Silinder pneumatik adalah salah satu komponen yang berfungsi untuk melakukan gerakan dengan
menggunakan metode kompresi udara sebagai medianya.
3. Silinder Putar,
5. Clamping silinder,
Silinder Pneumatik
SILINDER DENGAN BATANG PISTON
Silinder dngan batang piston dibagi menjadi dua jenis sesuai dengan fungsi nya, yaitu:
2. Stroke panjang tergantung per / spring yang membatasi stroke panjang maksimum,
1. Memiliki kekuatan ke kedua arah, yaitu maju dan mundur / keluar dan masuk,
1. Silinder barel,
3. End cap,
4. Piston / seher,
5. Rod piston.
Disambping bagian-bagian diatas , juga ada komponen-komponen kecil pendukung, misalnya:
seals, bearing, pengarah band, magnet permanen, komponen tambahan tergantung pembuatnya.
SILINDER BAREL
Silinder barel adalah tabung pada silinder dengan penambahan support-support unuk
penempatan sensor dan aksesoris yang lain, antara lain:
BEARING CAPS
Ini adalah bagian penutup silinder (silinder barel) sebagai bearing dan pembatas/ penyegel untuk
batang piston.
END CAPS
Tutup akhir silinder pada silinder barel pada sisi lain. Koneksi udara kedua biasanya terletak pada
end caps.
Desain Silinder Pneumatik
RODLESS SILINDER
Silinder rodless biasanya berupa silinder yang tidak memiliki batang piston dan berfungsi melakukan
gerakan linier. Bisa dikategorikan sebagai drive linier.
Silinder ini banyak didapatkan dalam berbagai bentuk, sebagai drive yang sederhana atau drive
yang terintegrasi.
Gaya dan Tekanan Pada Sistem Hidrolik - Salah satu sifat zat cair adalah meneruskan tekanan
ke semua arah. Definisi itu juga bisa mengartikan bahwa zat cair dapat meningkatkan gaya dan tekanan.
Semua itu bisa dijabarkan melalui rumus yang ditampilkan melalui gambar di bawah.
Rumus Tekanan
Seperti halnya benda di dunia, tekanan juga bisa diukur melalui dua macam cara yaitu seperti berikut.
• Tekanan gauge adalah tekanan yang mengabaikan besarnya tekanan udara luar (tekanan atmosfer), atau
nilai yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk pada alat pengukur tekanan.
• Tekanan absolute adalah tekanan yang dipengaruhi oleh besarnya tekanan udara luar.
Perhatikanlah gambar gaya dan kecepatan piston di atas. Jika sisi bottom hydraulic cylinder pada gambar
di atas mendapat oil flow, maka akan timbul tekanan P1. Tekanan tersebut mengakibatkan gaya dorong F1
yang arahnya ke kanan dan besarnya adalah F1 = P1×A. Oli yang ada di sisi head juga menghasilkan gaya
dorong F2 yang arahnya ke kiri dan besarnya adalah F2 = P2×B. Dengan demikian yang menggerakkan piston
ke arah yang sesungguhnya adalah selisih antara F1 dan F2. Sesuai dengan hukum Pascal, besar kecilnya
gaya dorong F bergantung pada tinggi rendahnya tekanan P atau besar kecilnya luas penampang piston A.