2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pedoman Mutu dan Keselamatan Pasien ini menjelaskan secara garis besar sistem
manajemen mutu dan keselamatan pasien UPTD Puskesmas Bojong. Semua ketentuan
maupun persyaratan serta kebijakan yang tertuang dalam Pedoman Mutu ini merupakan
acuan untuk menjalankan kegiatan operasional Puskesmas Bojong. Sistem manajemen
mutu ini mulai berlaku tanggal 01 Januari 2018.
Penerapan sistem manajemen mutu dimaksudkan untuk menjadikan gambaran
secara umum sistem manajemen mutu dalam mencapai komitmen mutu, sasaran mutu, serta
kepuasan pelanggan sehingga tujuan Puskesmas Bojong secara keseluruhan dalam aspek
mutu tercapai.
3
1.3 Misi Puskesmas Bojong
4
1.5 Struktur Organisasi
KEPALA PUSKESMAS
KELOMPOK
JABATAN KA TATA
FUNGSIONAL USAHA
PJ
Dokter PJ UKP Sistem Informasi
Dokter Gigi PJ UKM PELAYANAN
PJ UKM KEFARMASIAN Kepegawaian
Apoteker KESEHATAN
ESENSIAL PENGEMBANGAN & LAB Keuangan
Asisten & JEJARING Rumah Tangga
NNNN
Apoteker
Bidan
Pel. Promkes Pel. Kes Jiwa Pel. Umum Pustu
Perawat
Pel. KIA/KB Pel. Kes Kerja Pel. Gigi Pusling
Perawat Gigi
Pel. Kesling Pel. Kes Lansia Pel. KIA/KB Poskesdes
Nutrsionis
Pel. P2P Pel. Kes Indera Pel. Gizi Klinis Bidan Desa
Analis Lab
Pel. Gizi Pel. UKGS/ UKGM Pel. Farmasi Jejaring Faskes
Promkes
Pel. Pel. Kes Olahraga Pel. Laboratorium
Sanitarian
Perkesmas Pel. Kes
Surveilans
Tradisional
B. TUJUAN
Tujuan Umum
Tersedianya pedoman mutu dan keselamtan pasien puskesmas sebagai acuan dalam
membangun sistem mutu dan keselamatan pasien baik untuk penyelenggaraan upaya
kesehatan masyarakat maupun untuk penyelenggaraan pelayanan klinis yang profesional di
Puskesmas Bojong.
Tujuan Khusus
a. Terlaksananya penilaian terhadap kinerja dan indikator pelayanan di Puskesmas
Bojong.
b. Terlaksananya penilaian audit internal di Puskesmas Bojong
c. Terlaksananya perbaikan berkelanjutan program–program pelayanan
d. Meningkatnya kepuasan dan harapan pelanggan terhadap pelayanan kesehatan di
Puskesmas Bojong.
5
C. BATASAN OPERASIONAL
Peningkatan Mutu adalah perbaikan kualitas, kinerja di puskesmas secara terus menerus.
Sedangkan Peningkatan mutu di dalam akreditasi adalah merupakan suatu pendekatan
pembelajaran dan perbaikan terus menerus pada proses penyediaan pelayanan kesehatan
sesuai kebutuhan pasien dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.
Jenis Pelayanan adalah jenis-jenis pelayanan yang diberikan oleh puskesmas kepada
masyarakat.
1. Upaya KIA
Upaya KIA adalah upaya dibidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan
pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki, bayi dan anak balita serta anak
prasekolah. Upaya kesehatan ibu ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu sehingga
6
mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka
kematian ibu.
2. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P)
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular yaitu upaya
pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penular
penyakit menular/infeksi untuk melindungi masyarakat dari tertularnya penyakit,
menurunkan jumlah yang sakit, cacat dan/atau meninggal dunia, serta untuk mengurangi
dampak sosial dan ekonomi akibat penyakit menular. Prioritas penyakit menular yang
akan ditanggulangi adalah Malaria, demam berdarah dengue, diare, polio, filaria,
kusta tuberkulosis paru, HIV/AIDS, pneumonia, dan penyakit-penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi. Prioritas penyakit tidak menular yang ditanggulangi adalah
penyakit jantung dan gangguan sirkulasi, diabetes mellitus, dan kanker.
3. Upaya Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan yaitu upaya pelayanan kesehatan lingkungan puskesmas
untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya sanitasi dasar,
pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk pengendalian pencemaran
lingkungan dengan peningkatan peran serta masyarakat. Untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
4. Upaya Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah salah satu program puskesmas yang berfokus pada
pelayanan preventif dan promotif kepada masyarakat. Kegiatannya meliputi penyuluhan
kesehatan dan pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Diantara
kegiatannya juga meliputi pembinaan desa siaga kesehatan, kerjasama lintas sektor dan
upaya dalam merumuskan kebijakan bersama dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
5. Upaya Perbaikan Gizi
Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat adalah salah satu upaya pokok Puskesmas yaitu
kegiatan yang meliputi peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan Kurang Energi
Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI), Kurang Vitamin
A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha
Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.Upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk
peningkatan mutu gizi perseorangan dan masyarakat.
6. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
Upaya perawatan kesehatan masyarakat bertujuan meningkatnya kemandirian
individu, keluarga, kelompok/masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan
keperawatannya sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
7
c) Jaringan Pelayanan Kesehatan
Jaringan pelayanan puskesmas adalah:
1. Puskesmas pembantu
2. Puskesmas keliiling
3. Bidan desa atau Poskesdes
Kegiatan Upaya dilaksanakan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Plan:
rencana; Do: Melaksanakan; Check: Analisis hasil; Action: Perubahan/perbaikan).
Mutu Pelayanan adalah kinerja yang merujuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan, yang disatu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai
dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta dipihak lain tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengan standard an kode etik profesi telah ditetapkan
Kinerja adalah proses yang dilakukan dan hasil yang dicapai oleh suatu organisasi dalam
menyediakan produk dalam bentuk jasa pelayanan atau barang kepada pelanggan
Indikator Kinerja adalah variable yang digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau status
dan memungkinkan dilakukan pengukuran terhadap perubahan yang terjadi dari waktu ke
waktu atau tolak ukur prestasi kuantitatif/ kualitatif yang digunakan untuk mengukur
terjadinya perubahan terhadap besaran target atau standar yang telah ditetapkan
sebelumnya
Standar adalah nilai tertentu yang telah ditetapkan berkaitan dengan sesuatu yang harus
dicapai.
Frekuensi pengumpulan data adalah frekuensi pengambilan data dari sumber data untuk
tiap indikator
Periode Analisis adalah rentang waktu pelaksanaan kajian terhadap indikator kinerja yang
dikumpulkan
Pembilang (Numerator) adalah besaran sebagai nilai pembilang dalam rumus indikator
kinerja
Penyebut (Denominator) adalah besaran sebagai pembagi dalam rumus indikator kinerja
Sumber Data adalah sumber bahan nyata/keterangan yang dapat dijadikan dasar kajian
yang berhubungan langsung dengan persoalan
8
D. RUANG LINGKUP
Pedoman mutu dan keselamatan pasien ini disususn berdasarkan standar akreditasi
puskesmas, yang meliputi pedoman dalam upaya peningkatan mutu dan kinerja pelayanan
yang terdiri dari penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat dan pelayanan klinis, dan
administrasi manajemen.Dalam penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat dan
pelayanan klinis memperhatikan keselamatan sasaran/pasien dengan menerapkan
manajemen risiko.
9
BAB II
SISTEM MANAJEMEN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
2.1 Gambaran Umum Manajemen Mutu dan Keselamatan Pasien Puskesmas Bojong
Secara umum dokumen-dokumen dalam sistem manajemen mutu yang disusun meliputi :
1. Dokumen level 1 : Kebijakan
2. Dokumen level 2 : Pedoman/manual
3. Dokumen level 3 : Standar operasional prosedur (SOP)
4. Dokumen level 4 :Rekaman-rekaman sebagai catatan sebagai akibat pelaksanaan
kebijakan, pedoman, dan prosedur.
10
2.3 Pengendalian Dokumen
Pengendalian dokumen dimaksudkan agar dokumen sistem manajemen mutu yang
digunakan adalah tepat dan benar. Pedoman Mutu, prosedur kerja atau SOP dikendalikan
secara terpusat di bawah koordinasi Wakil Manajemen. Sedangkan dokumen pendukung
lainnya seperti panduan program (UKM) dan dokumen eksternal lainnya dikelola oleh
masing-masing unit setelah mendapat pengesahan dari Tim Mutu. Cara pengendalian
dokumen diatur dalam prosedur dan dipahami oleh semua pegawai.
11
harapan terhadap produk atau output penyelenggaraan UPTD Puskesmas
Bojong.
b. Dokumen internal, berupa dokumen perencanaan, surat keputusan pimpinan,
pedoman kerja, kerangka acuan, SOP, instruksi kerja, rekaman, dokumen hasil
audit dan upaya perbaikan. Semua dokumen ini harus terkendali
Cara Pengendalian dokumen di UPTD Puskesmas Bojong.
a. Kode klasifikasi surat keluar/ pemberitahuan/ undangan/ instruksi/ Surat
Keputusang yang semuanya bersifat umum menggunakan kode AIII
Contoh : …./ TU /PKMB/ III /2018
b. Kode klasifikasi SK dan SOP (Standar Operasional Prosedur) menggunakan kode
:
1). SK
Contoh : …./SK/PKMB/VIII/2018
2). SOP
Contoh : …./SOP/PKMB/VIII/2018
c. Setiap SOP harus disertai dengan daftar tilik yang berfungsi untuk memonitoring/
memantau/mengevaluasi tingkat kepatuhan petugas terhadap SOP dengan
menghitung complience rate dengan rumus :
4. Sosialisasi Dokumen
Agar dokumen dapat dikenali oleh seluruh pelaksana maka perlu dilakukan sosialisasi
dokumen tersebut, khusus SOP, bila rumit maka untuk melaksanakan SOP tersebut
perlu dilakukan pelatihan.
5. Pencatatan Dokumen
Pencatatan dokumen dalam Daftar Dokumen Eksternal atau Internal. Dokumen
diserahkan kepada pengusul untuk menggandakan
6. Distribusi Dokumen
Mendistribusikan dokumen yang sudah diberi stempel terkendali
Tata Cara Pendistribusian Dokumen :
a) Distribusi adalah kegiatan atau usaha menyampaikan dokumen kepada unit
upaya atau pelaksana yang memerlukan dokumen tersebut agar dapat
digunakan sebagai panduan dalam melaksanakan kegiatannya. Kegiatan ini
dilakukan oleh Tim Mutu atau bagian Tata Usaha Puskesmas sesuai pedoman
tata naskah.
b) Distribusi harus memakai ekspedisi dan/atau formulir tanda terima.
c) Distribusi dokumen bisa hanya untuk unit kerja tertentu tetapi bisa juga untuk
seluruh unit kerja lainnya.
12
7. Tata Cara Penyimpanan Dokumen
a) Dokumen asli (master dokumen yang sudah dinomori dan sudah
ditandatangani) agar disimpan di sekretariat Tim Akreditasi Puskesmas atau
Bagian Tata Usaha Puskesmas, sesuai dengan ketentuan yang berlaku
tentang tata cara pengarsipan dokumen yang diatur dalam pedoman/tata
naskah. Penyimpanan dokumen yang asli harus rapi, sesuai metode
pengarsipan sehingga mudah dicari kembali bila diperlukan.
b) Dokumen fotokopi disimpan di masing-masing unit upaya Puskesmas, dimana
dokumen tersebut dipergunakan. Bila tidak berlaku lagi atau tidak
dipergunakan maka unit kerja wajib mengembalikan dokumen yang sudah
tidak berlaku tersebut ke sekretariat Tim Mutu atau Bagian Tata Usaha
sehingga di unit kerja hanya ada dokumen yang masih berlaku saja. Sekretariat
Tim Mutu atau Bagian Tata Usaha organisasi dapat memusnahkan fotokopi
dokumen yang tidak berlaku tersebut, namun untuk dokumen yang asli agar
tetap disimpan, dengan lama penyimpanan sesuai ketentuan dalam ketentuan
retensi dokumen yang berlaku di Puskesmas.
c) Dokumen di unit upaya Puskesmas harus diletakkan di tempat yang mudah
dilihat, mudah diambil, dan mudah dibaca oleh pelaksana.
8. Penarikan, Pengarsipan dan Pemusnahan Dokumen
Menarik dokumen lama apabila dokumen ini adalah dokumen pengganti serta
mengisi format usulan penambahan/penarikan dokumen.Mengarsipkan dokumen
induk yang sudah tidak berlaku dengan membubuhkan stempel “Kadaluwarsa” dan
kemudian menyimpan dokumen tersebut selama 2 tahun.Memusnahkan dokumen
sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
13
BAB III
KEBIJAKAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
Isi kebijakan mutu sejalan dengan visi misi dan tujuan Puskesmas Bojong. Kebijakan
mutu menjadi acuan untuk menetapkan sasaran mutu, mengevaluasi pencapaian sasaran
serta acuanperbaikan yang akan dilakukan. Kebijakan mutu disosialisaikan dan dipastikan
dipahami oleh seluruh pegawai puskesmas dan ditinjau secara berkala untuk menjamin
kesesuaiannya.
Keselamatan pasien (patient safety) adalah reduksi dan meminimalkan tindakan yang
tidak aman dalam sistem pelayanan kesehatan sebisa mungkin melalui pratik yang terbaik
untuk mencapai luaran klinis yang optimum. (The Canadian Patient Safety Dictionary,
October 2003). Keselamatan pasien menghindarkan pasien dari cedera/cedera potensial
dalam pelayanan yang bertujuan untuk membantu pasien.
Tujuan Patient Safety terciptanya budaya keselamatan pasien di Puskesmas., meningkatnya
akuntabilitas (tanggung jawab) Puskesmas terhadap pasien dan masyarakat,menurunnya
KTD (kejadian tidak diharapkan) di Puskesmas, terlaksananya program-program
pencegahan, sehingga tidak terjadi pengulangan KTD (kejadian tidak diharapkan).
14
Adverse Event /KTD (Kejadian Tidak Diharapkan)
Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu
tindakan atau karena tidak bertindak ketimbang daripada “underlying dessease” atau kondisi
pasien.
15
pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan dan ememlihara kompetensi staf serta
mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien,
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien:Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
16
BAB IV
KOMITMEN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN
17
BAB V
PENGORGANISASIAN
PENANGGUNG JAWAB
MUTU
SEKRETARIS
TIM
AUDIT INTERNAL
18
A. Penanggung jawab tim mutu Pokja:
1. Melaksanakan kegiatan sesuai rencana kegiatan/program kerja Mutu dan
keselamatan pasien
2. Menghadiri pertemuan rutin terkait Mutu
3. Membuat Indikator Mutu dan Kenerja sesuai Pokja
4. Melakukan perbaikan mutu dan kinerja Sesuai Pokja
5. Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan sesuai Pokja
6. Melakukan tindakan korektif dan preventif sesuai Pokja
7. Melakukan identifikasi dan pelaporan Insiden Keselamatan pasien Sesuai Pokja
8. Membuat Register Risiko pelayanan sesuai Pokja
9. Melakukan Pengelolaan Keluhan dan umpan balik sesuai Pokja
10. Melakukan kaji banding
19
BAB VI
PENGELOLAAN SUMBER DAYA DAN PERALATAN
Untuk Puskesmas Bojong, Kualifikasi Sumber Daya Manusia sudah sesuai, walaupun
masih ada beberapa tenaga yang belum melanjutkan ke jenjang yang diharapkan. Namun
akan diupayakan agar semua tenaga mencapai kualitas seperti yang diharapkan.
20
DATA KETENAGAAN PUSKESMAS BOJONG
N Gelar Tempat Gol Nama Pendidikan
o Gelar Belaka Tanggal Jabatan
Depan Nama ng Lahir
1 Dr ANO MM IVa Kepala S2
NUGRAHA Puskesmas
2 S.AP Purwakar IIId Kasubbag TU S1
ta,
RAMLI NANY 29-04-
H 1965
3 Kebumen IIId Perawat SPK
, Penyelia
SRI 31-12-
HARYANTI 1966
4 AMKeb Subang, IIId Bidan D3
22-01- Penyelia
NURHAYATI 1968
5 Karawan IIId Perawat SPK
g, Penyelia
TITA 07-09-
ROSWATI 1968
6 Drg Jakarta, IIId Dokter Gigi S1 Profesi
15-12- Muda
ADE ARNI 1965
7 Dr MKK Cirebon, IIId Dokter Muda S2
NUNUN TRI 24-10-
ARYANTY 1977
8 Purwakar IIIc Pekarya SLTA
ta, Kesehatan
IDAH 09-09-
TARMIDAH 1967
9 Purwakar IIIc Pelaksana SLTA
ta
HERI 11-08-
AGUSTIANA 1962
10 Purwakar IIIc Pelaksana SLTA
ta,
TOTO 15-03-
SATRIA 1962
11 Sumedan IIIc Pekarya SLTA
YANI g,28-06- Kesehatan
HERYANI 1964
21
12 Karawan IIIc Pekarya SLTA
g, Kesehatan
SUHERMI 15-07-
NINING Y 1968
13 AMK Padang, IIIc Perawat D3
HERMITA 03-05- Pel.Lanjutan
RIZA 1971
14 AMKeb Mojokerto IIIc Bidan D3
, Pel.Lanjutan
02-06-
SUMIATI 1967
15 AMKG Subang, IIIc Perawat Gigi D3
27-03- Pel. Lanjutan
NURJANAH 1972
16 AMKeb Purwakar IIIb Bidan D3
ta, Pelaksana
IMAS 20-07-
SARIBANON 1982
17 AMKeb Ciamis, IIIa Bidan D3
19-11- Pelaksana
AI SOLIHAH 1981 Lanjutan
20 NOVIA Amd. Purwakar IIIa Pranata Lab. D4
MAULINAWA AK ta, 16-11- Pelaksana
TI 1985
21 SELLY AMG Bandung, IIIa Nutrisionis D3
NURHELIYA 16-07- Pelaksana
NTI 1986
22 AMK Purwakrt IId Perawat D3
SUCI a, 27-11- Pelaksana
NOPITRI, 1983
23 AMK Subang, IId Perawat D3
19-6- Pelaksana
ROKAYAH 1980
24 AMKeb Purwakar IId Perawat D3
MELA ta, 9-12- Pelaksana
RAHMAWATI 1980
25 AMKeb Purwakar IId Bidan D3
NENI ta, 25-12- Pelaksana
MARYAM 1982
26 AMK Temangg IId Perawat D3
YUNI
ung1-6- Pelaksana
TRININGSIH
1979
22
27 EKA AMKeb Bandung, IIIa Bidan D3
NURVIDIOW 06-04- Pelaksana
ATI 1981
28 Purwakar IIId Sanitarian SLTA
ta, penyelia
YANTO 22-05-
SURYANTO 1964
29 Jakarta, IIc Pelaksana SAA
FERA 22-02-
RISKANDINI 1982
30 AMKeb Tasikmal IId Bidan D3
aya,12- Pelaksana
NURUL ASRI 06-1977
31 AMKeb Purwakar Bidan D3
EKA ta, 24-05 Pelaksana
PURWASARI 1986
32 HILDA AMKeb Purwakar Bidan D3
YUNIANSYA ta, 22-06- Pelaksana
H 1986
33 AMKeb Salangha Bidan D3
IRAWATI rianja, 5- Pelaksana
02-1986
34 PUJI AMKeb Karawan Bidan D3
JAYANTI g, 20-06- Pelaksana
FADILAH 1987
35 AMKeb Subang, Bidan D3
JUSTIANING 27-10- Pelaksana
RUM 1987
36 AMKeb Purwakar Bidan D3
PURNIATI ta, Pelaksana
WASAPTIA T 3-9-1988
37 NIA AMKeb Garut, Bidan D3
SUNIANING 30-9- Pelaksana
SIH 1987
38 AMKeb Purwakar Bidan D3
SANDRA ta, 08-07- Pelaksana
YULITA E. 1986
39 Purwakar Pekarya SLTP
ENDAN ta, 18-8-
SUHENDAR 1971
40 Dr ELVA FERIA Purwakar Dokter S1 Profesi
SONDARI ta, Pelaksana
23
12-2-
1986
41 AMKeb Tasikmal Bidan D3
WILDA aya, 11- Pelaksana
MARLIANA 04-1987
42 Simpang Pelaksana SAA
WAGINI sari, 15-
03-1979
43 ARINA AMKeb Batahan, Bidan D3
AFNALIS 4-3-1989 Pelaksana
44 AMKeb Purwakar Bidan D3
FANY
ta, Pelaksana
PERMATASA
3-11-
RI
1989
45 AMKeb Purwakar Bidan D3
FANI
ta, Pelaksana
MARDLIANI
27-1-
R
1992
46 AMKeb Purwakar Bidan D3
NOVI
ta, 17-10- Pelaksana
OCTAVIANA
1991
47 AMKeb Purwakar Bidan D3
TRI UTAMI
ta, Pelaksana
WATI
7-2-1990
48 Purwakar Pelaksana SLTA
RADITIA ta,
HERFIAWAN 20-10-
1993
49 AI AMKeb Subang, Bidan D3
NURAMIDAH 8-7-1988 Pelaksana
50 AMKeb Bidan D3
LANI
Pelaksana
51 SFarm. Apoteker S1 Profesi
GINA
Apt Pelaksana
24
6 Perawat Gigi D3 1
7 Analis Kesehatan D4 1
8 Nutrisionis D3 1
9 Bidan D3 24
10 Asisten Apoteker 2
11 Tenaga Promkes 1
12 Sanitarian 1
13 Ka TU 1
14 Tenaga Pendukung 7
JUMLAH 51
25
B. Denah Gedung dan Ruang PONED Bojong
26
C. Denah Gedung dan Ruang Administrasi Puskesmas Bojong
27
ujung tombak dinas kesehatan dalam upaya mewujudkan target standar pelayanan minimal
(SPM) kesehatan di kabupaten/kota.
28
Jadwal Kegiatan Puskesmas Bojong
Puskesmas Bojong buka pelayanan setiap hari kerja, yaitu Senin sampai Sabtu.
29
serta penghapusan material atau alat-alat kesehatan. Tujuan dari manajemen logistik adalah
tersedianya bahan setiap saat dibutuhkan, baik mengenai jenis, jumlah maupun kualitas
yang dibutuhkan secara efisien. Dengan demikian manajemen logistik dapat dipahami
sebagai proses penggerakkan dan pemberdayaan semua sumber daya yang dimiliki dan
atau potensial untuk dimanfaatkan,untuk operasional, secara efektif dan efisien.
Manajemen logistik sebagai suatu fungsi mempunyai kegiatan-kegiatan:
A. Perencanaan Kebutuhan
Fungsi perencanaan ini pada dasarnya adalah menghitung berapa besar kebutuhan
bahan logistik yang diperlukan untuk periode waktu tertentu, biasanya untuk satu tahun.
Ada dua cara pendekatan yang digunakan dalam perencanaan kebutuhan obat, yaitu:
1. Dengan mengetahui atau menghitung kebutuhan yang nyata dipergunakan dalam
periode waktu lalu :
a. jumlah sisa/persediaan pada awal periode
b. jumlah pembelian pada periode waktu
c. jumlah bahan logistik yang terpakai selama periode
d. membuat analisis efisiensi penggunaan bahan logistik, dikaitkan dengan kinerja
yang dicapai
e. membuat analisis kelancaran penyediaan bahan logistik, misalnya frekuensi
barang yang diminta ‘habis’ atau tidak ada persediaan,jumlah barang yang
menumpuk, serta penyebab terjadinya keadaan tersebut.
2. Dengan melihat program kerja yang akan datang:
a. membuat analisis kebutuhan untuk dapat menunjang pelaksana kegiatan pada
periode waktu yang akan datang, yang berorientasi kepada program pelayanan,
pola penyakit, target kinerja pelayanan
b. memperhatikan kebijakan pimpinan mengenai standarisai bahan, ataupun
kebijakan dalam pengadaan. (Untuk obat misalnya ada Formularium, untuk
pengadaan di Puskesmas)
c. menyesuaikan perhitungan dengan memperhatikan persediaan awal, baik
meliputi jenis, jumlah maupun spesifikasi logistik
d. memperhatikan kemampuan gudang tempat penyimpanan barang.
B. Penganggaran
Fungsi berikutnya adalah menghitung kebutuhan diatas dengan harga satuan (dapat
berdasarkan harga pembeli waktu yang lalu atau menurut informasi yang terbaru), sehingga
akan diketahui kebutuhan anggaran untuk pengadaaan bahan logistik tersebut.
C. Pengadaan
Fungsi berikutnya adalah pengadaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk
mengadakan bahan logistik yang telah direncanakan, baik melalui prosedur :
1. Pembelian
2. Produksi sendiri, maupun dengan
3. Sumbangan dari pihak lain yang tidak mengikat
Untuk pengadaan obat di Puskesmas dilakukan oleh Gudang Farmasi Kabupaten
berdasarkan usulan kebutuhan obat dari Puskesmas.
30
D. Penyimpanan
Fungsi penyimpanan ini sebenarnya termasuk juga fungsi penerimaan barang, yang
sebenarnya juga mempunyai peran strategi. Secara garis besar yang harus dicek
kebenarannya adalah :
1. Kesesuaian dengan jenis, jumlah dan spesifikasi bahan serta waktu penyerahan
barang terhadap surat pesan (SP), surat perintah kerja (SPK) atau purchase order
(PO).
2. Kondisi fisik bahan, apakah tidak ada perubahan warna, kemasan, bau, noda dan
sebagainya yang menindikasikan tingkat kualitas bahan.
3. Kesesuian waktu penerimaan bahan terhadap batas waktu SP/PO
Barang yang diterima tersebut kemudian dibuatkan berita acara penerimaan (BAP)
barang. Berdasarkan sifat dan kepentingan barang/bahan logistik ada beberapajenis barang
logistik, yang biasanya tidak langsung disimpan digudang, akan tetapi diterimakan langsung
kepada pengguna. Yang penting adalah bahwa mekanisme ini harus diatur sedemikian rupa
sehingga tercipta internal check (saling uji secara otomatis) yang memadai, yang ditetapkan
oleh yang berwenang.
Fungsi penyimpanan ini sangat menentukan kelancaran distribusi :
1. Untuk mengantisipasi keadaan yang fluktuatif, karena sering terjadi kesulitan
memperkirakan kebutuhan secara akurat
2. Untuk menghindari kekosongan bahan (out of stock)
3. Untuk menghemat biaya, serta mengantisipasi fluktuasi kenaikan harga bahan
4. Untuk menjaga agar kualitas bahan dalam keadaan siap dipakai
5. Untuk mempercepat pendistribusian
Ada beberapa metode tentang pengendalian persediaan logistik, metode yang sering
digunakan dalam pengendalian persediaan di Puskesmas adalah dengan memperhatikan
sifat barang/obat, apakah termasuk barang vital, esensial atau normal, digabungkan dengan
apakah barang tersebut termasuk fast atau slow moving. Kombinasi kedua metode ini
selama periode tertentu kemudian dihitung kebutuhan atau penggunaannya akan diketahui
rata-rata penggunaan perbulan, dan juga fluktuasi permintaannya.
Dari perhitungan itu secara empiris, dapat ditentukan berapa besar jumlah :
1. Persediaan minimal/jenis barang per bulan
2. Persediaan maksimal/jenis barang per bulan
3. Persediaan pengaman
Untuk menghitung ini, yang perlu diperhatikan berapa lama waktu penyediaan sejak
pesanan diterima rekanan sampai barang diterima oleh Puskesmas dan berapa kebutuhan
barang selama periode tersebut.
Dalam penyimpanan dikenal ada sistem FIFO (first in first out). Khusus di puskesmas
seharusnya FIFO juga dibaca sebagai first expired first out (FEFO), manan yang mempunyai
31
mempunyai masa kadaluarsa pendek/singkat harus dikeluarkan terlebih dahulu, tidak
tergantung kapan diterimanya digudang.
E. Pendistribusian
Efisiensi pelaksanaan fungsi pendistribusian ini juga secara tidak langsung akan
mempengaruhi kecermatan dan kecepatan penyediaan oleh karena itu harus ditetapkan
prosedur yang baku pendistribusian bahan logistic :
1. Siapa yang berwenang dan bertanggungjawab mengenai kebenaran dan kewajaran
permintaan bahan, baik mengenai jumlah, spesifikasi maupun penyerahannya. Hal ini
sangat penting agar tidak terjadi pemborosan atau pengeluaran yang tidak perlu.
2. Siapa yang berwenang dan bertanggungjawab menyetujui permintaan dan
pengeluaran barang dari gudang.
F. Penghapusan
Penghapusan adalah proses penghapusan tanggungjawab bendahara barang atas
bahan atau barang tertentu sekaligus mengeluarkan dari catatan/pembukuan yang berlaku,
penghapusan barang diperlukan karena :
1. Bahan/barang rusak tidak dapat dipakai kembali
2. Bahan/barang tidak dapat didaur ulang atau tidak ekonomis untuk didaur ulang.
3. Bahan/barang sudah melewati masa kadaluarsa (expired date)
4. Bahan/barang hilang karena pencurian atau sebab lain
Penghapusan barang dapat dilakukan dengan :
1. Pemusnahan, yaitu dibakar atau dipendam/ditanam
2. Dijual/dilelang. Untuk instansi pemerintah, hasil penjualan dan pelelangan harus
disetor ke kas Negara.
Setelah penghapusan dilaksanakan, maka dibuat berita acara Penghapusan, yang
tembusannya dikirim ke instansi yang berkompeten.
Potensi bahaya di Puskesmas, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-
bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di Puskesmas, yaitu kecelakaan
(peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-
sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gangguan psikososial
dan ergonomi.Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan
32
bagi para pegawai Puskesmas, para pasien maupun para pengunjung yang ada di
lingkungan Puskesmas.
Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan,
meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu K3 Puskesmas perlu
dikelola dengan baik.Agar penyelenggaraan K3 Puskesmas lebih efektif, efisien dan terpadu,
diperlukan sebuah pedoman manajemen K3 di Puskesmas, baik bagi pengelola, pegawai
maupun pelanggan Puskesmas.
33
BAB VII
PENYELENGGARAAN PELAYANAN
UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT DAN PELAYANAN KLINIS
34
6) Kaji banding dilakukan secara periodik, jika diperlukan dapat dilakukan kaji banding
dengan Puskesmas lain yang mempunyai unggulan untuk belajar pengalaman terbaik
dari puskesmas tersebut.
7) Hasil monitoring dan evaluasi kinerja serta hasil kaji banding harus ditindaklanjuti
dalam bentuk perbaikan.
8) Hasil monitoring dan penilaian kinerja wajib dilaporkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten Purwakarta.
B. Penyelenggaraan UKM
Kegiatan UKM Puskesmas Bojong meliputi :
1. Upaya KIA
Upaya KIA adalah upaya dibidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan
pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki, bayi dan anak balita serta anak
prasekolah. Upaya kesehatan ibuditujukan untuk menjaga kesehatan ibu sehingga
mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka
kematian ibu.
2. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit(P2P)
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular
yaitu upayapelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan
penular penyakit menular/infeksi. Untuk melindungi masyarakat dari tertularnya
penyakit, menurunkan jumlah yang sakit, cacat dan/atau meninggal dunia, serta untuk
mengurangi dampak social dan ekonomi akibat penyakit menular.Prioritas penyakit
menular yang akan ditanggulangi adalah malaria, demam berdarah dengue, diare,
polio, filariasis, kusta, tuberkulosis paru, HIV/AIDS, pneumonia, dan penyakit-
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.Prioritas penyakit tidak menular yang
ditanggulangi adalah penyakit jantung dan gangguan sirkulasi, diabetes mellitus, dan
kanker.
3. Upaya Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan yaitu upaya pelayanan kesehatan lingkungan puskesmas
untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya sanitasi dasar,
pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk pengendalian pencemaran
lingkungan dengan peningkatan peran serta masyarakat. Untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun ariab yang memungkinkan
setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
4. Upaya Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah salah satu program puskesmas yang berfokus pada
pelayanan preventif dan promotif kepada masyarakat. Kegiatannya meliputi
penyuluhan kesehatan dan pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Diantara kegiatannya juga meliputi pembinaan desa siaga kesehatan, UKS (Usaha
Kesehatan Sekolah), kerja sama lintas sektoral dan upaya dalam merumuskan
kebijakan bersama dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
5. Upaya Perbaikan Gizi
Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat adalah salah satu upaya pokok Puskesmas yaitu
kegiatan yang meliputi peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan Kurang Energi
35
Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI), Kurang
Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan Survailans Gizi, dan Perberdayaan
Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.Upaya perbaikan gizi masyarakat
ditujukan untuk peningkatan mutu gizi perseorangan dan masyarakat.
36
B. Penunjang Pelayanan Klinis
1) Pelayanan Laboratorium
Pelayanan laboratorium adalah salah satu pelayanan penunjang yang dilakukan untuk
membantu penegakan diagnosis suatu penyakit. Kegiatan pelayanan laboratorium
dilaksanakan dimulai dari permintaan pemeriksaan sampai diperoleh hasil laboratorium.
Permintaan pemeriksaan berasal dari rujukan internal maupun eksternal.
Jenis jenis pemeriksaan laboratorium terdiri dari :
a. Pemeriksaan darah rutin
b. Pemeriksaan urin rutin
c. Pemeriksaan sputum
d. Pemeriksaan kimia darah
2) Pelayanan Kefarmasian
Pelayanan Kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana,prasarana,
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan pelayanan farmasi
klinis (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat, dan
pencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga, dana, prasarana,
sarana dan metode tata laksana yang sesuai dalam upaya mencapai tujuan yang
ditetapkan.
37
BAB VIII
KEGIATAN PENGUKURAN, ANALISIS DAN
UPAYA PERBAIKAN MUTU PUSKESMAS DAN KESELAMATAN PASIEN
38
kebutuhan dan kepuasan, umpan balik masyarakat baik melalui sms maupun
complain yang diajukan.
39
b. Audit Internal
Audit internal dilakukan untuk menilai dan memperbaiki mutu dan kinerja baik
pelayanan UKM, UKP dan manajerial yang dilakukan oleh tim audit internal
dengan rencana program audit yang terjadwal dan periodik.
c. Pertemuan Tinjauan Manajemen
Merupakan kegiatan manajemen yang sangat penting dalam rangka
pengendalian suatu proses dan kinerja termasuk evaluasi dalam implementasi
sistem manajemen mutu. Tinjauan manajemen dipastikan terdokumentasi.
Agenda rapat tinjauan manajemen :
1) Pembahasan hasil audit internal
2) Pembahasan umpan balik/keluhan pelanggan
3) Hasil penilaian kepuasan pelanggan
4) Hasil penilaian kinerja
5) Masalah-masalah operasional yang terkait dengan penerapan sistem
manajemen mutu, penyelenggaraan pelayanan (UKP dan UKM)
6) Rencana perbaikan/perubahan yang perlu dilakukan baik pada sistem
manajemen mutu maupun sistem pelayanan (UKP dan UKM)
7) Rekomendasi untuk perbaikan.
Output tinjauan manajemen :
1) Hasil tinjauan manajemen dibagikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan
2) Hasil tinjauan manajemen memuat keputusan/kesimpulan mengenai
tindakan-tindakan yang perlu diambil
3) Tata cara pelaksanaan tinjauan manajemen diuraikan dalam prosedur
tinjauan manajemen.
d. Evaluasi kinerja pihak kinerja
e. Kinerja pihak ketiga yang bekerja sama dengan puskesmas perlu dievaluasi
untuk memastikan bahwa produk/jasa yang diberikan pihak ketiga memenuhi
persyaratan mutu dan keselamatan pasien.
4) Program Peningkatan Mutu dan Kinerja UKM
a. Penilaian mutu dan kinerja UKM :
Penyusunan indikator mutu/kinerja UKM
Pengumpulan data kinerja dengan menggunakan indikator yang telah
disusun
Analisis data kinerja dan tindak lanjut
Kaji banding kinerja dengan puskesmas lain dan tindak lanjut
b. Perbaikan mutu dan kinerja UKM :
Perbaikan mutu dan kinerja UKM dilakukan berdasarkan analisis kinerja.
Capaian kinerja yang belum sesuai dengan target yang diharapkan dianalisis
dan ditindaklanjuti. Adanya umpan balik dan keluhan sasaran UKM dan
masyarakat dianalisis dan ditindaklanjuti.
5. Program Peningkatan Mutu dan Kinerja UKP
a. Penetapan area prioritas perbaikan dan pelayanan UKP
b. Pemantauan kinerja pada area prioritas dengan indikator yang ditetapkan :
40
1) Penilaian pasien;
Kelengkapan pengisian assesment pasien
Angka Kematian Pasien di Unit Gawat Darurat, Poned
2) Pelayanan laboratorium;
Waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium
Tidak adanya kesalahan penyerahan hasil pemeriksaan
laboratorium
3) Penggunaan antibiotika;
Penggunaan antibiotika secara tepat dosis dan indikasi
4) Kesalahan medikasi (medication error)dan Kejadian Nyaris Cedera
(KNC);
Waktu tunggu pelayanan obat jadi
Waktu tunggu pelayanan obat racikan
Tidak adanya kejadian kesalahan Pemberian Obat
Penulisan resep sesuai formularium
5) Ketersediaan, isi dan penggunaan rekam medis pasien;
Kelengkapan pengisian rekam medik 1 x 24 jam setelah selesai
pelayanan
Kelengkapan informed concent setelah mendapatkan informasi
yang jelas.
Waktu penyediaan dokumen rekam medik pelayanan rawat jalan
Waktu penyediaan dokumen rekam medik pelayanan Poned
6) Surveilans dan pelaporan
c. Penerapan manajemen risiko (FMEA) pada area prioritas
d. Monitoring dan penilaian kinerja pelayanan klinis pada masing-masing unit
pelayanan dan tindak lanjutnya
e. Moinitoring, penilaian kinerja dan perilaku SDM klinis dan tindak lanjutnya
f. Upaya perbaikan mutu pelayanan klinis pada masing-masing unti kerja
berdasarkan hasil penilaian kinerja maupun umpan balik pelanggan
g. Penyususnan dan penerapan panduan praktik klinis
h. Monitoring dan tindak lanjut terhadap 6 Sasaran Keselamatan Pasien.
6. Implementasi Manajemen Risiko baik pada Pelayanan UKM maupun Pelayanan UKP
Manajemen risiko dilakukan baik sebagai upaya reaktif maupun preventif.Risiko yang
diperkirakan dapat ditimbulkan baik akibat pelayanan UKM maupun pelayanan UKP
harus diidentifikasi dan ditindaklanjuti.Jika terjadi kejadian baik akibat pelayanan UKM
maupun UKP harus ditindaklanjuti dengan mitigasi dan upaya pencegahan agar tidak
terjadi lagi. Puskesmas menyusun register risiko baik risiko fasilitas, maupun risiko
yang mungkin diakibatkan oleh pelayanan yang disediakan.
41
BAB IX
METODE
Metode dalam peningkatan mutu puskesmas dan keselamatan pasien adalah sebagai
berikut :
1) Penilaian kinerja dan tindak lanjut dengan melalui analisis terhadap capaian kinerja,
kemudian dilanjutkan dengan penyusunan rencana perbaikan, pelaksanaan
perbaikan, memonitoring dan menilai hasilperbaikan, dan tidak lanjut, mengikuti siklus
PDCA.
2) Menindaklanjuti masukan dan keluhan pengguna dan masyarakat mengikuti siklus
PDCA.
3) Upaya perbaikan dilakukan melalui tindakan korektif dan tindakan pencegahan.
4) Menerapkan manajemen risiko baik pada pelayanan manajerial, UKM dan UKP,
dengan tahapan : menetapkan lingkup manajemen risiko, melakukan analisis risiko,
dan menindaklanjuti. Manajemen risiko diterapkan baik secara reaktif maupun
proaktif. Upaya proaktif dilakukan sebelum ada kejadian dengan menganalisis
kemungkinan terjadinya risiko dengan menggunakan metode FMEA, sedangkan
upaya reaktif dilakukan untuk mengatasi kejadian yang sudah terjadi dan mencegah
terulangnya kejadian dengan menggunakan metode RCA.
42
BAB X
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Seluruh kegiatan perbaiakan mutu dan keselamatan pasien dicatat dan dilaporkan kepada
Kepala Puskesmas setiap bulan, dan oleh Kepala Puskesmas dilaporkan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta setiap tiga bulan sekali.
43
BAB XI
MONITORING DAN EVALUASI
44
BAB XII
PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN
Pengendalian adalah keseluruhan fungsi atau kegiatan yang harus dilakukan untuk
menjamin tercapainya sasaran perusahaan dalam hal kualitas produk dan jasa pelayanan
yang diproduksi. Pengendalian kualitas pelayanan pada dasarnya adalah pengendalian
kualitas kerja dan proses kegiatan untuk menciptakan kepuasan pelanggan (quality os
customer’s satisfaction) yang dilakukan oleh setiap orang dari setiap bagian di Puskesmas
Bojong. Pengertian pengendalian kualitas pelayanan di atas mengacu pada siklus
pengendalian (control cycle) dengan memutar siklus “Plan-Do-Check-Action” (P-D-C-A) =
Relaksasi (rencanakan – laksanakan – periksa – aksi). P-D-C-A adalah alat yang bermanfaat
untuk melakukan perbaikan secara terus menerus (continous improvement) tanpa berhenti.
Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen mutu merupakan suatu
sistem kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai mutu
produk atau jasa yang diberikan kepada pelanggan. Pengendalian mutu pada pelayanan
kesehatan diperlukan agar produk layanan kesehatan terjaga kualitasnya sehingga
memuaskan masyarakat sebagai pelanggan.Penjaminan mutu pelayanan kesehatan dapat
diselenggarakan melalui pelbagai model manajemen kendali mutu. Salah satu model
manajemen yang dapat digunakan adalah model PDCA (Plan, Do, Check, Action) yang akan
menghasilkan pengembangan berkelanjutan (continuous improvement) atau kaizen mutu
pelayanan kesehatan.
Yoseph M. Juran terkenal dengan konsep "Trilogi Mutu" dan mengidentifikasikannya
dalam tiga kegiatan:
1. Perencanaan mutu meliputi: siapa pelanggan, apa kebutuhannya, meningkatkan
produk sesuai kebutuhan, dan merencanakan proses untuk suatu produksi,
2. Pengendalian mutu: mengevaluasi kinerja untuk mengidentifikasi perbedaan antara
kinerja aktual dan tujuan,
3. Peningkatan mutu: membentuk infrastruktur dan team untuk melaksanakan
peningkatan mutu.
Setiap kegiatan dijabarkan dalam langkah-Iangkah yang semuanya mengacu pada
upaya peningkatan mutu.
Peluang untuk memecahkan masalah harus digunakan pada saat yang tepat oleh mereka
yang bertanggungjawab melalui langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah 1 : Mengidentifikasi, memilih, dan mendefinisikan masalah. Kenali hal-hal yang
berpotensi menjadi masalah dan kaji situasi dimana staf mungkin dapat
mempebaikinya.
Tentukan kriteria untuk memilih masalah yang paling penting. Definisikan secara
operasional masalah yang dipilih, misalnya,bagaimana staf mengetahui bahwa
45
hal yang diidentifikasi merupakan masalah?Bagaimana staf mengetahui bahwa
masalah sudah terpecahkan, dengan cara menentukan kriteria keberhasilan
pemecahan masalah.
Langkah 2 : Pelajari dengan seksama proses yang terjadi dari segala aspek.
Tentukan di mana dan kapan masalah muncul. Pahami proses terjadinya
masalah.
Langkah 3 : Tentukan sebab masalah yang pokok
Tentukan faktor-faktor yang menimbulkan masalah dan keterkaitannya dengan
masalah.Gunakan metode untuk mengetes hipotesis tentang sebab-sebab yang
mungkin menimbulkan masalah tersebut.Kumpulkan data untuk mengetes
hipotesis dan untuk menentukan faktor penyebab yang paling dominan.
Langkah 4: Identifikasi semua solusi yang mungkin. Berfikirlah secara kreatif untuk
menanganisebab-sebab masalah yang mungkin dapat diatasi.
Langkah 5 : Pilih solusi yang dapat dilaksanakan.
Analisislah cara-cara pemecahan masalah yang mungkin dilaksanakan, dikaji
dari aspek kriteria keberhasilan memecahkan masalah, biaya yang diperlukan,
kemungkinan solusi dapat dilaksanakannya, atau kriteria lainnya.
Langkah 6 : Melaksanakan pemecahan masalah yang berkualitas dengan PDCA
Di Puskesmas Bojong kegiatan akreditasi dimulai dari penyusunan dokumen berupa Standar
Operasional prosedur (SOP) dan Kebijakan, implemenasi dokumen sampai dilaksanakan
audit internal, audit eksternal, tinjauan manajemen dan self assessment untuk pengendalian
mutu pelayanan. Adapun jadwal terlampir:
46
JADWAL KEGIATAN PUSKESMAS BOJONG
NO. KEGIATAN WAKTU KETERANGAN
Januari – Maret Dilaksanakan
1. Audit Internal I
2016 bergantian
Pembahasan hasil Audit Seluruh pegawai
2. April 2016
Internal puskesmas
Seluruh pegawai
3. RTL dari Audit Internal Mei – Juli 2016
puskesmas
Cek dokumen yang Semua Tim
4. Mei – Juli 2016
kurang Akreditasi
Seluruh pegawai
5. Tinjauan Manajemen Agustus 2016
puskesmas
Semua Tim
6. Self Assesment September 2016
Akreditasi
7. Audit Eksternal
47
A. MUTU PELAYANAN DI PUSKESMAS BOJONG
48
Pada kegiatan ini Puskesmas Bojong harus menetapkan standar input, proses, output, dan
outcome, serta membakukan seluruh standar prosedur yang telah ditetapkan. Puskesmas
Bojong dipacu untuk dapat menilai diri (self assesment) dan memberikan pelayanan sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Sebagai kelanjutan untuk mengukur hasil kerjanya perlu ada latar ukur yang lain, yaitu
instrumen mutu pelayanan Puskesmas Bojong yang menilai dan memecahkan masalah pada
hasil (output dan outcome). Tanpa mengukur hasil kinerja Puskesmas Bojong tidak dapat
diketahui apakah input dan proses yang baik telah menghasilkan output yang baik pula.
Indikator Puskesmas Bojong disusun dengan tujuan untuk dapat mengukur kinerja mutu
Puskesmas Bojong secara nyata.
Pengendalian Pelayanan
Puskesmas Bojong menentukan pengendalian pelayanan da proses pelayanan ruang
lingkup puskesmas melalui :
o Ketersediaan informasi dari pelayanan
o Menetapkan prosedur kerja (SOP) yang dibutuhkan
o Penggunaan dan pemeliharaan peralatan yang sesuai untuk proses pelayanan
o Menetapkan aktivitas pengukuran dan pemantauan.
Dalam gambar 1, pengidentifikasian masalah yang akan dipecahkan dan pencarian sebab-
sebabnya serta penetuan tindakan koreksinya, harus selalu didasarkan pada fakta.
Peningkatan
Pemecahan masalah
A P
C dan peningkatan
D
Standar
A P
C D Pemecahan masalah
Standar dan peningkatan
49
Plan Do Check
Action
Follow-up
Corrective
Action
Improvement
Plan
(1)
Action (6)
Menentukan
Tujuan dan
Mengambil
sasaran
tindakan (2)
yang tepat
Menetapkan
Metode untuk
Mencapai tujuan
Menyelenggarakan
(5)
Pendidikan dan
Memeriksa akibat latihan
pelaksanaan
Check (3)
(4)
Melaksanakan
pekerjaan Do
Gambar 3. Siklus
PDCA
50
Hubungan pengendalian kualitas pelayanan dengan peningkatan perbaikan berdasarkan
siklus P-D-C-A diperlihatkan dalam gambar 2. Pengendalian kualitas berdasarkan siklus P-
D-C-A hanya dapat berfungsi jika sistem informasi berjalan dengan baik dan siklus tersebut
dapat dijabarkan dalam enam langkah seperti diperlihatkan dalam gambar 3.
Keenam langkah P-D-C-A yang terdapat dalam gambar 3 di atas dapat dijelaskan sebagai
berikut :
51
pegawai dalam pengendalian kualitas pelayanan diperlukan kesungguhan yang dipentingkan
cara bertindak seseorang untuk mencapai sasaran tersebut.
Partisipasi semua pihak dalam pengendalian kualitas pelayanan mencakup semua
pegawai yang secara bersama-sama merasa bertanggung jawab atas kualitas pelayanan.
Partisipasi semua proses dalam pengendalian kualitas pelayanan dimaksudkan adalah
pengendalian terhadap output dan hasil setiap proses.
4. CAKUPAN MONITORING
Monitoring meliputi:
• Menetapkan indikator efisiensi, efektivitas dan dampak;
• Mengatur sistem untuk mengumpulkan informasi yang menghubungkan indikator-
indikator ini;
• Mengumpulkan dan merekam informasi;
52
• Menganalisis informasi;
• Menggunakan informasi untuk membuat laporan menejemen dari hari ke hari.
5. CAKUPAN EVALUASI
Evaluasi meliputi:
• Melihat apa yang ingin dicapai dari kegiatan atau organisasi atau perbedaan apa
yang ingin dilakukan. Apa dampak yang ingin dibuat? Menilai kemajuannya ke arah
apa yang ingin dicapai, sasaran dampaknya.
• Melihat strategi kegiatan atau organisasi. Apakah kegiatan atau organisasi itu
mempunyai strategi? Apakah kegiatan atau organisasi mengikuti strategi secara
efektif? Apakah strategi itu berjalan? Jika tidak berjalan, mengapa terjadi?
• Melihat bagaimana kegiatan atau organisasi bekerja. Apakah terdapat pemanfaatan
sumber daya yang efisien? Opportunity costapa yang dipilih untuk bekerja?
Bagaimana kelangsungan cara yang dipilih agar kegiatan atau organisasi berjalan?
Apa implikasi jalannya kegiatan atau organisasi bagi semua pemangku kepentingan?
Kegiatan Monitoring dan Evaluasi dalam upaya pengendalian dan peningkatan mutu
pelayanan sesuai dengan indikator-indikator yang sudah tersusun dilakukan oleh seluruh
jajaran manajemen Puskesmas Bojong berkoordinasi dengan Tim Mutu dan Keselamatan
Tim Mutu Puskesmas Bojongsecara berkala (paling lama 2 tahun) melakukan evaluasi
pedoman, kebijakan dan prosedur Upaya peningkatan Mutu pelayanan di Puskesmas
Bojong.Tim Mutu berkoordinasi dengan setiap unit kerjaPuskesmas Bojong melakukan
analisis dan evaluasi kegiatan terkait dengan indikator yang sudah dibuat setiap triwulan dan
membuat tindak lanjutnya.Hasil monitoring dan evaluasi di desiminasikan pada kegiatan
lokakarya bulanan, rapat koordinasi serta membuat laporan berkala kepada pihak
manajemen Puskesmas Bojong
53
BAB XIII
PENUTUP
Pedoman ini menyampaikan hasil kajian ketenagaan sarana dan pengendalian mutu
pelayanan puskesmas, agar Puskesmas dapat menjalankan fungsinya secara optimal perlu
dikelola dengan baik, baik kinerja pelayanan proses pelayanan maupun sumberdaya yg
digunakan.
54
LAMPIRAN – LAMPIRAN
1) Assesment Pasien
2) Pemeriksaan Laboratorium
55
NUMERATOR Jumlah kumulatif waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium
pasien pada periode tertentu
DENOMINATOR Jumlah seluruh pasien yang diperiksa di laboratorium pada
periode tertentu
SUMBER DATA Survey
STANDAR ≤ 60 menit (Manual)
PENANGGUNG Penanggung Jawab Laboratorium
JAWAB
PENGUMPULAN
DATA
56
PERIODE ANALISA Tiga bulan sekali
NUMERATOR Jumlah kumulatif waktu tunggu pelayanan obat jadi pasien
yang disurvey pada periode tertentu
DENOMINATOR Jumlah Seluruh pasien yang disurvey pada periode tertentu
SUMBER DATA Survey
STANDAR ≤ 30 menit
PENANGGUNG Penanggung Jawab Farmasi
JAWAB
PENGUMPULAN
DATA
57
PERIODE ANALISA Tiga bulan sekali
NUMERATOR Jumlah seluruh pasien Unit Farmasi yang disurvey dikurangi
jumlah pasien yang mengalami kesalahan pemberian obat
pada periode tertentu
DENOMINATOR Jumlah seluruh pasien Unit Farmasi yang disurvey pada
periode tertentu
SUMBER DATA Survey
STANDAR 100 %
PENANGGUNG Penanggung Jawab Farmasi
JAWAB
PENGUMPULAN
DATA
58
anamnesis, rencana asuhan, pelaksanaan asuhan, tindak
lanjut dan resume
FREKUENSI
PENGUMPULAN Harian, kemudian di rekapitulasi setiap bulan
DATA
PERIODE ANALISA Tiga bulan sekali
NUMERATOR Jumlah rekam medik yang disurvey dalam satu bulan diisi
lengkap
DENOMINATOR Jumlah rekam medik yang disurvey dalam satu bulan
SUMBER DATA Catatan harian pencegahan dan pengendalian infeksi di
setiap ruang rawat inap
STANDAR 100 %
PENANGGUNG Penanggung Jawab UKP
JAWAB
PENGUMPULAN
DATA
59
JUDUL Waktu Penyediaan Dokumen rekam medik pelayanan rawat
jalan
DIMENSI MUTU Efektifitas, kenyamanan, dan Efisiensi
TUJUAN Tergambarnya kecepatan pelayanan pendaftaran rawat
jalan
DEFINISI Dokumen Rekam Medik Rawat Jalan adalah dokumen
OPERASIONAL rekam medik pasien baru dan atau pasien lama yang
digunakan pada pelayanan rawat jalan.
Waktu penyediaan dokumen rekam medik mulai dari pasien
mendaftar sampai rekam medik disediakan/ditemukan oleh
petugas
FREKUENSI
PENGUMPULAN Harian, kemudian di rekapitulasi setiap bulan
DATA
PERIODE ANALISA Tiga bulan sekali
NUMERATOR Jumlah kumulatif waktu penyediaan dokumen rekam medik
rawat jalan yang diamati pada periode tertentu
DENOMINATOR Jumlah seluruh sampel penyediaan dokumen rekam medik
yang diamati pada periode tertentu ( N = 100)
SUMBER DATA Hasil survey pengamatan di ruang pendaftaran rawat jalan
untuk pasien baru atau di ruang MIK untuk pasien lama
STANDAR Rerata kurang dari 10 menit
PENANGGUNG Penanggung Jawab UKP
JAWAB
PENGUMPULAN
DATA
60
NUMERATOR Jumlah kumulatif waktu penyediaan rekam medik rawat inap
yang diamati pada periode tertentu
DENOMINATOR Jumlah penyediaan rekam medik rawat inap yang diamati
pada periode tertentu
SUMBER DATA Hasil pengamatan di ruang rawat inap
STANDAR Rerata kurang dari 15 menit
PENANGGUNG Penanggung Jawab Poned
JAWAB
PENGUMPULAN
DATA
61
NUMERATOR Jumlah kumulatif waktu yang diperlukan sejak kedatangan
semua pasien yang disampling secara acak sampai dilayani
dokter pada periode tertentu
DENOMINATOR Jumlah seluruh pasien yang disampling minimal 50 pada
periode tertentu
SUMBER DATA Sample
STANDAR ≤ 5 menit terlayani setelah pasien datang
PENANGGUNG Penanggung Jawab Unit Gawat Darurat
JAWAB
PENGUMPULAN
DATA
62
FREKUENSI
PENGUMPULAN Harian, kemudian di rekapitulasi setiap bulan,
DATA
PERIODE ANALISA Tiga bulan sekali
NUMERATOR Jumlah pemakaian obat & Alkes yang tersedia di Puskesmas
pada periode tertentu
DENOMINATOR Jumlah persediaan obat & alkes yang terdesia Puskesmas
pada periode tertentu
SUMBER DATA Survey
STANDAR 100 %
PENANGGUNG Penanggung Jawab Farmasi
JAWAB
PENGUMPULAN
DATA
63
DEFINISI Adalah ketepatan waktu menyampaikan laporan insiden
OPERASIONAL keselamatan pasien (IKP) sesuai standar yang ditentukan
yaitu 2 x 24 jam
FREKUENSI
PENGUMPULAN Harian, kemudian di rekapitulasi setiap bulan,
DATA
PERIODE ANALISA Tiga bulan sekali
NUMERATOR Jumlah ketepatan penyampaian laporan IKP pada periode
tertentu
DENOMINATOR Jumlah pengumpulan data IKP yang disurvey pada periode
tertentu
SUMBER DATA Survey, Observasi
STANDAR 100 %
PENANGGUNG Tim Mutu dan Keselamatan
JAWAB
PENGUMPULAN
DATA
64
PENGUMPULAN
DATA
3) Manajemen Risiko
JUDUL Kejadian tertusuk limbah benda tajam infeksius
DIMENSI MUTU Keselamatan
TUJUAN Tergambarnya mutu penanganan limbah benda tajam
infeksius di rumah sakit
DEFINISI Limbah benda tajam infeksius adalah sampah akibat proses
OPERASIONAL pelayanan yang sudah terkontaminasi cairan tubuh/ darah
pasien yang dapat menularkan penyakit atau mencederai
antara lain; jarum infuse, potongan ampul, skapel, bisturi
Pengolahan limbah benda tajam infeksius harus dikelola
sesuai aturan dan pedoman yang berlaku di rumah sakit
FREKUENSI
PENGUMPULAN Harian, kemudian di rekapitulasi setiap bulan,
DATA
PERIODE ANALISA Tiga bulan sekali
NUMERATOR Jumlah kejadian petugas yang tertusuk limbah benda tajam
infeksius pada periode tertentu
65
DENOMINATOR Jumlah seluruh tindakan yang dilakukan oleh petugas pada
periode tertentu
SUMBER DATA Survey, Observasi
STANDAR 100 %
PENANGGUNG Tim Mutu dan Keselamatan
JAWAB
PENGUMPULAN
DATA
66
SUMBER DATA Catatan harian pencegahan dan pengendalian infeksi di
setiap ruang rawat inap
STANDAR 0 %
PENANGGUNG Tim Mutu dan Keselamatan
JAWAB
PENGUMPULAN
DATA
67
DENOMINATOR Jumlah Seluruh pasien rawat jalan yang disurvey pada periode
tertentu ( N = minimal 50)
SUMBER DATA Survey, Observasi
STANDAR ≥ 90 %
PENANGGUNG Tim Mutu dan Keselamatan
JAWAB
PENGUMPULAN
DATA
68
DENOMINATOR Jumlah Seluruh pasien yang disurvey pada periode tertentu (
N = minimal 50)
SUMBER DATA Survey, Observasi
STANDAR ≥ 90 %
PENANGGUNG Kepala /WAKA Unit Farmasi, Lab
JAWAB Tim Mutu dan Keselamatan
PENGUMPULAN
DATA
Sasaran mutu sesuai dengan kebijakan mutu dan mendukung tercapainya visi dan misi
puskesmas.Koordinator unit/program memastikan unit/programnya membuat perencanaan
kerja untuk mencapai sasaran unit kerja/programnya.
F. PERENCANAAN SISTEM MANAJEMEN MUTU
a) Merencanakan sistem manajemen mutu
b) Memastikan sistem manajemen mutu yang telah dibuat dijalankan secara efektif
c) Memastikan semua sasaran dan persyaratan yang telah ditetapkan tercapai
d) Memelihara/mempertahankan sistem manajemen mutu pada fungsinya masing-
masing
e) Melakukan perbaikan/penyempurnaan system manajemen mutu
69
f) Merencanakan peningkatan hasil kinerja
G. TINJAUAN MANAJEMEN
Merupakan kegiatan manajemen yang sangat penting dalam rangka pengendalian suatu
proses dan kinerja termasuk evaluasi dalam implementasi sistem manajemen mutu. Tinjauan
manajemen dipastikan terdokumentasi.
Agenda rapat tinjauan manajemen :
1) Pembahasan hasil audit internal
2) Pembahasan umpan balik/keluhan pelanggan
3) Hasil penilaian kepuasan pelanggan
4) Hasil penilaian kinerja
5) Masalah-masalah operasional yang terkait dengan penerapan sistem manajemen
mutu, penyelenggaraan pelayanan (UKP dan UKM)
6) Rencana perbaikan/perubahan yang perlu dilakukan baik pada sistem manajemen
mutu maupun sistem pelayanan (UKP dan UKM)
7) Rekomendasi untuk perbaikan.
Output tinjauan manajemen :
a) Hasil tinjauan manajemen dibagikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan
b) Hasil tinjauan manajemen memuat keputusan/kesimpulan mengenai tindakan-
tindakan yang perlu diambil
c) Tata cara pelaksanaan tinjauan manajemen diuraikan dalam prosedur tinjauan
manajemen.
70