Pendahuluan
1. Sebetulnya huruf yang dipakai oleh orang Jepang untuk menuliskan bahasanya ada 2 macam yaitu :
a. Kanji
Jenis huruf yang berupa gambar pengertian, bukan berwuwjud gambar bunyi.
b. Kana
Jenis huruf yang berupa gambar suku kata.Huruf jenis ini terdiri dari 2 macam yaitu Hiragana
dan Katakana.
2. Mengenai lafal huruf Latin yang dipakai di buku ini umumnya sama dengan lafal bahasa Indonesia,
kecuali :
1. Huruf G
Diucapkan ng apabila berada di tengah ataupun pada suku kata terakhir. Misalnya :
nagai diucapkan nangai
gogo diucapkan gongo
2. Huruf N
Diucapkan seperti m bila di tengah tapi berbunyi ng bila berada di ujung kata.Misalnya :
shinbun diucapkan simbung
hon diucapkan hong
3. Huruf U
Bila berada setelah huruf s, bunyi u tersebut dihilangkan. Misalnya:
desu diucapkan des
imasu diucapkan imas
arimasu diucapkan arimas
4. Huruf Kembar
oo diucapkan dengan suara panjang
ee diucapkan dengan suara panjang
aa diucapkan dengan suara panjang
ii diucapkan dengan suara panjang
PELAJARAN 1
Dengan bahan kata-kata yang tersedia di atas, Anda akan dapat membuat sejumlah kalimat bahsa
Jepang. Akan tetapi sebelum itu Anda harus lebih dahulu memahami struktur tata bahasa Jepang. Untuk
itu perhatikanlah penjelasan berikut :
Partikel
wa
Bahasa Jepang mempunyai banyak artikel, yaitu butir-butir kata. Antara lain partikel wa.
Partikel wa dipakai di belakang kata nama benda atau pengganti nama yang menjadi pokok kalimat. wa
itu tidak mempunyai arti yang tertentu.
desudiucapkan [des]
Desu adalah kata penghubung yang ditempatkan di ujung kalimat. Desu berasal dari de arimasu
diucapkan [de arimas]. Maka pada kalimat negatif [menidakkan] desu berubah menjadi de wa arimasen,
diucapkan [de wa arimaseng].
Ka
Ka adalah sebuah partikel yang dipakai di ujung kalimat pada kalimat tanya. Partikel ka itu selain
membentuk struktur kalimat menjadi kalimat tanya, ka juga sebagai pengganti tanda tanya [?] yang
biasa dipakai pada kalimat tanya bahasa lain.
Jika Anda sudah memahami penjelasan di atas, Anda sudah bisa mulai praktek.
mo berarti juga dan mo menggantikan kedudukan wa. Maksudnya bila ada mo, maka wa dihilangkan.
LATIHAN 1
PELAJARAN 2
anohito-tachi mereka
watashi-no kepunyaan saya
anata-no kepunyaan kamu
anohito-no kepunyaan dia
watashi-tachi-no kepunyaan kita/kami
anohito-tachi-no kepunyaan mereka
tomodachi-no kepunyaan teman
watashi-no tomodachi-no kepunyaan teman saya
chichi ayah saya
haha ibu saya
chichi-no kepunyaan ayah saya
haha-no kepunyaan ibu saya
dare siapa
dare-no kepunyaan siapa
donata siapa
doko dimana
koko-ni di sini
asoko-no di sana (jauh)
soko-ni di sana (dekat)
namae nama
O-namae wa nan desu ka? Siapa nama anda?
Watashi wa Adnan desu. Nama saya Adnan
Haji memashite. Selamat berkenalan
Anata wa donata desu ka? Anda siapa?
Watashi wa Tanaka desu. Saya bernama Tanaka.
Anohito wa donata desu ka? Siapa orang itu?
Watashi no tomodachi desu. Teman saya
Anohito wa anata-no otoosan desu ka? Orang itu ayah kamu?
Penjelasan
Bila kata ni dipakai, maka desu harus diganti dengan arimasu untuk benda mati. Untuk benda hidup
seperti orang dan hewan dipakai imasu.
Ima sekarang
LATIHAN 2
PELAJARAN 3
Kono ini
Berbeda dengan kore, are dan sore, kono, ano dan sono dipakai untuk menunjuk benda dan dipakai di
depan benda yang ditunjuk. Kono, ano dan sono tidak bisa berdiri sendiri. Dengan kata lain,
pemakaiannya harus diikuti oleh benda.
Ano onna-no-ko wa imooto desu. Gadis kecil itu adalah adik saya
Ano otoko-no-ko wa anata no oko-san desu ka? Anak laki-laki itu anak anda?
okii besar
chiisai kecil
Ano okii uchi wa dare no desu ka? Rumah besar itu milik siapa?
Ano kirei onna wa watashi no tomodachi no okusan desu. Wanita cantik itu adalah istri teman saya.
takai mahal
yasui murah
kuroi hitam
shiroi putih
akai merah
midori hijau
chairo coklat
kiiro kuning
aoi biru
momoiro pink
murasaki ungu
nezumiiro abu-abu
iro warna
Anata no jidosha wa nan no iro desu ka? Mobil anda berwarna apa?
LATIHAN 3
PELAJARAN 4
ichi 1
ni 2
san 3
shi 4
go 5
roku 6
shichi 7
hachi 8
ku 9
juu 10
juu-ichi 11
juu-ni 12
juu-go 15
juu-shichi 17
Juu-hachi 18
juu-ku 19
hi juu 20
ni juu-ichi 21
ni juu-ni 22
ni juu-ku 29
sanjuu 30
sanjuu-ichi 31
sanjuu-ku 39
yonjuu 40
yonjuu-ichi 41
yonjuu-ku 49
go juu 50
roku juu 60
shichi juu 70
hachi juu 80
kyu juu 90
hyaku 100
hyaku-ichi 101
nihyaku 200
sanbyaku 300
yonhyaku 400
gohyaku 500
roppyaku 600
shichi hyaku
700
nana hyaku
sen 1,000
ni-sen 2,000
san-sen 3,000
yon-sen
4,000
shi-sen
go-sen 5,000
go man 50,000
HARI
Nichiyobi Ahad (Minggu)
Getsuyobi Senin
Kayobi Selasa
Suiyobi Rabu
Mokuyobi Kamis
Kinyobi Jumat
Doyobi Sabtu
BULAN
Ichi-gatsu Januari
Ni-gatsu Februari
San-gatsu Maret
Shi-gatsu April
Go-gatsu Mei
Roku-gatsu Juni
Shichi-gatsu Juli
Hachi-gatsu Agustus
Ku-gatsu September
Ju-gatsu Oktober
Ju-ichi-gatsu November
Ju-ni-gatsu Desember
Ichi-nichi
tanggal 1
tsuitachi
futsuka tanggal 2
mikka tanggal 3
yokka tanggal 4
itsuka tanggal 5
muika tanggal 6
nanuka tanggal 7
yooka tanggal 8
kokonoka tanggal 9
tooka tanggal 10
ju-ichi-nichi tanggal 11
ju-ni-nichi tanggal 12
ju-san-nichi tanggal 13
ju-yokka tanggal 14
ju-go-nichi tanggal 15
ju-roku-nichi tanggal 16
ju-shichi-nichi tanggal 17
ju-hachi-nichi tanggal 18
ju-ku-nichi tanggal 19
hatsuka tanggal 20
ni-ju-ichi-nichi tanggal 21
ni ju-nichi tanggal 22
ni ju san nichi tanggal 23
ni ju yokka tanggal 24
ni ju go nichi tanggal 25
ni ju-roku-nichi tanggal 26
ni ju-shichi-nichi tanggal 27
ni ju-hachi-nichi tanggal 28
ni ju-ku-nichi tanggal 29
LATIHAN 4
PELAJARAN 5
* Untuk menyatakan setengah jam dipakai han, untuk menyatakan kurang dipakai mae.
gozen = pagi [waktunya dari pukul 12 malam sampai dengan pukul 12 siang]
gogo = petang [waktunya dari pukul 12 siang sampai dengan pukul 12 malam]
Contoh :
PELAJARAN 6
… no ue ni di atas …
… no shita ni di bawah …
… no mae ni di depan …
… no ushiro ni di belakang …
… no naka ni di dalam …
… no yoko ni di samping …
nani apa
Kono hako no naka ni nani ga arimasu ka? Di dalam kotak ini ada apa?
Tamago ga arimasu. Ada telur
Dare no desu ka? Siapa yang punya?
Watashi no desu. Saya yang punya.
Kono hako no naka ni tamago ga arimasu. Di dalam kotak ini ada telur.
Tamago wa watashi no desu. Telur itu saya yang punya.
Ano betto no shita ni beko ga arimasu. Di bawah tempat tidur itu ada kucing.
Ano teeburu no ue ni nani ga arimasu ka? Di atas meja itu ada apa?
Haizara ga arimasu. Ada asbak.
Ano teeburu no ue ni hon wa dare no desu ka? Buku di atas meja itu siapa yang punya?
Anata no desu ka? Kamukah yang punya?
Lie, de wa arimasen. Tidak, bukan.
Ano ki no ue ni nani ga arimasu ka? Di atas pohon itu ada apa?
Tori ga arimasu. Ada burung.
Asoko ni gakko ga arimasu. Di sana ada sekolah.
LATIHAN 5
PELAJARAN 7
dare siapa
Nani apa
* Kata-kata penanya di atas bila menjadi pokok kalimat harus diikiuti okeh pertikel ga.
* Bila di dalam suatu kalimat bagian yang diutamakan adalah subjek, bukan uraiannya, maka
partikel ga dipakai. Jika uraiannya yang diutamakan, maka wa yang dipakai. Untuk jelasnya mari
kita perhatikan dua kalimat berikut:
to dan
Ano hon to mannenhitsu wa watashi no desu. Buku dan pena itu milik saya.
Anata wa fuuto to kitte ga arimasu ka? Apakah anda punya [ada] amplop dan perangko?
2. Ya kan?
Kono uchi wa taihen okii desu ne! Besar sekali rumah ini!
LATIHAN 6
PELAJARAN 8
Pelajaran tata bahasa
Sejauh ini Anda sudah banyak mengenal kalimat-kalimat yang memakai desu.Kalimat yang
memakai desu itu termasuk tingkat bahasa hormat.
Dalam bahasa tertulis atau bahasa biasa (tidak ada kehormatan) desu atau de arimasu tidak
dipakai, yang dipakai adalah de aru yang biasa disingkat menjadi da dalam percakapan.
II. Suatu hal yang perlu sekali dicatat adalah bila Anda memakai bahasa paling hormat yaitu yang
memakai de gozaimasu, kata-kata sifat asli yang berakhiran ai,ii,oi, atau ui misalnya takai, okii,
kuroi, samui, harus diganti huruf akhirnya.
Cara penggantian tersebut adalah sebagai berikut :
Akhiran ai diganti o
Akhiran ii dihilangkan i yang terakhir lalu diganti dengan u
Akhiran oi diganti dengan o
Akhiran ui diganti dengan u
Contoh:
takai menjadi tako
okii menjadi okiu
kuroi menjadi kuro
Berikut ini anda dapat memperhatikan ketiga jenis tingkat bahasa tersebut.
III. Pada kalimat negatif [menyangkal], huruf i terakhir pada kata sifat harus diganti dengan ku lalu
diikuti oleh
LATIHAN 7
atsui panas
kuroi hitam
shiroi putih
nagai panjang
mijikai pendek
kitanai kotor
okii besar
PELAJARAN 9
baka kebodohan
rikoo kepandaian
kirei keindahan; kecantikan
kenko kesehatan
binboo kemiskinan
shooziki kejujuran
I. Kata-kata yang ditunjukkan di atas adalah kata Benda jenis abstrak. Kata-kata jenis itu bila
hendak dijadikan kata sifat untuk member keterangan sifat atau keadaan kepada orang, hewan
atau pun barang, maka harus ditambah na lalu diletakkan di depan kata benda yang diterangkan
sifatnya itu. Contoh:
II. Mengenai kata sifat asli yaitu yang berakhiran huruf i seperti chiisai, okii, takai, dan lain-lain
boleh langsung diletakkan di depan orang, hewan, atau pun benda yang diterangkan. Misalnya :
chiisai uchi = rumah kecil
okii inu = anjing besar
takai jidosha = mobil yang mahal
Akan tetapi selain cara yang demikian itu, kata sifat asli biasa pula dipakai dengan diikuti oleh
na.
Namun ada ketentuannya yaitu huruf I yang terakhir harus dibuang kemudian barulah diikuti
oleh na. Contoh :
chiisa na uchi = rumah kecil
oki na inu = anjing besar
taka na jidosha = mobil yang mahal
Perlu anda pahami bahwa ketentuan I, II, dan III di atas hanya dipakai bila kata-kata tersebut
hendak member sifat kepada sesuatu. Jika kata-kata tersebut dipakai di dalam kalimat sebagai
keterangan, maka tidak perlu penambhan na atau no itu.
Perhatikan contoh berikut, kata-kata yang diuraikan di atas tadi dipakai sebagai keterangan.
Terjadi penyimpangan dari ketentuan di atas jika kata-kata sifat asli yang berakhiran dengan huruf i
dipakai dalam kalimat negatif seperti di atas itu. Bila kata-kata sifat asli tersebut dipakai dalam kalimat
negatif maka dilakukan sebagai berikut:
a. Gantikan huruf i yang terakhir dengan ku untuk kalimat tingkat biasa dan tingkat hormat.
b. Untuk tingkat paling hormat, caranya berdasarkan ketentuan paragraf II pada pelajaran 8.
chiisai= kecil
Watashi-tachi no uchi wa chiisaku nai desu. Rumah kami tidak kecil.
Dalam bahasa tulis (atau kehormatan tidak diperlukan) bentuk de wa arimasen tidak dipakai, yang
dipakai adalah ja nai [de wa nai]
Contoh:
LATIHAN 8
PELAJARAN 10
Penjelasan Tata Bahasa
Partikel no
Berikut, Anda diminta memahami susunan serta arti setiap kalimat Jepang di bawah ini.Sesudah
dipahami, bacalah dengan suara lantang berulang-ulang untuk membiasakan lidah anda.
PELAJARAN 11
Pada pelajaran terdahulu Anda sudah mengenal bahwa kata arimasu atau imasu berarti ada atau
punya. Dan pada pelajaran ini Anda akan belajar tentang itu secara mendetil. Sebagaimana sudah
dijelaskan, bahasa Jepang ini terdiri atas tiga tingkat bahasanya, yaitu bahasa biasa, bahasa hormat dan
bahasa yang paling hormat.Maka demikian pula dengan kata arimasu atau imasu itu, bentuknya
berubah menurut tingkat bahasa. Jelasnya, pelajari tabel berikut:
LATIHAN 9
mimigasari anting-anting
ude wa gelang
poketto kantong [baju atau celana]
kushi sisir
ha burashi sikat gigi
akari lampu
PELAJARAN 12
tazumeru bertanya
kangaeru memikir
oshieru mengajar
akeru membuka
4. Kata kerja –SURU {dengan akhiran –SURU}
Suru ini berarti melakukan.Akhiran –surudipakai pada kata kerja bentukan dari kata benda,
kata sifat dan sebagainya.
Contoh: hantai-suru melakukan perlawanan
kitai-suru menaruh harapan
ryoko-suru melakukan perjalanan
setsume-suru menerangkan
chumon-suru memesan
II. Kata kerja bahasa Jepang berubah menurut maksud kalimatnya. Perubahannya bukan secara
keseluruhan tapi hanya pada akhirannya yaitu dengan mengubah bunyi atau menambah
akhiran.
1. Perubahan Bentuk Kata Kerja –U
Bentuk Asal Bentuk 2 Bentuk 3 Bentuk 4
yomu yomi yoma yome membaca
nomu nomi noma nome minum
kaku kaki kaka kake menulis
yobu yobi yoba yobe memanggil
yuu [iu] yui [ii] yuwa [iwa] yue [ie] berkata
tobu tobi toba tobe terbang
asobu asobi asoba asobe bermain
iku iki ika ike
yuku yuki yuka yuke } pergi
* Tentang kata kerja iru, eru, dan suru akan dijelaskan pada bagian tersendiri.
Dalam praktek kata-kata kerja di atas medapat tambahan MASU atau MASEN pada kalimat
negatifnya.Tambahan masu atau masen ini disambungkan pada Bentuk 2, dan dengan penambahan itu
bahasanya menjadi hormat (halus).Meskipun ada penambahan tersebut artinya tidak berubah.
Perhatikan contoh berikut:
Anohito wa shinbun to zassshi wo kaimasu. Orang itu membeli koran dan majalah.
Semua partikel yang disebutkan di atas dipakai di belakang kata yang diterangkan. Jadi, kebalikan
bahasa Indonesia.
PELAJARAN 13
Selain perubahan bentuk menurut ketentuan 1, 2, 3 dan 4 di atas ada pula beberapa kata kerja yang
perubahan bentuknya menyimpang dari ketentuan itu. Kata-kata yang dimaksud adalah seperti pada
tabel berikut:
Contoh penambahan IMASU atau IMASEN pada Kata Kerja –IRU, -ERU, -SURU dan Bentuk yang
menyimpang adalah sebagai berikut:
Anata wa buta niku ga suki desu ka? Apakah anda suka daging babi.
Watashi wa buta niku wo tabe masen. Saya tidak makan daging babi.
LATIHAN 10
Terjemahkan ke dalam bahasa Jepang!
PELAJARAN 14
Sebelum ini Anda sudah belajar tentang kata nai yang dipakai untuk menyatakan tidak pada kata
sifat. Dan kini sebarengan dengan langkah Anda yang semakin jauh menelusuri seluk-beluk bahasa
Jepang, Anda akan diperkenalkan pula dengan kegunaan kata nai untuk kata kerja.
Kata nai ini bila digabungkan dengan kata kerja Bentuk 3, akan menjadikan kata kerja tersebut
mempunyai arti yang negatif [ingkar]. Jadi, kalau masu atau masen digabungkan dengan bentuk
kata kedua, tapi nai digabungkan dengan bentuk kata ketiga. Agar jelas, perhatikan contoh berikut:
Dalam bahasa percakapan biasa atau juga bahasa tulis sering dipakai juga tambahan NU yang artinya
sama dengan NAI.
PELAJARAN 15
Penjelasan Tata Bahasa
Sejauh ini, mulai dari pelajaran 1 s.d. 14, semua kalimat yang sudah Anda pelajari adalah kalimat yang
menyatakan bahwa sesuatu itu baru berlaku dan belum selesai.
Jika Anda hendak menyatakan bahwa sesuatu itu sudah berlaku, misal sudah makan, sudah membaca,
sudah pergi dan sebagainya, maka Anda harus memakai Kata Kerja Bentuk Kedua yang ditambah akhiran
TA.
Dalam hal penambahan akhiran –ta ini, perlu sekali Anda memahami secara seksama karena ada
beberapa kata kerja yang mengalami perubahan bentuk dan perubahan bunyi. Tentu saja penulis akan
berusaha memberikan petunjuk dan contoh yang dapat kiranya memudahkan pemahaman Anda.
Kata kerja yang akhir suku katanya -gu, -ku, -tsu, -u, -ru, -bu, -nu dan -mu, akan mengalami perubahan
bentuk dan bunyi.
Contoh :
Kata Kerja dalam bentuk negatif yaitu dengan akhiran nai atau pun masen, bila ditambah TA akan
menjadi sebagai berikut:
Contoh:
minai minakatta
yobanai yobanakatta
yobimasen yobimasen deshita
mimasen mimasen deshita
* Bila Anda hendak menyatakan belum, pakai saja kata mada, tapi kata kerjanya tidak memakai
bentuk TA.
LATIHAN 11
PELAJARAN 16
Penjelasan Tata Bahasa
Untuk menyatakan bahwa suatu perbuatan itu sedang berlaku, kita mengambil kata kerja Bentuk Kedua
lalu ditambah akhiran –te. Secara keseluruhan, cara penambahan te ini sama dengan cara penambahan
akhiran –ta, kecuali ada sedikit saja perbedaan pada kata kerja negatif.
1. Kata Kerja –U
koresu koroshite sedang membunuh
-masu mashite
kaku kaite sedang menulis
kogu koide sedang mendayung
matsu matte sedang menunggu
kau katte sedang membeli
uru utte sedang menjual
shibu shinde sedang mati
yobu yonde sedang memanggil
nomu nonde sedang minum
yang menyimpang
are ate
iru ite
kuru kite datang
Walaupun kata kerjanya sudah ditambah akhiran –ta, namun pemakaian di dalam kalimat harus pula
diikuti oleh:
PELAJARAN 17
Kata kerja te bila diikuti oleh ARU [arimasu] mempunyai arti sudah di…, atau sama dengan ter…, dalam
bahasa Indonesia.
Contoh:
Kono hon wa Eigo de kaite aru. Buku ini tertulis dalam bahasa Inggris.
Watashi no namae wa hon ni kaite arimasu. Nama saya tertulis dalam buku.
* Jika ARU tersebut dalam bentuk TA, maka artinya menjadi sudah selesai di…
LATIHAN 12
PELAJARAN 18
Pada pelajaran terdahulu Anda sudah belajar cara menghitung dalam bahasa Jepang. Akan tetapi cara
menghitung yang Anda sudah pelajari itu tidak bisa secara langsung dipakai untuk menerangkan jumlah
sesuatu benda. Jadi, berbeda dengan bahasa Indonesia. Kalau dalam bahasa kita, bilangan sesudah satu
adalah dua, dan dua itu bisa dipakai untuk menyatakan jumlah orang seperti ini: “Ada dua orang di
sana.” Akan tetapi tidak demikian halnya dengan bahasa Jepang.
Contoh:
orang = hito; nin
dua = ni
Akan tetapi dua orang bukan berarti ni hito.
Dalam bahasa Jepang, satu orang disebut hitori
dua orang disebut futari
tiga orang disebut san-nin
empat orang disebut yo-nin [yottari]
seterusnya, barulah bilangan biasa + nin
Perhatikanlah petunjuk berikut!
ashi : langkah dua langkah : futa-ashi
ban : malam dua malam : futa-ban
hako : kotak empat kotak : yo-hako
HON : bagi benda yang bulat panjang, misalnya kayu, pohon, tongkat, botol, dan sebagainya.
1 = ip-pon, 3 = sam-bon, 6 = rop-pon, 10 = jup-pon, 100 = hyap-pon, 1000 = sem-bon
SO : bagi kapal, perahu dan sebagainya.
1 = is-so, 3 = san-zo [san-so], 8 = has-so, 10 = jus-so, 1000 = sen-zo
Kata berapa secara umum yaitu bukan mengenai jumlah adalah ikura.
Untuk memudahkan Anda, berikut ditunjukkan tabel bentuk-bentuk bilangan bahasa Jepang:
I II III
0 rei - -
1 ichi hitotsu hii, hito
2 ni futatsu fu, futa
3 san mittsu mii
4 shi yottsu yo [yon]
5 go itsutsu ii, itsu
6 roku muttsu mu
7 shichi nanatsu nana
8 hachi yattsu ya, yawa
9 ku/kyu kokonatsu kono [kokono]
10 yu to to
PELAJARAN 19
PELAJARAN 20
sagasu mencari
tadaima sekarang ini
dan-dan lama-kelamaan; lambat laun
otona dewasa [akil baliq]
toshi yori orang tua
okiru bangun
naru menjadi
o-ya orang tua
mukashi dahulu kala
zuibun
amat; sangat
amari
naze mengapa
2. Kata sifat yang disusuli oleh na [yaitu yang berasal dari Kata Benda abstrak dapat pula diubah
menjadi Kata Tambahan dengan menggantikan na dengan ni.
Contoh : kirei na onna = perempuan yang cantik
kirei ni kaku = menulis dengan indah
somatsu na mono = barang kasar
somatsu ni suru = berbuat kasar
Anohito wa oya wo somatsu ni simashita. Orang itu berbuat kasar kepada orang tuanya.
Mukashi wa jidosha mo kisha mo nakatta. Dahulu kala baik mobil maupun kereta api tidak ada.
Kodomo ga otona ni nari, otona ga toshi yori ni naru. Anak menjadi dewasa, dewasa menjadi orang tua.
Naze kimasen deshita ka? Mengapa anda tidak datang?
Watashi wa byooki deshita. Saya sakit.
Kono jibiki wa ii desu ne! Kamus ini bagus, kan?
Watashi no heya wo soji shimashita ka? Apakah kamar saya sudah dibersihkan?
Hai, soji shimashita. Ya, sudah dibersihkan.
Naze hayaku aruite imasu ka? Mengapa berjalan cepat.
PELAJARAN 21
Ada juga cara melarang dengan memakai Kata Kerja Bentuk 2 + te + wa ike-nai atau Bentuk 2 + te + wa +
ike-masen. Contoh :
neru : tidur
nete wa ike-nai : jangan tidur
atau nete wa ike-masen : jangan tidur
kau : membeli
katte wa ike-nai : jangan membeli
atau katte wa ike-masen : jangan membeli
Wa ike-nai ataupun wa ike-masen itu terkadang diganti dengan naranai ataupun narimasen, untuk
tujuan yang sama.
LATIHAN 13
PELAJARAN 22
II. Jika Bentuk 2 + te lalu disusuli oleh nara-nai [nari-masen] atau ike-nai [ike-masen] berarti :
1) Tak patut berbuat
2) Jangan
Anata wa oya wo tomatte wa nara-nai.
Kamu tak patut berbuat kasar terhadap orang tua.
Anata wa kono kusuri wo tabete wa ike-nai.
Kamu jangan makan obat ini.
III. Bentuk ingkar [berakhiran –nakute] jika disusuli dengan ike-nai [ike-masen] berarti HARUS
Jadi : Kono kusuri wo taba-nakute wa ike-nai.
Harus makan obat ini.
Anata wa Nihon-go wo benkyo shi-nakute wa ike-nai.
*Bentuk ingkar itu adalah Bentuk 3 + nakute. Lihat pelajaran 12 dan 13, pada tabel Perubahan
Bentuk Kata kerja.
LATIHAN 14
PELAJARAN 23
LATIHAN 15
PELAJARAN 24
Orang Jepang jarang mempergunakan bilangan perpangkatan ini dalam percakapan sehari-hari. Namun
sekalipun demikian hal itu perlu dimuatkan di buku ini walaupun harus menempati halaman belakang.
Untuk menyatakan perpangkatan tersebut dipakai cara sebagai berikut.
a) dai + bilangan I
Jadi : dai-ichi : yang pertama
dai-ni : yang kedua
dai-san : yang ketiga
atau
b) bilangan I + ban
Jadi : ichi-ban : yang pertama
ni-ban : yang kedua
sam-ban : yang ketiga
atau
c) dai + bilangan I + ban
Jadi : dai-ichi ban : yang pertama
dai-ni ban : yang kedua
dai-sam ban : yang ketiga
atau
d) bilangan I + banme
Jadi : ichi-banme : yang pertama
ni-banme : yang kedua
sam-banme : yang ketiga
atau
e) bilangan II + me
Jadi : hitotsu-me : yang pertama
futatsu-me : yang kedua
mittsu-me : yang ketiga
LATIHAN 16
PELAJARAN 25
Penjelasan Tata Bahasa
I. Kata Kerja Bentuk 2 + tai, berarti ingin atau mau.
Perlu Anda pahami bahwa kata kerja yang berakhiran tai itu berfungsi sebagai kata sifat. Dan
karena itu pemakaiannya di dalam kalimat harus disertai oleh desu.
Contoh : taberu makan
tabetai desu ingin makan
nomu minum
nomitai desu ingin minum
kau membeli
kaitai desu ingin membeli
sampo suru berjalan-jalan
sampo shitai ingi berjalan-jalan
II. Untuk bentuk negatifnya dilakukan sama seperti membuat negatif pada kata sifat.
Contoh : tabetai ingin makan
tabetaku nai desu tidak ingin makan
nomitai ingin minum
nomitaku nai desu tidak ingin minum
Watashi wa kohii wo nomitaku nai desu. Saya tidak mau minum kopi
Watashi wa gohan wo tabetaku nai desu. Saya tidak mau makan nasi.
III. Untuk menyatakan BERMAKSUD AKAN, dipakai tsumori yang diletakkan di belakang Kata Kerja
Bentuk Asal kemudian disusuli oleh desu.
Contoh : Watashi wa uchi wo kau tsumori desu.
Saya bermaksud akan membeli rumah.
Watashi wa Takeshita-san wo au tsumori desu.
Saya bermaksud akan menemui Tuan Takeshita.
Watashi wa Surabaya e iku tsumori desu.
Saya bermaksud akan pergi ke Surabaya.
Raishuu watashi wa Tokyo e iku tsumori desu.
Minggu depan saya bermaksud akan pergi ke Tokyo.
IV. Model Kata Kerja Bentuk 2 + tai, tidak pernah dipakai untuk Orang Ketiga. Bila hendak memakai
bentuk tai tersebut pada Orang Ketiga, harus ditambah TO IIMASU atau TO MOSHIMASU
sebagai pengganti desu.
to iimasu : berkata [asalnya to iu]
to moshimasu : katanya [asalnya to mosu]