Adam (18101154330088) 18


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK
Gambar 2.27 Lapirit
Sumber:Didjat Madja 2013

4) Andesit
Andesit merupakan batuan bertekstur halus dari diorite, terdiri
dari feldspar terutama plagioklas, tetapi plagioklas sodik adalah tipe
yang utama kwarsa tidak ada, tetapi ada mineral gelap seperti
hornblende atau augit.Jika hornblende atau augit yang banyak, maka
batuannya disebut dengan andesit hornblende atau andesit biotit.
Warna dari andesit abu-abu hijau, tetapi sering merah atau jingga.
Andesit sulit dibedakan dengan desit, latit, dan  tracit.
meskipundemikian kebanyakan andesit adalah porfitis. Jika banyak
penokrisnya disebut dengan porfir andesit.Jika tanpa penokris dengan
absidian.Batu apung dari komposisi andesit juga diketemukan,
demikian juga tuff andesit dan breksi andesit.

Gambar 2.28 Andesit


Sumber:Didjat Madja 2013

C. Batuan Beku Korok


Batuan beku korok yaitu terbentuk karena proses penyusupan magma
pada celah-celah litosfer bagian atas dan kemudian membeku. Oleh karena
itu, posisi batuan beku korok biasanya dekat dengan permukaan
bumi. Batuan beku jenis ini juga mengkristal. Beberapa contoh batuan
beku korok antara lain porfir granit, porfir diorit, dan ordinit. Bertekstur
porfiritik dengan masa dasar faneritik atau bertekstur porfiritik dengan

Alfiqri Adam (18101154330088) 37


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK”
masa dasar afanitik.Terbentuk dalam celah-celah atau retak-retak kulit
bumi, pada jalan magma menuju permukaan bumi.

.
Gambar 2.29 Porfit Granit
Sumber:Didjat Madja 2013

2. Batuan Sediment (Sediment Rock)


Merupakan batuan hasil litifikasi bahan rombakan batuan hasil
denudasi atau hasil reaksi kimia.Batuan yang terbentuk dari proses
pengendapan bahan lepas (fragmen) hasil perombakan/pelapukan batuan
lain yang terangkut dari tempat asalnya oleh air, es atau angin, yang
kemudian mengalami proses diagenesa/pembatuan (pemadatan dan
perekatan). Secara garis besar batuan sendimen terbagi atas 3 macam, yaitu:
1) Batuan Sedimen Klastis
Terbentuk karena pelapukan atau erosi pada pecahan batuan atau
mineral, sehingga batuan menjadi hancur atau pecah dan kemudian
mengendap di tempat tertentu dan menjadi keras. Susunan kimia dan
warna batuan ini biasanya sama dengan batuan asalnya. Contoh batuan
sedimen klastis antara lain:
1) Breksi
Breksi merupakan bagian yang halus dari batuan bersama
dengan pengikat, mengeras menjadi massa batuan. Pengikat
berasal dari konglomerat/breksi sendiri karena adanya pelarutan
atau pengendapan kembali material batuan, yang biasanya terdiri
dari calcite, silikat, dan oksida besi.Matrik dapat berupa quartz,
feldspar atau clay.

Alfiqri Adam (18101154330088) 18


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK

Gambar 2.30 Breksi


Sumber:Didjat Madja 2013

2) Konglomerat
Konglomerat merupakan batuan sedimen klastis yang tersusun
dari fragmen yang membulat dan berdiameter >2mm, sedangkan
breksi tersusun dari fragmen yang menyudut.Kebanyakan fragmen
pada breksi atau konglomerat adalah cusrtzite, vein, cuartz, chert,
rhyolite dan batugamping.

Gambar 2.31 Konglomerat


Sumber:Didjat Madja 2013

3) Batu Pasir
Batu pasir tersusun dari fragmen berukuran 2mm. Butir-butir
pasir tersusun atas mineral quartz, chert, feldspar partikel batuan
dan kadang-kadang calcite atau dolmite. Batu pasir dapat

Alfiqri Adam (18101154330088) 39


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK”
dibedakan menjadi 3 tipe yaitu orthoquartazite, arkosa dan
greywacke yang masing-masing mengandung quartz, feldspar dan
partikel batuan.
Batuan pasir yang terutama tersusun dari quartz yang di sebut
pure sandstone, jika pengikatnya silikat Calcareoussandston dan
batu pasir yang pengikatnya material karbonat yaitu Calcite atau
Dolmite.AgrilaceousSandston adalah batu pasir yang pengikatnya
matrik yang sangat halus dan liat.Bila lebih dari 95% terdiri dari
butir quartz dan pengikatnya bukan silikat di sebut
quatzstonesandstone, sedangkan jika pengikatnya silikat di sebut
quartziticsandstone.
Graywackes berisi fragmen batuan, biasanya biasanya
berukuran besar dan mengalami sortasi berisi matriks yang halus
(>15%), terdiri dari mineral clay, chlorite, sericite, hometite dan
chert.Greenstone atau schist atau mineral gelap seperti auggite,
serprntine, hornblende, dan bijih besi.Biasanya pengikat pada
greywackes berupa silty, muddy atau calcareous. Penyusun utama
greymackes ialah adalah quartz( 20-70%), feldspar (>50%) dan
batuan (>20%). Pelapis pada greywackes bervariasi, ada yang
masif, terutama yang berbutir kasar, tetapi sering di dapatkan
lapisan yang tipis pada batuan yang hulus.Jarang didapat
crossbedding, hampir selalu ada ripplemerk, jarang didapat fosil.
Arkosa merupakan batuan pasir yang mengandung feldspart
lebih 20–30% yang berasal dari batuan beku asam.Pada arkosa,
feldspart tidak lebih dari 50%, biasanya potash dan sedafeldspart
lebih banyak dari feldspart.Quartz merupakan mineral klastis yang
paling utama, sedangkan feldspart yang kedua, muscovite dan
biotite ada dalam jumlah kecil.Arkose biasanya terikat bersama
dengan calcite, oksida besi, mineral clay, sedang silikat jarang di
dapat.Umumnya arkosa berwarna light pink–pinkish–gray, karena
adanya feldspar.Partikel pada arkosa kadang-kadang berbutir kasar,
menyudut sampai agak membulat dan mengalami sortasi yang

Alfiqri Adam (18101154330088) 18


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK
baik.pelapisan pada arkosa umumnya kurang, sering terjadi
crossbadding yang jelas.

Gambar 2.32 Batu Pasir


Sumber:Didjat Madja 2013
2) Batuan Sedimen Kimiawi
Terbentuk karena pengendapan melalui proses kimia pada
mineral-mineral tertentu. Misalnya, pada batu kapur yang larut oleh
air kemudian mengendap dan membentuk stalaktit dan stalagmit
di gua kapur.Contoh batuan sedimen kimiawi lainnya adalah garam.

Gambar 2.33 Stalaktit, Stalagmit, dan Garam


Sumber:Didjat Madja 2013

3. Batuan Sedimen Organik


Terbentuk karena adanya sisa–sisa makhluk hidup
yang mengalami pengendapan di tempat tertentu.Contohnya, batu
karang yang terbentuk dari terumbu karang yang mati.

Alfiqri Adam (18101154330088) 41


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK”

Gambar 2.34 Terumbu Karang


Sumber:Didjat Madja 2013

3.  Batuan Metamorf (Metamorphic Rock)


Batuan metamorf adalah salah satu kelompok utama batuan yang
merupakan hasil transformasi atau ubahan dari suatu tipe batuan yang
telah ada sebelumnya protolith, oleh suatu proses yang
disebut metamorfisme, yang berarti "perubahan bentuk". Protolith
yang di kenai panas (lebih besar dari 150°Celsius)
dan tekanan ekstrem akan mengalami perubahan fisika dan kimia
yang besar. Protolith dapat berupa batuan sedimen, batuan beku, atau
batuan metamorf lain yang lebih tua. Beberapa contoh batuan
metamorf adalah gneis, batu sabak, batu marmer, dan skist.
Batuan metamorf menyusun sebagian besar dari kerak bumi dan
digolongkan berdasarkan tekstur dan dari susunan kimia
dan mineral (fasies metamorf).Mereka terbentuk jauh dibawah
permukaan bumi oleh tegasan yang besar dari batuan diatasnya serta
tekanan dan suhu tinggi. Mereka juga terbentuk oleh intrusi batu lebur,
disebut magma, ke dalam batuan padat dan terbentuk terutama pada
kontak antara magma dan batuan yang bersuhu tinggi.Penelitian
batuan metamorf (saat ini tersingkap di permukaan bumi
akibat erosi dan pengangkatan) memberikan kita informasi yang
sangat berharga mengenai suhu dan tekanan yang terjadi jauh di dalam

Alfiqri Adam (18101154330088) 18


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK
permukaan bumi. Batuan metamorf dapat dibedakan menjadi berikut
ini:

1) Metamorf Kontak
Batuan metamorf kontak adalah batuan yang berubah bentuk
karena pengaruh suhu yang sangat tinggi. Suhu yang sangat tinggi
karena letaknya dekat dengan magma, antara lain di sekitar batuan
intrusi.. Luas zona metamorfosis di sekitar batolit dapat mencapai
puluhan kilometer persegi, di sekitar stock sampai ribuan meter
persegi, namun di sekitar sill dan dikezone metamorfosis tersebut
tidak begitu luas. Contohnya yaitu batuan marmer yang terbentuk
dari hasil pelapukan batuan andesit.

Gambar 2.35 Marmer


Sumber:Didjat Madja 2013

2) Metamorf Dinamo (Kinetik)


Batuan metamorf dinamo adalah batuan yang berubah bentuk
karena pengaruh tekanan yang sangat tinggi, dalam waktu yang
sangat lama, dan dihasilkan dari proses pembentukkan kulit bumi
oleh tenaga endogen. Adanya tekanan dari arah yang berlawanan
menyebabkan butiran-butiran mineral menjadi pipih dan ada yang

Alfiqri Adam (18101154330088) 43


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK”
mengkristal kembali, contohnya, batu lumpur (mudstone) menjadi
batu tulis (slate).

Gambar 2.36 Batu Tulis (Slate)


Sumber:Didjat Madja 2013

3) Metamorf Pneumatolistis Kontak


Batuan metamorf pneomatolistis kontak adalah batuan yang
berubah karena pengaruh gas-gas dari magma.Contohnya, kuarsa
dengan gas borium berubah menjadi turmalin (sejenis permata) dan
kuarsa dengan gas fluorium berubah menjadi topas (permata
berwarna kuning).

Gambar 2.37 Topas


Sumber:Didjat Madja 2013

2.4.2 Sifat-sifat Batuan


Sifat- sifat batuan yang dipelajari dan diamati adalah sifat-sifat batuan
yang merupakan sifat fisik dari batuan, adapun sifat batuan tersebut adalah:
1. Struktur dan Tekstur

Alfiqri Adam (18101154330088) 18


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK
Struktur batu dapat berupa batuan masif, padat, berpori (banyak
mengandung pori) dan tekstur batuan digambarkan sebagai batuan berbutir
kasar dan berbutir halus.
2. Kandungan Mineral
Batu terbentuk dari satu atau beberapa macam mineral-mineral yang
masing-masing mempunyai perbedaan dalam hal kekuatan dan
kekerasanya.Mineral-mineral dapat dijadikan batuan menjadi kuat atau
mudah pecah dalam hal menahan geseran atau momen luntur.
3. Sambungan
Bidang lapisan (bedding plane and foundation) dengan sambung-
sambungan yand terdapat pada hampir semua tipe batuan mungkin terbuka
dan nampak oleh mata atau tertutup dan tidak dapat dilihat dengan
jelas.Bidang lapisan adalah batas antara lapisan-lapisan batuan
sendimen.Foliation adalah karakteristik beberapa batuan metamorf yang
struktur mineralnya tersusun dalam pelat-pelat yang sejajar.Ketiga macam
bentuk batuan mengurangi kekuatan batuan.

4. Kondisi Cuaca
Mineral-mineral pembentuk batuan dapat berubah bentuknya oleh
pengaruh cuaca, baik oleh reaksi kimia ataupun fisika. Zona yang
dipengaruhi perubahan cuaca mungkin didekat permukaan atau sampai
pada kedalaman tertentu yang kadang-kadang tertutup oleh pembentukan
batuan lain.
5. Sendimentasi dan Retakan
Kumpulan mineral dapat mempunyai retakan yang lemah atau kuat
pada sembarang tipe batuan.Bahkan dapat terjadi batuan masif yang keras
dapat mempunyai kohesi yang kecil atau mempunyai retakan yang lemah
diantara butiranya.

2.5 Pondasi
Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi
untuk menempatkan bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan dari

Alfiqri Adam (18101154330088) 45


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK”
struktur atas ke tanah dasar pondasi yang cukup kuat menahannya tanpa
terjadinya differential settlement pada sistem strukturnya.Untuk memilih tipe
pondasi yang memadai, perlu diperhatikan apakah pondasi itu cocok untuk
berbagai keadaan di lapangan dan apakah pondasi itu memungkinkan untuk
diselesaikan secara ekonomis sesuai dengan jadwal kerjanya.Hal-hal berikut perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan tipe pondasi:
1. Keadaan tanah pondasi.
2. Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya.
3. Keadaan daerah sekitar lokasi.
4. Waktu dan biaya pekerjaan.
5. Kokoh, kaku dan kuat.
Umumnya kondisi tanah dasar pondasi mempunyai karakteristik yang
bervariasi, berbagai parameter yang mempengaruhi karakteristik tanah antara lain
pengaruh muka air tanah yang mengakibatkan berat volume tanah terendam air
berbeda dengan tanah tidak terendam air meskipun jenis tanah sama. Jenis tanah
dengan karakteristik fisik dan mekanis masing-masing memberikan nilai kuat
dukung tanah yang berbeda-beda. Dengan demikian pemilihan tipe pondasi yang
akan digunakan harus disesuaikan dengan berbagai aspek dari tanah.
Suatu pondasi harus direncanakan dengan baik, karena jika pondasi tidak
direncanakan dengan benar akan ada bagian yang mengalami penurunan yang
lebih besar dari bagian sekitarnya. Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi dalam
perencanaan suatu pondasi, yakni :

1. Pondasi harus ditempatkan dengan tepat, sehingga tidak longsor akibat


pengaruh luar.
2. Pondasi harus aman dari kelongsoran daya dukung.
3. Pondasi harus aman dari penurunan yang berlebihan.
Pondasi didesain agar memiliki kapasitas dukung dengan penurunan
tertentu oleh para Insinyur geoteknik dan struktur.Desain utamanya
mempertimbangkan penurunan dan daya dukung tanah, dalam beberapa kasus
semisal turap, defleksi/lendutan pondasi juga diikutkan dalam pertimbangan.
Ketika berbicara penurunan, yang diperhitungkan biasanya penurunan total

Alfiqri Adam (18101154330088) 18


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK
(keseluruhan bagian pondasi turun bersama-sama) dan penurunan diferensial
(sebagian pondasi saja yang turun/miring). Ini dapat menimbulkan masalah bagi
struktur yang didukungnya.
Daya dukung pondasi merupakan kombinasi dari kekuatan gesekan tanah
terhadap pondasi (tergantung pada jenis tanah, massa jenisnya, nilai kohesi
adhesinya, kedalamannya, dsb), kekuatan tanah dimana ujung pondasi itu berdiri,
dan juga pada bahan pondasi itu sendiri. Dalamnya tanah serta perubahan-
perubahan yang terjadi di dalamnya amatlah sulit dipastikan, oleh karena itu para
ahli geoteknik membatasi beban yang bekerja hanya boleh, biasanya, sepertiga
dari kekuatan desainnya.Macam-macam pondasi yang dipergunakan dalam dunia
konstruksi adalah:
1. Pondasi Telapak (untuk Rumah Panggung)
Pondasi telapak merupakan jenis pondasi sederhana yang telah
digunakan oleh masyarakat indonesia sejak zaman dulu. Pondasi ini
terbuat dari beton tanpa tulang yang dicetak membentuk limas segi empat
seperti pada gambar disamping.Sistem kerja pondasi ini menerapkan
sistem tanam.Jadi pondasi telapak ini menahan kolom yang tertanam di
dalamnya sehingga tidak masuk dalam tanah. Seperti halnya ketika kita
menggunakan sebuah ganjalan yang pipih atau ganjalan yang lebih lebar
untuk standar motor ketika di tempatkan pada tanah yang lembek.

Gambar 2.38 Pondasi Telapak


Sumber:Ilmu Konstruksi Bagunan, 2012
2. Pondasi Rollag Bata (untuk Penahan Lantai)

Alfiqri Adam (18101154330088) 47


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK”
Pada awalnya pondasi rollag bata merupakan pondasi yang
diaplikasikan untuk menopang berat beban pada bengunan.Namun, pada
saat ini pondasi rollag bata telah lama ditinggalkan.Selain mahal,
pemasangan pun membutuhkan waktu yang lama serta tidak memiliki
kekuatan yang biasanya diandalkan.Akan tetapi, pondasi ini tetap
digunakan untuk menahan beban ringan, misalnya pada teras.
Rollag bata merupakan pondasi sederhana yang fungsinya bukan
menyalurkan beban bangunan, melainkan untuk menyeimbangkan posisi
lantai agar tidak terjadi amblas pada ujung lantai.

Gambar 2.39 Pondasi Rollag Bata


Sumber:Ilmu Konstruksi Bagunan, 2012

3. Pondasi Batu Kali (untuk Bangunan Sederhana 1-2 lantai)

Alfiqri Adam (18101154330088) 18


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK
Pondasi batu kali merupakan pondasi penahan dinding yang digunakan
pada bangunan sederhana.Pondasi ini terdiri dari batu kali dan perekat
yang berupa campuran pasir dan semen. Biasanya campuran agregat untuk
merekatkan batu kali ini menggunakan perbandingan 1:3 karena batu kali
akan selalu menerima rembesan air yang berasal dari tanah. Sehingga
membutuhkan campuran yang lebih kuat menahan rembesan.
Pondasi batu kali sering kita temui pada bangunan- bangunan rumah
tinggal.Pondasi ini masih digunakan karena selain kuat pondasi ini pun
masih termasuk murah. Bentuknya yang trapesium engan ukuran tinggi
60-80 cm, lebar pondasi bawah 60-80 cm dan lebar pondasi atas 25-30 cm.
Bahan lain yang murah sebagai alternatif pengganti pondasi batu kali
aalah memanfaatkan bongkahan bekas pondasi tiang pancang (BorePile)
atau beton bongkaran jalan. Bekas bongkaran tersebut cukup kuat
igunakan untuk pondasi, sebab mutu beton yang digunakan ialah K-250
sampai dengan K-300.Permukaanya yang tajam dan kasar mampu
mengikat adukan semen dan pasir.Bila dibandingkan dengan pondasi
rollag bata, tentu bekas beton jauh lebih kuat.Ukuranya rata- rata 30 x 30
cm.

Gambar 2.40 Pondasi Batu Kali

Alfiqri Adam (18101154330088) 49


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK”
Sumber:Ilmu Konstruksi Bagunan, 2012

4. Pondasi Batu Bata (untuk Bangunan Sederhana)


Seperti halnya pondasi Batu Kali, pondasi batu bata memiliki fungsi
sama. Namun yang membedakan keduanya hanyalah bahan yang
digunakan serta kondisi alam di daerah sekitarnya.Dikarenakan batu-bata
merupakan bahan yang rentan terhadap air, maka pemasangan harus lebih
maksimal artinya bata yang dipasang harus dapat terselimuti dengan baik.

Gambar 2.41 Pondasi Batu Bata


Sumber:Ilmu Konstruksi Bagunan, 2012
5. Pondasi Tapak atau Ceker Ayam (untuk Bangunan bertingkat 2-3
Lantai)
Pondasi tapak merupakan pondasi yang banyak digunakan oleh
masyarakat Indonesia ketika mendirikan sebuah bangunan.Terutama
bangunan bertingkat serta bangunan yang berdiri di atas tanah lembek.
Pondasi tapak di temukan oleh Alm Prof. Ir. Sediyatmo tsb, dan
dikembangkan oleh Prof. Ir. Bambang Suhendro, Dr. Harry Christady dan
Ir. Maryadi Darmokumoro, yang dikenal dengan Sistim Cakar Ayam
Modifikasi (CAM).

Alfiqri Adam (18101154330088) 18


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK
Modifikasi yang dilakukan adalah penggantian pipa beton menjadi
pipa baja tipis tebal 1.4 mm, perhitungan dalam 3 Dimensi dan
penambahan "koperan" pada tepi slab. Sistim CAM tsb telah di uji skala
penuh oleh Puslitbang Jalan dan Jembatan di ruas jalan Pantura Indramyu-
Pemanukan (2007) dan digunakan di Jalan Tol seksi 4 Makasar.

Gambar 2.42 Pondasi Tapak atau Ceker Ayam


Sumber:Ilmu Konstruksi Bagunan, 2012

6. Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran memiliki fungsi sama dengan pondasi footplat.
Pondasi sumuran merupakan pondasi yang berupa campuran agregat kasar
yang dimasukan kedalam lubang yang berbentuk seperti sumur dengan
besi-besi di dalamnya. Pondasi ini biasanya digunakan pada tanah yang
labil dan memiliki sigma 1,50 kg/cm2. Pondasi sumuran juga dapat
digunakan untuk bangunan beralantai banyak seperti mediumrise yang
terdiri dari 3-4 lantai dengan syarat keadaan tanah relatif keras.Pondasi
sumuran menggunakan beton berdiameter 60-80 cm dengan kedalaman 1-
2 meter.Di dalamnya dicor beton kemudian dicampur dengan batu kali dan
sedikit pembesian di bagianatasnya.Pondasi ini kurang popular sebab
banyak kekuranganya, diantaranya boros adukan beton dan untuk ukuran

Alfiqri Adam (18101154330088) 51


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK”
slof haruslah besar. Hal tersebutlah yang membuat pondasi ini kurang
diminati.

Gambar 2.43 Pondasi Sumuran


Sumber:Ilmu Konstruksi Bagunan, 2012

7. Pondasi Bored Pile atau Strauss Pile (untuk Bangunan


Bertingkat)
Bore pile adalah pondasi yang kedalamanya lebih dari 2-5 meter.
Pondasi ini ini digunakan pada kondisi geologi tanah yang jelek, seperti
bekas empang atau rawa yang lapisan tanah kerasnya berada jauh dari
permukaan tanah.Ukuran diameter pondasi mulai dari 20, 30, dan 40 cm.
Digunakan untuk pondasi bangunan-bangunan tinggi. Sebelum memasang
bore pile, permukaan tanah dibor dengan menggunakan mesin bor sampai
menemukan daya dukung tanah yang sangat kuat untuk menopang
pondasi. Setelah itu tulang besi dimasukan kedalam permukaan tanah yang
telah dibor, kemudian dicor dengan beton.
Pondasi ini berdiameter 20 cm keatas. Dan biasanya pondasi ini terdiri
dari 2 atau lebih yang diatasnya terdapat pile cap. Pondasi bored pile
digunakan untuk bangunan berlantai banyak seperti rumah susun yang
memiliki lantai 4-8 lantai. Pondasi ini berbentuk seperti paku yang
kemudian ditancapkan kedalam tanah dengan menggunakan alat berat

Alfiqri Adam (18101154330088) 18


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK
seperti kren. Di atas pondasi bor mini ada blok beton (pile cap). Pile cap
inilah yang merupakan media untuk mengikat kolom engan sloof.

Gambar 2.44 Pondasi Bore Pile atau Stauss Pile


Sumber:Ilmu Konstruksi Bagunan, 2012

8. Pondasi Tiang Pancang atau Paku Bumi (untuk Bangunan


Bertingkat)
Pondasi tiang pancang pada dasarnya sama dengan bore pile, hanya
saja yang membedakanya adalah bahan dasarnya. Tiang pancang
menggunakan beton, jadi yang langsung ditancapkan langsung ke tanah
dengan menggunakan mesin pemancang.Karena ujung tiang pancang
lancip menyerupai paku. Oleh karena itu, tiang pancang tidak memerlukan
proses pengeboran.
Pondasi tiang pancang ini merupakan pondasi yang banyak digunakan
untuk pembangunan gedung berlantai banyak seperti Apartment,
Kondominium, Rent Office dan sebagainya. Pondasi ini hampir sama
dengan pondasi bored pile. Namun pondasi tiang pancang memiliki
kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan pondasi bored pile.

Alfiqri Adam (18101154330088) 53


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK”

Gambar 2.45 Pondasi Tiang Pancang atau Paku Bumi


Sumber:Ilmu Konstruksi Bagunan, 2012

2.6 Alat Berat


Dalam pelaksanaan proyek pembangunan dibutuhkan bantuan teknologi dari
alat-alat berat. Alat berat yang biasa digunakan dalam proyek pembangunan yaitu:
1. Tower Crane.
Dalam proyek gedung bertingkat atau bangunan yang besar, alat ini pasti
sering digunakan. Fungsi utamanya ialah sebagai alat lalu lintas material dari
bawah menuju atas atau sebaliknya, contohnya digunakan saat melakukan
pekerjaan pengecoran beton dengan cara mengangkat beton dengan bucket dari
truck mixer menuju area pengecoran, fungsi lainya misalnya sebagai mobilisasi
besi tulangan ke area pekerjaan.

Alfiqri Adam (18101154330088) 18


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK

Gambar 2.43Pondasi Tiang Pancang


Sumber :Pt.Katama Surya Bumi,2013

2. Excavator.
Excavatorberfungsi untuk penggalian dan pengerukan tanah, setiap proyek
yangberhubungan dengan tanah akan banyak berhubungan dengan alat ini.

Gambar 2.45Excavator
Sumber :Ir.Susy Fatenah Rostiyanti M.Sc,2010

Alfiqri Adam (18101154330088) 55


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK”

3. Generator Set.
Genset atau kepanjangan dari generator set adalah sebuah perangkat yang
berfungsi menghasilkan daya listrik. Disebut sebagai generator set dengan
pengertian adalah satu set peralatan gabungan dari dua perangkat berbeda
yaitu engine dan generator atau alternator. Engine sebagai perangkat pemutar
sedangkan generator atau alternator sebagai perangkat pembangkit listrik.

Gambar 2.46Generator Set


Sumber :Ir.Susy Fatenah Rostiyanti M.Sc,2010

4. Dump Truck.
Ariculated Dump Truck atau ADT adalah truck yang mengangkut dengan
beban yang besar di daerah yang berlumpur atau Off Road.Perbedaan antara
ADT dengan Dump Truck biasa adalah daerah atau medan yang di lalui oleh
truck tersebut misalkan pada ADT itu bekerja di daerah Off Road dan Dump
Truck itu bekerja di medan On Road seperti jalanan biasa.

Alfiqri Adam (18101154330088) 18


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK

Gambar 2.47Dump Truck


Sumber :Ir.Susy Fatenah Rostiyanti M.Sc,2010.

5. Concrete MixerTruck.
Alat ini dipakai untuk mengubah batuan dan mineral alam menjadi suatu
bentuk dan ukuran yang diinginkan. Hasil dari alat ini misalnya adalah batuan
bergrdasi semen, beton dan aspal. Yang termasuk di dalam alat ini adalah
crusher dan concrete mixer truck. Alat yang dapat mencapur material-material
di atas juga dikategorikan ke dalam alat pemroses material concrete batch dan
aspalt mixing plant.

Gambar 2.48Concrete Mixer Truck


Sumber :Ir.Susy Fatenah Rostiyanti,2010

6. Jack Hammer.

Alfiqri Adam (18101154330088) 57


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK”
Jack Hammer adalah perkusi portabel bor. Hal ini biasanya didukung oleh
udara tekan, tetapi ketika udara tekan tidak tersedia bertenaga listrik yang
digunakan.Jack hammer powered hydraulically dipasang ke mesin kontruksi,
biasanya excavator. Bor digunakan untuk mengebor batu karang atau
memecah aspal, beton dan bahan-bahan tersebut.Operasi ini mirip dengan
palu atau pahat, dengan palu internal di dorong di kedua arah di kasus bor
pneumatik oleh ledakan alternatif udara terkompresi.

Gambar 2.49Jack Hammer


Sumber :Ir,Susy Fatenah Rostiyanti,2010

7. Wheel Loader Dan Doozer.


Alat yang biasanya tidak digunakan sebagai alat transportasi tetapi
digunakan untuk memindahkan material dari satu alat ke alat yang lain.
Loader dan dozer adalah alat pemindahan material.Perbedaan loader dan
doozer yaitu doozer hanya mendorong dan loader bisa mengangkat.

Alfiqri Adam (18101154330088) 18


Tugas Besar Geologi Rekayasa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Perencanaan
Universitas Putra Indonesia “ YPTK

Gambar 2.50Wheel Loader


Sumber :Ir.Susy Fatenah Rostiyanti M.Sc,2010

Gambar 2.51Doozer
Sumber :Ir.Susy Fatenah Rostiyanti M.Sc,2010

Alfiqri Adam (18101154330088) 59

Anda mungkin juga menyukai