A. Tujuan Umum
Modul ini menguraikan tentang proses dan asuhan yang diberikan pada
kasus tuberkulosis paru. Disini dijelaskan tentang anamnesis, pemeriksaan
fisis, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan tuberkulosis paru.
B. Tujan Khusus
Pada akhir pembelajaran modul diharapkan peserta didik mampu
mengenali gangguan fungsi, melakukan pemeriksaan, menetapkan
diagnosis dan prognosis serta melakukan penatalaksanaan pasien dengan
tuberkulosis paru.
III. Kompetensi
BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI A. Kompetensi Kognitif
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 1. Memahami defenisi, penyebab, patogenesis dan resiko tuberkulosis
paru.
NOVEMBER 2014
2. Memahami gambaran klinis tuberkulosis paru 2. Curah pendapat dan diskusi
3. Memahami berbagai teknik pemeriksaan yang berkaitan dengan 3. Bed side teaching
tuberkulosis paru. 4. Pendampingan (coaching)
4. Memahami tatalaksana mendiagnosis tuberkulosis paru.
5. Memahami tatalaksana terapi tuberkulosis paru B. Strategi
6. Memahami indikasi dan kontraindikasi tindakan dan terapi Tujuan 1. Mampu mengenali gejala dan tanda
tuberkulosis paru (metoda 1,2,3,4)
7. Memahami risiko, komplikasi yang dapat terjadi akibat tindakan Tujuan 2. Mampu melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis
diagnostic dan terapi. (metoda 1,2,3,4)
8. Memahami program DOTS dan ISTC Tujuan 3. Mampu merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan
9. Mamahami mengelola pasien TB secara komprehensif, secara DOTS penunjang
(diagnosis, pengobatan dan evalusi pengobatan, serta sistem (metoda 1,2,3,4)
pencatatan dan pelaporan pasien TB pada program DOTS) Tujuan 4. Mampu menginterpertasi hasil pemeriksaan penunjang
(metoda 1,2,3,4)
B. Kompetensi Keterampilan Tujuan 5. Mampu membuat keputusan klinik dan memberikan tindakan
1. Mampu mengenali gejala dan tanda yan tepat (metoda 1,2,3,4)
2. Mampu melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis
3. Mampu merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan penunjang V. Persiapan Sesi
4. Mampu membuat keputusan klinik dan memberikan tindakan yang Bahan dan peralatan yang diperlukan:
tepat 1. Materi modul penanganan tuberkulosis paru dan program DOTS
5. Mampu mengelola kasus TB secara program DOTS dan mengikuti 2. Materi presentasi: Power point
panduan tatalaksanan menurut ISTC( Internasional Standarad 3. Model:
Tuberculosis Care) 4. Contoh kasus
5. Daftar tilik kompetensi
6. Audiovisual
IV. Metoda dan Strategi Pembelajaran VI. Referensi Buku Wajib
Buku wajib yang perlu dibaca:
A. Metoda FISHMAN
1. Kuliah interaktif ISTC
Pedoman Nasional Penatalaksanaan TB primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib sebagai
Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia berikut :
(PDPI) 1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution
ad integrum)
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang
VII. Gambaran Umum Ghon, garis fibrotik, sarang perkapuran di hilus)
3. Menyebar dengan cara :
Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan masyarakat penting di dunia. • Perkontinuitatum, menyebar ke sekitarnya Salah satu
Tahun 1092 , mencanangkan TB sedbagai Global Emergency. Perkiraan contoh adalah epituberkulosis, yaitu suatu kejadian
kasus TB secara global pada tahun 2009 adalah insiden kasus 9,4 juta , penekanan bronkus, biasanya bronkus lobus medius oleh
prevalens kauss sebesar 14 juta , kematian Tb pada HIV negatif sekitar 1,3 kelenjar hilus yang membesar sehingga menimbulkan
juta dan kematian Tb pada HIV positif sekitar 0,38 juta. Lima negara obstruksi pada saluran napas bersangkutan, dengan akibat
atelektasis. Kuman tuberkulosis akan menjalar sepanjang
dengan insiden kasus terbanyak adalah India, Cina, Afrika selatan bronkus yang tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan
Indonesia, dan Nigeria. menimbulkan peradangan pada lobus yang atelektasis
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi tersebut, yang dikenal sebagai epituberkulosis.
Mycobacterium tuberkulosis complek. Tuberkulosis paru adalah • Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan
tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura. maupun ke paru sebelahnya atau tertelan
Tuberkulosis ekstra paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh • Penyebaran secara hematogen dan limfogen.
lain selain paru seperti kelenjar getah bening, selaput otak, tulang, ginjal, Penyebaran ini berkaitan dengan daya tahan tubuh, jumlah dan
virulensi kuman.
saluran kencing, dll.
Sarang yang ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetetapi
bila tidak terdapat imuniti yang adekuat, penyebaran ini akan
Patogenesis tuberkulosis menimbulkan keadaan cukup gawat seperti tuberkulosis milier,
Tuberkulosis primer meningitis tuberkulosa, typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini juga
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya
jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumonik, yang tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia dan sebagainya. Komplikasi dan
disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul penyebaran ini mungkin berakhir dengan :
di bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari • Sembuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya pertumbuhan
sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah bening menuju terbelakang pada anak setelah mendapat ensefalomeningitis,
hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran tuberkuloma) atau
kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional). Afek primer • Meninggal. Semua kejadian diatas adalah perjalanan tuberkulosis
bersama-sama dengan limfangitis regional dikenal sebagai kompleks primer.
menyembuh dengan membungkus diri, akhirnya mengecil.
Tuberkulosis post primer Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang terbungkus, dan
Dari tuberkulosis primer ini akan muncul bertahun-tahun kemudian menciut sehingga kelihatan seperti bintang (stellate shaped).
tuberkulosis post-primer, biasanya pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis
post primer mempunyai nama yang bermacam macam yaitu tuberkulosis
bentuk dewasa, localized tuberculosis, tuberkulosis menahun, dan
sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama menjadi problem
kesehatan masyarakat, karena dapat menjadi sumber penularan.
Tuberkulosis post-primer dimulai dengan sarang dini, yang umumnya
terletak di segmen apikal dari lobus superior maupun lobus inferior.
Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumonik kecil. Nasib
sarang pneumonik ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut :
• Diresopsi kembali, dan sembuh kembali dengan tidak
meninggalkan cacat.
• Sarang tadi mula-mula meluas, tetapi segera terjadi proses
penyembuhan dengan penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya
akan membungkus diri menjadi lebih keras, terjadi perkapuran, dan
akan sembuh dalam bentuk perkapuran, atau sebaliknya dapat juga
sarang tersebut menjadi aktif kembali, membentuk jaringan keju
dan menimbulkan kaviti bila jaringan keju dibatukkan keluar..
• Sarang pneumonik meluas, membentuk jaringan keju (jaringan
kaseosa). Kaviti akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju
keluar. Kaviti awalnya berdinding tipis, kemudian dindingnya akan
menjadi tebal (kaviti sklerotik). Gambar 1. Skema perkembangan sarang tuberkulosis post primer dan
Nasib kaviti ini : perjalanan penyembuhannya
• Mungkin meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonik
baru. Sarang pneumonik ini akan mengikuti pola perjalanan
seperti yang disebutkan diatas.
• Dapat pula memadat dan membungkus diri (encapsulated), dan Definisi kasus dan Klasifikasi tuberkulosis
disebut tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan Definisi kasus
menyembuh, tetapi mungkin pula aktif kembali, mencair lagi Suspek TB adalah seseorang dengan gejala atau tanda TB. Gejala umum
dan menjadi kaviti lagi. Kaviti bisa pula menjadi bersih dan Tb paru adalah batuk produktif lebih dari 2 minggu yang disertai gejala
menyembuh yang disebut open healed cavity, atau kaviti pernapasan ( sesak napas, nyeri dada, hemoptisis) dan / atau dengan gejala
tambahan ( tidak nafsu makan, penurunan berat badan, keringat malam Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur positif atau patologi anatomi.
dan mudah lelah). Dalam penentuan suspek TB dipertimbangkan faktor Untuk kasus-kasus yang tidak dapat dilakukan pengambilan spesimen
seperti usia pasien, immunitas pasien, status HIV atau Prevalens HIV maka diperlukan bukti klinis yang kuat dan konsisten dengan TB ekstra
paru aktif.
dalam masyarakat
Kasus TB adalah: Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dibagi atas:
Kasus TB pasti yaitu pasien TB dengan ditemukannya Mycobacterium • Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:
tuberKulosis complex yang diidentifikasi dari spesemen klinik ( jaringan , o Sekurang-kurangnya 2 spesimen dahak menunjukkan hasil
cairan tubuh, usap tenggorokan dll) dan kultur.atau BTA positif pada laboratorium yang memenuhi syarat qualitty
Seseorang pasien yang setelah dilkukan pemeriksaan penunjang untuk TB external assurance ( EQA) sebaik satu dari spesemen berasal
sehingga didiagnosis TB oleh dokter maupun petugas kesehatan dan dari dahak pagi hari
diobati dengan paduan dan lama pengobatan yang lengkap. o Untuk daerah yang belum memiliki laboratorium yang
memenuhi syarat EQA maka TB BTA positif adalah:
§ Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak
Kasus TB diklasifikasikan berdasarkan menunjukkan hasil BTA positif.
1. Letak anatomi penyakit § Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan
2. Hasil pemeriksaan dahak atau bakteriologi ( termasuk hasil tes BTA positif dan kelainan radiologik menunjukkan
resistensi) gambaran tuberkulosis aktif
3. Riwayat pengobatan § Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan
BTA positif dan biakan positif
4. Status HIV
• Tuberkulosis paru BTA (-)
Hasil pemeriksaan dahak negatif tetapi hasil kultur positif.
• Tuberkulosi berdasarkan letak anatomi penyakit o Sedikitnya 2 hasil pemeriksaan dahak BTA negatif pada
Penyakit TB berdasarlan lokasi anatomis penyakit dibagi atas TB paru dan laboratorium yang memenuhi syarat EQA.
TB ektra paru. o Dianjurkan pemeriksaan kultur pada hasil pemeriksaan
TB paru adalah kasus Tb yang mengenai parenkim paru termasuk TB dahak BTA negatif untuk memastikan diagnosis terutama
milier karena lesinya terdapat dalam parenkim paru pada daerah dengan prevalensi HIV > 1 % atau pasien TB
dengan kehamilan > 5 %.
TB ektra paru yaitu kasus TB uyang mengenai organ lain seain paru atau
seperti pleura, keenjer getah bening ( termasuk mediatinum/ hilus), o jika hasil pemeriksaan dahak 2 kali menunjukkan BTA
pericard, abdomen, traktus genito urinarius, kulit, sendi tulang dan selaput negatif untuk daerah yang belum memiliki fasilita kultur M
otak dll. Tb. Memenuhi kriteria sebagai berikut:
• hasil foto toraks sesuai gambaran TB aktif dan disertai
salah satu di bawah ini: • Kasus kambuh (relaps)
• hasil pemeriksaan HIV positif atau secara Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
laboratorium sesuai HIV, atau pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan
• jika HIV negatif ( status HIV tidak diketahui atau lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan
prevalens HIV rendah ), tidak menjukan perbaikan dahak BTA positif atau biakan positif.
setelah pemberian antibiotikspektrum luas ( kecuali Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologik
antibiotik yang mempunyai efek anti TB seperti dicurigai lesi aktif / perburukan dan terdapat gejala klinis maka harus
fluorokuinolon dan aminoglikosida) dipikirkan beberapa kemungkinan :
• Kasus bekas TB • Infeksi non TB (pneumonia, bronkiektasis dll) Dalam hal ini
Hasil pemeriksaan BTA negatif ( biakan juga negatif) bila ada) dan berikan dahulu antibiotik selama 2 minggu, kemudian
gambaran radiologi paru menunjukan lesi TB yang tidakaktif, atau foto dievaluasi; Infeksi jamur atau TB paru kambuh.
serial dalam 2 bulan ) menunjukan gambaran yang menetap. Riwayat Bila meragukan harap konsul ke ahlinya.
pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung.
Pada kasus dednagn gambaran radiologi meragukan dan telah dapat • Kasus gagal
pengobatan OAT 2 bulan tetapi foto torak ulang tidak ada perobahan Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
gambaran radiologi menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir
pengobatan) atau pasien dengan hasil BTA negatif gambaran
Berdasarkan tipe pasien radiologik positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada pengobatan
beberapa tipe pasien yaitu :
• Kasus baru: • Kasus lalai (defaulted atau drop out)
Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT Adalah pasien yang tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau
atau sudah pernah mendapat OAT kurang dari satu bulan.pasien BTA lebih sebelum masa pengobatannya selesai.
negatif atau posiitif, dengan lokasi anatomi penyakit di manapun.
• Lain- lain
• Kasus kronik / persisten
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif
setelah selesai pengobatan ulang kategori 2 dengan
• Pasien dengan riwayat pengobatan sebelumnya pengawasan yang baik
Adalah pasien yang sudah pernah mendapatkan pengobatan TB • Kasus pindahan (transfer in):
sebelumnya minimal selama 1 bulan , dengan dhasil dahak positif atau Adalah pasien yang sedang mendapatkan pengobatan di suatu
negatif dengan lokasi anatomi penyakit dimanapun. dibagi atas; kabupaten dan kemudian pindah berobat ke kabupaten lain.
Pasien pindahan tersebut harus membawa surat rujukan / tuberkulosa terdapat gejala sesak napas & kadang nyeri dada pada sisi
pindah. yang rongga pleuranya terdapat cairan.
Kemasan
• Obat tunggal,
Obat disajikan secara terpisah, masing-masing INH, Rifampisin,
Pirazinamid dan Etambutol.
• Obat kombinasi dosis tetap (Fixed Dose Combination – FDC)
Keuntungan kombinasi dosis tetap antara lain:
Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari 3 atau 4 obat dalam satu
• Penatalaksanaan sederhana dengan kesalahan pembuatan resep
tablet
minimal
Tabel 1. Jenis dan dosis OAT • Peningkatan kepatuhan dan penerimaan pasien dengan penurunan
kesalahan pengobatan yang tidak disengaja
• Peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap penatalaksanaan
yang benar dan standar
• Perbaikan manajemen obat karena jenis obat lebih sedikit
• Menurunkan risiko penyalahgunaan obat tunggal dan MDR akibat
penurunan penggunaan monoterapi
Pengawasan pengobatan terhadap pasien TB dapat dilakukan pada: ISTC merupakan standar yang melengkapi guideline program penanggulangan TB
nasionalyang konsisten dengan rekomendasi WHO. ISTC edisi pertama dikeluarkan
• Pasien berobat jalan, pengawasan pengobatan dapat dilakukan oleh : tahun 2006 dan pada tahun 2009 direvisis. Terapat penambahan satandar dari 17
o Petugas kesehatan menjadi 21 standar yang terdiri dari :
o Orang alain ( kader, tokoh masyarakat dll)
o Suami/ istri / orang serumah • Standar diagnosis ( standar 1-6 )
• Pasien dirawat, pengawasan pengobatan dapat dilakukan oleh : • Standar pengobatan ( standar 7-13)
o Petugas rumah sakit • Standar penanganan Tb dengan infeksi HIV dan kondisi komorbid lain (
standar 14-17)
Pencatanan dan pelaporan • Standar kesehatn masyarakat ( standar 18-21)
VIII. Contoh Kasus • Self Assessment dan Peer Assisted Evaluation
• Curah Pendapat dan Diskusi
Seorang laki-laki, Tn. A, usia 25 tahun dating ke rumah sakit dengan keluhan
batuk darah sejak 3 hari sebelum masuk RS. Batuk darah berwarna merah Psikomotor
segar, tidak bercampur dengan dahak. Keluhan batuk sudah dirasakan lebih
dari 2 minggu, berdahak kadang-kadang berwarna kehijauan. Tidak ada sesak • Self Assessment dan peer Assisted Learning
nafas. • Peer assisted Evaluation (berbais nilai 0,1 dan 2)
• Penilaian Kompetensi (berbais nilai memuaskan, perlu perbaikan dan
Keluhan demam naik turun selama 3 bulan. Pasien mengeluh keringat malam tidak memuaskan)
dan tidak nafsu makan. Berat badan menurun 5 kg dalam satu bulan terakhir. • Kesempatan untuk perbaikan (Task-based medical Education)
Pasien merokok 4-5 batang perhari selama 5 tahun. Tidak ada anggota
keluarga yang menderita penyakit paru. Penyakit asma, kencing manis dan Kognitif dan psikomotor
darah tinggi disangkal.
• BST
• Mini-CEX
• OSCE
IX. Rangkuman Kasus
A. Bahan diskusi XI. Instrumen Penilaian
o Gangguan apa yang diderita oleh tn.A?
Instrumen pengukuran kompetensi kognitif & psikomotor
o Pemeriksaan apa yang harus dilakukan pada Tn.A?
o Terapi yang dapat diberikan pada Tn. A? 1. Observasi selama proses pembelajaran
B. Penuntun diskusi kasus 2. Log book
o Proses infeksi 3. Hasil penilaian peragaan keterampilan
o Penatalaksanaan secara DOTS 4. Pretest modul
5. Post-test modul
X. Evaluasi 6. Penilaian Kinerja Pengetahuan dan Keterampilan
Kognitif
• Pre-test dan post- test, dalam bentuk lisan, essay dan/atau MCQ
XII. Penuntun Belajar 12. Metapkan waktu evaluasi pengobatan
Skor (pemeriksaan BTA sputum dan foto torak)
13. Mengenali masalah dan penyulit serta
Penuntun Belajar 0 1 2 3
melakukan antisipasi pencegahan
1. Melakukan penyapaan, memberikan informasi
14. Mengenali masalah dan penyulit yang ada dan
dan edukasi pada pasien
melakukan penanganan sesuai kemampuan
2. Melakukan anamnesis:
serta fasilitas yang tersedia dan/atau melakukan
a. Keluhan utama
rujukan apabila diperlukan
b. Keluhan tambahan
15. Membuat pencatanan dan pelaporan
c. Riwayat penyakit sekarang
pengobatan TB dengan berbagai form
d. Faktor resiko
pencatatan ( TB 01,02,03,04,05,06,09,10 dst)
e. Riwayat penyakit dahulu
Jumlah Skor
f. Riwayat penyakit keluarga
g. Riwayat psikososial Keterangan:
h. Riwayat pekerjaan dan kebiasaan 0 : tidak diamati (TD)
3. Melakukan pemeriksaan fisis status generalis 1 : Dikerjakan semua tapi tidak benar, atau tidak berurutan, atau tidak
a. Keadaan umum dikerjakan
b. Tanda vital 2 : Dikerjakan, dengan bantuan
4. Melakukan pemeriksaan fisis status lokalis 3 : Dikerjakan semua dengan lengkap dan benar
secara sistematis
a. Inspeksi Maksimal skor : 36
b. Palpasi
c. Perkusi Skor akhir : Jumlah skor
d. auskultasi
5. Melakukan pemeriksaan penunjang
6. Menetapkan diagnosis kerja
7. Menetapkan diagnosis banding
8. Menetapkan rencana penatalaksanaan
9. menetapkanPMO dan penyuluhan terhadap
PMO
10. Menentukan prognosis
11. Melakukan evaluasi tindakan (terapi)
XIII. Daftar Tilik
Keterangan: