Anda di halaman 1dari 40

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Proses Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan KEK


1. Konsep Dasar Kurang Energi Kronik (KEK)
a. Pengertian
Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah suatu keadaan patologis
akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut atau lebih
zat gizi (malnutrisi). Mekanisme timbulnya kekurangan energi kronik
berawal dari faktor lingkungan dan manusia yang didukung dengan
kurangnya konsumsi zat gizi pada tubuh, jika hal itu terjadi maka
simpanan zat-zat pada tubuh akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
dan bila keadaan itu terus berlangsung lama, maka simpanan zat gizi
tersebut akan habis sehingga berakibat pada kemerosotan jaringan
(Marmi, 2013).
Kekurangan Energi Kronis (KEK) merupakan suatu keadaan
dimana status gizi seseorang buruk yang disebabkan karena kurangnya
konsumsi pangan sumber energi yang mengandung zat gizi makronutrien
yakni yang diperlukan banyak oleh tubuh dan makronutrien yang
diperlukan sedikit oleh tubuh (Rahmaniar, 2013).
KEK pada ibu hamil yaitu kondisi dimana ibu hamil menderita
kekurangan zat gizi yang berlangsung lama (kronis) bisa dalam beberapa
bulan atau tahun yang ditandai hasil pemeriksaan antropometri, LiLA <
23,5 cm, ibu hamil yang mengalami KEK mengakibatkan timbulnya
gangguan kesehatan pada ibu hamil dan anak yang dikandungnya
(Damajanti, 2015).
b. Etiologi KEK
Keadaan KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa
jenis zat gizi yang dibutuhkan. Beberapa hal yang dapat menyebabkan
tubuh kekurangan zat gizi antara lain: jumlah zat gizi yang dikonsumsi

1
2

kurang, mutunya rendah atau keduanya. Zat gizi yang dikonsumsi juga
mungkin gagal untuk diserap dan digunakan untuk tubuh (Rahmaniar,
2013).
c. Faktor Resiko yang Mempengaruhi KEK
Menurut Handayani (2012) secara umum faktor yang
mempengaruhi KEK pada ibu hamil adalah sebagai berikut :
1) Faktor ekonomi.
Variabel ekonomi yang cukup dominan dalam mempengaruhi
kosumsi pangan adalah pendapatan keluarga dan harga. Meningkatnya
akan pendapatan akan meningkatkan peluang untuk membeli pangan
dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik, sebaliknya penurunan
pendapatan akan menyebabkan menurunnya daya beli pangan baik
secara kulaitas maupun kuantitas.
2) Pendidikan
Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan
pengetahuan, akan berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan
dan pemenuhan kebutuhan gizi.
3) Kesehatan
Keadaan (status) kesehatan sangat mempengaruhi kebiasaan
makan terutama berhubungan dengan nafsu makan seseorang. Pada
umumnya seseorang yang mengalami suatu penyakit akan menurun
nafsu makanya sekaligus zat gizinya.
4) Bulimia
Bulimia nervosa adalah satu jenis gangguan makan yang cukup
serius dan berbahaya. Pasalnya para pengidap bulimia memilki
kebiasaan yang cukup ekstrem saat makan. Orang dengan kelainan
bulimia biasanya takut dengan kenaikan berat badan, sehingga akan
melakukan segala hal untuk menurunkan atau mempertahankan bobot
tubuh. Jika seorang wanita yang memiliki bulimia hamil, biasanya ia
akan tetap melakukan kebiasaan-kebiasaan yang “buruk” saat makan.
Padahal selama hamil ibu harusnya banyak mengonsumsi makanan
untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi janin (Hapsari, 2009).
3

Ibu hamil dengan bulimia bisa menyebabkan janin yang ada di


dalam kandungan mengalami berbagai masalah. Mulai dari berat badan
rendah, cacat lahir bahkan meninggal sebelum dilahirkan. Hal ini
terjadi karena saat mengalami bulimia, tubuh ibu tidak mendapatkan
asupan nutrisi yang cukup. Sehingga tak ada “makanan” yang dapat
diteruskan pada janin. Jika terus dibiarkan, hal ini bahkan bisa
menyebabkan terjadinya keguguran alias kegagalan dalam kehamilan
(Hapsari, 2009).
5) Faktor sosial budaya
Kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang cukup
besar untuk mempengaruhi seseorang dalam memilih dan mengolah
pangan yang akan dikosumsi. Kebudayaan menuntun orang dalam cara
bertingkah laku dan memenuhi kebutuhan dasar biologinya, termasuk
kebutuhan terhadap pangan.
6) Lingkungan
Faktor lingkungan cukup besar pengaruhnya terhadap
pembentukan perilaku makan. Lingkungan yang dimaksud dapat
berupa lingkungan keluarga, sekolah, serta adanya promosi melalui
media elektronik maupun cetak. Kebiasaan makan dalam keluarga,
perilaku yang tidak sehat, cara pengelolaan makanan yang tidak baik
akan mempengaruhi nilai gizi dari makanan yang di konsumsi.
d. Insiden
Masalah gizi pada ibu hamil ini di Indonesia masih cukup tinggi
dimana menurut data profil kesehatan Indonesia, diketahui bahwa 53,9%
ibu hamil mengalami defisit energi (<70% angka kecukupan energi
(AKE) dan 13,1% mengalami defisit ringan (70-90% AKE). Untuk
kecukupan protein, 51,9% ibu hamil mengalami defisit protein (<80%
Angka Kecukupan Protein (AKP) dan 18,8% mengalami defisit ringan
(80-99% AKP) (Kemenkes RI, 2017).
Berdasarkan data kejadian KEK pada ibu hamil di Kota Bengkulu
diketahui bahwa pada tahun 2016 jumlah ibu hamil yang mengalami
KEK sebanyak 20 oran ibu hamil. Dengan rata-rata jumlah ibu hamil
4

yang mengalami KEK adalah 3 orang dalam 1 wilayah puskesmas


(Dinkes Kota Bengkulu, 2017).
e. Fisiologis pada Ibu Hamil
Menurut Manuaba (2010), perubahan yang terjadi pada tubuh pada
saat hamil, bersalin dan nifas adalah perubahan yang hebat dan
menakjubkan. Sistem-sistem tubuh berubah dengan otomatis
menyesuaikan dengan keadaan hamil, bersalin dan nifas. Berikut ini
adalah perubahan-perubahan anatomi dan adaptasi fisiologis pada sistem
tubuh pada masa hamil yaitu sebagai berikut :
1
)
U
t
e
r
u
s
Uterus yang semula besarnya hanya sebesar jempol atau
beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan hiperpla-sia,
sehingga menjadi seberat 1000 gram saat akhir kehamilan. Otot dalam
rahim mengalami hiperplasia dan hipertrofi menjadi lebih besar, lunak,
dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin
(Manuaba, 2010)
2
)
O
v
a
r
i
5

u
m
Ovulasi berhenti selama kehamilan dan pematanga folikel
ditunda. Biasanya hanya satu corpus luteum kehamilan dapat
ditemukan di dalam ovarium wanita hamil dan hanya berfungsi
maksimal sampai 6-7 minggu pertama kehamilan dan selanjutnya
fungsinya menurun sampai akhirnya pada minggu ke-16 kehamilan
fungsinya digantikan oleh plasenta untuk menghasilkan estrogen dan
progesterone.
3
)
V
a
g
i
n
a

d
a
n

P
e
r
i
n
e
u
m
6

Perubahan yang terjadi pada vagina selama kehamilan antara


lain terjadinya peningkatan vaskularitas dan hiperemia (tekanan darah
meningkat) pada kulit dan otot perineum, vulva, pelunakan pasa
jaringan ikat, munculnya tanda chadwick yaitu warna kebiruan pada
daerah vulva dan vagina yang disebabkan hiperemia, serta adanya
keputihan karena sekresi serviks yang meningkat akibat stimulasi
estrogen
4
)
P
a
y
u
d
a
r
a
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudara
menjadi semakin lunak. Seletah bulan kedua payudara akan bertambah
ukurannya dan vena – vena dibawah kulit akan lebih terlihat. Puting
payudara akan lebih besar, kehitaman, dan tegak. Areola akan lebih
besar dan kehitaman. Kelenjar sebasea dari areola akan membesar dan
cenderung menonjol keluar.
5
)
S
i
r
l
u
k
7

a
s
i

D
a
r
a
h
Volume darah semakin meningkat dan jumlah serum darah lebih
besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah
(hemodelusi). Sel darah merah semakin meningkat jumlahnya untuk
dapat mengimbangi pertumbuhan janin dalalm rahim, tetapi
pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume
darah sehingga terjadi hemodelusi yang disertai anemia fisiologis
(Manuaba, 2010).
6
)
S
i
s
t
e
m

R
e
s
p
i
r
8

a
s
i

Kapasitas paru secara total menurun 4-5% dengan adanya


elevasi diafragma. Fungsi respirasi juga mengalami peru-bahan.
Respirasi rate 50% mengalami peningkatan, 40% pada tidal volume
dan peningkatan konsumsi oksigen 15–20% diatas kebutuhan
perempuan tidak hamil.
7
)
S
i
s
t
e
m

p
e
n
c
e
r
n
a
a
n

Seiring dengan makin membesarnya uterus, lambung, dan usus


akan tergeser. Perubahan yang nyata terjadi pada penurunan motilitas
9

otot polos pada traktus digestivus. Mual terjadi akibat penurunan asam
hidrokloroid dan penurunan motilitas, serta konstipasi akibat
penurunan motilitas usus besar. Gusi akan menjadi lebih hiperemis dan
lunak sehingga dengan trauma sedang saja bisa menyebabkan
perdarahan. Epulis selama kehamilan akan muncul. Hemorroid juga
merupakan suatu hal yang sering terjadi akibat konstipasi dan
peningkatan tekanan vena pada bagian bawah karena pembesa-ran
uterus.
8
)
S
i
s
t
e
m

p
e
r
k
e
m
i
h
a
n

Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi


pada hamil tua, terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering berkemih.
Desakan tersebut menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh.
10

Hemodelusi menyebabkan metabo-lisme air makin lancar sehingga


pembentukan urine akan bertambah (Manuaba, 2010).
9
)
K
u
l
i
t
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan
hiperpigmentasi karena pengaruh melanophore stimulating hor-mone
lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis.
Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae gravidarum livide atau alba,
areola mamae, papilla mamae, linea nigra, pipi (khloasma
gravidarum). Setelah persalinan hiperpigmentasi ini akan meng-hilang
(Manuaba, 2010).
1
0
)
M
e
t
a
b
o
l
i
s
m
e
Menurut Manuaba (2010) perubahan metabolisme pada kehamilan:
11

a) Metabolisme basal naik sebesar 15-20% dari semula,


terutama pada trimester ketiga.
b) Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155
mEq per liter menjadi 145 mEq per liter disebabkan hemodelusi
darah dan kebutuhan mineral yang diperlukan janin.
c) Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin, perkembangan organ
kehamilan, dan persiapan laktasi. Dalam makanan diperlukan
protein tinggi sekitar 0,5 g/kg berat badan atau sebutir telur ayam
sehari.
d) Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan
protein.
e) Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil:
(1) Kalsium, 1,5 gram setiap hari, 30-40 gram untuk pemben-
tukan tulang janin.
(2) Fosfor, rata – rata 2 gram dalam sehari.
(3) Zat besi, 800 mg atau 30-50 mg per hari
(4) Air, ibu hamil memerlukan air cukup banyak dan dapat
terjadi retensi air.
f) Berat badan ibu hamil bertambah. Berat badan ibu hamil
akan bertambah antara 6,5-16,5 kg selama hamil atau terjadi
kenaikan berat badan 0,5 kg/ minggu.
Menurut Metayani dan Sartika (2010) kebutuhan gizi ibu hamil
akan berbeda pada tiap perkembangannya. Kehamilan memberikan
kontribusi yang sangat penting bagi proses dan output persalinan.
Peningkatan berat badan yang adekuat akan memperkecil terjadinya
resiko persalinan Small Gestational Age (SGA) atau preterm. Kebutuhan
peningkatan berat badan untuk tiap-tiap wanita berbeda-beda.
Faktorfaktor yang mempengaruhi besarnya kebutuhan berat badan
ditentukan oleh tinggi badan dan berat badan, apakah wanita tersebut
memiliki berat badan normal, kurang atau lebih sebelum kehamilan.
12

Adapun metode yang biasa digunakan dalam menentukan kondisi berat


badan dan tinggi badan adalah body mass index (BMI). Formula ini
digunakan untuk menghitung BMI adalah:
Berat (kg)
BMI =
Tinggi (m2)
Dibawah ini adalah tabel peningkatan berat badan ibu selama
kehamilan menurut Proverawati (2019) :

Tabel 2. Kategori ambang batas IMT ibu hamil


IMT (kg/m2) Total kenaikan berat Selama trimester 2 dan 3
badan yang disarankan
Kurus 12,7-18,1 kg 0,5 kg/minggu
(IMT<18,5)
Normal (IMT 11,3-15,9 kg 0,4 kg/minggu
18,5-22,9)
Overweight 6,8-11,3 kg 0,3kg/minggu
(IMT 23-29,9)
Obesitas 0,2kg/minggu
(IMT>30)
Bayi kembar 0,7kg/minggu
Sumber : Proverawati (2009)
Meskipun pada awal kehamilannya ibu hamil mengalami mual,
muntah dan gangguan nafsu makan, tetapi umumnya selama kehamilan 9
bulan berat badannya akan bertambah sekitar 12,5 kg. Peningkatan tersebut
adalah sebanyak 15% dari sebelum hamil. Proporsi peningkatan berat
badan tersebut dapat dilihat dibawah ini (Proverawati, 2009):
1) Janin 25-27%
2) Plasenta 5%
3) Cairan amnion 6%
13

4) Ekspansi Volume darah 10%


5) Peningkatan lemak tubuh 25-27%
6) Peningkatan cairan ekstraseluler 13%
7) Pertumbuhan uterus dan payudara 11
f. Patofisiologi KEK
Kebutuhan nutrisi meningkat selama hamil. Masukan gizi pada ibu
hamil sangat menentukan kesehatannya dan janin yang dikandungnya .
kebutuhan gizi pada masa kehamilan berbeda dengan masa sebelum
hamil, peningkatan kebutuhan gizi hamil sebesar 15%, karena dibutuhkan
untuk pertumbuhan rahim, payudara, volume darah, plasenta, air ketuban,
dan pertumbuhan janin. Di dalam kehamilan kebutuhan akan zat-zat
makanan bertambah dan terjadi perubahan-perubahan anatomi fisiologi.
Tambahan zat besi diperlukan sekitar 800 Mg untuk meningkatkan
jumlah sel darah merah dan pembentukan sel darah merah pada janin dan
plasenta, apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka dapat
menyebabkan defisit pemenuhan nutrisi pada ibu hamil atau kekurangan
energi (Wiknjosastro,2010).
Cakupan gizi pada ibu hamil dapat di ukur dari kenaikan berat
badan ibu hamil tersebut. Kenaikan berat badan ibu hamil antara 6,5 kg
sampai 16,5 kg, rata-rata 12,5 kg. Terutama terjadi dalam kehamilan 20
minggu terakhir (Winknjosastro, 2010).
g. Manifestasi Klinis KEK
Menurut Supariasa (2010), tanda-tanda klinis KEK meliputi : Berat
badan < 40 kg atau tampak kurus dan LILA kurang dari 23,5 cm, tinggi
badan < 145 cm, BMI kurang dari 18,5 kg (termasuk kurus), kenaikan
berat badan yang ideal saat hamil sekitar 12,5-18 kg, BMI antara 18,5-
24,9 kg (termasuk normal), bila tidak ditangani dengan baik dapat
menyebabkan terjadinya marasmus dan kwashiorkor yang merupakan
salah satu kondisi dari kurang gizi berat yang gejala klinisnya merupakan
gabungan dari marasmus, yaitu kondisi yang disebabkan oleh kurangnya
asupan energi, dan kwashiorkor, yaitu kondisi yang disebabkan oleh
14

kurangnya asupan protein sehingga gejalanya disertai edema terutama


pada daerah mata kaki, kaki, perut, dan bisa seluruh tubuh.
Pada ibu hamil dengan KEK biasanya ditandai dengan anemia
dengan Hb < 11 gr%, lelah, letih, lesu, lemah, lunglai, bibir tampak pucat,
nafas pendek, denyut jantung meningkat, susah buang air besar, nafsu
makan berkurang.
h. Dampak KEK Pada Ibu Hamil
Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan
menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun janin, seperti diuraikan
berikut ini:
1) Terhadap ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan
komplikasi pada ibu antara lain: anemia, pendarahan, berat badan ibu
tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi.
2) Terhadap persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat
mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum
waktunya (premature), pendarahan setelah persalinan, serta persalinan
dengan operasi cenderung meningkat.
3) Terhadap janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses
pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi
lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia
intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan BBLR (Sukarni,
2013).
i. Diagnostik KEK
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui status
gizi ibu hamil antara lain memantau pertambahan berat badan selama
hamil, mengukur Lingkaran Lengan Atas (LILA), selain itu dilakukan
pengukuran Hb. Pertambahan berat badan selama hamil sekitar 10-12 kg,
dimana trimester I pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3
15

kg, dan trimester III sekitar 6 kg. Pertambahan berat badan ini juga
sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan janin. Pengukuran LILA
digunakan untuk mengetahui KEK (Kekurangan Energi Kronis) (Sukarni,
2013).
Pengukuran lingkar lengan atas adalah salah satu cara untuk
mengetahui risiko KEK ibu hamil dan wanita usia subur (WUS). LILA
merupakan salah satu pilihan untuk menentukan status gizi seseorang
karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit
diperoleh. Tujuan dilakukannya pengukuran LILA pada wanita usia subur
dan ibu hamil antara lain :
1) Mengetahui risiko kekurangan energi kronik pada wanita usia
subur, ibu hamil maupun calon ibu untuk menapis wanita yang
berisiko mempunyai bayi berat lahir rendah.
2) Meningkatkan kesadaran masyarakat agar lebih peduli dan
berperan serta dalam pencegahan dan penanggulangan kejadian
kekurangan energi kronik.
3) Mengembangkan gagasan atau ide-ide baru di masyarakat dengan
tujuan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.
4) Meningkatkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran wanita
yang menderita kekurangan energi kronik.
5) Meningkatkan upaya perbaikan gizi.
Ambang batas Lingkar Lengan Atas (LILA) dengan risiko KEK
adalah 23,5 cm, jika hasil menunjukkan < 23,5 cm artinya ibu tersebut
menderita kekurangan energi kronik sehingga dapat mengakibatkan
melahirkan bayi dengan BBLR. Berikut tata cara pengukuran LILA :
1) Tetapkan posisi bahu dan siku dan letakkan pita antara bahu dan
siku.
2) Tentukan titik tengah lengan kemudian beri tanda.
3) Lingkarkan pita LILA pada titik tengah, jangan terlalu ketat
maupun longgar.
4) Cara pembacaan sesuai dengan skala yang benar.
16

5) Catat hasil pengukuran LILA (Supariasa, 2011).


j. Penatalaksanaan KEK
Istirahat lebih banyak Terapi kekurangan energi kronis
ditujukanpada pengobatan individu disertai tindakan-tindakan preventif di
masyarakat dengan perbaikan-perbaikan pada faktor-faktor penyebab.
Penatalaksaan ibu hamil dengan kekurangan energi kronis adalah:
1
)
M
e
m
b
e
r
i
k
a
n

p
e
n
y
u
l
u
h
a
n

d
17

a
n

m
e
l
a
k
s
a
n
a
k
a
n

n
a
s
e
h
a
t

a
t
a
u

a
n
18

j
u
r
a
n
.
a) Tambahan Makanan
Makanan pada ibu hamil sangat penting , karena makanan
merupakan sumber gizi yang dibutuhkan ibu hamil untuk
perkembangan janin dan tubuhnya sendiri. Keadaan gizi pada waktu
konsepsi harus dalam keadaan baik, dan selama hamilharus
mendapat tambahan protein , mineral dan energi
Tabel 2.1 contoh menu seimbang untuk ibu hamil
Bahan makanan Porsi hidangan sehari Jenis hidangan
Nasi 6 porsi Makan pagi:
Sayuran 3 mangkuk Nasi,1,5 porsi (150 gr)
Buah 4 potong Ikan /daging 1 potong
sedang (40 gr)
Tempe 3 potong Sayur 1 mangkok
Daging 3 potong Buah 1 potong
Susu 2 gelas Selingan:
Minyak 5 sendok teh Selingan:
Gula 2 sendok the Susu 1 gelas dan buah 1
potong sedang
Makan siang:
Nasi 3 porsi (300 gr)
Lauk,sayur dan buah sama
dengan pagi.
Selingan:
Susu 1 gelas dan buah 1
potong sedang
Makan malam:
Nasi 2,5 porsi (250 gr)
Lauk, buah dan sayur sama
dengan pagi/siang
Selingan:
Susu 1 gelas.
19

Sumber: Proverawati (2009).

b) Istirahat lebih banyak


Ibu hamil sebaiknya menghemat tenaga dengan cara
mengurangi kegiatan yang melelahkan, siang 4 jam / hari, malam 8
jam/hari (Wiryo, 2012).
2
)
P
e
m
b
e
r
i
a
n

M
a
k
a
n
a
n

T
a
m
b
a
20

h
a
n

(
P
M
T
)
PMT yaitu pemberian tambahan makanan disamping makanan
yang di makan sehari-hari untuk mencegah kekurangan energi kronis.
Pemberian PMT untuk memenuhi kalori dan protein, serta variasi
menu dalam bentuk makanan. Pemenuhan kalori yang harus diberikan
dalam program PMT untuk ibu hamil dengan Kekurangan Energi
Kronis sebesar 600-700 kalori dan protein 15-20 mg (Proverawati,
2009)
3
)
K
a
n
d
u
n
g
a
n

Z
a
t
21

G
i
z
i
a) Makanan Tambahan Ibu Hamil adalah suplementasi gizi
berupa biskuit lapis yang dibuat dengan formulasi khusus dan
difortifikasi dengan vitamin dan mineral yang diberikan kepada ibu
hamil dengan kategori Kurang Energi Kronis (KEK) untuk
mencukupi kebutuhan gizi. Tiap kemasan primer (3 keping/60
gram) Makanan Tambahan Ibu Hamil mengandung minimum 270
Kalori, minimum 6 gram protein, minimum 12 gram lemak.
b) Makanan Tambahan Ibu Hamil diperkaya 11 macam
vitamin(A, D E, B1, B2, B3, B5, B6, B12, C, Asam Folat) dan 7
macam mineral (Besi, Kalsium, Natrium, Seng, Iodium, Fosfor,
Selenium).
4
)
K
a
r
a
k
t
e
r
i
s
t
i
k
22

P
r
o
d
u
k
a) Biskuit lapis (sandwich) yang pada permukaan atas biskuit
tercantum tulisan “MT Ibu Hamil”
b) Jika ibu hamil kekurang ngan gizi yang di tentukan oleh
dokter PUSKESMAS maka ibu hamil yang kekurangan gizi akan
mendapatkan bantuan yang berupa makanan yang bisa menambah
Gizi ibu hamil. Seperti susu, telur, kacang hijau dan barang barang
makanan lainya yang banyak mengandung zat gizi.
5
)
K
e
t
e
n
t
u
a
n

P
e
m
b
e
23

r
i
a
n

:
a) MT diberikan pada ibu hamil KEK yaitu ibu hamil yang
memiliki ukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) dibawah 23,5 cm
b) Pemberian MT pada ibu hamil terintegrasi dengan pelayanan
Antenatal Care (ANC)
c) Tiap bungkus MT ibu hamil berisi 3 keping biskuit lapis (60
gram)
d) Pada kehamilan trimester I diberikan 2 keping per hari hingga
ibu hamil tidak lagi berada dalam kategori Kurang Energi Kronis
(KEK) sesuai dengan pemeriksaan Lingkar Lengan Atas (LiLA)
e) Pada kehamilan trimester II dan III diberikan 3 keping per hari
hingga ibu hamil tidak lagi berada dalam kategori Kurang Energi
Kronis (KEK) sesuai dengan pemeriksaan Lingkar Lengan Atas
(LILA)
f) Pemantauan pertambahan berat badan sesuai standar kenaikan
berat badan ibu hamil. Apabila berat badan sudah sesuai standar
kenaikan berat badan selanjutnya mengonsumsi makanan keluarga
gizi seimbang.
k. Pencegahan KEK
Makan makanan yang bervariasi, berimbang, bergizi dan cukup
mengandung kalori dan protein termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi
dan kentang setiap hari dan makanan yang mengandung protein seperti
daging, ikan, telur, kacang-kacangan atau susu sekurang-kurangnya sehari
sekali. Minyak dari kelapa atau mentega dapat ditambahkan pada
makanan untuk meningkatkan pasokan kalori, terutama pada anak-anak
atau remaja yang tidak terlalu suka makan. Hanya memberikan ASI
24

kepada bayi sampai usia 6 bulan, dapat mengurangi resiko terkena


muntah dan mencret (muntaber) dan menyediakan cukup gizi berimbang.
Jika ibu tidak bisa atau tidak mau memberikan ASI, sangat penting bagi
bayi untuk mendapatkan susu formula untuk bayi yang dibuat dengan air
bersih yang aman. Sejak 6 bulan, sebaiknya tetap diberikan Asi tapi juga
berikan 3-6 sendok makan variasi makanan termasuk yang mengandung
protein. Remaja dan anak2 yang sedang sakit sebaiknya tetap diberikan
makanan dan minuman yang cukup. Kurang gizi juga dapat dicegah
secara bertahap dengan mencegah cacingan, infeksi, melalui sanitasi yang
baik dan perawatan kesehatan (Fathonah, 2016).
l. Program Pemerintah Terkait KEK Pada Ibu Hamil
Program pemerintah terkait penanggulangan ibu hamil KEK harus
dimulai sejak sebelum hamil (catin) bahkan sejak usia remaja putri.
Upaya penanggulangan tersebut membutuhkan koordinasi lintas program
melalui kegiatan edukasi kesehatan reproduksi remaja putri melalui
program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja (PKPR), konseling CATIN, pemeriksaan ibu hamil
terpadu (Pelayanan Antenatal Terpadu) dan perlu dukungan lintas sektor,
organisasi profesi, tokoh masyarakat, LSM dan institusi lainnya. Agar
kegiatan penanggulangan ibu hamil KEK dapat dilaksanakan dengan baik
dan terkoordinasi diperlukan suatu pedoman (Damajanti, 2015).
Kementrian kesehatan juga membuat progam bagi ibu hamil risiko
KEK, yaitu yang memiliki Lingkar Lengan Atas (LILA) <23,5cm,
diberikan makanan tambahan. Hasil PSG 2016 didapatkan 79,3% ibu
hamil risiko KEK mendapatkan makanan tambahan lebih besar dari target
nasional tahun 2016 sebesar 50% (Kemenkes RI, 2017).
2. Konsep Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil KEK
a. Pengertian Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang
dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan sederhana dan
konseling asuhan kebidanan yang mencakup pemeriksaan
25

berkesinambungan diantaranya asuhan kebidanan kehamilan, persalinan,


bayi baru lahir, dan masa nifas. sedangkan manajemen kebidanan adalah
proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan, ketrampilan, dalam rangkaian atau tahapan yang
logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien
(Varney, 2015).
b. Tujuan Dan Manfaat Asuhan Kebidanan
Tujuan asuhan kebidanan adalah menjamin kepuasan dan
keselamatan ibu dan bayinya sepanjang siklus reproduksi, mewujudkan
keluarga bahagia dan berkualitas melalui pemberdayaan perempuan dan
keluarganya dengan menumbuhkan rasa percaya diri (Varney, 2015).
Keberhasilan tujuan asuahan kebidanan antara lain di pengaruhi
oleh adanya keterkaitan penerapan masing-masing komponen yang dapat
mempengaruhi keberhasilan tujuan asuhan, baik dari pemberi asuhan
maupun enerima asuhan. Komponen yang di maksud adalah :
1) Determinan adalah faktor penentu dalam pemberi asuhan yang
meliputi; nilai, etika, falsafah, yang di anut oleh bidan, kepekaan
terhadap kebutuhan asuhan dan kemampuan memfasilitasi dan
mengambil keputusan dalam bertindak.
2) Kemampuan wanita, yaitu kemampuan wanita sebagai penerima
asuhan yang dipengaruhi oleh ; kemampuan waniita untuk
beradaptasi, kemampuan mengambil keputusan, informasi dan
konseling yang di terimanya, dukungan yang di terimanya
3) Proses Asuhan, proses asuhan yang digambarkan dalam
manajemen proses kebidanan dipengaruhi oleh ; Aspek jenis
tindakan / kegiatan yang dilkukan ini adalah komponen yang
menjeaskan tentang apa yang dilkukan bidan dan lingkup kompetensi
yang harus dimiliki oleh bidan, pemberian asuhan kebidanan harus
memperhatikan faktor, keputusan berlandaskan pemikiran kritis,
praktik asuhan berdasarkan fakta, pengambilan keputusan yang
26

bertanggung jawab, pemakaian tehnologi secara etis, menghormati


perbedaan budaya dan etik, mengoptimalkan atau mengajarkan klien
tentang promosi kesehatan, dengan memberi pilihan berdasarkan
informasi dan melibatkanya dalam pengambilan keputusan dan
mempraktikan perilaku sabar yang rasional, memberi advokasi bg
wanita, dan melakukan rujukan ke profesional ahli untuk kasus
komplikasi.
4) Aspek strategi asuhan yang harus dilkukan yaitu dnegan
menggunakan pendekatan yang ramah dan berpusat pada wanita,
menyesuaikan keahlian untuk memenuhi kebutuhan klien yang
khusus, melakukan intervensi danrujukan yang tepat, memelihara
kepercayaan dan saling menghargai antara bidan dan klien,
menawarkan panduan antisipasi, memfasilitasi, seta mendukung
keikutsertaan klien dalam pengambilan keputusan, memberi asuhan
secara fleksibel dan kreatif dan mempromosikan dan mendukung Hak
Asasi Manusia (HAM) (Varney, 2015).
c. Tahapan asuhan kebidanan
Proses manajemen kebidanan dimulai dengan pengumpulan data
dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut
membentuk suatu kerangka lengkap yang diaplikasikan dalam situasi
apapun. Akan tetapi setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi
langkah-langkah yang lebih rinci bisa merubah sesuai dengan kebutuhan
pasien (Varney, 2015).
1) Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien.
a) Data subyektif
Data subyektif adalah berhubungan dengan masalah dari
sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan
27

keluhan yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang


akan berhubungan langsung dengan diagnosis (Mufdlilah, 2009).
b) Data obyektif
Data obyektif adalah pendokumentasian hasil observasi yang
jujur, hasil pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium
atau pemeriksaan diagnosa lain (Mufdilah, 2009).
2) Diagnosa Kebidanan
Pada langkah kedua ini harus mampu mengidentifikasi data
yang didapat, menganalisis, serta merumuskan masalah yang dialami
pasien. Diagnosa ini dirumuskan sesuai data yang didapat atau yang
tidak muncul yang dihadapi pasien dan merumuskan menjadi
diagnosa kebidanan. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang
ditegakan dalam praktek kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur kebidanan. Menunjukan bahwa bidan dalam melakukan
tindakan harus, sesuai dengan prioritas masalah atau kebutuhan yang
dihadapi, kliennya, setelah bidan merumuskan tindakan yang
dilakukan untuk, mengantisipasi diagnosa masalah potensial yang
sebelumnya (Varney, 2015).
3) Rencana / Tindakan Kebidanan
Perencanaan adalah perencanaan asuhan yang menyeluruh
berkaitan dengan diagnosa terdiri dari penyuluhan sehubungan
dengan kebutuhan yang muncul dan perencanaan asuhan yang
menyeluruh berkaitan dengan masalah pasien. Perlu tindakan segera
oleh bidan atau dokter, konsultasi atau kolaborasi atau rujukan.
4) Evaluasi
Tafsiran dari efek tentang tindakan yang telah diambil adalah
penting untuk menilai keefektifan asuhan yang diberikan. Analisa dari
hasil yang dicapai menjadi fokus dari penilaian ketepatan tindakan.
Kalau tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat menjadi dasar untuk
mengembangkan tindakan alternatif sehingga dapat mencapai tujuan
(Varney, 2015).
28

5) Reassessment
Melakukan pengumpulan data kembali, jika hasil pelaksanaan
tindakan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Apakah rencana
asuhan akan dirubah.

d. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan


KEK
Asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan KEK merupakan suatu
proses atau rangkaian kegiatan pada asuhan kebidanan yang langsung
diberikan pada klien dengan menggunakan metode ilmiah dengan
pendekatan proses manajemen kebidanan. Adapun asuhan kebidanan
yang digunakan yaitu melalui tahap pengkajian subjektif, pengkajian
objektif, diagnosa, rencana/tindakan dan evaluasi. Asuhan kebidanan ini
di berikan dalam upaya menjamin kepuasan dan keselamatan ibu dan
bayinya sepanjang siklus reproduksi, mewujudkan keluarga bahagia dan
berkualitas melalui pemberdayaan perempuan dan keluarganya dengan
menumbuhkan rasa percaya diri, memenuhi kebutuhan klien berdasarkan
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa cinta
dan saling memiliki, kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan aktualisasi
diri. Penerapan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan KEK ini
dilakukan secara mandiri sesuai kewenangan bidan dan melakukan
tindakan secara kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya.
B. Konsep Asuhan Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen
Asuhan
Kebidanan
Manajemen SOAP adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan adalah dengan adanya
system pendokumentasian yang baik. System pendokumentasian yang
dilaksanakan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai sarana
29

komunikasi antara tenaga kesehatan, saran untuk mengetahui perkembangan


evaluasi pasien, dapat dijadikan data penelitian dan pendidikan, mempunyai
nilai hukum, dan merupakan dokumen yang syah. Adapun penerapan asuhan
kebidanan menggunakan SOAP adalah sebagai berikut:
S : Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesa
O : Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus
untuk mendukung assesment
A : Asessment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data
subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi, yang meliputi :
a) Diagnosa atau masalah
b) Antisipasi diagnosa atau masalah potensial
c) Perlu tindakan segera olah bidan atau dokter, konsultasi
atau kolaborasi atau rujukan.
P : Plan
Menggambarkan pendokumentasian dari rencana tindakan,
penatalaksanaan dan evaluasi berdasarkan assessment.
2. Langkah-
langkah
Manajemen
Kebidanan SOAP
a. Pengkajian
Subjektif.
1) Identitas pasien (suami-
isteri), meliputi:
Nama : Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan
penanganan.
Umur : Dicatat dalam tahun untuk mengetahuai adanya
resiko seperti usia kurang dari 20 tahun, alat-alat
reproduksi belum matang, mental dan psikisnya
belum siap sedangkan umur lebih dari 35 tahun
30

rentan sekali untuk terjadi komplikasi kehamilan.


Untuk mengetahui umur ibu dan untuk mengetahui
faktor resiko yang ada hubungannya dengan umur
ibu.
Suku bangsa : Berpengaruh pada adat-istiadat atau kebiasaan
sehari-hari, yang dapat berpengaruh terhadap pola
hidup sehat.
Agama : Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam
berdoa.
Pendidikan : Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,
sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai
dengan pendidikan.
Pekerjaan : Untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, yang dapat berpengaruh terhadap
daya beli dalam pemenuhan gizi.
Alamat : Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah
bila diperlukan.
Golongan darah : Untuk mempermudah jika diperlukan tranfusi darah
2) Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan
masa kehamilan. Keluhan-keluhan yang dirasakan ibu hamil dengan
KEK biasanya mual muntah, keadaan fisik lemah, tidak nafsu makan,
muka pucat, konjungtiva anemis, LILA < 23,5, HB menurun, .
3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan
sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan
KEK misalnya hiperimisis gravidarum, penyakit kronis seperti
Diabetes Miletus, TB paru dan penyakit kronis lainnya.
b) Riwayat kesehatan yang
lalu
31

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya


riwayat atau penyakit akut atau kronis.
c) Riwayat kesehatan
keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
riwayat penyakit keturunan seperti DM, hepatitis, maupun riwayat
keluarga yang mengalami KEK.
4) Riwayat perkawinan
Perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah, syah atau
tidak, karena bila tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan
psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses kehamilan.
2) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah ibu sebelum hamil pernah menggunakan
KB atau tidak, jika pernah lamanya berapa tahun, dan jenis
kontrasepsi yang digunakan.
3) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui tanggal haid normal terakhir, uraian haid terakhir
dan pengalaman haid sebelumnya.
4) Riwayat kehamilan,
persalinan dan nifas yang lalu
a) Riwayat Kehamilan
Di kaji juga kunjungan ANC apakah teratur atau tidak.
b) Riwayat Persalinan
Sebelumnya
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan
Sepontan atau buatan, persalinan aterm atau prematur. Terjadi
perdarahan atau tidak, waktu persalinan ditolong oleh siapa,
dimana tempat melahirkan.
c) Nifas
Untuk mengetahui hasil akhir persalinan (abortus, lahir hidup,
apakah dalam kesehatan yang baik) apakah terdapat komplikasi
atau intervensi pada masa nifas dan apakah ibu tersebut
mengetahui penyebabnya
5) Riwayat kehamilan
sekarang
Riwayat kehamilan sekarang, hal yang perlu dikaji meliputi :
32

a) Hari pertama haid


terakhir serta kapan tafsiran
persalinannya
b) Keluhan - keluhan pada
triwulan I, II, dan III.
c) Pergerakan anak
pertama kali dirasakan pada kehamilan berapa minggu.
d) Dimana ibu biasa
memeriksakan kehamilannya.
e) Sejak hamil berapa
bulan kali ibu periksa.
f) Sudah berapa kali ibu
periksa.
g) Kapan ibu periksa hamil
yang terakhir kali.
h) Penyuluhan yang
didapat perlu dikaji apakah klien pernah mendapatkan penyuluhan,
tempat penyuluhan dan saat usia kehamilan berapa.
i) Imunisasi TT Perlu
dikaji apakah klien pernah mendapatkan imunisasi TT.
6) Pola kebiasaan sehari-
hari
a) Nutrisi
Nutrisi, dikaji tentang nafsu makan, jenis makanan yang
dikonsumsi sehari-hari tanyakan apakah ibu hamil menjalani diet
khusus, bagaimana nafsu makannya, jumlah makanan,
minuman, atau cairan yang masuk. Asupan nutrisi yang kurang
baik selama hamil dapat meningkatkan risiko terjadinya KEK.
Pada ibu hamil dengan KEK biasanya nafsu makan berkurang
sehingga kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi (Wiknjosastro, 2012).
b) Personal Hygiene
Untuk mengetahui berapa kali pasien mandi, gosok gigi,
keramas, ganti pakaian.
c) Eliminasi
33

Pola eliminasi dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu BAB dan
BAK dalam sehari, apakah mengalami kesulitan atau sudah pergi
ke kamar mandi sendiri.
d) Istirahat/tidur
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu dapat istirahat atau tidur
sesuai kebutuhannya. Berapa jam ibu tidur dalam sehari dan
kesulitan selama ibu melakukan istirahat. Kebutuhan tidur ± 8 jam
pada malam hari dan 1 jam pada siang hari.

e) Psikososial
Kaji keadaan psikologis pribadi bagaimana kehamilan sekarang
direncanakan atau tidak, suami mendukung atau tidak dengan
kehamilan sekarang dan keluarga lain mendukung atau tidak
dengan kehamilan sekarang.
f) Sosial Budaya
Terdiri dari bagaimana dukungan keluarga, status rumah tinggal,
pantangan makanan, kebiasaan adat istiadat yang dilakukan.
g) Penggunaan Obat-
obatan / Rokok
Dikaji apakah ibu perokok dan apakah selama hamil pemakai obat-
obatan yang bukan merupakan anjuran dari dokter atau tidak
karena merokok dan penggunaan obat tanpa aturan yang tepat
dapat menimbulkan gangguan pada kehamilan maupun gangguan
pada janin.
Data obyektif
Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, adapun data
obyektif meliputi:
1) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan
dengan kondisi yang dialaminya apakah baik, lemah, buruk.
Pada kasus Ibu hamil KEK keadaan umumnya biasanya lemah
(Manuaba, 2010).
b) Kesadaran : Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu,
composmentis (sadar penuh), apatis (sadar tetapi kurang
memberikan respon), somnolen (Keadaan mengantuk), stupor
34

(tidak sadar total). Pada kasus ibu hamil dengan KEK


kesaadaran cenderung composmentis - samnolen.
c) Tekanan darah
Tekanan darah (TD) untuk mengetahui faktor hipertensi, TD
normal kisaran sistolik 100-140 dan diastolik 60/90 mmHg. Pada
pasien dengan KEK biasanya terjadi hipotensi (Manuaba, 2010).
d) Suhu : Untuk mengetahui suhu tubuh klien,
memungkinkan febris/ infeksi dengan menggunakan skala
derajat celcius. Suhu ibu hamil dengan KEK biasanya normal
36-370C (Manuaba, 2010).
e) Nadi : Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam
menit. Batas normalnya 60-100x/menit pada ibu hamil dengan
KEK biasanya biasanya cepat dan lemah
f) Respirasi : Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang
dihitung dalam menit, respirasi normal dewasa 16-24 x/menit.
Respirasi pada Ibu hamil KEK biasanya pernafasan cenderung
cepat dan tidak teratur.
g) Tinggi badan : Untuk mengetahui tinggi badan pasien,
Tinggi badan yang kurang dari 145 cm tergolong resiko tinggi,
tergolong resiko tinggi karena kemungkinan pasien dengan tinggi
badan kurang dari 145 cm memiliki risiko panggul sempit
sehingga sulit untuk dilakukan pertolongan pesalinan pervaginam.
h) Berat badan : pada ibu hamil KEK biasanya terjadi
penurunan berat badan 05-1 kg.
i) IMT pra hamil/Trimester I (gizi kurang/KEK jika IMT <
18,5 kg/m2)
j) LILA : Untuk mengetahui lingkar lengan ibu 23,5 cm
atau tidak, termasuk resti atau tidak. Pada ibu hamil KEK
(Kekurangan Energi Kronis) biasanya LILA < 23,5 cm :
2) Pemeriksaan Sistematis
Pemeriksaan sistematis adalah pemeriksaan dengan melihat klien dari
ujung rambut sampai kaki. Inspeksi, palpasi dan auskultasi merupakan
proses observasi yang dilaksanakan secara sistematik. Inspeksi
dilakukan dengan menggunakan indera penglihatan, perabaan dan
penciuman.
35

1) Kepala
Inspeksi : Kebersihan rambut, keadaan kulit kepala,
kelebatan, distribusi dan karakteristik lainnya. Pada
ibu hamil KEK, rambut biasanya kusam dan tidak
bercahaya
Palpasi : Untuk mengkaji adakah benjolan atu nyeri tekan
pada daerah kepala
(a) Muka
Inspeksi : Keadaan muka, pucat atau tidak ada oedema/tidak
dan cloasma gravidarum atau tidak.
Palpasi : Adanya benjolan atau nyeri tekan

(b) Mata
Inspeksi : Sklera, dan pupil. conjungtiva pucat atau tidak,
seklera kuning atau tidak, mata cekung atau tidak.
Pada ibu hamil dengan KEK, muka biasanya
terlihat pucat.
Palpasi : untuk mengetahui adanya nyeri tekan.
(c) Hidung
Inspeksi : Kebersihan hidung, ada polip atau tidak
Palpasi : Untuk mengetahui adanya nyeri tekan
(d) Telinga
Inspeksi : Bagaimana kebersihan telinga ada serumen atau
tidak
Palpasi : Untuk mengetahui adanya nyeri tekan
(e) Mulut, gigi dan gusi
Inspeksi : Bersih / kotor, ada stomatitis/tidak, ada caries gigi
atau tidak, ada karang gigi atau tidak, gusi
berdarah atau tidak.
2) Leher
Inpeksi : Kaji kesimetrisan bentuk leher, adakah memar
Palpasi : Kaji apakah ada pembesaran kelenjar thyroid dan
ada pembesaran kelenjar getah bening atau tidak.
3) Dada dan axilla
Inpeksi : Untuk mengetahui keadaan payudara, simetris
atau tidak, bentuk dada simetris atau tidak,
ekspasi dada sama kari-kanan sama atau tidak
36

saat bernafas. Pada ibu hamil KEK biasanya


mengalami pernafasan cepat dan dangkal.
Palpasi : Kaji keadaan kulit dinding dada, nyeri tekan,
massa, peradangan, kesimetrisan ekspansi dan
taktil fremitus (vibrasi yang dapat teraba yang
dihantarkan melalui sistem bronkopulmonal selama
seseorang berbicara).
Perkusi : perkusi paru – paru posterior untuk menentukan
gerakan diafragma, adanya penumpukan cairan
atau tidak antara diding dan paru/dada.
Aukultasi : kaji aliran udara melalui batang trakeobronkial
untuk mengetahui adanya sumbatan aliran udara.
kaji juga kondisi paru-paru dan rongga pleura.
Selain untuk mengkaji bunyi nafas kaji juga pola
detak jantung apakah normal atau tidak. Pada ibu
hamil dengan KEK pemeriksaan denyut jantung
pasien biasanya lemah.
4) Abdomen
Inpeksi : Dilakukan untuk mengetahui apakah ada striae,
linea adakah kelainan atau tidak dan ada luka
bekas operasi atau tidak.
Palpasi :
(a) Kontraksi : untuk
mengetahui intensitas dan
durasi
(b) Leopold I: Untuk
menentukan tinggi fundus uteri,
untuk menentukan bagian di fundus.
(c) Leopold II: Untuk
menentukan batas samping rahim
kiri kanan dan menentukan letak
punggung janin
(d) Leopol III: menentukan
bagian bawah janin apakah bagian
37

bawah janin sudah masuk PAP atau


masih bisa digoyangkan
(e) Leopol IV: menentukan
seberapa jauh bagian terbawah janin
masuk ke PAP
(f) TBJ: mengetahui tafsiran berat janin.
Pada ibu hamil dengan KEK, mempunyai
resiko BBLR, prematur dan keguguran.
Auskultasi : dilakukan pemeriksaan untuk menentukan puntum
maksimum guna mengetahui frekuensi DJJ janin
teratur atau tidak. Perhitungan dilakukan dalam 1
menit penuh.
5) Vulva vagina
Untuk mengetahui ada oedema atau tidak, ada varices atau tidak,
laserasi atau tidak.
6) Anus
Kaji adakah hemoroid atau tidak serta kaji juga keluhan yang
dirasakan
7) Ekstremitas atas dan bawah
Untuk mengetahui kekuatan otot ada oedema atau tidak, ada
varices atau tidak pada bagian ektremitas, kaji juga refeks pada
ekstremitas.

8) Data Penunjang
Data penunjang dialkukan untuk mendukung penegakan diagnosa.
Data penunjang merupakan hasil pemeriksaan laboratorium tes
HB. Pada ibu hamil dengan KEK biasanya HB < 11 gr%.
b. Analisa
Analisa data (data dari hasil pengkajian) mencakup diagnosa
masalah dan kebutuhan. Data dasar yang sudah dikumpulkan,
diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosa dan masalah
spesifik. Diagnosa: Asuhan kebidanan pada Ny...., G.. P… A… Umur ….
tahun dengan KEK.
c. Mengantisipasi
Diagnosa/Masalah Kebidanan
38

Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial atau


diagnose potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan. Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk
mampu mengantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan
masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan
antisipasi agar masalah atau diagnosa potesial tidak terjadi.
d. Rencana tindakan
segera
Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera untuk
melakukan konsultasi, kolaborasi, dengan tenaga kesehatan lain
berdasarkan kondisi klien. Mengidentifikasi perlunya tindakan segera
oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani
bersama dengan anggota lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah
keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen
kebidanan. Tindakan segera dapat dilakukan secara mandiri, secara
kolaborasi, atau bersifat rujukan.
e. Rencana tindakan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh oleh
langkah-langkah sebelumnya atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau
antisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat
dilengkapi. Rencana tindakan yang dapat dilakukan pada ibu hamil
dengan KEK adalah sebagai berikut:
a) Berikan informasi kepada ibu tentang kondisi kehamilannya.
b) Berikan informasi kepada ibu mengenai KEK dan menjelaskan
pentingnya asupan gizi selama hamil
c) Rujuk ke pelayanan kesehatan (puskesmas) agar mendapakan
pelayanan yang lebih baik.
d) Menjelaskan makanan pentingnya mengkonsumsi makanan
tambahan semasa hamil meliputi makanan tambahan padat maupun
minuman padat.
e) Bekerja sama dengan dinas sosial dalam pemberian santunan
dalam mengatasi masalah gizi pada ibu hamil
39

f) Pantau LILA, HB, tekanan darah serta BB ibu hamil secara


berkesinambungan
g) Anjurkan ibu untuk makan-makanan yang bergizi untuk gizi ibu
hamil.
h) Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.
i) Ajarkan ibu untuk membersihkan payudara selama hamil.
j) Anjurkan ibu untuk minum obat sesuai terapi vitamin C dan tabel
FE.
k) Anjurkan ibu untuk periksa kehamilan secara teratur guna
memantau perkembangan kesehatan kehamilan.
l) Lakukan pendokumentasian
f. Pelaksanaan rencana asuhan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan
aman, yang dilaksanakan oleh semua bidan atau sebagian lagi oleh
klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Pelaksanaan dikerjakan
sesuai dengan rencana asuhan yang telah dibuat.
g. Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa
yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang
diberikan, ulangi kembali manajemen dengan benar terhadap setiap aspek
asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan
kembali yang belum terlaksana. Evaluasi pada ibu hamil dengan KEK
plasenta yaitu:
a) Keadaan umum ibu baik.
S :mengerti
b) Ibu hamil Melakukan pengkajian
tentang Hasildibutuhkan
kebutuhan gizi yang Asuhan selama
mengenai data subjektif Kebidanan yang
hamil. pada Ibu Hamil Trimester ingin dicapai :
c) Ibu mengerti tentang
III dengan makanan tambahan bagi ibu
Kekurangan 1. hamil.
Bertambahny
d) BB ibu Energi
mengalami peningkatan.
Kronis (KEK). a asupan gizi pada
e) KeadaanOibu dan janin baik.
: Melaksanakan
f) Ibu bersedia melakukan ANCdata
rutin. ibu.
pengkajian mengenai 2. Bertambahny
g) LILA >objektif
23,5 pada Ibu Hamil
h) HB > 11gr% a berat badan
Trimester III dengan
Kekurangan Energi Kronis pada ibu.
C. Kerangka
(KEK). Teori 3. Bertambahny
A : Menganalisa data a ukuran Lingkar
INPUT PROSES
subjektif dan objektif pada LenganOUTPUTAtas
Ibu Hamil Ibu Hamil Trimester III (LILA) 23,5 cm.
Trimester dengan Kekurangan 4. Keadaan
III dengan Energi Kronis (KEK). umum ibu baik.
Kekuranga P : Melakukan 5. Ibu mengikuti
n Energi Penatalaksanaan pada Ibu anjuran yang
Kronis Hamil Trimester III
(KEK) diberikan.
dengan Kekurangan
Energi Kronis (KEK).
40

Bagan 2.3 Kerangka Konsep Penelitian

Anda mungkin juga menyukai