Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Gambaran Umum Penyakit


1. Pengertian
Kanker ovarium merupakan tumor dengan histiogenesis yang

beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga (3) dermoblast (ektodermal,

endodermal, mesodermal) dengan sifat-sifat histiologis maupun biologis

yang beraneka ragam (Smeltzer & Bare, 2011).


Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa

reproduksi 30% dan 10% terpadat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor

ini dapat jinak (benigna), tidak jelas jinak tapi juga tidak jelas / pasti ganas

(borderline malignancy atau carcinoma of low – maligna potensial) dan

jelas ganas (true malignant) (Priyanto, 2009).


Kanker ovarium sebagian besar berbentuk kista berisi cairan

maupun padat. Kanker ovarium disebut sebagai silent killer. Karena

ovarium terletak dibagian dalam sehingga tidak mudah terdeteksi 70-80%

kanker ovarium baru ditemukan pada stadium lanjut dan telah menyebar

(metastasis) kemana-mana (Wiknjosastro, 1999).


2. Etiologi
Menurut Hidayat (2009) Ovarium terletak di kedalaman rongga

pelvis. Bila timbul kanker, biasanya tanpa gejala pada awalnya sehingga

sulit ditemukan, membuat diagnosis tertunda. Ketika lesi berkembang dan

timbul gejala, sering kali sudah bukan stadium dini. Maka terdapat 60-70%

pasien kanker ovarium saat didiagnosis sudah terdapat metastasis di luar

ovarium. Penyebab kanker ovarium hingga kini belum jelas, tapi faktor

lingkungan dan hormonal berperan penting dalam patogenesisnya. Akan

1
tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium,

diantaranya :
a. Hipotesis incessant ovulation, Teori menyatakan bahwa terjadi

kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada

saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu

dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.


b. Hipotesis androgen, Androgen mempunyai peran penting dalam

terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan

bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam

percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel

ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.


3. Faktor Risiko Kanker Ovarium
Berbagai faktor yang berkaitan dengan reproduksi, genetik,

dan faktor lingkungan dihubungkan dengan terjadinya kanker

ovarium. Berikut disajikan dalam tabel faktor-faktor risiko kanker

ovarium (Schorge, 2008 dalam Winata, 2014).

Tabel 2.1 Faktor Risiko Kanker Ovarium


- Nuliparitas
- Menars awal
- Menopause terlambat
- Ras Kulit Putih
- Peningkatan Usia
- Orang Amerika Utara dan Eropa Utara
- Riwayat keluarga
(Schorge, 2008 dalam Winata, 2014)

Dari faktor risiko di atas, yang paling berperan penting adalah

riwayat keluarga yang terkena kanker ovarium atau kanker payudara. Yang

termasuk dengan riwayat keluarga adalah first-degree relative yaitu ibu,

anak perempuan atau kakak/adik perempuan. Dengan adanya riwayat


keluarga yang menderita kanker ovarium akan menibgkatkan risiko

seorang wanita terkena kanker ovarium sebanyak 3 kali lipat. Risiko ini

semakin meningkat dengan ditemukannya dua atau lebih first-degree

relative yang terkena kanker ovarium (Schorge, 2008 dalam Winata,

2014).

Kanker ovarium yang diturunkan secara genetik berhubungan

dengan mutasi dari gen BRCA-1 dan BRCA-2, dimana mutasi gen BRCA-

1 lebih banyak ditemukan. Adanya mutasi gen BRCA berhubungan dengan

risiko terjadinya kanker ovarium sebesar 27-44% dibandingkan dengan

risiko terjadinya kanker ovarium pada polulasi normal yakni sebesar 1,4%.

Mutasi yang terjadi menyebabkan instabilitas gen dan menyebabkan sel

lebih berisiko mengalami transformasi menjadi suatu keganasan. Mutasi

ini diturunkan melalui gen autosomal dominan, sehingga analisis pedigree

penting untuk dilakukan secara cermat (Winata, 2014).

Nuliparitas, menars awal dan menopause yang terlambat

berhubungan dengan siklus ovarium yang tidak terputus selama masa

reproduksi. Stimulasi yang berulang-ulang dari epitel permukaan ovarium

dianggap dapat bertransformasi menjadi suatu keganasan. Semakin

tingginya jumlah paritas akan semakin menurunkan risiko terkena kanker

ovarium sampai paritas maksimal lima kali, setelah itu risiko terkena

kanker ovarium adalah sama (Schorge, 2008 dalam Winata, 2014).

Memiliki minimal satu anak akan menurunkan risiko terkena kanker

ovarium dengan risk reduction sebesar 0.3-0.4 (Winata, 2014).


Menyusui dan penggunaan obat kontrasepsi oral juga memiliki efek

proteksi terhadap kanker ovarium. Kemungkinan hal ini berhubungan

dengan pemanjangan siklus amenorea yang berhubungan dengan

pencegahan terjadinya ovulasi. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral

selama 5 tahun atau lebih akan mengurangi risiko relatif sebesar 0.5. Pada

pasien dengan riwayat keluarga menderita kanker ovarium yang ingin

menggunakan kontrasepsi, dapat dianjurkan untuk menggunakan obat

kontrasepsi oral untuk menurunkan risiko terkena kanker ovarium (Berek,

2005 dalam Winata, 2014).

4. Gejala Kanker Ovarium


Kanker ovarium sering disebut dengan “silent killer” dimana

gejala klinis yang terjadi biasanya tidak terlihat jelas sampai berada pada

tahap lanjut7. Gejala yang ditimbulkan tidak spesifik, seperti : pembesaran

abdomen/bloating, nyeri abdomen atau pelvis, peningkatan frekuensi

berkemih atau urgensi berkemih, menurunnya nafsu makan, atau rasa

penuh di lambung (Winata, 2014).


Pada pemeriksaan fisik, sebagian besar pasien dengan kanker

ovarium teraba massa di daerah abdomen atau pelvis. Secara umum, tumor

yang ganas memiliki karakteristik solid, nodular dan terfiksir. Namun

ukuran tumor tidak sesuai dengan derajat keganasan, sebaliknya massa

yang besar lebih sering merupakan massa yang jinak. Ascites juga sering

ditemukan pada pemeriksaan abdomen (Schorge, 2008 dalam Winata,

2014).

B. Terapi Diet
1. Terapi Diet
a. Jenis Diet : Tinggi Kalori Tinggi Protein
b. Bentuk Makanan : Nasi Lunak
c. Route Pemberian : 3x sehari makan utama dan 2x selingan

2. Tujuan Diet
a. Memberikan makanan seimbang sesuai dengan keadaan penyakit serta
daya terima pasien.
b. Memberikan makanan terutama tinggi Fe untuk meningkatkan kadar
Hb mencapai normal.
c. Natrium dibatasi untuk menurunkan tekanan darah
d. Mencegah atau menghambat penurunan berat badan secara berlebihan
e. Mengurangi rasa mual muntah dan diare.
f. Mengupayakan perubahan sikap dan perilaku sehat terhadap makanan
oleh pasien dan keluarganya.

3. Prinsip Diet
a. Energi tinggi
b. Protein tinggi
c. Lemak cukup
d. Karbohidrat cukup
e. Vitamin dan mineral cukup

4. Syarat Diet
a. Energi diberikan tinggi dengan mempertimbangkan faktor aktivitas
dan faktor stress pasien.
b. Protein diberikan tinggi yaitu 1-1,5 gr/Kg BBI
c. Lemak diberikan cukup yaitu 15-20% dari kebutuhan energy total.
d. Karbohidrat diberikan cukup berdasarkan sisa dari protein dan lemak
dari kebutuhan energy total.
e. Vitamin dan mineral diberikan cukup, terutama vitamin A, B
kompleks, C dan E.
BAB II

ASSESMENT

A. Anamnesis
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Umur : 41 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Guru PAUD
Pendidikan Terakhir : S1
Agama : Kristen
Alamat : DS. Penda Pilang Kalteng
No. RMK :1.33.XX.XX
Ruang / Bed : Penyakit Dalam Wanita (PDW) / 9
Tanggal MRS : 16 Maret 2017
Tanggal Kasus : 1 April 2017
Diagnosis Medis : Ca Ovarium

2. Riwayat Penyakit
Tabel 2.1 Riwayat Penyakit
Keluhan Utama BAB berdarah sudah dirasakan sejak 1 bulan

yang lalu. Darah menetes dan berbau, kadang

bercampur dengan feses, BAB berdarah disertai

rasa nyeri. BAB setiap 5-7 hari sekali. Keluhan

ini juga disertai pusing, mual, terkadang

muntah, lemas, penurunan nafsu makan dan

tidak bias tidur.


Riwayat Penyakit dahulu Hipertensi
Riwayat Penyakit Ca Ovarium dan pernah dioperasi pada bulan

Sekarang 10 2016
Riwayat penyakit Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang

keluarga menderita penyakit yang sama

3. Riwayat Gizi
Tabel 2.2 Riwayat Gizi

Data sosial ekonomi :

Status Ekonomi Menengah keatas


Jumlah anggota keluarga 7 orang
Suku Banjar
Aktivitas fisik :

Jumlah jam kerja 5 jam per hari


Jumlah jam tidur 8 jam per hari
Olahraga Jarang
Alergi Makan Tidak ada
Pantangan Makan Tidak ada
Masalah Gastrointestinal Mual muntah dan perut terasa nyeri
Penyakit Kronik :

Jenis Penyakit Jenis penyakit Ca Ovarium


Terapi diet Terapi Diet BBTKTP RG
Kesehatan Mulut Normal dan Baik
Suplemen/Vitamin Tidak ada
Riwayat Pola Makan Bahan Ukuran Frequensi
(FFQ) Nasi 1 ctg @ 100 gr 3x / hari
Ikan Gabus 1 ptg @ 75 gr 3x / mgg
Sarden 1 kaleng 2x / mgg
Kecap manis 1 sdm @ 10 2x/ hari
gram
Ikan peda 1 ptg @ 50 gr 2x / mgg
Ikan patin 1 ptg @ 50 gr 1x / mgg
Ayam 1 ptg @ 75 gr 2x / mgg
Ikan Asin 1 ptg @40 gr 4x/ mgg
Nasi Goreng 1 porsi @150 3x / mgg
gr
Tahu 2 ptg @ 100 3x/ mgg
gr
Tempe 1 ptg @ 30 gr 2x/ mgg
Sayur Bening 2 ctg sayur @ 3x/ mgg
Bayam, 100 gr
kacang
panjang, labu
waluh,
gambas,
jagung
kuning
Pisang 2 biji @ 150 3x/ mgg
gr
Pepaya 1 ptg @ 100 2x/ mgg
gr
Jeruk manis 1 biji @ 80 gr 3x/ mgg
Semangka 1 ptg @ 100 2x/ mgg
gr
Goreng- 2 ptg @ 55 1x/ mgg
gorengan
(tahu goreng,
bakwan,
tempe
goreng,
pisang
goreng
Untuk-untuk 1 ptg @ 75 gr 3x/ mgg
Donat,
Bingka
Sirup 1 gelas 2x/mgg
The 1 gelas + gula 1x hari
pasir @ 10 gr
Kopi 1 gelas + gula 1x/mgg
pasir @ 10 gr
Berdasarkan data food frekuensi diatas
dapat diketahui bahwa makan utama 3 kali
sehari, suka mengkonsumsi ikan seperti ikan
gabus, ikan peda,ikan patin, ikan asin dan
sarden. Suka makan menggunakan kecap
manis, suka makan sayur-sayuran dan buah
seperti pisang, jeruk, semangka, papaya, dan
suka makan goreng-gorengan, konsumsi teh
1 kali sehari dengan 2 sendok makan gula
pasir
Riwayat Nutrisi Dahulu Sebelum pasien masuk rumah sakit, pasien
sering mengkonsumsi berbagai macam
makanan yang digoreng, seperti ikan
goreng, ikan asin goreng dan cemilan
berbagai jenis gorengan dan jajan mais-
manis seperti untuk-untuk,bingka, donat.
Pasien juga mengatakan suka makan
menggunakan kecap.
Riwayat Nutrisi Sekarang Setelah pasien di diagnosa Ca Ovarium
pasien mulai membatasi makanan yang
digoreng, sarden, ikan asin dan makanan
yang dimasak dengan minyak banyak.

Kesimpulan Assesment :
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa pasien Ny.R berusia 41

tahun dengan jenis kelamin perempuan, berasal dari suku banjar, dengan

jumlah anggota 7 orang bersuku banjar. Pasien adalah seorang guru paud dan

sekaligus ibu rumah tangga masuk RSUD Ulin Banjarmasin pada tanggal 16

April 2016 dengan keluhan utama BAB berdarah sudah dirasakan sejak 1 bulan

yang lalu. Darah menetes dan berbau, kadang bercampur dengan feses, BAB

berdarah disertai rasa nyeri. BAB setiap 5-7 hari sekali. Keluhan ini juga

disertai pusing, mual, terkadang muntah, lemas, penurunan nafsu makan dan

tidak bias tidur.

Pembahasan :

Pada saat dirawat di RSUD Ulin Banjarmasin pasien di diagnosa oleh

dokter Ca Ovarium, pasien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita

penyakit yang sama. Pekerjaan pasien seorang guru Paud dengan pendapatan

rata-rata 1 jta per bulan. Setelah menikah pasien jarang melakukan olahraga

khusus, hanya melakukan aktivitas fisik biasa sebagai guru paud dan ibu rumah

tangga. Nafsu makan pasien kurang, mual muntah, BAB berdarah dan disertai

nyeri. Sebelum pasien masuk ke rumah sakit, pasien sering mengkonsumsi

berbagai macam jenis gorengan, sarden, jajanan tradisional seperti untuk-untuk

donat, bingka, suka kecap dan ikan asin. Akan tetapi setelah pasien di diagnose
Ca Ovarium pasien mulai membatasi makanan yang digoreng, makanan yang

banyak mengandung lemak, kecap dan ikan asin.

B. Antropometri

Berat badan : 56 kg

Tinggi badan : 145 cm

IMT : Berat Badan (Kg)


Tinggi Badan (m)2
: 56 Kg
(1,45)2
:26,63 Kg/m2 (Obesitas Ringan)

BBI : (TB-100) - 10% (TB-100)

: 145-100) – 10% (165-100)

: 45 - 4,5

: 40,5 kg

Kesimpulan :

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa berat badan pasien


hampir lebih, dan hasil perhitungan IMT termasuk kategori Obesitas tingkat
sedang.

Pembahasan :
Hasil perhitungan IMT pasien yaitu 26,63 kg/m2 adalah termasuk
kategori obesitas tingkat sedang. Batas kategori nilai normal IMT untuk
Perempuan

Menurut Depkes RI (1994) Kategori ambang batas status gizi IMT


untuk Indonesia adalah sebagai berikut :

Tabel 2.3 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia

Kategori IMT

Kurang Kekurangan berat badan tingkat berat <17,0

Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,5

Normal 18,5 – 25,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,0 – 27,0

Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0


C. Pemeriksaan Biokimia

Tabel 2.4 Pemeriksaan Biokimia (Tanggal 15 Maret 2017)

N Pemeriksaan Satuan/ Nilai Awal Awal Keteranga


o Nominal Masuk Kasus n
1 Hemaglobin 12,00 - 15,60 gr/dl 11,3 11,3 R (↓)
2 Leukosit 4,65 - 10,3 ribu/ul 16,4 16,4 T (↑)
3 Eritrosit 4,00 - 5,30 juta/ul 4,21 4,21 N
4 Hematokrit 37,00 - 47,00 vol % 36,1 36,1 R (↓)
5 RDW-CV 12,1 - 14,0 % 15,0 15,0 T (↑)
6 MCV 75,0 - 96,0 fl 85,8 85,8 N
7 MCH 28,0 - 32,0 pg 26,8 26,8 R (↓)
8 MCHC 33,0 - 37,0 % 31,3 31,3 R (↓)
9 Basofil% 0,10 - 1,0 % 0,2 0,2 N
10 Pasipofil % 1,0 - 3,0 % 0,4 0,4 R (↓)
11 Gran % 50,0 - 70,0 % 82,2 82,2 T (↑)
12 Lim fosit % 25,0 - 40,0 % 13,0 13,0 R (↓)
13 Monosit 3,0 - 9,0 % 4,2 4,2 N
14 Basofil # < 1 ribu/ul 0,03 0,03 N
15 Eosinofil # < 3 ribu/ul 0,07 0,07 N
16 Gran # 2,50 - 7,00 ribu/ul 13,50 13,50 T (↑)
17 Limposit # 1,25 - 4,0 ribu/ul 2,1 2,1 N
20 Munosofit 0,30 - 1,00 ribu/ul 0,69 0,69 N
(Sumber : Rekam Medik Maret 2017)

Keterangan :
N = Normal
T = Tinggi
R = Rendah
Kesimpulan :

Berdasarkan data pemeriksaan biokimia diatas dapat diketahui bahwa kada

hemoglobin rendah yaitu 11,3 gr/dl.

Pembahasan :

Hemoglobin merupakan suatu protein pada sel darah yang bertugas

membawa oksigen ke dalam tubuh. maka jika suatu kondisi dimana tubuh

kekurangan darah (hemoglobin rendah) yang terjadi adalah oksigen yang

semestinya disalurkan oleh protein sel darah menjadi terhambat dan


berkurang. Pemeriksaan hemoglobin yang rendah bias disebabkan oleh

penyakit atau kelainan tertentu yang disebabkan oleh penyakit yang

menyebabkan kadar sel darah dalam tubuh menjadi berkurang. Secara umum

wanita dewasa menghasilkan hemoglobin sebesar 12,00 - 15,60 gr/dl, namun

hal ini bias berkurang yang dipengaruhi oleh kanker seperti Ca Ovarium

(Saputra, 2005).

D. Pemeriksaan Fisik dan Klinis

Tabel 2.5 Pemeriksaan Fisik dan Klinis pada tanggal 16 Maret 2017

Pemeriksaan Fisik
Pasien tampak pucat dan lemah, pasien juga mengeluh tidak bisa BAB sejak
5 hari yang lalu, BAB disertai darah segar, berbau dan nyeri dibagian perut
serta mual dan muntah.
Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan

Nadi 80 x/menit 60-140 x/menit Normal

Tekanan Darah 140/90 mmhg 120/80 mmHg Tinggi

Respirasi 24 x/menit 20-30 x/menit Normal

Suhu 36,2 ºC 36-37 ºC Normal

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan klinis dapat diketahui bahwa

pasien mengalami anemia dengan kadar Hb 11,3 gr/dl, Pasien tampak pucat

dan lemah, pasien juga mengeluh tidak bisa BAB sejak 5 hari yang lalu, BAB

disertai darah segar, berbau dan nyeri dibagian perut serta mual dan muntah.

Pembahasan :
Pada hasil pemeriksaan fisik dan klinis menunjukkan bahwa pasien

tampak pucat yang disebabkan oleh penurunan kadar hemoglobin karena

adanya penyakit yang dapat menghambat suplai protein dan oksigen keotak

melalui sel darah merah seperti penyakit kanker. Pada pemeriksaan nadi,

respirasi dan suhu tubuh normal, namun dengan tekanan darah pasien yaitu

tinggi (tidak normak yaitu 140/90 mmHg.

E. Pemeriksaan Menunjang

F. Asupan Recaal 24 jam

Tanggal : 16 Maret 2017

Tabel 2.7 Asupan Recall Pada Tanggal 16 Maret 2017 dibandingkan dengan
diet Rumah sakit
Energi (kkal Protein (gr) Lemak Karbohidrat
(gr) (gr)
Asupan 1459 kkal 46.1 gr 31.1 gr 258.7 gr

Standar RS 1838 kkal 95,5 gr 65 gr 218 gr

% Asupam 79,3 % 48,27 % 47,84 % 118,66 %


Keterangan :
< 60% : Defisit
60 – 69% : Kurang
70 – 75% : Sedang
>80% : Baik

Kesimpulan :

Pada hasil recall 24 jam pasien di rumah sakit pada tanggal 16 Maret

2017 dapat diketahui bahwa asupan energi defisit sedang, protein dan lemak

defisit berat dan karbohidrat termasuk dalam kategori baik.

G. Terapi Medis

Tabel 2.8 Terapi Medis

Jenis Obat / Tindakan Fungsi Interaksi dengan zat gizi

BAB III

DIAGNOSIS GIZI

A. Problem
1. Asupan oral tidak adekuat

2. Kelebihan asupan mineral natrium

3. Penurunan Hb darah

4. Adanya mual dan muntah

B. Penentuan Diagnosis Gizi

NI.2.1 Asupan oral food tidak adekuat berkaitan dengan mual dan muntah

serta hilangnya nafsu makan ditandai dengan penurunan berat

badan serta recaal 1x24 jam rendah yaitu Energi 1459 kkal, protein

46.1 gram, lemak 31,1 gram dan Karbohidrat 258,7 gram.

NI.5.2.7 Kelebihan asupan mineral natrium berkaitan dengan kebiasaan

makan (food frequency) suka mengkonsumsi kecap, sarden dan

ikan asin ditandai dengan tekanan darah 140/90 mmHg.

NC.2.2 Penurunan kadar Hb darah terkait gizi berkaitan dengan feses

berwarna kehitaman dan kadang disertai darah segar, intake makan

defisit ditandai dengan Hb 11,3 gr/dl.


BAB IV

INTERVENSI GIZI

A. Planning Intervensi Gizi

1. Terapi Diet

a. Jenis Diet :

b. Bentuk Makanan :

c. Route Pemberian : 3x sehari makanan utama dan 2x selingan

2. Tujuan Diet
a. Memberikan makanan seimbang sesuai dengan keadaan penyakit serta
daya terima pasien.
g. Memberikan makanan terutama tinggi Fe untuk meningkatkan kadar
Hb mencapai normal.
h. Natrium dibatasi untuk menurunkan tekanan darah
i. Mencegah atau menghambat penurunan berat badan secara berlebihan
j. Mengurangi rasa mual muntah dan diare.
k. Mengupayakan perubahan sikap dan perilaku sehat terhadap makanan
oleh pasien dan keluarganya.

3. Prinsip Diet
a. Energi tinggi
b. Protein tinggi
c. Lemak cukup
d. Karbohidrat cukup
e. Vitamin dan mineral cukup

4. Syarat Diet
a. Energi diberikan tinggi dengan mempertimbangkan faktor aktivitas dan
faktor stress pasien.
b. Protein diberikan tinggi yaitu 1-1,5 gr/Kg BBI
c. Lemak diberikan cukup yaitu 15-20% dari kebutuhan energy total.
d. Karbohidrat diberikan cukup berdasarkan sisa dari protein dan lemak
dari kebutuhan energy total.
e. Vitamin dan mineral diberikan cukup, terutama vitamin A, B kompleks,
C dan E.

5. Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi (Harris Benedict 1919)

a. Perhitungan

HBE Perempuan : 655 + (9,6 x BBI) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)

: 655 + (9,6 x 40,5) + (1,8 x 145) – (4,7 x 41)

: 655 + 388,8 + 261 – 192,7

: 1.304,5 – 192,7

: 1.111,8 kkal

Energi (kkal) : HBE x Faktor Aktivitas x Faktor Sterss

: 1.1118,8 x 1,2 x 1,4

: 1.867,82 kkal

Protein (gr) : 1,5 x BBI

: 1,5 x 40,5

: 60,75 gr

Protein (%) : 60,75 x 4

: 243
1.867,82

: 13,1 %

Lemak (kkal) : 15 % x kebutuhan energi


: 15 % x 1.867,82

: 280,173 kkal

Lemak (gr) : 280,173


9

: 31,13 gr

Karbohidrat (kkal): 71,9 % x kebutuhan energi

:71,9 % x 1.867,82

: 1.342,96 kkal

: 1.342,96
4

: 335,73 gr

b. Bahan Makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan


Tabel 4.1 Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan
Bahan Makanan Dianjurkan Tidak
dianjurkan/dibatasi
Sumber Nasi, mie (bukan instan), -
Karbohidrat ubi, kentang, tepung –
tepungan, makaroni bihun,
roti, biscuit, kue kering,
karbohidrat sederhana.
Sumber Protein Daging sapi, ayam, ikan, Dimasak dengan banyak
Hewani telur, susu, dan hasil olah minyak atau kelapa/ santan
seperti keju dan yoghurt. kental.

Sumber Protein Semua jenis kacang- Dimasak dengan banyak


Nabati kacangan dan hasil olahnya, minyak atau kelapa/ santan
seperti tempe, tahu, dan kental.
pindakas

Sayuran Semua jenis sayuran, Dimasak dengan banyak


terutama, terutama jenis B, minyak atau kelapa/ santan
seperti bayam, buncis, daun kental
singkong, kacang panjang,
labu siam, dan wortel
direbus, dikukus dan
ditumis.

Buah-buahan Semua jenis buah-buahan Buah-buahan yang bergas


segar dan jus buah. seperti, nagka dan durian.

Lemak dan Minyak Minyak kelapa sawit, Margarine, mentega,


minyak jagung, minyak santan kental.
wijen, santan encer.

Minuman Madu, sirup encer, teh dan Soft drink, minuman


kopi encer. rendah energi.

Bumbu bumbu yang tidak tajam, Bumbu yang tajam seperti


seperti bawang merah, cabe dan merica.
bawang putih, laos, daun
salam
Sumber : Penuntun Diet, 2010
c. Pembahasan preskripsi diet

Intervensi gizi yang diberikan kepada pasien Ny. R dengan

diagnose Ca Ovarium adalah diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP)

dan rendah garam III (RG), dengan bentuk makanan bubur biasa.

Pemberian diet tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya


penurunan berat badan dan memenuhi kebutuhan energyI dan protein

yang meningkat untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan

tubuh, memberikan makanan yang mudah dicerna untuk memenuhi

kebutuhan zat gizi di dalam tubuh serta mengurangi asupan natrium.

Pada hari pertama pasien direkomendasikan dengan kebutuhan

energi 1757,3 kkal, protein 64,3 gr, lemak 28,8 gr dan karbohidrat 315,6

gram. Pada hari kedua pasien direkomendasikan dengan kebutuhan

energi 1878.4 kkal, protein 68,4 gr, lemak 36,9 gr dan karbohidrat 319,6

gram. Sedangkan pada hari ketiga pasien direkomendasikan dengan

kebutuhan energi 1913,6 kkal, protein 71,3 gr, lemak 35 gr dan karbohidrat

327,8 gr. Pemeberian makan dilakukan tiga kali sehari makanan utama dan

dua kali makanan selingan yaitu siang dan sore. Makan utama siang dan sore

diberikan susu dancow, selingan siang diberikan buah dan selingan sore

diberikan kue untuk pasien kelas III. Pemberian snack dilakukan untuk

memenuhi kebutuhan zat gizi pasien seperti energi, protein, lemak dan

karbohidrat. Pasien selalu dimotivasi setiap hari untuk menghabiskan

makanannya dengan cara makan porsi kecil tapi sering karena pasien

mengalami mual dan muntah.

6. Rencana Monitoring dan Evaluasi

Tabel 4.2 Rencana Monitoring dan Evaluasi


Pengamatan Yang Diukur Pengukuran Evaluasi/target
Antropometri Berat badan Pada awal dan Berat badan
akhir pengamatan pasien tidak turun
Biokimia Hemoglobin Pada awal dan Hb meningkat
(Hb) akhir pengamatan mendekati kadar
normal
Leukosit Pada awal dan Turun mendekati
akhir pengamatan kadar normal
Hematokrit Pada awal dan Meningkat
akhir pengamatan mendekati kadar
normal
RDW-CV Pada awal dan Turun mendekati
akhir pengamatan kadar normal
MCH Pada awal dan Meningkat
akhir pengamatan mendekati kadar
normal
MCHC Pada awal dan Meningkat
akhir pengamatan mendekati kadar
normal
Pasipofil% Pada awal dan Meningkat
akhir pengamatan mendekati kadar
normal
Gran% Pada awal dan Turun mendekati
akhir pengamatan kadar normal
Limfosit% Pada awal dan Meningkat
akhir pengamatan mendekati kadar
normal
Gran# Pada awal dan Turun mendekati
akhir pengamatan kadar normal
Fisik dan Mual, muntah Setiap hari Mual dan muntah
Klinis tidak dirasakan
lagi
Nyeri dibagian Setiap hari Tidak dirasakan
perut lagi
BAB Setiap hari BAB lancer
setiap hari
Tekanan darah Setiap hari Turun mencapai
normal
Asupan zat Tingkat asupan Setiap hari Nafsu makan
gizi energy, protein, pasien meningkat
lemak, dan dengan tingkat
karbohidrat asupan energy,
protein, lemak
dan karbohidrat
≥80%.

7. Rencana Konsultasi Gizi


Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
Waktu : 10.30 WITA – Selesai
Tempat: Ruang PDW Bed 9
Alat : Leaflet
Metode : Ceramah dan Tanya Jawab

Tabel 4.3 Rencana Konsultasi


Masalah Gizi Tujuan Materi Konseling
Asupan oral food Agar kebutuhan Memberikan edukasi makanan
tidak zat gizi pasien dengan porsi kecil tapi sering.
tercukupi
Kelebihan asupan Agar tekanan Memberikan edukasi makanan
mineral natrium darah menjadi yang rendah natrium.
normal
Penurunan kadar Agar hasil nilai Memberikan edukasi makanan
Hb terkait gizi laboratorium dengan tinggi kandungan zat
hemoglobin besi
menjadi normal

B. Implementasi
1. Kajian Terapi Diet di Rumah Sakit
Jenis Diet : BB TKTP RG
Bentuk Makanan : Bubur Biasa
Cara Pemberian : Oral

Kajian Terapi Diet Rumah Sakit


Tabel 4.4 Kajian terapi diet rumah sakit dibandingkan dengan kebutuhan
pasien
Implementasi Energi Protein Lemak Karbohidrat
(kkal) (gr) (gr) (gr)
Makanan RS 1838 95,5 65 218
Infus -
Kebutuhan 1867,82 60,75 31,13 335,73
% makanan RS/ 98,40 % 157,20 % 208 % 64,93 %
kebutuhan

Pembahasan diet RS :
Terapi diet pada pasien penderita Ca Ovarium yang diberikan
oleh rumah sakit adalah jenis diet TKTP. Terapi diet tersebut sudah
baik, karena pemberian asupan energi protein, lemak dan karbohidrat
sudah mencukupi kebutuhan pasien salah satunya pasien yang berdiet
tinggi kalori dan tinggi protein. Energy diberikan tinggi 1,5 gr/kg BB,
lemak cukup dan karbohidrat cukup dari sisa protein dan lemak.

Tabel 4.5 Rekomendasi Diet ke -1 dibandingkan dengan kebutuhan


Implementasi Rekomendasi Kebutuhan Presentase
Energi 1757,3 kkal 1867,82 94,08%
Protein 64,3 60,75 105,84%
Lemak 28,8 31,13 92,51
Karbohidrat 315,6 335,73 94%

Tabel 4.6 Penerapan diet berdasarkan rekomendasi menu hari ke- 1

Tabel 4.7 Rekomendasi Diet ke -II dibandingkan dengan kebutuhan


Implementasi Rekomendasi Kebutuhan Presentase
Energi 1878,4 kkal 1867,82 kkal 100,56%
Protein 68,4 gr 60,75 gr 112,59%
Lemak 36,9 gr 31,13 gr 118%
Karbohidrat 319,6 335,73 gr 95,19%

Tabel 4.8 Penerapan diet berdasarkan rekomendasi menu hari ke- II

Tabel 4.9 Rekomendasi Diet ke - III dibandingkan dengan kebutuhan


Implementasi Rekomendasi Kebutuhan Presentase
Energi 1913,6 kkal 1867,82 kkal 102,45%
Protein 71,3 gr 60,75 gr 117,36%
Lemak 35 gr 31,13 gr 112,43%
Karbohidrat 327,8 gr 335,73 gr 97,63%

Tabel 4.8 Penerapan diet berdasarkan rekomendasi menu hari ke- II


2. Hasil Konseling Gizi
Penerima Konseling : Pasien dan keluarga
Waktu : 10.30 WITA – Selesai
Tempat : Ruang PDW Bed 9
Alat : Leaflet
Metode : Ceramah dan Tanya jawab

Tabel 4.9 Hasil Konseling Gizi


Tujuan Materi Konseling Hasil
Mencukupi Memberikan edukasi Pasien selalu berusaha
kebutuhan zat gizi makanan yang mudah menghabiskan
pasien dicerna sesuai dengan makanan yang
kemampuan pasien disajikan agar
kebutuhan pasien
terpenuhi
Agar hasil nilai Memberikan edukasi Pasien berusaha
laboratorium makanan dengan mengonsumsi makann
hemoglobin menjadi tinggi kandungan zat yang mengandung zat
normal besi besi

Anda mungkin juga menyukai