Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

STROKE ISKEMIKJUDUL

Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Program Kepaniteraan Klinik
Senior (KKS) Ilmu Penyakit Saraf di RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai

Pembimbing :

dr. Julia E. Ginting, Sp.S

Disusun Oleh :

Nurrohman Hardiansyah (102117077)

Dede Cintia D. Martin (102117119)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM


KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU PENYAKIT SARAF
RSUD DR RM DJOELHAM BINJAI
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas berkah dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan penulisan laporan
kasus yang berjudul “Stroke Iskemik”. Laporan kasus ini merupakan salah satu
syarat untuk ujian pada Departemen Ilmu Penyakit Saraf RSUD DR RM
DJOELHAM BINJAI.
Terwujudnya Referat ini adalah berkat bantuan dan dorongan berbagai
pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada :
1. dr.Julia E. Ginting,Sp.S selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
pengarahan dalam penulisan laporan kasus ini.
2. Dokter-dokter Ilmu Penyakit Saraf RSUD DR RM DJOELHAM Binjai
yang telah banyak berjasa memberikan bimbingan dan pengajaran kepada
penyusun selama ini.
3. Rekan-rekan kepaniteraan SMF Ilmu Penyakit Saraf, atas bantuan,
dukungan, dan kerjasamanya.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
sehingga penyusunan ini dapat lebih baik sesuai dengan hasil yang diharapkan.
Akhir kata dengan mengucapkan Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa, semoga Tuhan selalu meridhoi kita semua dan tulisan ini dapat bermanfaat.

Binjai, Juli 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Stroke Iskemik..................................................................................3

2.1.1 Definisi Stroke.........................................................................................3

2.1.2 Klasifikasi Stroke Iskemik.......................................................................3

2.1.3 Patofisiologi Stroke Iskemik....................................................................4

2.1.4 Manifestasi Klinis Stroke ........................................................................6

2.1.5 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................8

2.1.6 Komplikasi Stroke Iskemik......................................................................9

2.1.7 Penatalaksanaan Stroke Iskemik..............................................................9

2.1.8 Edukasi...................................................................................................10

2.1.9 Prognosis................................................................................................10

LAPORAN KASUS..............................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian
khusus dan dapat menyerang siapa saja dan kapan saja, tanpa memandang ras,
jenis kelamin, atau usia . Spesialis Saraf Rumah Sakit Premier Jatinegara,
Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke semakin penting dan
mendesak karena kini jumlah penderita Stroke di Indonesia terbanyak dan
menduduki urutan pertama di Asia dan keempat di dunia, setelah India, Cina,
dan Amerika. Berdasarkan data terbaru dan hasil Riset Kesehatan Dasar 2013,
stroke merupakan penyebab kematian utama di Indonesia. Prevalensi stroke di
Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7,0 per mil dan yang
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil. Jadi,
sebanyak 57,9 persen penyakit stroke telah terdiagnosis oleh nakes.3
Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah
tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal
(atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih,
dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain selain vaskuler.8
Setiap tahun, hampir 700.000 orang Amerika mengalami stroke, dan stroke
mengakibatkan hampir 150.000 kematian. Di Amerika Serikat tercatat hampir
setiap 45 detik terjadi kasus stroke, dan setiap 4 detik terjadi kematian akibat
stroke. Pada suatu saat, 5,8 juta orang di Amerika Serikat mengalami stroke,
yang mengakibatkan biaya kesehatan berkenaan dengan stroke mendekati 70
miliar dolar per tahun. Pada tahun 2010, Amerika telah menghabiskan $ 73,7
juta untuk menbiayai tanggungan medis dan rehabilitasi akibat stroke. Selain itu,
11% orang Amerika berusia 55-64 tahun mengalami infark serebral silent;
prevalensinya meningkat sampai 40% pada usia 80 tahun dan 43% pada usia 85
tahun.2
Prevalensi Stroke berdasarkan diagnosis nakes dan gejala tertinggi
terdapat di Sulawesi Selatan (17,9%), DI Yogyakarta (16,9%), Sulawesi

1
2

Tengah (16,6%), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil. Terjadi peningkatan
prevalensi stroke berdasarkan wawancara (berdasarkan jawaban responden yang
pernah didiagnosis nakes dan gejala) juga meningkat dari 8,3 per1000 (2007)
menjadi 12,1 per1000 (2013)3 .Organisasi Stroke Dunia mencatat hampir 85%
orang yang mempunyai faktor resiko dapat terhindar dari stroke bila menyadari
dan 3 mengatasi faktor resiko tersebut sejak dini. Badan kesehatan dunia
memprediksi bahwa kematian akibat stroke akan meningkat seiring dengan
kematian akibat penyakit jantung dan kanker kurang lebih 6 juta pada tahun 2010
menjadi 8 juta di tahun 2030.14 Stroke secara luas diklasifikasikan ke dalam
stroke iskemik dan hemoragik. Faktor risiko stroke di antaranya adalah merokok,
hipertensi, hiperlipidemia, fibrilasi atrium, penyakit jantung iskemik, penyakit
katup jantung, dan diabetes.4
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Stroke Iskemik


2.1.1 Definisi Stroke
Stroke atau cerebrovaskular accident (CVA) adalah kehilangan
fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian
otak.12 Secara garis besar stroke dibagi menjadi dua golongan yaitu stroke
perdarahan dan stroke iskemik.7 Stroke iskemik terjadi sekitar 80%
sampai 85 % dari total insden stroke yang diakibatkan obstruksi atau
bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Obstruksi
ini dapat disebabkan karena adanya bekuan (trombus) yang terbentuk di
dalam pembuluh otak atau pembuluh atau organ distal.11

2.1.2 Klasifikasi Stroke Iskemik


Stroke iskemik secara patologik dapat dibagi tiga yaitu Trombosis
pembuluh darah (thrombosis serebri), Emboli serebri, Arteritis sebagai
akibat dari lues/arteritis temporalis. Sedangkan berdasarkan bentuk
klinisnya stroke iskemik diklasifikasikan menjadi :1
a. Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA) pada
bentuk ini gejala neurologic yang timbul akibat gangguan peredaran
darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.
b. Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic
Neurological Deficit (RIND), gejala neurologik yang timbul akan
menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam, tapi tidak lebih dari
seminggu.
c. Stroke Progresif (Progessive Stroke/stroke in evolution), stroke yang
gejala neurologiknya makin lama makin berat.
d. Stroke Komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke), stroke yang
gejala klinisnya sudah menetap.
3

2.1.3 Patofisiologi Stroke Iskemik


Iskemik serebri sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis
(terbentuknya ateroma) dan arteriolosklerosis. Aterosklerosis dapat
menimbulkan oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya
thrombus dan kemudian dapat terlepas sebagai emboli.1
Trombus, emboli yang terjadi mengakibatkan terjadinya iskemik, sel
otak kehilangan kemampuan menghasilkan energi terutama adenosin
trifosfat (ATP), pompa Natrium Kalium ATPase gagal sehingga terjadi
depolarisasi (Natrium berada dalam sel dan Kalium diluar sel) dan
permukaan sel menjadi lebih negatif, kanal Kalsium terbuka dan influk
Kalsium kedalam sel. keadaan depolarisasi ini merangsang pelepasan
neurotransmiter eksitatorik yaitu glutamat yang juga menyebabkan influk
kalsium kedalam sel, Sehingga terjadi peningkatan Kalsium dalam sel.
Glutamat yang dibebaskan akan merangsang aktivitas kimiawi dan listrik
di sel otak lain dengan melekatkan ke suatu molekul di neuron lain,
reseptor N-metil D-aspartat (NMDA). Pengikatan reseptor ini memicu
pengaktifan enzim nitrat oksida sintase (NOS) yang menyebabkan
terbentuknya molekul gas, Nitrat oksida (NO).
Pembentukan NO yang terjadi dengan cepat dan dalam jumlah besar
melemahkan asam deoksiribonukleat (DNA) neuron, dan mengaktifkan
enzim, Poli (adenozin difosfat-[ADP] ribosa) polimerase (PARP). Enzim
ini menyebabkan dan mempercepat eksitotoksitas setelah iskhemik
serebrum sehingga terjadi deplesi energi sel yang hebat dan kematian sel.
Peningkatan Kalsium intra sel mengaktifkan protease (enzim yang
mencerna protein sel), Lipase (enzim yang mencerna membran sel) dan
radikal bebas yang terbentuk akibat jenjang sistemik. Sel-sel otak
mengalami infark, jaringan otak mengalami odema, sehingga perfusi
jaringan cerebral terganggu. Sawar otak mengalami kerusakan akibat
terpajan terhadap zat-zat toksik, kehilangan autoregulasi otak sehingga
Cerebral Blood Flow (CBF) menjadi tidak responsif terhadap perbedaan
tekanan dan kebutuhan metabolik. Kehilangan autoregulasi adalah
4

penyulit stroke yang berbahaya dan dapat memicu lingkaran setan berupa
peningkatan odema otak dan peningkatan tekanan intrakranial dan
semakin luas kerusakan neuron. Odema otak juga akan menekan struktur-
struktur saraf didalam otak sehingga timbul gejala sesuai dengan lokasi
lesi.11
Infark otak timbul karena iskemia otak yang lama dan parah dengan
perubahan fungsi dan struktur otak yang ireversibel. Gangguan aliran
darah otak akan timbul perbedaan daerah jaringan otak : a. pada daerah
yang mengalami hipoksia akan timbul edema sel otak dan bila
berlangsung lebih lama, kemungkinan besar akan terjadi infark, b. Daerah
sekitar infark timbul daerah penumbra iskemik dimana sel masih hidup
tetapi tidak berfungsi, c. Daerah diluar penumbra akan timbul edema local
atau daerah hiperemisis berarti sel masih hidup dan berfungsi.1

2.1.4 Manifestasi Klinis Stroke


Kelumpuhan/disabilitas adalah salah satu gejala umum yang dialami
pasien stroke, kelumpuhan terjadi pada salah satu sisi tubuh yang
berlawanan dengan sisi otak yang mengalami kerusakan akibat stroke,
kelumpuhan dapat berupa hemiparesis atau hemiplegia. Keadaan ini
dapat mempengaruhi wajah, lengan dan kaki atau seluruh sisi tubuh
sehingga pasien mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari
hari seperti berjalan atau memegang benda.9
Gambaran klinis utama yang berkaitan dengan insufisiensi arteri ke
otak akibat stroke iskemik disebut sindrom neurovaskular, diantaranya :11
a. Arteri karotis interna (sirkulasi anterior : gejala biasanya unilateral).
Cabang-cabang arteria karotis interna adalah arteria oftalmika, arteria
komunikantes posterior, arteria koroidalis anterior, arteria serebri
anterior, arteria serebri media. Dapat timbul berbagai sindrom
diantaranya kebutaan satu mata, gejala sensorik dan motorik di
ektermitas kontra lateral karena insufisiensi arteria serebri media. Bila
5

lesi terjadi di daerah antara arteria serebri anterior dan media atau arteria
serebri media , gejalanya mula mula pada ekstremitas atas (misalnya,
tangan lemah, baal).
b. Arteria serebri media (tersering),
Gejalanya adalah hemiparesis atau monoparesis kontralateral
(biasanya mengenai lengan), kadang-kadang hemianopsia (kebutaan)
kontralateral, afasia global (apabila hemisfer dominan terkena):
gangguan semua fungsi yang berkaitan dengan bicara dan komunikasi
dan disfasia.
c. Arteri Serebri Anterior
Gejalanya adalah kebingungan, kelumpuhan kontralateral yang lebih
besar di tungkai, lengan proksimal juga mungkin terkena, gerakan
volunteer tungkai yang bersangkutan terganggu, deficit sensorik
kontralateral, Demensia, gerakan menggengam, reflex patologik
(disfungsi lobus frontalis).
a. Sistem Vertebrobasilar (sirkulasi posterior : manifestasi biasanya
bilateral)
Gejalanya adalah kelumpuhan disatu sampai keempat ekstremitas,
meningkatnya reflek tendon, ataksia, tanda babinski bilateral,
tremor, vertigo, disfagia, disartria, sinkop, stupor, koma, pusing,
gangguan daya ingat, disorientasi, gangguan penglihatan
(diplopia, nistagmus, ptosis) tinitus, gangguan pendengaran, rasa
baal di wajah, mulut atau lidah.
b. Arteri serebri posterior (di lobus otak tengah atau thalamus)
Gejalanya adalah koma, hemiparesis kontralateral, afasia visual
atau aleksia.
Gejala neurologik yang timbul akibat stroke di otak bergantung pada
berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya. Gejala utama
stroke iskemik akibat thrombosis serebri ialah timbulnya defisit
neurologic secara mendadak /subakut, didahului gejala prodromal, terjadi
pada waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tidak
6

menurun.1
Kematian jaringan otak pada pasien stroke dapat menyebabkan
hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan tersebut, salah satu
gejala yang ditimbulkan adalah kelemahan otot pada anggota gerak
tubuh.13 Gangguan fisik Stroke seperti kelemahan otot, nyeri, dan
spastisitas dapat menyebabkan penurunan kemampuan untuk
menggunakan ekstremitas atas yang terkena stroke dalam aktivitas
sehari-hari, keadaan ini membuat seseorang menghindari menggunakan
lengan dan tangan yang terkena stroke, tidak menggunakan lengan yang
terkena stroke dapat menyebabkan kelemahan atau kehilangan kekuatan
otot, penurunan rentang gerak dan keterampilan motorik halus.6

2.1.5 Pemeriksaan Penunjang


1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang penting dilakukan pada stroke fase
akut yaitu : hitung darah lengkap, PT, PTT, pemeriksaan kimia lengkap,
kadar glukosa darah, kolesterol (kolesterol total normal < 200mg/dl).4
2. CT scan
CT scan adalah kunci diagnosis dan diperlukan sebelum terapi
walaupun MRI adalah alat untuk diagnosa yang terbaik. CT scan dalam
6 jam pertama sering tidak bisa memperlihatkan gambaran iskemik.
Gambaran CT scan ini dapat memberikan informasi tentang prognosis
stroke, seperti adanya hiperdensitas spontan arteri serebri media
menunjukkan prognosis yang baru.4
3. Elektrokardiografi
Disritmia yang paling sering terjadi pada stroke iskemik. Pada atrial
fibrilasi biasanya terdapat trombus yang dapat menyebabkan emboli
di serebri dan merupakan faktor risiko yang kuat untuk kejadian stroke
emboli yang berhubungan dengan peningkatan angka morbiditas dan
mortalitas. Trombus adalah massa padat atau sumbatan yang terbentuk
dari unsur-unsur darah dalam sirkulasi. Faktor risiko terjadinya
7

trombosis berkaitan dengan aterosklerosis diantaranya hipertensi,


hiperlipidemia, kelainan EKG, diabetes mellitus, dan peningkatan
fibrinogen.4
Kondisi jantung merupakan sumber potensial terjadinya
kardioemboli antara lain pembesaran atrium kiri, anurisma septum
atrium, fibrilasi atrium, penyakit jantung katup dan gangguan kontraksi
ventrikel. Kondisi-kondisi tersebut mengakibtakan penurunan aliran
darah akibat dilatasi jantung terutama atrium kiri yang mengakibatkan
stasis darah sehingga dapat mengaktifkan faktor koagulasi dan
menyebabkan aktivasi platelet.4

2.1.6 Komplikasi Stroke Iskemik


Pasien yang mengalami gejala berat misalnya imobilisasi dengan
hemiplegia berat rentan terhadap komplikasi yang dapat menyebabkan
kematian lebih awal, yaitu : pneumonia, septikemia (akibat ulkus
dekubitus atau infeksi saluran kemih), thrombosis vena dalam/deep vein
thrombosis (DVT) dan emboli paru, sekitar 10% pasien dengan infark
serebri meninggal 30 hari pertama dan hingga 50 % pasien yang
bertahan akan membutuhkan bantuan dalam mejalankan aktivitas
sehari– hari. Faktor-faktor yang mempunyai kontribusi pada disabilitas
jangka panjang meliputi ulkus dekubitus, epilepsi, depresi, jatuh
berulang, spastisitas, kontraktur dan kekakuan sendi. 4

2.1.7 Penatalaksanaan Stroke Iskemik


Penatalaksanaan stroke menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia adalah :10
a. Pengobatan terhadap hipertensi, hipoglikemia/hiperglikemia,
pemberian terapi trombolisis, pemberian antikoagulan, pemberian
antiplatelet dal lain-lain tergantung kondisi klinis pasien.
b. Pemberian cairan, pada umumnya kebutuhan cairan 30 ml/kgBB/hari
(parenteral maupun enteral), cairan parenteral yang diberikan adalah
8

yang isotonis seperti 0,9% salin.


c. Pemberian Nutrisi, Nutrisi enteral paling lambat sudah harus diberikan
dalam 48 jam, nutrisi oral hanya boleh diberikan setelah tes fungsi
menelan baik. Bila terdapat gangguan menelan atau kesadaran menurun
nutrisi diberikan melalui pipa nasogastrik.
d. Pencegahan dan penanganan komplikasi, mobilisasi dan penilaian dini
untuk mencegah komplikasi (aspirasi, malnutrisi, pneumonia,
thrombosis vena dalam, emboli paru, kontraktur) perlu dilakukan.
e. Rehabilitasi, direkomendasikan untuk melakukan rehabilitasi dini
setelah kondisi medis stabil, dan durasi serta intensitas rehabilitasi
ditingkatkan sesuaikan dengan kondisi klinis pasien. Setelah keluar dari
rumah sakit direkomendasikan untuk melanjutkan rehabilitasi dengan
berobat jalan selama tahun pertama setelah stroke.
f. Penatalaksanaan medis lain, pemantauan kadar glukosa, jika gelisah
lakukan terapi psikologi, analgesik, terapi muntah dan pemberian H2
antagonis sesuai indikasi, mobilisasi bertahap bila keadaan pasien stabil,
kontrol buang air besar dan kecil, pemeriksaan penunjang lain, edukasi
keluarga dan discharge planning.

2.1.8 Edukasi9
 Penjelasan Sebelum MRS (rencana rawat, biaya, pengobatan, prosedur,
masa dan tindakan pemulihan dan latihan, manajemen nyeri, risiko dan
komplikasi)
 Penjelasan mengenai stroke iskemik, risiko dan komplikasi selama
perawatan
 Penjelasan mengenai factor risiko dan pencegahan rekurensi
 Penjelasan program pemulangan pasien (Discharge Planning)
 Penjelasan mengenai gejala stroke, dan apa yang harus dilakukan
sebelum dibawa ke RS.
9

2.1.9 Prognosis9
 Ad vitam : dubia adbonam
 Ad Sanationam : dubia adbonam
 Ad Fungsionam : dubia adbonam
10

DAFTAR PUSTAKA

1. Aliah A., Kuswara F.F., Arifin R. L., Wusyang G., 2007. Gambaran Umum
tentang Gangguan Peredaran Darah Otak. Dalam Harsono (ed). Kapita
Selekta Neurologi. Yogyakarta : Gajah Mada Press
2. Anonim. 2011. Stroke. http://www.medicastore.com/stroke.html diakses
tanggal 14 juli 2018
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Dasar
Kesehatan. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
4. Ginsberg, Lionel. 2007. Lecture Notes: Neurology. Jakarta: Erlangga
5. Goldszmidt, Adrian J., & Louis R Caplan. 2013. Stroke Essensial. Jakarta :
Indeks
6. Haris J E, Eng J J., 2006. Paretic Upper- Limb Strength Best Explains Arm
Activity In People With Stroke.
http://ptjournal.apta.org/content/87/1/88.full.pdf+html. Diakses pada tanggal
14 juli 2018.
7. Irfan, Muhammad. 2010. Fisioterapi Bagi Insan Stroke. Edisi Pertama.
Penerbit Graha Ilmu:Yogyakarta.
8. Israr, Yayan Akhyar. 2008. Stroke. Http://www.Belibis17.com.html diakses
tanggal 14 juli 2018
9. National Institute of Neurological disorders and Stroke (NINDS), N. I. 2013.
Stroke. https://www.ninds.nih.gov/Disorders/Patient-Caregiver-
Education/Hope-Through-Research/Stroke-Hope-Through-Research diakses
tanggal 14 juli Juli 2018
10. Perhimpunan Dokter Saraf Indonesia. 2011. Guideline Stroke. Jakarta :
PERDOSSI
11. Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Ed: 6. Jakarta: EGC.
12. Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner dan Suddarth Edisi 8. Alih bahasa oleh Agung
Waluyo…(dkk). EGC : Jakarta.
13. Wiwit, S. 2010. STROKE & Penanganannya. Jogjakarta : Katahati
14. Yastroki, 2012 . Stroke Penyebab Kematian Urutan Pertama di Rumah Sakit
Indonesia. http://www.yastroki.or.id.html diakses tanggal 5 Mei 2015
11

LAPORAN KASUS

Nama : Ferri Abdilan


Umur : 44 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status : Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Kelurahan Kuala

ANAMNESA PENYAKIT
 Keluhan utama : Sulit Menelan
 Telaah : Os datang ke IGD RSUD DR RM Djoelham pada hari
Kamis, 5 Juli 2018 dengan keluhan sulit menelan sejak 1 minggu yg lalu
disertai tubuh lemah sebelah kiri. Os mengaku badan semakin lemas, sulit
untuk berbicara dan mulut mencong ke sebelah kanan.
 RPT : Tidak Ada
 RPO : Tidak Jelas

STATUS PRESENT
 Kesadaran : Somnolen
 Tekanan darah : 180/100 mmHg
 Frekuensi nadi : 116 x/i
 Frekuensi nafas : 28 x/i
 Suhu : 39 °C

TANDA RANGSANGAN MENINGEAL


 Kaku kuduk : (-)
 Brudzinski : I (-), II (-), III (-), IV (-)
 Kernig Sign : (-)
12

TANDA RANGSANGAN RADIKULAR


 Laseque :(-)
 Cross Laseque :(-)
 Lhermitte test :(-)

PEMERIKSAAN NERVUS CRANIALIS


N.I (Olfactorius)
 Normosmia :(+)
 Hiposmia : (TDP)
 Hiperosmia : (TDP)
 Parosmia : (TDP)
 Kakosmia : (TDP)

N.II (Optikus)
 Reflek pupil
Kanan Kiri
Langsung + +
Tidak Langsung + +

 Tes konforntasi : (TDP)

N.III, N.IV, NVI (Oculomotorius, Trochlearis, Abdusen)


 Gerak bola mata : (+/+)
 Ptosis : (-/-)
 Dolls Eye Phenomenon :(-)
13

N.V (Trigeminus)
 Sensorik
Kanan Kiri
N-V1 + +
N-V2 + +
N-V3 + +
 Motorik : ( + ) Deviasi rahang bawah ke kiri.
 Reflek kornea :(+)
 Reflek masseter :(+)

N.VII (Facialis)
 Sensorik : (TDP)
 Motorik
 Mengerutkan dahi : ( + ) Asimetris, sisi kiri tidak terangkat
 Menutup mata :(+)
 Sudut mulut : ( Asimetris ) tertarik kesisi kanan
 Lagoftalmus :(-)
 Reflek
 Stapedial reflex :(+)
 Glabela reflex :(+)

N.VIII (Vestibulotroklearis)
 Keseimbangan
 Nistagmus : (TDP)
 Test romberg : (TDP)
 Pendengaran : (TDP)

N.IX, N.X (Glosopharingeus, Vagus )


 Reflek menelan :(-)
 Reflek batuk :(-)
14

 Reflek muntah :(-)


 Gerakan palatum : ( + ) Elevasi palatum asimetris sisi kiri
 Gerakan uvula : ( + ) Asimetris deviasi ke kiri

N.XI ( Accesorius )
 Kekuatan m.sternokleidomastoideus :(+)
 Kekuatan m.trapezius :(+)

N.XII (Hipoglossus)
 Menjulurkan lidah : ( + ) Deviasi ke sisi kiri
 Menggerakkan kelateral :(+)
 Fasikulasi :(-)
 Atropi :(-)

PEMERIKSAAN MOTORIK
A. Reflek
1. reflek fisiologis
 anggota gerak atas
Biceps : Kanan ( + ), Kiri ( menurun )
Triceps: Kanan ( + ), Kiri ( menurun )
Brachii : Kanan ( + ), Kiri ( menurun )
 anggota gerak bawah
APR : Kanan ( + ), Kiri ( menurun )
KRP : Kanan ( + ), Kiri ( menurun )
Telapak kaki : (+)
2. Reflek patologis (kanan/kiri)
 Babinski : (-/+)
 Oppenheim : (-/-)
 Chaddock : (-/-)
 Gordon : (-/-)
 Schaefer : (-/-)
15

 Hoffman : (-/-)
 Tromner : (-/-)
 Rosolimo : (-/-)

B. Kekuatan otot
Dextra Sinistra
Extremitas
5|5|5|5|5 3|3|3|3|3
superior
Extremitas
5|5|5|5|5 2|2|2|2|2
inferior

C. Tonus otot
* Hipotonia (TDP)
* Hipertonia (TDP)

D. Sensibilitas
Nyeri (TDP)
Raba (TDP)
Getar (TDP)
Suhu (TDP)
Posisi (TDP)

E. Sistem Ektrapiramidal
1. Tremor : ( TDP )
2. Korea : ( TDP )
3. TICS : ( TDP )
4. Fasikulasi : ( TDP )
5. Myoclonic jersk : ( TDP )
6. Atetosis : ( TDP )
7. Asterixis : ( TDP )
8. Balismus : ( TDP )
16

9. Tardive dyskinesia : ( TDP )

F. SISTEM KOORDINASI
1. Test Romberg : (TDP)
2. Tandem walking : (TDP)
3. Finger to finger test :(-)
4. Finger to nose test : (+/-)
5. Nose finger nose test : (+/-)

G. FUNGSI KORTIKAL
1. Atensi / Konsentrasi : (+)
2. Disorientasi : (-)
3. Kecerdasan : (+)
4. Bahasa : (+)
5. Memory : (+)
6. Gnosia : (TDP)
7. Visio-contructive : (TDP)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
 Darah lengkap
 Ureum / Kreatinin
 KGD
Tanggal Pemeriksaan : 14-7-2018
 Hematologi
 Hb : 14,2 g/dl
 Eritrosit : 4,74 jt/uL
 Hematoktrit : 41,5 %
 Lekosit : *16,08 rb/mm3
 Trombosit : *470,7 rb/mm3
17

 Index Eritrosit
 MCV : 87,6 fL
 MCH : 30,0 pg
 MCHC : 34,2 %
 RDW-CV : 11,9 %
 MPV : *6,0 fL
 Hitung Jenis Leukosit
 Basofil : 0,69 %
 Neutrofil : *76,89 %
 Limfosit : *12,74 %
 Eosinofil : *0,54 %
 Monosit : *9,14 %
2. Radiologi
 CT Scan kepala
 Hasil Pemerikaan Foto :
• Tampak lesi hypodence, kecil-kecil berbatas relative tegas
pada basal ganglia di lateral terutama kanan.
• Sulci dan gyyri baik.
• Kedua fisura sylvii tidak melebar.
• System ventrikel dan sisterna tidak melebar.
• Diferensiasi white dan gray matter jelas
• Tidak tampak adanya pergeseran garis tengah.
• Infratentorial:pons, cerebellum, cpa baik.
• Sinus paranasal yang tervisualisasi bersih
• Pneumatisasi mastoid air cell baik.
• Kedua bulbus okuli intake.
• Tulang-tulang dan jaringan lemak yang tervisualisasi baik.
 Kesimpulan Hasil Foto :
 Sugestive infark lacunar basal ganglia bilateral, Terutama
Kanan.
18

DIAGNOSA BANDING
1. Stroke Ischemic
2. Stroke Hemoragik
3. Brain Tumor

DIAGNOSA KLINIS : Hemiparesis Sinistra ec Stroke Ischemic

TERAPI
 Terapi Awal ( IGD )
1. Pasang NGT
2. IVFD RL20 gtt/i
3. Inj. Ranitidin 1 ampul / 12 jam
4. Inj Citicolin 250 mg / 8 jam
5. Injeksi Ceftriaxone 1gr/12 jam (Skin-Test)
6. Paracetamol Infus / 8 jam jika demam
7. Amlodipin 10mg 1x1
8. Candesartan 8 mg 1x1

 Terapi Rawat Inap


1. IVFD RL 20 gtt/i
2. Inj Citicolin 1 ampul / 8 jam
3. Injeksi Ranitidin 1 ampul / 12 jam
4. Aminofluid 1fl/hr
5. Paracetamol Infus / 8 jam
6. Injeksi Ceftriaxone 1 gr / 12 jam
7. Antasida Syrup 3x1 sendook makan
8. Amlodipin 10 mg 1x1
9. Valsartan 80 mg 1x1
10. Pasang NGT  Diazepam 1 amp IV bila perlu
19

FOLLOW UP HARIAN

Tanggal TTV Keluhan

05 Juli 2018 TD : 130/80 mmHg Pasien mengatakan badan


HR : 84x/i lemas (+), nafsu makan
RR : 20 menurun (+), mual (+)
T : 36 C
06 Juli 2018 TD : 120/80 mmHg Pasien mengatakan badan
HR : 98x/i lemas (+), nafsu makan
RR : 24x/i menurun (+), mual (-)
T : 36,4 C
07 Juli 2018 TD : 110/70 mmHg Pasien mengatakan badan
HR : 80x/i lemas (-), sudah bisa
RR : 20x/i menggerakkan tangan kanan
T : 36 C dan kaki kanan sedikit-
sedikit, nafsu makan
meningkat (+), pasien
mengeluh sedikit nyeri
pinggang.
08 Juli 2018 TD : 110/70 mmHg Pasien tidak ada keluhan,
HR : 80x/i
RR : 20x/i
T : 36,4C

ANJURAN
• Bantu pasien dalam melakukan aktifitas
• Minum obat yang teratur
• Bed rest
20

SKOR GADJAH MADA


Penurunan kesadaran +
Nyeri kepala -
Reflek babinsky +
21

SKOR SIRIRAJ
Jenis pemeriksaan Point Nilai
Kesadaran Compos mentis 0 X2,5 2,5
Somnolen & stupor 1
Semi koma & koms 2
Muntah 2 jam Tidak ada 0 X2 0
terakhir Ada 1
Nyeri kepala 2 jam Tidak ada 0 X2 0
terakhir Ada 1
Atheroma Tidak ada 0 X3 0
Ada 1
Tekanan diastolik 100 X0,1 10
Konstanta -12
Jumlah 0,5
Interpretasi :
Skor SSS >1 : Perdarahan supratentorial
Skor SSS < -1 : infark Serebri
Skor SSS -1 s/d : Meragukan
22

SKOR HASANUDIN
1 TEKANAN DARAH
 Sistole >200, Diastole >110 7,5 1
 Sistole <200, Diastole <110 1
2 WAKTU TERJADINYA SERANGAN
 Sedang bergiat 6,5 1
 Tidak sedang bergiat 1
3 SAKIT KEPALA
 Sangat hebat 10
 Hebat 7,5 0
 Ringan 1
 Tidak ada 0

4 KESADARAN MENURUN
 Langsung beberapa menit s/d 1 jam sesudah onset 10
 1 jam s/d 24 jam setelah onset 7,5
 Sesaat tapi pulih kembali 6 7,5
 >24 jam sesudah onset 1

 Tidak ada 0

5 MUNTAH PROYEKTIL
 Langsung beberapa menit s/d 1 jam sesudah onset 10
 1 jam s/d 24 jam setelah onset 7,5 0
 >24 jam sesudah onset 1

 Tidak ada 0

Interpretasi : Stroke Non Hemoragik (NHS) <15 , Nilai tertinggi : 44 9,5


Stroke Hemoragik (HS) >15 Nilai terendah :2
23

 Kesimpulan Hasil Foto :


• Sugestive infark lacunar basal ganglia bilateral, Terutama
Kanan.

Anda mungkin juga menyukai