2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pedoman Mutu dan Keselamatan Pasien ini menjelaskan secara garis besar sistem
manajemen mutu dan keselamatan pasien UPTD Puskesmas Bojong. Semua ketentuan
maupun persyaratan serta kebijakan yang tertuang dalam Pedoman Mutu ini merupakan acuan
untuk menjalankan kegiatan operasional Puskesmas Bojong. Sistem manajemen mutu ini mulai
berlaku tanggal 01 Januari 2018.
Penerapan sistem manajemen mutu dimaksudkan untuk menjadikan gambaran secara
umum sistem manajemen mutu dalam mencapai komitmen mutu, sasaran mutu, serta
kepuasan pelanggan sehingga tujuan Puskesmas Bojong secara keseluruhan dalam aspek
mutu tercapai.
3
3. Mewujudkan lingkungan sehat yang mendukung peningkatan derajat kesehatan
masyarakat;
4. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektor untuk mendorong peran serta
kemandirian masyarakat dalam pembangunan berwawasan kesehatan.
KEPALA PUSKESMAS
KELOMPOK
JABATAN KA TATA
FUNGSIONAL USAHA
PJ
Dokter PJ UKP Sistem Informasi
Dokter Gigi PJ UKM PELAYANAN
PJ UKM KEFARMASIAN Kepegawaian
Apoteker KESEHATAN
ESENSIAL PENGEMBANGAN & LAB Keuangan
Asisten & JEJARING Rumah Tangga
NNNN
Apoteker
Bidan
Pel. Promkes Pel. Kes Jiwa Pel. Umum Pustu
Perawat
Pel. KIA/KB Pel. Kes Kerja Pel. Gigi Pusling
Perawat Gigi
Pel. Kesling Pel. Kes Lansia Pel. KIA/KB Poskesdes
Nutrsionis
Pel. P2P Pel. Kes Indera Pel. Gizi Klinis Bidan Desa
Analis Lab
Pel. Gizi Pel. UKGS/ UKGM Pel. Farmasi Jejaring Faskes
Promkes
Pel. Pel. Kes Olahraga Pel. Laboratorium
Sanitarian
Perkesmas Pel. Kes
Surveilans
Tradisional
4
B. TUJUAN
Tujuan Umum
Tersedianya pedoman mutu dan keselamtan pasien puskesmas sebagai acuan dalam
membangun sistem mutu dan keselamatan pasien baik untuk penyelenggaraan upaya
kesehatan masyarakat maupun untuk penyelenggaraan pelayanan klinis yang profesional di
Puskesmas Bojong.
Tujuan Khusus
a. Terlaksananya penilaian terhadap kinerja dan indikator pelayanan di Puskesmas Bojong.
b. Terlaksananya penilaian audit internal di Puskesmas Bojong
c. Terlaksananya perbaikan berkelanjutan program–program pelayanan
d. Meningkatnya kepuasan dan harapan pelanggan terhadap pelayanan kesehatan di
Puskesmas Bojong.
C. BATASAN OPERASIONAL
Peningkatan Mutu adalah perbaikan kualitas, kinerja di puskesmas secara terus menerus.
Sedangkan Peningkatan mutu di dalam akreditasi adalah merupakan suatu pendekatan
pembelajaran dan perbaikan terus menerus pada proses penyediaan pelayanan kesehatan
sesuai kebutuhan pasien dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.
Jenis Pelayanan adalah jenis-jenis pelayanan yang diberikan oleh puskesmas kepada
masyarakat.
5
c. Pemeriksaan sputum
d. Pemeriksaan kimia darah
3. Pelayanan Kefarmasian
1. Upaya KIA
Upaya KIA adalah upaya dibidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan
pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki, bayi dan anak balita serta anak
prasekolah. Upaya kesehatan ibu ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu sehingga mampu
melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka kematian ibu.
2. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P)
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular yaitu upaya
pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penular penyakit
menular/infeksi untuk melindungi masyarakat dari tertularnya penyakit, menurunkan jumlah
yang sakit, cacat dan/atau meninggal dunia, serta untuk mengurangi dampak sosial dan
ekonomi akibat penyakit menular. Prioritas penyakit menular yang akan ditanggulangi
adalah Malaria, demam berdarah dengue, diare, polio, filaria, kusta tuberkulosis paru,
HIV/AIDS, pneumonia, dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Prioritas penyakit tidak menular yang ditanggulangi adalah penyakit jantung dan gangguan
sirkulasi, diabetes mellitus, dan kanker.
3. Upaya Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan yaitu upaya pelayanan kesehatan lingkungan puskesmas untuk
meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya sanitasi dasar,
pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk pengendalian pencemaran
lingkungan dengan peningkatan peran serta masyarakat. Untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
4. Upaya Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah salah satu program puskesmas yang berfokus pada
pelayanan preventif dan promotif kepada masyarakat. Kegiatannya meliputi penyuluhan
kesehatan dan pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Diantara kegiatannya
juga meliputi pembinaan desa siaga kesehatan, kerjasama lintas sektor dan upaya dalam
merumuskan kebijakan bersama dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
5. Upaya Perbaikan Gizi
Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat adalah salah satu upaya pokok Puskesmas yaitu
kegiatan yang meliputi peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan Kurang Energi
Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI), Kurang Vitamin
A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha Perbaikan
Gizi Keluarga/Masyarakat.Upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan
mutu gizi perseorangan dan masyarakat.
6. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
Upaya perawatan kesehatan masyarakat bertujuan meningkatnya kemandirian individu,
keluarga, kelompok/masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan keperawatannya
sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
6
c) Jaringan Pelayanan Kesehatan
Jaringan pelayanan puskesmas adalah:
1. Puskesmas pembantu
2. Puskesmas keliiling
3. Bidan desa atau Poskesdes
Kegiatan Upaya dilaksanakan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Plan:
rencana; Do: Melaksanakan; Check: Analisis hasil; Action: Perubahan/perbaikan).
Mutu Pelayanan adalah kinerja yang merujuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan, yang disatu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan
tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta dipihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai
dengan standard an kode etik profesi telah ditetapkan
Kinerja adalah proses yang dilakukan dan hasil yang dicapai oleh suatu organisasi dalam
menyediakan produk dalam bentuk jasa pelayanan atau barang kepada pelanggan
Indikator Kinerja adalah variable yang digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau status
dan memungkinkan dilakukan pengukuran terhadap perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu
atau tolak ukur prestasi kuantitatif/ kualitatif yang digunakan untuk mengukur terjadinya
perubahan terhadap besaran target atau standar yang telah ditetapkan sebelumnya
Standar adalah nilai tertentu yang telah ditetapkan berkaitan dengan sesuatu yang harus
dicapai.
Frekuensi pengumpulan data adalah frekuensi pengambilan data dari sumber data untuk tiap
indikator
Periode Analisis adalah rentang waktu pelaksanaan kajian terhadap indikator kinerja yang
dikumpulkan
Pembilang (Numerator) adalah besaran sebagai nilai pembilang dalam rumus indikator kinerja
Penyebut (Denominator) adalah besaran sebagai pembagi dalam rumus indikator kinerja
Sumber Data adalah sumber bahan nyata/keterangan yang dapat dijadikan dasar kajian yang
berhubungan langsung dengan persoalan
D. RUANG LINGKUP
Pedoman mutu dan keselamatan pasien ini disususn berdasarkan standar akreditasi
puskesmas, yang meliputi pedoman dalam upaya peningkatan mutu dan kinerja pelayanan
yang terdiri dari penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat dan pelayanan klinis, dan
administrasi manajemen.Dalam penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat dan pelayanan
klinis memperhatikan keselamatan sasaran/pasien dengan menerapkan manajemen risiko.
7
E. LANDASAN HUKUM DAN ACUAN
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomot 46 Tahun 2015 tentang
Akreditasi UPTD Puskesmas Bojong, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri
Dokter dan Dokter Gigi.
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128 Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar
Puskesmas.
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1575 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Departemen Kesehatan
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 374 Tahun 009 tentang Sistem Kesehatan
Nasional
8
BAB II
SISTEM MANAJEMEN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
2.1 Gambaran Umum Manajemen Mutu dan Keselamatan Pasien Puskesmas Bojong
Secara umum dokumen-dokumen dalam sistem manajemen mutu yang disusun meliputi :
1. Dokumen level 1 : Kebijakan
2. Dokumen level 2 : Pedoman/manual
3. Dokumen level 3 : Standar operasional prosedur (SOP)
4. Dokumen level 4 :Rekaman-rekaman sebagai catatan sebagai akibat pelaksanaan
kebijakan, pedoman, dan prosedur.
9
1. Proses Penyusunan Dokumen
Kepala Tata Usaha Puskesmas, Penanggung jawab Administrasi Manajemen di
puskesmas, dan Penanggung jawab UKM dan UKP bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan identifikasi/perubahan serta penyusunan dokumen. Penyusunan dokumen
secara keseluruhan dikoordinir oleh Tim Mutu/Tim Akreditasi puskesmas dengan
mekanisme sebagai berikut :
a) SOP yang telah disusun oleh pelaksana atau unit kerja disampaikan ke Tim Mutu/Tim
Akreditasi
b) Fungsi Tim Mutu/Tim Akreditasi Puskesmas di dalam penyusunan dokumen adalah :
1. Memberikan tanggapan, mengkoreksi dan memperbaiki dokumen yang telah
disusun oleh pelaksana atau unit kerja baik dari segi bahasa maupun penulisan,
2. Mengkoordinir proses pembuatan dokumen sehingga tidak terjadi duplikasi
/tumpang tindih dokumen antar unit,
3. Melakukan cek ulang terhadap dokumen yang akan ditandatangani oleh Kepala
Puskesmas.
2. Pengesahan Dokumen
Dokumen disahkan oleh Kepala Puskesmas
3. Penomoran Dokumen
Surat masuk dan keluar, Surat Keputusan, Surat Perintah, Surat Perintah Kerja,
Dokumen Pengadaan serta Dokumen Kerjasama sesuai dengan aturan
Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta
10
4. Sosialisasi Dokumen
Agar dokumen dapat dikenali oleh seluruh pelaksana maka perlu dilakukan sosialisasi
dokumen tersebut, khusus SOP, bila rumit maka untuk melaksanakan SOP tersebut
perlu dilakukan pelatihan.
5. Pencatatan Dokumen
Pencatatan dokumen dalam Daftar Dokumen Eksternal atau Internal. Dokumen
diserahkan kepada pengusul untuk menggandakan
6. Distribusi Dokumen
Mendistribusikan dokumen yang sudah diberi stempel terkendali
Tata Cara Pendistribusian Dokumen :
a) Distribusi adalah kegiatan atau usaha menyampaikan dokumen kepada unit
upaya atau pelaksana yang memerlukan dokumen tersebut agar dapat digunakan
sebagai panduan dalam melaksanakan kegiatannya. Kegiatan ini dilakukan oleh
Tim Mutu atau bagian Tata Usaha Puskesmas sesuai pedoman tata naskah.
b) Distribusi harus memakai ekspedisi dan/atau formulir tanda terima.
c) Distribusi dokumen bisa hanya untuk unit kerja tertentu tetapi bisa juga untuk
seluruh unit kerja lainnya.
11
2.4 Pengendalian Rekaman/Arsip Mutu
Semua rekaman/arsip/catatan mutu dikelola dengan baik. Tujuan pengendalian rekaman
adalah untuk memastikan semua data kegiatan dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk
perbaikan. Rekaman dipastikan teridentifikasi dengan jelas, ditata rapi sehingga mudah dan
cepat ditemukan bila diperlukan. Rekaman yang ada di unit dikendalikan oleh masing-masing
koordinator unit pelayanan/program.Penomoran rekam implementasi sesuai aturan yang
berlaku di masing-masing program.
12
BAB III
KEBIJAKAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
Isi kebijakan mutu sejalan dengan visi misi dan tujuan Puskesmas Bojong. Kebijakan
mutu menjadi acuan untuk menetapkan sasaran mutu, mengevaluasi pencapaian sasaran serta
acuanperbaikan yang akan dilakukan. Kebijakan mutu disosialisaikan dan dipastikan dipahami
oleh seluruh pegawai puskesmas dan ditinjau secara berkala untuk menjamin kesesuaiannya.
Keselamatan pasien (patient safety) adalah reduksi dan meminimalkan tindakan yang
tidak aman dalam sistem pelayanan kesehatan sebisa mungkin melalui pratik yang terbaik
untuk mencapai luaran klinis yang optimum. (The Canadian Patient Safety Dictionary, October
2003). Keselamatan pasien menghindarkan pasien dari cedera/cedera potensial dalam
pelayanan yang bertujuan untuk membantu pasien.
Tujuan Patient Safety terciptanya budaya keselamatan pasien di Puskesmas., meningkatnya
akuntabilitas (tanggung jawab) Puskesmas terhadap pasien dan masyarakat,menurunnya KTD
(kejadian tidak diharapkan) di Puskesmas, terlaksananya program-program pencegahan,
sehingga tidak terjadi pengulangan KTD (kejadian tidak diharapkan).
13
**) Obat dengan lethal overdosis akan diberikan tetapi diketahui staf lain dan membatalkannya
sebelum obat dikonsumsi pasien.
***)Obat dengan lethal overdosis diberikan tetapi diketahui secara dini dan diberikan antidotum-
nya
14
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien: Kembangkan cara-cara komunikasi
yang terbuka dengan pasien,
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien: Dorong staf untuk
melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian
itu timbul,
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien: Gunakan infromasi
yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan perubahan sistem pelayanan.
15
BAB IV
KOMITMEN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN
16
BAB V
PENGORGANISASIAN
PENANGGUNG JAWAB
MUTU
SEKRETARIS
TIM
AUDIT INTERNAL
17
6. Melakukan tindakan korektif dan preventif sesuai Pokja
7. Melakukan identifikasi dan pelaporan Insiden Keselamatan pasien Sesuai Pokja
8. Membuat Register Risiko pelayanan sesuai Pokja
9. Melakukan Pengelolaan Keluhan dan umpan balik sesuai Pokja
10. Melakukan kaji banding
18
BAB VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA DAN PERALATAN
Untuk Puskesmas Bojong, Kualifikasi Sumber Daya Manusia sudah sesuai, walaupun
masih ada beberapa tenaga yang belum melanjutkan ke jenjang yang diharapkan. Namun akan
diupayakan agar semua tenaga mencapai kualitas seperti yang diharapkan.
19
DATA KETENAGAAN PUSKESMAS BOJONG
No Gelar Nama Gelar Tempat Gol Nama Pendidikan
Depan Belakang Tanggal Lahir Jabatan
1 DIDIN MM.Kes Tasikmalaya, III/d Kepala S2
SUPARMAN 04-04-1971 Puskesmas
2 MULYONO Amd.Kep Tegal, 25-02- III/c Kasubag D III
1972 TU Keperawatan
3 MOCH.SAEFUL Indramayu, 05- III/d Perawat SPK
JUHRI 02-1968
4 IDA HERAWATI Amd.Keb Bogor, 06-08- III/d Bidan D III
1971 Kebidanan
5 IMAS Amd.Keb Tasikmalaya, III/d Bidan D III
SRIMAYANTI 27-05-1971 Kebidanan
6 Dr SRI REJEKI Purwakarta, III/c Dokter S1
29-10-1979 Umum Kedokteran
7 NENENG Cianjur, 13-12- III/c Perawat D1 SPRG
RINAWATI 1973 Gigi
8 EKANINGSIH SKM Purwakarta, III/c Sanitasi S1 Kes.Mas
WIDIASTUTI 25-01-1982
9 SITI HASANAH Amd.Keb Ciamis,19-10- III/b Bidan D III
1978 Kebidanan
10 RENI SKM Purwakarta, III/b Perawat S1 Kes.Mas
ANGGRAENI 16-01-1983
11 SUTRAENI SKM Cilacap, 28-06- III/a Bidan S1 Kes.Mas
1976
12 TITA Amd.Kep Purwakarta, II/d Perawat D III
PUSPITASARI 20-06-1979 Keperawatan
13 SUKAEMAH Amd.Keb Tasikmalaya, II/d Bidan D III
04-07-1979 Kebidanan
14 NINING Amd.Keb Purwakarta, II/d Bidan D III
BADRIAH 16-12-1974 Kebidanan
15 CUCUN Amd.Keb Purwakarta, II/d Bidan D III
MASHUBAH 21-10-1975 Kebidanan
16 UMAR Purwakarta, II/c - SMA
KUSUMAWIJAYA 22-03-1971
17 ENI HARNAENI Purwakarta,18- II/c - SMA
09-1967
18 LUSI INDRIANI Amd.Keb Kuningan, 11- CPNS Bidan D III
08-1985 Kebidanan
19 UCE ERBITOLA SKM Tasikmalaya, - Perawat S1 Kes.Mas
31-05-1978
20 SULASTRI Amd.Kep Solo, 23-11- - Perawat D III
1981 Keperawatan
21 DERA Amd.Keb Tasikmalaya, Bidan D III
MILANINGSIH 18-12-1990 Kebidanan
22 CUCU YULIA S.Gz Purwakarta, - Nutrisionis S1 Gizi
NURUL D 02-08-1984
23 NURMALASARI Amd.Keb Purwakarta,14- - Bidan D III
11-1990 Kebidanan
24 RIAN SEPTIA Cilacap,18-09- - Supir SMA
NURDIANA 1989
25 RIRIN NUR Amd.Keb Purwakarta,17- - Bidan D III
ARIFFAH F 04-19991 Kebidanan
26 DINA AGUSTINA Amd.Keb Purwakarta,16- - Bidan D III
NUR ILLAH 06-1989 Kebidanan
27 ADE Garut, 09-09- - Supir SMA
SUPRIATNA 1984
28 TITA ROSITA Amd.Keb Purwakarta, - Bidan D III
11-11-1991 Kebidanan
20
29 LIA AMALIA Amd.Keb Purwakarta, - Bidan D III
MARINDI 17-03-1990 Kebidanan
30 SILVA YULIANI S Amd.Farm Bandung, 24- - Asisten D III Farmasi
07-1993 Apoteker
31 MAMAT Purwakarta, - Supir SMA
03-02-1974
32 MEGA NURUL Amd.Keb Purwakarta, - Bidan D III
HUDA 01-05-1991 Kebidanan
33 ELI RATNA Amd.Keb Purwakarta, - Bidan D III
DEWI 30-01-1990 Kebidanan
34 LINA LESTARI Purwakarta, - - SMA
03-07-1984
21
6.2 Pengelolaan Sarana Bangunan Fisik Puskesmas Bojong
A. Denah Gedung dan Ruang Pelayanan Puskesmas Bojong
22
B. Denah Gedung dan Ruang Administrasi Puskesmas Bojong
Meja 1
Meja
2
Lem
ari
RUANG TATA USAHA
Arsi
p
Meja
3
Kursi Tamu
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor Nomor 128/2004 tentang Kebijakan Dasar
Pusat Kesehatan Masyarakat, menyatakan bahwa Puskesmas adalah unit pelaksana teknis
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas memiliki fungsi sebagai pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan
kesehatan strata pertama meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan
masyarakat. Terlihat bahwa puskesmas dan jaringannya merupakan ujung tombak dinas
kesehatan dalam upaya mewujudkan target standar pelayanan minimal (SPM) kesehatan di
kabupaten/kota.
23
3. Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat serta upaya pencatatan
dan pelaporan merupakan pelayanan penunjang dari setiap upaya wajib dan upaya
pengembangan Puskesmas Bojong.
4. Pelayanan Kefarmasian
Puskesmas Bojong buka pelayanan setiap hari kerja, yaitu Senin sampai Sabtu.
24
A. Perencanaan Kebutuhan
Fungsi perencanaan ini pada dasarnya adalah menghitung berapa besar kebutuhan
bahan logistik yang diperlukan untuk periode waktu tertentu, biasanya untuk satu tahun.
Ada dua cara pendekatan yang digunakan dalam perencanaan kebutuhan obat, yaitu:
1. Dengan mengetahui atau menghitung kebutuhan yang nyata dipergunakan dalam
periode waktu lalu :
a. jumlah sisa/persediaan pada awal periode
b. jumlah pembelian pada periode waktu
c. jumlah bahan logistik yang terpakai selama periode
d. membuat analisis efisiensi penggunaan bahan logistik, dikaitkan dengan kinerja yang
dicapai
e. membuat analisis kelancaran penyediaan bahan logistik, misalnya frekuensi barang
yang diminta ‘habis’ atau tidak ada persediaan,jumlah barang yang menumpuk, serta
penyebab terjadinya keadaan tersebut.
2. Dengan melihat program kerja yang akan datang:
a. membuat analisis kebutuhan untuk dapat menunjang pelaksana kegiatan pada
periode waktu yang akan datang, yang berorientasi kepada program pelayanan, pola
penyakit, target kinerja pelayanan
b. memperhatikan kebijakan pimpinan mengenai standarisai bahan, ataupun kebijakan
dalam pengadaan. (Untuk obat misalnya ada Formularium, untuk pengadaan di
Puskesmas)
c. menyesuaikan perhitungan dengan memperhatikan persediaan awal, baik meliputi
jenis, jumlah maupun spesifikasi logistik
d. memperhatikan kemampuan gudang tempat penyimpanan barang.
B. Penganggaran
Fungsi berikutnya adalah menghitung kebutuhan diatas dengan harga satuan (dapat
berdasarkan harga pembeli waktu yang lalu atau menurut informasi yang terbaru), sehingga
akan diketahui kebutuhan anggaran untuk pengadaaan bahan logistik tersebut.
C. Pengadaan
Fungsi berikutnya adalah pengadaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk mengadakan
bahan logistik yang telah direncanakan, baik melalui prosedur :
1. Pembelian
2. Produksi sendiri, maupun dengan
3. Sumbangan dari pihak lain yang tidak mengikat
Untuk pengadaan obat di Puskesmas dilakukan oleh Gudang Farmasi Kabupaten
berdasarkan usulan kebutuhan obat dari Puskesmas.
D. Penyimpanan
Fungsi penyimpanan ini sebenarnya termasuk juga fungsi penerimaan barang, yang
sebenarnya juga mempunyai peran strategi. Secara garis besar yang harus dicek
kebenarannya adalah :
1. Kesesuaian dengan jenis, jumlah dan spesifikasi bahan serta waktu penyerahan
barang terhadap surat pesan (SP), surat perintah kerja (SPK) atau purchase order
(PO).
2. Kondisi fisik bahan, apakah tidak ada perubahan warna, kemasan, bau, noda dan
sebagainya yang menindikasikan tingkat kualitas bahan.
25
3. Kesesuian waktu penerimaan bahan terhadap batas waktu SP/PO
Barang yang diterima tersebut kemudian dibuatkan berita acara penerimaan (BAP)
barang. Berdasarkan sifat dan kepentingan barang/bahan logistik ada beberapajenis barang
logistik, yang biasanya tidak langsung disimpan digudang, akan tetapi diterimakan langsung
kepada pengguna. Yang penting adalah bahwa mekanisme ini harus diatur sedemikian rupa
sehingga tercipta internal check (saling uji secara otomatis) yang memadai, yang ditetapkan
oleh yang berwenang.
Fungsi penyimpanan ini sangat menentukan kelancaran distribusi :
1. Untuk mengantisipasi keadaan yang fluktuatif, karena sering terjadi kesulitan
memperkirakan kebutuhan secara akurat
2. Untuk menghindari kekosongan bahan (out of stock)
3. Untuk menghemat biaya, serta mengantisipasi fluktuasi kenaikan harga bahan
4. Untuk menjaga agar kualitas bahan dalam keadaan siap dipakai
5. Untuk mempercepat pendistribusian
Ada beberapa metode tentang pengendalian persediaan logistik, metode yang sering
digunakan dalam pengendalian persediaan di Puskesmas adalah dengan memperhatikan sifat
barang/obat, apakah termasuk barang vital, esensial atau normal, digabungkan dengan apakah
barang tersebut termasuk fast atau slow moving. Kombinasi kedua metode ini selama periode
tertentu kemudian dihitung kebutuhan atau penggunaannya akan diketahui rata-rata
penggunaan perbulan, dan juga fluktuasi permintaannya.
Dari perhitungan itu secara empiris, dapat ditentukan berapa besar jumlah :
1. Persediaan minimal/jenis barang per bulan
2. Persediaan maksimal/jenis barang per bulan
3. Persediaan pengaman
Untuk menghitung ini, yang perlu diperhatikan berapa lama waktu penyediaan sejak
pesanan diterima rekanan sampai barang diterima oleh Puskesmas dan berapa kebutuhan
barang selama periode tersebut.
Dalam penyimpanan dikenal ada sistem FIFO (first in first out). Khusus di puskesmas
seharusnya FIFO juga dibaca sebagai first expired first out (FEFO), manan yang mempunyai
mempunyai masa kadaluarsa pendek/singkat harus dikeluarkan terlebih dahulu, tidak
tergantung kapan diterimanya digudang.
E. Pendistribusian
Efisiensi pelaksanaan fungsi pendistribusian ini juga secara tidak langsung akan
mempengaruhi kecermatan dan kecepatan penyediaan oleh karena itu harus ditetapkan
prosedur yang baku pendistribusian bahan logistic :
1. Siapa yang berwenang dan bertanggungjawab mengenai kebenaran dan kewajaran
permintaan bahan, baik mengenai jumlah, spesifikasi maupun penyerahannya. Hal ini
sangat penting agar tidak terjadi pemborosan atau pengeluaran yang tidak perlu.
2. Siapa yang berwenang dan bertanggungjawab menyetujui permintaan dan pengeluaran
barang dari gudang.
F. Penghapusan
Penghapusan adalah proses penghapusan tanggungjawab bendahara barang atas bahan
atau barang tertentu sekaligus mengeluarkan dari catatan/pembukuan yang berlaku,
penghapusan barang diperlukan karena :
1. Bahan/barang rusak tidak dapat dipakai kembali
2. Bahan/barang tidak dapat didaur ulang atau tidak ekonomis untuk didaur ulang.
3. Bahan/barang sudah melewati masa kadaluarsa (expired date)
4. Bahan/barang hilang karena pencurian atau sebab lain
Penghapusan barang dapat dilakukan dengan :
26
1. Pemusnahan, yaitu dibakar atau dipendam/ditanam
2. Dijual/dilelang. Untuk instansi pemerintah, hasil penjualan dan pelelangan harus disetor
ke kas Negara.
Setelah penghapusan dilaksanakan, maka dibuat berita acara Penghapusan, yang
tembusannya dikirim ke instansi yang berkompeten.
Potensi bahaya di Puskesmas, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-
bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di Puskesmas, yaitu kecelakaan
(peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-
sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gangguan psikososial dan
ergonomi.Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi
para pegawai Puskesmas, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan
Puskesmas.
Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan,
meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu K3 Puskesmas perlu dikelola
dengan baik.Agar penyelenggaraan K3 Puskesmas lebih efektif, efisien dan terpadu, diperlukan
sebuah pedoman manajemen K3 di Puskesmas, baik bagi pengelola, pegawai maupun
pelanggan Puskesmas.
27
BAB VII
PENYELENGGARAAN PELAYANAN
UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT DAN PELAYANAN KLINIS
28
B. Penyelenggaraan UKM
Kegiatan UKM Puskesmas Bojong meliputi :
1. Upaya KIA
Upaya KIA adalah upaya dibidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan
pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki, bayi dan anak balita serta anak
prasekolah. Upaya kesehatan ibuditujukan untuk menjaga kesehatan ibu sehingga
mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka
kematian ibu.
2. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit(P2P)
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular
yaitu upayapelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan
penular penyakit menular/infeksi. Untuk melindungi masyarakat dari tertularnya penyakit,
menurunkan jumlah yang sakit, cacat dan/atau meninggal dunia, serta untuk mengurangi
dampak social dan ekonomi akibat penyakit menular.Prioritas penyakit menular yang
akan ditanggulangi adalah malaria, demam berdarah dengue, diare, polio, filariasis,
kusta, tuberkulosis paru, HIV/AIDS, pneumonia, dan penyakit-penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi.Prioritas penyakit tidak menular yang ditanggulangi adalah
penyakit jantung dan gangguan sirkulasi, diabetes mellitus, dan kanker.
3. Upaya Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan yaitu upaya pelayanan kesehatan lingkungan puskesmas untuk
meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya sanitasi dasar,
pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk pengendalian pencemaran
lingkungan dengan peningkatan peran serta masyarakat. Untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun ariab yang memungkinkan
setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
4. Upaya Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah salah satu program puskesmas yang berfokus pada
pelayanan preventif dan promotif kepada masyarakat. Kegiatannya meliputi penyuluhan
kesehatan dan pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Diantara
kegiatannya juga meliputi pembinaan desa siaga kesehatan, UKS (Usaha Kesehatan
Sekolah), kerja sama lintas sektoral dan upaya dalam merumuskan kebijakan bersama
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
5. Upaya Perbaikan Gizi
Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat adalah salah satu upaya pokok Puskesmas yaitu
kegiatan yang meliputi peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan Kurang Energi
Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI), Kurang Vitamin
A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha
Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.Upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk
peningkatan mutu gizi perseorangan dan masyarakat.
29
C. Sasaran Kinerja UKM
1) Pemantauan dan Pengukuran :
Kepuasan Pelanggan
Audit Internal
Pemantauan dan pengukuran proses
Pemantauan dan pengukuran hasil pelayanan
2) Pengendalian jika ada hasil yang tidak sesuai
3) Analisis data
4) Peningkatan berkelanjutan
5) Tindakan korektif
6) Tindakan preventif
30
pencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga, dana, prasarana, sarana
dan metode tata laksana yang sesuai dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan.
31
BAB VIII
KEGIATAN PENGUKURAN, ANALISIS DAN
UPAYA PERBAIKAN MUTU PUSKESMAS DAN KESELAMATAN PASIEN
Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan dapat diartikan keseluruhan upaya dan
kegiatan secara komprehensif dan integratif, memantau dan menilai mutu pelayanan.
Puskesmas Bojong dalam memecahkan masalah-masalah yang ada mencari jalan keluarnya,
sehingga mutu pelayanan Puskesmas Bojong akan menjadi lebih baik. Di Puskesmas Bojong
upaya peningkatan mutu pelayanan adalah kegiatan yang bertujuan memberikan asuhan atau
pelayanan sebaik-baiknya kepada pasien dengan penggunaan sumber daya secara tepat dan
efisien. Upaya peningkatan mutu pelayanan Puskesmas Bojong akan sangat berarti dan efektif
bilamana upaya peningkatan mutu menjadi tujuan sehari-hari dari setiap unsur di Puskesmas
Bojong termasuk pimpinan, pelaksana pelayanan langsung dan staf penunjang.
32
5. Pelaporan Aktivitas Yang Diwajibkan Oleh Peraturan Perundang-Undangan;
a) Ketepatan waktu laporan insiden keselamatan pasien
b) Ketepatan waktu laporan dari unit kerja
c) Ketepatan waktu laporan Puskesmas
d) Ketepatan waktu pengusulan kenaikan pangkat
e) Ketepatan waktu pengurusan kenaikan gaji berkala
f) Ketepatan waktu tunggu Rawat Jalan
g) Ketepatan waktu tanggap pelayanan di Unit Gawat Darurat
h) Manajemen Risiko;
i) Kejadian tertusuk limbah benda tajam infeksius
j) Kejadian tertusuk jarum suntik
6. Manajemen Penggunaan Sumber Daya; Utilisasi Alat Kedokteran yang sering digunakan
7. Harapan Dan Kepuasan Pasien Dan Keluarga; Survey Kepuasan Pasien
8. Harapan Dan Kepuasan Staf; Survey Kepuasan Staf Puskesmas
9. Demografi Pasien Dan Diagnosis Klinis;
B. Laporan 10 besar Penyakit
10. Manajemen Keuangan;
3) Ketepatan waktu penyusunan laporan keuangan
11. Pencegahan Dan Pengendalian Dari Kejadian Yang Dapat Menimbulkan Masalah Bagi
Keselamatan Pasien, Keluarga Pasien Dan Staf;
4) Angka Kepatuhan kebersihan Tangan dokter, perawat, dan pegawai
5) Angka Kepatuhan pemakaian alat pelindung diri (APD)
6) Edukasi Kebersihan Tangan terhadap pasien/keluarga dan pengunjung
7) Angka Kepatuhan Kebersihan Tangan pasien/keluarga dan pengunjung
8) Kecepatan waktu menanggapi kerusakan alat
9) Ketepatan waktu pemeliharaan alat
10) Ketepatan waktu kalibrasi alat sesuai dengan ketentuan kalibrasi
35
BAB IX
METODE
Metode dalam peningkatan mutu puskesmas dan keselamatan pasien adalah sebagai berikut :
1) Penilaian kinerja dan tindak lanjut dengan melalui analisis terhadap capaian kinerja,
kemudian dilanjutkan dengan penyusunan rencana perbaikan, pelaksanaan perbaikan,
memonitoring dan menilai hasilperbaikan, dan tidak lanjut, mengikuti siklus PDCA.
2) Menindaklanjuti masukan dan keluhan pengguna dan masyarakat mengikuti siklus
PDCA.
3) Upaya perbaikan dilakukan melalui tindakan korektif dan tindakan pencegahan.
4) Menerapkan manajemen risiko baik pada pelayanan manajerial, UKM dan UKP, dengan
tahapan : menetapkan lingkup manajemen risiko, melakukan analisis risiko, dan
menindaklanjuti. Manajemen risiko diterapkan baik secara reaktif maupun proaktif.
Upaya proaktif dilakukan sebelum ada kejadian dengan menganalisis kemungkinan
terjadinya risiko dengan menggunakan metode FMEA, sedangkan upaya reaktif
dilakukan untuk mengatasi kejadian yang sudah terjadi dan mencegah terulangnya
kejadian dengan menggunakan metode RCA.
36
BAB X
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Seluruh kegiatan perbaiakan mutu dan keselamatan pasien dicatat dan dilaporkan kepada
Kepala Puskesmas setiap bulan, dan oleh Kepala Puskesmas dilaporkan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten Purwakarta setiap tiga bulan sekali.
37
BAB XI
MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring keseluruhan upaya perbaikan mutu dan keselamatan pasien dilakukan oleh
para penanggung jawab UKM, UKP. Penanggung jawab mutu berkewajiban memonitor
keseluruhan pelaksanaan program mutu. Evaluasi keseluruhan upaya perbaikan mutu
puskesmas dan keselamatan pasien dilakukan minimal setahun sekali, dan dilaporkan kepada
Dinas keshatan Kabupaten Purwakarta.
38
BAB XII
PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN
Pengendalian adalah keseluruhan fungsi atau kegiatan yang harus dilakukan untuk
menjamin tercapainya sasaran perusahaan dalam hal kualitas produk dan jasa pelayanan yang
diproduksi. Pengendalian kualitas pelayanan pada dasarnya adalah pengendalian kualitas
kerja dan proses kegiatan untuk menciptakan kepuasan pelanggan (quality os customer’s
satisfaction) yang dilakukan oleh setiap orang dari setiap bagian di Puskesmas Bojong.
Pengertian pengendalian kualitas pelayanan di atas mengacu pada siklus pengendalian (control
cycle) dengan memutar siklus “Plan-Do-Check-Action” (P-D-C-A) = Relaksasi (rencanakan –
laksanakan – periksa – aksi). P-D-C-A adalah alat yang bermanfaat untuk melakukan perbaikan
secara terus menerus (continous improvement) tanpa berhenti.
Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen mutu merupakan suatu sistem
kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai mutu produk
atau jasa yang diberikan kepada pelanggan. Pengendalian mutu pada pelayanan kesehatan
diperlukan agar produk layanan kesehatan terjaga kualitasnya sehingga memuaskan
masyarakat sebagai pelanggan.Penjaminan mutu pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan
melalui pelbagai model manajemen kendali mutu. Salah satu model manajemen yang dapat
digunakan adalah model PDCA (Plan, Do, Check, Action) yang akan menghasilkan
pengembangan berkelanjutan (continuous improvement) atau kaizen mutu pelayanan
kesehatan.
Yoseph M. Juran terkenal dengan konsep "Trilogi Mutu" dan mengidentifikasikannya
dalam tiga kegiatan:
1. Perencanaan mutu meliputi: siapa pelanggan, apa kebutuhannya, meningkatkan produk
sesuai kebutuhan, dan merencanakan proses untuk suatu produksi,
2. Pengendalian mutu: mengevaluasi kinerja untuk mengidentifikasi perbedaan antara
kinerja aktual dan tujuan,
3. Peningkatan mutu: membentuk infrastruktur dan team untuk melaksanakan peningkatan
mutu.
Setiap kegiatan dijabarkan dalam langkah-Iangkah yang semuanya mengacu pada upaya
peningkatan mutu.
Peluang untuk memecahkan masalah harus digunakan pada saat yang tepat oleh mereka yang
bertanggungjawab melalui langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah 1 : Mengidentifikasi, memilih, dan mendefinisikan masalah. Kenali hal-hal yang
berpotensi menjadi masalah dan kaji situasi dimana staf mungkin dapat
mempebaikinya.
Tentukan kriteria untuk memilih masalah yang paling penting. Definisikan secara
operasional masalah yang dipilih, misalnya,bagaimana staf mengetahui bahwa hal
yang diidentifikasi merupakan masalah?Bagaimana staf mengetahui bahwa
masalah sudah terpecahkan, dengan cara menentukan kriteria keberhasilan
pemecahan masalah.
Langkah 2 : Pelajari dengan seksama proses yang terjadi dari segala aspek.
Tentukan di mana dan kapan masalah muncul. Pahami proses terjadinya masalah.
Langkah 3 : Tentukan sebab masalah yang pokok
Tentukan faktor-faktor yang menimbulkan masalah dan keterkaitannya dengan
masalah.Gunakan metode untuk mengetes hipotesis tentang sebab-sebab yang
mungkin menimbulkan masalah tersebut.Kumpulkan data untuk mengetes
hipotesis dan untuk menentukan faktor penyebab yang paling dominan.
Langkah 4: Identifikasi semua solusi yang mungkin. Berfikirlah secara kreatif untuk
menanganisebab-sebab masalah yang mungkin dapat diatasi.
39
Langkah 5 : Pilih solusi yang dapat dilaksanakan.
Analisislah cara-cara pemecahan masalah yang mungkin dilaksanakan, dikaji dari
aspek kriteria keberhasilan memecahkan masalah, biaya yang diperlukan,
kemungkinan solusi dapat dilaksanakannya, atau kriteria lainnya.
Langkah 6 : Melaksanakan pemecahan masalah yang berkualitas dengan PDCA
Di Puskesmas Bojong kegiatan akreditasi dimulai dari penyusunan dokumen berupa Standar
Operasional prosedur (SOP) dan Kebijakan, implemenasi dokumen sampai dilaksanakan audit
internal, audit eksternal, tinjauan manajemen dan self assessment untuk pengendalian mutu
pelayanan. Adapun jadwal terlampir:
40
A. MUTU PELAYANAN DI PUSKESMAS BOJONG
41
Pengendalian Pelayanan
Puskesmas Bojong menentukan pengendalian pelayanan da proses pelayanan ruang
lingkup puskesmas melalui :
o Ketersediaan informasi dari pelayanan
o Menetapkan prosedur kerja (SOP) yang dibutuhkan
o Penggunaan dan pemeliharaan peralatan yang sesuai untuk proses pelayanan
o Menetapkan aktivitas pengukuran dan pemantauan.
Dalam gambar 1, pengidentifikasian masalah yang akan dipecahkan dan pencarian sebab-
sebabnya serta penetuan tindakan koreksinya, harus selalu didasarkan pada fakta.
Peningkatan
Pemecahan masalah
A P
C dan peningkatan
D
Standar
A P
C D Pemecahan masalah
Standar dan peningkatan
Plan Do Check
Action
Follow-up
Corrective
Action
Improvement
42
Plan
(1)
Action (6)
Menentukan
Tujuan dan
Mengambil
sasaran
tindakan (2)
yang tepat
Menetapkan
Metode untuk
Mencapai tujuan
Menyelenggarakan
(5)
Pendidikan dan
Memeriksa akibat latihan
pelaksanaan
Check (3)
(4)
Melaksanakan
pekerjaan Do
Gambar 3. Siklus
PDCA
Hubungan pengendalian kualitas pelayanan dengan peningkatan perbaikan berdasarkan siklus
P-D-C-A diperlihatkan dalam gambar 2. Pengendalian kualitas berdasarkan siklus P-D-C-A
hanya dapat berfungsi jika sistem informasi berjalan dengan baik dan siklus tersebut dapat
dijabarkan dalam enam langkah seperti diperlihatkan dalam gambar 3.
Keenam langkah P-D-C-A yang terdapat dalam gambar 3 di atas dapat dijelaskan sebagai
berikut :
43
dan pengalaman para pegawai dapat dijadikan modal dasar untuk mengatasi masalah yang
timbul dalam pelaksanaan pekerjaan karena ketidaksempurnaan standar kerja yang telah
ditetapkan.
44
• Mendorong kita untuk merenungkan di mana kita sedang berjalan dan bagaimana kita
mencapainya;
• Memberikan informasi dan wawasan;
• Membangkitkan kita untuk bertindak berdasarkan informasi dan wawasan itu;
• Meningkatkan kemungkinan bahwa kita akan membuat suatu perbedaan perkembangan
yang positif.
4. CAKUPAN MONITORING
Monitoring meliputi:
• Menetapkan indikator efisiensi, efektivitas dan dampak;
• Mengatur sistem untuk mengumpulkan informasi yang menghubungkan indikator-
indikator ini;
• Mengumpulkan dan merekam informasi;
• Menganalisis informasi;
• Menggunakan informasi untuk membuat laporan menejemen dari hari ke hari.
5. CAKUPAN EVALUASI
Evaluasi meliputi:
• Melihat apa yang ingin dicapai dari kegiatan atau organisasi atau perbedaan apa yang
ingin dilakukan. Apa dampak yang ingin dibuat? Menilai kemajuannya ke arah apa yang
ingin dicapai, sasaran dampaknya.
• Melihat strategi kegiatan atau organisasi. Apakah kegiatan atau organisasi itu
mempunyai strategi? Apakah kegiatan atau organisasi mengikuti strategi secara efektif?
Apakah strategi itu berjalan? Jika tidak berjalan, mengapa terjadi?
• Melihat bagaimana kegiatan atau organisasi bekerja. Apakah terdapat pemanfaatan
sumber daya yang efisien? Opportunity costapa yang dipilih untuk bekerja? Bagaimana
kelangsungan cara yang dipilih agar kegiatan atau organisasi berjalan? Apa implikasi
jalannya kegiatan atau organisasi bagi semua pemangku kepentingan?
Kegiatan Monitoring dan Evaluasi dalam upaya pengendalian dan peningkatan mutu pelayanan
sesuai dengan indikator-indikator yang sudah tersusun dilakukan oleh seluruh jajaran
manajemen Puskesmas Bojong berkoordinasi dengan Tim Mutu dan Keselamatan
Tim Mutu Puskesmas Bojongsecara berkala (paling lama 2 tahun) melakukan evaluasi
pedoman, kebijakan dan prosedur Upaya peningkatan Mutu pelayanan di Puskesmas
Bojong.Tim Mutu berkoordinasi dengan setiap unit kerjaPuskesmas Bojong melakukan analisis
dan evaluasi kegiatan terkait dengan indikator yang sudah dibuat setiap triwulan dan membuat
tindak lanjutnya.Hasil monitoring dan evaluasi di desiminasikan pada kegiatan lokakarya
bulanan, rapat koordinasi serta membuat laporan berkala kepada pihak manajemen
Puskesmas Bojong
45
BAB XIII
PENUTUP
Kualitas pelayanan publik sangat ditentukan oleh sistem dan tenaga pelayanan.Namun
ketenagaan pelayanan seringkali menghadapi kendala dalam hal jumlah, sebaran, mutu dan
kualifikasi, sistem pengembangan karir, dan kesejahteraan tenaga pelaksana
pelayanan.Permasalahan yang muncul menimbulkan persepsi rendahnya kualitas pelayanan,
yang berawal dari kesenjangan antara aturan dan standar yang ada dengan pelaksanaan
pelayanan yg tidak bisa menyesuaikan.Masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan yang
aman dan bermutu, manajemen risikodan keselamatan pasien perlu diterapkan dalam
pengelolaan Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Pedoman ini menyampaikan hasil kajian ketenagaan sarana dan pengendalian mutu
pelayanan puskesmas, agar Puskesmas dapat menjalankan fungsinya secara optimal perlu
dikelola dengan baik, baik kinerja pelayanan proses pelayanan maupun sumberdaya yg
digunakan.
46
LAMPIRAN – LAMPIRAN
1) Assesment Pasien
2) Pemeriksaan Laboratorium
47
PENANGGUNG Penanggung Jawab Laboratorium
JAWAB
PENGUMPULAN
DATA
48
JUDUL Waktu tunggu pelayanan obat racikan
DIMENSI MUTU Efektifitas kesinambungan pelayanan, efesiensi
TUJUAN Tergambarnya kecepatan pelayanan farmasi
DEFINISI Waktu tunggu pelayanan obat racikan adalah tenggang
OPERASIONAL waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan
menerima obat racikan
FREKUENSI Harian, kemudian di rekapitulasi setiap bulan
PENGUMPULAN
DATA
PERIODE ANALISA Tiga bulan sekali
NUMERATOR Jumlah kumulatif waktu tunggu pelayanan obat racikan
pasien yang disurvey pada periode tertentu
DENOMINATOR Jumlah Seluruh pasien yang disurvey pada periode tertentu
SUMBER DATA Survey
STANDAR ≤ 60 menit
PENANGGUNG Penanggung Jawab Farmasi
JAWAB
PENGUMPULAN
DATA
49
JUDUL Penulisan Resep sesuai formularium
DIMENSI MUTU Efisiensi
TUJUAN Tergambarnya efisiensi pelayanan obat kepada pasien
DEFINISI Formularium obat adalah daftar obat yang digunakan di
OPERASIONAL rumah sakit
FREKUENSI Harian, kemudian di rekapitulasi setiap bulan
PENGUMPULAN
DATA
PERIODE ANALISA Tiga bulan sekali
NUMERATOR Jumlah resep yang diambil sebagai sampel yang sesuai
formularium dalam periode tertentu
DENOMINATOR Jumlah seluruh resep yang diambil sebagai sampel dalam
periode tertentu (N = minimal 50)
SUMBER DATA Survey
STANDAR 100 %
PENANGGUNG Penanggung Jawab Farmasi
JAWAB
PENGUMPULAN
DATA
4) Ketersediaan Isi Dan Penggunaan Rekam Medik Pasien
50
JUDUL Kelengkapan Informed concent setelah mendapatkan
Informasi yang jelas
DIMENSI MUTU Kesinambungan pelayanan dan keselamatan
TUJUAN Tergambarnya tanggung jawab dokter untuk memberikan
informasi kepada pasien atau keluarganya dan mendapat
persetujuan dari pasien atau keluarganya akan tindakan
medik yang akan dilakukan
DEFINISI Informed Concent adalah persetujuan yang diberikan pasien
OPERASIONAL atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan
medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut
FREKUENSI Harian, kemudian di rekapitulasi setiap bulan
PENGUMPULAN
DATA
PERIODE ANALISA Tiga bulan sekali
NUMERATOR Jumlah pasien yang mendapat tindakan medik yang
mendapat informasi lengkap sebelum memberikan
persetujuan tindakan medik pada periode tertentu
DENOMINATOR Jumlah pasien yang mendapat tindakan medik yang
disurvey pada periode tertentu
SUMBER DATA Survey
STANDAR 100 %
PENANGGUNG Penanggung Jawab UKP
JAWAB
PENGUMPULAN
DATA
51
PENANGGUNG Penanggung Jawab UKP
JAWAB
PENGUMPULAN
DATA
52
PENGUMPULAN
DATA
53
PENANGGUNG Penanggung Jawab Unit Gawat Darurat
JAWAB Penanggung Jawab Farmasi
PENGUMPULAN
DATA
54
2) Pelaporan aktivitas yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan
55
PENANGGUNG Koordinator Unit Kerja
JAWAB
PENGUMPULAN
DATA
3) Manajemen Risiko
JUDUL Kejadian tertusuk limbah benda tajam infeksius
DIMENSI MUTU Keselamatan
TUJUAN Tergambarnya mutu penanganan limbah benda tajam
infeksius di rumah sakit
DEFINISI Limbah benda tajam infeksius adalah sampah akibat proses
OPERASIONAL pelayanan yang sudah terkontaminasi cairan tubuh/ darah
pasien yang dapat menularkan penyakit atau mencederai
antara lain; jarum infuse, potongan ampul, skapel, bisturi
Pengolahan limbah benda tajam infeksius harus dikelola
sesuai aturan dan pedoman yang berlaku di rumah sakit
FREKUENSI
PENGUMPULAN Harian, kemudian di rekapitulasi setiap bulan,
DATA
PERIODE ANALISA Tiga bulan sekali
NUMERATOR Jumlah kejadian petugas yang tertusuk limbah benda tajam
infeksius pada periode tertentu
DENOMINATOR Jumlah seluruh tindakan yang dilakukan oleh petugas pada
periode tertentu
SUMBER DATA Survey, Observasi
STANDAR 100 %
56
PENANGGUNG Tim Mutu dan Keselamatan
JAWAB
PENGUMPULAN
DATA
57
4) Harapan dan kepuasan pasien dan keluarga;
58
DEFINISI Kepuasan adalah pernyataan tentang persepsi pelanggan
OPERASIONAL terhadap pelayanan yang diberikan
FREKUENSI
PENGUMPULAN Harian, kemudian di rekapitulasi setiap bulan,
DATA
PERIODE ANALISA Tiga bulan sekali
NUMERATOR Jumlah kumulatif rerata penilaian kepuasan pasien rawat inap
yang disurvey pada periode tertentu
DENOMINATOR Jumlah Seluruh pasien rawat inap yang disurvey pada periode
tertentu ( N = minimal 50)
SUMBER DATA Survey, Observasi
STANDAR ≥ 90 %
PENANGGUNG Koordinator Poned
JAWAB Tim Mutu dan Keselamatan
PENGUMPULAN
DATA
59
FREKUENSI
PENGUMPULAN Harian, kemudian di rekapitulasi setiap bulan,
DATA
PERIODE ANALISA Tiga bulan sekali
NUMERATOR Jumlah kumulatif rerata penilaian kepuasan pasien yang
disurvey pada periode tertentu
DENOMINATOR Jumlah Seluruh pasien yang disurvey pada periode tertentu (
N = minimal 50)
SUMBER DATA Survey, Observasi
STANDAR ≥ 90 %
PENANGGUNG Tim Mutu dan Keselamatan
JAWAB
PENGUMPULAN
DATA
Sasaran mutu sesuai dengan kebijakan mutu dan mendukung tercapainya visi dan misi
puskesmas.Koordinator unit/program memastikan unit/programnya membuat perencanaan
kerja untuk mencapai sasaran unit kerja/programnya.
F. PERENCANAAN SISTEM MANAJEMEN MUTU
a) Merencanakan sistem manajemen mutu
b) Memastikan sistem manajemen mutu yang telah dibuat dijalankan secara efektif
c) Memastikan semua sasaran dan persyaratan yang telah ditetapkan tercapai
d) Memelihara/mempertahankan sistem manajemen mutu pada fungsinya masing-masing
e) Melakukan perbaikan/penyempurnaan system manajemen mutu
f) Merencanakan peningkatan hasil kinerja
G. TINJAUAN MANAJEMEN
Merupakan kegiatan manajemen yang sangat penting dalam rangka pengendalian suatu proses
dan kinerja termasuk evaluasi dalam implementasi sistem manajemen mutu. Tinjauan
manajemen dipastikan terdokumentasi.
Agenda rapat tinjauan manajemen :
1) Pembahasan hasil audit internal
2) Pembahasan umpan balik/keluhan pelanggan
3) Hasil penilaian kepuasan pelanggan
4) Hasil penilaian kinerja
5) Masalah-masalah operasional yang terkait dengan penerapan sistem manajemen mutu,
penyelenggaraan pelayanan (UKP dan UKM)
6) Rencana perbaikan/perubahan yang perlu dilakukan baik pada sistem manajemen mutu
maupun sistem pelayanan (UKP dan UKM)
7) Rekomendasi untuk perbaikan.
Output tinjauan manajemen :
a) Hasil tinjauan manajemen dibagikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan
b) Hasil tinjauan manajemen memuat keputusan/kesimpulan mengenai tindakan-tindakan
yang perlu diambil
c) Tata cara pelaksanaan tinjauan manajemen diuraikan dalam prosedur tinjauan
manajemen.
60