Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN SECTIO CAESARIA

DI RUMAH SAKIT HARAPAN MAGELANG

A. Definisi
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram
(Sarwono, 2009)
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer, 2002)
Jadi sectio caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan
janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan,
sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding
rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat.

B. Klasifikasi
1. Sectio cesaria transperitonealis profunda
Sectio cesaria transperitonealis propunda dengan insisi di segmen
bawah uterus. insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik
melintang atau memanjang. Keunggulan pembedahan ini adalah :
a. Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak.
b. Bahaya peritonitis tidak besar.
c. Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri
dikemudian hari tidak besar karena pada nifas segmen bawah
uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi seperti
korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
2. Sectio cacaria klasik atau section cecaria corporal
Pada cectio cacaria klasik ini di buat kepada korpus uteri,
pembedahan ini yang agak mudah dilakukan,hanya di
selenggarakan apabila ada halangan untuk melakukan section
cacaria transperitonealis profunda. Insisi memanjang pada segmen
atas uterus.
3. Sectio cacaria ekstra peritoneal
Section cacaria eksrta peritoneal dahulu di lakukan untuk
mengurangi bahaya injeksi perporal akan tetapi dengan kemajuan
pengobatan terhadap injeksi pembedahan ini sekarang tidak banyak
lagi di lakukan. Rongga peritoneum tak dibuka, dilakukan pada
pasien infeksi uterin berat.
4. Section cesaria Hysteroctomi
Setelah sectio cesaria, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi :
a. Atonia uteri
b. Plasenta accrete
c. Myoma uteri
d. Infeksi intra uteri berat

C. Etiologi

Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri
iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi
dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari
beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab
sectio caesarea sebagai berikut :
1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar
panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang
dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami.
Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang
membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus
dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul
yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat
menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga
harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut
menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan
ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang
langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih
belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan
eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal
paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini
amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak
berlanjut menjadi eklamsi.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu.
Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37
minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
4. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini
karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang
lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar
pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga
sulit untuk dilahirkan secara normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan
bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
6. Kelainan Letak Janin
a. Kelainan pada letak kepala
1) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan
dalam teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya
kelainan panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil
atau mati, kerusakan dasar panggul.
2) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala
yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang
terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
3) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada
posisi terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan
dagu, biasanya dengan sendirinya akan berubah menjadi
letak muka atau letak belakang kepala.
b. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di
bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak
sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki,
sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan
presentasi kaki. (Saifuddin, 2002)

D. Patofisiologi
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di
atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi
dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus,
distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk
janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan
SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif
berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek
fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan
ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris
bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka
dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang
mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa
bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak
pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-
kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan
mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi
ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah
banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang
tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang
menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan
menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan
terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian
diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat
dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan
yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga
menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu
dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga
berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi. (Saifuddin,
Mansjoer & Prawirohardjo, 2002)
E. Pathway

Insufisiensi plasenta Sirkulasi uteroplasenta Cemas pada janin

Timbul HIS Kadar kortisol menurun


Faktor predisposisi pada ibu :
1. Distorsi kepala panggul Tidak ada perubahan
2. Disfungsi uterus pada serviks
3. Distorsia jaringan lunak
4. Placenta previa dll Kelahiran terhambat

Post date

SC

Persalinan tidak normal

Defisiensi Pengetahuan Nifas Estrogen meningkat

(Post Pembedahan)
Ansietas Penurunan Laktasi

1. Nyeri
2. Hambatan
mobilitas fisik Diskontinuitas
3. Resiko Infeksi pemberian ASI
F. Pengkajian Keperawatan
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan
meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi
janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa.
1. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,
status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah
sakit nomor register , dan diagnosa keperawatan.
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu :
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung,
hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b. Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban
yang keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti
tanda-tanda persalinan.
c. Riwayat kesehatan keluarga :
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung,
DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin
penyakit tersebut diturunkan kepada klien.
4. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah
dini, dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta
kurangnya mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan
masalah dalam perawatan dirinya
b. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan
karena dari keinginan untuk menyusui bayinya.
c. Pola Aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan
tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan
keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
d. Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering
/susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena
terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari
uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut
untuk melakukan BAB.
e. Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur
karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah
persalinan
f. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain.
g. Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
h. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka
janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif
klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat
bayinya
i. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya,
lebih-lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien
terjadi perubahan konsep diri antara lain dan body image dan
ideal diri
j. Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan
seksual atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena
adanya proses persalinan dan nifas.
5. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang
terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid,
karena adanya proses menerang yang salah
c. Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata,
konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat
(anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan,
sklera kunuing
d. Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
e. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-
kadang ditemukan pernapasan cuping hidung
f. Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper
pigmentasi areola mamae dan papila mamae
g. Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih
terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
h. Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk
anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak
anak.
i. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena
ruptur
j. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal.
k. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah
turun, nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

G. Diagnosa Keperawatan
1. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.
2. Ansietas berhubungan dengan stress
3. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktifitas
5. Resiko infeksi
6. Diskontinuitas pemberian ASI berhubungan dengan kontraindikasi
terhadap menyusui

H. NANDA NIC NOC

Diagnosa Tujuan & Kriteria


No Intervensi
Keperawatan Hasil
1 Defisiensi NOC NIC
pengetahuan 1. Knowledge : Teaching : Disease Proses
berhubungan Disease Process 1. Berikan penilaian
dengan 2. Knowledge : tentang tingkat
keterbatasan Health Hehavior pengetahuan pasien
kognitif Kriteria Hasil : tentang proses penyakit
Definisi: 1. Pasien dan yang spesifik
Ketiadaan atau keluarga 2. Jelaskan
defisisensi menyatakan patofisiologidari
informasi pemahaman penyakit dan bagaimana
kognitif yang tentang penyakit, hal ini berhubungan
berkaitan kondisi, prognosis, dengan anatomi dan
dengan topic dan program fisiologi, dengan cara
tertentu pengobatan yang tepat.
2. Pasien dan 3. Gambarkan tanda dan
keluarga mampu gejala yang biasa muncul
melaksakan pada penyakit, dengan
prosedur yang cara yang tepat
dijelaskan secara 4. Identifikasi
benar kemungkinan penyebab,
3. Pasien dan dengan cara yang tepat
keluarga mampu 5. Sediakan informasi pada
menjelaskan pasien tentang kondisi,
kembali apa yang dengan cara yang tepat
dijelaskan 6. Hindari jaminan yang
perawat/tim kosong
kesehatan lainnya 7. Sediakan bagi keluarga
atau SO informasi
tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
8. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi dimasa yang
akan datang dan ata
proses pengontrolan
penyakit
9. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
10. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
11. Rujuk pasien pada grup
atau agensi di komunitas
local, dengan cara yang
tepat
12. Intruksikan pasien
mengenal tanda dan
gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat
2 Ansietas NOC : NIC :
berhubungan Outcomes to measure Suggested nursing
dengan stress resolution of intervention for problem
Definisi : diagnosis resolution
Perasaan tidak 1. Anxiety level 1. Anxiety reduction
nyaman atau 2. Social anxiety level 2. Calming technique
kekhawatiran 3. Coping enhancement
yang samar Kriteria hasil : 4. Relaxation therapy
disertai respons Kecemasan pada klien
autonom mengalami penurunan Anxiety Reduction
(sumber sering dan klien merasa lebih 1. Mendengarkan penyebab
kali tidak rileks dan nyaman. kecemasan klien dengan
spesifik atau penuh perhatian
tidak diketahui 2. Observasi tanda verbal
oleh individu); dan non verbal dari
perasaan takut kecemasan klien
yang disebabkan
oleh antisipasi Calming Technique
terhadap bahaya.
1. Menganjurkan keluarga
untuk tetap mendampingi
klien
2. Mengurangi atau
menghilangkan
rangsangan yang
menyebabkan kecemasan
pada klien

Coping enhancement

1. Meningkatkan
pengetahuan klien
mengenai glaucoma.
2. Menginstruksikan klien
untuk menggunakan
tekhnik relaksasi

3 Nyeri akut NOC : NIC


berhubungan 1. Pain Level, Pain Management
dengan agen 2. Pain control 1. Lakukan pengkajian nyeri
cedera fisik 3. Comfort level secara komprehensif
Definisi : Kriteria Hasil : termasuk lokasi,
Pengalaman 1. Mampu karakteristik, durasi
sensori dan mengontrol nyeri frekuensi, kualitas dan
emosional yang (tahu penyebab faktor presipitasi
tidak nyeri, mampu 2. Observasi reaksi
menyenangkan menggunakan nonverbal dan
yang muncul tehnik ketidaknyamanan
akibat kerusakan nonfarmakologi 3. Gunakan teknik
jaringan yang untuk mengurangi komunikasi terapeutik
aktual atau nyeri, mencari untuk mengetahui
potensial atau bantuan) pengalaman nyeri pasien
digambarkan 2. Melaporkan bahwa 4. Kaji kultur yang
dalam hal nyeri berkurang mempengaruhi respon
kerusakan dengan nyeri
sedemikian rupa menggunakan 5. Evaluasi pengalaman
(International manajemen nyeri nyeri masa lampau
Association for 3. Mampu mengenali 6. Evaluasi bersama pasien
the study of nyeri (skala, dan tim kesehatan lain
Pain): awitan intensitas, tentang ketidakefektifan
yang tiba-tiba frekuensi dan kontrol nyeri masa Iampau
atau lambat dan tanda nyeri) 7. Bantu pasierl dan keluarga
intensitas ringan 4. Menyatakan rasa untuk mencari dan
hingga berat nyaman setelah menemukan dukungan
dengan akhir nyeri berkurang 8. Kontrol lingkungan yang
yang dapat dapat mempengaruhi nyeri
diantisipasi atau seperti suhu ruangan,
diprediksi dan pencahayaan dan
berlangsung <6 kebisingan
bulan.="" 9. Kurangi faktor presipitasi
span=""> nyeri
10. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
11. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
12. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
13. Berikan anaIgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
17. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
8. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
9. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
10. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala
4 Hambatan NOC NIC
mobilitas fisik  Joint Movement : Exercise therapy :
berhubungan Active ambulation
dengan 1. Mobility level 1. Monitoring vital sign
intoleransi 2. Self care : ADLs sebelum/sesudah latihan
aktifitas 3. Transfer dan lihat respon pasien
Definisi : performance saat latihan
Keterbatasan 2. Konsultasikan dengan
pada pergerakan Kriteria Hasil: terapi fisik tentang
fisik tubuh atau 1. Klien meningkat rencana ambulasi sesuai
satu atau lebih dalam aktivitas dengan kebutuhan
ekstremitas fisik 3. Bantu klien untuk
secara mandiri 2. Mengerti tujuan menggunakan tongkat saat
dan terarah. dan peningkatan berjalan dan cegah
mobilitas terhadap cedera
3. Memverbalisasika 4. Ajarkan pasien atau
n perasaan dalam tenaga kesehatan lain
meningkatkan tentang teknik ambulasi
kekuatan dan 5. Kaji kemampuan pasien
kemampuan dalam mobilisasi
berpindah 6. Latih pasien dalam
4. Memperagakan pemenuhan kebutuhan
penggunaan alat ADLs secara mandiri
5. Bantu untuk sesuai kemampuan
mobilisasi (walker) 7. Dampingi dan Bantu
pasien saat mobilisasi dan
bantu penuhi kebutuhan
ADLs pasien.
8. Berikan alat bantu jika
klien memerlukan.
9. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan
berikan bantuan jika
diperlukan.
5 Resiko infeksi NOC NIC
Definisi : 1. Immune Status Infection Control (Kontrol
Mengalami 2. Knowledge : infeksi)
peningkatan Infection control 1. Bersihkan lingkungan
resiko terserang 3. Risk control setelah dipakai pasien
organisme lain
patogenik Kriteria Hasil : 2. Pertahankan teknik
1. Klien bebas dari isolasi
tanda dan gejala 3. Batasi pengunjung bila
infeksi perlu
2. Mendeskripsikan 4. Instruksikan pada
proses penularan pengunjung untuk
penyakit, faktor mencuci tangan saat
yang berkunjung dan setelah
mempengaruhi berkunjung
penularan serta meninggalkan pasien
penatalaksanaanny 5. Gunakan sabun
a antimikrobia untuk cuci
3. Menunjukkan tangan
kemampuan untuk 6. Cuci tangan setiap
mencegah sebelum dan sesudah
timbulnya infeksi tindakan keperawatan
4. Jumlah leukosit 7. Gunakan baju, sarung
dalam batas tangan sebagai alat
normal pelindung
5. Menunjukkan 8. Pertahankan lingkungan
perilaku hidup aseptik selama
sehat pemasangan alat
9. Ganti letak IV perifer
dan line central dan
dressing sesuai dengan
petunjuk umum
10. Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
11. Tingktkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik
bila perlu
13. Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
14. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan
lokal
15. Monitor hitung
granulosit, WBC
16. Monitor kerentangan
terhadap infeksi
17. Batasi pengunjung
18. Sering pengunjung
terhadap penyakit
menular
19. Pertahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko
20. Pertahankan teknik
isolasi k/p
21. Berikan perawatan kulit
pada area epidema
22. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
23. Inspeksi kondisi luka /
insisi bedah
24. Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
25. Dorong masukan cairan
26. Dorong istirahat
27. Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
28. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
29. Ajarkan cara
menghindari infeksi
30. Laporkan kecurigaan
infeksi
31. Laporkan kultur positif
6 Diskontinuitas NOC Bottle Feeding
pemberian ASI 1. Breastfeding 1. Posisikan bayi semi-
berhubungan ineffective fowler
dengan 2. Breathing Pattern 2. Letakkan pentil dot diatas
kontraindikasi Ineffective Iidah bayi
terhadap 3. Breasfeeding 3. Monitor atau evaluasi
menyusui interupted reflek menelan sebelum
memberikan susu
Definisi : 4. Tentukan sumber air yang
Kriteria Hasil :
1. Menyusui secara digunakan untuk
Penghentian
mandiri mengencerkan susu
kontinuitas
2. Tetap formula yang kental atau
proses
mempertahankan dalam bentuk bubuk
pemberian ASI
laktasi 5. Tentukan kandungan
akibat
fluoride air yang
ketidakmampua 3. Pertumbuhan dan
perkembangan digunakan untuk
n atau kesalahan
bayi dalam batas mengencerkan formula
dalam
normal bubuk atau konsentrat dan
mengubah posisi
4. Mengetahui tanda- rujuk penggunaan
bayi pada
tanda penurunan suplemen fluor . Jika
payudara untuk
suplai ASl diindikasikan
menyusui.
5. Ibu mampu 6. Pantau berat badan bayi.
mengumpulkan jika diperlukan
dan menyimpan 7. Ingatkan orang tua atau
ASI secara aman pengasuh bayi tentang
6. Penyapihan penggunaan Oven
pemberian ASI microwave untuk
diskontinuitas menghangatkan formula
progresif 8. Instruksikan dan
pemberian ASI demosntrasikan kepada
7. Kemampuan orang tua teknik
penyedia membersihkan mulut bayi
perawatan untuk setelah bayi diberikan
mencairkan, susu.
menghangatkan, Lactation Supresion
dan menyimpan 1. Fasilitasi proses bantuan
ASI secara aman interaktif untuk membantu
8. Menunjukkan mempertahankan
teknik dalam keberhasilan proses
memompa ASI pemberian ASI
9. Berat badan bayi = 2. Sediakan informasi
masa tubuh tentang laktasi dan teknik
10. Tidak ada respon memonpa ASI (secara
alergi sistemik manual atau dengan
11. Respirai status : pompa elektrik), cara
jalan nafas. mengumpulkan dan
pertukaran gas, menyimpan ASI
dan ventilasi 3. Tunjukkan dan
nafas bayi demonstrasikan berbagai
adekuat jenis pompa payudara,
12. Tanda-tanda vital tentang biaya, keefektifan
bayi dalam batas dan ketersediaan alat
normal. tersebut
4. Ajarkan pengasuh bayi
mengenal topic-topik,
seperti penyimpanan dan
pencairan ASI dan
penghindaran memberi
susu botol pada dua jam
sebelum ibu pulang
5. Ajarkan orang tua
mempersiapkan,
menyimpan,
menghangatkan dan
kemungkinan pemberian
tambahan susu formula
6. Apabila penyapihan
diperlukan, informasikan
ibu tentang kembalinya
proses ovulasi dan seputar
alat kontrasepsi yang
sesuai
Lactation
1. Menggunakan bantuan
interaktif untuk membantu
ibu mempertahankan
2. Keberhasilan proses
pemberian ASI
Counseling
1. Beri dorongan untuk tetap
melanjutkan menyusui
2. sepulang kerja atau
sekolah
Daftar Pustaka

Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta :


Yayasan Bina Pustaka
Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana, Jakarta : EGC
Saifuddin, AB. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta : penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.

Anda mungkin juga menyukai