BAB 1
PENDAHULUAN
Fistel ani disebut juga fistel perianal atau fistel para-anal. 1 Fistel perianal
merupakan komunikasi abnormal antara anus dan kulit perianal. Kelenjar pada
kanalis ani terletak pada linea dentate menyediakan jalur organisme yang
menginfeksi untuk dapat mencapai ruang intramuskular.2
Angka prevalensi penyakit ini adalah 8,6 % kasus tiap 100.000 populasi.
Prevalensi pada pria adalah 12,3% dari 100.000 populasi. Pada wanita, berkisar
5,6 % dari 100.000 populasi. Rasio pada pria dan wanita adalah 18,1, yang
menggambarkan lebih seringnya penyakit ini pada pria. Umurnya rata-rata
penderita fistel ini adalah 38 tahun.1 Sebagian besar fistel terbentuk dari sebuah
abses, sekitar 40% pasien dengan abses akan terbentuk fistel.1
Hampir semua fistel perianal disebabkan oleh perforasi atau penyaluran
abses anorektum. Penyebab lainnya adalah hemoroidektomy, perforasi benda
asing, trauma, peradangan usus (Crohn’s disease), dan penyakit spesifik seperti
tuberkulosis.1 Sebagian besar fistel perianal memerlukan operasi karena jarang
sembuh spontan. Setelah operasi risiko kekambuhan fistel termasuk cukup tinggi
yaitu sekitar 21% (satu dari lima pasien dengan fistel post operasi akan
mengalami kekambuhan).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI
Daerah batas rektum dan kanalis analis ditandai dengan perubahan jenis
epitel. Rektum dilapisi oleh mukosa glanduler usus sedangkan kanalis analis oleh
anoderm. Kanalis analis dan kulit luar di sekitarnya kaya akan persyarafan
sensoris somatik dan peka terhadap rangsangan nyeri, sedangkan mukosa rektum
mempunyai persyarafan autonom dan tidak peka terhadap nyeri. Anoderm
merupakan epitel tersendiri yang kaya akan saraf tapi kurang dalam hal perangkat
kulit (folikel rambut, kelenjar sebasea, atau kelenjar keringat). Linea dentata atau
linea pectinata yang merupakan pertemuan mukokutaneus sebenarnya, terletak 1 –
1,5 di atas pinggiran anal. Terdapat zona transisional atau cloacogenik sebesar 6 –
12 mm di atas linea dentata, yang merupakan peralihan epitel skuamosa anoderm
menjadi kuboidal dan kemudian epitel kolumnar.
limfe iliaka interna, sedangkan limfe yang berasal dari kanalis analis mengalir ke
arah kelenjar inguinal.
Kanalis analis berukuran panjang kurang lebih 3 sentimeter. Sumbunya
mengarah ke ventrokranial yaitu mengarah ke umbilikus dan membentuk sudut
yang nyata ke dorsal dengan rektum dalam keadaan istirahat. Pada saat defekasi,
sudut ini menjadi lebih besar. Batas atas kanalis analis disebut garis anorektum,
garis mukokutan, linea pektinata atau linea dentata. Pada daerah ini terdapat kripta
anus dan muara kelenjar anus antara kolumna rektum. Infeksi yang terjadi di sini
dapat menimbulkan abses anorektum yang dapat membentuk fistel. Lekukan
antar-sfingter sirkuler dapat diraba di dalam kanalis analis sewaktu melakukan
colok dubur dan menunjukkan batas antara sfingter ekterna dan sfingter interna
(garis Hilton). Cincin sfingter anus melingkari kanalis analis dan terdiri dari
sfingter interna dan sfingter eksterna. Sisi posterior dan lateral cincin ini terbentuk
dari fusi sfingter interna, otot longitudinal, bagian tengah dari otot levator
(puborektalis) dan komponen muskulus sfingter eksternus. Muskulus sfingter
internus terdiri dari serabut otot polos, sedangkan muskulus sfingter eksternus
terdiri atas serabut olot lurik.
Kanalis analis dikelilingi oleh sebuah sfingter eksternal dan internal, yang
keduanya menjalankan mekanisme sfingter anal. Sfingter internal merupakan
kelanjutan dari bagian dalam otot polos sirkuler rektum juga merupakan otot
involunter dan normalnya berkontraksi saat istirahat. Bidang intersfingterik
menggambarkan kelanjutan fibrosa dari lapisan otot polos longitudinal rektum.
Sfingter eksternal merupakan otot volunter berlurik, yang terbagi menjadi tiga
putaran bentuk U (subkutaneus, superfisial, dan profunda) namun bekerja sebagai
satu kesatuan. Sfingter eksternal merupakan kelanjutan dari otot-otot levator dari
dasar pubis, khususnya otot puborectalis. Putaran paling atas terbentuk oleh otot
puborektalis, yang berasal dari pubis. Putaran di tengah terbentuk oleh otot
sfingter eksternal superfisial, yang berasal dari ujung coccyx atau ligamentum
anococcygeal. Putaran yang paling bawah tersusun oleh lapisan subkutaneus dari
otot sfingter eksternal. Otot puborektalis berasal dari pubis dan menyatu pada
4
2.2 DEFINISI
Fistel ani disebut juga fistel perianal atau fistel para-anal.1 Fistel adalah
hubungan abnormal yang berkembang antara dua bagian tubuh yang terpisah dari
satu sama lain. Fistel adalah kata Latin yang bila diterjemahkan menjadi “pipa”
atau “tabung.” Fistel anorektal (Fistel ani) adalah komunikasi abnormal antara
anus dan kulit perianal. Kelenjar pada kanalis ani terletak pada linea dentate
menyediakan jalur organisme yang menginfeksi untuk dapat mencapai ruang
intramuscular.2
2.3 ETIOLOGI
Fistel dapat muncul secara spontan atau sekunder karena abses perianal
(atau perirektal). Faktanya, setelah drainase dari abses periani, hampir 50 %
terdapat kemungkinan untuk berkembang menjadi fistel yang kronik. Fistel
lainnya dapat terjadi sekunder karena trauma, penyakit Crohn, fisura ani,
karsinoma, terapi radiasi, aktinomikosis, tuberculosis, dan infeksi klamidia.2
5
2.4 PATOFISIOLOGI
Normalnya, kelenjar rektum yang terdapat di kripta antar kolumna rektum
berfungsi sebagai barrier terhadap lewatnya mikroorganisme penyebab infeksi
yang berasal dari lumen usus ke daerah
perirektal. Kelenjar ini mengeluarkan semacam lendir, berguna sebagai
pelicin/ lubrikasi. Saluran ini memiliki klep satu arah agar produksi bisa
keluar tapi feses tidak bisa masuk. Terhalangnya jalan keluar produksi dari
kelenjar ini akibat stasis menyebabkan kuman dan cairan feses masuk ke dalam kelenjar. Feses
yang banyak kumannya berkembang biak ke dalam kelenjar, membentuk peradangan yang jadi
abses. Abses akan mencari jalan keluar dan membentuk semacam pipa yang menembus kulit.
Akibatnya, kulit jadi tampak seperti bisul lalu pecah. Pecahan ini tidak bisa menutup karena
nanah selalu keluar dan tidak bisa kering karena berhubungan dengan feses. Kondisi ini bisa
berlangsung berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.
6
2.5 KLASIFIKASI
3. Fistel Suprasfingter
7
dan fistel ini dapat terjadi, pemahaman mengenai hal itu dipermudah oleh
pengetahuan tentang rute penyebaran infeksi.4
kasus, untuk melihat jalurnya membutuhkan banyak alat, dan terkadang jalurnya
tidak jelas sampai dilakukan pembedahan. Peralatan yang dapat digunakan oleh
dokter :6
1. Fistel probe. Alat yang secara khusus dibuat untuk dimasukkan ke dalam fistel
2. Anoscope. Instrumen kecil untuk melihat kanalis ani.
Jika fistel rumit atau terletak pada tempat yang tidak lazim, dapat digunakan :
1. Diluted methylene blue dye. Disuntikkan ke dalam fistel.
2. Fistulography. Memasukkan cairan kontras, kemudian memfotonya.
3. Magnetic resonance imaging
Untuk menyingkirkan kelainan lainnya seperti colitis ulseratif atau
penyakit Crohn, dapat digunakan :
1. Flexible sigmoidoscopy.
Tabung yang ramping dan fleksibel dengan kamera di dalam ujungnya, dapat
untuk melihat rectum dan kolon sigmoid sebagai gambar yangdiperbesar pada
layer televisi.
2. Colonoscopy. Mirip sigmoidoskopi, tetapi dengan kemampuan untuk
memeriksa seluruh kolon dan usus halus.
2. Flap Rektal
Terkadang, untuk mengurangi jumlah otot sfingter yang digunting, dokter
bedah dapat mengeluarkan jalurnya dan membuat flap ke dalam dinding abdomen
untuk mencapai dan mengeluarkan muara fistel interna. Flap nya kemudian
ditempelkan ke belakang6.
3. Penempatan Seton
Dokter bedah menggunakan seton untuk6 :
- menciptakan jaringan paurt di sekitar otot sphincter sebelum
memotongnya dengan pisau
- mengizinkan seton untuk secara lambat memotong seluruh jalur melalui
otot selama beberapa minggu.
sampai ia ditarik selama lebih dari 6-8 minggu. Keuntungan pemakaian seton,
adalah bahwa “fistulotomi bertahap” ini mengizinkan untuk pembelahan progresif
dari otot sfingter, menghindari terjadinya komplikasi inkontinensia2.
2.9 KOMPLIKASI
Komplikasi dini pasca operasi, sebagai berikut :
a. Retensi urin
b. Pendarahan
c. Impaksi tinja
d. Thrombosed wasir
Komplikasi tertunda pasca operasi, sebagai berikut :
a. Kambuh
b. Inkontinensia
c. Stenosis anal
2.10 PROGNOSIS
Fistel dapat kambuh bila lobang dalam tidak turut dibuka atau dikeluarkan,
cabang fistel tidak turut dibuka, atau kulit sudah menutup luka sebelum jaringan
granulasi mencapai permukaan4. Kegagalan penyembuhan secara optimal
mungkin akibat4 :
- terapi inisial yang tidak adekuat
- penyebab spesifik (namun tidak terdiagnosa), misalnya : Penyakit Crohn
- Kondisi nutrisi yang tidak baik
- perawatan luka yang tidak baik, misalnya : jembatan epitel
- proliferasi jaringan granulasi yang mencegah epitelisasi
13
BAB III
KESIMPULAN
Fistel ani disebut juga fistel perianal atau fistel para-anal. 1 Fistel dapat
muncul secara spontan atau sekunder karena abses perianal (atau perirektal). Fistel
14
perianal diberi nama menurut klasifikasi Park2 yaitu fistel transsphingter, fistel
intersphingter, fistel suprasfingter, dan fistel ekstrasphingter. Fistel dicurigai
apabila terdapat discharge persisten pada tempat drainase abses, ditemukan
organisme usus dari hasil kultur, abses terjadi rekuren, dan terdeteksi adanya
indurasi baik secara klinis atau dalam anestesi.4 Pada colok dubur umumnya fistel
dapat diraba antara telunjuk di anus (bukan di rectum) dan ibu jari di kulit
perineum sebagai tali setebal kira-kira 3 mm (colok dubur bidigital).
Tujuan dari penatalaksanaa fistel perianal adalah untuk menyembuhkan
fistel dengan sesedikit mungkin pengaruh pada otot sfingter. Perencanaan akan
bergantung pada lokasi fistel dan kerumitannya, serta kekuatan otot sfingter
pasien.6 Mayoritas fistel superfisial dan intersphincter (85%) langsung dapat
diatasi.4 Sisanya (transphincteric dan suprasphincteric) jauh labih sulit dan
membutuhkan perawatan spesialis.
DAFTAR PUSTAKA