Suatu logam yang akan dijadikan sacrificial anode, harus memenuhi beberapa
persyaratan, yaitu:
• Potensial korosinya rendah.
• Harus tetap aktif selama digunakan.
• Kapasitas arus yang dapat diberikan (A jam/ kg) besar.
• Efisiensi besar.
• Tidak berbahaya terhadap lingkungan.
• Ringan.
1. Anoda Magnesium
Material ini digunakan untuk lingkungan tanah karena daya dorong listrik
tinggi serta keluaran arus yang besar. Digunakan juga untuk lingkungan air
tawar/ rawa dan tangki air. Penggunaan pada lingkungan laut terbatas.
Ada dua kelompok paduan yang sering digunakan, yaitu:
1. 2,7 – 6,7% Al dan 0,15 – 0,20% min Mn.
2. £ 0,03% Al dan 0,5 – 1,2% min Mn.
Penambahan Mn berfungsi untuk menurunkan potensial (meningkatkan
driving force) anoda Mg dimana potensial anoda Mg – 1,50 hingga – 1,70 V
pada Ag/ AgCl jenuh, efisiensi pasokan arus rendah (50%) dan kapasitas
pasokan arus proteksi 1230 Ah/ kg
Magnesium tidak boleh digunakan dalam tanker dan perlu diperhatikan
bahwa biasanya anoda tumbal dipasang terutama pada daerah lasan.
Sebagaimana diketahui bagian ini akan terkorosi lebih cepat karena pada
lasan dapat terkonsentrasi tegangan dalam yang dapat menimbulkan SCC,
CFC, dan HIC dan meskipun material filler telah dipilih lebih baik atau sama
dengan material yang dilas, pengelasan dapat menyebabkan cacat-cacat yang
mempermudah terjadinya korosi.
2. Anoda Seng
3. Anoda Aluminium
Aluminium adalah material yang paling sering dipakai sebagai anoda korban.
Material ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan, seperti:
• Lebih ekonomis dalam melindungi struktur baja.
• Berat jenis rendah, kapasitas yang tinggi, potensial cukup negatif, harga
yang murah dibanding Anoda Zn, Mg.
• Metode proteksi yang hemat energi.
Tidak digunakan dalam keadaan murni. Kinerjanya dipengaruhi komposisi
kimia. Ditambahkan indium untuk memperbaiki kinerjanya. Al murni akan
membentuk lapisan pasif dan Al dapat terkorosi setempat (korosi sumuran
dalam lingkungan yang mengandung Cl-). Harus ditambahkan Hg, In atau Sn
bersama-sama dengan Zn agar tidak terbentuk selaput pasif protektif :
1. O,35 – 0,5% Zn dan 0,035 – 0,5% Hg (eff. 95%).
2. 0,50 – 5,00% Zn dan 0,005 – 0,03% In (eff. 95%).
3. 4,00 -7,00% Zn dan 0,1% Sn (eff. 50 – 80%).
Kapasitas pasokan arus besar 2700 – 2830 Ah/ kg untuk yang mengandung In
atau Hg dengan efisiensi pasokan arus 90 – 95%.
Jenis aluminium yang sering dipakai adalah:
1. Al-Zn-Mg-In
2. Al-Zn-Hg (Galvalum I)
3. Al-Zn-In-Si (Galvalum III)
4. Al-Zn-In-Cd (Alanode I)
5. Al-Zn-In-Mg-Ca-Si (Alanode III)
Pengaruh komposisi kimia terhadap kinerja anoda aluminium adalah:
• Adanya pembentukan lapisan oksida protektif depasivasi.
• Depasivator menggerakkan potensial kerja 300-500 mV ke arah negatif.
• Depasivator yang umum digunakan : Indium (In), Merkuri (Hg), Timah (Sn),
Galium (Ga).
Modifier unsur yang dipadukan untuk menggerakkan potensial 100-300mV ke
arah negatif. Modifier yang umum digunakan adalah Seng (Sn), Magnesium
(Mg), Barium (Ba), Cadmium (Cd)
Sedangkan pengaruh beberapa unsur spesifik terhadap aluminium sebagai
anoda korban adalah:
1. Pengaruh unsur Zn
Penambahan Zn 0,5 – 15% akan menyebabkan potensial Al turun 0,1 – 0,3 V.
Penambahan 0.03 – 0.05% Zn + 0.04 – 0.15% Sn mencegah pembentukan
lapisan pasif, menurunkan potensial ke arah negatif, dan meningkatkan
efisiensi.
2. Pengaruh unsur In
Penambahan In akan menurunkan potensial 300 – 500mV. Mencegah
pembentukan lapisan pasif serta menyebabkan pola korosi yang merata pada
permukaan anoda tanpa mengurangi efisiensinya.
3. Pengaruh Impurities Fe, Cu
Adanya pengotor akan menurunkan kinerja anoda. Impurities akan
menimbulkan retak (flaw). Impurities Fe yang melebihi 0.04-0.1% akan
menurunkan efisiensi galvanik karena pada anoda korban terjadi mekanisme
intrinsic corrosion. Unsur Cu akan meningkatkan potensial ke arah yang lebih
katodik juga menyebabkan pola korosi lokal
Di bawah ini adalah perbandingan sifat-sifat anoda korban:
dengan:
E1 = Potensial anode
E2 = Potensial proteksi (untuk baja = – 0,80 vs Ag/ AgCl)
Resistivitas anoda horizontal dalam air:
dengan:
R = resistivitas dari air [W.cm]
L = panjang anoda [cm]
reff = radius efektif rata-rata [cm] , diambil setelah anoda terkonsumsi 40%
B. Tahanan anoda
Tahanan untuk satu anoda batangan yang diletakkan horizontal:
Tahanan sistem pada suatu ground bed dengan anoda vertikal lebih dari satu:
dengan catatan:
• Rumus yang sama digunakan dalam lingkungan laut/ air apabila
pemasangan dilakukan berdekatan.
• Rumus yang sama digunakan untuk menghitung tahanan sistem anoda
ICCP, dengan:
N= jumlah anoda
S = jarak antar anoda
Anoda yang dipilih harus memenuhi kebutuhan berat total dan arus total.
Berat yang dibutuhkan = jumlah anoda x berat per anoda
Kebutuhan arus = jumlah anoda x I (arus) yang dapat dipasok tiap anoda
C. Kapasitas anoda
Kapasitas anoda adalah jumlah arus keluaran yang dihasilkan dalam jangka
waktu tertentu akibat kehilangan sejumlah berat anoda yang dihitung dalam
satuan A. jam/kg.
D. Laju konsumsi
Laju konsumsi adalah jumlah massa anoda yang terkonsumsi selama 1 tahun
disebabkan adanya arus yang mengalir dari anoda ke katoda sebesar 1 A.
E
E = laju konsumsi (kg/A.tahun)
Laju konsumsi anoda dibutuhkan untuk menghitung usia pakai dari anoda,
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
E. Efisiensi anoda
Efisiensi anoda adalah perbandingan antara kapasitas anoda yang dihasilkan
dalam kondisi praktis dengan kapasitas teoritis anoda yang bersangkutan.
Secara matematis, dituliskan sebagai berikut:
2.2.4 Reaksi-reaksi
Reaksi-reaksi yang terjadi di permukaan anoda:
Pada permukaan anoda korban:
M ® Mz+ + e (1)
Dalam lingkungan netral Mz+ tidak stabil dan akan terhidrolisis menjadi
hidroksidanya:
Mz+ + zH2O ® M(OH)z + zH+ (2)
Disosiasi terbatas HOCl dan HCl yang terbentuk menyebabkan penurunan pH.
Reaksi (4) dapat menyebabkan anoda Pt dan PbO2 bekerja dengan rapat arus
yang tinggi. Sedangkan reaksi (3) menyebabkan penurunan pH lebih banyak
dari reaksi (4) sehingga menyebabkan penurunan umur anoda.
Bila pada anoda hanya terbentuk O2 overpotensial akan bertambah dan volt
keluaran rectifier harus lebih besar.
ANODA KORBAN PADA KAPAL
Anoda korban kapal merupakan proteksi katodik yang di gunakan untuk
melindungi pelat baja kapal dari serangan korosi pada kapal. Ada dua jenis proteksi
katodik, yaitu dengan metoda anoda korban (sacrificial anode) dan dengan metoda
arus tanding (impressed current). Anoda korban relatif lebih murah, mudah
dipasang bila dibandingkan dengan metoda arus tanding. Keuntungan lainnya
adalah tidak diperlukannya peralatan listrik yang mahal dan tidak ada kemungkinan
salah arah dalam pengaliran arus.
Barangkali yang paling sederhana untuk menjelaskan cara kerja proteksi katodik
dengan anoda korban adalah menggunakan konsep tentang sel korosi basah seperti.
Kaidah umum dari sel korosi basah adalah bahwa dalam suatu sel, anodalah yang
terkorosi, sedangkan yang tidak terkorosi adalah katoda. Anoda-anoda yang
dihubungkan ke struktur dengan tujuan mengefektifkan perlindungan terhadap
korosi dengan cara ini disebut anoda korban (sacrificial anodes). Kita dapat
memanfaatkan pengetahuan mengenai deret galvanik untuk memilih suatu bahan
yang akan menjadi anoda. Anoda korban yang biasa digunakan di lingkungan
pantai diantaranya adalah seng dan aluminium.
Perlindungan yang akan diberikan oleh seng akan luar biasa seandainya logam
tersebut dapat dilarutkan dengan laju yang kurang-lebih konstan. Seng murni yang
tersedia di pasaran, terkorosi di air laut sambil membentuk selapis kulit kedap air
yang sangat membatasi keluaran arusnya. Diantara bahan-bahan pengotor : besi,
tembaga dan timbal; yang paling menimbulkan efek merusak pada anoda adalah
besi. Kelarutannya dalam seng sedemikian rendah (<0.0014%) sehingga apabila
berlebih maka kelebihan-kelebihan itu akan berupa partikel-partikel terpisah. Hal
ini pada gilirannya akan membentuk sel galvanik lokal yang menghasilkan suatu
lapisan seng hidroksida/seng karbonat yang tidak dapat larut dan tidak
menghantarkan listrik; yang akhirnya menjadikan anoda tidak efektif
Dalam keadaan normal aluminium mengalami korosi sumuran dalam air laut
diakibatkan oleh lapisan oksida yang bersifat katodik yang selalu membungkus
logam itu ketika masih berada di udara bebas. Unsur paduan yang ditambahkan
dapat mencegah terbentuknya selaput oksida yang merata, merekat erat dan
protektif sehingga kegiatan galvanik terus berlangsung. Dengan tujuan inilah orang
mengembangkan paduan aluminium yang menggunakan seng dan air raksa atau
seng dan indium. Paduan aluminium mempunyai nisbah daya listrik/berat yang
lebih besar dibandingkan dengan paduan seng dan penggunaan paduan aluminium
mulai menggantikan penggunaan seng dalam beberapa penerapan khususnya pada
industri lepas pantai.
Anoda korban yang dianjurkan untuk dipakai pada kapal berdasarkan Biro
Klasifikasi Indonesia dalam Regulation for the Corrosion Protection and Coating
System dapat di lihat pada gambar berikut.
Postingan ini masih akan terus berlanjut sehingga kita mengetahui bagaiman cara
menghitung anoda korban pada kapal