Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1. A. Latar Belakang
Hipertensi adalah faktor risiko utama penyakit-penyakit kardiovaskular yang merupakan penyebab
kematian tertinggi di Indonesia. Data penelitian Departemen Kesehatan RI menunjukkan hipertensi
dan penyakit kardiovaskular masih cukup tinggi dan bahkan cenderung meningkat seiring dengan
gaya hidup yang jauh dari perilaku hidup bersih dan sehat, mahalnya biaya pengobatan hipertensi,
disertai kurangnya sarana dan prasarana penanggulangan hipertensi.

Stroke, hipertensi dan penyakit jantung meliputi lebih dari sepertiga penyebab kematian, dimana
stroke menjadi penyebab kematian terbanyak 15,4%, kedua hipertensi 6,8%, penyakit jantung
iskemik 5,1%, dan penyakit jantung 4,6% (Hasil Riskesdas 2007). Data Riskesdas 2007 juga
disebutkan prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar 30% dengan insiden komplikasi penyakit
kardiovaskular lebih banyak pada perempuan (52%) dibandingkan laki-laki (48%).

Demikian pernyataan Ketua Perhimpunan Hipertensi Indonesia atau Indonesian Society of


Hipertension (InaSH) Dr. Adre Mayza, Sp.S(K) saat Pers Conference The 3rd Scientific Meeting on
Hypertension, Sabtu, 28 Februari 2009, Hotel Ritz Carlton Jakarta. Prevalensi hipertensi yang tinggi
terdapat baik pada populasi laki-laki maupun perempuan, di perkotaan ataupun di pedesaan, dimana
semakin tinggi usia semakin tinggi pula prevalensinya atau bertambahnya usia kemungkinan terkena
hipertensi juga menjadi lebih besar. Dr. Adre Mayza mengatakan, untuk menanggulangi masalah
hipertensi yang semakin meningkat, Perhimpunan Hipertensi Indonesia (InaSH) yang terdiri dari para
dokter spesialis mengadakan pertemuan rutin tahunan untuk membuat Konsensus (berupa buku saku)
Penanggulangan Hipertensi dan meningkatkan kemampuan dokter umum dalam penanggulangan
hipertensi. Pertemuan kali ini merupakan ketiga kalinya yang dihadiri oleh sekitar 1700 orang dari
seluruh Indonesia. Tema pertemuan ini adalah “Menurunkan angka kematian dan kesakitan akibat
penyakit kardiovaskular dan meningkatkan kualitas hidup sebagai sasaran utama pengelolaan
hipertensi”, tambah Dr. Adre Mayza. Menurut Dr. Adre Mayza, InaSH telah bekerjasama dengan
Departemen Kesehatan RI untuk membangun sistem penanggulangan hipertensi yang terintegrasi
secara holistik dari berbagai tingkat pelayanan dan berbagai bidang spesialisasi. Selain itu, InaSH
juga akan membuat pelatihan bagi dokter umum dalam mendiagnosis hipertensi yang benar, membuat
laporan, melakukan penelitian-penelitian dalam skala kecil maupun besar yang akan menjadi kredit
poin untuk meningkatkan karir atau melanjutkan pendidikan.

Berdasarkan laar belakang dan data tersebut si atas, penulis berpendapat bahwa hipertensi masih
memerlukan berbagai penanganan secara konprehensif dan keikutsertaan klien dan keluarga sangat
membantu dalam upaya memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Untuk itu, penulis ingin
mengetahui dan memahami lebih lanjut tentang penanganan/asuhan terhadap klien dengan
“hipertensi” yang tersusun sebagai karya tulis/makalah dengan judul “Asuhan keperawatan pada
klien Ny. U dengan gangguan sistem kardiovaskular : hipertensi di Ruangan Melati YARSI
Daerah Kabupaten Tasikmalaya”.
1. B. Ruang Lingkup Penulisan
Ruang lingkup penulisan makalah ini terbatas pada pemberian asuhan keperawatan pada klien Ny. U
dengan gangguan sistem kardiovaskular : hipertensi di Ruang Melati YARSI tasikmalaya meliputi
tahap pengkajian, perencanaan, diagnosa, implementasi, dan evaluasi.

1. C. Tujuan Penulisan
2. 1. Tujuan umum
Memahami dan menerapkan asuhan keperawatan terhadap klien dengan gangguan sistem
kardiovaskular : hipertensi, secara komprehensipf meliputi aspek biopsikososio spiritual

1. 2. Tujuan khusus
Melalui pendekatan proses keperawatan aspek biopsikososio spiritual diharapkan siswa mampu:

1. Mampu melaksanakan pengkajian terhadap klien dengan gangguan sistem


kardiovaskular: hipertensi
2. Mampu mendiagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah.
3. Mampu membuat rencana tindakan dan rasional dalam praktek nyata sesuai
dengan masalah yang diprioritaskan.
4. Mampu melaksanakan tindakan dalam praktek nyata sesuai dengan masalah yang
telah diprioritaskan.
5. Mampu menilai dan mengevaluasi hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan
pada klien hipertensi.
6. Mampu mendokumentasikan rencana tindakan asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
7. Mampu membahas kesenjangan yang terjadi antara teori yang diperoleh dengan
studi kasus/ penerapan di lapangan.
A. D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan adalah melalui pendekatan studi kasus, yaitu metode yang memberikan
gambaran terhadap suatu kejadian atau keadaan yang sedang berlangsung melalui proses
keperawatan. Adapun teknik-teknik yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dengan
cara:

1. Wawancara
Penulis mengadakan wawancara dengan klien, keluarga, dan petugas kesehatan lain untuk
mendapatkan data subjektif dari klien.

1. Studi Dokumentasi
Data-data yang dudapatkan dari rekam medis klien di ruangan, seperti catatan keperawatan, catatan
dokter, dan tim kesehatan lain.

1. Studi Kepustakaan
Untuk mendapatkan literatur dan tinjauan teoritis, baik mengenai konsep dasar penyakit maupun
konsep asuhan keperawatan.

1. Observasi
Melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung pada klien dan mengamati langsung perubahan-
perubahan yang terjadi untuk memperoleh data serat mencatat hal-hal penting termasuk pemeriksaan
fisik

1. Pemeriksaan fisik meliputi:


 Inspeksi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara melihat apakah terdapat
luka, ada tidaknya hematom, dan lain-lain.
 Palpasi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara meraba, yaitu apakah ada
masa atau tidak.
 Perkusi adalah pemeiksaan fisik dilakukan dengan cara mengetuk dengan
menggunakan reflek hammer.
 Auskultasi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan mendengarkan dengan
menggunakan stetoskop.
1. E. Sistematika Penulisan
Penulis membangi penulisan makalah ini dalam 5 Bab, yang terdiri dari:

Bab I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan,
dan teknik pengumpulan data, serta sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan teoritis, yang terdiri dari konsep dasar yang terdiri dari definisi, anatomi dan
fisiologi, etiologi, manifestasi klinik, patofisiologi, penatalaksanaan medis, dan konsep dasar asuhan
keperawatan.

Bab III : Tinjauan kasus, yang terdiri dari 5 tahapan proses keperawatan mulai dari pengakajian,
dignosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

Bab IV : Pembahasan, yaitu berisi tentang kesenjanagn dari hasil yang didapatkan di lapangan
dengan teori yang ada, meliputi pengakajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi.
Bab V : Penutup, berisi kesimpulan dan saran penulis terhadap hasil asuhan keperawatan pada
klien Ny. U dengan gangguansistem kardiovaskular : hipertensi.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1. A. Definisi
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan
diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan tekanan darah
diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,1996).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau
lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg ataulebih. (Barbara Hearrison 1997)

Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi
sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan
diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena
dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995 ).

Berdasarkan definisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa hipertensi adalah suatu keadaan
dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih atau tekanan darah diastolik
90 mmHg atau lebih.

1. B. Anatomi dan Fisiologi hipertensi


2. 1. Anatomi
A. Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas kanannya terdapat pada
sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular.
Hubungan jantung adalah:
Atas- : pembuluh darah besar
Bawah- : diafragma
Setiap sisi : paru-
Belakang : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis

1. Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ. Arteri terdiri dari lapisan
dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya besar
memiliki laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk menghantarkan darah untuk organ),
arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah yang disampaikan pada
suatu organ).

Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:

 Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada
setiap detiknya
 Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak
dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.
Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang
sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi
pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena
arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat
terjadi “vasokonstriksi”, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu
mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
 Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan
darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu
membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh
meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya, jika:

 Aktivitas memompa jantung berkurang


 Arteri mengalami pelebaran
 Banyak cairan keluar dari sirkulasi
Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.
Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan
sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).

Perubahan fungsi ginjal

Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:

 Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air,
yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan
darah ke normal.
 Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air,
sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.
 Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang
disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensin, yang selanjutnya
akan memicu pelepasan hormon aldosteron.
Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah; karena itu berbagai penyakit
dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.

Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa
menyebabkan hipertensi.

Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan
darah.

1. Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot dinding arteriol dapat
berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat
lokal, suplai darah pada jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah akan
meningkat

1. Pembuluh darah utama dan kapiler


Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan langsung dari arteriol ke
venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh darah utama.

1. Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga sampai empat kali lebih
besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel sistem retikulo-endotelial. Pada tempat
adanya sinusoid, darah mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak terjadi
melalui ruang jaringan

1. Vena dan venul


Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk oleh gabungan venul. Vena
memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara sempurna satu sama lain.

1. 2. Fisiologi
Jantung mempunyai fungsi sebagai pemompa darah yang mengandung oksigen dalam sistem arteri,
yang dibawa ke sel dan seluruh tubuh untuk mengumpulkan darah deoksigenasi (darah yang kadar
oksigennya kurang) dari sistem vena yang dikirim ke dalam paru-paru untuk reoksigenasi (Black,
1997)
1. C. Klasifikasi Dan Manifestasi Klinis
Klasifikasi Hipertensi hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia

Systole (mmHg) Dan/atau Diastole(mmHg)


Kategori
<120 dan <80
Normal

120-139 Atau 80-89


Prehipertensi
140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 1

>=160 Atau >=100


Hipertensi tahap 2

>=140 Atau <90


Hipertensi sistol
terisolasi

Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian, gejala baru
muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala lain yang sering
ditemukan adalah sakit kepala, epitaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sulit tidur,
mata berkunang-kunang dan pusing.

Selain itu manifestasi klinik pada penderita hipertensi adalah sebagia berikut:

Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg


Sakit kepala
Epistaksis
Pusing / migrain
Rasa berat ditengkuk
Sukar tidur
Mata berkunang kunang
Lemah dan lelah
Muka pucat
Suhu tubuh rendah
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi
pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan
segera.

1. D. Etiologi
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon
peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.

Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:

 Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atautransport


Na.
 Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang
mengakibatkantekanan darah meningkat.
 Stress Lingkungan.
Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta pelabaran pembuluh darah
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:

1. Hipertensi Esensial/Hipertensi Primer: yang tidak diketahui penyebabnya, disebut


juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang
mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf
simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na. Peningkatan Na dan
Ca intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko, seperti: obesitas,
alkohol, merokok serta polisitemia.
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung dan
pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.

Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita
hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan
hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal
yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).

Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkoholatau garam
dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang
diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stres
telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.
1. Hipertensi Sekunder/Hipertensi Renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab
spesifiknya diketahui seperti penggunaan esterogen, penyakit ginjal, hipertensi
vaskular renal. Hiperaldosteronisme primer dan sindrom cushing, feokromusitoma,
koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:

1. Penyakit Ginjal
 Stenosis arteri renalis
 Pielonefritis
 Glomerulonefritis
 Tumor-tumor ginjal
 Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
 Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
 Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2. Kelainan Hormonal
 Hiperaldosteronisme
 Sindroma Cushing
 Feokromositoma
3. Obat-obatan
 Pil KB
 Kortikosteroid
 Siklosporin
 Eritropoietin
 Kokain
 Penyalahgunaan alkohol
 Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
4. Penyebab Lainnya
 Koartasio aorta
 Preeklamsi pada kehamilan
 Porfiria intermiten akut
 Keracunan timbal akut.
1. E. Patofisiologi
1. F. Faktor Predisposisi
2. Factor yang tidak dapat diubah
 Usia, jenis kelmin, RAS, riwayat TIA dan stroke, penyakit jantung koroner,
fibrilasi atrium, heterozygote atau homozygote untuk homositinuria.
1. Factor yang dapat diubah
 Hipertensi, Dm, hiperurisemia, merokok, pnyalahgunaan alcohol dan obat,
kontrasepsi oral, Ht meningakat, bruit karotis asimtomatis dan displidemia.

1. G. Pemeriksaan penunjang
A. Pemeriksaan Laborat
i. i. Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari
sel-sel terhadap volume cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan
factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
ii. ii. BUN / kreatinin : memberikan informasi
tentang perfusi / fungsi ginjal.
iii. iii. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah
pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar
ketokolamin.
iv. iv. Urinalisa : darah, protein, glukosa,
mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM.
v. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
vi. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
vii. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu
ginjal,perbaikan ginjal.
viii. Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area
katup,pembesaran jantung.

1. H. Penatalaksanaan
 Penatalaksanaan Non Farmakologis
 DietPembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat
menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin
dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
 Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
denganbatasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan,
jogging,bersepeda atau berenang.
 Penatalaksanaan Farmakologis
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
 Mempunyai efektivitas yang tinggi.
 Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
 Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
 Tidak menimbulakn intoleransi.
 Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
 Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat – obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi sepertigolongan diuretic,
golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,golongan penghambat konversi rennin angitensin.

1. I. Konsep dasar asuhan keperawatan


2. 1. Proses keperawatan
Proses keperawatan adalah dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik keperawatan. Hal ini
disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu, tehnik dan keterampilan
interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasien baik sebagai individu, keluarga
maupun mayarakat (Nursalam, 2001). Iyer et all (1996) mengemukakan dalam proses keperawatan
terdiri dari 5 tahap yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber, untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi
status kesehatan klien (Nursalam, 2001).

1) Biodata

Mencakup identitas klien, meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, no.
medrek, Dx medis, tanggal masuk, dan tanggal pengkajian.

2) Riwayat kesehatan

a) Keluhan Utama

Pada kasus hipertensi, ditemukan keluhan utama adanya pusing yang hebat.

b) Riwayat Kesehatan/ Penyakit Sekarang

Riwayat penyakit sekarang ditemukan pada saat pengkajian yang sedang dijabarkan dari keluhan
utama dengan menggunakan PQRST, yaitu:

P = paliative/provokatif; hal-hal yang menyebabkan bertambah/bekurannya keluhan utama.

Pada kasus hipertensi, ditemukan adanya rasa pusing. Keluhan dirasakan semakin berat bila
melakukan aktivitas yang berat.

Q = Quality/Quantity; tingkat keluhan utama.

R = region; yaitu lokasi keluhan utama.

Pada kasus hipertensi ditemukan adanya pusing yang tak tertahankan di seluruh bagian kepala

S = savety; yaitu intensitas dari keluhan utama, apakah sampai mengganggu aktivitas atau tidak,
seperti bargantug pada derajat beratnya.

T = timing; yaitu kapan mulai muncul dan berapa lama berlangsungnya.

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja
beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal
sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing,
wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada
seseorang dengan tekanan darah yang normal.
c) Riwayat Kesehatan Dahulu

Saat dikaji pasien hipertensi biasanya didapat riwayat penyakit jantung koroner, merokok,
penyalahgunaan obat, tingkat stress yang tinggi, dan gaya hidup yang kurang beraktivitas.

d) Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat penyakit kronis/generative keluarga yang ada hubungannya dengan adanya penyakit jantung,
stroke, dan lain-lain.
e) Aspek psikologis

Pada aspek psikologis, ditemukan adanya tingkat stress yang tinggi pada klien, emosi yang labil.

f) Aspek Sosial

Pada aspek social tidak ditemukan hubungan ketergantungan karena klien masih bisa melakukan
aktifitasnya namun agak sedikit terganggu.

g) Aspek spiritual

Pada aspek ini, ditemukan adanya keterbatasan melakukan aktivitas keagamaan.

1. 2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi:

1. Keadaan umum
 Kaji tingkat kesadaran ( GCS ) kehilangan sensasi, susunan saraf dikaji (Nevrus I-
XII )gangguan penlihatan, gangguan ingatan
 Mengkaji tanda-tanda vital
Kesadaran bisa compos mentis sampai mengalami penurunan keadaran kehilangan sensasi, susunan
saraf dikaji (I-XII) gangguan penglihatan, gangguan ingatan, tonus otot menurun dan kehilangan
reflek tonus, BB biasanya mengalami penurunan, tanda-tanda vital biasanya melebihi batas normal.

Batas normal TTV menurut Hidayat, 2000 adalah sebagai berikut:

Umur Suhu Nadi Pernafasan TD


70-75x/mnt 15-20x/mnt 120/80 mmHg
18th/lebih 37,0oC
70-75x/mnt 15-20x/mnt 140/90 mmHg
65th /lebih 36,0oC
GCS (glaslow coma scale):

Respon membuka:

 Spontan 4
 Berdasarkan perintah verbal 3
 Berdasarka rangsangan nyeri 2
 Tidak member respon 1
Respon motorik:

 Menurut perintah 6
 Melikalisir rangsangan nyeri 5
 Menarik/berlawanan rangsangan nyeri 4
 Fleksi abnormal (terhadap nyeri) 3
 Ekstensi (terhadap nyeri) 2
 Tidak member respon 1
Respon verbal:

 Orientasi baik 5
 Konversi kacau (bicara bingung) 4
 Kata-kata kacau (tidak sesuai) 3
 Bersuara inkomprehensif (suara tidak ada kata) 2
 Tidak memberikan respon 1
NILAI:

15 : Compos mentis

12-14 : Somnolen

8-11 : Soporus

3-7 : Coma

1. System pengindraan (penglihatan)


Pada kasus hipertensi, terdapat gangguan penglihatan seperti penglihatan menurun, buta total,
kehilangan daya lihat sebagian (kebutaan monokuler), penglihatan ganda, (diplopia)/gangguan yang
lain. Ukuran reaksi pupil tidak sama, kesulitan untuk melihat objek, warna dan wajah yang pernah
dikenali dengan baik.

1. System penciuman
Terdapat gangguan pada system penciuman, terdapat hambatan jalan nafas.

1. System pernafasan
Adanya batuk atau hambatan jalan nafas, suara nafas tredengar ronki ( aspirasi sekresi)

1. System kardiovaskular
Nadi, frekuensi dapat bervariasi (karena ketidakstabilan fungsi jantung atau kondisi jantung),
perubahan EKG, adanya penyakit jantung miocard infark, rematik atau penyakit jantung vaskuler.

1. System pencernaan
Ketidakmampua menelan, mengunyah, tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi sendiri.

1. System urinaria
Terdapat perubahan system berkemih seperti inkontinensia.

1. System persarafan
 Nevrus 1 Olfaktori (penciuman)
 Nevrus II Optic (penglihatan)
 Nevrus III Okulomotor ( gerak ekstraokuler mata, kontriksi dilatasi pupil)
 Nevrus IV Trokhlear (gerak bola mata ke atas ke bawah)
 Nevrus V Trigeminal (sensori kulit wajah, penggerak otot rahang)
 Nevrus VI Abdusen (gerak bola mata menyamping)
 Nevrus VII Fasial (ekspresi fasial dan pengecapan)
 Nevrus VIII Oditori (pendengaran)
 Nevrus IX Glosovaringeal (gangguan pengecapan, kemampuan menelan, gerak
lidah)
 Nevrus X Vagus (sensasi faring, gerakan pita suara)
 Nevrus Asesori (gerakan kepala dan bahu)
 Nevrus XII Hipoglosal (posisi lidah)
1. System musculoskeletal
Kaji kekuatan dan gangguan tonus otot, pada klien hipertensi didapat klien merasa kesulitan untuk
melakuakn aktvitas karena kelemahan, kesemuatan atau kebas.

1. System integument
Keadaan turgor kulit, ada tidaknya lesi, oedem, distribusi rambut.
1. J. Analisa data

No. Data focus Etiologi Masalah


DS:
– Riwayat hipertensi

– Ateroskelosis

Medulla
– Penyakit jantung
koroner/katup dan
penyakit serebrovaskular Saraf simpatis

– Epsodepalpitasi Ganglia simpatis

– Perpirasi Tekanan darah

DO: Kontriksi

– Kenaikan TD Peningkatan tekanan darah


Peningkatan
1. tekanan darah

DS:
– Kelemahan

– Letih

– Nafas pendek

– Gaya hidup
Peningkatan CO
monoton

Peningkatan afterload
DO:

Frekuensi jantung meningkat


– Frekuensi jantung
meningkat
Kelelahan
– Perubahan irama
jantung Tachipnea

– Takipnea Aktivitas terhambat


2. Intoleransi aktivitas

DS:
– Keluhan
Saraf simpatis
pusing/pening, berdenyut

Ach
– Sakit kepala
suboksipital
Saraf pasca ganglion
– Gangguan
Gangguan rasa
penglihatan Aorepinefrine
nyaman:
3. nyeri(sakit) kepala
DO: Konriksi

– Perubahan Sakit kepala


keterjagaan

– Afek

– Orientasi

– Proses piker

Ginjal/rennin

Angiotention I

DS: Angiotension II
– Gangguan ginjal
(infeksi/obstruksi atau Aldosteron
riwayat penyakit gnjal
sebelumnnya)

DO: Retersi Na dan H2O


Intravascular
– Gangguan pola
eliminasi Perubahan perfusi jaringan
Potensial perubahan
4. perfusi jaringan

1. K. Diagnosa keperawatan
2. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
A. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
B. Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskuler serebral.
C. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan
dengan gangguan sirkulasi
i. L. Perencanaan
1. Diagnosa Keperawatan 1. :
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi
iskemia miokard.
Kriteria Hasil : Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan
darah / beban kerja jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu yang
dapatditerima, memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam
rentangnormal pasien.
Intervensi :
 Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat.
 Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
 Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
 Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler.
 Catat edema umum.
 Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
 Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi
 Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
 Lakukan tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung dan leher
 Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
 Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
 Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
 Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
Diagnosa Keperawatan 2. :
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan O2.
Tujuan : Aktivitas pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil :Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / diperlukan,melaporkan
peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
Intervensi :
 Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter
:frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat
peningkatanTD, dipsnea, atau nyeridada, kelelahan berat dan kelemahan,
berkeringat,pusig atau pingsan. (Parameter menunjukan respon fisiologis
pasienterhadap stress, aktivitas dan indicator derajat pengaruh kelebihan
kerja/ jantung).
 Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan /
kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian padaaktivitas
dan perawatan diri. (Stabilitas fisiologis pada istirahatpenting untuk
memajukan tingkat aktivitas individual).
 Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri. (Konsumsioksigen
miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen
yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatantiba-tiba pada
kerja jantung).
 Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi,
menyikat gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya. (teknik penghematan
energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu
keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen).
 Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas.(Seperti
jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas danmencegah
kelemahan).
Diagnosa Keperawatan 3. :
Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral
Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat.
Kriteria Hasil : Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman.
Intervensi :
 Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
 Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan.
 Batasi aktivitas.
 Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin.
 Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan.
 Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi
nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi.
Diagnosa keperawatan 4. :
Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan
sirkulasi.
Tujuan : Sirkulasi tubuh tidak terganggu.
Kriteria Hasil : Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan
dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai
laboratorium dalam batas normal.
Intervensi :
 Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur.
 Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan
pemantau tekanan arteri jika tersedia.
 Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan.
 Amati adanya hipotensi mendadak.
 Ukur masukan dan pengeluaran.
 Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan.
 Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan.
1. M. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari aapa yang sudah direncanakan dari setiap diagnose yang
muncul.

1. N. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, proses yang continue yang penting untuk
menjamin kualitas dan ketetapan perawatan yang diberikan dan dilakukan dengan meninjau respon
pasien untuk menentukan keaktifan rencana perawatan dan memenuhi kebutuhan pasien.

BAB III
TINJAUAN KASUS

1. A. Pengkajian
2. a. Identitas klien
Nama : Ny. U

Umur : 60 tahun

Jenis kelamin : perempuan

Agama : islam

Pekerjaan : ibu rumah tangga

Alamat : Desa “P” kecamatan “C” – Tasikmalaya

No. medrek : 055347

Ruangan : cempaka

Dx. Medis : hipertensi

Tanggal masuk : 08 April 2011 jam 12.00 WIB

Tanggal pengkajian : 08 April 2011 jam 14.00 WIB

1. b. Identitas penanggung jawab


Nama : Tn. E

Umur : 40 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Agama : Islam
Alamat : desa pakemitan kidul kec. Ciawi Tasikmalaya

Hubungan dengan klien : anak

1. c. Keluhan utama
Pusing / sakit kepala

1. d. Riwayat kesehatan sekarang


Pada tanggal 07 April 2011 jam 11.00 WIB klien sedang beraktivitas seperti biasa, beberapa saat
kemudian klien merasakan sakit kepala, pada saat yang bersamaan klien sedang flu. Kemudian sakit
kepala yang dirasakan semakin berat setelah klien mandi dengan mengguanakan air dingin. Kemudia
pada tanggal 08 April 2011 jam 08.30 WIB oleh keluarga klien dibawa ke UGD YARSI Tasikmalaya
dan dirawat di Ruang melati jam 09.00 WIB, pada saat dikaji jam 10.00 WIB keluarga klien
mengatakan pada malam harinya klien tidak bias tidur karena sakit kepala yang dirasakannya,
ditambah juga klien merasa sakit perut. Selama dirawat klien agak terbatas memenuhi ADL sehingga
untuk memenuhinya dibantu sebagian oleh keluarga.

1. e. Riwayat kesehatan dahulu


Keluarga klien mengatakan klien mempunyai riwayat hiperteni 5 tahun yang lalu sejak usia klien 55
tahun, klien rutin mengontrol tekanan darahnya karena klien mempumyai alat pengukur tekanan
darah sendiri dirumahnya, terakhir sebelum dibawa ke rumah sakit tekanan darahnya 170/100 mmHg.
Klien juga mempunyai penyakit maag karena pola makan yang tidak teratur.

1. f. Riwayat kesehatan keluarga


Keluarga klien mengatakan di keluarga hanay klien yang mempunyai riwayat hipertensi, dan di
keluarga juga tidak mempunyai riwayat penyakit kronis lainnya, seperti TBC, DM, asma dan lain-
lain.

1. g. Aspek psikologis
keluarga klien mengatakan klien mudah panic dan gelisah jika mendengar sesuatu yang mengejutkan
dan setelah itu tekanan darahnya akan naik.

1. h. Aspek social
Hubungan klien dengan keluarga sangat baik, terbukti anaknya bergantian menjaganya selama di
Rumah Sakit. Hubungan klien dengan lingkungan juga sangat baik, terbukti banyak yang
menjenguknya,

1. i. Aspek spiritual
Klien dan keluarga beragama islam menurut keluarga selama sehatnya klien rajin beribadah, begitu
juga selama dirawat di rumah sakit.

1. B. Pemeriksaan fisik
2. a. Pemeriksaan umum
– Keadaan umum : lemah

– Kesadaran : compos mentis

Nilai GCS : 15
Respon membuka :4

Respon motorik :6

Repon verbal :5

– TD : 180/100 mmHg

– R : 25x/menit

– N : 85x/menit

– S : 36oC

1. b. System pengindraan
1) Sistem penglihatan

Inspeksi : bentuk mata dan bola mata simetris, reflek pupil klien baik, saat ada rangsangan cahaya
miosis, konjungtiva tak anemis, sclera tidak ikterik, gerakan bola mata baik.

Palpasi : tidak terdapat lesi atau oedema, tidak dirasakan nyeri tekan.

2) System pendengaran

Bentuk dan letak simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran cukup baik karena klien mampu
mengerjakan apa saja yang diperintahkan.

3) System penciuman

Bentuk dan letak simetris, klien di tes dengan mengguanakan alcohol dan kopi disertai dengan tulisan
alcohol dan kopi, klien dapat menunjuk dengan tepat bau yang dirasakan.

4) System pengecapan

Keadaan lidah sedikit kotor, klien dites dengan menggunakan garam dan gula disertai tulisan garam
dan gula, klien dapat menunjuk dengan tepat apa yang dirasakan.

5) System integument

Gastisitas/turgor kulit baik walaupun saat di tarik kulit klien kembali ke semuala +/- 3-5 detik karena
proses penuaan, tidak ada lesi, warna kulit putih,tidak ada masa, tampilan umum kulit bersih, kulit
kepala bersih, distribusi rambut merata.
6) System pencernaan

Bentuk mulut simetris, gigi tidak utuh beberapa sudah tanggal, jumlah gigi sudah tanggal, jumlah gigi
susu dan gigi taring 4, geraham premolar 2, gerakan motor 12, jumlah gigi 26, mukosa bibir kering,
reflek menelan ada, auskultasi pada bising usus 10x/menit.

7) System pernafasan

Bentuk hidung simetris, tidak tampak polip, tidak aa pernafasan cuping hidung, retraksi dada
negative, tidak ada nyeri tekan pada adda, tidak ada benjolan pada dada, terdengar suara sonor pada
dada sebelah kiri dan kanan, tidak ada wheezing.

8) System kardiovaskuler

Tachicardi, cyanotic negative pada akral bibir klien, tidak terdapat peningakatan vena juularis, tidak
ada bunyi tambahan.

9) System perkemihan

Eliminasi urine tidak sering, ketok CVA tidak dirasaka nyeri, tidak ada nyeri pada aderah supra pubis,
blas tidak teraba keras dan saat di palpasi tidak terasa nyeri.

10) System persarafan

N1 (olfaktorius) : klien dapat membedakan bau minyak kayu putih


N2 (optikus) : lapang pandang klien agak berkurang behubungan dengan penuaan,
N3 (okulomotorius) : normal (bila terkena cahaya miosis dan midriasis bila tidak terkena
cahaya)
N4 (trakelis) : mata masih terkoordinasi sesuai perintah.
N5 (trigeminus) : reflek mengunyah ada, kelopak mata(+), rahang dapat mengatup secara
simetris
N6 (abdusen) : klien dapat menggerakan bola mata ke kiri dan ke kanan.
N7 (fasialis) : klien dapat menggerakan muka.
N8 (cochlealis) : pendengaran baik.
N9 (glosopharingeus) : ada reflek menelan.
N10 (vagus) : kemampuan menelan baik.
N11 (accesorius) : kedua bahu masih mampu mengatasi tahanan dengan cukup baik.
N12 (hipoglosus) : pergerakan lidah normal.

11) System musculoskeletal


Tidak ada kelumpuhan pada ekstermitas, kekuatan otot penuh, tidak ada nyeri dan tidak ada luka.

1. C. Kebiasaan sehari-hari

ADL(Activity Daily
No. Living) Sebelum Masuk RS Di RS

Nutrisi
1. Makan
– Frekuensi

– Jenis
3x/hari
– Porsi/Jumlah
Nasi dan lauk-pauk (sayur, ikan,
tempe, dll)
– Makanan
pantangan
Tidak Ada
1. Minum Kalori
– Frekuensi 6-7 gls/hari
Diet rendah garam
1. – Jumlah ± 1.500 – 1.750 ml/hari 1.500 kall/hari

Eliminasi
1. BAB
– Frekuensi
1 x/hari
– Konsistensi
1-2 x/hari Lembek
1. BAK
– Frekuensi Lembek Tidak tentu

– Jumlah urine 1
/2 -1 cc/kg berat badan/jam ± 900 – 1.000
output ± 900 – 1.000 ml/hari ml/hari

– Warna Jernih Jernih

2. – Terpasang kateter Tidak Ya

Istirahat Tidur
21.00 – 05.00 WIB 21.00 – 05.00 WIB
– Waktu Tidur :
Malam
12.00 – 13.00 WIB 11.30 – 13.30 WIB
Siang
± 8 jam ± 8 jam
– Lama Tidur :
3. Malam ± 1 jam ± 2 jam
Siang Tidak Tidak

– Masalah tidur

Personal Hygiene
1. Mandi
– Frekuensi

– Penggunaan Sabun

– Cara
2x sehari 2x sehari
1. Oral Hygiene
– Frekuensi Ya Ya

– Penggunaan pasta Sendiri Sendiri


gigi
2x sehari Tidak
– Cara melakukan
Ya Tidak
1. Pemeliharaan
Rambut
Sendiri –
– Frekuensi

2x Seminggu Belum cuci rambut


– Penggunaan
shampoo
Ya –
– Cara melakukan
Sendiri –
1. Pemeliharaan Kuku
– Frekuensi Tidak tentu Tidak tentu

4. – Cara melakukan sendiri –

Klien mengatakan mulai


beraktivitas pada jam 05.30 – 16.30 Klien melakukan
5. WIB sebagai Petani aktivitasnya Sendiri
Aktivitas

1. D. Pemeriksaan penunjang
2. a. Laboratorium 08-04-2011
Hb = 11,5 gr/dl (13,5 – 18 gr/dl)

L = 5.900/mm3 (4.500 – 10.000/mm3)


T = 155.000/mm3 (150.000 – 400.000/mm3)
Ht = 30 % (40 – 48 %)

GD puasa = 105 mg/dl (75 – 105 mg/dl)

Kalium = 4,05 (3,5 – 5,1 mmol/l)


Natrium = 146 (135 – 148 mmol/l)

1. b. Terapi 08-04-2011
Clorotiazid 2×1

Ctm 3×1

Antasida doen 3×1

Pct 3×1

B1 3×1

1. E. Analisa data

No. Data fokus Etiologi masalah


Medulla

DS:
Saraf simpatis
– Keluarga klien
mengatakan klien
mempunyai riwayat Ganglia simpatis
hipertensi
Tekanan darah
DO:
Kontriksi
1. – TD klien meningkat
Peningkatan tekanan darah Peningkatan TD

DS:
– Keluarga klien
mengatakan klien merasa
sakit kepala yang sangat
hebat
Saraf simpatis
DO:
Ach
– Klien meringis
sampai menangis menahan
sakit kepala yang dirasakan

– TD: 170/100
mmHg Saraf pasca ganglion

– ADL klien sedikit Aorepinefrine


terhambat
Konriksi
2.
Sakit kepala Sakit kepala
Peningkatan tekanan vaskular
DS: serebral
– Keluarga klien
mengatakan klien tidak
tidur semalaman dan terus Saraf simpatis
merasakan sakit kepala
nya. Tidak mampu mengatasi nyeri

DO:

– TD: 170/100
mmHg
Gangguan pola istirahat
– Mata klien tampak
3. cekung insomnia
Gangguan pola
istirahat

DS:
– Keluarga klien
mengatakan klien merasa
sakit perut karena klien
Tidak ada makanan masuk ke
tidak makan apapun dan
lambung
hanya minum saja sejak
sakit kepala dirasakan.
Tidak ada proses pencernaan
DO:
Peningakatan asam lambung
– Peristaltik usus
12x/menit Peningkatan peristaltik usus

4. – Terpasang infus Nyeri abdomenalis


Nyeri
abdomenalis

1. F. Diagnose keperawatan berdasarkan prioritas masalah


2. Peningkatan TD berhubungan dengan penurunan curah jantung
3. Nyeri/sakit kepala berhubungan dengan peningkatan vascular serebral
4. Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi nyeri
5. Nyeri abdomenalis berhubungan dengan tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi

1. G. Perencanaan

No. Dx Tujuan Intervensi Rasional

Setelah 1. Pantau TD klien


Peningakatan TD dilakukan
berhubunagn tindakan
dengan penurunan keperawatan
curah jantung selama 1×24
DS: jam TD klien
dapat kembali
normal
– Keluarga
1. Adanya pucat,
klien mengatakan
dingin, kulit
klien mempunyai
lembab, dan
1. riwayat hipertensi Tupan:
masa pengisian
kapiler lambat
DO: Berpartisipasi mungkin
dalam aktivitas berkaitan
yang dengan
TD klien meningkat
menurunkan vasokontriksi
TD/beban kerja atau
jantung mencerminkan
deskompensasi /
penurunan CO.

Tupen:


Keluarga
klien 1. Amati warna kulit, kelembaban ,
mengatakan suhu, dan masa pengisian.
sakit kepala
yang dirasakna
klien berkurang

1. Membantu
untuk
menurunkan
rangsangan
simpatis;
meningkatkan
relaksasi.

1. Berikan lingkungan tenang,


nyaman, kurangi aktivitas/
keributan lingkungan. Batasi
jumlah pengunjung dan lamanya 1. Menurunkan
tinggal. stresss dan
ketegangan yang
mempengaruhi
1. Pertahankan pembatasan aktivitas, tekanan darah
spt. Istirahat di tempat tidur/kursi; dan perjalanan
jadwal periode istirahat tanpa penyakit
gangguan; bantu klien melakukan hipertensi
aktivitas perawatan diri
sesuai kebutuhan.

1. Lakukan tindakan- tindakan yang


nyaman seperti pijatan punggung
dan leher, meninggikan kepla
tempat tidur

1. Kolaborasi dalam pemberian


tiazid, mis. Klorotiazid (diuril);
hidroklorotiazi(esidrix/hidroDIUR
IL)
2. Perbandingan dari tekanan
memberikan gambaran yang lebih
lengkap tentang keterlibatan/
bidang masalah vascular

1. Mengurangi
ketidaknyamana
n dan dapat
menurunkan
rangsangan
simpatis.

1. Tiazid mungkin
digunakan
sendiri atau
dicampur
dengan obat lain
untuk
menurunkan TD
pada pasien
dengan fungsi
ginjal relative
normal.

1. Mempertahankan tirah baring


Nyeri/ sakit kepala Setelah
selama fase akut
berhubungan dilakukan
2.
dengan peningkatan tindakan
vascular serebral keperawatan 1. Tindakan yang
DS: selama 1×24 1. Berikan tindakan nonfarmakologis menurunkan
jam dengan untuk menghilangkan sakit kepala, tekanan vascular
criteria: mis. Kompres dingin pada dahi serebral dan
– Keluarga
pijat punggung bdan leher, yang
klien mengatakan
redupkan lampu kamar, teknik memperlambat/
klien merasa sakit
relaksasi, dan aktivitas di waktu memblok respon
kepala yang sangat Tupan:
senggang simpatis efektif
hebat
dalam
Klen dapat menghilangkan
DO: kembali sakit kepala dan
1. Kolaborasi dalam pemberian
beraktifitas komplikasinya.
analgesic
dengan normal
– Klien 2. Meminimalkan
meringis sampai stimulasi/meningakatkan relaksasi
menangis menahan
sakit kepala yang
dirasakan
Tupen:

– TD: 170/100

mmHg
Keluarga
klien
– ADL klien mengatakan
sedikit terhambat sakit kepala
yang dirasakan
klien
berkurang.

1. Menurunkan/
mengontrol
nyeri dan
menurunkan
rangsang system
saraf simpatis

Setelah
dilakukan
Insomnia tindakan
berhubungan keperawatan
dengan selam 1×24
ketidakmampuan jam, dengan
mengatasi nyeri criteria:
DS:

– Keluarga Tupan:
klien mengatakan
klien tidak tidur 1. Vasodilatasi
Tidak
semalaman dan pada system
mengalami lagi
terus merasakan saraf simpatis
gangguan pola
sakit kepala nya. 1. Batasi jumlah pengunjung dan
aktifitas
lamanya tinggal
DO:

1. Kolaborasi dalam pemberian


– TD: 170/100 1. Memberikan
Tupen: antihistamin
mmHg ketenangan
batin pada klien
– dan memperkuat
Mata klien tampak
Keluarga 1. Membacakan aya suci al-quran keimanan klien
3. cekung
klien sebelum waktu tidur sebagai umat
mengatakan 2. Agar klien dapat istirahat islam.
klien tidak
terbangun lagi
pada malam
hari.

Setelah klien
diberikan
tindakan
keperawatan
selama 1×24
jam, dengan
criteria:

Nyeri abdomenalis Tupan:


berhubungan
dengan tidak
Nutrisi
terpenuhinya
terpenuhu
kebutuhan nutrisi.
sehingga
DS:
metabolism
tubuh kembali
– Keluarga normal
klien mengatakan
1. Kolaborasi dalam Pemberian
klien merasa sakit
antasida dan antimual
perut karena klien
tidak makan apapun
dan hanya minum Tupen:
saja sejak sakit 1. Memberikan ko,pres hangat di
1. Merangsang
kepala dirasakan. nagian perut klien
– peristaltic usus
Keluarga sehingga
DO: klien gerakan
mengatakan peristaltiknya
klien sudah kembali normal
– Peristaltik
mau makan
usus 12x/menit 1. Berikan makanan sesuai dengan
kembali sesuai
diet yang disarankan
diet yang
2. Menirmalkan kadar asam lambung 1. Memenuhi
4. Terpasang infuse disarankan
sehingga dapat mengurangi kebutuhan
kembung dan mual nutrisi klien

1. H. Implementasi

No. Hari/tgl/jam Dx Implementasi Paraf


Senin,
T = mengakaji TTV,
08-04-2011 TD:170/100 mmHg

1. 07.30 WIB I R = klien kooperatif

T = mengamati warna kulit (sedikit


pucat), kelembaban(berkeringat sehingga
lembab), dan suhu (36oC)
R = klien kooperatif
T = memberikan kompres hangat di perut klien
08.00 WIB III R = klien mau dikompres

T = memberikan antasida dan antimual ½ jam


sebelum makan
R = klien mau minum obat

T = menyajikan dan memberikan makana rendah


garam
08.30 WIB R = klien mau makan

T = memberikan obat oral klorotiazid 2×1


08.45 WIB I R = klien mau minum obat

T = memberikan obat oral pct 3×1


II R = klien mau minum obat

T = memberikan obat oral Ctm 3×1


IV R = klien mau minum obat

T = meninggikan kepala tempat tidur dan


menganjurkan klien untuk ROM
R = klien kooperatif dan mau melakukan apa
11.30 WIB I yang disuruh

T = melakukan pijitan di punggung dan leher


klien
R = klien mau dipijit dan merasa nyaman sampai
I tertidur

T = menyajikan dan membari makanan rendah


garam dan menyajikan obat sesuai resep
12.00 WIB III R = klien kooperatif

T = mengaji TTV klien


TD: 150/95 mmHg

13.00 WIB I R = klien kooperatif

T = menyarankan pada klien untuk membatasi


jumlah pengunjung dan lamanya tinggal
16.00 WIB I R = klien kooperatif

T = mengkaji TTV klien


18.30 WIB I TD: 140/90 mmHg
R = klien kooperatif

T = menganjurkan keluarga untuk membacakan


ayat suci al-qur’an kepada klien
20.00 WIB IV R = keluarga kooperatif

Selasa,
T = mengkaji TTV klien
09-04-2011 TD: 140/80 mmHg

2. 07.30 WIB I R = klien kooperatif

T = menyaajikan dan memberikan makanan


rendah garam dan menyiapkan obat sesuai resep
III R = klien kooperatif

T = memberikan penyuluhan kepada klien dan


keluarga sebelum pulang
10.00 WIB I R + klien dan keluarga kooperatif

1. I. Evaluasi

No. Hari/tgl/jam Dx Catatan perkembangan Paraf

S : keluarga klien mengatakan TD klien sudah


normal
O : TD: 140/90 mmHg

A : masalah teratasi

Selasa, P:–

09-04-2011 I:–

1. 10.30 WIB I E : terapi cukup berhasil dan klien pulang

S : keluarga klien mengatakan klien tidak


mengeluj sakit kepala lagi
O : TD: 140/90 mmHg

A : masalah teratasi

P:–

I:–

II E : terapi cukup berhasil dan klien pulang


S : keluarga klien mengatakan kliem tidak lagi
susah tidur
O : TD: 140/90 mmHg

Mata klien tidak cekumg.

A : masalah teratasi

P:–

I:–

III E : terapi cukup berhasil dan klien pulang

S :keluarga klien mengatakan klien tidak


mengeluh sakit perut lagi
O : perut tidak kembung

Peristaltic usus 8x/menit]

A : masalah teratasi

P:–

I:–

IV E : terapi cukup berhasil dank lien pulang.

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam pemabhasan makalah mengenai asuhan keperawatan pada klien Ny. U dengan
gangguan sisem kardiovaskular: hipertensi di Ruang Melati YARSI Tasikmalaya pada tanggal 8-9
April 2011 melalui pendekatan studi kasus didapatkan kesenjangan antara teori dan kenyataan di
lapangan, pembahasan dibahas melalui langkah-langkah keperawatan sebagai berikut:
1. A. Pengkajian
Pada waktu pengkajian pada kenyataannya lebih mudah melaksanakan pengkajian secara head tu-toe
daripada melakukan pengkajian per sistem. Pada saat mengakaji riwayat kesehatan klien, peran
keluarga klien lebih dominan daripada klien sendiri, perankeluarga sangatkooperatif dalam
memberikan berbagai informasi yang dibutuhka untuk menegakkan diagnosa, disamping itu berbagai
dukungan penulis dikatakan baik dari perawat ruangan, dokter, maupun petugas kesehatan yang
lainya yang bekerja di Ruang Melati.

1. B. Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan menurut Doenges, 1999 tentang cardiovascular/ hipertensi adalah sebagai
berikut:
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
A. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
B. Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskuler serebral.
C. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan
dengan gangguan sirkulasi

Dari diagnose penulis didapatkan berdasarkan pengakajian adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan TD berhubungan dengan penurunan curah jantung


2. Nyeri/sakit kepala berhubungan dengan peningkatan vascular serebral
3. Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi nyeri
4. Nyeri abdomenalis berhubungan dengan tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi
Sedangkan beberapa diagnose yang ada di lapangan tetapi tidak terdapat di buku acuan penulis antara
lain:

1. Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi nyeri


2. Nyeri abdomenalis berhubungan dengan tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi

1. C. Perencanaan
Patokan penulis dalam tahap perencananan adalah sesuai teori Doenges pada tahun 1999.

1. D. Implementasi
Setelah perencanaan penulis mengacu pada tahap implementasi. Pada tahap ini penulis melaksanakan
asuhan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebelumnya.

Banyak faktor yang mendukung terlaksananya implementasi keperawatan dianatranya: peran keluarga
yang mendukung, tersedianya alat-alat serta adanya bimbingan dari perawat ruangan, CI ruangan,
pembimbing dari akademik, serta adanay peran dokter yang menentukan diagnosa menurut medis.

1. E. Evaluasi

Dari hasil diagosa didapatkan ternyata ada kesenjangan antara teori dan kenyataan di lapangan, hal ini
dapat dilihat dari perbandingan antara diagnosa teori dan diagnosa yang ada di lapangan.
BAB V
PENUTUP

1. A. Kesimpulan
Dalam pelaksanaan asuhan keperawaan yang penulis laksanakan pada Ny, U dengan gangguan sistem
kardiovaskular : hipertensi di Ruang Melati YARSI Tasikmalaya diperoleh kesimpulan bahwa dalam
proses asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskular : hipertensi dibutuhkan suatu
koordinasi yang tepat serta menunjang ke arah tercapainya tujuan. Salah satu koordinasi ini
merupakan bentuk kerjasama tim antara perawat, dokter, staf ruangan, demi peningakatan status
kesehatan klien disertai dengan dukungan penuh dari keluarga.

1. B. Saran
2. Untuk Klien dan Keluarga
 Diharapkan klien mau memotivasi dirinya sendiri untuk pola hidup yang menuju
ke arah berulangnya hipertensi, misalnya hinadri konsumsi garam berlebih, hindari
stress, jangan banyak pikiran, dan olah raga teratur. Anjurkan untuk selalu cek
status kesehatan ke tempat pelayanan kesehatan terdekat.
 Diharapkan keluarga memberikan support yang positif bagi klien demi peningakat
status kesehatan klien dan diharapkan keluarga ikut waspada terhadap resiko pada
keluarga klien sendiri.
1. Untuk Siswa
 Diharapkan siswa dapat lebih mempersiapkan diri baik dari segi teori, skill,
amupun mental dalam menghadapi klien agar dapat memberikan kontribusi yang
maksimal bagi peningkatan status kesehatan klien.
 Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi klien dengan melihat
aspek bio-psiko-sosio-spiritual
1. Untuk Rumah Sakit
 Diharapkan adanya penambahan personil perawat di Ruangan Melati demi
meningakatkan kinerja dan pelayanan yang lebih maksimal.
 Diharapkan pemeriksaan laboratorium pada klien hipertensi dapat lebih
dilengakapi.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000
Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2001
Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta, Penerbit
Hipokrates, 1999
Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2003
Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta, Penerbit
Arcan, 1995
Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta, Penerbit Arcan,
1996
Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002
Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan oleh Petrus
Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1995
Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta, Penerbit Arcan,
1995
Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan evaluasi , Edisi
V, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1998
www.google.com
http://www.wikipedia.com

Report this ad

Anda mungkin juga menyukai