Anda di halaman 1dari 12

BAB II

SISTEM PROTEKSI KATODIK

Pemilihan sistem proteksi logam dimulai sejak tahap perancangan dengan


melakukan pemilihan logam yang sesuai untuk lingkungannya disertai dengan
rancangan sistem proteksi yang tepat untuk menghindari terjadinya korosi
yang berlebihan saat struktur digunakan. Pemilihan logam dan sistem proteksi
akan sangat bergantung pada mekanisme korosi termasuk bentuk-bentuk
korosi logam yang mungkin dapat menyerang logam di lingkungannya.
Agresivitas lingkungan dan keterbatasan untuk mengatasinya perlu
diperkirakan.
Sistem proteksi katodik adalah suatu metoda pengendalian korosi yang
menggunakan prinsip mengubah anoda menjadi katoda dengan menurunkan
potensial antarmuka logam hingga mendekati/ berada dalam daerah imun.
Potensial struktur diturunkan dengan membanjiri struktur dengan elektron
melalui konduktor metalik (membanjiri struktur dengan arus proteksi melalui
lingkungan) sehingga potensial struktur lingkungan lebih kecil/ sama dengan
kriteria potensial proteksi, yaitu -850 mV pada Cu/ CuSO4 jenuh atau -950 mV
pada Cu/ CuSO4 jenuh bila ada bakteri pereduksi sulfat. Sistem proteksi
katodik dapat dibagi menjadi dua teknik, yaitu sacrificial anode (anoda
korban) dan impressed current.

2.1 Sistem Proteksi Katodik Anoda Korban


(Sacrificial Anode)
Sistem proteksi anoda korban pada prinsipnya adalah dengan menyuplai
electron ke logam yang dilindungi.

2.1.1 Prinsip Kerja


Sistem proteksi anoda korban pada prinsipnya yaitu dengan menghubungkan
logam yang akan dilindungi dengan logam lain yang lebih tidak mulia pada
kondisi lingkungan tertentu. Logam yang dihubungkan akan menjadi anoda
korban, dimana karena lebih aktif, logam tersebut akan menyumbangkan
lebih banyak elektron, dan akan melindungi logam pertama dari korosi.
Skema pengendalian korosi dengan teknik anoda korban adalah seperti yang
terlihat di bawah:

Gambar 2.1.1 Skema proes proteksi katodik

2.1.2 Kriteria Proteksi


Menurut standar NACE (National Association of Corrosion Engineers), proses
korosi akan terhenti jika voltase (CSE) yang diukur berada diatas batas :
1.) -850 mV jika diukur dengan Cu/CuSO4 dalam tanah biasa.
2.) -950 mV jika diukur dengan Cu/CuSO4 dalam lingkungan terdapat bakteri
(SRB).
3.) -950 mV jika suhu pipa > 60oC (140oF).
4.) -100 mV sisa polarisasi katodik.
5.) -300 mV shift dari potensial korosi.
Sementara itu untuk material lain :
Tabel 2.1.2 Standar kriteria proteksi

2.1.3 Pengukuran Kriteria Proteksi


Pengukuran potensial dari pipa yang dilindungi dengan proteksi katodik
dapat dilakukan dengan menghubungkan elektroda referensi, yang
ditancapkan di permukaan tanah lokasi penempatan pipa, dengan pipa yang
kemudian dapat diukur dengan voltmeter.

Gambar 2.1.3a Skema pengukuran potensial tanah

Dari pengukuran tersebut dapat diketahui :


1. Potensial pipa dengan tanah.
2. IR-drop
IR-drop dapat terjadi karena aliran arus yang melalui tanah dan pipa memiliki
tahanan tertentu. Sementara itu nilai potensial pipa dengan tanah dapat
dijadikan acuan yang menggambarkan kondisi pipa, seperti table dibawah ini :
Tabel 2.1.3 Hubungan antara potensial dan resiko korosi

Elektroda referensi yang umum digunakan dan universal dalam pengukuran


potensial adalah elektroda Cu/CuSO4. Berikut ini merupakan contoh skema
elektroda Cu/CuSO4 :

Gambar 2.1.3b elektroda Cu/CuSO4

2.1.4 Kelebihan dan Keterbatasan Teknik Anoda Korban


Teknik anoda korban memiliki beberapa kelebihan dalam penggunaannya,
antara lain:
• Tidak menyebabkan interferensi atau stray current.
• Sesuai untuk struktur dengan kebutuhan arus proteksi total rendah dan
untuk lingkungan padat struktur.
• Digunakan untuk menggantikan sistem ICCP bila sumber arus listrik tidak
tersedia.
• Dapat digunakan untuk menambah kekurangan arus proteksi dalam suatu
sistem ICCP.
Tetapi teknik ini juga memiliki kekurangan, yaitu jangkauan proteksi yang
terbatas karena adanya tahanan listrik, sehingga tidak dapat melindungi
wilayah yang luas.

2.1.5 Persyaratan Anoda Korban

Suatu logam yang akan dijadikan sacrificial anode, harus memenuhi beberapa
persyaratan, yaitu:
• Potensial korosinya rendah.
• Harus tetap aktif selama digunakan.
• Kapasitas arus yang dapat diberikan (A jam/ kg) besar.
• Efisiensi besar.
• Tidak berbahaya terhadap lingkungan.
• Ringan.

2.1.6 Karakteristik Anoda Korban


Anoda korban harus memiliki kemampuan untuk dapat mempolarisasikan
potensial logam yang akan dilindungi, sehingga laju korosinya menjadi sangat
kecil dalam jangka waktu tertentu atau bahkan tidak terkorosi sama sekali.
Kemampuan seperti ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya bentuk
dan dimensi anoda, potensial elektroda, arus keluaran anoda, tahanan anoda
dalam suatu elektrolit, kapasitas anoda, laju konsumsi, efisiensi anoda.

2.1.7 Bentuk dan Dimensi Anoda Korban


Berkaitan dengan rasio luas permukaan dan berat, yang berpengaruh
terhadap arus keluaran. Perbedaan bentuk akan memberikan perbedaan pada
rasio luas permukaan dan berat, sehingga akan keluarannya pun akan
berbeda, walaupun berat anoda yang bersangkutan sama. Implikasinya, usia
pakai anoda juga akan berbeda. Bentuk anoda dipilih dengan tujuan
memberikan arus keluaran tertentu untuk berat anoda yang tertentu pula,
sehingga dapat ditentukan usia pakainya berdasarkan kebutuhan dan
ketersediaan ruang pada struktur yang akan dilindungi.
Beberapa contoh anoda korban yang biasa dipergunakan dapat dilihat pada
gambar berikut:

Gambar 2.1.7 Bentuk anoda korban

2.1.8 Potensial Elektroda


Potensial anoda yang perlu diperhatikan adalah apabila potensialnya menjadi
semakin negatif, maka arus keluaran anoda menjadi semakin besar dan
semakin cepat pula laju konsumsi anoda tersebut. Potensial lain yang perlu
diperhatikan adalah open circuit potential (OCP), yaitu potensial anoda
korban pada lingkungannya sebelum dihubungkan dengan struktur yang
akan dilindungi. Harga potensial ini perlu diketahui karena akan
mempengaruhi driving potential awal anoda yang dibutuhkan dalam proses
perancangan sistem proteksi katoik anoda korban.
Potensial proteksi katoda juga perlu diperhatikan karena potensial ini
merupakan nilai potensial anoda korban setelah dihubungkan dengan
struktur yang akan dilindungi. Potensial ini disebut juga closed circuit
potential, yang merupakan parameter penting untuk melihat apakah anoda
korban dapat memenuhi fungsinya melindungi suatu struktur dalam
lingkungan elektrolit tertentu.

2.1.9 Jenis-jenis Anoda Korban


Beberapa material yang sering digunakan sebagai anoda korban adalah:
• Paduan Magnesium (Mg).
• Paduan Seng (Zn).
• Paduan Aluminium (Al).

1. Anoda Magnesium

Material ini digunakan untuk lingkungan tanah karena daya dorong listrik
tinggi serta keluaran arus yang besar. Digunakan juga untuk lingkungan air
tawar/ rawa dan tangki air. Penggunaan pada lingkungan laut terbatas.
Ada dua kelompok paduan yang sering digunakan, yaitu:
1. 2,7 – 6,7% Al dan 0,15 – 0,20% min Mn.
2. £ 0,03% Al dan 0,5 – 1,2% min Mn.
Penambahan Mn berfungsi untuk menurunkan potensial (meningkatkan
driving force) anoda Mg dimana potensial anoda Mg – 1,50 hingga – 1,70 V
pada Ag/ AgCl jenuh, efisiensi pasokan arus rendah (50%) dan kapasitas
pasokan arus proteksi 1230 Ah/ kg
Magnesium tidak boleh digunakan dalam tanker dan perlu diperhatikan
bahwa biasanya anoda tumbal dipasang terutama pada daerah lasan.
Sebagaimana diketahui bagian ini akan terkorosi lebih cepat karena pada
lasan dapat terkonsentrasi tegangan dalam yang dapat menimbulkan SCC,
CFC, dan HIC dan meskipun material filler telah dipilih lebih baik atau sama
dengan material yang dilas, pengelasan dapat menyebabkan cacat-cacat yang
mempermudah terjadinya korosi.

2. Anoda Seng

Penggunaannya paling luas, baik pada tanah dengan resistivitas rendah


maupun pada lingkungan laut. Saat ini terdesak dengan penggunaan anoda
aluminium untuk lepas pantai, tetapi unggul untuk pipa/ struktur yang berada
dalam lumpur.
Zn murni jarang digunakan. Biasanya digunakan 0,3 – 0,6% Al, 0,003 – 0,125%
maks Si dan 0,025 – 0,0125% Cd. Untuk driving voltage lebih tinggi ditambah
Hg, In, Ca, Li, tetapi jarang dijumpai dalam aplikasi. Material ini tidak
digunakan pada suhu diatas 40oC. Efisiensi pasokan arus 95% dan
kapasitasnya 780 Ah/ kg.

3. Anoda Aluminium

Aluminium adalah material yang paling sering dipakai sebagai anoda korban.
Material ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan, seperti:
• Lebih ekonomis dalam melindungi struktur baja.
• Berat jenis rendah, kapasitas yang tinggi, potensial cukup negatif, harga
yang murah dibanding Anoda Zn, Mg.
• Metode proteksi yang hemat energi.
Tidak digunakan dalam keadaan murni. Kinerjanya dipengaruhi komposisi
kimia. Ditambahkan indium untuk memperbaiki kinerjanya. Al murni akan
membentuk lapisan pasif dan Al dapat terkorosi setempat (korosi sumuran
dalam lingkungan yang mengandung Cl-). Harus ditambahkan Hg, In atau Sn
bersama-sama dengan Zn agar tidak terbentuk selaput pasif protektif :
1. O,35 – 0,5% Zn dan 0,035 – 0,5% Hg (eff. 95%).
2. 0,50 – 5,00% Zn dan 0,005 – 0,03% In (eff. 95%).
3. 4,00 -7,00% Zn dan 0,1% Sn (eff. 50 – 80%).
Kapasitas pasokan arus besar 2700 – 2830 Ah/ kg untuk yang mengandung In
atau Hg dengan efisiensi pasokan arus 90 – 95%.
Jenis aluminium yang sering dipakai adalah:
1. Al-Zn-Mg-In
2. Al-Zn-Hg (Galvalum I)
3. Al-Zn-In-Si (Galvalum III)
4. Al-Zn-In-Cd (Alanode I)
5. Al-Zn-In-Mg-Ca-Si (Alanode III)
Pengaruh komposisi kimia terhadap kinerja anoda aluminium adalah:
• Adanya pembentukan lapisan oksida protektif depasivasi.
• Depasivator menggerakkan potensial kerja 300-500 mV ke arah negatif.
• Depasivator yang umum digunakan : Indium (In), Merkuri (Hg), Timah (Sn),
Galium (Ga).
Modifier unsur yang dipadukan untuk menggerakkan potensial 100-300mV ke
arah negatif. Modifier yang umum digunakan adalah Seng (Sn), Magnesium
(Mg), Barium (Ba), Cadmium (Cd)
Sedangkan pengaruh beberapa unsur spesifik terhadap aluminium sebagai
anoda korban adalah:
1. Pengaruh unsur Zn
Penambahan Zn 0,5 – 15% akan menyebabkan potensial Al turun 0,1 – 0,3 V.
Penambahan 0.03 – 0.05% Zn + 0.04 – 0.15% Sn mencegah pembentukan
lapisan pasif, menurunkan potensial ke arah negatif, dan meningkatkan
efisiensi.
2. Pengaruh unsur In
Penambahan In akan menurunkan potensial 300 – 500mV. Mencegah
pembentukan lapisan pasif serta menyebabkan pola korosi yang merata pada
permukaan anoda tanpa mengurangi efisiensinya.
3. Pengaruh Impurities Fe, Cu
Adanya pengotor akan menurunkan kinerja anoda. Impurities akan
menimbulkan retak (flaw). Impurities Fe yang melebihi 0.04-0.1% akan
menurunkan efisiensi galvanik karena pada anoda korban terjadi mekanisme
intrinsic corrosion. Unsur Cu akan meningkatkan potensial ke arah yang lebih
katodik juga menyebabkan pola korosi lokal
Di bawah ini adalah perbandingan sifat-sifat anoda korban:

Sedangkan beberapa aplikasi anoda korban:

2.1.10 Metoda Untuk Menentukan Jenis dan Kuantitas Anoda


A. Arus anoda
Untuk setiap situasi spesifik berat anoda total, kebutuhan arus total, dan
jumlah anoda yang dibutuhkan, akan memenuhi perhitungan di bawah ini:
1. Untuk luas permukaan baja yang terendam dan harus diproteksi, arus total
yang dibutuhkan:

Contoh kebutuhan arus untuk proteksi katodik baja:


Persamaan berikut memberikan berat anoda yang dibutuhkan:

Jumlah anoda minimum yang dibutuhkan dapat diperkirakan dengan


persamaan:

Arus keluaran anoda:

dengan:
E1 = Potensial anode
E2 = Potensial proteksi (untuk baja = – 0,80 vs Ag/ AgCl)
Resistivitas anoda horizontal dalam air:

dengan:
R = resistivitas dari air [W.cm]
L = panjang anoda [cm]
reff = radius efektif rata-rata [cm] , diambil setelah anoda terkonsumsi 40%
B. Tahanan anoda
Tahanan untuk satu anoda batangan yang diletakkan horizontal:

Tahanan untuk satu anoda batangan yang diletakkan vertikal:

Tahanan sistem pada suatu ground bed dengan anoda vertikal lebih dari satu:

dengan catatan:
• Rumus yang sama digunakan dalam lingkungan laut/ air apabila
pemasangan dilakukan berdekatan.
• Rumus yang sama digunakan untuk menghitung tahanan sistem anoda
ICCP, dengan:
N= jumlah anoda
S = jarak antar anoda
Anoda yang dipilih harus memenuhi kebutuhan berat total dan arus total.
Berat yang dibutuhkan = jumlah anoda x berat per anoda
Kebutuhan arus = jumlah anoda x I (arus) yang dapat dipasok tiap anoda

C. Kapasitas anoda
Kapasitas anoda adalah jumlah arus keluaran yang dihasilkan dalam jangka
waktu tertentu akibat kehilangan sejumlah berat anoda yang dihitung dalam
satuan A. jam/kg.

W = perubahan berat anoda (kg)


I = arus keluaran (A)
t = waktu (jam)
a = berat atom
n = jumlah elektrton yang dipertukarkan
F = bilangan Faraday (96500)
Sebagai contoh, kapasitas anoda alumunium dapat dihitung dengan
mengasumsikan berat anoda alumunium seberat 1 kg , waktu 1 jam, dengan
berat atom Al 26,9815 dan jumlah elektrtron yang dipertukarkan 3, sehingga:

Artinya, apabila 1 kg Alumunium terdisolusi secara elektrokimia, dan jika


seluruh muatan dipindahkan kepada logam yang akan dilindungi, maka 1 kg
Alumunium akan memberikan 2981 A.jam elektron terhadap struktur yang
diproteksi. Dan kapasitas anoda. Dan kapasitas anoda secara praktis akan
selalu lebih kecil dari kapasitas anoda secara teoritis.

D. Laju konsumsi
Laju konsumsi adalah jumlah massa anoda yang terkonsumsi selama 1 tahun
disebabkan adanya arus yang mengalir dari anoda ke katoda sebesar 1 A.
E
E = laju konsumsi (kg/A.tahun)
Laju konsumsi anoda dibutuhkan untuk menghitung usia pakai dari anoda,
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

L = umur efektif anoda (tahun)


W = berat anoda (kg)
U = faktor utilitas
E = laju konsumsi anoda (kg/A.tahun)
Im = arus rata-rata yang dibutuhkan anoda selama pemakaian (A)

E. Efisiensi anoda
Efisiensi anoda adalah perbandingan antara kapasitas anoda yang dihasilkan
dalam kondisi praktis dengan kapasitas teoritis anoda yang bersangkutan.
Secara matematis, dituliskan sebagai berikut:

2.1.11 Backfill untuk Anoda Korban


Untuk lingkungan dalam tanah instalasi anoda tumbal seng dan magnesium
harus dilakukan dengan menggunakan backfill dengan alasan:
• Efisiensi menjadi lebih tinggi.
• Membuat anoda tidak kontak langsung dengan lingkungan tanah, sehingga
mengurangi kemungkinan yang merugikan misalnya bila anoda kontak
dengan fosfat, karbonat atau bikarbonat dari dalam tanah dapat terbentuk
film dengan tahanan tinggi di permukaan anoda.
• Klorida cenderung untuk menurunkan efisiensi magnesium.
• Backfill mengabsorpsi moisture sehingga menjaga agar di sekeliling anoda
tetap basah.
• Backfill mengurangi tahanan anoda karena seakan-akan memperbesar
ukuran anoda.
Tipikal campuran backfill adalah 75% gypsum, 20% bentonit dan 5% sodium
sulfat.
Tahanan jenis campuran ini 50 Wcm.

2.1.12 Tipikal Anoda Korban


Informasi berikut dibutuhkan pada perencanaan proteksi katodik dengan
anoda tumbal:
• Luas area struktur yang harus diproteksi.
• Jenis dari coating.
• Lama dan frekuensi dari waktu struktur kontak dengan lingkungan, sebagai
contoh balast kapal laut kemungkinan hanya diisi sewaktu-waktu dan anoda
tumbal bekerja pada saat balast terisi.
• Umur proteksi katodik yang diharapkan.
• Rapat arus yang digunakan untuk memproteksi struktur, biasanya berkisar
diantara 20 mA/m2- 4000mA/m2.
• Tahanan lingkungan harus ditentukan untuk menentukan tahanan anoda.
Catatan: umumnya digunakan anoda yang lebih kecil tetapi lebih banyak
digunakan untuk lingkungan dengan tahanan jenis yang tinggi.
Water resistivity:

Gambar 2.1.12a Tahanan anoda dalam elektrolit (air laut)

2.2 Sistem Proteksi Katodik Impressed Current


2.2.1 Prinsip Kerja
Struktur logam yang akan dilindungi dibanjiri dengan elektron dari pemasok
arus searah (rectifier) sehingga potensial struktur turun hingga atau lebih kecil
dari kriteria potensial proteksi agar laju korosi struktur tidak menyebabkan
korosi yang berarti. Bersamaan dengan itu potensial anoda ICCP naik dan
menyebabkan terbentuknya gas oksigen yang merupakan produk reaksi
oksidasi air.
Skema pengendalian korosi dengan teknik anoda korban adalah seperti yang
terlihat di bawah:

Gambar 2.2.1 Skema penggunaan impressed current

2.2.2 Kelebihan dan Keterbatasan Teknik Impressed Current

Beberapa kelebihan yang dimiliki teknik impressed current dibandingkan


dengan sacrificial anode antara lain:
• Struktur yang diproteksi besar.
• Keperluan arus proteksi besar.
• Rentang kualitas coating lebar.
• Tersedia sumber listrik.
• Resistivitas tanah besar.
• Tersedia lahan untuk groundbed.
• Kontrol ICCP mudah.
• Jumlah anoda ICCP yang dibutuhkan sedikit.
• Lebih murah.
• Jangkauan proteksi besar.
Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan pada teknik impressed current
adalah:
• Dapat terjadi interferensi.
• Dapat terjadi overproteksi.
• Tidak tepat untuk daerah padat struktur.
• Inspeksi harus lebih sering.
• Tidak boleh salah polarisasi.
• Design harus hati-hati.

2.2.3 Aplikasi Teknik Impressed Current.

Struktur yang dapat diproteksi dengan teknik impressed current adalah:


• Pipeline (onshore dan offshore).
• Ship hull, ponton kapal keruk.
• Dermaga.
• Jacket.
• Baja tulangan beton.
• Tangki timbun.
• Platform.

2.2.4 Reaksi-reaksi
Reaksi-reaksi yang terjadi di permukaan anoda:
Pada permukaan anoda korban:
M ® Mz+ + e (1)
Dalam lingkungan netral Mz+ tidak stabil dan akan terhidrolisis menjadi
hidroksidanya:
Mz+ + zH2O ® M(OH)z + zH+ (2)

Pada ICCP, arus dipasok dari sumber arus searah (rectifier).


Meskipun logam-logam reaktif seperti Al, Zn dan Fe dapat digunakan sebagai
anoda ICCP, umumnya anoda ICCP dirancang dengan menggunakan anoda-
anoda inert/ pasif (permanen) seperti platinized titanium, Fe-Si, paduan
timbal, mixed oxide dsb.
Reaksi-reaksi yang terjadi pada permukaan anoda ICCP yang inert:
H2O ® ½ O2 +2H+ + 2e (3)
Bila lingkungan mengandung Cl- (>200ppm) juga akan terjadi:
2Cl- ® Cl2 + 2e (4)
Gas Cl2 yang terbentuk dapat bereaksi dengan air membentuk hipoklorida
dan asam klorida melalui reaksi:
Cl2 + H2O ® HOCl + HCl (5)

Disosiasi terbatas HOCl dan HCl yang terbentuk menyebabkan penurunan pH.
Reaksi (4) dapat menyebabkan anoda Pt dan PbO2 bekerja dengan rapat arus
yang tinggi. Sedangkan reaksi (3) menyebabkan penurunan pH lebih banyak
dari reaksi (4) sehingga menyebabkan penurunan umur anoda.
Bila pada anoda hanya terbentuk O2 overpotensial akan bertambah dan volt
keluaran rectifier harus lebih besar.
ANODA KORBAN PADA KAPAL
Anoda korban kapal merupakan proteksi katodik yang di gunakan untuk
melindungi pelat baja kapal dari serangan korosi pada kapal. Ada dua jenis proteksi
katodik, yaitu dengan metoda anoda korban (sacrificial anode) dan dengan metoda
arus tanding (impressed current). Anoda korban relatif lebih murah, mudah
dipasang bila dibandingkan dengan metoda arus tanding. Keuntungan lainnya
adalah tidak diperlukannya peralatan listrik yang mahal dan tidak ada kemungkinan
salah arah dalam pengaliran arus.

Barangkali yang paling sederhana untuk menjelaskan cara kerja proteksi katodik
dengan anoda korban adalah menggunakan konsep tentang sel korosi basah seperti.
Kaidah umum dari sel korosi basah adalah bahwa dalam suatu sel, anodalah yang
terkorosi, sedangkan yang tidak terkorosi adalah katoda. Anoda-anoda yang
dihubungkan ke struktur dengan tujuan mengefektifkan perlindungan terhadap
korosi dengan cara ini disebut anoda korban (sacrificial anodes). Kita dapat
memanfaatkan pengetahuan mengenai deret galvanik untuk memilih suatu bahan
yang akan menjadi anoda. Anoda korban yang biasa digunakan di lingkungan
pantai diantaranya adalah seng dan aluminium.

gambar cara kerja anoda korban

Sel korosi basah sederhana

Perlindungan yang akan diberikan oleh seng akan luar biasa seandainya logam
tersebut dapat dilarutkan dengan laju yang kurang-lebih konstan. Seng murni yang
tersedia di pasaran, terkorosi di air laut sambil membentuk selapis kulit kedap air
yang sangat membatasi keluaran arusnya. Diantara bahan-bahan pengotor : besi,
tembaga dan timbal; yang paling menimbulkan efek merusak pada anoda adalah
besi. Kelarutannya dalam seng sedemikian rendah (<0.0014%) sehingga apabila
berlebih maka kelebihan-kelebihan itu akan berupa partikel-partikel terpisah. Hal
ini pada gilirannya akan membentuk sel galvanik lokal yang menghasilkan suatu
lapisan seng hidroksida/seng karbonat yang tidak dapat larut dan tidak
menghantarkan listrik; yang akhirnya menjadikan anoda tidak efektif
Dalam keadaan normal aluminium mengalami korosi sumuran dalam air laut
diakibatkan oleh lapisan oksida yang bersifat katodik yang selalu membungkus
logam itu ketika masih berada di udara bebas. Unsur paduan yang ditambahkan
dapat mencegah terbentuknya selaput oksida yang merata, merekat erat dan
protektif sehingga kegiatan galvanik terus berlangsung. Dengan tujuan inilah orang
mengembangkan paduan aluminium yang menggunakan seng dan air raksa atau
seng dan indium. Paduan aluminium mempunyai nisbah daya listrik/berat yang
lebih besar dibandingkan dengan paduan seng dan penggunaan paduan aluminium
mulai menggantikan penggunaan seng dalam beberapa penerapan khususnya pada
industri lepas pantai.

Anoda korban yang dianjurkan untuk dipakai pada kapal berdasarkan Biro
Klasifikasi Indonesia dalam Regulation for the Corrosion Protection and Coating
System dapat di lihat pada gambar berikut.

Jenis anoda korban pada kapal menurut rulus BKI

Postingan ini masih akan terus berlanjut sehingga kita mengetahui bagaiman cara
menghitung anoda korban pada kapal

Anda mungkin juga menyukai