Anda di halaman 1dari 100

PANDUAN PRAKTIKUM

SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN

Aditya Nugraha Putra, SP, MP


Christanti Agustina, SP, MP 2018
Dr. Ir. Sudarto, MS
KATA PENGANTAR

Praktikum Survei Tanah dan Evaluasi Lahan merupakan suatu kegiatan yang
terintegrasi untuk mendukung perkuliahan mata kuliah Survei Tanah dan
Evaluasi Lahan. Kegiatan praktikum meliputi praktek pembuatan peta dan
intepretasi foto udara di labratorium serta praktek deskripsi dan klasifikasi tanah
di lapangan. Akhir kegiatan praktikum dikemas dalam bentuk presentasi
laporan akhir dari kegiatan mandiri survei tanah dan evaluasi lahan. Di dalam
pelaksanaan praktikum, maka dibutuhkan suatu panduan yang dapat membantu
mahasiswa dalam melakukan praktek baik di lapangan maupun di laboratorium.
Panduan praktikum Survei Tanah dan Evaluasi Lahan ini merupakan pedoman
bagi mahasiswa yang sedang menempuh mata kuliah Survei Tanah dan Evaluasi
Lahan. Panduan ini berisikan tentang materi kegiatan praktikum selama satu
semester.

Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan kelancaran dan
kemudahan dalam penyusunan buku panduan praktikum ini. Buku ini
merupakan penyempurnaan dari buku panduan sebelumnya. Ucapan terima
kasih juga kami sampaikan kepada asisten praktikum yang telah membantu
dalam penyusunan panduan praktikum ini. Kami juga menerima kritik dari
pengguna untuk penyempurnaan panduan praktikum ini.

Terima kasih

Tim Penyusun
PESERTA DAN JADWAL PELAKSANAAN
Peserta dari praktikum Survei Tanah dan Evaluasi Lahan berjumlah 19 kelas
(1 kelas berkapasitas 40 orang) dan merupakan mahasiswa Agroekoteknologi
2016. Dari 40 orang dalam satu kelas tersebut selanjutnya dibagi menjadi 2
kelompok (kelompok 1: mahasiswa no. urut 1-20 dan kelompok 2: mahasiswa
dengan no. urut 21-40). Total kelompok mencapai 32 kelompok dengan jadwal
sebagai berikut:
Materi 2. Pendahuluan

1.1. Sasaran Kompetensi


1. Mahasiswa mendapatkan gambaran kegiatan praktikum melalui
RPS.
2. Mahasiswa melaksanakan praktikum dengan tertib sesuai dengan
tata tertib yang berlaku.
3. Tidak ada kendala pindah kelas karena sesuatu hal.
1.2. Bentuk Pembelajaran
1. Penjelasan kontrak belajar kegiatan praktikum Survei Tanah dan
Evaluasi Lahan (meliputi tata tertib dan RKPS).
2. Penjelasan tata tertib praktikum kepada mahasiswa.
3. Pengelolaan jadwal dan kendala pada mahasiswa pada awal
kegiatan praktikum.
1.3. Alat dan Bahan
1. RKPS
2. Tata tertib
3. Jadwal praktikum
1.4. Materi
1.4.1. Tata tertib
Tata tertib praktikum ini hanya disampaikan pada pertemuan
pertama sehingga perlu adanya kontrak dan diskusi terhadap tata tertib
tersebut.
No Tata Tertib Umum Konsekwensi
.
1 Datang tepat waktu dan Diperbolehkan Pintu ruangan dikunci 10 menit setelah praktikum
keluar ruangan praktikum jika sudah di dimulai, setelah itu mahasiswa tidak bisa mengikuti
absen asisten yang ke-2 praktikum dan tidak bisa pindah ke jadwal yang lain.
2 Pindah kelas/ pengaturan kelas hanya Kehadiran tidak diakui dan dimohon meninggalkan
dilakukan pada minggu pertama kelas karena bisa mengganggu jalannya praktikum
praktikum/tutorial
3 Menggunakan pakaian rapi, sopan dan Jika tidak rapi & sopan serta tidak menggunakan
baju berkerah. Tidak perlu menggunakan kemeja berkerah maka mahasiswa diminta keluar dan
jas laboratorium atau almamater. diperbolehkan masuk lagi setelah menggunakan
pakaian sesuai ketentuan
4 Mematikan handphone/tab/laptop/PC Jika menggunakan handphone/tab/laptop/PC saat
pada saat praktikum/tutorial kecuali jika praktikum/tutorial handphone disita dan
diminta asisten dan tidak boleh mengisi DIKEMBALIKAN MINGGU BERIKUTNYA
daya di ruang kelas/laboratorium beserta SIM cardnya.
5 Tidak boleh membawa dagangan dan Ditaruh di luar kelas.
makanan ke dalam ruangan
6 Selalu membawa modul dan mengerjakan Jika tidak membawa maka diminta untuk
Lembar Kerja Mahasiswa (LKM) mengambil.Jika tidak mengerjakan nilai pada hari itu
"0"
7 Tas dan peralatan yang tidak diminta Mahasiswa diperingatkan, kemudian jika masih terjadi
asisten untuk mengeluarkan silakan lagi mahasiswa dipersilakan keluar ruangan.
diletakkan dilokasi yang telah disediakan
8 Dilarang melakukan SARA, berkata Mahasiswa akan dilaporkan kepada pihak-pihak yang
kotor dan berperilaku tidak terpuji berwenang (koordinator) dalam pengambilan keputusan
pada mata kuliah bersangkutan
9 Tidak diperkenankan merusak dan Jika terdapat rusak atau kehilangan mahasiswa
membawa pulang/keluar peralatan di mengganti peralatan tersebut
ruangan/kelas
10 Dilarang meninggalkan kelas: 1. tanpa Mahasiswa dipersilakan tidak mengikuti kegiatan
seizin asisten, 2. keluar untuk bertemu praktikum/tutorial pada minggu tersebut.
seseorang atau menelfon.
11 Tidak boleh plagiasi Segala bentuk plagiasi akan dibatalkan dan tidak dinilai
pekerjaannya.
12 Mengumpulkan tugas tepat waktu Dikumpulkan seselesainya atau tidak dinilai.

13 Tidak boleh share modul Modul hanya digunakan untuk mahasiswa yang
mengambil MK pada saat itu jika menyebarkan ke
orang lain maka akan dibatalkan seluruh projectnya.
14 Menjaga kelas agar tetap kondusif Mahasiswa diperingatkan, kemudian jika masih terjadi
lagi mahasiswa dipersilakan keluar ruangan.
Tata Tertib Khusus Ruang SIG
(PSISDL)
1 Jika masuk ke ruang SIG (PSISDL) Jika melanggar maka sepatu anda akan hilang secara
letakkan sepatu ditempat yang telah otomatis
disediakan.
2 Tidak boleh mengcopy data kecuali Project akan dibatalkan
diminta oleh asisten
3 Melakukan prosedur penggunaan Mahasiswa diperingatkan, kemudian jika masih terjadi
komputersesuai dengan instruksi kerja lagi mahasiswa dipersilakan keluar ruangan.
yang terdapat di laboratorium
4 Tidak boleh meminum air di dispenser Mengganti 1 galon penuh.

Tata Tertib Khusus Ruang PPJP


(PSISDL)
1 Melakukan prosedur penggunaan Mahasiswa diperingatkan, kemudian jika masih terjadi
stereoskop cermin sesuai dengan lagi mahasiswa dipersilakan keluar ruangan.
instruksi kerja yang terdapat di
laboratorium.
2 Selalu membawa fotoudara, pen OHP Mengambil dan boleh kembali ke ruangan
(F), mika bening dan penggaris.
1.4.2. RPS
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
minggu Kemampuan akhir Bahan kajian Bentuk pembelajaran Waktu Pengalaman belajar Kriteria penilaian Bobot
ke- yang diharapkan mahasiswa dan indikator nilai
1 Setelah mengikuti Pendahuluan: 1. (1). Ceramah, (2). Tanya 100 Asisten akan memberikan Diskusi dan 2.5%
kegiatan praktikum Penyampaian RPS Jawab, (3). Diskusi, (4). menit gambaran kegiatan Fieldtrip
mahasiswa mampu1. 2. Penyampaian Kuis, (5) fieldtrip dan praktikum survei tanah dan
Mahasiswa tata tertib 3. (6). Tugas: melaksanakan evaluasi lahan
mendapatkan Kegiatan fieldtrip (mengingat menggunakan RPS yang
gambaran kegiatan administratif kembali materi Dasar telah disiapkan, sehingga
praktikum melalui berupa pindah Ilmu Tanah dan mahasiswa mengetahui apa
RPS 2. Mahasiswa kelas, bentrok pengenalan Survei Tanah yang akan dilakukan
melaksanakan jadwal dsb terkait dan Evaluasi Lahan). selama 1 semester beserta
praktikum dengan dengan Mahasiswa mengunduh strategi untuk
tertib sesuai dengan permasalahan modul fieldtrip dan mencapainya. Selanjutnya
tata tertib yang berlaku yang terjadi di praktikum sesuai mahasiswa akan mengingat
3. Tidak ada kendala awal kegiatan instruksi asisten. kembali materi-materi
pindah kelas karena praktikum, 4. membawa mika plastik Dasar Ilmu tanah yang
sesuatu hal. 4. Fieldtrip: GPS, dengan ukuran 25 cm x akan digunakan di MK.
mengingat kembali membaca peta, 25 cm 2 lembar per orang STELA dengan melakukan
materi-materi Dasar tahap-tahap dan membawa pen OHP fieldtrip di lapangan.
Ilmu Tanah, bisa deskripsi di ukuran F, fotokopi Foto
menggunakan GPS lapangan Udara Asli yang telah
dan membaca peta di disediakan asisten untuk
lapangan. minggu ke-2. Tugas
Asisten: mempersiapkan
RBI hardcopy dan digital
dan Foto Udara untuk
minggu ke-2
2, 3, 4 1. Mahasiswa A. Dasar - dasar Praktik. Kelompok 1 100 Mahasiswa menumbuhkan Hasil Praktik 5.0%
dan 5 mengenal bagian- Intepretasi Foto (terdiri dari mahasiswa menit spesific skill mereka
bagian dari foto udara Udara dengan no.urut absen 1 berupa kemampuan untuk
2. Mahasiswa trampil hingga 20) melaksanakan mengolah peta dan foto
menentukan basis kegiatan praktikum udara yang kemudian bisa
mata, basis obyek dan minggu ke 2 hingga 5 mereka crosscheck
daerah efektif foto dengan urutan sebagai kebenarannya di
udara berikut: A-B-C-D. lapanagan. Kemampuan ini
1. Mahasiswa terampil B. Deliniasi dan Sedangkan Kelompok 2 sangat diperlukan 5.0%
dalam mendelineasi Intepretasi Foto (terdiri dari mahasiswa mahasiswa utamanya jika
bentuk lahan dan pola Udara dengan no.urut 20 hingga bekerja di perkebunan
drainase di foto udara 40) melaksanakan yang banyak menggunakan
2. Mahasiswa terampil kegiatan praktikum bantuan sistem informasi
dalam penentuan nama minggu ke 2 hingga 5 geografi dan remote
bentuk lahan dan dengan urutan sebagai sensing.
legendanya berikut: C-D-A-B
(penggunaan lahan?) Tugas Asisten:
1. Mahasiswa C. Pengenalan, Mempersiapkan formulir 5.0%
memahami komponen- Rektifikasi dan pengamatan deskripsi
komponen yang Digitasi Peta Rupa tanah dan data morfologi
terdapat dalam peta. 2. Bumi Indonesia tanah untuk minggu ke-6.
Mahasiswa mampu Tugas Praktikan:
melakukan rektifikasi melanjutkan secara
peta RBI. 3. mandiri penyusunan SPL
Mahasiswa mampu yang akan digunakan
melakukan digitasi sebagai bahan survei
peta RBI tanah.
1. Mahasiswa mampu D. Pembuatan 5.0%
mengenali perbedaan- SPL dan
perbedaan bentuk Penentuan Titik
lahan. 2. Mahasiswa Pengamatan
mampu memnyusun
peta SPL 3.
Mahasiswa mampu
menentukan titik
pengamatan, transek
dan key area
6 Setelah mengikuti Pra Survei Praktik. Tugas: 100 mahasiswa melatih Hasil Praktik 5.0%
praktik ini mahasiswa Tanah I: (1) melanjutkan secara menit kekompakan, team work
mampu: 1. pengumpulan mandiri kegiatan pra dan menerapkan
menerapkan apa saja data: foto survei tanah dan ketrampilan mereka di
yang harus udara/citra satelit penyusunan kepanitiaan. dalam mempersiapkan
dipersiapkan dalam dan peta-peta Menyusun proposal survei tanah dan evaluasi
kegiatan survei tanah. yang tersedia, survei lahan.
2. menerapkan apa Interpretasi Foto
saja yang harus Udara, dan
dilakukan dalam Pembuatan Peta
kegiatan pra survei Landform, (2)
tanah di lapangan, 3. . Pembuatan Peta
Mahasiswa terampil rencana kerja Pra
mempersiapkan alat, Survei: (a)
bahan, proposal dan pengurusan izin
perizinan serta survei, TOR, (b)
konsumsi-transportasi penyiapan
untuk kegiatan logistik, (c) check
fieldwork bentuk lahan
dalam peta, (d)
persiapan alat
survei, (e)
identifikasi awal
kondisi tanah dan
lingkungan sekitar

7 Setelah mengikuti Pra Survei Praktik lapangan. Tugas: 100 Mahasiswa melakukan pra Hasil Fieldtrip 5.0%
praktik ini mahasiswa Tanah II: 1. mahasiswa mengisi form menit survei dilokasi rencana
mampu: 1. Mahasiswa Penentuan Simbol pengamatan di lapangan survei utama. Disini
mampu memberikan Horizon. 2. mahasiswa akan
kode horizon dari data Fieldwork 1 mengevaluasi diri mereka
morfologi tanah yang (Pengamatan dan dibantu oleh asisten
disediakan oleh Minipit di mengenai kesiapan
asisten. 2a. Mahasiswa Lapangan) melakukan survei.
mampu menentukan
lokasi pengamatan
secara mandiri. 2b.
Dapat menggunakan
peta dan hasil
delineasi foto udara
untuk crosscheck
kondisi aktual 2c.
Mahasiswa terampil
melakukan penentuan
titik lokasi di lapangan
dengan menggunakan
GPS dan Peta,
deskripsi tanah di
lapangan.
8-9 Mahasiswa mengingat UTS Menjawab soal tentatif Mahasiswa mengerjakan Jawaban UTS
kembali dan soal yang berisi tentang
merefleksi materi- materi-materi perkuliahan
materi perkuliahan yang telah didapatkan.
yang telah didapatkan
serta mampu
menjawab pertanyaan
dari soal UTS.
10 1. Mahasiswa mampu Pelaksanaan Praktik lapangan. Tugas: 100 Mahasiswa dengan Hasil Fieldtrip 25.0%
menyusun peta SPL Survei Tanah: 1. mahasiswa mengisi form menit pendampingan asisten
beserta titik Penyusunan peta pengamatan di lapangan melaksanakan fieldwork di
pengamatannya. 2. project 2. lapangan selama 2 hari 2
Mahasiswa terampil Persiapan malam untuk melakukan
membaca peta dan Fieldwork. 3. survei tanah di lapangan.
fotoudara dalam Fieldwork 2 Disini kedisiplinan,
kegiatan fieldwork, ketangkasan, ktrampilan
mampu menganalisis dan teamwork mahasiswa
komponen fisiografi sangat diperlukan.
lahan dan morfologi
tanah, mampu mengisi
formulir pengamatan,
mampu melakukan
klasifikasi tanah di
lapangan
11 1. Mahasiswa mampu Pasca Survei: Praktik. Tugas 100 Selesai melakukan Praktik dan Tugas 2.5%
memanajemen data Tabulasi data dan Mahasiswa: membawa menit fieldwork dilapangan,
dalam database 2. Interpretasi Data data morfologi tanah dan selanjutnya data yang
Mahasiswa mampu fisiografi lahan kelompok didapatkan ditabulasi ke
melakukan klasifikasi masing-masing dan dalam format yang benar
tanah sesuai dengan mengerjakan secara dan diintepretasikan
tahapan yang benar berkelompok. dengan panduan asisten
praktikum.

12 1. Mahasiswa bisa Kesimpulan Praktik. Tugas 100 Hasil tabulasi data Praktik dan Tugas 2.5%
melakukan sharing Hasil Survei Mahasiswa: membawa menit selanjutnya diklasifikasi
data 1 angkatan untuk Tanah: data morfologi tanah dan oleh mahasiswa. Secara
penyusunan SPT. Penyusunan fisiografi lahan, buku berkelompok mahasiswa
Berdasarkan data Satuan Peta Tanah keys to soil taxonomy akan berinisiatif
lapangan mahasiswa (SPT) 12ed, Peta SPL, Peta mengerjakan pekerjaan
mampu melakukan Relief, dan spidol warna. secara efektif dan efisien.
klasifikasi tanah dan Hasil klasifikasiselanjutnya
penyusunan peta SPT. dikomunikasikan ke
kelompok yang lain
sehingga melatih
kemampuan komunikasi
mahasiswa. Data
klasifikasi selanjutnya
diplot ke dalam peta SPT.
13 1. Mahasiswa terampil Klasifikasi Praktik. Tugas 100 Pengalaman mahasiswa Praktik dan Tugas 2.5%
dalam mengevaluasi Kemampuan Mahasiswa: membawa menit pada minggu ke 13 ini
kemampuan lahan. 2. Lahan: (1) data morfologi tanah dan adalah mampu melakukan
mahasiswa bisa Penyusunan data fisiografi lahan, buku secara mandiri evaluasi
meakukan plotting pada tabel metode inventarisasi kemampuan lahan dan
hasil evaluasi kemampuan, (2) sumberdaya lahan, Peta melakukan plotting ke
kemampuan lahan ke Pengkelasan SPL, dan spidol warna. dalam peta.
dalam peta masing-masing
karakteristik
kemampuan
lahan, (3)
Klasifikasi
Kemampuan
Lahan

14 1. Mahasiswa mampu Klasifikasi Praktik. Tugas 100 Pengalaman mahasiswa Praktik dan Tugas 2.5%
mengevaluasi lahan Kesesuaian Mahasiswa: membawa menit pada minggu ke 13 ini
secara aktual dan Lahan: (1) data morfologi tanah dan adalah mampu melakukan
potensial . 2. Penyusunan data fisiografi lahan, buku secara mandiri evaluasi
Mahasiswa melakukan pada tabel kesesuaian lahan kesesuaian lahan dan
plotting hasil evaluasi kemampuan, (2) (Djaenudin), Peta SPL, melakukan plotting ke
kesesuaian lahan ke Pengkelasan dan spidol warna. dalam peta.
dalam peta. masing-masing
karakteristik
kesesuaian lahan,
(3) Klasifikasi
Kesesuaian Lahan
Aktual dan
Potensial, (4)
Zonasi
15 1. Mahasiswa mampu Penyusunan Praktik. Tugas 100 Mahasiswa menyusun Praktik dan Tugas 2.5%
menyusun hasil survei Laporan Akhir Mahasiswa: Mahasiswa menit laporan kerja survei tanah
tanah dan evaluasi mengumpulkan laporan dan evaluasi lahan ke
lahan ke dalam akhir secara tepat waktu dalam suatu laporan
laporan yang sesuai dengan instruksi sistematis yang mencakup
sistematis dengan dari asisten praktikum. peta dan legenda peta
lampiran berupa peta Mahasiswa menyusun didalamnya.
dan informasi- powerpoint yang ringkas
informasi lain terkait dan sistematis terkait
hasil survei. dengan hasil kegiatan
Fieldwork 2.
16 Setelah mengikuti Presentasi Hasil Presentasi dan Ujian. 100 Pengalaman mahasiswa Presentasi dan 30.0%
praktik ini mahasiswa dan UAP Tugas Mahasiswa: menit untuk menyajikan hasil Jawaban UAP
mampu: 1. Mahasiswa menyusun powerpoint pekerjaannya di depan
mampu menyajikan yang digunakan untuk audien terdapat pada
hasil survei tanah dan presentasi selama 15-20 pertemuan 16. Setelah itu
evaluasi lahan di menit dan laporan akhir mahasiswa melaksanakan
depan asisten ujian akhir praktikum
praktikum dan tutorial untuk menerapkan
serta mahasiswa dari ketrampilan dan
kelompok yang lain, 2. pengetahuan yang telah
Mahasiswa mampu didapatkan
menjawab pertanyaan-
pertanyaan seputar
materi kegiatan
praktikum dari awal
hingga akhir yang
telah diikuti dan
dilaksanakan dalam
bentuk soal
17-18 Mahasiswa mengingat UAS Menjawab soal tentatif Mahasiswa mengerjakan Jawaban UAS
kembali dan soal yang berisi tentang
merefleksi materi- materi-materi perkuliahan
materi perkuliahan yang telah didapatkan.
yang telah didapatkan
serta mampu
menjawab pertanyaan
dari soal UAS.
1.5. Lembar Kerja Mahasiswa
1. Apa yang dimaksud basis mata dan basis obyek?
Jawab :
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………

2. Bagaimana cara menentukan daerah efektif?


Jawab :
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
3. Apa yang dimaksud dengan Rektifikasi Peta?
Jawab :
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………

Tanggal Nilai TTD Asisten


Materi 2. Persiapan Fieldtrip dan Fieldtrip

2.1. Sasaran Kompetensi


1. Mahasiswa mengerti dan memahami prinsip-prinsip
survei tanah.
2. Mahasiswa mampu membaca peta.
3. Mahasiswa mampu melakukan deskripsi tanah sesuai
dengan tahapan yang benar.
2.2. Bentuk Pembelajaran
1. Penjelasan tentang prinsip survei tanah.
2. Penjelasan singkat tentang peralatan yang digunakan pada
fieldtrip seperti peta, GPS, survei set, dan peralatan
lainnya.
3. Melakukan pengamatan fisiografi lahan dan identifikasi
tanah di lapangan serta menuliskannya ke dalam form
pengamatan lapangan dengan pendampingan dari asisten
praktikum.
4. Penjelasan mengenai persiapan dan teknis pelaksanaan
fieldtrip 1 praktikum Survei Tanah dan Evaluasi Lahan.
2.3. Alat dan Bahan
1. GPS
2. Survei set
3. pH stripe dan aquades
4. Print out peta lapangan (diadakan oleh praktikan)
5. Form pengamatan tanah (diadakan oleh praktikan)
6. Pedoman pelaksanaan praktikum Survei Tanah dan
Evaluasi Lahan (stela2010.wordpress.com atau softfile
pada asisten)
2.4. Materi
Sumberdaya lahan merupakan suatu lingkungan fisik yang
terdiri atas iklim, topografi, tanah, hidrologi, dan vegetasi yang
pada batas-batas tertentu mempengaruhi kemampuan pengunaan
lahan. Suatu lahan memiliki fungsi dan dinamika yang
dipengaruhi oleh campur tangan manusia ataupun proses alam.
Kualitas pada suatu fungsi lahan tersebut seringkali telah
mengalami degradasi karena tindakan manusia apabila tidak
dikelola dengan bijaksana. Hal ini menyebabkan kerusakan yang
memutuhkan pemulihan dalam waktu yang cukup lama dengan
biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, mahasiswa perlu
mengetahui dan memahami kondisi dan kualitas suatu lahan
sebagai dasar untuk melakukan evaluasi dan pengelolaan
sumberdaya lahan. Materi ini akan dibahas lebih rinci pada
Panduan Fieldtrip mata kuliah Survei Tanah dan Evaluasi Lahan
oleh Agustina (2013).

2.5. Lembar Kerja Mahasiswa


1. Ceritakan apa saja yang anda pelajari setelah mengikuti
fieldtrip?
Jawab :
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………

Tanggal Nilai Fieldtrip TTD Asisten


2.5. Form Fisiografi Lahan
2.6. Form Morfologi Tanah
2.7 Lembar Kerja Mahasiswa
1. Sebutkan dan jelaskan unsur-unsur intepretasi foto udara?
Jawab :
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
2. Sebut dan jelaskan fungsi informasi yang ada pada foto udara?
Jawab :
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
3. Apa yang dimaksud dengan “Principle point”?
Jawab :
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………

Tanggal Nilai TTD Asisten


Materi 3 (A). Dasar-dasar Intepretasi Udara

3.1. Sasaran Kompetensi


1. Mahasiswa mengenal bagian-bagian dari foto udara.
2. Mahasiswa terampil menentukan basis mata, basis obyek, dan
daerah efektif foto udara.

3.2. Alat Dan Bahan Dasar yang Diperlukan


Peralatan yang diperlukan untuk melakukan praktikum interpretasi
foto udara adalah sebagai berikut :
1. Mistar/garisan 50 cm
2. Rapido 0,3 mm + tinta
3. Pen OHP : biru, hitam, merah, coklat, dan hijau.
4. Isolatip plastik
5. Gunting kecil atau alat pemotong (cutter)
6. Plastik mika bening ukuran 24 cm × 24 cm
7. Pensil HB
8. Pensil minyak (grease pencils)
9. Penghapus pensil (stip)
10. Kertas kalkir

3.3. Petunjuk Umum Praktikum


1. Bacalah panduan praktikum sebelum praktikum dimulai.
Perhatikan baik-baik petunjuk dari pengasuh praktikum.
JANGAN SEGAN-SEGAN BERTANYA, JIKA ADA
SESUATU YANG KURANG JELAS.
2. Dalam menggunakan stereoskop, terutama stereoskop cermin,
TIDAK DIBENARKAN MENYENTUH CERMIN (lensa-lensa
yang lain) PADA BAGIAN TENGAH langsung. Bersihkan lensa
dan cermin HANYA dengan menggunakan KAPAS/KAIN
FLANEL yang telah disediakan JANGAN TERLALU SERING
MEMBERSIHKAN CERMIN.
3. Jika suatu materi latihan/praktikum telah selesai dilaksanakan,
hendaklah dikonsultasikan lebih dahulu kepada pengasuh
praktikum, sebelum memulai praktikum berikutnya.
4. Gunakan foto udara dengan hati-hati. Penulisan ataupun deliniasi
batas satuan interpretasi hendaklah dilakukan dengan
menggunakan SPIDOL atau PEN OHP (di atas plastik mika
bening); atau RAPIDO/PENSL HB atau B (pada KERTAS
KALKIR). Tidak dibenarkan MENULIS LANGSUNG PADA
FOTO, kecuali jika ada instruksi khusus dari pengasuh
praktikum.
5. Jika harus menulis SIMBOL atau TANDA-TANDA LAIN,
langsung pada foto gunakan rapido (0,3 mm, dengan tinta cina
yang larut dalam air) atau PENSIL MINYAK. JANGAN
GUNAKAN KARET PENGHAPUS untuk menghilangkan
tulisan pada foto, tetapi gunakan KAPAS (yang dibasahi dengan
air) untuk menghilangkan tinta, atau kapas yang diberi spirtus
(untuk pensil minyak).
6. Agar foto tidak mudah bergeser, gunakan PLASTER
(ISOLATIP) pada keempat sudut masing-masing foto. Untuk
melepaskan foto-foto yang sudah direkatkan tersebut, mulailah
melepaskan isolatip dari bagian dalam foto dan bukannya dari
arah luar (dari meja) ke arah foto.
7. DILARANG MEROKOK dan MAKAN DI RUANG
PRAKTIKUM.
8. SERAHKAN ALBUM, KARTU PRAKTIKUM, DAN
STEREOSKOP (yang telah dimasukkan ke dalam kotaknya
masing-masing) KEPADA PENGASUH PRAKTIKUM
SETELAH WAKTU PRAKTIKUM BERAKHIR.
3.4. Materi
3.4.1.Identifikasi Menggunakan Fotoudara atau Citra
Interpretasi foto udara (IFU) dapat didefinisikan sebagai kegiatan
dalam mengkaji obyek dan fenomena pada permukaan bumi, melalui
foto udara dan menentukan maknanya (dengan jalan deduksi), sesuai
dengan tujuan interpretasinya. Bagian yang terpenting dalam
melakukan interpretasi foto udara adalah menyeleksi kenampakan-
kenampakan yang diutamakan dari citra foto dan mengenyampingkan
kenampakan- kenampakan yang kurang (tidak) penting untuk tujuan
pengkajian tertentu yang sedang dilakukan. Hal ini perlu diperhatikan
karena citra penginderaan jauh menyajikan data-data lapangan yang
lengkap dan utuh yang diabadikan pada kertas foto atau film
(diapositif).
Kegiatan interpretasi foto udara dapat dilakukan dengan mengenali
unsur-unsur interpretasi dari suatu obyek, seperti: rona, warna, bentuk,
ukuran, tekstur, pola, bayangan, tinggi, situs dan asosiasinya. Umali
(1983) melakukan interpretasi dengan menggunakan urutan: 1)
memisahkan dan mendeteksi rona/warna; 2) selanjutnya mendelineasi
dan mengklasifikasi kelompok rona/warna; 3) mengenali hubungan
spasial, seperti: ukuran, bentuk, tekstur dan pola; 4) menemukan pola,
seperti: bentuk lahan, kultural, aliran, penutupan lahan, dan
penggunaan lahan. Selanjutnya digunakan untuk interpretasi disipliner
seperti: geolofi, penggunaan lahan, kehutanan, lingkungan, pertanian,
tanah, hidrologi, dan sebagainya (Gambar 1).
Dipihak lain Lo (1976), menyajikan proses interpretasi citra
dengan urutan: 1) deteksi; 2) merumuskan identitas obyek dan elemen,
berdasarkan karakteristik foto seperti: ukuran, bentuk, bayangan, rona,
tekstur, pola, dan situs; 3) mencari arti melalui proses analisis dan
deduksi; 4) klasifikasi: melalui serangkaian keputusan, evaluasi, dan
sebagainya berdasarkan kriteria yang ada; serta 5) deduksi, dengan
menyusun atau menggunakan teori yang ada pada disiplin yang
bersangkutan (Gambar 3.2).

Tabel 3.1 Unsur-unsur Interpretasi

NO UNSUR KETERANGAN
1. Rona Tingkat kegelapan/kecerahan obyek, menggunakan spektrum
lebar 0.4-0.7 µm (Hitam – Putih)
2. Warna Wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum
sempit, lebih sempit dari spektrum tampak.
3. Bentuk Wujud spesifik suatu obyek
4. Ukuran Atribut obyek yang berupa: jarak, tinggi, lereng, dan volume
5. Tekstur - Frekuensi perubahan rona pada citra
- Pengulangan rona kelompok obyek terlalu kecil untuk
dibedakan secara individual.
6. Pola - Susunan Keruangan
- Susunan yang berulang
7+8 Bayangan +
Bersifat menyembunyikan detil obyek
Tinggi
9. Situs Letak obyek dalam hubungannya dengan lingkungan sekitarnya
10. Asosiasi Keterkaitan obyek satu dengan yang lainnya
Gambar 3.1. Urutan Pekerjaan Intepretasi Citra (Umali, 1983)

Gambar 3.2. Proses Intepretasi Citra (Lo,1976)


3.4.2. Informasi Pada Foto Udara
Pada setiap lembar foto udara terdapat beberapa informasi yang Sangat
bermanfaat bagi pematai foto, agar tujuan yang hendak diperoleh dari
pemakaian foto udara dapat tercapai dengan sebaik – baiknya. Beberapa
informasi tersebut beserta fungís dikemukakan di bawah ini (perhatikan
Gambar 3.3)
1. Tanda fidusial (A dan B), digunakan untuk menentukan ”titik
utama” (principal poin) foto udara.
2. Tanda vertikal (C) ditunjukkan oleh gelembung udara ”water-
pass” untuk menunjukkan ungkitan (tilt). Yaitu kemiringan
pesawat terbang (kamera) pada saat pemotretan.
3. Waktu pemotretan (D) untuk mengetahui bayangan obyek.
4. Elevasi (E) menunjukkan ketinggian pesawat dari permukaan laut
yang bersama – sama dengan (F) digunakan untuk menghitung
skala foto.
5. Panjang fokus lensa kamera(F) digunakan untuk menghitung
skala foto udara.
6. Nomor foto (G) yang terdiri dari nomor garis terbang (run) dan
nomor urut foto dalam garis terbang. Kadang – kadang disertai
dengan nama lokasi daerah/proyek dan tanggal pembuatan foto.

Gambar 3.3. Bagian-bagian dari Foto Udara


3.4.3. Penggunaan Stereoskop Saku dan Uji Persepsi Kedalaman
Untuk mengetahui persepsi ’kedalaman’ praktikan/pemakai stereoskop
dan meningkatkan kemampuan melihat gambaran tiga dimensi pada
stereoskop saku maka perlu dilakukan uji persepsi kedalaman. Untuk
melakukan pekerjaan ini alat dan bahan yang digunakan adalah: 1).
Stereoskop saku, 2). Stereogram contoh, 3). Stereogram Isian. Adapun
tahapan pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
1. pertama tentukan basis-mata anda dengan mengukur jarak antara
’pupil’ mata sebelah kiri dan kanan. Sesuaikan jarak lensa
stereoskop dengan basis mata anda.
2. letakkan stereoskop saku di atas stereogram contoh
3. amati citra pada stereogram tersebut. Usahakanlah untuk
mendapatkan persepsi kedalaman dari obyek-obyek pada citra
tersebut.
4. tentukan tingkat kedalaman obyek sesuai dengan pertanyan pada
kartu isian
5. contoh:perhatikan lingkaran 1. tentukan obyek mana yang
terdekat, dan mana yang terjauh. Obyek yang dekat dengan Anda
ditulis dengan angka 1, agak dekat dengan angka 2 dst. Dalam
lingkaran1, ring sebelah luar (1), segi empat (2), segitiga (3) dan
titik (4). Apabila terdapat obyek dengan tinggi yang sama,
gunakan angka yang sama.
6. Serahkan jawaban anda kepada Asisten Praktikum
7. Catatan : agar dapat melihat gambaran 3-D pada foto berukuran
normal (23cm x 23 cm) menggunakan stereoskop saku maka
salah satu foto harus dilengkungkan (. Ini karena jarak titik yang
sama pada ke dua foto harus sama dengan basis-mata atu lebih
pendek.

3.4.4. Orientasi pasangan stereo


Orientasi pasangan stereo bertujuan agar terbiasa melihat daerah
kajian di bawah stereoskop saku, mengingat bahwa stereoskop ini sangat
cocok dibawa ke lapangan karena sangat praktis. Untuk melakukan
pekerjaan ini alat dan bahan yang digunakan adalah: 1). Stereoskop saku,
2). Pasangan Stereo, 3). Selotip dan Gunting. Adapun tahapan
pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
1. temukan daerah pertampalan dari kedua foto
2. foto sebelah kiri diletakkan lurus pada meja praktikum dan beri
selotip pada keempat sudutnya, agar tidak mudah bergeser.
3. letakkan foto sebelah kanan diatas foto sebelah kiri demikian
rupa sehingga titik yang sama pada kedua foto berimpit
4. letakkan stereoskop saku diatas pasangan stereo tersebut
5. geserlah foto sebelah kanan (yang tidak diberi selotip), sambil
dilihat melalui stereoskop sampai didapatkan gambaran 3-D.
Untuk dapat melihat daerah yang lebih luas, maka foto sebelah
kanan dapat dilengkungkan kearah atas.

Gambar 3.4. Stereoskop Saku

3.4.5. Penggunaan Stereoskop Cermin


Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membiasakan diri menggunakan
stereoskop cermin dengan cara yang benar, untuk menghindari kerusakan
alatmaupun mencegah ketegangan pada mata, serta agar terbiasa dengan
sistim optis yang digunakan untuk pengamatan stereoskopis dan
pengukuran-pengukuran pada foto udara. Untuk melakukan pekerjaan ini
alat dan bahan yang digunakan adalah: 1). Stereoskop cermin, 2). Pasangan
Stereo, 3). Mistar 50 cm, 4). Pensil, 5). Selotip. Foto yang digunakan adalah
foto Kota Malang, Wlingi RVIII -7, -8, dan -9, skala 1:20.000 dengan
c=152.2 mm, dipotret tahun 1980 (menyesuaikan yang disediakan di
laboratorium). Adapun tahapan pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
1. Bukalah kotak stereoskop cermin, lalu dengan kedua belah tangan
peganglah masing-nmasing tangkai stereoskop (gambar 4). Tarik
ke arah atas, hingga keluar. Letakkan pada meja praktikum.
2. Angkatlah tangkai sebelah kiri, lalu tarik kedua kakinya satu demi
satu. Lakukan cara yang sama terhadap kaki sebelah kanan.
Bukalah tutup cermin sebelah kiri dan kanan.perhatian : HARAP
TIDAK MENYENTUH CERMIN-CERMIN YANG TERHADAP
DI SEBELAH KIRI DAN KANAN STEREOSKOP !
3. Pasanglah binokular pada bagian atas stereoskop, seperti pada
Gambar 3.5.
4. Sesuaikanlah jarak antara masing-masing okuler terhadap basis
mata.
5. Fokuskanlah okuler dengan jalan:
a. Buatlah sebuah titik di atas secarik kertas pada meja
praktikum, yang dapat terlihat oleh kedua mata.
b. Putarlah okuler ke kiri, sampai titik kelihatan kabur.
c. Putarlah okuler ke kanan, perlahan-lahan, sampai titik
kelihatan dengan jelas. Lakukanlah hal ini secara bergantian
terhadap mata sebelah kiri dan sebelah kanan.
6. Buatlah garis pada kertas HVS-folio, sepanjang 40 cm, dan
letakkanlah di bawah stereoskop. Melalui kedua okuler, harus
terlihat hanya satu garis. Bila tidak, geserlah stereoskop atau
luruskanlah kertas anda hingga searah meja praktikum.
7. Tutuplah mata kanan anda, dan buatlah titik A pada sisi kiri tepat
diatas garis, di tengah – tengah lapangan pandang (field of view).
Kemudian tutup mata kiri, lalau buatlah titik B dibagian sebelah
kanan (seperti dilakukan terhadap titik A). Bila anda melihat
dengan kedua mata, maka titik A dan B terlihat terimpit. Jika tidak,
buatlah agar kedua titik itu berimpit. Pada keadaan demikian jarak
AB adalah basis-alat dari stereoskop tersebut, yang sesuai dengan
basis mata anda.
8. Letakkan dua foto (pasangan stereo) dibawah stereoskop
sedemikian rupa sehingga :
a. Garis terbang ke duanya berada segaris dengan garis AB.
b. Citra dari titik – titik yang sama (misal titik utama dan
kedudukannya setelah dipindahkan) masing – masing terletak
pada titik A dan titik B (gambar 5).
c. Beri isolatip atau pemberat pada keempat sudut masing –
masing foto agar tidak mudah bergeser.
9. Sebagai kesimpulan, garis terbang pesawat pada kedua foto harus
selalu berimpit bila dilihat dengan kedua mata. Basis mata, bais
alat dan basis foto, haruslah sejajar agar model stereo dapat dikaji
tanpa kepala terasa pusing. Semua bagian model (pasangan) stereo
dapat diamati dengan menggeser stereoskop sesuai dengan
kehendak.
10. Pada model stereo terdapat beberapa obyek / fonomena yang
ditunjukkan oleh tanda panah dan ditandai huruf A, B,C, D, E dan
seterusnya tuliskan pada selembar kertas nama-nama
obyek/fenomena tersebut

Gambar 3.5. Stereoskop cermin


3.4.6. Penyiapan Foto Udara Untuk Interpretasi
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyiapkan foto udara agar
diperoleh orientasi foto yang benar dan tepat untuk tujuan pengukuran-
pengukuran dan interpretasi foto, sehingga hasil interpretasi yang dibuat
lebih akurat. Dalam hal ini akan dilakukan pembuatan titik utama foto, garis
terbang, garis batas interpretsi (matsch-line) dan daerah efektif pada tiap
lembar foto cetakan. Alat dan bahan yang digunakan adalah 1). stereoskop
cermin, 2). Stereoskop saku, 3). Mistar/Penggaris, 4). Selotip. Foto Yang
digunakan adalah Daerah Waduk Selorejo; G. Butak R4:-7,-8, dan -9,
dengan c=152,22 mm. Adapun tahapan pelaksanaan kegiatannya adalah :
1. hubungkan dua tanda fidusial yang saling berhadapan dengan
menggunakan penggaris. Buatlah tanda silang (+) di tengah-tengah
foto yaitu pada titik pertemuan ke empat tanda fidusial tersebut,
menggunakan rapido 0,3 mm. Dengan cara yang sama lakukan
terhadap kedua foto lainnya. Titi tersebut, disebut titik utama
foto$.
Catatan:
Bila beberapa tanda fidusial tidak tergambar pada foto, maka cara
menentukan titik utamanya dapat dibantu dengan menggunakan
kertas beningan yang padanya terdapat dua garis yang saling tegak
lurus
2. pada foto sebelahnya, tandailah dengan pensil minyak, suatu
lingkaran dengan diameter lebih kurang 1cm di sekitar kedudukan
titik utama dari foto yang bersebelahan.
3. orientasikan foto dibawah stereoskop cermin sampai diperoleh
Gambaran tiga dimensi (3-D) secara jelas, kemudian pindahkan
titik utama foto sebelah kiri (foto 1) ke foto bagian tengah (foto 2);
foto 2, ke foto sebelah kanan (foto 3), dan sebaliknya.
Pemindahan titik hendaklah dilakukan dengan hati-hati dan
setepat-tepatnya . caranya dapat dilakukan dengan bantuan dua
jarum atau pensil yang tajam, yang masing-masing manunjuk
obyek atau kenampakan yang sama pada kedua foto yang
dipindahkan. Bila ujung jarum atau pensil, telah benar-benar
berhinpit, maka dengan menggunakan rapido buatlah tanda silang
seperti yang tergambar pada titik utama foto yang dipindahkan.
4. Hubungkan titik utama foto yang bersangkutan dengan titik utama
foto sebelahnya (yang dipindahkan ke foto tersebut). Lakukan hal
ini terhadap ketiga foto tersebut. Garis yang terbentuk, disebut
’garis terbang pesawat’. Pada foto bagian tengah (foto 2), terdapat
2 garis terbang, sedangkn pada dua foto lainnya, hanya ada satu
garis terbang.
5. Bila Anda mengamati foto-foto tersebut di bawah steroskop, maka
garis terbang yang sama, misalnya: (P1P2’) dan (P1’P2) harus
berhimpit satu sama lain. Jika tidak berhimpit, maka ubahlah
kedudukan foto udara hingga kedua garis tersebut benar-benar
berimpit.
6. Pada foto 2 (foto yang terletak di tengah), carilah titik tengah
masing-masing garis terbang. Melalui titik tengah pada masing-
masing garis terbang tersebut, buatlah garis yang tegak lurus
terhadap garis terbang pesawat. Garis yang dihasilkan disebut garis
padanan (matsh-line).
7. Garis padanan dapat juga dibuat mengikuti kenampakan yang
mencolok (sangat kontras) dilapangan sepertti jalan raya, rel kereta
api, sungai dan lain-lain, meskipun tidak beraturan, asalkan dapat
terlihat pada kedua foto dan berada tidak terlalu ke bagian tepi foto
(atau berada di sekitar lokai garis-padanan yang dibuat).
8. Garis padanan hendaklah dibuat menyolok agar terlihat jelas. Garis
padanan dari foto-foto dalam satu garis terbang dengan foto-foto
dari garis terbang yang lain yang berdekatan, dapat dibuat pada
tengah-tengah pertampalan tepi foto.
9. Daerah ditengah-tengah foto yang dibatasi oleh empat garis
padanan dari tiap-tiap foto, disebut daerh-efektif. Daerah efektif
merupakan daerah yang relatif sedikit mengalami pergeseran
ungkitan dan pergeseran reief, dibandingkan bagian lain dari foto,
sehingga distorsinya paling rendah.
10. Pada saat melakukan analisis foto (interpretasi foto udara) maka
deliniasi (pembuatan garis batas satuan peta) tidak boleh melewati
daerah efektif tersebut. Dengan perkatan lain, delineasi hanya
boleh dilakukan di dalam daerah efektif.
11. Pada daerah datar dan ungkitan hanya sedikit, maka daerah efektif
dapat dibuat lebih luas yang dihasilkan dari foto yang berselingan
(misalnya: hanya menggunakan foto-foto bernomor ganjil:1, 3, 5
dst, atau hanya yang bernomor genap saja).

Gambar 3.6. Pembuatan garis batas interpretasi (match line)


(atas); dan daerah efektif pada foto (bawah)
3.5 Lembar Kerja Mahasiswa
1. Sebutkan 5 karakteristik yang mencirikan landform volkanik!
Jawab :
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………

2. Ada berapa grup bentuk lahan (landform) di


wilayah Malang dan apa sajakah landform tersebut!
Jawab :
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
3. Sebutkan dan jelaskan macam pola drainase ?
Jawab :
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………

Tanggal Nilai TTD Asisten


Materi 4 (B). Delineasi dan Intepretasi Foto Udara

4.1. Sasaran Kompetensi


1. Mahasiswa terampil dalam mendelineasi bentuk lahan dan pola
drainase di foto udara
2. Mahasiswa terampil dalam penentuan nama bentuk lahan dan
legendanya
4.2. Materi
4.2.1.Klasifikasi Landform
Bentuk lahan (Landform) adalah bentukan alam di permukaan bumi
terjadi karena proses pembentukan tertentu melalui serangkaian evolusi
tertentu pula. Dalam perkembangannya, banyak klasifikasi landform yang
dikenal, dimana masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan,
sehingga perlu kehati-hatian dalam pemilihannya. Sistem klasifikasi yang
digunakan:
1. Christian & Steward (1968) menggunakan pendekatan
Landsystem. Dikembangkan di Australia, di Indonesia pernah
digunakan oleh Departemen Transmigrasi pada tahun 1989 dengan
RePPProT – nya. Sistem klasifikasi ini menggunakan aspek
geomorfologi, iklim dan penutupan lahan.
2. Desaunnetes (1977), dengan “Catalogue Landform for Indonesia”
nya menggunakan pendekatan fisiografik dan bentuk wilayah.
Digunakan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat dalam
penyusunan sistem klasifikasi lahan untuk Proyek LREP-I tahun
1985-1990.
3. Van Zuidam & Zuidam-Cancelado (1979) dengan metode “Terrain
Analysis” nya, menggunakan dasar geomorfologi disertai keadaan
bentuk wilayah, stratigrafi dan keadaan medan.
4. Buurman dan Balsem (1990), menggunakan pendekatan satuan
lahan. Digunakan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat
dalam penyusunan sistem klasifikasi lahan untuk Proyek LREP-I
di Pulau Sumatra tahun 1985-1990.
5. Marsoedi, dkk. (1997), menggunakan pendekatan proses
geomorfik. Sistem ini merupakan perbaikan sistem Desaunnetes
dan Buurman & Balsem dengan memperhatikan kondisi di
Indonesia.

Meskipun dalam aplikasinya masih banyak kekurangannya, buku


petunjuk praktikum ini menggunakan pedoman klasifikasi landform yang
dikembangkan oleh Marsoedi dkk (1994) dengan pertimbangan agar
mahasiswa terbiasa dengan sistem klasifikasi yang dikembangkan oleh
Puslittanak ini.

4.2.2. Kelompok Utama Landform


Berdasarkan Marsoedi et al., (1997), landform / bentuk lahan
diklasifikasikan ke dalam 9 grup atau kelompok utama yang selanjutnya
dibagi lebih lanjut sesuai dengan sifat masing-masing. Sistem klasifikasi ini
mendasarkan pada proses geomorfik dalam penentuan kelompok, pada
kategori lebih rendah selanjutnya menggunakan relief, lereng, litologi
(bahan induk) dan tingkat torehannya. Pembagian kelompok utama tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Grup Alluvial (Alluvial Landform) Simbol : A
Landform muda (risen atau sub risen) yang terbentuk dari proses
fluvial (aktivitas sungai) ataupun gabungan dari proses alluvial dan
koluvial.
2. Grup Marin (Marine Landform) Simbol : M
Landform yang terbentuk oleh atau dipengaruhi oleh proses marin
baik proses yang bersifat konstruktif (pengendapan) maupun
destruktif (abrasi), daerah yang terpengaruh air asin ataupun
daerah pasang surut tergolong dalam landform marin.
3. Grup Fluvio-Marin (Fluvio Marin Landform) Simbol : B
Landform yang terbentuk oleh gabungan proses fluvial dan marin.
Keberadaan landform ini dapat terbentuk pada lingkungan laut
(berupa delta) ataupun di muara sungai yang terpengaruh langsung
oleh aktivitas laut.
4. Grup Gambut (Peat Landform) Simbol : G
Landform yang terbentuk di daerah rawa (baik rawa pedalaman
maupun di daerah dataran pantai) dengan akumulasi bahan organik
yang cukup tebal. Landform ini dapat berupa kubah (dome)
maupun bukan kubah.
5. Grup Eolin (Aeolian Landform) Simbol : E
Landform yang terbentuk oleh proses pengendapan bahan halus
(pasir, debu) yang terbawa angin.
6. Grup Karst (Karst Landform) Simbol : K
Landform yang didominasi oleh bahan batu gamping, pada
umumnya keadaan morfologi daerah ini tidak teratur. Landform ini
dicirikan oleh adanya proses pelarutan bahan batuan penyusun
yaitu dengan terjadinya sungai di bawah tanah, gua-gua dengan
stalagtit, stalagmit, dll.
7. Grup Volkanik (Volcanic Landform) Simbol : V
Landform yang terbentuk karena aktivitas volkan / gunung berapi
(resen atau subresen). Landform ini dicirikan dengan adanya
bentukan kerucut volkan, aliran lahar, lava ataupun dataran yang
merupakan akumulasi bahan volkan. Landform dari bahan volkan
yang mengalami proses patahan - lipatan (sebagai proses sekunder)
tidak dimasukkan dalam landform - volkanik.
8. Grup Tektonik dan Struktural Simbol : T
Landform yang terbentuk sebagai akibat dari proses tektonik
(orogenesis dan epirogenesis) berupa proses angkatan, lipatan, dan
atau patahan. Umumnya landform ini mempunyai bentukan yang
ditentukan oleh proses-proses tersebut dan karena sifat litologinya
(struktural).
9. Grup Aneka (Miscellaneous Landform) Simbol : X
Bentukan alam atau hasil kegiatan manusia yang tidak termasuk
grup yang telah diuraikan di atas, misalnya: lahan rusak dan
bangunan-bangunan buatan manusia (perkotaan).

4.2.3. Intepretasi Landform


Intepretasi landform bertujuan untuk mengenal ujud landform dalam
foto udara, agar mahasiswa dapat mempelajari karakteristik landform
melalui gambaran tiga dimensi yang ditimbulkan oleh foto udara
berpasangan di bawah stereoskop. Adapun alat dan bahan yang digunakan
adalah:
a. Alat
1. Stereoskop cermin
2. Pen OHP
3. Plastik transparan
4. Penggaris (siku dan panjang)
5. Spiritus dan kapas
6. Selotape

b. Bahan
Foto yang digunakan adalah
1. Stereogram dari Buku Catalogue of Landform for Indonesia
(Desaunnetes, 1977), sesuai dengan topik yang sedang dibahas.
2. Foto udara skala 1:50.000 Jawa Timur.
c. Pelaksanaan
1. Siapkan stereoskop dan stereogram yang akan dipelajari.
2. Letakkan foto udara yang memiliki batas dan anotasi di sebelah
kanan. Orientasikan stereogram pada stereoskop cermin sampai
didapatkan gambaran 3-D secara jelas.
3. Perhatikan nama landform yang tertera pada foto udara.
Perhatikan relief, lereng, torehan (dissection) dan vegetasi yang
ada pada foto dengan yang tertera pada legenda (lembar
terpisah).
4. Amati ciri-ciri foto yang terdapat pada masing-masing
landform yang ada pada stereogram. Catat pada lembar
pengamatan.

4.2.4. Intepretasi Pola Drainase


Tujuan dari kegiatan intepretasi pola drainase adalah agar mahasiswa
terampil dalam menganalisis pola drainase, analisis lereng, dan analisis
batuan melalui foto udara serta mahasiswa terampil dalam penentuan tata
nama bentuklahan (penyusunan legenda bentuklahan). Adapun alat dan
bahan yang digunakan adalah:
a. Alat
1. Stereoskop cermin
2. Pen OHP
3. Plastik transparan
4. Penggaris (siku dan panjang)
5. Spiritus dan kapas
6. Selotape
b. Bahan
Foto yang digunakan adalah
1. Stereogram dari Buku Catalogue of Landform for Indonesia
(Desaunnetes, 1977), sesuai dengan topik yang sedang
dibahas.
2. Foto udara skala 1:50.000 Jawa Timur.
c. Pelaksanaan
1. Siapkan stereoskop dan stereogram yang akan dipelajari.
2. Letakkan foto udara yang memiliki batas dan anotasi di
sebelah kanan. Orientasikan stereogram pada stereoskop
cermin sampai didapatkan gambaran 3-D secara jelas.
3. Perhatikan nama landform yang tertera pada foto udara.
Perhatikan relief, lereng, torehan (dissection) dan vegetasi
yang ada pada foto dengan yang tertera pada legenda (lembar
terpisah).
4. Amati ciri-ciri foto yang terdapat pada masing-masing
landform yang ada pada stereogram. Catat pada lembar
pengamatan.
5. Tentukan ciri-ciri relief, lereng, torehan, dan pola drainase di
foto udara.

d. Acuan Penentuan Relief, Lereng, Torehan dan Pola Drainase

Kemiringan Lahan

KODE LERENG (%) KRITERIA


A 0-3 Datar
B 3-8 Agak Landai
C 8-15 Landai
D 15-25 Agak Curam
E 25-40 Curam
F 40-60 Sangat Curam
G >60 Terjal

Panjang Lereng

NO PANJANG (m) KRITERIA


1 <50 Sangat pendek
2 51-100 Pendek
3 101-200 Sedang
4 201-500 Panjang
5 >500 Sangat panjang

Bentuk Lereng (Cekung, Cembung, Lurus)


Ketidakteraturan Lereng (Halus, Tidak Teratur)
Hubungan Relief, Lereng dan Beda Tinggi

No Relief Lereng (%) Beda Tinggi m)


1 Datar <1 <2
2 Agak Datar 1-3 <2
3 Berombak 3-8 2-10
4 Bergelombang 8-15 10-50
5 Bergumuk 15-30 < 10
6 Berbukit Kecil 15-30 10-50
7 Berbukit Kecil 15-30 50-300
8 Bergunung > 30 > 300

Kerapatan Drainase

No. Tipe Jarak Pada Karakteristik


Skala 1: 20.000
1 Halus < 0,5 cm Limpasan permukaan tinggi,
batuan tidak lolos air
2 Sedang 0,5 – 5 cm Limpasan permukaan sedang,
batuan tidak lolos air
3 Kasar > 5 cm Limpasan permukaan sedikit,
batuan tidak lolos air

Tingkat Torehan
Klasifikasi tingkat torehan secara kuantitatif mengikuti Stahler
(1964) berdasarkan panjangnya alur-alur drainase per satuan luas
tertentu.

Tingkat Torehan Di lapangan Di Peta Di Peta


(km/km2) 1:50.000 1:25.000
(cm/cm2) (cm/cm2)
0 Tidak Tertoreh < 0,5 < 0,25 <0,125
1 Sedikit Tertoreh 0,5-1,0 0,25-0,5 0,125-0,25
2 Agak Tertoreh 1,1-2,0 0,5-1,0 0,25-5,0
3 Sangat Tertoreh 2,1-4,0 1,0-2,0 0,5-1,0
4 Ekstrem Tertoreh >4,0 >2,0 >1,0
Pola Drainase

Pola drainase dendritik (Dendritic Drainage Pattern). Modifikasi Pola Dendritik (Modification of Dendrtic
Juga disebut pola drainase mirip pohon (tree like). Pattern). Cabang sungai orde ke tiga dan empat
Pola drainase yang banyak dijumpai. F menunjukkan berbentuk seperti spatula. FF dikontrol oleh retakan.
tekstur halus, C tekstur kasar. Tidak terkontrol oleh Terjadi pada intrusi batuan beku.
struktural.

Pola Dendritik setengah paralel (Subparallel Dendritic Pola Dendritik-Pinatte (Dendritic Pinate Pattern)
Pattern). Tipe dataran pantai. Dasar sungai datar. Tidak dikontrol oleh struktural. Bahan induk tanah
Sungai yang memanjang di bagian kanan karena berpasir dan berliat
permukaan yang miring (arah panah). Pola drainase ini
berkembang pada bahan berpasir halus

Pola Dendritik-Pinatte (Dendritic Pectinate Pattern). Modifikasi Pola Dendritik (Modification of Dendrtic
Pola drainase yang banyak dijumpai pada bahan Pattern). Pola drainase yang berkembang pada
gumuk pasir.Dasar sungai umumnya datar. P adalah Clayshale (C), berpasir atau liat berdebu (SC), dan
permukaan gumuk pasir pasir atau batupasir (Ss).
POLA DRAINASE INTERNAL

Pola Drainase Angular (Angular Drainage Pola Angular (Angular Pattern) pada sungai
Pattern). Sering juga disebut dengan pola yang memiliki batuan batupasir. Saluran yang
drainase trelis. A dan B adalah blok batupasir dikontrol oleh retakan adalah membulat pada
yang miring. Pola drainase dikontrol oleh bagian atas dan bersudut pada bnagian bawah.
struktural. Dijumpai pada deposit granular yang Erosi gully terjadi di sepanjang retakan.
retak atau intrusif.

Pola Angulate (Angulate Pattern). Modifikasi dari pola


angular. Sebagian anak sungai paralel dan bertemu
dengan induk sungai membentuk sudut tumpul. Pola
terkontrol oleh retakan dan biasdanya dijumpai pada
sedimen granular, seperti batu pasir di daerah yang
agak mendatar.
Pola Drainase berliku (Contorted Drainage Pola paralel (Paralle pattern). Pola umum yang
Pattern). Arah aliran sungai kadang belawanan banyak dijumpai pada lahan yang memiliki
(lihat tanda panah). Pola ini biasa dijumpai pada material bertekstur halus dan berlereng curam.
batupasir dan terkontrol oleh struktural. Juga pada formasi berlapis yang memiliki
resistensi yang berbeda, seperti: batupasir-
shale.

Radial Annu

Radial Pinate Sinkhole


Pol Dichotomic

Anas Terjalin (Braided stream pattern)

Pol91 Pol92
4.4 Lembar Kerja Mahasiswa
1. Jelaskan perbedaan koordinat Geographic dan Universal Transverse
Mercator (UTM)
Jawab :
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………

2. Buatlah alur kerja pelaksanaan rektifikasi peta RBI menggunakan


ArcGIS 10.2.
Jawab :
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………

Tanggal Nilai TTD Asisten


MATERI 5. PENGENALAN, REKTIFIKASI DAN DIGITASI
PETA RUPA BUMI INDONESIA

Tujuan:

1. Mahasiswa memahami komponen-komponen yang terdapat dalam peta.


2. Mahasiswa mampu melakukan rektifikasi peta RBI.
3. Mahasiswa mampu melakukan digitasi peta RBI

1. Pengenalan Peta Rupa Bumi


Alat dan Bahan

a. Alat
 Plastik transparan yang telah diberi grid 1 cm dan 0,5 cm
 Alat tulis
b. Bahan
 Peta RBI Indonesia skala 1 : 25.000
 Peta Tematik
 Foto Udara

Pelaksanaan

a. Perhatikan penjelasan definisi peta, jenis peta dan komponen- komponen


peta.
b. Ikuti cara pembacaan peta, mulai dari judul, skala, orientasi peta, dan
koordinat peta.
c. Lakukan pengukuran jarak, menentukan arah dan luasan suatu wilayah
yang telah ditentukan dalam peta RBI.
Modul ini memberikan penjelasan mengenai jenis-jenis peta, komponen-
komponen peta dan cara pembacaan peta topografi (rup abumi).

TinjauanPustaka
Pengertian Peta
Peta didefinisikan sebagai suatu representasi atau gambaran unsur-
unsur atau kenampakan-kenampakan abstrak yang dipilih dari permukaan
bumi atau benda-benda angkasa, dan umumnya digambarkan pada suatu
bidang datar dan diperkecil/diskalakan (International Cartography
Association, 1973).
Syarat-syarat peta:

 Tidak membingungkan
 Mudah dimengerti atau ditangkap maknanya oleh Pembaca Peta
 Memberikan gambaran yang sebenarnya
 Penampilan peta harus sedap dipandang: Rapi & Bersih

Jenis Peta

Jenis peta dikelompokkan dalam 3 kategori, yaitu:

1. Peta menurut Cara Penyajian


a) Peta Garis
Objek-objek yang ada dipermukaan bumi ditampilkan/digambarkan
sebagai titik dan garis

Contoh: Peta Rupa Bumi, Peta Jaringan Jalan, Peta Kontur dll.

b) Peta Foto/Citra
Objek-objek yang ada dipermukaan bumi ditampilkan sebagai objek
atau kumpulan objek yang memiliki nilai kecerahan tertentu.Contoh:
Peta Orthofoto, Peta Citra
2. Peta menurut Isi
a) Peta Topografi
Berisikan berbagai informasi tentang bentukan alami permukaan
bumi, dikenal sebagai peta dasar dan sebagai referensi

ex: Peta Rupa Bumi Indonesia (Peta RBI)

b) Peta Tematik
Berisikan informasi spesifik tentang suatu bentukan alami atau
fenomena yang ada pada permukaan bumi

3. Peta menurut Format


a) Peta Hardcopy
Memiliki bentuk fisik (Kertas, Poster, Billboard dll.)

b) Digital
Tersimpan sebagai file-file Basis Data Spasial (Disk, CD, DVD)
Klasifikasi Peta

1. Berdasarkan skala
a) Peta skala sangat besar(>1 : 10.000)
b) Peta skala besar (1 : 10.000- <1 : 100.000)
c) Peta skala sedang (1 : 100.000 - <1 : 1.000.000)
d) Peta skala kecil (> 1 : 1.000.000)
2. Berdasarkan tujuan
a) Pendidikan
b) Ilmu pengetahuan
c) Informasi umum
d) Turisme
e) Navigasi
f) Aplikasi teknik
g) Perencanaan
3. Berdasarkan Isi
a) Peta topografi
b) Peta tematik
c) Peta navigasi

Teknik Membaca Peta: Studi Kasus Peta Rupa Bumi Indonesia

Peta Rupa Bumi merupakan peta yang menampilkan sebagian unsur-


unsur buatan manusia (kota, jalan, struktur bangunan lain) serta unsur alam
(sungai, danau, gunung, dsb) pada bidang datar dengan skala proyeksi
tertentu. Peta Rupa Bumi dikenal pula dengan istilah Topographic Map
(Warsito, dkk., 2004).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membaca peta:


1. Skala peta: berkaitan dengan ukuran geometri bumi
2. Simbol: gambaran dari kenampakan di permukaan bumi
3. Sistemkoordinat: berkaitan dengan posisi
4. Arah utara: orientasi peta sebagai petunjuk arah utara
Komponen Peta RBI:

Muka peta, merupakan bagian pokok peta yang menunjukkan sejumlah


obyek yang ada di daerah tertentu dan termasuk informasi tersebut.
Muka Peta berisi:

1. Unsur buatan manusia,


Ex: jalan, rel kereta api, bangunan, sawah, dll.
2. Perairan,
Ex: danau, rawa, sungai, dll.
3. Unsur alam,
Ex: gunung, bukit, pegunungan, lembah, dll.
4. Tumbuhan,
Ex: hutan, semak belukar, padang rumput, dll.
5. Sistem koordinat (geografi atau proyeksi)
6. Garis kontur
7. Batas administrasi
Informasi tepi peta, merupakan bagian peta yang berisi penjelasan secara
detil, yang dapat membantu menggunakan peta.

a. Judul Peta

Judul peta hendaknya memuat/mencerminkan informasi yang sesuai


dengan isi peta.
Judul peta jangan sampai menimbulkan penafsiran ganda pada peta.
Contoh pada peta RBI

Pada kolom judul dapat ditemukan informasi:


1. Judul Peta : Peta Rupa Bumi Indonesia
2. Skala : 1 : 25.000
3. Nomor Lembar : 1209– 143
4. Nama Lembar : Bogor
5. Edisi (Tahun Pembuatan) : I-1998
b. Skala

Definisi: “angka perbandingan antara jarak dua titik di atas peta


dengan jarak tersebut di permukaan bumi”
Macam-macam Skala:
1. Skala Verbal : 1 cm sama dengan 5.8 km
2. Skala Angka : 1 cm = 6 km atau 1 : 580.110

3. Skala Garis
Perbandingan antar skala peta:

Skala Peta Jarak 1 cm di peta mewakili jarak horizontal di lapangan:


1 : 10.000 100 meter
1 : 25.000 250 meter = ¼ km
1 : 50.000 500 meter = ½ km
1 : 100.000 1.000 meter = 1 km
1 : 250.000 2.500 meter = 2 ½ km
Latihan:
Pengukuran jarak peta:
Contoh:
Diukur jarak 3 cm di peta skala 1 : 50.000
Hit: jarak sebenarnya di lapangan?
Jawab:
Jarak di lapang = jarak di peta × nilai skala peta
= 3 × 50.000 cm
= 150.000 cm = 1.500 m = 1,5 km di lapangan
c. Petunjuk Arah (Mata Angin)

Petunjuk arah gunanya untuk menunjukkan arah Utara, Selatan, Timur, dan
Barat. Tanda orientasi perlu dicantumkan pada peta untuk menghindari
kekeliruan.

Arah mata angin dibagi: o


Selatan 180
Utara 0o Barat daya 225o
Timur laut 45o Barat 270o
Timur 90o Barat Laut 315o
Tenggara 135o

Latihan:

Ukur ada berapa derajat arah dari titik yg


dituju. Lalu nilai tersebut disesuaikan
dengan arah mata angin.

Mis: berada pada 450 dari arah utara.

Maka Surabaya berada pada arah Timur


Laut.

d. Simbol dan Warna Simbol Garis


Simbol

Simbol Titik
Simbol Luasan Simbol yang bersifat kuantitatif

(Area/Poligon)

Simbol daratan

Simbol perairan

Simbol yang bersifat kualitatif Simbol budaya

Warna
Tidak ada peraturan yang baku mengenai penggunaan warna dalam peta
Contoh:
1. Jalan,berwarna merah
2. Untuk laut, danau digunakan warna biru.
3. Untuk temperatur (suhu) digunakan warna merah atau coklat.
4. Untuk curah hujan digunakan warna biru atau hijau.
5. Daerah pegunungan tinggi/dataran tinggi (2000 – 3000 meter) digunakan
warna coklat tua.
6. Untuk dataran rendah (pantai) ketinggian 0 sampai 200 meter dari permukaan
laut digunakan warna hijau.
Warna kualitatif, penggunaan warna banyak memperlihatkan perbedaan

Warna kuantitatif, perbedaan warna untuk memperlihatkan perbedaan tekanan


(gradasi) atau perbedaan besar dan kecil

Simbol pada Peta RBI

Simbol garis

Simbol titik

Simbol poligon
Simbol titik, kualitatif Simbol titik, kuantitatif

Warna kualitatif Warna kuantitatif

e. Legenda

Legenda peta dibuat untuk menjelaskan simbol-simbol yang terdapat di


dalam peta
f. Grid/KoordinatPeta

Sistem Lat/long mengukur sudut pada permukaan bulat.

 60º east of PM
 55º north of equator
 1o= 60 menit
 60 menit = 60detik
Sistem koordinat UTM
1. Berdasarkan pada proyeksi Transverse Mercator
2. 60 zones (setiap lebar 6° di ekuator)
3. Arah timur palsu
4. Y-0 pada kutub selatan atau ekuator
5. Satuan meter
Menentukan koordinat:

Membaca Kontur

Kontur adalah garis khayal untuk menggambarkan semua titik yang mempunyai
ketinggian yang sama di atas atau di bawah permukaan laut.
Tabel Interval dan Indeks Kontur

Skala Peta Interval Kontur Indeks Kontur


1 : 10.000 5 meter 25 meter
1 : 25.000 12,5 meter 50 meter
1 : 50.000 25 meter 100 meter
1 : 100.000 50 meter 200 meter
1 : 250.000 100 meter 500 meter

Kontur indeks
dan titik-titik
tinggi

Foto Udara

Foto Udara merupakan sebuah gambar yang dicetak dalam media kertas foto
yang dihasilkan dari hasil pemotretan dengan perekaman secara fotografi.

Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, citra foto dapat


dibedakan atas:

1. Foto ultra violet yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum
ultra violet dekat dengan panjang gelombang 0,29 mikrometer.
2. Foto ortokromatik yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan
spektrum tampak dari saluran biru hingga sebagian hijau (0,4-0,56
mikrometer).
3. Foto pankromatik yaitu foto yang dengan menggunakan spektrum
tampak mata.

Foto infra merah yang terdiri dari foto warna asli (true infra red photo) yang
dibuat dengan menggunakan spektrum infra merah dekat sampai panjang
gelombang 0,9 mikrometer hingga 1,2 mikrometer dan infra merah modifikasi
(infra merah dekat) dengan sebagian spektrum tampak pada saluran merah dan
saluran hijau.

Foto Udara Hitam Putih Foto Udara Berwarna

Lebih detail di praktikum Materi 1, Materi 3, dan Materi 6

Tugas

1. Lakukan pengukuran jarak dari pusat kampus Unibraw ke:


a. Kota Batu
b. Singosari
c. Sumberpucung
d. Tumpang
e. Dampit
2. Tentukan arah masing-masing kota dan kecamatan di atas terhadap Kampus
Unibraw!
3. Hitung luas masing-masing kecamatan di atas!
2. Rektifikasi / Georeference
Alat dan Bahan

Bahan:

1. Peta Analog (contoh : Peta RBI lembar Batu)

Alat:

1. Scanner,

2. Program ArcGIS

Langkah:

Konversi peta analog:

1. Scan peta analog menggunakan scanner,

2. Atur resolusi peta dalam ukuran 300 dpi,

3. Atur scan peta sehingga ada pertampalan di tiap bagian peta yang
discan,

4. Gabung tiap bagian peta menjadi satu bagian utuh peta analog yg
telah discan menggunakan photoshop.

Rektifikasi / Georeference

1. Buka ArcMap

Pilih A new empty map klik OK


2. Add Data. Masukkan file 187 – BATU.jpg dari direktori

… 2. GEOREFERENCE\BAHAN.

Klik Add
Aktifkan toolbar Georeferencing. Klik kanan pada toolbar dan pilih

Georeferencing.

Akan muncul toolbar georeferencing di layar


4. Tambahkan titik kontrol dari peta analog dengan memasukkan koordinat peta
dari tiap pojok peta analog. Zoom pojok kiri atas peta menggunakan .

5. Klik pada toolbar georeference

6. Arahkan ke pertemuan koordinat X,Y di pojok kiri atas. Klik kiri.


7. Klik kanan

Lalu klik kiri pada Input X and Y, akan muncul

Masukkan koordinat X = 6665367 dan Y = 9129224 pada kolom X dan Y.


8. Lakukan langkah untuk tiap pojok peta analog.

a. Koordinat pojok kiri atas: 0665367 ; 9129224

b. Koordinat pojok kanan atas: 0679151 ; 9129173

c. Koordinat pojok kiri bawah: 0665317 ; 9115401

d. Koordinat pojok kanan bawah: 0679097 ; 9115349

9. Setelah selesai zoom to layer, dan buka view link table (klik)

Tiap koordinat yg telah dimasukkan akan muncul di Link Table. Total RMS
Error menunjukkan tingkat keakuratan posisi peta, semakin besar nilainya
makan posisi peta kurang tepat. Apabila terjadi salah pengisian koordinat,
entri data pada tabel ini dapat dihapus sekaligus secara bersamaan, sehingga
memudahkan dalam melakukan koreksi.

Icon delete

10. Klik OK

11. Update georeferencing dengan klik tombol georeferencing pilih

update georeferencing.
12. Simpan hasil georeference dengan meng-klik Rectify pada toolbar
Georeferencing.

13 Selanjutnya akan muncul kotak dialog Save As. Dan isilah


nama output file hasil rektifikasi 187-BATU1.img
14. Kemudian klik tombol Save untuk menjalankan proses
rektifikasi.

Tunggu beberapa saat sampai proses rektifikasi selesai.

Membuat Data Spasial

Pengertian Digitasi Peta

Digitasi secara umum dapat didefinisikan sebagai proses konversi data


analog ke dalam format digital. Objek-objek tertentu seperti jalan,
rumah, sawah dan lain-lain yang sebelumnya dalam format raster Pada
sebuah citra satelit resolusi tinggi dapat diubah kedalam format digital
dengan proses digitasi.

Menambah Data Gambar

Untuk menambah data gambar ke dalam ArcMap, File > Add Data di
toolbar menu. Kemudian pilih gambar yang di perlukan

Membuat Layer atau Shapefile

Langkah–langkah untuk memulai digitasi onscreen adalah sebagai berikut


berikut ini:
1. Identifikasi terlebih dahulu objek-objek yang akan didigitasi.
2. Setelah objek teridentifikasi, buatlah shapefile untuk masing-masing kategori
objek melalui ArcCatalog. Untuk membuka ArcCatalog klik menu
ArcCatalog di menu toolbar.
3. Setelah ArcCatalog terbuka, masuklah ke dalam folder dimana
shapefile yang akan dibuat ingin disimpan. Pada contoh berikut kita
akan menyimpan shape file yang akan dibuat di folder “2.
GEOREFERENCE” di drive D:\PRAKTIKUM GIS\
4. Klik kanan jendela sebelah kanan ArcCatalog, kemudian akan
muncul beberapa pilihan, kemudian klik New > pilih Shapefile.

5. Kemudian akan muncul jendela “Create New Shapefile”. Isikan nama


shapefile yang akan dibuat di text box Name, dan tentukan jenis feature
(Feature Type) di dropdown list Feature Type.

6. Misalkan Anda akan mendigitasi objek jalan, maka isikan “Jalan”


dalam text box Name, kemudian pilih Polyline di dropdown list Feature
Type sebagai jenis feature-nya.
7. Feature Type atau jenis feature merupakan representasi objek -objek
dalam dunia nyata ke dalam bentuk geometri yang lebih sederhana.
Misalnya untuk objek yang memanjang seperti jalan, pipa air, telkom,
jaringan listrik, dan lain-lain direpresentasikan dalam betuk garis
(Line/Polyline). Untuk objek-objek yang berbentuk luasan seperti
sawah, kolam, rumah, batas desa, dan lain-lain direpresentasikan dalam
bentuk Polygon. Untuk objek-objek yang berbentuk titik-titik seperti
tower, tiang listrik, sumur bor, dan lain lain dipresentasikan dalam
bentuk Point.

Menentukan Sistem Koordinat Shapefile

1. Untuk menentukan sistem koordinat shapefile yang akan dibuat,


tekan tombol Edit, kemudian akan muncul jendela “Spatial
Reference Properties” seperti tampak pada gambar di bawah ini:

2. Tekan tombol Select, sehingga muncul jendela “Browse for


Coordinat System”, kemudian pilih pilihan Projected Coordinate
Systems seperti gambar berikut. Tentukan sistem koordinat Jawa
Timur, yaitu UTM (Universal Transverse Mercator) zone 49S, dengan
datum WGS 1984, maka pilih UTM, kemudian pilih WGS 1984,
setelah itu pilih WGS 1984 UTM Zone 49S.prj.
3. Shapefile Jalan.shp telah selesai dibuat.

Digitasi

- Setelah shapefile dibuat, selanjutnya siap untuk dilaksanakan proses


digitasi. Buka kembali ArcMap, kemudian tambahkan shapefile-
shapefile yang akan digitasi, mengunakan tombol Add Data.

- Untuk memulai digitasi, klik tombol untuk menampilkan

Toolbar Editor. Pilih menu Editor > Start Editing


- Kemudian akan muncul jendela seperti gambar di bawah ini. Dalam
jendela tersebut akan muncul nama-nama layer yang akan diedit yang
berada dalam satu folder yang sama. Tekanlah tombol Start Editing
untuk memulai digitasi.

Snapping

Snapping adalah suatu tool yang sangat berguna untuk m/endeteksi titik
(Vertex), ujung garis (End), atau tepi (Edge) dari vektor shapefile. Tool ini
sangat bermanfaat untuk menghubungkan atau menghimpitkan antar garis atau
titik dalam proses digitasi, sehingga bisa mereduksi kesalahan dalam digitasi
berupa garis yang tidak bersambung atau berhimpit.

1. Untuk mengaktifkan snapping pilih menu Editor > Snapping.

Selanjutnya akan muncul jendela “Snapping Environment”. Berilah tanda check


pada masing-masing layer sesuai pilihan-pilihan snapping yang diinginkan

10-
1212
.

Memulai Digitasi

1. Pada Menu utama pilih View > Toolbars > Editor, kemudian pilihlah
layer yang akan didigitasi di dropdown list Target. Misalnya layer jalan,
pada dropdown list Task pastikan Anda memilih Create New Feature.
Kemudian pilih tombol Sketch Tool, seperti pada gambar dibawah ini :

Layer yg didigitasi
Untuk memulai digitasi arahkan mouse ke objek “jalan” dalam gambar, klik
pada sebuah titik permulaan, kemudian ikuti sepanjang jalan tersebut dengan
mouse, klik pada tiap-tiap belokan atau persimpangan jalan (setiap klik akan
menghasilkan vertex), sehingga tergambar garis hasil digitasi tersebut.

Proses Digitasi:

Digitasi Line:

Digitasi Polygon :

Untuk mendigitasi layer-layer yang lain, ganti nama layer pada menu Target di
toolbar menu Editor.
4. Untuk menghentikan digitasi, cukup double click pada titik akhir digitasi.

5. Untuk menyimpan hasil digitasi, klik menu Editor > Save Edits. Untuk
menghentikan digitasi pilih Stop Editing.

Memasukkan Data Atribut

1. Klik kanan pada layer Lokasi, pilih Open Attribute Table.


12. Tambahkan Field baru dengan klik tombol Options

13. Akan muncul window Add Field. Pada kotak Name isikan Bangunan,
pada Type pilih Text. Klik OK

14. Mulai Start Editing lagi, kemudian pilih feature yang akan diberi data
atribut menggunakan tombol Edit Tool. Klik pada tiap titik di map
display, sehingga tersorot warna biru pada display dan tabel.
15. Ketik nama bangunan yang tertera pada gambar di field Bangunan.

6. Lakukan hal yang sama pada tiap feature titik di map display.

7. Simpan shapefile Editor > Save Edit > Stop Editing.

8. Data atribut telah diisi.

Symbologi

Simbologi digunakan untuk membedakan tampilan peta berdasarkan


perbedaan data atribut peta.

1. Klik kanan pada layer Jalan, pilih Properties. Muncul


window properties dan pilih Symbologi.
2. Pada kotak Show: berisi pilihan type tampilan symbol yang akan
digunakan.
a. Features : digunakan untuk single symbol
b. Categories : digunakan untuk membedakan berdasarkan Unique

Value

c. Quantities : digunakan untuk membedakan berdasarkan Nilai

(value) atribut

d. Charts : digunakan untuk menampilkan grafik

e. Multiple Attributes : digunakan untuk menampilkan kombinasi

beberapa value

3. Pilih berdasarkan Categories > Unique Value. Value yang digunakan Field
Bangunan. Untuk menampilkan isi Field Bangunan klik tombol Add All
Value.
. 4. Ubah symbol tiap value dengan: klik dua kali pada value
kemudian muncul window symbol selector.

5. Klik OK. Lakukan hal yang sama untuk layer lainnya.

Memasukkan Event Layer pada Data Frame

Jika anda mempunyai data koordinat ASCII untuk fitur titik, anda dapat
mengimportnya ke dalam Arcmap. Data perlu di simpan dengan ekstensi .txt.
1. Buka ArcMap.

2. Add Data Titik.txt ke ArcMap.

3. Anda akan melihat bahwa tabel dimasukkan ke data frame, tapi karena
ini bukan data spasial, maka tidak akan ditampilkan :
4. Buka tabel (klik kanan > Open). Record dalam data hanya ada koordinat X
dan Y yang menunjukkan lokasi titik.

5. Tutup tabel.

6. Buat XY Event layer dengan mengklik kanan dan pilih Display XY Data.
Klik OK

7. Field X dan Y akan secara otomatis di-set. Record jika anda memiliki field
yang tidak sesuai standard penamaan layer X dan Y, anda perlu menentukan
di dialog ini. Klik OK. Layer baru akan ditambahkakn ke data frame dengan
nama dari file text itu.
8. Perbesar kembali menjadi full extent . Layer ini menampilkan
centroid (label titik) dari data poligon yang telah dimasukkan sebelumnya.

9. Menyimpan Dokumen Peta. Pilih File > Save


4. Lembar Kerja Mahasiswa

1. Apa yang dimaksud dengan Satuan Penggunaan Lahan?


Jawab :
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
2. Buatlah alur pembuatan peta SPL
Jawab :
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………

Tanggal Nilai TTD Asisten

10-
1010
PRAKTIKUM
Materi 6(D). Pembuatan SPL dan Penentuan Titik Pengamatan
Sasaran Kompetensi
1. Mahasiswa mampu mengenali perbedaan-perbedaan bentuk lahan
2. Mahasiswa mampu memnyusun peta SPL
3. Mahasiswa mampu menentukan titik pengamatan, transek dan key area

A. Teknik Membaca SPL


1. Satuan Lahan
Satuan peta lahan adalah suatu wilayah dari lahan yang mempunyai
kualitas dan karakteristik lahan yang khas dan dapat ditentukan
batasnya pada peta (FAO, 1976). Penggunaan satuan lahan ini
didasarkan atas beberapa faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor
tersebut apabila digabung dalam satu satuan lahan akan menjadi
karakteristik yang membedakan dengan satuan lahan yang lain.
Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi,
misalnya: temperatur udara, curah hujan, lamanya masa kering,
drainase, tekstur, bahan kasar, kedalaman tanah, ketebalan gambut,
kematangan gambut, KTK, kejenuhan basa, pH, salinitas, kedalaman
bahan sulfidik, lereng, bahaya erosi, genangan/ banjir, batuan di
permukaan, dan singkapan batuan. Karakteristik lahan yang
merupakan gabungan dari sifat-sifat lahan dan lingkungannya
diperoleh dari data yang tertera pada legenda peta tanah dan
uraiannya, peta/ data iklim dan peta topografi/ elevasi.
2. Tujuan
Untuk mengenal wujud landform dalam foto udara, agar
mahasiswa dapat mempelajari karakteristik landform melalui gambaran
tiga dimensi yang ditimbulkan oleh foto udara berpasangan di bawah
stereoskop.
3. Alat dan Bahan
a) Alat yang dibutuhkan, yaitu :
- Stereoskop cermin
- Pen OHP
- Plastik transparan
- Penggaris (siku dan panjang)
- Spiritus dan kapas
- Selotipe
b) Bahan yang dibutuhkan, yaitu :
Foto yang digunakan adalah
- Stereogram dari Buku Catalogue of Landform for Indonesia
(Desaunnetes, 1977), sesuai dengan topik yang sedang dibahas.

10-
1111
- Foto udara skala 1:50.000 Jawa Timur.
4. Pelaksanaan, yaitu :
a) Siapkan stereoskop dan stereogram yang akan dipelajari.
b) Letakkan foto udara yang memiliki batas dan anotasi di sebelah
kanan. Orientasikan stereogram pada stereoskop cermin sampai
didapatkan gambaran 3-D secara jelas.
c) Perhatikan nama landform yang tertera pada foto udara. Perhatikan
relief, lereng, torehan (dissection) dan vegetasi yang ada pada foto
dengan yang tertera pada legenda (lembar terpisah).
d) Amati ciri-ciri foto yang terdapat pada masing-masing landform yang
ada pada stereogram. Catat pada lembar pengamatan.

B. Lembar Kerja Mahasiswa


1. Sebutkan 3 metode pengamatan tanah di lapangan!
Jawab :
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
2. Sebutkan macam-macam penentuan titik survey!
Jawab :
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………

Tanggal Nilai TTD Asisten

10-
1212
Materi 7. Penentuan Simbol Horizon, Fieldwork 1
(Pengamatan Minipit di Lapangan)
Sasaran Kompetensi
1. Mahasiswa mampu memberikan kode horizon dari data morfologi tanah
yang disediakan oleh asisten.
2. Mahasiswa mampu menentukan lokasi pengamatan secara mandiri.
3. Dapat menggunakan peta dan hasil delineasi foto udara untuk crosscheck
kondisi aktual
4. Mahasiswa terampil melakukan penentuan titik lokasi di lapangan dengan
menggunakan GPS dan Peta, deskripsi tanah di lapangan.
Pendahuluan
Horizon genetik sangat penting dipelajari untuk mengetahui tingkat
perkembangan tanah. Pada kegiatan fieldtrip mahasiswa telah melakukan
deskripsi tanah dan memberi tanda pada horizon satu dengan yang lain. Pada
praktikum ini mahasiswa akan dilatih memberi nomenclature pada masing-
masing horizon tanah. Karena pada minggu ke-7 ini fieldtrip baru dilaksanakan
pada hari sabtu-minggu, maka mahasiswa dapat berlatih memberikan
nomenclature pada monolit tanah yang sudah tersedia.
Monolit Merupakan contoh tanah tidak terganggu yang diawetkan dan
sengaja dibuat sebagai alat bantu visual untuk pengajatan tentang sifat-sifat dan
jenis tanah. Monolit tanah menggambarkan penampang vertikal dari profil
tanah di lapang yang direkatkan pada kerangk a yang terbuat dari papan, untuk
dipajang. Monolit tanah menggambarkan irisan vertikal tanah dengan posisi
alaminya di lapangan. Contoh profil tanah diambil di lapangan menggunakan
kotak yang terbuat dari papan berukuran lebar 15 -30 cm dengan tinggi 130-
150cm dan tebal 10-15 cm.
Monolit yang ada di Jurusan Tanah di buat pada tahun 1980 -an. Sudah
barang tentu simbol horison maupun klasifikasi tanah yang tertera pada
monolit tersebut menggunakan terminologi yang berlaku pada saat itu. Dengan
diterbitkanya Soil Survey Manual (Soil Devision Survey Staf, 1993), Deskripsi
Profil Tanah di Lapang (Rayes, 2006) dan kunci Taksonomi Tanah (Soil Survey
Staf, 1998; 2003), beberpapa perubahan yang cukup nyata sangat terlihat. Oleh
karena itu, tugas anda adalah melakukan Deskripsi Ulang monolit-monolit
tersebut.
Landasan Teori
Horison adalah lapisan tanah yang telah berkembang dan hampir sejajar
dengan permukaan tanah, terbentuk karena proses pembentukan tanah.
Sedangkan lapisan tanah yang tidak atau belum mengalami proses pembentukan
tanah (pedogeniesis) tidak sebagai Horison, tetapi sebagai lapisan tanah.
SimbolHorison
Horizon genetik tidak setara dengan horizon penciri. Horizon ini
menggambarkan tentang sifat kualitatif yang menjelaskan tentang perubahan-
perubahan yang telah terjadi di dalam tanah. Horizon genetik utama pada tanah
disimbolkan dengan huruf kapital sebagai A, B, C, E, L, M, O, R dan W. Soil
Survey Staff (2014) mendeskripsikan horizon-horizon tersebut seperti yang
tersaji pada Tabel 11 dan secara mendetail mengenai tata cara penamaan simbol
horizon dapat dilihat pada Keys to Soil Taxonomy 12ed.

Tabel 11. Simbol Horizon Genetik Utama


Simbol Horizon Deskripsi Umum
A Horizon permukaan (tanah mineral) yang pada umumnya
berwarna gelap karena akumulasi humus.
Memungkinkan terbentuk di bawah timbunan deposit
baru atau berada di bawah horizon organik.
B Subsoil horizon (tanah mineral)yang pada umumnya
dicirikan dengan adanya proses akumulasi, kehilangan
atau distribusi konstituen seperti besi, aluminium, silika,
liat, humus, kalsium karbonat, kalsium sulfat, atau
seskuioksida.
C Horizon yang relatif belum mengalami alterasi.
E Subsurface horizon dicirikan sebagai horizon yang telah
kehilangan besi, aluminium, liat, atau bahan organik.
Umumnya mempunyai warna yang terang dan tekstur
yang lebih kasar dibandingkan dengan horizon
dibawahnya.
L Horizon yang tersusun dari bahan organik material
limnik yang mengendap di air berasal dari presipitasi
kimia atau organisme akuatik atau dari tanaman (yang
termodifikasi oleh organisme). Termasuk didalamnya
adalah tanah berkoprogen, diatom dan marl.
M Penghambat perakaran, human-manufactured layer.
Termasuk didalamnya adalah horizon timbunan aspal,
landfill liner dan geotextile fabric.
O Horizon tanah yang didominasi bahan organik tanah
(bukan bahan limnik). Pada umumnya memiliki bobot isi
yang rendah dibandingkan dengan tanah mineral.
Memungkinkan terbentuk di bawah tanah timbunan
baru.
R Batuan keras terkonsolidasi, batuan dasar kontinu.
W Lapisan air ang berada di dalam atau di bawah tanah
(tidak di permukaan). Termasuk didalamnya lapisan air
yang beku secara permanen (Wf) dan yang tidak
permanen (W).

Tabel 2. Simbol horizon genetik akhiran (suffix).

Suffix Deskripsi Singkat


a bahan organik sangat terdekomposisi
b horizon genetik tertimbun
c konkresi atau nodul
co tanah berkoprogen
d penghambat perakaran fisik
di tanah berdiatoma
f tanah atau air yang membeku
ff permafrost kering
g gleisasi kuat
h akumulasi bahan organik secara iluvial
i bahan organik sedikit terdekomposisi
j akumulasi jarosit
jj gejala cryoturbasi
k akumulasi karbonat sekunder ( < 50 % dari volume)
kk akumulasi karbonat sekunder ( > 50 % dari volume)
m sementasi pedogenik
ma Marl
n akumulasi sodium
o akumulasi residual sesquioksida
p pengolahan atau gangguan lain
q akumulasi silica
r batuan terlapuk atau lunak
s akumulasi silika dan bahan organik secara iluvial
se keberadaan sulfide
ss keberadaan slicken side
t akumulasi liat silikat
u keberadaan material buatan manusia (artifak)
v Plinthite
w perkembangan warna atau struktur
x sifat fragipan
y akumulasi gypsum
yy dominasi horizon oleh gipsum
z akumulasi garam lebih terlarut daripada gipsum
Pelaksanaan
Deskripsi Monolit
Alat :
1. Buku Kunci Taksonomi Tanah
2. Buku Diskripsi Profil Tanah di Lapangan (Rayes. 2006)
3. Alat tulis
4. Bahan : Monolith
5. Kartu diskripsi profil
Prosedur:
1. Lakukan pengisian kartu diskripsi profil yang sudah diperbanyak.
Lakukan seolah-olah anda melakukannya di lapangan pada profil tanah
yangsesungguhnya. Informasi tentang warna, tekstur dan struktur langsung
anda catat sesuai dengan data yang tertera pada masing-masing monolit.
2. Ubah simbol horison pada masing-m,asing monolit, sesuai dengan simbol
yang berlaku dalam Soil Survey Staff (1998; 2003).
3. Setelah selesai mengisi kartu diskripsi profil, perhatikan apakah ada data
atau informasi yang belum tertampung dalam kartu tersebut. Demikian pula
sebaliknya perhatikan data-data apa saja yang tidak ada dalam deskripsi
profil pada monolit.
4. Buat sketsa/diagram profil tanah yang menggambarkan simbol, j enis dan
tebal horison atau penciri-penciri lain yang ada pada masing- masing
monolith.
5. Deskripsi ulang monolith.
6. Komentari deskripsi profil tanah dari monolit yang ada.

Fieldwork

Alat :
1. Survei Sets
2. Peta dan GPS
3. Buku Kunci Taksonomi Tanah
4. Buku Diskripsi Profil Tanah di Lapangan (Rayes. 2006)
5. Panduan Praktikum dan Fieldtrip
6. Alat tulis
7. Kartu diskripsi profil
Prosedur : Mahasiswa melakukan deskripsi dan klasifikasi tanah di lapangan di 2
minipit tanah dengan kondisi yang berbeda (bisa satuan peta, bisa landuse dsb)
menggunakan peralatan yang tertera di atas. Mahasiswa juga berlatih menggunakan
peta dan GPS untuk menuju titik pengamatan. Pelaksanaan Fieldwork berada di
Desa Tawang Argo.
Lembar Kerja Mahasiswa
Jelaskan hasil survei tanah anda selama 1 hari di Kawasan UB Forest pada
saat Fieldwork 1!.
Jawab :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………

Tanggal Nilai TTD Asisten


PRAKTIKUM

Materi 10 dan 11. Fieldwork, Tabulasi Data dan Klasifikasi Tanah

Sasaran Kompetensi

1. Mahasiswa mampu memanajemen data dalam database


2. Mahasiswa mampu melakukan klasifikasi tanah sesuai dengan tahapan yang
benar
3. Mahasiswa melakukan klasifikasi tanah (fieldwork 2) di lapangan dan
diperbaiki pada pertemuan ke-11

Pendahuluan

Setelah melakukan survei di lapangan, selanjutnya mahasiswamelakukan


tabulasi data fisiografi dan morfologi tanah yang telah diidentifikasi. Tabulasi
secara sederhana merupakan kegiatan mengatur data ke dalam format tertentu agar
mudah digunakan untuk di analisis atau digunakan untuk kegiatan selanjutnya
(contoh: klasifikasi tanah, evaluasi kemampuan dan kesesuaian lahan).
Salah satu kegiatan yang memanfaatkan hasil tabulasi data adalah klasifikasi
tanah. Kegiatan ini adalah suatu upaya pengelompokkan tanah berdasarkan ciri-ciri
yang spesifik. Tahapan klasifikasi tanah dilakukan dari horizon penciri(epipedon,
endopedon), rezim lengas dan rezim suhu tanah, klasifikasi tingkat tinggi (ordo,
sub-ordo, grup, dan sub grup) hingga klasifikasi tingkat rendah (family, seri dan
fase). Setiap jenis tanah memiliki karakteristik yang berbeda-beda hal itu
tergantung dengan penciri yang ada pada tanah tersebut.

Pelaksanaan
Tabel. Contoh Tabulasi Data

Kdlmn Warna Konsistensi Batas


Horz. Nomencltr Tekstur Struktur Pori Akar pH
(cm) (moist) Lembab Basah horz.
1 Ap 0–6 7,5YR 2,5/1 SiL SB (h-c) G AL–AP M(Ba) H(Ba) J-R
SB (h-c) G AL–AP M(s) H(Bi) 6
2 A 6 – 26 10YR 3/2 SiL J-O
3 Bw1 26 – 42 10YR 3/3 ClL AB (sh - l) AT AL–AP H(Bi) J-O
6
4 Bw2 42 – 57 10YR 3/3 ClL AB (sh - c) T AL–AP H(Bi) J-O

Ket:
SiL : Silty Clay (lempung berdebu) AP : Agak Plastis
ClL : Clay Loam (lempung berliat) M : Makro (Ba: Banyak, S: Sedikit, Bi: Biasa)
SB : SubAngular Blocky (gumpal membulat) H : Mikro (Ba: Banyak, S: Sedikit, Bi: Biasa)
AB : Angular Blocky (gumpal bersudut) J : Jelas
G : Gembur R : Rata
AT : Agak Teguh O : Ombak
AL : Agak Lekat
Tabel. Contoh Persiapan Data Untuk Klasifikasi

Kode : A1.1
Lokasi : 200 m arah utara lapangan sepak bola di Ds. Tawangargo,
Kec.Bumiaji, Kota Batu, Prov. Jawa Timur
Koordinat : 0674027 mE; 9134966 mN
Kode Geologi : Qvaw
Elevasi : 1.275 mdpl
Kelerengan : 26,5 %
Relief : teras (mikro), berombak (makro)
Fisiografi : Footslope
Vegetasi : Pinus, Pisang, Rumput gajah
Erosi : Alur
Pengelolaan air : Tadah Hujan
Drainase : Sedang
Dideskripsikan : Mahrez, dkk (Sabtu, 10-3-2016)

Penampang Horison Deskripsi


Hitam (7,5YR 2,5/1); lempung
berdebu; gumpal membulat, halus,
Ap
cukup; gembur (lembab), agak lekat,
0 - 6 cm
agak plastis (basah); halus banyak;
halus banyak; jelas, rata
Coklat sangat gelap keabuan (10YR
3/2); lempung berdebu; gumpal
A membulat, halus, cukup; gembur
6 - 26 cm (lembab), agak lekat, agak plastis
(basah); halus sedang sedikit, kasar
banyak; kasar banyak; jelas, ombak
Coklat gelap (10YR 3/3); lempung
berliat; gumpal bersudut, sangat
Bw1 halus, halus; agak teguh (lembab),
26 - 42 cm agak lekat, agak plastis (basah); halus
sedang sedikit; sedang sedikit; jelas,
ombak
Coklat gelap (10YR 3/3); lempung
berliat; gumpal besudut, sangat halus,
Bw2
cukup; teguh (lembab) agak lekat,
42 - 57 cm
agak plastis (basah); halus sedikit;
sedang sedikit; jelas, ombak
Klasifikasi Tanah (Secara ringkas dijelaskan pada saat tutorial)

Mahasiswa telah mendapatkan materi klasifikasi tanah menggunakan Keys to


Soil Taxonomy 12th pada saat tutorial. Pada minggu ke-10 dan ke-11mahasiswa
mempraktekkan kegiatan klasifikasi dengan bantuan asisten praktikum. (Keys
to Soil Taxonomy 12th, Guide to Soil Taxonomy serta ringkasannya terlampir
pada modul ini).

Fieldwok

Mahasiswa melakukan persiapan fieldwork (panduan fieldtrip telah disediakan)


di Desa Tawangargo, khususnya pada beberapa bagian kawasan hutan (+ 500
ha) di kaki Gunung Arjuno. Mahasiswa melakukan presentasi dan kegiatan
fieldwork didampingi oleh asisten praktikum.
Beberapa garis besar kegiatan adalah:
1. Perijinan Lokasi, Persiapan Konsumsi dan Survei Fasilitas Kesehatan
2. Pendataan Riwayat Kesehatan Mahasiswa
3. Pembuatan Peta
4. Persiapan Alat dan Bahan
5. Pemberangkatan dari UB
6. Pendirian Tenda
7. Deskripsi Minipit Tanah
8. Tabulasi Data
9. Klasifikasi Tanah
10. Deskripsi Profil (Pedon) Pewakil Bersama Dosen Survei Tanah dan
Evaluasi Lahan
11. Presentasi Hasil Survei Sementara dan Diskusi

Lembar Kerja Mahasiswa


Jelaskan hasil survei tanah anda selama 1 hari di Kawasan UB Forest
pada saat Fieldwork 1!.

Jawab :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………

Tanggal Nilai TTD Asisten


PRAKTIKUM
Materi 13. Pembuatan SPT, Peta Kemampuan Lahan,
Peta Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial

A. Satuan Peta Tanah (SPT)


Satuan peta tanah merupakan satuan yang dibatasi di lapang
berdasarkan pada kenampakan bentang alam atau landscape. Satuan
peta tanah (SPT) dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Satuan peta tanah sederhana, yaitu SPT yang hanya mengandung
satu satuan tanah saja, atau terdapat tanah lain yang disebut inklusi.
Maksimal inklusi tanah sebesar 25% dari total satuan tanah.
2. Satuan peta tanah majemuk, yaitu terdiri atas dua satuan tanah atau
lebih yang berbeda. Satuan peta tanah majemuk dibedakan menjadi:
a) Asosiasi tanah: merupakan sekelompok tanah yang berhubungan
secara geografis tersebar dalam suatu satuan peta menurut pola
tertentu yang dapat diduga posisinya atau batas perbedaan antar
satuan tanahnya jelas
b) Kompleks tanah: merupakan sekelompok tanah dari taksa yang
berbeda, berbaur satu dengan lainnya dalam suatu delineasi (batas
perbedaannya tidak jelas)
c) Kelompok tak dibedakan: terdiri atas dua atau lebih tanah secara
geografis tidak selalu berupa konsosiasi, tetapi termasuk dalam
satuan peta yang sama.

Sumber: Rayes, M. L. 2007. Metode Inventarisasi Sumberdaya Lahan.


Yogyakarta: C.V Andi Offset
PRAKTIKUM
Materi 13. Evaluasi Lahan dan Sharing Data

Pendahuluan
Evaluasi Lahan merupakan suatu kegiatan melakukan interpretasi
data lapangan untuk menentukan suatu rancangan penetapan tata guna
lahan. kemampuan atau kelas kesesuaiannya untuk penggunaan tertentu.
Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk memaksimalkan penggunaan lahan
yang berpotensi, sehingga produktivitas juga dapat dimaksimalkan.
Berdasarkan pada tujuan evaluasi, klasifikasi lahan dapat berupa klasifikasi
kemampuan lahan atau klasifikasi kesesuaian lahan. Klasifikasi kesesuaian
lahan bersifat spesifik untuk suatu tanaman atau penggunaan tertentu.
Klasifikasi kemampuan lahan merupakan klasifikasi potensi lahan untuk
berbagai sistem pertanian secara umum tanpa peruntukan untuk jenis
tanaman tertentu maupun tindakan pengelolaannya. Kegiatan yang
dilakukan dalam evaluasi lahan meliputi penentuan kemampuan lahan,
penentuan kesesuaian lahan dan penentuan kesuburan tanah.

Kemampuan Lahan
Pengelompokan kelas kemampuan lahan didasarkan pada besarnya
faktor pembatas atau kendala. Dalam klasifikasi ini, tanah atau lahan
dikelompokkan ke dalam kelas menggunakan huruf Romawi (I-VIII).
Tanah dalam kelas I tidak memiliki pembatas utama bagi pertumbuhan
tanaman, sedangkan tanah yang termasuk dalam kelas VIII memiliki
pembatas yang sangat berat sehingga tidak memungkinkan untuk pertanian
atau produksi tanaman secara komersial. Maka, semakin tinggi kelasnya
(semakin besar angka) semakin rendah kualitas lahannya.
Kelas I : Tanah yang termasuk sesuai untuk berbagai penggunaan
(pertanian, hutan dan cagar alam). Lahan ini mempunyai
sedikit kendala yang membatasi penggunaannya.
Kelas II : Tanah yang memiliki beberapa kendala yang mengurangi
pilihan penggunaannya atau memerlukan praktik/ tindakan
konservasi yang sedang.
Kelas III : Tanah yang mempunyai kendala yang berat sehingga
mengurangi pilihan penggunaan atau memerlukan tindakan
konservasi khusus atau keduanya.
Kelas IV : Tanah yang mempunyai kendala yang sangat berat sehingga
membatasi pilihan penggunaan atau memerlukan tindakan
pengelolaan yang sangat hati-hati atau keduanya.
Kelas V : Tanah yang sedikit memiliki bahaya erosi, tetapi memiliki
pembatas yang sulit dihilangkan sehingga pilihan
penggunaannya menjadi sangat terbatas.
Kelas VI : Tanah yang memiliki penghambat yang berat sehingga tanah
ini tidak sesuai untuk pertanian. Penggunaan tanah ini hanya
terbatas untuk padang rumput atau padang penggembalaan,
hutan produksi, hutan lindung atau cagar alam.
Kelas VII : Tanah yang memiliki penghambat yang berat sehingga tanah
ini tidak sesuai untuk pertanian dan penggunaannya sangat
terbatas untuk padang rumput, hutan produksi dan suaka
alam.
Kelas VIII : Tanah yang memiliki pembatas yang menghalangi
penggunaan tanah ini untuk produksi tanaman secara
komersial dan membatasi penggunaannya hanya untuk
pariwisata dan suaka alam.

Cara Kerja Klasifikasi Kemampuan Lahan

a. Penentuan Kemampuan dan Kesesuaian Lahan


1) Cocokkan data lapangan ke dalam tabel kemampuan lahan dan
persyaratan tumbuh suatu tanaman
2) Tentukan kelas kesesuaian lahan dan kemampuan lahan dari
tiap karakteristik lahannya
3) Tentukan faktor pembatas terberat yang ditentukan dari
karakteristik lahan.
4) Tentukan kelas kemampuan dan kesesuaian lahannya
Penentuan kelas berdasarkan data yang diperoleh

KODE FAKTOR PEMBATAS DAN KRITERIA


Kelerengan
A <3% (datar)
B 3-8% (landai atau berombak)
C 8-15% (agak miring atau bergelombang)
D 15-30% (miring atau berbukit)
E 30-45% (agak curam)
F 45-65% (curam)
G >65% (sangat curam)
Tekstur
t1 Tanah bertekstur halus (liat berpasir, liat berdebu dan liat)
Tanah bertekstur agak halus (lempung liat berpasir, lempung
t2
berliat, lempung liat berdebu)
t3 Tanah bertekstur sedang (lempung, lempung berdebu dan debu)
t4 Tanah bertekstur agak kasar (lempung berpasir)
t5 Tanah bertekstur kasar (pasir berlempung dan pasir)
Kedalaman Efektif
k0 Dalam (>90 cm)
k1 Sedang (50-90 cm)
k2 Dangkal (25-50 cm)
k3 Sangat dangkal (<25 cm)
Drainase
Berlebih (tanah hanya menahan sedikit air dan tanaman akan
d0
cepat kekurangan air)
Baik (tanah memiliki peredaran udara baik, semua pofil tanah
d1
berwarna terang dan seragam, tidak terdapat karatan)
Agak baik (tanah memiliki perdaran udara baik pada perakaran,
d2 tidak terdapat bercak-bercak berwarna kuning, coklat atau kelabu
pada lapisan atas dan sebagian lapisan bawah)
Agak buruk (lapisan tanah atas mempunyai peredaran udara baik,
d3 jadi pada lapisan ini tidak terdapat bercak-bercak berwarna
kuning, kelabu atau coklat)
Buruk (lapisan tanah atas mempunyai peredaran udara baik, jadi
d4 pada lapisan ini tidak terdapat bercak-bercak berwarna kuning,
kelabu atau coklat)
Sangat buruk (seluruh lapisan tanah berwarna kelabu atau
d5
terdapat bercak-bercak berwarna kuning, kelabu atau coklat)
Tingkat Erosi
e0 Tidak ada erosi
e1 Ringan (<25% lapisan atas hilang)
e2 Sedang (25-75% lapisan atas hilang)
e3 Agak berat (>75% lapisan atas - <25% lapisan bawah hilang)
e4 Berat (>25% lapisan bawah hilang)
e5 Sangat berat (erosi parit)
Bahan Kasar
b0 Tidak ada/sedikit (<15% vol tanah)
b1 Sedang (15-50% vol tanah)
b2 Banyak (50-90% vol tanah)
b3 Sangat banyak (>90% vol tanah)
Batuan
b0 Tidak ada (0,01% luas area)
b1 Sedikit (0,01 – 3% luas area)
b2 Sedang (3 – 15% luas area)
b3 Banyak (15 – 90% luas area)
b4 Sangat banyak (> 90% luas area)
Bahaya Banjir /Genangan
Tidak pernah (dalam waktu satu tahun tidak pernah mengalami
O0
banjir untuk waktu 24 jam)
Kadang-kadang (banjir lebih dari 24 jam terjadinya tidak teratur
O1
dalam jangka waktu kurang dari satu bulan)
Selama satu bulan dalam setahun secara teratur menderita banjir
O2
lebih dari 24 jam
2 – 5 bulan dalam setahun secara teratur menderita banjir lebih
O3
dari 24 jam
O4 6 bulan atau lebih dilanda banjir secara teratur lebih dari 24 jam

Klasifikasi kemampuan lahan dengan tabel

No Faktor Pembatas I II III IV V VI VII VIII


1 Kelerengan A B C D A E F G
Tekstur
a. Lapisan atas (40
2 t2/t3 t1/t4 t1/t4 * * * * t5
cm)
b. Lapisan bawah t2/t3 t1/t4 t1/t4 * * * * t5
3 Kedalaman efektif k0 k1 k2 k2 * k3 * *
4 Drainase d1 d2 d3 d4 d5 ** ** d0
5 Tingkat erosi e0 e1 e2 e3 ** e4 e5 *
6 Bahan kasar b0 b0 b1 b2 b3 * * b4
7 Batuan b0 b0 b1 b2 b3 * * b4
Bahaya
8 o0 o1 o2 03 o4 ** ** *
banjir/genangan
(*) dapat memiliki sembarang sifat(**) tidak berlaku
Intensitas dan Pilihan Penggunaan Lahan Meningkat

Hutan Penggembalaan Pertanian


Kelas
Kemampuan

Sangat
intenif
Produksi

Terbatas

Terbatas
Lahan

terbatas

Intensif

Intensif
Sedang

Sedang
Cagar
alam
I
Hambatan meningkat

II
Penggunaan Lahan

III
dan Pilihan

Menurun

IV
V
VI
VII
VIII

Unit pembatas kesesuaian dan kemampuan lahan


Menurut Rayes (2007) pembatas unit kemampuan lahan terbagi lagi menjadi
4 unit yaitu w (water), c (climate), e (erosion) dan s (soil) sedangkan
kesesuaian lahan terbagi menjadi seperti berikut:
Temperatur (Tc)
Temperatur rerata (°C)
Ketersediaan air (wa)
Curah Hujan (mm) pada masa pertumbuhan
Kelembaban (%)
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
Media Perakaran (rc)
Tekstur
Bahan Kasar (%)
Kedalaman tanah (cm)
Bahaya Erosi
Bahaya Banjir (fh)
Genangan
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%)
Singkapan batuan (%)
Kesesuaian Lahan
Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO (1976)
dapat dibedakan menurut tingkatannya, yaitu tingkat Ordo, Kelas, Subkelas
dan Unit. Ordo adalah keadaan kesesuaian lahan secara global. Pada tingkat
ordo kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai
(S=Suitable) dan lahan yang tidak sesuai (N=Not Suitable). Pada tingkat
kelas kesesuaian lahan merupakan pembagian lebih lanjut dari Ordo dan
menggambarkan tingkat kesesuaian dari suatu ordo. Pada dasarnya, jumlah
kelas tiap ordo dianjurkan untuk memamakai tiga kelas dalam Ordo S dan
dua kelas dalam ordo N dengan definisi:

S1 (Sangat Sesuai) Lahan tidak mempunyai pembatas yang berat


untuk penggunaan secara lestari atau hanya
mempunyai faktor pembatas tidak berarti dan
tidak berpengaruh nyata terhadap produksi.
S2 (Cukup Sesuai) Lahan mempunyai pembatas agak berat untuk
mempertahankan tingkat pengelolaan yang
harus dilakukan. Pembatas akan mengurangi
produktivitas dan keuntungan.
S3 (Sesuai marginal) Lahan mempunyai pembatas yang sangat berat
untuk mempertahankan tingkat pengelolaan
yang harus dilakukan. Pembatas akan
mengurangi produktivitas dan keuntungan.
N1(Tidak sesuai saat Lahan mempunyai pembatas yang lebih berat,
ini) tapi masih mungkin untuk diatasi, hanya tidak
dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan
sekarang ini dengan biaya yang rasional.
Faktor pembatasnya berat sehingga
menghalangi keberhasilan penggunaan lahan
yang lestari dalam jangka panjang.
N2 = Tidak sesuai Lahan mempunyai pembatas yang sangat
selamanya berat, sehinga tidak mungkin digunakan bagi
suatu penggunaan yang lestari. Subkelas
kesesuaian lahan menunjukkan jenis pembatas
atau macam perbaikan yang diperlukan dalam
suatu kelas kesesuaian. Kesesuaian pada
tingkat unit merupakan pembagian lebih lanjut
dari subkelas kesesuaian lahan yang
didasarkan atas besarnya faktor pembatas.
Contoh data persyaratan tumbuh tanaman
Jagung (Zea Mays)

Tugas: Mahasiswa melakukan sharing data (1 angkatan)


1. morfologi dan fisiografi dalam bentuk excel
2. hasil klasifikasi tanah
3. hasil evaluasi kemampuan lahan
4. hasil evaluasi kesesuaian lahan
Minggu ke-13 akan digunakan untuk mengerjakan laporan besar.
PRAKTIKUM
Materi 14. Penyusunan Laporan Hasil Survei

Sasaran Kompetensi:
1. Mahasiswa mampu menyajikan hasil proyek ke dalam suatu
laporan yang sistematis sesuai dengan format yang telah
disediakan.
2. Mahasiswa mengetahui bahwa laporan yang dimaksud berisikan
FORMAT
laporan LAPORAN
dan lampiran AKHIR
(peta, data PRAKTIKUM
morfologi, data fisiografi, hasil
SURVEI
evaluasi lahan,TANAH
dsb). DAN EVALUASI LAHAN
Materi 2016
Contoh Format Laporan
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang (Geomorfologi Lahan)
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
II. METODE PELAKSANAAN
2.1 Tempat dan Waktu
2.2 Alat dan Bahan (jelaskan fungsinya)
2.3 Metode Penentuan Titik Pengamatan [penjelasan metode yang digunakan
(analitik (grid) atau sintetik, fisiografi/bebas dan mengapa demikian)]
2.4 Metode Pengamatan Tanah (Profil/Minipit/Bor)
2.5 Klasifikasi Tanah
2.6 Evaluasi Lahan
2.6.1 Metode Analisis Kemampuan Lahan (sumber, menurut siapa)
2.6.2 Metode Analisis Kesesuaian Lahan (sumber, menurut siapa)
III. KONDISI UMUM WILAYAH
3.1 Lokasi, Administrasi Wilayah (disertai koordinat lokasi)
3.2 Fisiografi Lahan (uraian tentang bentuk lahan/fisiografinya)
3.3 Karakteristik Tanah (uraian dari sifat fisik tanah)
3.4 Penggunaan Lahan
3.5 Sebaran SPT di Lokasi Survei (satu angkatan di ringkas berdasarkan point
pentingnya saja)
IV. HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 Morfologi Tanah (Titik yang diamati, dibentuk tabel rinci)
4.2 Klasifikasi Tanah (Titik yang diamati, dibentuk tabel rinci)
4.2.1 Epipedon dan Endopedon
4.2.2 Ordo – Sub Grup
4.3 Kemampuan Lahan
4.4 Kesesuaian Lahan
4.4.1 Kesesuaian Lahan Aktual
4.4.2 Kesesuaian Lahan Potensial
4.4.3 Rekomendasi (perbaikan lahan)
V. KESIMPULAN dan SARAN
VI. DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Hasil Deskripsi Tanah (Penampang dan penjelasan tiap horison : format
sesuai contoh)
Lampiran 2 : 1. File asli deskripsi tanah dari lapangan
2. Foto kondisi umum lahan
3. Peta SPT, Peta Kemampuan Lahan, Peta Kesesuaian Lahan Aktual
(Apel, Pilihan dan Zonasi)
Lamiran 3 : Dokumentasi kegiatan Formal (mulai persiapan survei, deskripsi,
klasifikasi) dan Non Formal di muat dalam bentuk softcopy (CD)

Contoh Lampiran Berupa Peta


Materi 15-16. Presentasi dan UAP

Sasaran Kompetensi:
1. Mahasiswa mampu menyajikan hasil proyek di depan asisten
praktikum serta mahasiswa dari kelompok yang lain
2. Mahasiswa mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar
materi kegiatan praktikum dari awal hingga akhir yang telah
diikuti dan dilaksanakan dalam bentuk soal
Materi:

Presentasi

Mahasiswa yang telah terbagi menjadi 34 kelompok kerja


menyampaikan hasil kerja sebagai berikut:
1. Latar Belakang
2. Metode Survei
3. Hasil Deskripsi dan Evaluasi Lahan Masing-Masing
4. Hasil Evaluasi Lahan
5. Penjelasan Singkat SPT dan Evaluasi Lahan Keseluruhan
Presentasi dilaksanakan selama < 15 menit untuk masing-masing
kelompok, dilanjutkan diskusi (tanya jawab) dengan kelompok lain selama
10 menit dan diskusi (tanya jawab) dengan asisten praktikum/tutorial
selama + 15 menit.

Ujian Akhir Praktikum

Mahasiswa wajib mengikuti Ujian Akhir Praktikum pada tanggal dan


tempat yang dipaparkan oleh asisten praktikum. Ujian Akhir Praktikum
berisikan soal-soal terkait materi praktikum dan sebagian materi tutorial
yang telah didapatkan selama 1 semester.

Anda mungkin juga menyukai