Anda di halaman 1dari 26

REFERAT

CANDIDIASIS VAGINALIS DAN BAKTERI


VAGINALIS

Disusun oleh :

Tri Pamungkas I. (16710192)

Dokter Pembimbing :

dr.Yuliana Arisanti, SpOG

KEPANITERAAN ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN


RSUD IBNU SINA GRESIK FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2017
BAB I

Pendahuluan

A. LATAR BELAKANG

Kandidiasis vaginalis merupakan satu dari penyakit jamur yang terbanyak setelah

vaginitis bakterial. Antara 20-25% dari kasus vaginalis disebabkan oleh infeksi kandida

(1,2,3). Diperkirakan 75% dari wanita dewasa didunia pernah menderita kandidiasis

vaginalis sekali selama hidup dan 40-50% akan mengalami episode kedua.

Wanita dengan kandidiasis vaginalis sering menghindar aktivitas seksual karena sakit,

tidak nyaman selama berhubungan dan bisa menularkan penyakit pada pasangannya (.

Keadaan ini dapat mengganggu fungsi seksual dan gangguan perkawinan serta

menurunkan kualitas hidup penderita .

Pengaruh psikososial penyakit bervariasi, sebagian sampai tidak ikut berpartisipasi

dalam kegiatan sosial, olah raga atau aktivitas yang lain, dan menyebabkan susah

berkonsentrasi dalam pekerjaan. Oleh karena itu penanganan penyakit ini perlu

dilakukan dengan baik

A. Penyebab

Kandida albikan penyebab terbanyak yang dapat diisolasi > 80% dari penderita

kandidiasis vagina. .
Kandida albikan dapat dijumpai dikulit yang

normal, vagina dan disaluran pencernaan.

Ditempat ini ia hidup sebagai saprofit tetapi

pada keadaan tertentu dengan pemakaian

antibiotika yang cukup lama atau keadaan

hormonal yang mengubah ekologi

sekelilingnya, maka kandida ini akan

tumbuh dengan cepat dan berubah bentuk dengan membuat miselia sehingga jamur ini

menjadi pathogen
BAB II

PEMBAHASAN

A. Faktor Predisposisi

1. Faktor Lokal

Mode pakaian ketat dan pakaian dalam yang dibuat dari serat sintetis rnenyebabkan

panas, kulit lembab, mengelupas dan permukaan mukosa genital sangat rentan

terhadap infeksi kandida. Efek ini diperberat oleh kegemukan. Hal ini ditambah dengan

serbuk pencuci yang gagal membunuh jamur yang mengkontaminasi pakaian dalam.

Kulit yang sensitif terhadap spray vagina, deodoran dapat menimbulkan kerusakan

integritas epitel vagina dan merupakan predisposisi dan infeksi

Kandidiasis vaginitis dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Apabila persiapan

hubungan seksual tidak adekuat, vagina relatif kering merupakan predisposisi

terjadinya trauma mukokutaneus yang mempermudah terjadinya infeksi .

2. Kehamilan

Koloni vagina rata-rata meningkat selama kehamilan dan insiden keluhan vaginitis

meningkat terutama pada trimester terakhir. Pedersen pada tahun 1969 menemukan

42% kandidiasis vagina pada kehamilan trimester terakhir dan menurun menjadi 11%
pada hari ke tujuh setelah melahirkan. Kandungan glikogen pada sel – sel vagina

meningkat dengan tingginya kadar hormon dalam sirkulasi. Ini mempertinggi proliferasi,

pengembangbiakan dan perlekatan dari kandida albikan. Pertumbuhan jamur akan

distimulasi dengan tingginya kadar hormon estrogen, karena hormon ini dapat

menurunkan PH vagina menjadi suasana yang lebih asam

3. Imunosupresi

Pemberian obat dalam jangka waktu yang lama terutama kortikosteroid sangat

berpengaruh terhadap pertumbuhan kandida albikan, oleh karena obat ini bersifat

imunosupresi. .

4. Diabetes Militus

Glukose yang tinggi pada urine dan peningkatan konsentrasi sekresi vagina pada

diabetes melitus mempertinggi pertumbuhan jamur

5. Pengobatan Antibiotika

Penggunaan antibiotika dapat mengurangi pertumbuhan bakteri yang sensitif tetapi

tidak berpengaruh terhadap kandida. Antibiotika dapat membunuh bakteri gram negatif

yang memproduksi anti kandida komponen, sehingga dapat merangsang pertumbuhan

kandida.
6. Kontrasepsi Oral

Episode gejala dari kandidiasis vagina biasanya lebih banyak pada wanita dengan

pemakaian kontrasepsi oral daripada wanita yang tidak. Dikatakan bahwa kontrasepsi

oral menyebabkan perubahan-perubahan pseudogestasional pada epitel vagina.

Penelitian yang dilakukan oleh Caterall dengan pil estrogen dosis tinggi rnendapatkan

hasil bahwa penderita kandidiasis vagina gagal diobati dengan bermacam-macam obat

dan segera sembuh setelah pemakaian kontrasepsi oral dihentikan. Tapi penelitian lain

tidak dapat menunjukan perbedaan frekuensi kandidiasis vagina dengan pemakaian pil

atau cara KB yang lain

B. Patogenesis

Diperkirakan sekitar 20% dari wanita seksual aktif mengandung strain kandida albikan

didalam saluran pencernaan dan vagina. Apakah kandida albikan dianggap sebagai

bagian dari flora normal vagina yang asimtomatik masih kontroversial. Beberapa

penulis menganggap beberapa perubahan lokal atau sistemik pada wanita dengan

daya tahan tubuh yang lemah dapat memudahkan timbulnya kandidiasis vagina (1,3).

Pada pasien dengan koloni kandida albikan, sering dihubungkan dengan trauma

vagina lokal yang kecil sebagai akibat dari hubungan seksual, pemasangan tampon

vagina atau perubahan bakteri yang dihubungkan dengan pemakaian antibiotika.


Tampaknya bahwa flora normal dapat menghasilkan komponen anti kandida yang

dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangbiakan jamur

Hipersensitifitas terhadap antigen kandida, penting dievaluasi pada beberapa wanita

dengan jamur yang sedikit, dapat merupakan reaksi imunitas humoral yang mempunyai

efek pada kandidiasis vagina. Sekresi antibodi mukosa mengandung sistem kompleks

yang terbanyak adalah imunoglobulin A. Tingginya level Ig A pada sekresi vagina dapat

mengurangi perlekatan kandida pada sel epitel dan mengurangi insiden vaginitis

Imunitas seluler dihubungkan dengan gangguan fungsi T sel, seperti pada keganasan

hematologi atau infeksi dengan human imunodefisiensi virus, sehingga dengan

menurunnya fungsi T sel, dapat menyebabkan insiden dan beratnya penyakit kandida

makin meningkat

Kandidiasis vaginitis yang rekuren terdapat beberapa faktor endogen dan eksogen

seperti diabetis melitus yang tidak terkontrol, penggunaan hormon estrogen,

penggunaan antibiotika berspektrum luas dan adanya penurunan daya tahan tubuh.

Faktor lainnya seperti penggunaan pakaian yang ketat dari bahan nilon dan tidak

adanya ventilasi dibawah pakaian memudahkan timbulnya infeksi karena peningkatan

keringat dan peningkatan suhu permukaan tubuh. Banyak wanita dengan kandidiasis

vagina rekuren tidak ditemukan faktor predisposisinya


Infeksi ulangan kandidiasis vaginitis dianggap berasal dari saluran pencernaan oleh

karena pada suatu penelitian organisme kandida albikan diperoleh dan 100% kultur

rektal pada wanita kandidiasis vaginitis merupakan strain yang sama

Peran transmisi hubungan seksual yaitu ditemukannya koloni kandida dikulit penis kira

– kira 20% dari laki – laki pasangan wanita dengan kandidiasis vagina yang rekuren.

Pada sulkus koronarius pada laki – laki yang tidak disirkumsisi. Kolonisasi asimtomatis

pada penis laki – laki 4 kali lebih sering pada laki – laki pasangan seksual dari wanita

yang terinfeksi. Strain yang ditemukan pada kedua pasangan seksual biasanya identik

Ada bukti bahwa wanita dengan kandidiasis vagina rekuren mempunyai kelainan

antigen kandida spesifik dalam sel mediated imuniti. Penelitian ini memberikan hipotesa

bahwa adanya imunodefisiensi didapat yang selektif pada wanita dengan kandidiasis

vagina yang rekuren, dengan rusaknya respon T limposit

C. Gejala Klinis

Kandidiasis vaginitis dijumpai pada masa seksual aktif dan dapat timbul pada

kehamilan. diabetes militus, penggunaan obat-obat imunosupresi dan antibiotika

spektrum luas. Peradangan pada vagina disertai gejala-gejala subyektif berupa gatal-

gatal, nyeri dan rasa panas. Vulva tampak bengkak, merah dan berfisura (5,10,11,12).
Pada pemeriksaan inspikulo mukosa vagina tertutup pseudomembran yang berwarna

putih seperti keju. Apabila pseudomembran diangkat akan tampak bercak-bercak

perdarahan. Sekret biasanya sedikit seperti air, tapi kadang-kadang banyak dan

berwarna putih, mengandung noda-noda seperti keju atau purulen. Labia mayora

tampak bengkak dan merah tertutup oleh lapisan putih. Lesi-lesi ini terasa amat sakit

sehingga menimbulkan dispareunia. Sedangkan sakit saat kencing disebabkan oleh

karena urine melewati vagina yang meradang

D. Diagnosis

Diagnosis kandidiasis vagina ditegakan berdasarkan gejala-gejala klinis yang khas dan

pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan mikologi

Penanganan

1. Penanganan Kandidiasis vaginalis Akut.

Pengobatan kandidiasis bersifat pengobatan topikal. Pengobatan topikal adalah

aplikasi obat pada selaput lendir yang terkena dalam jangka waktu cukup lama untuk

mengeleminasi jamur penyebabnya. Disamping pengobatan topikal perlu dicegah

autoinfeksi dari saluran pencernaan, reinfeksi dari partner seksual, serta pengobatan
faktor predisposisi. Faktor kebersihan penderita seperti menghindarkan pemakaian

pakaian dalam dari bahan sintetik dapat mempengaruhi keberhasilan pengobatan

Beberapa Jenis obat topikal dapat digunakan untuk pengobatan kandidiasis vaginitis.

Nistatin adalah suatu anti jamur golongan polien yang telah diisolasi dan streptomyces

naursei pada tahun 1949 dan bersifat fungisidal, adalah obat pertama . Nistatin

diberikan dalam bentuk tablet vagina atau pesarium dengan cara dimasukan sedalam –

dalamnya kedalam vagina 2 kali 100.000 iu sehari selama 7 – 14 hari. Apabila ada

infestasi kandida albikan disaluran pencernaan dapat diberikan nistatin tablet (500.000

iu) dengan dosis 4 kali 500.000 iu sehari selama 2 minggu untuk mencegah autoinfeksi

Mikonazole mempunyai cara kerja dengan mengadakan desintegrasi jamur. Dosis

yang dianjurkan tergantung dari sediaan yaitu :

 2% krim 5 gram intravagina selama 7 hari.

 200 mg supositoria vagina diberikan selama 3 hari.

 100 mg supositoria vagina diberikan selama 7 hari.

Pengobatan lokal ini memberikan hasil yang memuaskan tanpa efek samping

Klotrimazole bersifat fungistatik. cara kerjanya berdasarkan kemampuannya untuk

menghalangi terbentuknya asam amino esensial jamur. Dosis yang dianjurkan :


 1% kream 5 gr intra vagina selama 7-14 hari.

 100 mg tablet vagina diberikan selama 7 hari.

 100 mg tablet vagina diberikan 2 kali selama 3 hari.

 500 mg tablet vagina dosis tunggal.

Pengobatan kandidiasis vaginalis dengan klotrinazole topikal berhasil dengan baik

tanpa efek samping. Pengobatan sistemik secara oral dengan dosis terapi

menimbulkan berbagai efek samping yang mengganggu yaitu rasa nyeri di epigastrium,

kejang otot perut, mual, muntah dan diare

Ekonazole suatu derivat imidazole yang mempunyai struktur mirip dengan mikonazole.

Dosis yang diberikan adalah satu supositoria vagina 150 mg ekonazole diberikan

selama 3 hari.

Ketokenazole merupakan golongan imidazol dengan kasiat anti jamur spektrum luas.

Ketokenazole diberikan peroral dengan dosis 2 kali 200 mg selama 5 hari. Lama

pengobatan tergantung gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium. Efek samping obat

ini ringan hanya berupa gangguan gastrointestinal ringan dan pruritus

Flukonazole merupakan anti jamur oral yang bekerja melawan kandida albikan. Obat

ini diserap dengan baik pada pemberian peroral. Dosis flukonazole diberikan dengan

dosis tunggal 150 mg


2. Kandidiasis vaginalis Yang Rekuren.

Ada 2 teori yang biasanya dikemukakan dalam berbagai literatur tentang sumber dari

organisme penyebab pada infeksi yang rekuren. Teori reinfeksi mengatakan bahwa

organisme penyebab menginfeksi kembali kedalam vagina. Sumber dari infeksi adalah

dari saluran pencernaan atau dari hubungan kelamin. Sedangkan menurut teori relaps

mengatakan bahwa terjadi kegagalan dalam mengeradifikasi kandida dari vagina terjadi

kegagalan terapi. Adanya kandida persisten dalam lumen vagina yang sulit dideteksi

dengan swab vagina, kemudian infeksi muncul kembali dalam beberapa minggu atau

bulan setelah pengobatan dihentikan

A. Pengobatan kandidiasis vagina yang rekuren adalah sebagai berikut:

Ketokenazole 400 mg tiap hari selama 14 hari dilanjutkan 100 mg setiap hari selama

6 bulan efektif untuk mengurangi kekambuhan menjadi hanya 5%

Clotrimazole 500 mg vagina supositoria diberikan tiap minggu selama 6 bulan hanya

sedikit lebih efektif dibandingkan dengan plasebo .

Flukonazole 150 mg diberikan dosis tunggal setiap bulan 1 – 4 hari sesuda-h—

menstruasi selama 12 bulan. Selama phase pencegahan dengan 6% pasien mengalami

kandidiasis vagina yang rekuren, sedangkan yang diberikan plasebo mengalami


rekuren 18% .

Pengobatan pada suaminya dilakukan bila didapatkan balanopostitis.

Pengobatan ini memakai krim nistatin sekali sehari selama 2 minggu.

3. Penanganan Kandidiasis vaginalis Pada Wanita Hamil.

Sejak adanya bencana thalidomid pada awal tahun 1960, pemberian obat pada wanita

hamil banyak mendapat perhatian. Penelitian yang dilakukan oleh WHO mendapatkan

80% wanita hamil pernah mendapatkan pengobatan. Pasien senna menggunakan obat

sebelum mengetahui kehamilan mereka. pengobatan paaa wanita hamil perlu dipikirkan

mengenai efek sampmg pada fetus

Pengobatan kandidiasis pada wanita hamil adalah sebagai berikut.

Nistatin tablet vagina dibenkan dua kali 100.000 iu sehari selama 7-14 hari cukup

aman pada wanita hamil. Penelitian yang dilakukan oleh Rosa FW.Baun C. tahun 1987

pada 230 wanita hamil menyatakan nistatin aman digunakan pada wanita hamil .

Mikonazol bila digunakan pada wanita hamil sesuai dosis terapi dikatakan tidak

berhubungan dengan peningkatan kelainan kongenital .

Penggunaan klotrimazol 500 mg tablet vagina dosis tunggal pada wanita hamil

cukup aman
Pengunaan flukonazol pada wanita hamil tidak dianjurkan. Tapi tidak dapat disangkal

bahwa beberapa wanita hamil telah mendapat pengobatan flukonazol. Rubin dkk

melakukan penelitian 240 wanita hamil yang telah mendapat pongobatan flukonazol

150 mg dosis tunggal menemukan angka abortus kurang dari 10% dan angka kelainan

kongenital 2,5%. Angka ini tidak berbeda jaun aengan angka yang didapatkan pada

populasi umum
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Kandidiasis vaginalis merupakan satu dari penyakit jamur terbanyak setelah vaginalis

bakterial. Diperkirakan 75% wanita didunia ini pernah mendrita kandidiasis vagina

selama hidupnya minimal sekali. Kandidiasis vagina disebabkan oleh kandida albikan.

Faktor predisposisi dari kandidiasis vaginalis adalah kehamilan, imunosupresi,

gangguan metabolik, pengobatan antibiotika dan kontrasepsi oral.

Kandidiasis vaginalis mempunyai gejala utama adalah gatal pada vagina, vulva seperti

terbakar, disuri, dispareunia, adanya cairan vagina yang kental seperti keju.

Untuk menegakan diagnosis kandidiasis vaginalis perlu dilakukan pemeriksaan

mikioskopis untuk mencari adanya kandida albikan.

penanganan kandidiasis vaginalis yang penting adalah mengoreksi faktor lokal dan

sistemik untuk mencegah rekurensi penyakit. Beberapa obat anti jamur sangat efektif

untuk mengurangi gejala kandidiasis, tapi bila tidak diikuti dengan koreksi terhadap

faktor predisposisi maka sering terjadi rekurensi.


B.SARAN

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis

dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat

bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umum.


DAFTAR PUSTAKA

1. Hutabarat H. Radang dan beberapa penyakit lain pada alat-alat genital wanita.

Dalam : Wiknjosastro H, Saifuddin A B , Rachimhadhi T. Eds. Ilmu Kandungan.

Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, T994

2. Browse Tgl 26-9-2011 kandidiasis..(.www.google.com)


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Bacterial vaginosis ( BV ) adalah suatu kondisi patologis dimana terjadi


perubahan ekologi vagina oleh karena pertumbuhan Lactobacillus yang merupakan
flora normal dominan pada vagina digantikan oleh bakteri lain seperti Gardnerella
vaginalis dan bakteri-bakteri anaerob lainnya.1-3 Penyebab BV pada umumnya
belum diketahui secara jelas, namun BV dapat dihubungkan dengan adanya
peningkatan pH vagina dan perubahan sekret vagina.2,4 Pada penderita BV sekret
vagina menjadi berlebih dengan konsistensi cair, homogen, berwarna putih
keabuan, dan berbau amis.1,5,6 Perubahan ini merupakan keluhan yang sangat
mengganggu wanita sehingga membutuhkan pelayanan medis.

Penelitian-penelitian sebelumnya telah melaporkan angka kejadian BV di


beberapa negara, diantaranya Thailand 33 %, Afrika-Amerika 22,7 %, London 21
%, Indonesia 17 %, Jepang 14 %, Swedia 14 %, dan Helsinki 12 % . Beberapa
penelitian juga menunjukkan banyaknya penderita BV yang tidak menunjukkan
gejala ( asimtomatis ).1,4,5 Pada tahun 2005 di India terdapat 31,2 % wanita
dengan BV asimtomatis.5 Di Italia 5 % asimtomatis, di Peru 23 % asimtomatis dan
37 % simtomatis.1 Penelitian di Amerika Serikat melaporkan 11 % asimtomatis
dan 19 % simtomatis. Pada umumnya BV ditemukan pada wanita usia reproduktif
dengan aktifitas seksual yang tinggi dan promiskuitas. Penggunaan alat kontrasepsi
dalam rahim,usia menopause,vaginal douching, sosial ekonomi rendah, dan wanita
hamil juga merupakan faktor resiko terjadinya BV.6-8 Hasil penelitian di Thailand
menunjukkan 16 % kasus BV ditemukan pada ibu hamil dan di USA terdapat
16,3% BV pada ibu hamil.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah penyakit BV itu ?

2. Apa etiologi penyakit BV ?

3. Berapa lama masa inkubasi dan diagnosis penyakit BV ?

4. Bagaimana cara penularan,pencegahan dan penanggulangan penyakit BV?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui tentang penyakit BV.

2. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi penyebab penyakit BV.

3. Untuk menentukan lama masa inkubasi dan diagnosis penyakit BV.

4. Untuk mengetahui cara penularan,pencegahan dan penanggulangan penyakit


BV.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN

Bakterial vaginosis adalah kondisi vagina yang dapat menghasilkan vagina


yang bernanah dan hasil dari pertumbuhan berlebih dari bakteri normal dalam
vagina. Adanya infeksi ini, mencerminkan fakta bahwa ada beberapa jenis bakteri
yang secara alami hidup di daerah vagina dan dapat tumbuh secara berlebihan
(medicinenet.com). Menurut CDC, Bakterial vaginosis (BV) adalah infeksi
vagina yang paling umum pada wanita usia subur. Di Amerika Serikat, BV
umumnya terjadi pada wanita hamil atau wanita yang secara aktif berhubungan
seksusal.

BV merupakan penyakit yang hingga saat ini diagnosis dan penanganannya


masih problematik. Kepentingan diagnosis didasarkan pada pendapat umum bahwa
BV merupakan salah satu penyakit menular seksual (PMS ).9,10 Selain itu,
terbukti pula bahwa BV dapat menimbulkan masalah infeksi traktus
genitalis,misalnya infeksi intra amnion yang akan menyebabkan gangguan atau
penyulit selama kehamilan,antara lain kelahiran prematur, berat bayi lahir rendah
(BBLR), infeksi panggul (Pelvic Inflammatory Dissease/PID) setelah persalinan,
bahkan dapat terjadi abortus.

2.2 ETIOLOGI

Bakterial vaginosis disebabkan oleh ketidakseimbangan flora alami bakteri (bakteri


yang biasa ditemukan dalam vagina wanita). Bakterial vaginosis tidak sama
dengan kandidiasis (infeksi jamur) atau kandidiasis (infeksi jamur) Trichomonas
vaginalis (trikomoniasis) yang tidak disebabkan oleh bakteri (Nordqvist, 2010).

Bakterial vaginosis umumnya terjadi karena pengurangan jumlah hidrogen


peroksida normal yang memproduksi lactobacilli dalam vagina. Salah satu
penyebab bakterial vaginosis adalah Organisme Gardnerella vaginitis, namun
organisme tersebut bukan satu-satunya penyebab bakterial vaginosis. Bila beberapa
jenis bakteri menjadi tidak seimbang, seorang wanita dapat mengalami bakterial
vaginosis. Meskipun tidak berbahaya, tetapi kondisi ini dapat mengganggu
(Wahyuningsih, 2010).

Secara bersamaan, ada peningkatan konsentrasi bakteri jenis lain, terutama bakteri
anaerob (bakteri yang bisa tumbuh tanpa oksigen). Akibatnya, diagnosis dan
pengobatan tidak sesederhana seperti mengidentifikasi dan menghilangkan salah
satu jenis bakteri. Penggabungan bakteri menyebabkan infeksi yang tidak diketahui
(medicinenet.com).

2.3 DIAGNOSIS

Untuk mendiagnosa adanya penyakit bacterial vaginosis para ahli biasanya


mengambil sempel cairan vagina, kemudian memeriksanya engan mikroskop untuk
mendeteksi mikroorganisme yang terkait dengan vaginosis bakteri, Para ahli juga
,endiagnosa dengan melihat bau amis,tidak adanya bacteri lactobasilus dan
penurunan derajat keasaaman (PH) pada vagina.

2.4 CARA PENULARAN

Meskipun para ahli belum yakin bahwa hubungan seksual memiliki peranan
penting dalam terjadinya vaginosis bacteri,namun penyakit ini biasa di tularkan
melalui hubungan seksual atau bergonta ganti pasangan.
2.5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN

Bacterial vaginosis dapat dicegah dengan cara :

· Tidak menggunakan bahan kimia (cairan pembersih) untuk vagina

· Melakukan hubungan seksual hanya dengan pasangan yang sah

· Menjaga personal hygiene, seperti : sering mengganti pakaian (celana dalam)


agar tidak lembab

Terkadang vaginosis bacterial tidak memerlukan penanggulangan karena penyakit


ini akan sembuh dengan sendirinya . Hal ini akan terjadi apabila organisme
lactobasillus akan kembali ke level normal dan bakteri jahat dalam vagina
menurun.

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tes pH vagina merupakan salah satu tes skrining BV yang dapat


dilakukan pada ibu hamil. Adanya faktor resiko pada ibu hamil diantaranya
riwayat prematuritas dan BBLR dalam kaitannya dengan kejadian BV memberikan
peringatan bahwa BV merupakan hal yang perlu mendapatkan penanganan.

Dengan mempertimbangkan nilai sensitivitas tes pH vagina yang sangat


tinggi dan reliabilitas eksterna yang sangat baik dalam menapis BV pada ibu hamil
maka tes ini dapat dijadikan tes skrining BV pada ibu hamil. Apabila didapatkan
hasil skrining positif maka pemeriksaan dapat dilanjutkan dengan tes diagnostik
yang lebih akurat. Selain tes skrining BV, dibutuhkan pula edukasi yang tepat
mengenai upaya preventif terhadap kejadian BV pada ibu hamil sehingga ibu hamil
dapat terhindar dari berbagai faktor resiko BV.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Bacterial vaginosis ( BV ) adalah suatu kondisi patologis dimana terjadi


perubahan ekologi vagina oleh karena pertumbuhan Lactobacillus yang merupakan
flora normal dominan pada vagina digantikan oleh bakteri lain seperti Gardnerella
vaginalis dan bakteri-bakteri anaerob lainnya.1-3 Penyebab BV pada umumnya
belum diketahui secara jelas, namun BV dapat dihubungkan dengan adanya
peningkatan pH vagina dan perubahan sekret vagina.

Untuk mendiagnosa adanya penyakit bacterial vaginosis para ahli biasanya


mengambil sempel cairan vagina, kemudian memeriksanya engan mikroskop untuk
mendeteksi mikroorganisme yang terkait dengan vaginosis bakteri. Tes pH vagina
mempunyai nilai sensitivitas tinggi dan reliabilitas yang sangat baik meskipun
spesifisitasnya rendah. Namun demikian, dalam skrining sensitivitas yang tinggi
lebih diperlukan daripada spesifisitas. Oleh karena itu, tes pH vagina dapat
digunakan sebagai alat skrining BV pada ibu hamil.

3.2 SARAN

Diharapkan kepada para wanita, khususnya ibu-ibu untuk menjaga kebersihan


daerah genetalia, guna menjaga keseimbangan ph dan mencegah terjadinya infeksi
pada umumnya dan khususnya terjadinya vaginosis bacterial.
Untuk tenaga medis diharapkan dapat memberikan health education secara efektif
untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

· Holmes KK, Mardh PA, Sparling PF, Lemon SM, Stamm WE, Piot P,et al.
Bacterial vaginosis. Sexuall Transmitted Diseases. 3rd ed. New York:McGraw
Hill,2005:563-86.

· Keane F, Ison CA, Noble H, Estcourt C. Bacterial vaginosis. Sex


TransmInfect 2006;82 Suppl 4:18.

· Chaudry AN, Travers PJ, Yuenger J, Colletta L, Evans P, Zenilman JM, et


al. Analysis of vaginal acetic acid in patients undergoing treatment for bacterial
vaginosis. J Clin Microbiol 2004;42:5170-75.

· Schmid GP. The epidemiology of bacterial vaginosis. Int J Obstet Gynecol


1999;67:17-20.

· Bhalla P, Chawla R, Garg S, Singh MM, Raina U, Bhalla R, et al.


Prevalence of bacterial vaginosis among women in Delhi, India. Indian J Med Res
2007;125:167-72.

· Centers for Disease Control and Prevention. Sexually Transmitted Diseases


Treatment Guidelines, 2006. MMWR 2006: 55 (No. RR-11)

· Centers for Disease Control and Prevention. -. Bacterial Vaginosis – CDC


Fact Sheet. Diunduh dari : http://www.cdc.gov/std/bv/stdfact-bacterial-
vaginosis.htm (online) Diakses pada 25 April 2011 pukul 19:03

· Christian Nordqvist. 2010. What Is Bacterial Vaginosis? What Causes


Bacterial Vaginosis? Diunduh dari
: http://www.medicalnewstoday.com/articles/184622.php. diakses pada 25 April
2011 pukul 17:47

· Wahyuningsih, Merry. 2010. Bila Bakteri dalam Vagina Berlebih. Diunduh


dari : http://health.detik.com/read/2010/06/19/160029/1381904/766/bila-bakteri-
dalam-vagina-berlebih?ld991107763(online). Diakses pada 25 April 2011 pukul
18: 34

Anda mungkin juga menyukai