Anda di halaman 1dari 13

ANALISA ALIRAN FLUIDA PADA LINGKARAN 2D MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL

FLUID DINAMICS (CFD) DENGAN BENTUK MESHING STRUCTURED GRID

Dwi Velidatur M.1*, M.Qonang Bahrurosyid.1, Herninda Ayu M.1, Ahmad Kurniawan.1, Bambang.1
1
Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Jember,
Jl.Kalimantan No. 37, Kampus Tegalboto, Sumbersari, Jember, Kabupaten Jember, Jawa Timur 68121
Email: *ddvelly61@gmail.com

ABSTRAK
Fluida merupakan zat yang tidak mempunyai bentuk dan volume yang permanen, melainkan sesuai bentuk
tempat yang ditempatinya serta memiliki kemampuan untuk mengalir [1]. Pada paper ini bertujuan untuk
menganalisa aliran fluida turbulen dan laminar pada lingkaran dan membandingkan nilai Cp yang dihasilkan dari
perhitungan manual dengan Cp yang dihasilkan pada CFD. CFD merupakan metode perhitungan dengan sebuah
control dimensi, luas, dan volume dengan memanfaatkan batuan komputasi komputer untuk melakukan
perhitungan pada tiap-tiap elemen pembaginya [3]. Untuk memodelkan bentuk lingkaran dan domain fluida
menggunakan software ANSYS, kemudian untuk mendapatkan nilai tekanan dari masing-masing koordinat dari
lingkaran di setiap sudut menggunakan metode CFD. Sudut tersebut meliputi sudut 0o, 45o, 90o, 135o, dan 180o,.
Hasil yang didapat, dapat dibandingkan nilai tekanan dan Cp untuk perhitungan analitik dan perhitungan CFD
untuk aliran turbulen maupun laminar. Diskritisasi second order menurut teori hasilnya lebih bagus/baik
dibandingkan dengan first order. Tetapi dalam simulasi ini hal tersebut tidak sesuai karena pada diskritisasi second
order dalam simulasinya belum mencapai konvergen. Nilai Cp pada grafik dari hasil simulasi mengikuti pola pada
nilai Cp ideal flow terutama pada aliran invicid. Nilai Cd yang dihasilkan masih belum sesuai dengan teori.
Kata Kunci: CFD, Turbulen dan Laminar, viscous dan invicid.

1. PENDAHULUAN fluida sehingga pergerakan suatu partikel tertentu terjadi


Fluida merupakan zat yang tidak mempunyai secara acak dan sangat tidak teratur. Dan aliran laminar
bentuk dan volume yang permanen, melainkan sesuai tidak terjadi pencampuran partikel-partikel yang
bentuk tempat yang ditempatinya serta memiliki signifikan, pergerakannya halus dan tenang. Selain itu
kemampuan untuk mengalir [1]. Fluida lebih mudah aliran fluida juga dapat diklasifikasikan dalam aliran
mengalir karena ikatan molekul dalam fluida lebih kecil viscous (kental) dan aliran invicid (tak kental)[2]. Pada
daripada ikatan molekul dalam zat padat. Aliran fluida paper ini bertujuan untuk menganalisa aliran fluida
terbagi atas beberapa kategori yang dibagi berdasarkan turbulen dan laminar pada first order dan second order
sifat-sifat paling dominan dari aliran tersebut, atau dengan aliran viscous dan invicid pada lingkaran dan
berdasarkan jenis dari fluida yang terkait.Aliran fluida membandingkan nilai Cp yang dihasilkan dari perhitungan
dapat berupa aliran laminar dan aliran turbulen. Aliran analitik dengan Cp yang dihasilkan pada CFD dalam
turbulen terjadi karena pencampuran partikel-partikel
beberapa kondisi aliran serta untuk mengetahui nilai Cd Mekanika fluida merupakan subjek dimana banyak
dari setiap kondisi tersebut. dijumpai fenomena yang komplek, yaitu mengenai
CFD merupakan metode perhitungan dengan deskripsi dan simplifikasi dari beberapa aliran fluida.
sebuah control dimensi, luas, dan volume dengan Berikut ini merupakan klasifikasi dari aliran fluida[3].
memanfaatkan bantuan komputasi komputer untuk
melakukan perhitungan pada tiap-tiap elemen 2.2.1. Aliran-aliran Turbulen dan Laminar
pembaginya[3]. Untuk memodelkan bentuk lingkaran dan Aliran fluida berdasarkan gaya yang bekerja pada fluida ,
domain fluida menggunakan software ANSYS dengan yaitu:
pemodelan numerik 2D dan grid structured. Input aliran 1. Aliran Turbulen
yang digunakan dalam analisa aliran fluida ini adalah Aliran turbulen didefinisikan sebagai aliran yang dimana
aliran invicid first order, invicid second order, laminar pergerakan partikel-partikel fluida sangat tidak menentu
viscous first order, laminar viscous second order, laminar karena mengalami percampuran serta putaran partikel
invicid first order, laminar invicid second order, turbulen antar lapisan, yang mengakibatkan saling tukar momentum
viscous first order, turbulen viscous second order, dari satu bagian fluida kebagian fluida yang lain dalam
turbulen invicid first order, dan turbulen invicid second skala yang besar. Dalam keadaan aliran turbulen maka
order. Kemudian,untuk mendapatkan nilai tekanan dari turbulensi yang terjadi mengakibatkan tegangan geser
masing-masing koordinat pada lingkaran di setiap sudut yang merata diseluruh fluida.
serta untuk mendapatkan gaya yang bekerja digunakan
metode CFD. Sudut tersebut meliputi sudut 0ᴼ, 45ᴼ, 90ᴼ,
135ᴼ,dan 180ᴼ. Dari hasil tekanan dan gaya yang
dihasilkan maka dapat dihitung nilai Cp dan Cd sehingga
kemudian dapat dibandingkan nilai perhitungan analitik
dengan nilai hasil CFD pada setiap karakteristik kondisi
aliran. Selain itu dalam paper ini juga menunjukkan Gambar1. Aliran turbulen
bentuk aliran pada setiap kondisidalam kontur kecepatan.

2. DASAR TEORI
2. 1 Fluida
Fluida merupakan zat yang berdeformasi terus menerus
selama dipengaruhi suatu tegangan geser. Sebuah tegangan
geser terbentuk apabila sebuah gaya tangensial bekerja
pada sebuah permukaan. Apabila benda-benda pada
biasanya seperti baja atau logam-logam lainnya dikenai
oleh suatu tegangan geser mula-mula benda itu akan Gambar 2.Aliran pada circular cylider turbulen[4]
terdeformasi, tetapi tidak akan terus menrus berdeformasi
(mengalir) [3]. 2. Aliran Laminar
2. 2 Aliran Fluida Aliran laminar didefinisikan sebagai aliran dengan fluida
Mekanika Fluida adalah ilmu yang mempelajari tentang yang bergerak dalam lapisan-lapisan, atau lamina-lamina
tipe-tipe aliran fluida dalam medium yang berbeda-beda. dengan satu lapisan meluncur secara merata. Dalam aliran
laminar ini viskositas berfungsi untuk meredam boleh dilakukan. Untuk aliran fluida dimana
kecenderungan-kecenderungan terjadinya gerakan relatif viskositas sangat penting atau diperhatikan maka
antara lapisan. Sehingga aliran laminar memenuhi pasti aliran itu disebut aliran viscous.
hukum viskositas Newton, yaitu [3]:

𝑑𝑢
𝜏=𝜇
𝑑𝑦
dimana:
𝜏 = tegangan geser pada fluida
𝜇 = viskositas dinamik fluida
du/dy = gradien kecepatan

Gambar 5.Berbagai daerah aliran lapisan batas diatas plat


rata[5]
Dari gambar 5, terlihat mulai tepi depan plat itu
terbentuk suatu daerah dimana pengaruh gaya viscous
(Viscous force) makin meningkat. Gaya viscous ini
biasanya dihubungkan dengan tegangan geser[5].

Gambar 3. Aliran laminar


2. 3 Coefisient Pressure (Cp)
Teoritis distribusi tekanan pada lingkaran
silinder ditampilkan sebagai garis putus-putus pada
gambar 6. Dengan rumus Cp sebagai berikut:

𝑝 − 𝑝∞
𝑐𝑝 = = 1 − 4𝑠𝑖𝑛2 𝜃
1⁄ 𝜌𝑉 2
2
di mana ρ dan V adalah tekanan dan kecepatan, masing-
masing, dalam aliran bebas. Distribusi tekanan lapisan
boundary laminar dan turbulen ditunjukkan pada gambar

Gambar 4.Aliran pada circular cylider laminar[4] 3 yang berbeda dari yang diprediksi oleh teori. Aliran
laminar sangat rentan terhadap gradien negatif pada bagian

2.2.2. Aliran-aliran Viscous (Kental) dan Invicid (Tak belakang silinder.[4]

Kental) Dibandingakan dengan lapisan batas laminar,

Aliran fluida berdasarkan viskositasnya aliran lapisan batas turbulen memiliki energi kinetik yang
dibagi menjadi dua bagian yaitu aliran invicid dan lebih besar dan momentum yang berkaitan dengannya.
viscous. Pada aliran invicid efek dari viskositas Seperti yang ditunjukkan pada gambar 5, lapisan batas
(kekentalan) fluida diabaikan (µ = 0). Sebenarnya turbulen dapat mengalir lebih jauh disekeliling silinder
aliran fluida dengan viskositas sama dengan nol ini
(lebih jauh mendaki bukit tekanan) sebelum mengalami
tidak ada. Namun untuk menyederhanakananalisa
separasi dibandingkan dengan lapisan batas laminar[6].
beberapa fenomena aliran mengabaikan viskositas
komputer untuk memecahkan persamaan-persamaan
pengatur pada medan aliran) telah memberikan hasil-hasil
yang menjanjikan untuk bentuk-bentuk yang lebih
komplek. Namun demikian, masih banyak usaha yang
harus dilakukan di bidang ini.
Sebagian besar informasi yang tersedia mengenai
drag pada sebuah benda adalah hasil eksperimen yang
banyak sekali dilakukan dengan terowongan angin,
terowongan air, tangki towing, dan peralatan-peralatan
lainnya yang digunakan untuk mengukur drag model-
model yang diskala. Data-data ini dapat dinyatakan dalam
Gambar 6. Distribusi tekanan permukaan yang bentuk tak berdimensi dan hasilnya dapat diperbandingkan
sebenarnya dan teoritis[4]. dengan tepat untuk perhitungan prototipe. Biasanya, hasil
2. 4 Reynold Number untuk benda berbentuk tertentu adalah sebuah koefisien
Reynold number untuk aliran turbulen dan laminar drag, Cd, dimana,
berbeda, dapat dilihat pada tabel dibawah ini: 𝐷
𝐶𝑑 =
1⁄ 𝑝𝑉 2 𝐴
Tabel 1. Reynold Number 2
Re < 1000 Laminer flow Dan CD adalah fungsi dari parameter tak berdimensi
1000≤Re ≤ 10000 Low Reynold numberk - ϵ model lainnya seperti bilangan Reynolds, Re, bilangan Froude,
Re> 10000 k - ϵ model Fr, dan kekasaran relative[7]

2. 5 Coefisient Drag (Cd) 2.4.1. Drag Gesekan (Cdf)


Setiap benda yang bergerak melalui suatu fluida akan Drag gasekan, D adalah bagian dari drag yang
mengalami drag, D suatu gaya netto dalam arah aliran langsung disebabkan oleh tegangan geser. Drag ini
karena tekanan dan gaya geser pada permukaan benda. bukan hanya merupakan fungsi dari besar tegangan geser
Gaya netto ini, yang merupakan kombinasi komponen dinding, tetapi juga arah orientasi permukaan dimana gaya
gaya pada arah aliran dari gaya-gaya normal dan tersebut bekerja. Jika permukaan sejajar dengan kecepatan
tangensial pada benda, dapat ditentukan dengan hulu, seluruh gaya geser berkontribusi langsung terhadap
menggunakan persamaan sebagai berikut: drag. Hal ini terjadi pada pelat datar yang tegak lurus
terhadap kecepatan hulu.
𝐷 = ∫ 𝑑𝐹𝑥 = ∫ 𝑝 𝑐𝑜𝑠 𝜃 𝑑𝐴 + ∫ 𝜏𝑤 sin 𝜃 𝑑𝐴
Secara umum, permukaan sebuah benda akan
Dan terdiri dari bagian yang sejajar dan tegak lurus terhadap
𝐷 = ∫ 𝑑𝐹𝑦 = − ∫ 𝑝 𝑠𝑖𝑛 𝜃 𝑑𝐴 + ∫ 𝜏𝑤 cos 𝜃 𝑑𝐴 aliran hulu, dan juga pada arah dia antraranya. Silinder
bundar adalah salah satunya. Karena fluida-fluida yang
Jika distribusi tekanan, p,dan tegangan geser dinding 𝜏w
umum viskositasnya kecil, kontribusi dari gaya geser
diketahui. Hanya pada kasus-kasus tertentu (sangat
terhadap drag keseluruhan pada benda seringkali sangat
jarang) distribusi-distribusi ini dapat ditentukan secara
kecil. Pernyataan seperti ini seharusnya disajikan suku-
analitis. Kemajuan saat ini dalam bidang
suku tak berdimensi. Hal ini karena bilangan Reynolds
komputasidinamika fluida (yaitu dengan menggunakan
untuk aliran-aliran yang lazim sangat besar, persentase
drag yang disebabkan langsung oleh tegangan geser Yang dapat dituliskan kembali dalam koefisien drag
seringkali sangat kecil. Namun demikian, untuk benda- tekanan,CDp, sebagai
benda yang sangat streamlined atau untuk aliran dengan 𝐷𝑝 ∫ 𝑝 𝑐𝑜𝑠 𝜃 𝑑𝐴 ∫ 𝐶𝑝 𝑐𝑜𝑠 𝜃 𝑑𝐴
𝐶𝐷𝑓 = = =
bilangan Reynold rendah, sebagian besar drag mungkin 1⁄ 𝑝𝑉 2 𝐴 1⁄ 𝑝𝑉 2 𝐴 𝐴
2 2
disebabkan oleh drag gesekan. 𝑝𝑣 2
Disini 𝐶𝑝 = (𝑝 − 𝑝0 )/ ( ) dimana koefisien tekanan,
2
Drag gesekan pada pelat datar dengan lebar b dan
dimana 𝑝0 adalah tekanan acuan[7].
panjang l yang sejajar dengan aliran hulu dapat dihitung
dengan;
2. 6 Computatinal Fluid Dinamics (CFD)
1
𝐷𝑓 = 𝑝𝑉 2 𝑏𝑙 𝐶𝐷𝑓 Computational Fluid Dynamics (CFD) adalah
2
Dimana CDf adalah koefisien drag gesekan. Nilai dari metode perhitungan dengan sebuah control dimensi, luas
CDfdiberikan sebagai fungsi dari bilangan Reynold,Rel= dan volume dengan memanfaatkan bantuan komputasi
𝜌𝑉/𝜇, dari kekasaran, ε/l [7] komputer untuk melakukan perhitungan pada tiap-tiap
2.4.2. Drag Tekanan elemen pembaginya. Prinsipnya adalah suatu ruang yang
Drag tekanan adalah Dp adalah bagian dari drag berisi fluida yang akan dilakukan penghitungan dibagi-
yang langsung disebabkan oleh tekanan, p, pada sebuah bagi menjadi beberapa bagian, hal ini sering disebut
benda. Drag ini sering disebut sebagai drag bentuk dengan sel dan prosesnya dinamakan meshing. Bagian-
karena ketergantungan yang sangat kuat pada bentuk dari bagian yang terbagi tersebut merupakan sebuah kontrol
benda. Drag tekanan fungsi dari besarnya tekanan dan penghitungan yang akan dilakukan adalah aplikasi.
orientasi arah elemen permukaan di mana gaya tekanan Kontrol-kontrolpenghitungan ini beserta kontrol-kontrol
tekanan tersebut bekerja. Sebagai contoh, gaya tekanan penghitungan lainnya merupakan pembagian ruang yang
pada kedua sisi pelat datar sejajar aliran mungkin saja disebut tadi atau meshing. Nantinya, pada setiap titik
sangat besar, tetapi gaya tersebut tidak berkontribusi pada kontrol penghitungan akan dilakukan penghitungan oleh
drag karena gaya tersebut bekerja pada arah tegak lurus aplikasi dengan batasan domain dan boundary condition
terhadap kecepatan hulu. Sebaliknya, gaya tekanan pada yang telah ditentukan. Prinsip inilah yang banyak dipakai
pelat datar yang tegak lurus aliran menyebakan pada proses penghitungan dengan menggunakan bantuan
keseluruhan drag. komputasi komputer.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, pada CFD adalah penghitungan yang mengkhususkan
sebagian besar benda, terdapat bagian pada permukaan pada fluida. Mulai dari aliran fluida, heat transfer dan
yang sejajar dengan aliran hulu, dan ynag lainnya tegak reaksi kimia yang terjadi pada fluida. Atas prinsip-prinsip
lurus terhadap kecepatan hulu, dan sebagian besar lainnya dasar mekanika fluida, konservasi energi, momentum,
pada orientasi arah dengan sudut diantaranya. Drag massa, serta species, penghitungan dengan CFD dapat
tekanan dapat juga diperoleh dari persamaan dilakukan. Secara sederhana prosespenghitungan yang
dilakukan oleh aplikasi CFD adalah dengan kontrol-
𝐷 = ∫ 𝑑𝐹𝑥 = ∫ 𝑝 𝑐𝑜𝑠 𝜃 𝑑𝐴 + ∫ 𝜏𝑤 sin 𝜃 𝑑𝐴
kontrol penghitungan yang telahdilakukan maka kontrol
Jika terdapat gambaran terperinci dari distribusi tekanan penghitungan tersebut akanmelibatkan dengan
dan bentuk benda yang diberikan. memanfaatkan persamaan-persamaan yang terlibat.
𝐷𝑝 = ∫ 𝑝 𝑐𝑜𝑠 𝜃 𝑑𝐴 Persaman-persamaan ini adalah persamaan yang
membangkitkan dengan memasukan parameter apa saja
yang terlibat dalam domain. Misalnya ketika suatu model disebut mesh atau grid karena gabungan dari elemen-
yang akan dianalisa melibatkan temperatur berarti model elemen tersebut seperti jala.
tersebut melibatkan persamaan energi atau konservasi Terdapat beberapa masalah konseptual yang harus
dari energi tersebut. Inisialisai awal dari persamaan adalah diselesaikan dalam memilih sistem grid generation untuk
boundary condition. Boundary condition adalah kondisi masalah-masalah tertentu.
dimana kontrol-kontrol perhitungan didefinisikan sebagai  Domain terbuka maupun tertutup
definisi awal yang akan dilibatkan ke kontrol-kontrol  Topologi domain
penghitungan yang berdekatan dengannya melalui  Single atau multiple block
persamaan-persamaan yang terlibat  Structured atau unstructured
Secara umum proses penghitungan CFD terdiri atas  2D atau 3D
3 bagian utama:
1. Prepocessor 2. 8 Skema Numerik
2. Processor Untuk melengkapi diskritisasi dari adveksi, variabel
3. Post processor 𝜑𝑡𝑝 harus dihubungkan dengan nilai titik dari 𝜑. Skema
Prepocessor adalah tahap dimana data diinput
yang diterapkan di ANSYS memiliki bentuk
mulai dari pendefinisian domain serta pendefinisian
𝜑𝑖𝑝 = 𝜑𝑢𝑝 + 𝛽∇ɸ∆𝑡
kondisi batas atau boundary condition. Ditahap ini juga
Dimana 𝜑𝑡𝑝 adalah nilai titik dari upwind dan adalah
sebuah benda atau ruangan yang akan dianalisa dibagi-
vektor dari upwind node ke integration point (ip). Ketika
bagi dengan jumlah grid tertentu atausering juga disebut
menggunakan specified blend, ∇ɸ adalah rata-rata dari
dengan meshing. Tahap selanjutnya adalah processor,
gradien titik-titik yang berdekatan dan ketika
pada tahap ini dilakukan proses penghitungan data-data
menggunakan skema high resolution ∇ɸ adalah gradien
input dengan persamaan yang terlibat secara iteratif.
titik pada upwind node. Pemilihan khusus nilai akan
Artinya penghitungan dilakukan hingga hasil menuju
memberikan skema lain yang berbeda
error terkecil atau hingga mencapai nilai yang konvergen.
2.7.1. 1st Order Upwind Scheme
Penghitungan dilakukan secara menyeluruh terhadap
Nilai = 0 adalah nilai untuk first order upwind
volume kontrol dengan proses integrasi persamaan diskrit.
difference. Banyak skema yang dikembangkan untuk CFD
Tahap akhir merupakan tahap postprocessor dimana hasil
yang berdasarkan deret aproksimasi ekspansi seperti deret
perhitungan diinterpretasikan ke dalam gambar, grafik
Taylor, untuk fungsi kontiyu. Semakin banyak bentuk
bahkananimasi dengan pola warna tertentu[2].
ekspansi yang digunakan. Derajat (order) dari skema
tersebut merupakan indikasi dari pangkat terbesar yang
2. 7 Grid Generation
dipangkas dalam deret ekspansi. Skema 1st Order Upwind
Grid Generation adalah aspek penting dalam
sangat baik dan stabil secara numerik dan dijamin tidak
semua metode numerik yang menggunakan finite
akan jauh dari target. Namun skema tersebut sangat rentan
difference, finite volume dan finite elements dalam
terhadap difusi numerik atau ‘gradient smeasring’.
rangka mendapatkan solusi dari persamaan differensial
2.7.2. 2nd Order Upwind Scheme
parsial. Caranya dengan membagi domain aliran ke dalam
Dalam second Order Upwind Scheme tingkat
elemen-elemen kecil (segitiga, poligon 2D, tetrahedral,
akurasi lebih tinggi dari first order upwind sehingga
quadrilateral) yang disebut cell. Gabungan dari cell-cell
dalam perhitungan atau simulasi lebih dianjurkan
tersebut membentuk satu kesatuan dalam domain yang
menggunakan second Order Upwind. Second Order 3.2 Studi Literatur
Upwind menggunakan ekspansi deret Taylor dalam Tahap pertama yang dilakukan dalam pengerjaan
solusinya seperti halnya dengan first order upwind. laporan ini adalah studi literatur. Studi literatur digunakan
untuk mengetahui karakteristik aliran fluida seperti aliran
3. PROSES SIMULASI turbulen, laminar, invicid, dan viscous, serta untuk

3.1 Langkah Kerja mengetahui kecepatan dan reynold number yang

Langkah-langkah simulasi dapat dilihat pada digunakan sebagai input. Selain itu, studi literatur
digunakan untuk mengetahui teori dan konsep dari
skema berikut:
perhitungan yang digunakan dalam menyelesaikan
Mulai laporan ini serta untuk lebih memahami permasalahan
yang akan dibahas dalam laporan ini. Referensi-referensi
untuk mengerjakan laporan ini didapatkan dari buku,
Studi Literatur
jurnal ilmiah, laporan-laporan sebelumnya yang masih
berkaitan dan internet.

Penentuan parameter ukuran lingkaran dan domain


3.3 Penentuan Parameter Ukuran Lingkaran dan
Domain
Pembuatan model lingkaran dan domain Kriteria ukuran desain lingkaran dan domain:
Jari-jari : 5.5 m
Diameter : 11 m
Pembuatan meshing
Ukuran domain : 200 m × 300 m
Inlet & outlet : 200 m
Penentuan paramater perhitungan numerik Top & bottom : 300 m

3.4 Pembuatan Model Lingkaran dan Domain


Nilai kecepatan

Pelaksanakan perhitungan atau komputasi

Menampilkan hasil simulasi

Kesimpulan Gambar 8. Model Lingkaran dan Domain di Software


ICEM ANSYS CFD
Dalam pembuatan model lingkaran dan domain
Selesai
menggunakan software ICEM ANSYS CFD dengan

Gambar 7. Langkah Kerja ukuran-ukuran yang telah ditentukan sebelumnya.


3.5 Pembuatan Meshing
Tahap 1

Gambar 12. Bentuk meshing di sekitar lingkaran

Gambar 9. Surfaces dalam model


Setelah dibuat model 2D lingkaran dan domain
dengan ukuran-ukuran yang telah ditentukan, kemudian
langkah selanjutnya adalah membuat surfaces dengan
tool “geometry” yang tersedia dalam software ICEM
ANSYS CFD.
Tahap 2 Gambar 13 Bentuk meshing gradual

Gambar 10. Blocking Gambar 14. Perbesaran bentuk meshing


Langkah berikutnya yaitu pembuatan blocking
yang berfungsi untuk mengatur bentuk meshing sehingga Kemudian berikutnya pembuatan meshing,
bentuk meshing terbentuk sesuai yang diinginkan. dengan tool “mesh” yang tersedia dengan bentuk
Tahap 3 structured grid. Dengan cara klik “mesh” maka akan
muncul mesh yang secara otomatis membagi geometri
model ke dalam elemen-elemen kecil yang disebut cell.
Gabungan dari cell-cell tersebut membentuk satu-
kesatuan yang disebut mesh atau grid karena gabungan
dari elemen-elemen tersebut membentuk seperti jala.
Kemudian mesh dapat disesuaikan dengan kebutuhan
yang diingikan, yaitu dengan merapatkan dimensi dari cell
sehingga jumlah elemen dan node bertambah. Dihasilkan
Gambar 11. Bentuk meshing keseluruhan jumlah elemen 49544, dan jumlah node 49188.
3.6 Penentuan Parameter Perhitungan Numerik program FLUENT akan terbuka.Dengan pengaturan
Dalam perhitungan numerik yaitu untuk menentukan awal seperti gambar dibawah ini, kemudian klik OK
nilai kecepatan dan Reynold Number pada aliran laminar maka akan muncul FLUENT.
dan turbulen. Untuk kecepatan dari kedua aliran tersebut
berbeda sesuai batas Reynold Number dari masing-
masing aliran.
 Reynold Number aliran turbulen
Re = 108
Jadi, dengan menggunakan rumus Reynold Number (Re):
𝜌𝑉𝐿
𝑅𝑒 =
𝜇
Dengan nilai:
𝜌 = 1000 kg/m3
L = 11 m (diameter lingkaran) 2. kemudian klik GENERAL, maka akan muncul
𝜇 = 0,001003 kg/m.s pengaturannya, sesuaikan dengan gambar dibawah ini,
Sehingga, dengan memasukkan gravitasi -9,81 m/s.
1000. 𝑉. 1
108 =
0,001003
𝑉 = 10,03 𝑚/𝑠
 Reynold Number aliran laminar
Re = 108
Jadi, dengan menggunakan rumus Reynold Number (Re):
𝜌𝑉𝐿
𝑅𝑒 =
𝜇
Dengan nilai:
𝜌 = 1000 kg/m3
L = 11 m (diameter lingkaran)
𝜇 = 0,001003 kg/m.s
Sehingga,
1000. 𝑉. 10
108 =
0,001003
𝑉 = 0,0001003 𝑚/𝑠

3.7 Pelaksanaan Perhitungan atau Simulasi


Setelah model jadi, dan nilai input untuk proses 3. Kemudian klik MODELS, maka akan muncul model-
running telah ditentukan, maka proses selanjutnya model yang digunakan, seperti viscous. Pertama, klik
adalah: VISCOUS, maka akan muncul kontak perintah
1. Langkah SETUP, yang adalah menentukan parameter- viscous. Didalam kotak ini terdapat jenis pemodelan
parameter, kondisi-kondisi batas, dan pengaturan invicid, laminar, k-epsilon, dan lainnya. Pengaturan
simulasi pada FLUENT. Dengan klik SETUP maka dapat dilakukan sesuai dengan gambar dibawah ini.
7. Kemudian lompati hingga ke SOLUTION
INITIALIZATION, pada kontak atur Compute from
“In”, kemudian initialize.
8. Klik RUN CALCULATION, sesuaikan pengaturan
dengan gambar. Klik Calculate.
9. Dengan proses running ini digambarkan dengan
grafik, dengan sumbu x menunjukkan acumulatedtime
step sesuai dengan nilai iterasi yang kita masukkan
dan sumbu y menunjukkan variable value.

4. Klik MATERIALS, kemudian klik Fluent Database.

4. ANALISA DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan dasar teori yang telah dijelaskan maka
akan dilakukan analisa dan pembahasan mengenai aliran
5. Klik, CELL ZONE CONDITION, akan muncul fluida pada lingkaran. Pada proses simulasi dengan
kontak pengaturan. kecepatan aliran V = 10,03 m/s untuk aliran turbulen dan
6. Klik, BOUNDARY CONDITIONS akan muncul V = 0,0001003 m/s untuk aliran laminar, kecepatan
kondisi-kondisi batas sesuai. Misalnya pada kondisi tersebut akan mengakibatkan tekanan fluida pada
batas “In”, klik edit, maka akan muncul kotak permukaan benda atau lingkaran. Sehingga bagian
pengaturan, masukkan kecepatan 𝑉=10,03 m/snuntuk belakang permukaan akan terjadi wave. Dalam simulasi
aliran turbulen dan kecepatan 𝑉=0,00001003 m/s CFD dapat diketahui nilai tekanan pada titik yang ditinjau
untuk aliran laminar, kemudian klik OK. dan tekanan total aliran disekitar titik yang ditinjau serta
nilai gayanya. Kemudian data tekanan tersebut dapat
digunakan untuk menghitung nilai koefisien tekanan (Cp)
dan nilai gaya digunakan untuk menghitung nilai
coefficient drag (Cd). Dalam simulasi kali ini digunakan
5 titik sudut yang ditinjau yaitu pada sudut 0ᴼ, 45ᴼ, 90ᴼ,
135ᴼ, 180ᴼ.Dengan sudut 0ᴼdibagian depan, sudut
90ᴼpada bagian atas dan begitu seterusnya hingga
melingkar sampai sudut 180Untuk mengetahui nilai Cp
perhitungan manual
yang dihasilkan dapat digunakan rumus sebagai berikut: tekanan dan kecepatan di sepanjang lingkaran. Dapat
2
𝐶𝑝 = 1 − 4 𝑠𝑖𝑛 𝜃 dilihat dari gambar diatas kecepatan maksimum berada
Sehingga dihasilkan nilai Cp pada setiap titik sudut adalah disekitar sudut 90odan kecepatan mulai berkurang setelah
sebagai berikut: melewati lingkaran pada sudut 90o. Kemudian untuk
𝜃0 𝐶𝑝 = 1 − (4 𝑠𝑖𝑛2 𝜃) daerah wake yang dihasilkan oleh aliran laminar dan
0 1 turbulen, dapat dilihat pada gambar diatas bahwa aliran
45 1 laminar lebih luas daripada aliran turbulen. Semakin besar
90 1 daerah wake yang dihasilkan maka semakin besar pula
135 1 daerah di belakang lingkaran yang tidak terlewati
180 1 sepenuhnya oleh aliran fluida.
2. Second Order Upwind
Dalam simulasi dengan metode CFD yang dilakukan, Gambar 20. Kontur kecepatan aliran Invicid Second Order
menggunakan beberapa karakteristik aliran yaitu aliran Gambar 21. Kontur kecepatan aliran laminar Invicid
invicid first order, invicid second order, laminar viscous Second Order
first order, laminar viscous second order, laminar invicid Gambar 22. Kontur kecepatan aliran laminar Viscous
first order, laminar invicid second order, turbulen viscous Second Order
first order, turbulen viscous second order, turbulen invicid Gambar 23. Kontur kecepatan aliran turbulen Invicid
first order, dan turbulen invicid second order. Second Order
Gambar 24. Kontur kecepatan aliran turbulen Viscous
4.1 Hasil Simulasi Second Order
4.1.1 Hasil Kontur Kecepatan Aliran Fluida Pada simulasi dengan diskritisasi Second Order
Hasil dari simulasi pemodelan 2D didapatkan menghasilkan bentuk yang berbeda dengan bentuk aliran
gambar kontur kecepatan aliran fluida pada setiap kondisi pada first order. Pada diskritisasi first order bentuk aliran
aliran. kecepatannya cenderung simetris sedangkan pada
1. First Order Upwind diskritisasi second order bentuk aliran kecepatannya
Gambar 15. Kontur kecepatan aliran Invicid First Order cenderung tidak simetri.Hal ini dimungkinkan karena
Gambar 16. Kontur kecepatan aliran laminar Invicid First iterasi pada simulasi diskritisasi second order belum
Order mencapai konvergen meskipun sampai iterasi 100.000,
Gambar 17. Kontur kecepatan aliran laminar Viscous First berbeda dengan diskritisasi first order, yaitu pada iterasi ±
Order 1200 sudah konvergen. Sehingga pada simulasi ini penulis
Gambar 18. Kontur kecepatan aliran turbulen Invicid First membatasi dan menyeragamkan nilai iterasi 10.000.
Order Second order ini menghitung dengan ketelitian lebih tinggi
Gambar 19. Kontur kecepatan aliran turbulen Viscous First dibandingkan dengan first order sehingga waktu
Order simulasinya akan semakin lama dan jumlah iterasinya juga
Gambar kontur kecepatan diatas menunjukkan bahwa semakin besar.
aliran fluida yang melewati lingkaran akan membentuk
boundary layer (lapisan batas) yang disebabkan oleh 4.1.2 Hasil Kontur Tekanan Aliran Fluida
gesekan aliran fluida dengan permukaan lingkaran. Ketika
aliran fluida melewati lingkaran akan terjadi perubahan
Tekanan dalam hal ini nilainya berbanding terbalik dengan 5
nilai kecepatan, artinya adalah ketika kecepatan besar
maka tekanannya akan kecil begitu sebaliknya. 0
0 50 100 150 200
1. First Order Upwind -5
Gambar 25. Kontur tekanan aliran Invicid First Order
laminar air laminar udara
Gambar 26. Kontur tekanan aliran laminar Invicid First
turbulen air turbulen udara
Order
Gambar 27. Kontur tekanan aliran laminar Viscous First Pada simulasi FLUENT didapatkan nilai Cp pada sudut 0,

Order 45, 90, 135, dan 180. Dari data nilai Cp didapatkan grafik

Gambar 28. Kontur tekanan aliran turbulen Invicid First coefficient pressure terhadap sudut seperti di tunjukkan

Order pada gambar ,,. Untuk grafik ideal flow nilai Cpnya

Gambar 29. Konturtekanan aliran turbulen Viscous First berbentuk seperti lembah dan berbentuk simentri. Pada

Order aliran invicid karena tidak memiliki viskositas atau (τw =

Dilihat dari gambar diatas nilai tekanan dan koefisien 0) dan distribusi tekanan untuk aliran invicid yang

tekanan yang dihasilkan yaitu pada daerah pada sudut melewati sebuah lingkaran, sehingga jelas bahwa drag

0omemiliki nilai koefisien tekanan paling tinggi dan nilai pada lingkaran adalah nol. Dapat ditunjukkan bahwa drag

tekanan pada daerah atau sudut 90o memiliki nilai paling adalah nol untuk setiap benda yang tidak menghasilkan lift

kecil. dalam sebuah aliran fluida invicid. Dalam hal ini, tidak

2. Second Order Upwind ada fluida yang yang benar-benar invicid, alasan dari drag

Gambar 30. Kontur tekanan aliran Invicid Second Order yang teramai pasti disebabkan oleh efek viskos.

Gambar 31. Kontur tekanan aliran laminar Invicid Second Aliran laminar dan turbulen pola grafiknya sama baik,

Order meskipun nilainya masih belum mencapai atau sama

Gambar 32. Kontur tekanan aliran laminar ViscousSecond dengan nilai Cp pada aliran ideal flow. Niali Cp pada

Order sudut 180otidak mencapai nilai 1 kembali, dimungkinkan

Gambar 33. Kontur Tekanan aliran turbulen Invicid karena adanya efek viscous yang menyebabkan drag

Second Order tekanan tekanan atau drag gesek pada permukaan

Gambar 34. Kontur tekanan aliran turbulen Viscous lingkaran. Ini terlihat pada aliran laminar viscous dimana

Second Order slop-nya sangat kecil akibat drag yang dihasilkan oleh

Pada kontur tekanan untuk second order dapat dilihat viscousnya.

bahwa bentuk dari kontur tekanannya tidak simetri,


berbeda dengan kontur tekanan pada first order. Alasannya 4.1.4 Koefisien Drag

sama yaitu karena pada simulasi second order belum Tabel 2. Nilai Koefisien Drag berbagai Aliran

mencapai konvergen sehingga mempengaruhi hasil dari Aliran Force Cd


nilai koefisien tekanan. turbulen udara 99887,806 0,178298955
turbulen air 325,05473 0,000225959
4.1.3 Grafik koefisien pressure laminar air 9,59262E-08 6,66822E-10
laminar udara 3,68472E-05 0,984628269
Pada simulasi numerik dengan menggunakan FLUENT yaitu Cd = 1,17 sedangkan pada hasil yang didapatkan
dua dimensi (2D) menghasilka nilai gaya dengan satuan tidak sesuai dengan hasil teori. Kemungkinan terjadi
N/m (Newton/meter). Ini sesuai dengan analisa kesalahan dalam meshing atau kerapatan meshing yang
dimensinya yaitu: masih belum rapat. Sedangkan pada aliran turbulen nilai
𝐹 Cd = 0,3 dalam teori, dan hasil simulasi masih belum
𝐶𝑑 =
1
𝜌. 𝐾. 𝑣 2 sesuai walaupun pada turbulen first order nilai Cd bernilai
2
Dimana : lebih dari 0,2.

F = Gaya pada analisa numerik FLUENT 2D (N/m) 5. KESIMPULAN

ρ = massa jenis air (kg/m3) Setelah dilakukan analisa aliran fluida pada lingkaran

K = keliling lingkaran (m) dengan menggunakan metode CFD maka dapat diambil

Cd = koef. drag dalam aerodinamika dan hidrodinamika. kesimpulan sebagai berikut:

Analisa dimensi : 1. Diskritisasi second order menurut teori hasilnya lebih

Cd = tidak berdimensi bagus/baik dibandingkan dengan first order. Tetapi

Sama dengan dalam simulasi ini hal tersebut tidak sesuai karena
𝐹 pada diskritisasi second order dalam simulasinya
𝑚 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑥 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛/ 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
= belum mencapai konvergen.
1
𝜌. 𝐾. 𝑣 2 𝜌 𝑥 𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑥 𝑘𝑢𝑎𝑑𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
2 2. Nilai Cp pada grafik dari hasil simulasi mengikuti
−1 −1
𝑀. 𝐿. 𝑇 . 𝐿 pola pada nilai Cp ideal flow terutama pada aliran
= = 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑏𝑒𝑟𝑑𝑖𝑚𝑒𝑛𝑠𝑖
𝑀. 𝐿−3 . 𝐿. 𝐿2 . 𝑇 −2
invicid.
Pada Tabel diatas didapatkan nilai Cd dari setiap aliran.
3. Nilai Cd yang dihasilkan masih belum sesuai dengan
Dalam teori nilai Cd untuk aliran turbulen pada lingkaran
teori.

Anda mungkin juga menyukai