Tiga Provinsi di Sulawesi yakni Sulawesi Tengah (Sulteng), Gorontalo dan Sulawesi Utara
(Sulut) sepakat untuk menjalin kerjasama antar wilayah. Kerjasama antar tiga provinsi itu
memuat sejumlah isu penting yakni menyangkut batas wilayah, ketahanan pangan, barang/aset
daerah, kepurbakalaan dan koordinasi keamanan.
kerjasama lintas provinsi itu sangat penting, karena memuat isu isu strategis yang
bersinggungan langsung dengan tiga wilayah tersebut. Kerjasama dibutuhkan untuk
menyatukan kesamaan sikap, persepsi serta arah kebijakan dalam pengelolaan isu tersebut.
Untuk isu tapal batas, saat ini belum bisa merampungkan semua batas wilayah antar ketiganya.
Pilar batas antara Gorontalo dan Sulteng misalnya, saat ini yang baru terpasang 21 pilar
dari target 70 pilar utama. Untuk batas wilayah Gorontalo-Sulut ada 20 pilar dari target
sebanyak 36 pilar tapal batas. Demikian pula dengan potensi ketahanan pangan, di mana setiap
daerah sudah menetapkan komoditi unggulannya. Diharapkan kerjasama tersebut mampu
mendorong perputaran dan distribusi arus barang khususnya komoditi pangan antara kedua
daerah.Hal lain yang menarik terkait kerjasama ketahanan pangan yakni menyangkut
kesepakatan dan intervensi harga pangan di pasaran. Intervensi harga tersebut dinilai penting
untuk menjaga kestabilan harga dan melindungi petani dari potensi kerugian yang disebabkan
anjloknya harga pangan.
http://degorontalo.co/gorontalo-sulut-sulteng-teken-kerjasama-wilayah/
a. Kebijakan Umum
Mengingat posisi strategis, peran, fungsi, permasalahan dan potensi yang dimiliki, maka pilihan
kerjasama antar daerah yang dilakukan pemerintah Kabupaten Grobogan adalah menjalin kerja
sama strategis dengan daerah/kabupaten/kota lain sekitar dalam provinsi dan dengan
pemerintah daerah/kabupaten/kota lain di luar provinsi Jawa Tengah.
Kerjasama antar daerah dalam provinsi dilakukan dengan kabupaten tetangga yang
dilaksanakan atas dasar keterikatan wilayah dalam banyak aspek untuk menciptakan hubungan
harmonis dan sinergitas pembangunan antar daerah, kerjasama ini dijalin melalui forum
kedungsepur.
b. Kegiatan
Kegiatan kerjasama antar daerah yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Grobogan pada Tahun
2015 adalah :
Kegiatan Fasilitasi Kerjasama Antar Daerah, berupa kerjasama antar daerah regional 6
(enam) wilayah yang terdiri dari Kabupaten Kendal, Grobogan, Demak, Semarang, Kota
Semarang dan Kota Salatiga melalui Forum Kedungsepur.
Kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) dan Mediasi Kerjasama Bidang
Ketransmigrasian dengan Pemerintah Daerah Penerima.
Perjanjian Kerja Sama dengan Pemerintah Kabupaten Kayong Utara Provinsi Kalimantan
Barat, tentang penyelenggaraan transmigrasi umum di lokasi Desa Satai Lestari, UPT
Satai Lestari 3 Kecamatan Pulau Maya.
Perjanjian Kerja Sama dengan Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan
Barat, tentang penyelenggaraan transmigrasi umum di lokasi Desa Keliling Semulung
UPT Keliling Semulung SP. 1 Kecamatan Kirin Nangka.
Perjanjian Kerja Sama dengan Pemerintah Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo,
tentang penyelenggaraan transmigrasi umum di lokasi Desa Ayumolingo UPT.
Ayumolingo Kec. Putubala.
a. Permasalahan
b. Solusi
Bidang Kerjasama
1. Untuk kerjasama antar daerah pada Forum Kedungsepur, hasil yang dicapai :
a. Telah ditandatanganinya MoU sebagai dasar hukum dalam kerjasama antar
daerah, antara lain:
Keputusan bersama tentang pembentukan Badan Kerjasama Antar
Daerah Pemerintah Kabupaten Kendal, Pemkab. Demak, Pemkab.
Semarang, Pemkot. Salatiga, Pemkot. Semarang dan Pemkab. Grobogan
(Kedungsepur).
Keputusan bersama tentang Pembentukan Sekber Badan Kerjasama
Antar Daerah Pemerintah Kabupaten Kendal, Pemkab. Demak, Pemkab.
Semarang, Pemkot. Salatiga, Pemkot. Semarang dan Pemkab. Grobogan
(Kedungsepur).
Kesepakatan bersama tentang kerjasama bidang pemerintahan,
pembangunan dan kemasyarakatan di wilayah Kedungsepur.
b. Telah disepakati tentang rencana Kerjasama Bidang Pariwisata Kedungsepur,
yang sampai saat ini Draft Perjanjian dimaksud masih dalam pembahasan.
2. Kesepakatan Bersama antara Gubernur Jawa Tengah dengan Bupati Grobogan, tentang
Pengembalian Kewenangan Sekolah Luar Biasa di Kabupaten Grobogan Kepada
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, dengan hasil yang dicapai terwujudnya kesepakatan
mengenai pengembalian kewenangan pengelolaan SLB dari Pemerintah Kabupaten
Grobogan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
3. Hasil kerjasama dengan Provinsi Jawa Tengah dalam bidang kesehatan adalah pelayanan
kesehatan masyarakat miskin peserta Jamkesda yang dilayani oleh RS Provinsi Jawa
Tengah.
4. Tercapainya kesepakatan antara pihak selaku daerah pengirim dengan daerah penerima
calon transmigran.
https://grobogan.go.id/kerjasama-antar-daerah/860-kerjasama-antar-daerah-tahun-
2014
pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam tahun 2016 ini melakukan kerjasama dengan 11 provinsi untuk
menyukseskan program transmigrasi. Kerjasama antar provinsi tersebut, kemudian ditindaklanjuti oleh
kerjasama antara kabupaten/kota di Jawa Barat sebagai pengirim dan kabupaten/kota di 11 provinsi
tersebut sebagai penerima para transmigran.Kerjasama antara Provinsi Jawa Barat dengan 11 provinsi
tersebut difasilitasi oleh Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Sedangkan turunannya, yaitu kerjasama antar daerah kabupaten/kota pengirim di Jabar dengan
kabupaten penerima di 11 provinsi tersebut, difasilitasi oleh Disnakertrans Provinsi Jawa Barat, ke-11
provinsi tersebut masing-masing Provinsi Riau, Bengkulu, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat dan Provinsi
Maluku Utara.
http://jabarprov.go.id/index.php/news/16379/Kerjasama_11_Provinsi_Untuk_Transmig
rasi
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 3 s.d. 4 Mei
2018 mengadakan kegiatan Forum Kerjasama Antar Daerah (KSAD) Ketransmigrasian Tahun 2018
Maksud adanaya Perjanjian Kerjasama adalah untuk menyukseskan penyelenggaraan program
transmigrasi dari Kabupaten/ Kota asal ke Kabupaten tujuan, sehingga terjadi persebaran penduduk
yang serasi dan seimbang dengan daya dukung alam dan daya tamping lingkungan, peningkatan
kesejahteraan transmigran dan masyarakat sekitarnya, peningkatan pemerataan pembangunan daerah,
serta dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, sedangkan tujuannya yaitu untuk
meningkatkan kelancaran penyelenggaraan program transmigrasi di daerah asal dan daerah tujuan
dalam rangka memberdayakan potensi masing-masing daerah dalam rangka mewujudkan transmigran
dan masyarakat di sekitar kawasan transmigrasi yang mandiri, produktif, kompetitif, dan sejahtera.
Dalam kegiatan ini Kabupaten Kulon Progo melaksanakan pembahasan naskah Kerjasama Antar Daerah
(KSAD) dengan 6 (enam) Kabupaten tujuan yaitu, Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo, Kabupaten
Pohuwato Provinsi Gorontalo, Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara, Kabupaten Mamuju Tengah
Provinsi Sulawesi Barat, Kabupaten Kayong Utara Provinsi Kalimantan Barat, Kabupaten Simeulue
Provinsi Aceh.
http://nakertrans.kulonprogokab.go.id/article-919-pembahasan-kerjasama-bidang-
transmigrasi.html
68328
Rencana Aksi
Pengembangan dan Penguatan
Kerjasama Antar Daerah
Foto pada halaman sampul merupakan hak cipta World Bank Photo Library.
RENCANA AKSI
PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA
ANTAR DAERAH
DAFTAR
ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Penyusunan Rencana Aksi
1.2 Tujuan dan Manfaat Rencana Aksi
1.3 Tahapan Penyusunan Rencana Aksi
1.4 Sistematika Pembahasan
REFERENSI
LAMPIRAN
A. TEORI & BEST PRACTICE KAD
B. DOKUMENTASI WORKSHOP & RAPAT SOSIALISASI (TAHAP I & II) PERATURAN KAD
C. PERATURAN – PERATURAN KAD
ii | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Variasi Bentuk Kerja Sama Antar Daerah Di Indonesia
Bagan 2.2 Penyusunan Rencana Aksi Penguatan Dan Pengembangan KAD
Bagan 2.3 Penyajian Rencana Aksi Penguatan Dan Pengembangan KAD
DAFTAR MATRIK
Matrik 1 Tinjauan Umum Rencana Aksi
Matrik 2.1 Rencana Aksi Berdasarkan Kegiatan Utama (Tahap 1)
Matrik 2.2 Rencana Aksi Berdasarkan Kegiatan Utama (Tahap 2)
Matrik 2.3 Rencana Aksi Berdasarkan Kegiatan Utama (Tahap 3)
Matrik 2.4 Rencana Aksi Berdasarkan Kegiatan Utama (Tahap 4)
Matrik 2.5 Rencana Aksi Berdasarkan Kegiatan Utama (Tahap 5)
Matrik 3.1 Rencana Aksi Berdasarkan Rincian Kegiatan Utama (Tahap 1)
Matrik 3.2 Rencana Aksi Berdasarkan Rincian Kegiatan Utama (Tahap 2)
Matrik 3.3 Rencana Aksi Berdasarkan Rincian Kegiatan Utama (Tahap 3)
Matrik 3.4 Rencana Aksi Berdasarkan Rincian Kegiatan Utama (Tahap 4)
Matrik 3.5 Rencana Aksi Berdasarkan Rincian Kegiatan Utama (Tahap 5)
Matrik 4 Rencana Aksi Berdasarkan Output
Matrik 5 Rencana Aksi Berdasarkan Waktu Pelaksanaan
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Arah Kebijakan Dan Strategi Pembangunan Direktorat Jenderal
Pemerintah
Umum
Tabel 2.2 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemerintah Umum (Ditjen
PUM)
Tabel 2.3 Kegiatan Subdit Kerjasama Daerah Tahun 2011
iii | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011
DAFTAR SINGKATAN
BKAD Badan Kerjasama Antar Daerah
BKSP Badan Kerjasama Pembangunan
DSF Decentralization Support Facility
Ditjen PUM Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum
FGD Focus Group Discussion
Jabodetabekjur Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Cianjur
KAD Kerjasama Antar Daerah
Kartamantul Yogyakarta, Sleman, Bantul
KPDT Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal
Monev Monitoring dan Evaluasi
MoU Memorandum of Understanding
Pokja Kelompok Kerja
RM Regional Manajemen
RPJPN Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Renstra Rencana Strategis
Sekber Sekretrariat Bersama
Subosukowonosraten Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar,
Wonogriri,
Sragen and Klaten
Subdit KAD Sub Direktorat Kerjasama Daerah, Direktorat
Jenderal
Pemerintahan Umum
TKKSD Tim Koordinasi Kerjasama Daerah
3K Komunikasi, Kerjasama dan Koordinasi
iv |
P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
RENCANA AKSI
PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN
KERJASAMA ANTAR DAERAH
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penyusunan Rencana Aksi
1|Page
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Tujuan dari penyusunan Rencana Aksi Pengembangan dan Penguatan Kerja Sama
Antar Daerah adalah
sebagai panduan bagi Ditjen PUM terutama Subdit Kerjasama Daerah (selanjutnya
disingkat menjadi
Subdit KAD) dalam mendukung Pemerintah Daerah untuk mengimplementasikan kerja
sama antar
daerah dengan lebih efektif. Rencana aksi ini juga dimaksudkan untuk
memudahkan Subdit KAD di
dalam menyusun Rencana Kegiatan dan Anggaran di tahun berikutnya. Lebih jauh
lagi rencana aksi ini
nantinya diharapkan dapat menjadi panduan bagi Ditjen PUM dalam mendorong
pihak pemerintah
daerah untuk melaksanakan KAD serta mengembangkan dan memperkuat KAD yang
sudah terbentuk di
Indonesia. Pembahasan Rencana Aksi akan terfokus pada lingkup kerjasama
peningkatan pelayanan
publik yang terjadi antara sesama pemerintah kabupaten/kota maupun propinsi
yang secara geografis
berbatasan langsung dan tidak mencakup kerjasama antara daerah dengan pihak
ketiga ataupun luar
negeri.
Penyusunan rencana aksi ini diharapkan juga bisa dimanfaatkan oleh pemerintah
provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota di dalam mengembangkan dan menguatkan kerjasama
antar daerah yang
sudah terbentuk dan atau baru akan dimulai di daerah masing – masing,
sehingga di dalam penyajiannya
rencana aksi ini juga akan memuat dan menjelaskan peran pemerintah
kabupaten/kota dan provinsi.
2|Page
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Hasil dari kegiatan pertama dan kedua kemudian dituliskan dalam bentuk
laporan pendahuluan,
yang dalam bentuk ringkas dapat ditemukan di bagian lampiran dari rencana
aksi ini.
3. Menyusun Draft Rencana Aksi yang didasari oleh hasil kegiatan pertama dan
kedua
4. Melakukan 2 kali Diskusi Kelompok Terarah (Focus Group Discussion) pada
kegiatan sosialisasi
perundangan yang diselenggarakan oleh Subdit KAD Ditjen PUM. Partisipan
diskusi terdiri dari
sekitar 50 orang yang tupoksinya terkait dengan KAD berasal dari
Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota/Propinsi yang berbeda. Diskusi ini dilakukan dengan tujuan
untuk mendapatkan
masukan terhadap draft awal dari rencana aksi yang telah disusun.
5. Menyelenggarakan Workshop 2: Pembahasan Draft Rencana Aksi
Setelah diperoleh masukan dari kegiatan sosialisasi, draft rencana aksi
tersebut kemudian dibahas
dalam suatu workshop yang dihadiri oleh para ahli dan praktisi KAD serta
pihak lembaga dan
kementrian terkait, dengan tujuan:
a) Mempresentasikan dan mendiskusikan draft rencana aksi penguatan dan
pengembangan KAD
b) Mendapatkan masukan secara terperinci dari partisipan workshop untuk
mematangkan draft
Rencana Aksi
6. Menyusun Laporan Akhir
Masukan yang diperoleh dari hasil kegiatan workshop II diintegrasikan ke
dalam draft rencana aksi
yang diusulkan tim DSF, yang kemudian dibuat dalam bentuk Laporan Akhir
Rencana Aksi
Pengembangan dan Penguatan Kerja Sama Antar Daerah.
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar belakang penyusunan rencana aksi, tujuan dan manfaat rencana aksi,
tahapan penyusunan
rencana aksi serta sistematika pembahasan laporan rencana aksi ini
dipaparkan di bagian
pendahuluan.
BAB 3 RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJA SAMA ANTAR DAERAH
Dalam bab 3 akan diuraikan rencana aksi 5 tahunan dari Subdit KAD Ditjen PUM
di dalam upayanya
untuk menumbuhkembangkan KAD. Rencana aksi ini akan disusun berdasarkan
hasil analisa
kebutuhan yang diperoleh dari kondisi pemetaan dikaitkan dengan kondisi
ideal yang kemudian
diperkaya dan dipertajam dengan hasil workshop yang akan diselenggarakan
khusus untuk membahas
(usulan) rencana aksi ini.
BAB 4 RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJA SAMA ANTAR DAERAH
Dalam bab 4 akan disajikan beberapa kegiatan dari Bab 3 atau dari Rencana
Aksi yang bisa
dilaksanakan oleh Ditjen PUM pada tahun 2012 dengan menggunakan pendanaan
dari APBN ataupun
sumber dana lainnya. Kegiatan -kegiatan ini dinamakan Kegiatan Jangka
Pendek.
LAMPIRAN
Bagian lampiran akan menampilkan tiga bagian utama yaitu:
Teori & Best practice KAD
Dokumentasi Workshop serta Rapat Sosialisasi I & II Peraturan
Perundangan KAD
Peraturan – peraturan KAD
Bagian lampiran merupakan bagian yang bersifat melengkapi rencana aksi ini.
4|Page
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Pertama, kajian teori, konsep ideal serta best practice KAD yang bisa
dijadikan acuan bagi pemerintah
daerah di Indonesia dalam mengelola KAD. Untuk itu akan diberikan gambaran
secara singkat mengenai
kerjasama antar daerah yang sesuai dengan teori serta konsep yang berlaku.
Akan dijelaskan hal-hal apa
saja yang dibutuhkan untuk membentuk dan menjalankan KAD secara ideal agar
mencapai hasil yang
diharapkan secara optimal. Pembahasan akan dimulai dari latar belakang dan
sejarah singkat mengenai
awal mulanya kerjasama antar daerah (KAD), yang dilanjutkan dengan pembahasan
mengenai prinsip-
prinsip dasar, pembiayaan, hingga ke pelaksanaan dan konsep pengawasan dan
evaluasi KAD. Disamping
itu juga akan dikemukakan mengenai lesson learned apa saja yang dapat diambil
dari implementasi KAD
di Eropa (khususnya Jerman, Austria dan Swiss), sehingga bisa menjadi
inspirasi bagi daerah-daerah di
Indonesia di dalam mencapai tujuan pembangunan daerah dan regional. Walaupun
implementasi KAD di
Eropa tersebut tidak akan bisa 100 persen diterapkan di Indonesia karena
aspek budaya lokal serta
peraturan perundangan yang berbeda, namun keberhasilan pelaksanaan KAD di
Jerman dan Austria
yang menganut prinsip-prinsip dasar KAD yang baik ini, tetap bisa dijadikan
patokan atau acuan bagi
daerah-daerah di tanah air di dalam mengelola KAD.
Ketiga, profil, tupoksi (tugas pokok dan fungsi), dan kebijakan Direktorat
Jenderal Pemerintahan Umum
(Ditjen PUM), khususnya Sub Direktorat Kerjasama Antar Daerah (Subdit KAD),
sebagai lembaga di
tingkat pusat yang memiliki wewenang serta memainkan peran yang sangat
penting di dalam fungsinya
memfasilitasi dan membina KAD.
1
McGuire, Michael, 2006, "Intergovernmental Management : A View From The
Bottom", Public Administration Review
2
Albrow, Martin, 2005, Birokrasi, Tiara Wacana, Jakarta
3
Tim Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010. “Buku Saku Regional Management�?.
4
Penjelasan mengenai prinsip dasar KAD dan Good Governance dapat ditemukan
di dalam Bab 2 Laporan Pendahuluan Rencana Aksi
Penguatan dan Pengembangan KAD, DSF
6|Page
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011
Di negara seperti Jerman, Swiss dan Austria, pemerintah pusat (dan negara
bagian) berperan sebagai
penyedia fasilitas atau instrument yang bersifat memberikan stimulus seperti
Program Regional,
memberikan informasi dan konsultasi. Tugas dan fungsi lembaga KAD diserahkan
sepenuhnya kepada
keadaan dan situasi yang terbaik untuk region masing – masing. Pengalaman
dari Austria menunjukkan
bahwa salah satu faktor keberhasilan KAD adalah pengelolaan yang berdasarkan
terutama kepada
kekuatan dan kemampuan sendiri.5 Lembaga KAD di Eropa mempunyai sifat sebagai
“pengurus�? untuk
kepentingan strategis regional, alih teknologi, regional marketing (ke luar
dan ke dalam) serta
membangun dan memelihara networking di wilayah kerja. Posisi pimpinan lembaga
KAD yang
menjalankan tugas KAD sehari – hari juga harus dilaksanakan oleh orang yang
mempunyai kompetensi di
bidang sosial dan keilmuan dan bisa memimpin suatu tim kerja.6 Keberhasilan
KAD di Eropa ini bisa
dilihat dari terjadinya peningkatan pelayanan publik di bidang transportasi,
kesehatan, pendidikan,
pengelolaan energi, percepatan pembangunan perekonomian secara kewilayahan
dan lain sebagainya.7
Contoh keberhasilan ini seharusnya menjadi pembelajaran bagi pemerintah
pusat, provinsi, daerah,
serta stakeholder lainnya di Indonesia untuk bisa menerapkan pola KAD
tersebut yang tentunya harus
disesuaikan dengan faktor-faktor lokal dan peraturan perundangan yang
berlaku.
5
Maier, J., Obermaier, F.: Regionalmanagement in der Praxis. Hrsg.:
Bayerisches Staatsministerium für Landesentwicklung und Umweltfragen,
München 2000.
6
Maier, J., Obermaier, F.: Regionalmanagement in der Praxis. Hrsg.:
Bayerisches Staatsministerium für Landesentwicklung und Umweltfragen,
München 2000.
7
Contoh-contoh keberhasilan KAD di Eropa dapat dilihat selengkapnya pada Bab
3 Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Penguatan dan
Pengembangan KAD, DSF
7|Page
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011
Kerjasama antar pemerintah daerah dilakukan dengan tujuan beragam,
diantaranya untuk
mempercepat pembangunan perekonomian wilayah, meningkatkan pelayanan publik,
dan tujuan
ti
lain-
lainnya seperti dalam hal penanggulangan bencana, penegasan batas wilayah,
dan lain-lain.
Kerja sama
antar Daerah
di Indonesia
Struktural
Non Struktural
8
Daftar peraturan perundangan yang harus dijadikan acuan KAD secara lengkap
dapat dilihat pada halaman 47 Laporan Pendahuluan Rencana
Aksi Penguatan dan Pengembangan KAD, DSF
9
kungan Forum,
Abdurahman, Benyamin, 2010, Dukungan DSF terhadap RM Forum Jakarta
8|Page
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011
Kerjasama daerah yang bersifat struktural ada yang dilakukan dengan ataupun
tanpa lembaga
kerjasama. Kerjasama antar daerah tanpa lembaga bisa terjadi antara
kabupaten/kota yang saling
berbatasan/berdekatan maupun tidak, dengan berbagai tujuan seperti penegasan
wilayah perbatasan,
pengelolaan sarana dan prasarana, kerjasama tata ruang dan transmigrasi.
Kerjasama dengan wadah
lembaga berupa badan kerjasama misalnya Badan Kerjasama Antar Daerah (BKAD)
Subosukawonosraten, Pawonsari dan BKSP (Badan Kerjasama Pembangunan)
Jabodetabekjur. Ciri
struktural terlihat dari kepengurusan badan kerja sama yang seluruhnya
dipegang oleh pegawai negeri
sipil, di samping pembentukan lembaga tersebut umumnya juga diinisiasi oleh
pemerintah pusat.
Sementara itu kerjasama daerah non struktural dapat dibedakan menjadi dua
kategori, yaitu Regional
Management (RM) dan Jaring Pelayanan Publik. RM dan Jaring Pelayanan Publik
dapat dikatakan
memiliki bentuk lembaga serta struktur organisasi yang relatif sama, dimana
beberapa pos didalam
struktur tersebut diduduki oleh kalangan profesional. Perbedaan terletak pada
lingkup kerja sama,
dimana jaring pelayanan publik lebih fokus pada sektor pelayanan publik
(sesuai PP 38/2007),
sedangkan RM selain pada sektor pelayanan publik juga mencakup pengembangan
perekonomian
wilayah. Contoh bentuk kerja sama jaring pelayanan publik yang sering
dijadikan best practices karena
dianggap berhasil adalah Sekretariat Bersama Kartamantul. Selain itu juga ada
Sarbagita (Bali) memiliki
fokus pada pelayanan persampahan dan Gerbarkartasusila (Jawa Timur) memiliki
fokus pada sarana dan
prasarana jalan. Sedangkan RM di Indonesia diawali dengan terbentuknya RM
Barlingmascakeb (2003)
dan diikuti oleh RM SAMPAN (2004). Kemudian setahun berikutnya (2005)
Kementrian Pembangunan
Daerah Tertinggal (KPDT) mulai mensosialisasikan dan menginisiasi pembentukan
12 RM yang tersebar
di berbagai wilayah di Indonesia10.
Untuk membiayai operasional kerjasama yang telah terbentuk selama ini ada
beberapa sumber yang
biasa digunakan, seperti: i).Iuran rutin dari APBD kabupaten/kota yang
melakukan KAD; ii).Dianggarkan
di SKPD masing-masing pemerintah kabupaten/kota yang melakukan kerjasama;
iii).Dukungan
Pemerintah Provinsi (dana dekonsentrasi) dan Pemerintah Pusat (APBN) serta
dukungan dari pihak luar
(donor, universitas, dll). Sedangkan penganggarannya pada APBD ada dibebankan
pada pos belanja
langsung (melalui dana transfer), bantuan sosial ataupun hibah.
10
Gambaran lengkap mengenai kelembagaan KAD di Indonesia dapat dilihat pada
halaman 58-68 Laporan Pendahuluan Rencana Aksi
Penguatan dan Pengembangan KAD, DSF
9|Page
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
KEKUATAN/PELUANG
KELEMAHAN/TANTANGAN
10 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
KEKUATAN/PELUANG
KELEMAHAN/TANTANGAN
11 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011
KEKUATAN/PELUANG
KELEMAHAN/TANTANGAN
P P
Hasil positif/manfaat beberapa KAD
Kesulitan dalam menyelaraskan/
(pelayanan publik dan pembangunan
mengintegrasikan rencana kegiatan
E E
ekonomi regional)
KAD dengan RPJM/Renstra
R M Mengintegrasikan perencanaan KAD dengan
Sinkronisasi program lembaga KAD
proses perencanaan yang ada, dengan
dengan daerah anggota kerjasama.
E B melakukan Musrenbangreg sebelum
Daerah anggota kerjasama
Musrenbangprop ataupun Musrenbangda.
menghadapi kesulitan dalam
N & I Sehingga KAD dapat menjadi partner di
memadukan pengalokasian anggaran
dalam Renja SKPD untuk masalah lintas
antara daerah pada tahun yang
C A
wilayah administratif
sama, karena iuran pendanaan relatif
11
Ke enam Ditjen lainnya adalah: Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik, Ditjen
Otonomi Daerah, Ditjen Bina Pembangunan Daerah, Ditjen
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Ditjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil,
serta Ditjen Keuangan Daerah.
12 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Secara struktural Ditjen PUM terbagi atas lima direktorat dan satu
sekretariat, dimana salah satu
direktoratnya adalah Direktorat Dekonsentrasi dan Kerjasama yang mempunyai
tugas melaksanakan
sebagian tugas Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum di bidang dekonsentrasi
dan kerjasama. Salah
satu fungsi direktorat ini terkait KAD adalah menyiapkan perumusan kebijakan
dan fasilitasi pembinaan
kerjasama daerah. Fungsi ini merupakan tugas dari Sub Direktorat Kerjasama
Daerah / Subdit KAD,
yang merupakan salah satu dari 5 subdit yang berada di dalam Direktorat
Dekonsentrasi dan Kerjasama.
Secara lebih terinci, tugas dari Subdit KAD adalah melaksanakan penyiapan
perumusan kebijakan,
pembinaan, fasilitasi serta monitoring dan evaluasi penyelenggaraan kerjasama
antar daerah dan
daerah dengan pihak ketiga.
Berikut adalah prioritas arah kebijakan dan strategi pembangunan Ditjen PUM:
1. Reformasi birokrasi dan tata kelola
2. Iklim investasi dan iklim usaha
3. Daerah tertinggal, terdepan dan pasca konflik
Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 050 – 222 Tahun 2010 tentang
Rencana Strategis
Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum Tahun 2010-2014, tujuan dari Ditjen PUM
secara umum
adalah meningkatkan sinergitas hubungan antar pusat dan daerah dalam
penyelenggaraan
pemerintahan umum. Tujuan tersebut kemudian dijabarkan ke dalam beberapa
sasaran, satu
diantaranya terkait dengan kerjasama antara daerah yaitu Meningkatnya
pelaksanaan kerjasama antar
daerah dan pembinaan wilayah dalam rangka harmonisasi hubungan antara susunan
pemerintahan,
yang kemudian diukur melalui 4 indikator sasaran. Uraian lengkap mengenai
Renstra dapat dilihat pada
tabel 2.2.
14 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR
DAERAH APRIL 2011
TABEL 2.1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DIREKTORAT
JENDERAL PEMERINTAH UMUM
15 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
APRIL 2011
VISI MISI
TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN
Terwujudnya
Meningkatkan
penyelenggaraan 1. Memperkuat kerukunan nasional melalui
sinergitas hubungan 1. Meningkatnya dukungan Sasaran ke-2 (terkait
KAD)
persatuan dan kesatuan nasional dalam kerangka
reformasi di bidang pelayanan dicapai dengan indikator:
pemerintahan
pusat daerah dalam
NKRI
umum
umum dalam wadah
penyelenggaraan 2. Meningkatnya pelaksanaan
2. Memfasiltiasi terciptanya ketentraman dan
1. Jumlah daerah yang
Negara Kesatuan
pemerintahan umum kerjasama antar daerah dan difasilitasi
dalam rangka
ketertiban umum, perlindungan masyarakat dan
Republik Indonesia. penegakan hak-hak sipil
pembinaan wilayah dalam pengembangan kerja sama
3. Memfasilitasi terwujudnya kepastian hukum batas
rangka harmonisasi hubungan ekonomi daerah
wilayah negara dan peningkatan kerjsama sosial,
antar susunan pemerintahan 2. Jumlah sistem database &
ekonomi dan budaya antar negara yang
3. Meningkatnya sistem monev, serta
berbatasan dengan NKRI, penegasan daerah di
pengembangan wilayah pemetaan dan
lapangan, penyelenggaraan toponimi dan
perbatasan antar negara pemuktakhiran data
pemetaan batas wilayah administrasi
4. Meningkatnya penataan kerjasama daerah
pemerintahan serta penyelesaian sengketa
wilayah administrasi, 3. Prosentase jumlah
pertanahan
penegasan batas antar daerah kegiatan fasilitasi
4. Memfasilitasi terwujudnya penyelenggaraan
dan toponimi kerjasama antar daerah
hubungan pusat dan daerah dan pelaksanaan azas
5. Meningkatnya kualitas yang diusulkan
dekonsentrasi dan tugas pembantuan,
kelembagaan dan aparat 4. Prosentase jumlah
peningkatan kerjasama antar daerah, kerjasama
Satpol PP dan Satlinmas kegiatan DKTP yang
daerah dengan pihak ketiga serta mewujudkan
6. Meningkatnya dilaporkan oleh tim DKTP
terciptanya peningkatan kualitas pelayanan
pengembangan kawasan Propinsi
umum
khusus di daerah
5. Memfasilitasi penyelenggaraan kewenangan
7. Meningkatnya kapasitas
daerah di kawasan otorita
kelembagaan dan sarpras
6. Memfasiltiasi penyelenggaraan manajemen
pemerintahan pasca
pencegahan dan penganggulanan bencana
bencana/pengurangan resiko
7. Mendorong terciptnya penyelengaraan
bencana
pemerintah yang baik.
16 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011
Untuk tahun 2011 Sub Direktorat Kerjasama Daerah memiliki beberapa kegiatan
disertai dengan output
yang diharapkan.
No. Kegiatan
Output
17 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
PEMETAAN KAD DI
INDONESIA:
PELUANG &
KENDALA KAD
TEORI, KONSEP,
BEST PRACTICES TUPOKSI
SUBDIT
KAD KAD
DITJEN PUM
RENCANA AKSI
PENGEMBANGAN
DAN PENGUATAN
KAD
(Subdit KAD,
Ditjen PUM)
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa untuk menyusun Rencana Aksi ini,
terdapat tiga faktor
utama yang digunakan sebagai landasan penyusunan, yaitu: teori, konsep dan
best practice KAD; kondisi
aktual KAD di Indonesia saat ini; serta tugas pokok dan fungsi dari
Direktorat Jenderal Pemerintahan
Umum khususnya Subdit KAD. Pembahasan dan analisa dari ketiga faktor di atas
dijadikan titik tolak
untuk menyusun Rencana Aksi ini yang kemudian dipertajam dan diperkaya
melalui 4 kali Forum Diskusi
Terarah. Dua diantaranya dihadiri oleh pakar dan praktisi KAD, masing –
masing di selenggarakan di
Jakarta dan Jogjakarta. Sedangkan 2 Forum Diskusi Terarah lainnya dilakukan
di Jakarta dengan inisiasi
Ditjen PUM dalam rangka kegiatan sosialisasi peraturan perundangan yang
mengatur KAD.
Penyusunan Rencana Aksi Pengembangan dan Penguatan Kerjasama Antar Daerah ini
disusun
berdasarkan tahapan pembentukan suatu Kerjasama Antar Daerah. Terdapat 5
tahapan yang diajukan
sebagai rencana aksi yaitu: tahap inisiasi proses pembentukan KAD; tahap
persiapan pengorganisasian
KAD; tahap pembentukan wadah KAD; tahap implementasi KAD serta satu tahap
monitoring/evaluasi
dan peningkatan kapasitas yang sebetulnya merupakan “interface�? tahapan
sebelumnya yang sudah
harus dimulai sejak tahap pertama dilaksanakan.
18 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Rencana Aksi ini disusun untuk kegiatan dengan jangka waktu 1 sampai 5 tahun,
namun demikian pada
rencana aksi ini belum ditentukan secara detil waktu dimulainya suatu
kegiatan karena beberapa faktor.
Diantaranya adalah kesiapan Ditjen PUM sendiri dengan jumlah SDM yang
terbatas untuk melaksanakan
rencana aksi yang disusun, dan juga masih terdapatnya kendala – kendala
klasik yang selalu menjadi
permasalahan seperti kurangnya komunikasi dan koordinasi baik secara internal
di dalam Kementrian
Dalam Negeri atau Ditjen PUM, maupun secara eksternal dengan instansi lainnya
di tingkat pusat. Untuk
itu, maka di dalam beberapa tahapan yang diajukan dalam rencana aksi ini,
akan terdapat usulan
kegiatan jangka pendek yang bersifat urgent dan sangat mungkin dilaksanakan
sebagai kegiatan awal
untuk mencapai ataupun memulai tiap tahapan di dalam rencana aksi.
19 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
20 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
21 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
22 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
TUJUAN SASARAN
PENTAHAPAN
Rincian kegiatan yang tercakup dalam rencana aksi akan dibahas pada bab
berikut. Rencana aksi akan
disajikan ke dalam 4 bentuk format:
Pertama, tiap tahapan rencana aksi aksi diuraikan dalam bentuk kegiatan-
kegiatan utama [Matrik 2]
Kedua, tiap kegiatan utama diuraikan menjadi rincian tahapan kegiatan
(milestones) [Matrik 3]
Ketiga, rencana aksi disajikan berdasarkan output yang dihasilkan [Matrik
4]
Keempat, rencana aksi disajikan berdasarkan urutan waktu pengerjaan
kegiatan [Matrik 5]
23 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Contoh:
Kode 1-A.1 berarti Kegiatan Utama urutan ke-1 dari Tahap ke-1
Kode 2-A.3 berarti adalah Kegiatan Utama urutan ke-3 dari
Tahap ke- 2.
Contoh:
Kode 1M2.1 berarti Sub Kegiatan utama urutan ke-1 dari
Kegiatan Utama ke-2 di Tahap
ke-1
Kode 2M1.3 berarti Sub Kegiatan Utama urutan ke-3 dari
Kegiatan Utama ke-1 di Tahap
ke- 2.
24 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Secara grafis penyajian Rencana Aksi dapat digambarkan dalam bagan berikut
ini.
25 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
26 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Matrik 2.1
Rencana Aksi berdasarkan
Kegiatan Utama (Tahap 1)
INSTITUSI
TAHAPAN KEGIATAN UTAMA
PENANGGUNG
JAWAB PENDUKUNG
27 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA
ANTAR DAERAH APRIL 2011
INSTITUSI
TAHAPAN KEGIATAN UTAMA
PENANGGUNG
JAWAB PENDUKUNG
1-A.2 Sosialiasi tentang KAD
Ditjen PUM; Fasilitator dari
Pemprov Kota
→ Kegiatan kajian dilakukan Ditjen PUM dengan bantuan pihak
provinsi di berbagai wilayah
kabupaten/kota dengan tujuan untuk mengidentifikasi
kebutuhan atas kerjasama antar
daerah. Kajian ini dilakukan dengan melakukan pemetaan,
mencakup identifikasi potensi
dan permasalahan daerah untuk bekerjasama termasuk isu-
isu keuangan KAD;
pengelolaan aset bersama; serta bagi hasil (share profit)
KAD.
28 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA
ANTAR DAERAH APRIL 2011
INSTITUSI
TAHAPAN KEGIATAN UTAMA
PENANGGUNG
JAWAB PENDUKUNG
1-A.4 Menerapkan kebijakan Insentif
Ditjen PUM -
Pemkab/ tingkat
→ Identifikasi dilakukan di wilayah yang akan melaksanakan
kerjasama. Meliputi identifikasi Pemkot yang Provinsi
terhadap seluruh tokoh kunci pendukung KAD dari kalangan
pemerintah (eksekutif dan sedang
legislatif), tokoh masyarakat/adat/agama/ pemuda,
kelompok masyarakat, LSM, melaksanakan
Perguruan Tinggi, pengusaha, dll
KAD
sedang
melaksanakan
KAD
Pemkab/ tingkat
→ Baseline regional yang dimaksud meliputi: identifikasi
potensi SDA & SDM, inventarisasi Pemkot yang Provinsi
permasalahan yang dihadapi bersama, dll
sedang
melaksanakan
KAD
29 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN
KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Matrik 2.2
Rencana Aksi berdasarkan Kegiatan
Utama (Tahap 2)
INSTITUSI
TAHAPAN KEGIATAN
UTAMA PENANGGUNG
JAWAB PENDUKUNG
2. PERSIAPAN 2-A.1 Membentuk forum tokoh kunci wilayah
Pemprov; Fasilitator
PENGORGANISASIAN
Pemkab/ tingkat provinsi
→ Forum yang beranggotakan para tokoh
kunci wilayah ini dibentuk untuk Pemkot
KAD mempersiapkan pembentukan
wadah/lembaga/organisasi KAD
Kata Kunci 2-A.2 Menyusun draft konsep KAD
Forum Tokoh Fasilitator
Draft Konsep KAD
kunci wilayah; tingkat provinsi
→ Meliputi visi, misi, identifikasi
lingkup serta prioritas sektor/bidang/obyek yang Pemprov
Draft Rencana Wadah / akan dikerjasamakan (berdasarkan data
baseline regional yang telah disusun
Kelembagaan KAD pada tahap inisiasi) & rencana
pelaksanaan kerjasama
Draft MoU
Pembiayaan Pengelolaan 2-A.3 Menyusun draft/rencana wadah kelembagaan
Forum Tokoh Fasilitator
dan Kegiatan KAD
kunci wilayah; tingkat provinsi
Penguatan Komitmen → Meliputi konsep rancangan bentuk
wadah/lembaga/organisasi KAD beserta Pemprov
struktur organisasi dan SDM yang akan
duduk didalamnya, identifikasi SKPD
pelaksana teknis wadah tsb, masa
kepengurusan serta masa KAD; serta rencana
mekanisme pembiayaannya
2-A.4 Menyusun draft kesepakatan pelaksanaan
KAD Forum Tokoh Fasilitator
30 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN
KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Matrik 2.3
Rencana Aksi berdasarkan Kegiatan
Utama (Tahap 3)
INSTITUSI
TAHAPAN KEGIATAN UTAMA
PENANGGUNG
JAWAB PENDUKUNG
3. PEMBENTUKAN 3-A.1 Menyusun draft Perjanjian Kerjasama
KAD Forum Tokoh Pemprov/
WADAH KAD
kunci wilayah Fasilitator
→ Draft Perjanjian Kerjasama KAD dibuat
oleh Forum Tokoh Kunci Wilayah yang tingkat
sudah terbentuk
propinsi,
Kata Kunci
Rencana Teknis
Ditjen PUM
Pengorganisasian KAD
Pembiayaan 3-A.2 Penandatanganan Perjanjian Kerjasama
Kabupaten/ Pemprov
SOP
Kota
→ Perjanjian Kerjasama ditandatangani
oleh seluruh Kepala Daerah
Draft Renstra KAD
kabupaten/kota/ propinsi yang
melakukan KAD
Milestone Regional
Perjanjian 3-A.3 Membentuk wadah KAD
Forum Tokoh Pemprov/
Kerjasama/Surat
kunci wilayah Fasilitator
Keputusan Bersama → Bentuk wadah KAD tergantung
kebutuhan daerah yang bekerjasama, bisa tingkat
Revisi dan Sinkronisasi berbentuk organisasi/lembaga khusus,
forum ataupun lainnya Provinsi
Peraturan KAD 3-A.4 Melakukan rekrutmen SDM untuk
operasional KAD Wadah KAD Kabupaten/
Kota
Kota;
→ Draft Perencanaan terdiri dari:
Pemprov/
i. Draft Renstra wilayah
Fasilitator
ii. Draft milestones wilayah
tingkat
iii. Draft action plan KAD
provinsi
3-A.6 Menentukan mekanisme pembiayaan dan
pengelolaan aset kegiatan KAD Wadah KAD Kabupaten/
Kota,
→ Meliputi pembiayaan untuk kegiatan
operasional dan implementasi program/ Pemprov/
kegiatan, serta kejelasan pengelolaan
aset Fasilitator
tingkat
provinsi
31 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR
DAERAH APRIL 2011
INSTITUSI
TAHAPAN KEGIATAN UTAMA
PENANGGUNG
JAWAB PENDUKUNG
3-A.7 Membuat Perda tentang Pembentukan wadah KAD
Kabupaten/ Pemprov,
Kota;
→ Kegiatan ini dimaksudkan agar pihak daerah yang akan
melakukan KAD Pemprov;
mendapatkan gambaran jelas tentang inisasi, pembentukan
dan implementasi Ditjen PUM
KAD, sehingga bisa mengetahui faktor-faktor kritis yang
menentukan
keberhasilan maupun kegagalan suatu KAD. Kegiatan ini
dapat diorganisir/di
inisiasi oleh Ditjen PUM maupun Pemprov; ataupun
dilakukan sendiri oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota yang akan melaksanakan KAD
3-A.9 Melakukan kajian & revisi peraturan perundangan tentang
alternatif Ditjen PUM Instansi
bentuk wadah KAD
terkait di
tingkat pusat;
Pemkab/
Pemkot;
Pemprov
3-A.10 Melakukan sinkronisasi/harmonisasi peraturan perundangan
terkait Ditjen PUM Instansi
mekanisme pembiayaan dan pertanggungjawaban KAD
terkait di
tingkat pusat
→ Termasuk kegiatan mengusulkan penyusunan regulasi
tentang pembiayaan
kerjasama daerah (Pedoman Penyusunan APBD) kepada
Menteri Dalam Negeri
32 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Matrik 2.4
Rencana Aksi berdasarkan Kegiatan
Utama (Tahap 4)
INSTITUSI
TAHAPAN KEGIATAN UTAMA
PENANGGUNG
JAWAB PENDUKUNG
4. IMPLEMENTASI KAD 4-A.1 Membentuk Kelompok Kerja pelaksana
KAD Wadah KAD; Kabupaten/
Kota;
→Kelompok Kerja atau Pokja (working
group) yang dibentuk nantinya akan Pemprov/
melaksanakan kegiatan/operasional
KAD, menjembatani dan Fasilitator
Kata Kunci mengkomunikasikan kegiatan-kegiatan
yang akan dilakukan kepada para
Kelompok Kerja
Tingkat
daerah anggota KAD
Provinsi
Rekruitmen SDM
Mekanisme Pembiayaan
KAD 4-A.2 Memfasilitasi komunikasi antar SKPD
di bidang pelayanan pubik tertentu Wadah KAD; Pemprov/
Fasilitasi Pusat/Provinsi
Kabupaten/ Fasilitator
→ Wadah KAD yang sudah terbentuk
memfasilitasi komunikasi tersebut dengan Kota Tingkat
terhadap pihak ketiga tujuan untuk mensinergikan program
kerja masing-masing SKPD agar terjadi Provinsi
keselarasan program kerja yang
manfaatnya dirasakan oleh wilayah secara
bersama-sama
4-A.3 Membuka dan membina hubungan dengan
sumber pendanaan Wadah KAD; Pemprov/
Kabupaten/ Fasilitator
Kota Tingkat
Provinsi
33 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Matrik 2.5
Rencana Aksi berdasarkan Kegiatan
Utama (Tahap 5)
TAHAPAN KEGIATAN
UTAMA INSTITUSI
PENANGGUNG
JAWAB PENDUKUNG
5. MONEV & 5-A.1 Membentuk Sekretariat Bersama KAD di
tingkat pusat Ditjen PUM Instansi
PENINGKATAN
terkait di
→ Sekber diharapkan bisa menjadi:
tingkat pusat
KAPASITAS
i. Pusat Pelayanan KAD (KAD
Centre) yang memberikan fasilitasi/mediasi/
inisiasi bagi KAD yang
membutuhkan
ii. Wadah 3K (komunikasi,
koordinasi, dan kerjasama) bagi stakeholder
terkait di tingkat pusat
sehingga mempermudah proses
Kata Kunci
Sekber
→ Penguatan peran provinsi terutama
dilakukan melalui mekanisme
Dekonsentrasi
5-A.5 Fasilitasi Peningkatan Kapasitas
Aparatur Pemerintahan Dalam Kerangka Ditjen Kabupaten/
34 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR
DAERAH APRIL 2011
PENANGGUNG
JAWAB PENDUKUNG
KAD
PUM/Sekber; Kota
Pemprov
→ Peningkatan kapasitas aparatur pemerintahan dilakukan di
semua tingkatan
dan tahapan, sejak tahap inisiasi dengan prioritas
berupa penyelenggaraan
kegiatan pelatihan KAD yang bertujuan untuk mencetak
fasilitator-fasilitator
KAD di tingkat pusat dan provinsi agar bisa menjadi
mentor ataupn
narasumber untuk daerah-daerah yang akan membentuk KAD
PUM/Sekber;
→ Ditjen PUM dan pemerintah propinsi mendorong wadah KAD
yang sudah
ada untuk membentuk Asosiasi KAD yang bersifat
organisasi informal non Pemprov
struktural sebagai wadah dan media komunikasi sesama
wadah KAD
35 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Matrik
3.1
Rencana Aksi berdasarkan
Rincian Kegiatan Utama (Tahap 1)
TAHAP I
Dimulainya Kegiatan: Bulan ke 1
JUDUL TAHAPAN INISIASI PROSES PEMBENTUKAN
KAD
Melakukan identifikasi aktor-
aktor pendukung KAD di daerah; menyamakan pemahaman dan tujuan serta
TUJUAN
manfaat KAD di antara daerah
yang akan bekerja sama
Institusi
Jawab
1-A.1. Menyusun Panduan (Guidelines) 1M1.1
1D1.1 Ditjen PUM - M1 – M4 -
KAD Penyusunan “Buku Panduan
Buku Panduan
Pembentukan dan
Pembentukan dan
→ Panduan dibuat sesuai kebutuhan KAD di Pelaksanaan KAD�?
Pelaksanaan KAD yang
Indonesia, meliputi:
menjelaskan dengan
i. Langkah-langkah/tahapan serta tata
detil langkah – langkah
pembentukan dan
cara dan prosedur untuk
pelaksanaan KAD
melaksanakan KAD di bidang
pelayanan publik disertai dengan
ilustrasi pembelajaran dari KAD yang
sudah berjalan.
ii. Alternatif bentuk kelembagaan KAD
iii. Mekanisme perencanaan dan
pembiayaan KAD
iv. Mekanisme monitoring dan evaluasi
v. Contoh-contoh dokumen pendirian
organisasi KAD yang sesuai dengan
peraturan perundangan seperti:
- Kesepakatan Bersama (MoU)
- Perjanjian Kerjasama
- Surat Keputusan Bersama
1-A.2. Sosialiasi tentang KAD 1M2.1
1D2.1 Ditjen PUM - M1 – M4 Ditjen
PUM
Penyusunan modul tema
Modul sosialisasi
berkoordinasi
36 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Institusi
Jawab
“Dasar Pemahaman KAD�?
“Dasar Pemahaman
dengan
→ Sosialiasi mencakup:
KAD�?
Narasumber/ahli
Materi Sosialiasi: 1M2.2
1D2.2 Ditjen PUM - M1 – M4
KAD dan praktisi KAD
Penyusunan modul tema
Modul sosialisasi
• Latar belakang, meliputi pentingnya
“Peraturan dan
“Peraturan dan
KAD, dasar-dasar pemahaman KAD, Perundangan KAD�?
Perundangan KAD�?
manfaat dan atau keuntungan KAD
• Panduan (Guidelines) KAD 1M2.3
1D2.3 Ditjen PUM, - M1 – M4
• Regulasi yang mendasari KAD (mulai Penyusunan modul simulasi
Modul Simulasi Pemprov
dari UU 32/2004, dst) pembentukan KAD
interaktif pembentukan
• Simulasi interaktif pembentukan KAD KAD
1M2.4
1D2.4 Ditjen PUM, Fasilitator pusat M5 dan M6
Sasaran sosialisasi:
Melakukan kegiatan
Kegiatan sosialisasi Pemprov dan provinsi; M17 dan M18
• Pengambil keputusan di tingkat sosialisasi KAD secara KAD
terselenggara dan pihak-pihak yang M29 dan M30
propinsi/kabupaten/kota: Kepala lengkap (termasuk simulasi
diikuti dengan laporan menjadi sasaran dst
Daerah, Sekda, Bappeda interaktif pembentukan
penyelenggaraan sosialisasi KAD (2x/tahun)
• DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota KAD) 2 kali dalam satu
kegiatan
• TKKSD Prov/Kab/Kota yang sudah tahun
terbentuk 1M2.5
1D2.5 Ditjen PUM - Dimulai dari -
• SKPD terkait Mensosialisasikan
Ditayangkannya “Iklan M6 sampai
pemahaman KAD melalui
Layanan Masyarakat�? waktu tertentu
• Tokoh kunci wilayah pendukung KAD
“Iklan Layanan Masyarakat�?
mengenai pemahaman
di media televisi KAD
Media Sosialisasi:
• Rapat Sosialisasi mengundang
pihak-pihak yang termasuk sasaran
sosialisasi
• Pertemuan informal
• Publikasi melalui media cetak dan
elektronik (dengan
mempertimbangkan budaya
daerah)
37 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Institusi
Jawab
→ Kegiatan kajian dilakukan Ditjen PUM KAD dengan tema :
dengan tema:
dengan bantuan pihak provinsi di Identifikasi potensi
Identifikasi potensi
berbagai wilayah kabupaten/kota dengan daerah yang akan
daerah yang akan
dikerjasamakan,
dikerjasamakan,
tujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan
Permasalahan yang
Permasalahan yang
atas kerjasama antar daerah. Kajian ini identik antara daerah –
identik antara daerah
dilakukan dengan melakukan pemetaan daerah yang akan
– daerah yang akan
yang mencakup: identifikasi potensi dan melakukan KAD
melakukan KAD
permasalahan daerah untuk bekerjasama Keuangan KAD,
Keuangan KAD,
termasuk isu-isu keuangan KAD; Pengelolaan aset bersama
Pengelolaan aset
pengelolaan aset bersama; serta bagi KAD,
bersama KAD,
hasil (share profit) KAD. Pembagian keuntungan
Pembagian
dan kerugian KAD
keuntungan dan
kerugian KAD
1-A.4.Menerapkan kebijakan Insentif 1M4.1
1D4.1 Ditjen PUM - M6 – M18
Ditjen PUM
Melakukan kajian mengenai
Tersedianya kajian
berkoordinasi
→ Penerapan kebijakan insentif kemungkinan penerapan
kemungkinan
dengan Ditjen
dimaksudkan untuk mendorong sistem insentif yang sesuai
penerapan sistem
Keuda, Ditjen Bina
dengan peraturan
insentif
Bangda, Bappenas,
komitmen pemerintah daerah agar
perundangan
Kemenkeu, BPK,
melaksanakan KAD.
DPRRI
1M4.2
1D4.2 Ditjen PUM - M18 – M30
Menyusun draft kebijakan
Draft kebijakan insentif
pemberian insentif
KAD
(mekanisme, kriteria,
bentuk)
1M4.3
1D4.3 Ditjen PUM, - M31– M36
Ditjen PUM
Melakukan kegiatan
Kegiatan konsultasi Pemprov
berkoordinasi
konsultasi publik “Kebijakan
publik terselenggara
dengan Pemprov
Insentif KAD�?
dan diikuti laporannya
mengundang
narasumber/ahli
untuk mendapatkan
masukan
1M4.4
1D4.4 Ditjen PUM Institutsi di M36 -
Mulai menerapkan
Peraturan Insentif KAD tingkat pusat
38 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Institusi
Institusi Waktu Rencana
Kegiatan Utama Sub Kegiatan
Output Penanggung
Jawab
“Kebijakan Insentif KAD�?
terkait
1M4.5
1D4.5 Ditjen PUM; Pemkab/Pemkot; M36 – M42
-
Melakukan kegiatan
Kegiatan sosialisasi Pemprov Wadah KAD
sosialisasi “Kebijakan
terselenggara
Insentif KAD�?
1-A.5. Melakukan identifikasi tokoh 1M5.1
1D5.1 Pemprov, Fasilitator M1 – M6
Pemprov,
kunci pendukung KAD Melakukan identifikasi
Dokumentasi tokoh – Pemkab/Pemkot tingkat Provinsi Bisa
Pemkab/Pemkot
tokoh pendukung KAD di
tokoh / aktor regional yang akan/ dilaksanakan
→ Identifikasi dilakukan di wilayah yang daerah
KAD melaksanakan bersamaan
Note: Aktor regional
akan melaksanakan kerjasama. Meliputi
KAD dengan yang sudah
region yang
tokoh masyarakat/adat/agama/ pemuda,
dimaksud.
kelompok masyarakat, LSM, Perguruan
Tinggi, pengusaha, dll
39 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR
DAERAH APRIL 2011
Institusi
Jawab
Pemerintahan Kebijakan
Sosial Budaya Aktivitas Sektoral
Jejaring dan kerja sama Pemerintahan
regional yang telah ada Sosial Budaya, dll
Jejaring dan kerja
sama regional yang
telah ada
1M7.2 1D7.2
Pemprov, Fasilitator M13
Menampilkan data – data Data – data faktor
Pemkab/Pemkot tingkat Provinsi
terkumpul dalam bentuk kunci region sudah yang
akan/
narasi, statistik dan grafik dalam bentuk narasi,
melaksanakan
statisik dan grafik. KAD
1M7.3 1D7.3
Pemprov, Fasilitator M14
Membuat peta kondisi Tersedianya “PETA
Pemkab/Pemkot tingkat Provinsi
regional berdasarkan data REGIONAL�?, sehingga yang
akan/
yang terkumpul dan telah tergambarkan potensi
melaksanakan
diolah dan permasalahan KAD
regional
40 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Matrik 3.2
Rencana Aksi berdasarkan Rincian
Kegiatan Utama (Tahap 2)
TAHAP II
Dimulainya Kegiatan: Bulan ke 4
JUDUL TAHAPAN PERSIAPAN PENGORGANISASIAN KAD
Untuk mendapatkan rancangan kesepakatan
yang mencakup berbagai aspek seperti konsep, pengorganisasian,
TUJUAN pengelolaan keuangan dll; yang kemudian
dituangkan ke dalam suatu nota kesepahaman/MoU ataupun bentuk
ikatan lainnya.
Institusi
Jawab
2-A.1 Membentuk forum Tokoh 2M1.1
2D1.1 Pemprov, Fasilitator M4 – M7 Pemprov
bisa
Kunci Wilayah Melakukan pertemuan –
Bertemunya aktor kunci Pemkab/Pemkot tingkat berperan
sebagai
pertemuan informal untuk
wilayah untuk Provinsi
fasilitator
→ Forum yang beranggotakan para membahas tema – tema KAD
memperkuat rasa
tokoh kunci wilayah ini dibentuk
kebersamaan regional
untuk mempersiapkan 2M1.2
2D1.2 Pemprov, Fasilitator M8 Pemprov
bisa
Membentuk “Forum Tokoh Kunci�?
Terbentuknya “Forum Pemkab/Pemkot tingkat berperan
sebagai
pembentukan wadah/lembaga/
untuk membahas pembentukan
Tokoh Kunci�? Provinsi
fasilitator
organisasi KAD
KAD
kelembagaan KAD
2M2.3
2D2.3 Pemprov, Fasilitator M10 -
Mempublikasikan draft konsep KAD
Terpublikasikannya Draft Pemkab/Pemkot tingkat
melalui mekanisme public hearing
Konsep KAD Provinsi
41 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Institusi
Jawab
2-A.3 Menyusun draft/ rencana 2M3.1
2D3.1 Pemprov, Fasilitator M10 – M11
Diperlukan
wadah kelembagaan Tim yang terbentuk melakukan
Laporan kajian akademis Forum Tokoh tingkat
dukungan dari
kajian akademis singkat terhadap
mengenai kebutuhan dan Kunci Provinsi
profesional di
→ Meliputi konsep rancangan bentuk kebutuhan wadah KAD serta
bentuk wadah KAD
bidang KAD untuk
wadah/lembaga/organisasi KAD bentuk wadah yang sesuai
melakukan kajian
beserta struktur organisasi dan
kelembagaan KAD
2M3.2
2D3.2 Pemprov, Fasilitator M12 – M13
SDM yang akan duduk didalamnya,
Tim menyusun draft wadah KAD
Tersusunnya draft wadah Forum Tokoh tingkat
identifikasi SKPD pelaksana teknis
sesuai dengan hasil kajian dan
KAD. Draft wadah KAD ini Kunci Provinsi
wadah tsb, masa kepengurusan kesepakatan bersama
meliputi hal – hal:
serta masa KAD; serta rencana
Bentuk
mekanisme pembiayaannya
keorganisasian/wadah
KAD
SDM
pelaksana/penggerak
wadah KAD
Pembiayaan wadah
KAD
didokumentasikan
42 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Institusi
Jawab
→ Kegiatan ini melibatkan seluruh 2M5.2
2D5.2 Pemprov, Fasilitator M12
tokoh kunci pelaku KAD. Salah satu Melaksanakan seminar/workshop
Kegiatan Forum Tokoh tingkat
kegiatan penguatan komitmen pemahaman KAD yang diikuti oleh
seminar/workshop Kunci Provinsi
aktor – aktor kunci regional,
pemahaman KAD
adalah penandatangan
terutama pimpinan/kepala daerah
terlaksana dan diikuti
kesepakatan bersama/MoU yang (akan) melakukan KAD
dengan laporan
pelaksanaan kegiatan
seminar/workshop
pemahaman KAD
2M5.3
2D5.3 Pemkab/Pemkot Pemprov; M16
Penandatangan Kesepakatan
Penandatanganan MoU Forum Tokoh
Bersama (MOU) KAD
Kunci
43 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Matrik 3.3
Rencana Aksi berdasarkan Rincian
Kegiatan Utama (Tahap 3)
Institusi
Institusi Waktu
Kegiatan Utama Sub Kegiatan Output
Penanggung Rencana Komunikasi
Pendukung Pelaksanaan
Jawab
3-A.1 Menyusun draft 3M1.1 3D1.1
Forum Tokoh Kunci Pemprov/ M17 – M18 Perlu pendampingan
Perjanjian Penyusunan draft Perjanjian Draft Perjanjian
Fasilitator terhadap Pemkab/Pemkot
Kerjasama berdasarkan MoU Kerjasama KAD
sudah tingkat di dalam menyusun
draft
Kerjasama KAD yang disepakati tersedia
Provinsi; Perjanjian Kerjasama
→ Draft Perjanjian 3M1.2
Ditjen PUM
Asistensi dan Konsultasi dengan
Kerjasama KAD dibuat
Ditjen PUM dan atau Provinsi
oleh Forum Tokoh Kunci
Wilayah yang sudah
terbentuk
3-A.2 Penandatanganan 3M2.1 3D2.1
Pemkab/Pemkot Pemprov; M18 Pemprov bisa
Perjanjian Penandatanganan Perjanjian Perjanjian
Kerjasama Ditjen PUM mendampingi
Kerjasama sudah
ditandatangani
Kerjasama oleh pimpinan
daerah
→ Perjanjian Kerjasama masing – masing
dan
sah secara hukum
ditandatangani oleh
Kepala Daerah yang
melakukan KAD
3-A.3 Membentuk 3M3.1 3D3.1
Forum Tokoh Kunci Pemprov/ M19 Pemprov/Fasilitator
wadah KAD Membentuk/mendirikan wadah Wadah KAD
terbentuk Fasilitator tingkat Provinsi
bisa
KAD yang disepakati melalui
tingkat memfasilitasi
→ Bentuk wadah KAD kesepakatan resmi
provinsi
tergantung kebutuhan
daerah
44 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Institusi
Institusi Waktu
Kegiatan Utama Sub Kegiatan Output
Penanggung Rencana Komunikasi
Pendukung Pelaksanaan
Jawab
3-A.4 Melakukan 3M4.1 3D4.1
Wadah/organisasi KAD Pemkab/ M20 Wadah/organisasi KAD
rekrutmen SDM Menentukan kriteria SDM yang Kriteria SDM yang
Pemkot dengan bantuan fasilitator
akan duduk di tiap Pokja. dibutuhkan untuk
dari provinsi (jika
untuk mengisi Pokja
diperlukan)
operasional KAD Meliputi:
Jenis keahlian yang
dibutuhkan
Apakah dari SDM internal
PNS) atau eksternal
(profesional)
Catatan: 4M2.2-4M2.4 adalah
langkah yang dilakukan jika
akan merekrut SDM dari
kalangan profesional.
3M4.2 3D4.2
Wadah/organisasi KAD Pemkab/ M20
Membuka/mengumumkan Terjaringnya
beberapa Pemkot
lowongan pekerjaan. kandidat SDM yang
akan
duduk dalam Pokja
Misalnya dengan pasang iklan
di media (surat kabar, internet,
radio, dll); menghubungi
institusi pendidikan, organisasi
profesi, perusahaan pencari
tenaga kerja profesional, dll
3M4.3 3D4.3
Wadah/organisasi KAD Pemkab/ M21-M22
Proses seleksi & penerimaan Terpilihnya SDM
Pemkot
profesional untuk
pokja
Misalnya dengan tahapan sbb:
Menerima surat lamaran
(untuk mendapatkan
informasi pengalaman
pelamar kerja)
Melakukan test dengan
materi pengetahuan tentang
KAD, kemampuan
manajerial, dll
Wawancara
Memeriksa referensi
Keputusan penerimaan SDM
45 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Institusi
Institusi Waktu
Kegiatan Utama Sub Kegiatan
Output Penanggung Rencana
Komunikasi
Pendukung Pelaksanaan
Jawab
3M4.4 3D4.4
Wadah/organisasi KAD Pemkab/ M23
Orientasi bagi SDM terpilih Pemahaman SDM
Pemkot
→Yaitu pengenalan situasi kerja terpilih
terhadap tupoksi
pada pegawai tentang konsep serta
hak/kewajibannya
wadah KAD, tupoksinya, hak
SDM ybs (penghasilan, jam
kerja, hak cuti, fasilitas dll),
ruang lingkup tugas, dll
3-A.5 Menyusun draft 3M5.1 3D5.1
Wadah/organisasi KAD Pemkab/ M24 – M26 Wadah KAD menyusun
perencanaan KAD Menyusun draft Renstra Draft Renstra
wilayah Pemkot; draft
perencanaan
wilayah KAD KAD
Pemprov/ berkoordinasi dengan
3M5.2 3D5.2
Wadah/organisasi KAD Fasilitator M24 – M26 pemkab/pemkot terkait
→ Draft Perencanaan Menyusun draft Milestone Draft
Milestone wilayah tingkat serta
bantuan dari
terdiri dari: wilayah KAD KAD
provinsi fasilitator tingkat provinsi
Draft Renstra wilayah 3M5.3 3D5.3
Wadah/organisasi KAD M24 – M26 (jika diperlukan)
Draft milestones Menyusun draft Action Plan Draft Action
Plan KAD
wilayah KAD
Draft action plan KAD
3-A.6 Menentukan 3M6.1 3D6.1
Wadah/organisasi KAD Pemkab/ M27 - M29 Wadah/organisasi KAD
mekanisme Pembahasan alternatif sumber-
Teridentifikasinya Pemkot;
berkoordinasi dengan
sumber pembiayaan dan beberapa
alternatif Pemprov/
pemkab/pemkot terkait
pembiayaan dan mekanisme penganggaran (baik sumber
pembiayaan & Fasilitator serta
bantuan fasilitator
pengelolaan aset untuk operasional maupun mekanisme
tingkat dari provinsi (jika
kegiatan KAD implementasi kegiatan/ penganggaran
untuk provinsi diperlukan)
program KAD) kegiatan
operasional
→ Meliputi pembiayaan KAD serta
implementasi
→Pembahasan sumber
untuk kegiatan
kegiatan/program KAD
pembiayaan & mekanisme
operasional dan
penganggaran mengacu pada
implementasi program/ peraturan perundangan/
kegiatan; serta regulasi terkait serta
kejelasan pengelolaan kemampuan/kapasitas daerah
aset →Pembahasan mekanisme
pembiayaan untuk
implementasi kegiatan/
program KAD mengacu pada
dokumen prencanaan yang
telah disepakati
46 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Institusi
Institusi Waktu
Kegiatan Utama Sub Kegiatan Output
Penanggung Rencana Komunikasi
Pendukung Pelaksanaan
Jawab
3M6.2 3D6.2
Wadah/organisasi KAD Pemkab/ M30
Penentuan sumber pembiayaan
Kesepakatan/komitmen Pemkot;
serta mekanisme para anggota KAD
Pemprov/
penganggarannya tentang sumber
Fasilitator
pembiayaan dan
tingkat
penganggarannya
provinsi
3-A.7 Membuat Perda 3M7.1 3D7.1
Pemkab/Pemkot/DPRD Pemprov; M18 – M36 Perda dibuat oleh masing-
ttg Pembentukan Melakukan inisiasi penyusunan Draft Perda KAD
Ditjen PUM masing Pemkab/Pemkot
Perda Pembantukan wadah
yang melakukan KAD
wadah KAD KAD
dengan difasilitasi oleh
3M7.2 3D7.2
Pemkab/Pemkot/DPRD Pemprov; M36 Pemprov dan
→ Perda dimaksudkan Menetapkan Perda KAD Ditetapkannya
Perda Ditjen PUM berkonsultasi
dengan
untuk memberi tentang KAD
Ditjen PUM
kekuatan hukum serta
keberlanjutan wadah
KAD yang sudah
terbentuk
47 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Institusi
Institusi Waktu
Kegiatan Utama Sub Kegiatan Output
Penanggung Rencana Komunikasi
Pendukung Pelaksanaan
Jawab
3-A.9 Melakukan kajian 3M9.1 3D9.1
Ditjen PUM Pemprov; M1 – M18 Ditjen PUM
& revisi peraturan Melakukan kajian peraturan Kajian peraturan
Pemkab/ berkomunikasi dan
perundangan terkait perundangan
terkait Pemkot; bekerja sama
dengan
perundangan wadah/organisasi KAD wadah/organisasi
KAD Instansi daerah
tentang alternatif
terkait di (Provinsi/Kabupaten/Kota)
bentuk wadah 3M9.2 3D9.2
tingkat pusat M19 – M36 serta Kementerian dan
KAD Melakukan revisi peraturan Revisi peraturan
Lembaga terkait
perundangan terkait perundangan
terkait
wadah/organisasi KAD wadah/organisasi
KAD
48 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Matrik 3.4
Rencana Aksi berdasarkan Rincian
Kegiatan Utama (Tahap 4)
TAHAP IV Dimulainya Kegiatan:
Bulan ke 17
JUDUL TAHAPAN IMPLEMENTASI KAD
TUJUAN Untuk melaksanakan semua rencana dan
kesepakatan yang sudah dibuat melalui wadah KAD yang sudah dibentuk
Institusi
Jawab
4-A.1 Membentuk 4M1.1 4D1.1
Wadah/organisasi Pemkab/ M24 Wadah/organisasi KAD
Kelompok Kerja Melakukan kajian terhadap
Teridentifikasinya KAD Pemkot;
dengan bantuan
bidang pokja yang dibutuhkan Bidang-
bidang Pokja Pemprov/
fasilitator dari provinsi
pelaksana KAD (disesuaikan dengan yang
dibutuhkan Fasilitator
→Kelompok Kerja atau Pokja bidang/obyek yang
tingkat
dikerjasamakan)
provinsi
(working group) yang
dibentuk nantinya akan
4M1.2 4D1.2
Wadah/organisasi M24
melaksanakan Melakukan kajian terhadap Job
Tersedianya Job KAD
kegiatan/operasional KAD, Description (Analisa jabatan) tiap
description tiap bidang
menjembatani & bidang Pokja, meliputi: Pokja
mengkomunikasikan • Pola tugas
kegiatan-kegiatan yang akan • Hak dan kewajiban
dilakukan kepada para • Wewenang
daerah anggota KAD • Tanggung Jawab
• SDM yang dibutuhkan
4M1.3 4D1.3
Wadah/organisasi M25
Pembentukan beberapa Pokja
Terbentuknya beberapa KAD
dengan bidang tertentu Pokja
bidang tertentu
49 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Institusi
Jawab
4M3.2 4D3.2
Wadah/organisasi Pemprov/ M32 Wadah/organisasi KAD
Mengadakan pertemuan dengan Kesepakatan
bentuk KAD; Fasilitator difasilitasi
oleh
sumber pendanaan untuk kerjasama/
bantuan Pemkot/Pemkab tingkat
Provinsi/fasilitator
menjajaki kemungkinan yang akan
diberikan provinsi tingkat
propinsi, dengan
kerjasama/ mendapat bantuan
sumber pendanaan
50 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN
DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Matrik
3.5
Rencana Aksi berdasarkan
Rincian Kegiatan Utama (Tahap 5)
TAHAP V
Dimulainya Kegiatan: Bulan ke 1
JUDUL TAHAPAN MONITORING EVALUASI & PENINGKATAN
KAPASITAS (CAPACITY BUILDING)
1. Melakukan komunikasi, kerjasama
dan koordinasi (3k) di tingkat pusat & provinsi untuk mendukung inisiatif
KAD.
TUJUAN 2. Melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap KAD
3. Meningkatkan kualitas SDM yang
terkait dengan KAD di semua tingkatan.
Institusi
Jawab
5-A.1. Membentuk Sekretariat 5M1.1
5D1.1 Ditjen PUM - M1 – M3 Ditjen
PUM
Bersama (Sekber) KAD di Menyusun konsep Sekber (di
Konsep kelembagaan
bekerjasama dengan
tingkat pusat) meliputi:
dan pembiayaan
narasumber/ahli
tingkat pusat Keanggotaan/struktur organisasi
Sekber KAD
→ Sekber diharapkan bisa menjadi: Tugas/fungsi/wewenang
Prosedur dan Tata Kerja
Pusat Pelayanan KAD (KAD
Mekanisme Pembiayaan
Centre) yang memberikan
5M1.2
5D1.2 Ditjen PUM - M3 – M6 -
fasilitasi/mediasi/ inisiasi bagi Penyusunan Draft Keputusan
Draft Keputusan
KAD yang membutuhkan Menteri Dalam Negeri tentang
Menteri Dalam Negeri
Wadah 3K (komunikasi, Pembentukan Sekber
tentang Pembentukan
koordinasi, dan kerjasama)
Sekber
bagi stakeholder terkait di 5M1.3
5D1.3 Ditjen PUM Instansi Pusat M7 – M8 Ditjen
PUM
tingkat pusat shg Pembahasan konsep
Konsep Sekber serta terkait
berkoordinasi
mempermudah proses kelembagaan/ pembiayaan Sekber
Keputusan Mendagri dengan
Bappenas,
sinkronisasi/ harmonisasi/ dan draft Keputusan Menteri
Final, siap untuk di serta
kementrian/
Dalam Negeri
implementasikan lembaga
terkait di
revisi peraturan
5M1.4
5D1.4 Ditjen PUM Instansi Pusat M9 tingkat
pusat ;
Melakukan pembinaan dan
bekerjasama dengan
Pembentukan Sekretariat Bersama
Terbentuknya terkait
pengawasan (binwas) dengan yang diatur dengan Keputusan
Sekretariat Bersama &
narasumber/ahli
mendukung terselenggaranya Menteri Dalam Negeri
diberlakukannya KAD
kegiatan monev
Keputusan Mendagri
Menyelenggarakan capacity 5M1.5
5D1.5 Ditjen PUM Instansi Pusat M10-M12 Ditjen
PUM
building bagi daerah yang Sosialisasi terbentuknya Sekber di
Kegiatan sosialisasi terkait
koordinasi dg
membutuhkan tingkat pusat dan daerah
Sekber terselenggara instansi
pusat terkait
& Pemprov
51 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Institusi
Jawab
5-A.2. Meningkatkan 3K antar 5M2.1
5D2.1 Ditjen PUM Instansi terkait di M1 – M2
Ditjen PUM
stakeholder di tingkat Mengadakan pertemuan untuk
Terbentuknya tingkat pusat
berkoordinasi
menjalin komunikasi awal antar
networking antar
dengan Bappenas
pusat lembaga/kementrian terkait di
lembaga/ kementrian
mengundang semua
→Stakeholder di pusat meliputi tingkat pusat
terkait di tingkat pusat
kementrian/lembaga
serta kesepakatan
terkait di tingkat
Kemdagri, Bappenas, KPDT,
untuk mengadakan
pusat (Ditjen Bina
Kemkeu, KKUKM, dan
pertemuan berkala
Bangda Kemendagri,
kementrian teknis lainnya. Salah 5M2.2
5D2.2 Ditjen PUM/ Instansi terkait di M3 – dst
Kemenkeu, KPDT,
satu prioritas kegiatan 3K adalah Mengadakan pertemuan berkala
Informasi terbaru Sekber tingkat pusat
KKUKM dan
kegiatan kajian, untuk berbagi informasi (sharing)
tentang KAD serta
kementrian teknis
harmonisasi/sinkronisasi dan perkembangan terbaru serta
tersedianya beberapa
terkait lainnya)
revisi peraturan perundangan membahas permasalahan KAD
alternatif pemecahan
terkait KAD dengan cara
masalah KAD
berkoordinasi dengan
kementrian/lembaga terkait 5M2.3
5M2.3 Ditjen PUM/ Instansi terkait di M3 - dst
Ditjen PUM
Membuat Surat Keputusan/
Surat Keputusan/ Sekber tingkat pusat
berkoordinasi
Edaran Bersama, jika diperlukan
Edaran Bersama
dengan
5M3.2
5D3.2 Ditjen PUM/ - M1 – M6
Ditjen PUM
Menentukan kriteria/indikator
Kriteria Sekber
berkoordinasi
monev yang terukur
Indikator/parameter
dengan Bappenas,
Monev
dan bekerjasama
52 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Institusi
Jawab
5M3.3 5D3.3
Ditjen PUM/ - M7 – M9 dengan
Melakukan kajian/analisa Hasil
evaluasi KAD Sekber
narasumber/ahli
terhadap data/informasi KAD yang
KAD; serta DPRRI
sudah teridentifikasi dengan
(saat membuat
menggunakan indikator monev
kebijakan)
5M3.4 5D3.4
Ditjen PUM/ - M10
Mengidentifikasi alternatif
Beberapa alternatif Sekber
kebijakan untuk menyelesaikan
kebijakan untuk
permasalahan KAD berdasarkan
menyelesaikan
hasil evaluasi
permasalahan KAD
5M3.5 5D3.5
Ditjen PUM/ - M11
Menentukan kebijakan terkait KAD
Kebijakan terpilih Sekber
yang akan di implementasikan untuk
di
dengan melakukan analisa
implementasikan
terhadap beberapa alternatif
kebijakan
5M3.6 5D3.6
Ditjen PUM/ Pemprov; M11 Ditjen PUM/Sekber
Mengimplementasikan kebijakan
Implementasi Sekber Pemkab/
berkoordinasi
KAD terpilih
kebijakan KAD Pemkot; Wadah
dengan Pemprov
5M3.7 5D3.7
Ditjen PUM/ KAD Tiap M12 untuk malkasanakan
Melakukan kegiatan monev KAD Hasil
kegiatan monev Sekber ;
monev terhadap
secara berkala
berkala Pemprov
wadah KAD
5-A.4. Optimalisasi, revitalisasi 5M4.1 5D4.1
Ditjen PUM Instansi terkait di M1 – M6 Ditjen PUM
dan penguatan peran Melakukan kajian kemungkinan
Tersedianya kajian tingkat Pusat
berkoordinasi
penggunaan dana dekonsentrasi
kemungkinan
dengan Kemenkeu,
propinsi oleh pihak propinsi untuk
penggunaan dana BPK
Bappenas,
mendorong/memfasilitasi KAD di
dekonsentrasi untuk
DPRRI serta
→ Penguatan peran propinsi dalam Kabupaten/Kota yang berada di KAD
oleh Pemprov
narasumber yang
KAD dilakukan terutama melalui dalam wilayahnya
ahli KAD dan praktisi
mekanisme dekonsentrasi 5M4.2 5D4.2
Ditjen PUM/ Instansi terkait di M7 – M12 KAD
Menyusun draft kebijakan Draft
kebijakan Sekber tingkat Pusat
mengenai mekanisme penggunaan
mekanisme
dana dekonsentrasi untuk KAD
penggunaan dana
dekonsentrasi untuk
KAD
53 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Institusi
Jawab
5M4.3 5D4.3
Ditjen PUM/ Pemprov, M13 – M15 Ditjen PUM/Sekber
Melakukan kegiatan konsultasi Draft
kebijakan Sekber PemKab/Kota, mengundang
pihak
publik draft kebijakan penggunaan
mekanisme Wadah KAD
Pemprov & Pemkab/
dana Dekonsentrasi untuk KAD
penggunaan dana
Pemkot/Wadah KAD
mendapatkan masukan
terhadap draft
kebijakan
5M4.4 5D4.4
Ditjen PUM/ Pemprov M16 – M18 -
Implementasi kebijakan
Regulasi/Peraturan Sekber
“Penggunaan Dana Dekonsentrasi
tentang Penggunaan
untuk KAD�? Dana
Dekonsentrasi
untuk
KAD
5M4.5 5D4.5
Ditjen PUM/ Pemprov; M19 -24 Ditjen PUM
Pendampingan implementasi
Terlaksananya kegiatan Sekber Fasilitator di
melakukan
kegiatan “Penggunaan Dana
“Penggunaan Dana tingkat pusat
pendampingan awal
Dekonsentrasi untuk KAD�?
Dekonsentrasi untuk saat
Pemprov
KAD�?
mengimplementasi
kebijakan dana
dekonsentrasi KAD
54 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Institusi
Jawab
fasilitator KAD di tingkat pusat 5M5.3
5D5.3 Ditjen - M7 – M12 Ditjen
PUM/Sekber
dan provinsi agar bisa menjadi Melakukan identifikasi dan
Desain Kegiatan PUM/Sekber;
bekerjasama dengan
mentor ataupn narasumber menyusun bentuk/jenis desain
capacity building yang Pemprov
narasumber/ahli/
capacity building yang dibutuhkan
dibutuhkan pihak
praktisi KAD, dibantu
untuk daerah-daerah yang akan
oleh Pemerintah Provinsi
pemprov untuk oleh
Fasilitator
membentuk KAD
mengawal/
tingkat Pusat
→ Identifikasi dilakukan dari hasil
mendorong/
kegiatan 5M3.1, dimaksudkan
memperkuat/
untuk mengawal/ mendorong/
memfasilitasi KAD di
memperkuat/ memfasilitasi KAD
wilayahnya
yang terjadi di wilayahnya
5M5.4
5D5.4 Ditjen PUM/ Narasumber/ahli/ M13 – M 18
Ditjen PUM/Sekber
Melaksanakan kegiatan capacity
Pelaksanaan kegiatan Sekber; Praktisi KAD/PT
dibantu oleh
building yang telah di identifikasi
Capacity Building bagi Pemprov di prov ybs
Fasilitator tingkat
pemerintah provinsi
Pusat; bekerjasama
dengan narasumber/
Perguruan tinggi di
daerah
5M5.5
5D5.5 Pemprov, - M19 – M21
Pemprov
Melakukan identifikasi dan
Desain Kegiatan Pemkab/Kota
bekerjasama dengan
menyusun bentuk/jenis desain
capacity building yang
narasumber/ahli/
capacity building yang dibutuhkan
dibutuhkan Pemerintah
praktisi KAD, dibantu
oleh Pemkab/kota untuk
Kabupaten/Kota oleh
Fasilitator
melaksanakan KAD
tingkat Provinsi
55 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Institusi
Jawab
5M5.6
5D5.6 Pemprov Pemkab/Pemkot M25 - dst
Pemprov dibantu
Melaksanakan kegiatan capacity
Pelaksanaan kegiatan yang akan atau
oleh Fasilitator
building bagi daerah
capacity building di sedang
tingkat Provinsi;
kabupaten/kota yang
tingkat kabupaten/kota melaksanakan
bekerjasama dengan
membutuhkan.
dilakukan oleh KAD
narasumber/ ahli/
56 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN
KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Dst
(2x/tahun)
1D2.5 Ditayangkannya “Iklan Layanan Masyarakat�? mengenai pemahaman KAD
Ditjen PUM Dimulai dari M6
sampai waktu
tertentu
57 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN
KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Output
Nomor
Kode
Kegiatan Institusi Penanggung Jawab Waktu
Output Judul Output
Utama Pelaksanaan
dilaksanakan
bersamaan dg
sosialisasi
58 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN
KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Output
Nomor
Kode
Kegiatan Institusi Penanggung Jawab Waktu
Output Judul Output
Utama Pelaksanaan
berkala
2D5.2 Kegiatan seminar/workshop pemahaman KAD terlaksana dan diikuti
dengan Pemprov, Forum Tokoh Kunci M12
laporan pelaksanaan kegiatan seminar/workshop pemahaman KAD
2D5.3 Penandatanganan Kesepakatan Bersama (MoU)
Ditjen Pum, Pemprov, Pemkab/Pemkot M16
M17 – M18
M29 – M30
3D8.2 Terselenggaranya kegiatan studi banding yang dilakukan sendiri
oleh pihak Pemprov, Pemkab/Pemkot M 17 – M18
daerah yang bekerjasama
59 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN
KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Output
Nomor
Kode
Kegiatan Institusi Penanggung Jawab Waktu
Output Judul Output
Utama Pelaksanaan
dan bersifat
terus menerus
60 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN
KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Output
Nomor
Kode
Kegiatan Institusi Penanggung Jawab Waktu
Output Judul Output
Utama Pelaksanaan
5D3.2 Kriteria indikator/parameter Monev
Ditjen PUM/Sekber M1 – M6
5D3.3 Hasil evaluasi KAD
M7 – M9
5D3.4 Beberapa alternatif kebijakan untuk menyelesaikan permasalahan
KAD M10
5D3.5 Kebijakan terpilih untuk diimplementasikan
M11
5D3.6 Implementasi kebijakan KAD
M11
5D3.7 Hasil kegiatan monev berkala
Ditjen PUM/Sekber; Pemprov Tiap M12
61 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN
KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
3.4 Rencana Aksi berdasarkan Waktu Pelaksanaan
Matrik 5
Rencana Aksi berdasarkan Waktu
Pelaksanaan
Institusi Sub Kegiatan
Output
Waktu
Penanggung
Pelaksanaan Kode Kegiatan
Kode Output
Jawab
INSTITUSI PENANGGUNG JAWAB: DITJEN PUM
M1 – M2 Ditjen PUM 5M2.1 Mengadakan pertemuan untuk
menjalin komunikasi awal 5D2.1 Terbentuknya networking antar lembaga/
antar lembaga/kementrian terkait
di tingkat pusat kementrian terkait di tingkat pusat serta
62 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN
KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
63 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN
KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
→ Fasilitator di tingkat
provinsi nantinya akan
melaksanakan kegiatan capacity
building bagi
Pemkab/Pemkot
M9 Ditjen PUM 5M1.4 Pembentukan Sekretariat Bersama
yang diatur dengan 5D1.4 Terbentuknya Sekretariat Bersama &
Keputusan Menteri Dalam Negeri
diberlakukannya Keputusan Mendagri
64 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN
KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Tiap M12 Ditjen PUM/ Sekber ; 5M3.7 Melakukan kegiatan monev KAD
secara berkala 5D3.7 Hasil kegiatan monev berkala
Pemprov
M13 – M15 Ditjen PUM/ Sekber 5M4.3 Melakukan kegiatan konsultasi
publik draft kebijakan 5D4.3 Draft kebijakan mekanisme penggunaan
dana
penggunaan dana Dekonsentrasi
untuk KAD dekonsentrasi untuk KAD yang telah
mendapatkan
masukan
M13 – M 18 Ditjen PUM/ Sekber; 5M5.4 Melaksanakan kegiatan capacity
building yang telah di 5D5.4 Pelaksanaan kegiatan Capacity Building
bagi
Pemprov identifikasi
pemerintah provinsi
65 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
66 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN
KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
67 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN
KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
hukum
M18 – M36 Pemkab/Pemkot/DPRD 3M7.1 Melakukan inisiasi penyusunan
Perda Pembantukan 3D7.1 Draft Perda KAD
wadah KAD
M19 Forum Tokoh Kunci 3M3.1 Membentuk/mendirikan wadah KAD
yang disepakati 3D3.1 Wadah KAD terbentuk
melalui kesepakatan resmi
M19 – M21 Pemprov, 5M5.5 Melakukan identifikasi dan
menyusun bentuk/jenis 5D5.5 Desain Kegiatan capacity building
yang dibutuhkan
Pemkab/Kota desain capacity building yang
dibutuhkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota
Pemkab/kota untuk melaksanakan
KAD
M20 Wadah/organisasi KAD 3M4.1 Menentukan kriteria SDM yang
akan duduk di tiap Pokja. 3D4.1 Kriteria SDM yang dibutuhkan untuk
mengisi Pokja
Meliputi:
Jenis keahlian yang
dibutuhkan
Apakah dari SDM internal PNS)
atau eksternal
(profesional)
Catatan: 4M2.2-4M2.4 adalah
langkah yang dilakukan
jika akan merekrut SDM dari
kalangan profesional.
M20 Wadah/organisasi KAD 3M4.2 Membuka/mengumumkan lowongan
pekerjaan. 3D4.2 Terjaringnya beberapa kandidat SDM yang
akan
68 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
propinsi
→Kegiatan ini dapat berbentuk
penyuluhan, bimbingan
teknis atau pendidikan dan
pelatihan (diklat) terkait
dengan operasional KAD
seperti meningkatkan
kemampuan aparat pelaksana
KAD, tata cara/teknik
bernegosiasi, dll
69 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN
KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
kegiatan/program KAD
→Pembahasan sumber pembiayaan &
mekanisme
penganggaran mengacu pada
peraturan perundangan/
regulasi terkait serta
kemampuan/kapasitas daerah
→Pembahasan mekanisme pembiayaan
untuk
implementasi kegiatan/ program
KAD mengacu pada
dokumen prencanaan yang telah
disepakati
M30 Wadah/organisasi KAD 3M6.2 Penentuan sumber pembiayaan
serta mekanisme 3D6.2 Kesepakatan/komitmen para anggota KAD
tentang
penganggarannya
sumber pembiayaan dan penganggarannya
dll)
M32 Wadah/organisasi 4M3.2 Mengadakan pertemuan dengan
sumber pendanaan 4D3.2 Kesepakatan bentuk kerjasama/ bantuan yang
akan
KAD; untuk menjajaki kemungkinan
kerjasama/ mendapat diberikan
Pemkot/Pemkab bantuan
70 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Seperti yang sudah disebutkan di bagian awal dari Rencana Aksi ini, bahwa
selain rangkaian kegiatan –
kegiatan yang sudah disajikan dalam Matrik 1 sampai Matrik 5, Rencana Aksi
ini juga mengambil 5
kegiatan dari Tahap 1 (1 Kegiatan); Tahap 3 (1 Kegiatan) dan Tahap 5 (3
Kegiatan) yang dinilai sebagai
kegiatan – kegiatan yang bisa dilaksanakan dalam jangka pendek atau mulai
tahun anggaran 2012 oleh
Ditjen PUM sebagai bagian dari usaha untuk mengembangkan dan menguatkan
kerjasama antar daerah
di Indonesia, terutama untuk meningkatkan pelayanan publik.
Lima kegiatan yang menjadi Rencana Aksi Jangka Pendek tersebut masing –
masingnya akan dijelaskan
secara terperinci yang mencakup hal – hal sebagai berikut:
a. Latar belakang
c. Bentuk kegiatan
e. Peserta kegiatan
71 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
A. LATAR BELAKANG
Undang – Undang No. 22. Tahun 1999 yang kemudian disempurnakan menjadi UU.
No. 32 tahun 2004
memberikan kesempatan kepada daerah untuk melakukan kerjasama antar daerah
sebagai suatu aliansi
pembangunan wilayah. Lahirnya PP. No. 50 Tahun 2007 dan terakhir melalui
Permendagri No. 22 dan 23
Tahun 2009 turut menyempurnakan mekanisme pelaksanaan kerjasama antar daerah
tersebut.
Terbitnya Permendagri No. 37 Tahun 2010 yang salah satu isinya mengatur
dengan jelas mekanisme
pemberian hibah sebagai salah satu sumber pendanaan operasional Kerjasama
Antar Daerah (KAD)
tentu saja sangat memberikan angin segar untuk KAD yang telah berdiri maupun
daerah – daerah
lainnya yang berinisiatif untuk melakukan KAD. Kerjasama antar daerah ini
sendiri mempunyai tujuan
untuk meningkatkan pelayanan publik, mengembangkan dan mempercepat
pembangunan wilayah yang
meliputi bidang ekonomi, sosial budaya, fisik, prasarana serta bidang lainnya
sesuai kesepakatan
bersama.
Sejauh ini telah dirasakan adanya kendala – kendala terutama di dalam teknis
pelaksanaan KAD seperti:
kurangnya pemahaman pihak daerah akan manfaat dari kerjasama antar daerah,
kurangnya koordinasi
dan komunikasi dengan/antar Kepala Daerah dari masing – masing pemerintah
daerah; terbatasnya
SDM pelaksana KAD dan tidak sesuai dengan tuntutan KAD; serta mekanisme
pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan yang digunakan untuk KAD ini.
72 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
C. BENTUK KEGIATAN
Bentuk kegiatan Sosialisasi Pemahaman Kerjasama Antar Daerah yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
1. Melakukan Lokakarya Pemahaman KAD yang dihadiri oleh aktor kunci KAD
seperti pengambil
keputusan dan tokoh – tokoh KAD lainnya. Kegiatan ini akan mengutamakan
partisipasi peserta
Lokakarya untuk meningkatkan pemahaman KAD seperti dengan mengadakan
simulasi
pembentukan KAD dan simulasi pelaksanaan KAD.
2. Penggunaan berbagai media elektronik dan cetak untuk menyebarluaskan
informasi mengenai
manfaat serta pentingnya melakukan KAD untuk meningkatkan pelayanan publik
dan perekonomian
wilayah, melalui Iklan Layanan Masyarakat di Televisi, Radio dan Surat
Kabar nasional.
E. PESERTA
Sasaran peserta dalam kegiatan Sosialisasi ini adalah:
1. Para pengambil keputusan di tingkat propinsi/kabupaten/kota: Kepala
Daerah, Sekda, Bappeda
2. DPRD di tingkat propinsi/kabupaten/kota
3. TKKSD yang sudah terbentuk
4. SKPD terkait
5. Tokoh kunci wilayah pendukung KAD
73 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
RENCANA AKSI KEGIATAN JANGKA PENDEK
KEGIATAN 2: Kegiatan KAD Best Practice Transfer
A. LATAR BELAKANG
Undang – Undang No. 22. Tahun 1999 yang kemudian disempurnakan menjadi UU.
No. 32 tahun 2004
memberikan kesempatan kepada daerah untuk melakukan kerjasama antar daerah
sebagai suatu aliansi
pembangunan wilayah. Lahirnya PP. No. 50 Tahun 2007 dan terakhir melalui
Permendagri No. 22 dan 23
Tahun 2009 turut menyempurnakan mekanisme pelaksanaan kerjasama antar daerah
tersebut.
Terbitnya Permendagri No. 37 Tahun 2010 yang salah satu isinya mengatur
dengan jelas mekanisme
pemberian hibah sebagai salah satu sumber pendanaan operasional Kerjasama
Antar Daerah (KAD)
tentu saja sangat memberikan angin segar untuk KAD yang telah berdiri maupun
daerah – daerah
lainnya yang berinisiatif untuk melakukan KAD. Kerjasama antar daerah ini
sendiri mempunyai tujuan
untuk meningkatkan pelayanan publik, mengembangkan dan mempercepat
pembangunan wilayah yang
meliputi bidang ekonomi, sosial budaya, fisik, prasarana serta bidang lainnya
sesuai kesepakatan
bersama
Sejauh ini telah dirasakan adanya kendala – kendala terutama di dalam teknis
pelaksanaan KAD seperti:
kurangnya pemahaman pihak daerah akan manfaat dari kerjasama antar daerah,
kurangnya koordinasi
dan komunikasi dengan/antar Kepala Daerah dari masing – masing pemerintah
daerah; terbatasnya
SDM pelaksana KAD dan tidak sesuai dengan tuntutan KAD; serta mekanisme
pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan yang digunakan untuk KAD ini.
Kementerian Dalam Negeri melalui Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum,
Direktorat Dekosentrasi
dan Kerjasama, Subdit Kerjasama Daerah, telah bekerjasama dengan Bank Dunia
melalui program
Desentralization Support Facility (DSF) untuk menyusun suatu Rencana Aksi
Pengembangan dan
Penguatan Kerjasama Antar Daerah. Salah satu bagian yang tidak terpisahkan
dari rencana aksi tersebut
adalah usulan untuk melaksanakan 5 Kegiatan Jangka Pendek Prioritas bagi
Subdit Kerjasama Daerah
mulai Tahun Anggaran 2012 yang dibiayai oleh APBN. Salah satu kegiatan
prioritas jangka pendek
tersebut adalah “Kegiatan KAD Best Practice Transfer�?, yang berarti kegiatan
yang bersifat
mempelajari, melihat dan mengamati pelaksanaan KAD baik yang berhasil maupun
belajar dari
kegagalan KAD yang ada.
74 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
C. BENTUK KEGIATAN
Bentuk kegiatan KAD Best Practice Transfer yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
3. Dengan inisiasi dari Ditjen PUM, para pelaku KAD melakukan kunjungan ke
beberapa KAD di
Indonesia yang bisa dijadikan pembelajaran seperti Sekber Kartamantul,
BKAD
Subosukowonosraten, RM Barlingmascakeb dll.
4. Kegiatan ini juga bisa diselenggarakan dengan metode lokakarya 3 hari
(misalnya di Solo atau
Jogjakarta) yang diselingi kegiatan peninjauan langsung ke lokasi – lokasi
yang menjadi objek
kerjasama KAD di daerah lokasi pelaksanaan lokakarya. Kegiatan ini akan
mengundang KAD – KAD
yang bisa dijadikan narasumber seperti Sekber Kartamantul, BKAD
Subosukowonosraten dll, serta
mengundang KAD lainnya, ataupun juga mengundang bakal calon KAD yang sudah
diidentifikasi oleh
Ditjen PUM. Kegiatan Lokakarya ini di kondisikan sedemikian rupa sehingga
faktor transfer ilmu dan
pengalaman menjadi target utama.
D. HASIL YANG DIHARAPKAN
Hasil yang diharapkan melalui kegiatan KAD Best Practice Transfer ini adalah:
1. Terjadinya pertukaran pengalaman di antara peserta kegiatan, sehingga
bisa dijadikan acuan
KAD lainnya di dalam membentuk dan menjalankan KAD.
2. Melalui kegiatan ini diharapkan semakin banyak Kabupaten/Kota yang
berminat untuk
membentuk Kerjasama Antar Daerah.
3. Masyarakat luas semakin sadar akan pentingnya bekerja sama dengan
daerah lain untuk
mencapai tujuan bersama.
4. Meningkatnya peran serta masyarakat luas dalam kerangka KAD.
E. PESERTA
Peserta yang diharapkan hadir di dalam kegiatan KAD Best Practice Transfer
ini adalah:
1. Ditjen PUM (Subdit KAD).
2. Beberapa KAD yang bisa dijadikan contoh pembelajaran yang meliputi proses
KAD sejak awal seperti
inisiasi, pembentukan dan implementasi.
3. SKPD/Dinas terkait objek KAD yang dijadikan contoh pembelajaran.
75 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011
76 |
P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
A. LATAR BELAKANG
Undang – Undang No. 22. Tahun 1999 yang kemudian disempurnakan menjadi UU.
No. 32 tahun 2004
memberikan kesempatan kepada daerah untuk melakukan kerjasama antar daerah
sebagai suatu aliansi
pembangunan wilayah. Lahirnya PP. No. 50 Tahun 2007 dan terakhir melalui
Permendagri No. 22 dan 23
Tahun 2009 turut menyempurnakan mekanisme pelaksanaan kerjasama antar daerah
tersebut.
Terbitnya Permendagri No. 37 Tahun 2010 yang salah satu isinya mengatur
dengan jelas mekanisme
pemberian hibah sebagai salah satu sumber pendanaan operasional Kerjasama
Antar Daerah (KAD)
tentu saja sangat memberikan angin segar untuk KAD yang telah berdiri maupun
daerah – daerah
lainnya yang berinisiatif untuk melakukan KAD. Kerjasama antar daerah ini
sendiri mempunyai tujuan
untuk meningkatkan pelayanan publik, mengembangkan dan mempercepat
pembangunan wilayah yang
meliputi bidang ekonomi, sosial budaya, fisik, prasarana serta bidang lainnya
sesuai kesepakatan
bersama.
Sejauh ini telah dirasakan adanya kendala – kendala terutama di dalam teknis
pelaksanaan KAD seperti:
kurangnya pemahaman pihak daerah akan manfaat dari kerjasama antar daerah,
kurangnya koordinasi
dan komunikasi dengan/antar Kepala Daerah dari masing – masing pemerintah
daerah, terbatasnya
SDM pelaksana KAD dan tidak sesuai dengan tuntutan KAD; serta mekanisme
pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan yang digunakan untuk KAD ini.
Kementerian Dalam Negeri melalui Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum,
Direktorat Dekosentrasi
dan Kerjasama, Subdit Kerjasama Daerah, telah bekerjasama dengan Bank Dunia
melalui program
Desentralization Support Facility (DSF) untuk menyusun suatu Rencana Aksi
Pengembangan dan
Penguatan Kerjasama Antar Daerah. Salah satu bagian yang tidak terpisahkan
dari rencana aksi tersebut
adalah usulan untuk melaksanakan 5 Kegiatan Jangka Pendek Prioritas bagi
Subdit Kerjasama Daerah
mulai Tahun Anggaran 2012 yang dibiayai oleh APBN. Salah satu kegiatan
prioritas jangka pendek
tersebut adalah “Membentuk Sekretariat Bersama KAD�?, seperti yang dijelaskan
di dalam Permendagri
No. 23/2009, di mana Sekretariat Bersama/Sekber yang dimaksud akan
berkedudukan di Ditjen PUM.
Mengingat pentingnya peran dan fungsi KAD di dalam meningkatkan pelayanan
publik dan
meningkatkan perekonomian wilayah, maka Subdit Kerjasama Daerah, Direktorat
Dekonsentrasi dan
Kerjasama, Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum, Kementerian Dalam Negeri
akan terus berupaya
mendorong melalui berbagai kegiatan yang bertujuan mengembangkan dan
memperkuat kemampuan
kapasitas SDM pelaku KAD serta organisasinya baik di tingkat nasional,
provinsi dan daerah, sehingga
mampu menciptakan kemandirian dan keswadayaan daerah dalam mengelola,
mengembangkan dan
meningkatkan seluruh potensi daerah guna meningkatkan pelayanan publik dan
menunjang
kesejahteraan masyarakat.
77 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
C. BENTUK KEGIATAN
Bentuk kegiatan untuk mewujudkan Sekber KAD yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
1. Menyusun Konsep Sekber KAD yang bisa dilakukan dengan melibatkan lembaga
donor ataupun
ahli – ahli serta pelaku KAD.
2. Menyelenggarakan Workshop “Sekber KAD�? dengan tujuan untuk memaparkan
Konsep Sekber
yang telah disusun dan mendapatkan masukan – masukan kritis dari pelaku
KAD yang ikut serta di
dalam kegiatan Workshop.
3. Menyiapkan draft Keputusan Menteri Dalam Negeri tentang Pembentukan
Sekber serta
mendorong pengesahannya
4. Menyelenggarakan kegiatan sosialisasi Sekber KAD agar pelaku KAD dan
Kementerian/Lembaga di
tingkat pusat mengetahui keberadaan dan fungsi Sekber KAD di Ditjen PUM.
78 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
E. INSTITUSI PENDUKUNG
Beberapa institusi yang terkait dalam Pembentukan Sekretariat Bersama
(Sekber) ini adalah:
1. Institusi di tingkat pusat, meliputi Kementrian Dalam Negeri (Ditjen
Bangda dan Ditjen Keuangan
Daerah), Bappenas, KPDT, Kementrian Keuangan dan Kementrian Teknis lainnya
2. Pemerintah Provinsi
79 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
A. LATAR BELAKANG
Undang – Undang No. 22. Tahun 1999 yang kemudian disempurnakan menjadi UU.
No. 32 tahun 2004
memberikan kesempatan kepada daerah untuk melakukan kerjasama antar daerah
sebagai suatu aliansi
pembangunan wilayah. Lahirnya PP. No. 50 Tahun 2007 dan terakhir melalui
Permendagri No. 22 dan 23
Tahun 2009 turut menyempurnakan mekanisme pelaksanaan kerjasama antar daerah
tersebut.
Terbitnya Permendagri No. 37 Tahun 2010 yang salah satu isinya mengatur
dengan jelas mekanisme
pemberian hibah sebagai salah satu sumber pendanaan operasional Kerjasama
Antar Daerah (KAD)
tentu saja sangat memberikan angin segar untuk KAD yang telah berdiri maupun
daerah – daerah
lainnya yang berinisiatif untuk melakukan KAD. Kerjasama antar daerah ini
sendiri mempunyai tujuan
untuk meningkatkan pelayanan publik, mengembangkan dan mempercepat
pembangunan wilayah yang
meliputi bidang ekonomi, sosial budaya, fisik, prasarana serta bidang lainnya
sesuai kesepakatan
bersama
Sejauh ini telah dirasakan adanya kendala – kendala terutama di dalam teknis
pelaksanaan KAD seperti:
kurangnya pemahaman pihak daerah akan manfaat dari kerjasama antar daerah,
kurangnya koordinasi
dan komunikasi dengan/antar Kepala Daerah dari masing – masing pemerintah
daerah; terbatasnya
SDM pelaksana KAD dan tidak sesuai dengan tuntutan KAD serta mekanisme
pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan yang digunakan untuk KAD ini.
Kementerian Dalam Negeri melalui Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum,
Direktorat Dekosentrasi
dan Kerjasama, Subdit Kerjasama Daerah, telah bekerjasama dengan Bank Dunia
melalui program
Desentralization Support Facility (DSF) untuk menyusun suatu Rencana Aksi
Pengembangan dan
Penguatan Kerjasama Antar Daerah. Salah satu bagian yang tidak terpisahkan
dari rencana aksi tersebut
adalah usulan untuk melaksanakan 5 Kegiatan Jangka Pendek Prioritas bagi
Subdit Kerjasama Daerah
mulai Tahun Anggaran 2012 yang dibiayai oleh APBN. Salah satu kegiatan
prioritas jangka pendek
tersebut adalah “Menyelenggarakan Kegiatan Fasilitasi Peningkatan Kapasitas
Aparatur Pemerintahan
Dalam Kerangka KAD�?.
80 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
C. BENTUK KEGIATAN
Bentuk kegiatan untuk mewujudkan Sekber KAD yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
• Memfasilitasi kegiatan peningkatan kapasitas aparatur pemerintahan agar
bisa menjadi nara sumber
KAD bagi daerah – daerah yang akan membentuk KAD.
E. PESERTA
Peserta kegiatan peningkatan kapasitas peningkatan aparatur dalam kerangka
KAD ini adalah:
1. Ditjen PUM (Subdit KAD).
2. SKPD/Dinas terkait tingkat Provinsi
3. TKKSD tingkat Provinsi yang sudah terbentuk
4. Perguruan tinggi, NGO dan masyarakat luas di tingkat pusat dan provinsi.
81 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
A. LATAR BELAKANG
Undang – Undang No. 22. Tahun 1999 yang kemudian disempurnakan menjadi UU.
No. 32 tahun 2004
memberikan kesempatan kepada daerah untuk melakukan kerjasama antar daerah
sebagai suatu aliansi
pembangunan wilayah. Lahirnya PP. No. 50 Tahun 2007 dan terakhir melalui
Permendagri No. 22 dan 23
Tahun 2009 turut menyempurnakan mekanisme pelaksanaan kerjasama antar daerah
tersebut.
Terbitnya Permendagri No. 37 Tahun 2010 yang salah satu isinya mengatur
dengan jelas mekanisme
pemberian hibah sebagai salah satu sumber pendanaan operasional Kerjasama
Antar Daerah (KAD)
tentu saja sangat memberikan angin segar untuk KAD yang telah berdiri maupun
daerah – daerah
lainnya yang berinisiatif untuk melakukan KAD. Kerjasama antar daerah ini
sendiri mempunyai tujuan
untuk meningkatkan pelayanan publik, mengembangkan dan mempercepat
pembangunan wilayah yang
meliputi bidang ekonomi, sosial budaya, fisik, prasarana serta bidang lainnya
sesuai kesepakatan
bersama
Sejauh ini telah dirasakan adanya kendala – kendala terutama di dalam teknis
pelaksanaan KAD seperti:
kurangnya pemahaman pihak daerah akan manfaat dari kerjasama antar daerah,
kurangnya koordinasi
dan komunikasi dengan/antar Kepala Daerah dari masing – masing pemerintah
daerah; terbatasnya
SDM pelaksana KAD dan tidak sesuai dengan tuntutan KAD; serta mekanisme
pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan yang digunakan untuk KAD ini.
82 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
C. BENTUK KEGIATAN
Bentuk kegiatan untuk mendorong terwujudnya Asosiasi KAD yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
3. Ditjen PUM memfasilitasi kegiatan yang bertujuan untuk menyusun konsep
Asosiasi KAD.
4. Ditjen PUM mendorong terbentuknya Asosiasi KAD dengan memfasilitasi
pertemuan –
pertemuan antara KAD yang ada di Indonesia.
E. PESERTA
Peserta kegiatan peningkatan Mendorong Terbentuknya Asosiasi KAD di Tingkat
Pusat ini adalah:
1. Wadah KAD yang sudah terbentuk
2. Pemerintah Provinsi
83 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
REFERENSI
Anwar, Makhdonal, Tenaga Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010, “Laporan Februari 2010,
Evaluasi RM KPDT dan
Input Untuk Rencana Aksi 2010�?.
Fahmi, F.Z, 2010, Pelajaran dari Efektivitas Kerja Sama Antar Pemerintah
Daerah di Kartamantul:
Ringkasan Tugas Akhir di Planologi ITB, Bandung
GTZ, 2006, Bersama Mengelola Perkotaan: Kerja Sama Antar Daerah Kartamantul,
Yogyakarta
84 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
GTZ, 2010, Prosiding Lokakarya Pengelolaan Keuangan dan Aset dalam Kerja Sama
Antar Daerah,
Jakarta
GTZ, 2008, Model Kerja Sama Penataaan Ruang Kawasan Perbatasan, Kasus:
Kawasan Mirota Jl.
Godean, Yogyakarta
Keban, Y.T., 2009, Kerja Sama Antar Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi: Isu
Strategis, Bentuk dan
Prinsip, Yogyakarta
Kementrian Dalam Negeri, Ditjen PUM, 2010, Keputusan Menteri Dalam Negeri No
050-222 Tahun 2010
tentang Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum Tahun 2010-
2014
Kementrian Dalam Negeri, Ditjen PUM Direktorat Dekonsentrasi dan Kerjasama,
2010, Laporan
Pelaksanaan Kegiatan Rapat Evaluasi Pelaksanaan Kerjasama Antar Daerah
85 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 69 Tahun 2007 tentang Kerja Sama
Pembangunan Perkotaan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah,
sebagaimana telah diubah dengan Permendagri No. 59 Tahun 2007
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 37 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan
Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2011
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik
Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 22 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Tata
Cara Kerjasama
Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 23 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pembinaan
dan Pengawasan
Kerjasama Antar Daerah.
Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah
(LAKKIP)
86 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Sanctyeka, T. dkk, 2009, Membangun Daerah Melalui Kerja Sama Pelayanan Publik
dan Pengembangan
Ekonomi Wilayah: Pembelajaran dari Kerja Sama Antar Daerah (KSAD) di Jawa
Tengah dan DIY, GTZ
Sanctyeka, T., 2009, Siasat Meretas Dilema Kerja Sama antar Daerah dalam
Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 120/1730/SJ Tanggal 13 Juli 2005
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 900/2677/SJ Tanggal 8 November 2007
Tarigan, A., 2009, Kerja Sama Antar Daerah (KAD) untuk Peningkatan
Penyelenggaraan Pelayanan
Publik, Bappenas, Jakarta
Tim Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010. “Buku Saku Regional Management�?.
Waugh Jr, W.L. and G.Streib. 2006. “Collaboration and Leadership for
Effective Emergency
Management�?.
Yunus, U.M, 2005, Kerja Sama Antar Daerah di Era Otonomi: Belajar dari
Keunikan Pawonsari, Jurnal
Kebijakan Ekonomi
Zuhri, M., 2004, Penelitian Kerja Sama antar Daerah Kabupaten/Kota di Jawa
Tengah, Semarang
88 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
LAMPIRAN A
89 | P a g
e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011
12
Pratikno (Ed.), 2007, Kerjasama Antar Daerah : Kompleksitas dan Tawaran
Format Kelembagaan, Jogja Global Media, Yogyakarta.
13
Henry, N. 1995. Public Administration and Public Affairs. Sixth Edition.
Englewood Cliffs, N.J.
90 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011
Perlu diketahui juga bahwa selain tiga tipe kerjasama di atas, kecenderungen
yang terjadi saat ini di
negara – negara maju adalah pencanangan kerjasama dengan konteks
networking/kolaborasi/jejaring
terutama di bidang perencanaan dan mitigasi bencana. Metode kerjasama seperti
ini menjadi model
alternatif untuk menggantikan model birokrasi klasik yang bersifat top down
karena sifatnya yang
mengandalkan jejaring yang fleksibel dan dinamis.14
14
Waugh Jr, W.L. and G.Streib. 2006. “Collaboration and Leadership for
Effective Emergency Management�?.
15
Makhdonal Anwar, Tenaga Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010, “Laporan Februari
2010, Evaluasi RM KPDT dan Input Untuk Rencana Aksi 2010�?.
91 | P a g e
ANGAN
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011
17
dapat dijadikan pedoman dalam melakukan kerjasama antar daerah yaitu:
• Transparansi, artinya daerah yang bekerjasama atau telah bersepakat
untuk melakukan
,
kerjasama harus transparan dalam memberikan berbagai data dan
informasi yang
n
dibutuhkan dalam rangka kerjasama tersebut.
• Akuntabilitas, , artinya daerah bekerjasama
harus bersedia untuk
mempertanggungjawabkan, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan
segala aktivitas
dan kegiatan yang terkait dengan kegiatan kerjasama.
• Partisipatif, artinya prinsip partisipasi harus digunakan dalam
bentuk konsultasi, dialog, dan
negosiasi dalam menentukan tujuan yang harus dicapai, cara
mencapainya dan mengukur
kinerjanya, termasuk cara membagi kompensasi dan risiko.
• Efisiensi, artinya dalam melaksanakan kerjasama tersebut harus
mempertimbangkan nilai
, kerjasama
efisiensi yaitu bagaimana menekan biaya untuk memperoleh suatu
hasil tertentu, atau
bagaimana menggunakan biaya yang sama tetapi dapat mencapai hasil
yang lebih tinggi.
• Efektivitas, artinya selalu mengukur keberhasilan dengan
membandingkan target atau
, keberhasilan
tujuan yang telah ditetapkan dalam kerjasama dengan hasil yang
nyata diperoleh.
16
Management�?.
Tim Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010. “Buku Saku Regional Management�?
17
indonesia.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=74 prinsip
http://www.governance-
indonesia.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=74 “Prinsip-prinsip
Good Governance�?
92 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011
Selain enam prinsip umum di atas, beberapa prinsip khusus yang dapat
digunakan sebagai acuan dalam
kerjasama antar daerah yaitu:18
• Dibentuk melalui pendekatan dari bawah (bottom-up), melalui proses
inisiasi lokal dengan
menggunakan prinsip 3K (Komunikasi, Kerjasama, dan Koordiasi)
sebagai pilar instrumen
pelaksanaan dan kerja kolektif (team work) yang erat antar aktor
regional,
• Kerjasama tersebut harus dibangun untuk kepentingan umum dan
kepentingan yang lebih
luas,
• Kerjasama antar pelaku yang tidak bersifat hirarkis melainkan
merupakan jejaring
(networking) kelembagaan,
• Keterikatan yang dijalin dalam kerjasama tersebut harus didasarkan
atas saling
membutuhkan,
• Keberadaan kerjasama tersebut harus saling memperkuat pihak-pihak
yang terlibat,
• Harus ada keterikatan masing-masing pihak terhadap perjanjian yang
telah disepakati,
• Harus tertib dalam pelaksanaan kerjasama sebagaimana telah
diputuskan,
• Kerjasama harus dibangun diatas rasa saling percaya, saling
menghargai, saling memahami
dan manfaat yang dapat diambil kedua belah pihak.
93 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011
Secara rinci, tujuan pembentukan dan pelaksanaan KAD tersebut adalah sebagai
berikut: 19
• Memunculkan economic growth (petumbuhan ekonomi). Selain
menyediakan lapangan
kerja bagi angkatan kerja baru, Regional Management
diharapkan dapat memperbaiki
kesejahteraan atau meningkatkan pendapatan (ekonomi)
masyarakat daerah.
Pembiayaan KAD
Swadaya KAD
Kebutuhan utama dalam proses pembentukan sampai implementasi kelembagaan KAD
adalah
kebutuhan akan ketersediaan anggaran. Untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan dan
memegang
teguh prinsip keswadayaan, maka setiap anggota KAD diharuskan mengalokasikan
anggaran dalam
94 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011
Hibah
Bantuan Hibah adalah anggaran yang berasal dari pihak dalam dan luar negeri
yang bersifat
tidak mengikat.
Tingkat Pusat
Peranan pemerintah pusat di dalam kerangka kerjasama antar daerah adalah
sebagai fasilitator dan
tempat daerah untuk berkonsultasi mengenai hal – hal yang menyangkut
pelaksanaan kerjasama antar
daerah. Melalui instrument yang dimiliki, pemerintah pusat bisa menjalankan
fungsi – fungsi advokasi
kepada daerah yang melakukan kerjasama. Pemerintah pusat juga bisa memberikan
stimulus ataupun
dorongan kepada daerah – daerah yang berbatasan untuk melakukan kerjasama di
dalam proses
pembangunan daerah tersebut. Fasilitasi pemerintah pusat juga sangat berperan
untuk mendukung
daerah yang bekerjasama untuk mendapatkan dukungan dari perusahaan –
perusahaan, lembaga donor
internasional dan untuk penyediaan infrastruktur.
Tingkat Provinsi
Pemerintahan di tingkat provinsi sebagai wakil pemerintah pusat di daerah
bisa berperan mewadahi
aktivitas lembaga – lembaga dalam struktur kerjasama antar daerah untuk
berkomunikasi, bekerjasama
dan berkoordinasi.
20
Tim Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010. “Buku Saku Regional Management�?.
95 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Masyarakat luas
Keterlibatan masyarakat dalam konteks kerjasama antar daerah adalah sangat
penting. Masyarakat
merupakan subjek sekaligus objek dari kerjasama itu sendiri. Masyarakatlah
yang paling mengetahui
semua permasalahan yang dialami di wilayah yang ditempatinya. Masyarakat
dalam pengertian luas
diharapkan sangat bisa memberikan masukan serta ide untuk kepentingan
pembangunan daerah dalam
kerangka kerjasama antar daerah.
96 | P a g e
ANGAN
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011
menjadi penyebab
Faktor Kunci KAD, Sumber: diolah sendiri dari berbagai sumber, 2011
Komitmen-Konsensus
Inisiatif dari bawah yang kemudian disatukan sebagai inisiatif regional ini
tentunya juga memunculkan
perbedaan kebutuhan dan kepentingan antaraktor regional. Namun, hal tersebut
justru melahirkan
sus
konsensus yang berisi komitmen kerja sama regional. Jadi, komitmen bersama
(regional) yang
merupakan platform kerja sama regional dilahirkan melalui negosiasi dari
berbagai kepentingan
“win-win�? (saling
menguntungkan).
sehingga mencapai sebuah konsensus yang bersifat “win
kan).
21
Management�?.
Tim Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010. “Buku Saku Regional Management�?
97 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Secara umum, peta akan tergambar dalam sebuah baseline study yang memuat
segala aspek potensi
dan kendala daerah baik secara fisik, ekonomi, hukum, pemerintahan, pelayanan
publik, investasi, dan
lain sebagainya.
Monitoring dan Evaluasi
Pengertian Dasar Monev
Penyelenggara KAD terlebih dahulu harus memahami prinsip-prinsip dasar
pengembangan system
evaluasi sebelum membangun dan menjalankan KAD. Prinsip tersebut antara lain
:
98 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Baseline
Hal lain yang juga perlu disiapkan adalah data dasar terkait sektor atau
objek yang akan dikerjasamakan.
Data dasar ini menjadi penting untuk dapat menjadi pijakan awal terhadap
suatu wilayah yang akan atau
sedang melakukan kerjasama sehingga ke depan paska kerjasama - penyelenggara,
masyarakat atau
pemangku kepentingan lainnya dapat melihat perubahan dan perbedaan yang
terjadi terhadap objek
yang dikerjasamakan – sebelum dan sesudahnya. Data dasar yang dibutuhkan
adalah penggambaran
kondisi regional baik dari segi potensi maupun kendala dan limitasi dari
semua sektor dan aspek,
misalnya sektor fisik, ekonomi, sosial budaya, sumberdaya, dan sebagainya.
Tentunya penggalian data
dasar tersebut disesuaikan relevansinya dengan objek yang akan
dikerjasamakan. Oleh karena itu
penyusunan data dasar baik yang berbentuk statistik maupun grafis adalah
kebutuhan bagi
penyelenggaraan kerjasama antar daerah.
99 | P a g e
ANGAN
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011
mempercepat pembangunan
kebijakan khusus
tahun. Hal yang mendasari kebijakan baru di bidang kerjasama antar daerah ini
adalah kebij
Kanselir Austria untuk mengentaskan daerah – daerah pedesaan yang lambat
berkembang terutama di
daerah pegunungan di tahun 1979.
100 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011
Seperti halnya
di Austria, Swiss juga mempunyai sejarah
yang cukup
panjang mengenai Kerjasama Antar Daerah
Regional
Management Di Swiss KAD terbentuk
Di Swiss, Konsep
berdasarkan dua
program bantuan pemerintah yaitu:
Pembangunan Regional
Investitionshilfegesetzt fuer Bergebiete 1974 (IHG) –
yang disusun oleh Peraturan
Bantuan Investasi Derah Pegunungan 1974 -,
Lembaga KAD dan Program
Regio Plus tahun 1997 yang mempunyai
merupakan syarat untuk karakter
identis dengan program bantuan dari Uni
mendapatkan stimulus Eropa.24
pemerintah pusat.
Agar wilayah – wilayah tersebut
bisa mendapatkan
program bantuan pemerintah Swiss
tersebut, maka
persyaratan yang harus dipenuhi
adalah terbentuknya
kelembagaan di wilayah atau
region yang mempunyai
konsep pembangunan regional. Pembentukan kelembagaan ini berdasarkan kepada
karakter topografi
di wilayah pegunungan, contohnya daerah – daerah di pegunungan yang jumlah
penduduknya sedikit
menggabungkan diri ke dalam suatu wadah (KAD RM). Pada pelaksanaannya
pemerintah pusat Swiss
bersedia untuk mendanai hingga 80 % biaya sekretariat lembaga KAD RM
tersebut.25
23
Zeman, A., 2005, Regionalmanagement- Bestandsaufnahme und Potentialanalyse
einer Institution am Beispiel Salzburgs.
24 http://www.regiosuisse.ch/regionalpolitik/rp-verg-instrumente,
Regionalpolitik 1970 – 2007 und deren Finanzinstrumente
25 http://www.regiosuisse.ch/regionalpolitik/rp-verg-instrumente,
Regionalpolitik 1970 – 2007 und deren Finanzinstrumente
101 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011
Sekretaris KAD RM dipilih dan diangkat oleh wilayah. Seringkali posisi ini
diisi oleh tokoh – tokoh
regional seperti walikota, pengusaha lokal, dll. Sekretaris regional ini juga
mendapatkan dukungan dari
Biro Koordinasi CH-Regio yang berfungsi sebagai pusat informasi dan
dokumentasi dan sekaligus bekerja
sama dengan lembaga pendidikan untuk menawarkan pelatihan dan workshop
terkait.26
Studi literatur untuk tema Kerjasama Antar Daerah di Jerman menunjukkan bahwa
definisi mengenai
tema Kerjasama Antar Daerah yang ideal tidak ditemukan di dalam berbagai
tulisan melainkan lebih
banyak didapatkan dari praktek di lapangan dan semuanya mengarah kepada
konsep KAD Regional
Management.27
26 http://www.regiosuisse.ch/regionalpolitik/rp-verg-instrumente,
Regionalpolitik 1970 – 2007 und deren Finanzinstrumente
27 Schäffer, Verena: Regionalmanagement in Sachsen-Anhalt. Theoretische
Grundlagen und praktische Ausgestaltung im Vergleich dreier
Regionen. Diplomarbeit im Fachbereich Geographie an der Freien Universität
Berlin 2003.
28 Euregia adalah Kongres dan Pameran tahunan di Leipzig, Jerman mengenai
Regional Development yang diikuti sebagian besar negara –
102 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011
Berdasarkan kepada hal ini, maka keberhasilan suatu KAD RM di Jerman tidak
hanya ditentukan oleh
keberhasilan di bidang perekonomian, tetapi juga harus diukur berdasarkan
manfaat sosial yang
dirasakan masyarakat dari kegiatan yang diinisiasi oleh wilayah berdasarkan
potensi endogen.30
Pola KAD
Pelaksanaan di lapangan menunjukkan bahwa tidak ditemukan suatu pola umum
yang berlaku dalam
mengimplementasikan instrument KAD di Jerman, Austria dan Swiss. Kesamaan
bentuk organisasi
pelaksana KAD telah digambarkan di bagian sebelumnya yaitu sama – sama
menganut organisasi
Regional Management. Selain itu juga terdapat intensitas yang berbeda dalam
pelaksanaan KAD di
masing – masing negara yang dapat dijadikan pembelajaran.
103 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011
Swiss dan Austria merupakan negara yang paling
“KAD Regional Management di Austria,
berpengalaman dengan Kerjasama Antar Daerah
Swiss dan Jerman merupakan
Regional Management yang berorientasi kepada
pelengkap untuk menanggulangi
perkembangan regional lebih dari 20 tahun.
Hal ini juga terjadi di negara – negara bagian di Jerman, di mana KAD mulai
dibicarakan setelah kebijakan
regionalisasi dimulai di Jerman. Penanggung jawab kegiatan diberikan kepada
masing – masing menteri
ekonomi di negara bagian atas dasar kapasitas yang dimiliki oleh kementerian
ekonomi di negara bagian.
Namun demikian tujuan – tujuan pembangunan di masing – masing negara bagian
tetap dikoordinasikan
dengan kementerian sektoral lainnya di negara bagian tersebut.
32
Maier, J., Obermaier, F.: Regionalmanagement in der Praxis. Hrsg.:
Bayerisches Staatsministerium für Landesentwicklung und
Umweltfragen, München 2000.
104 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011
Knowledge Management
KAD RM harus dipahami sebagai organisasi yang terus belajar dan harus
diberikan kesempatan untuk
terus belajar. Untuk itu, maka kegiatan – kegiatan yang menunjang hal
tersebut seperti forum KAD
untuk media bertukar informasi sesama lembaga pelaksana KAD sangat membantu
hal ini. Demikian
juga dengan kegiatan peningkatan kapasitas aktor pelaksana di lembaga KAD.34
*************
33
Maier, J., Obermaier, F.: Regionalmanagement in der Praxis. Hrsg.:
Bayerisches Staatsministerium für Landesentwicklung und
Umweltfragen, München 2000.
34
Maier, J., Obermaier, F.: Regionalmanagement in der Praxis. Hrsg.:
Bayerisches Staatsministerium für Landesentwicklung und
Umweltfragen, München 2000.
35
Maier, J., Obermaier, F.: Regionalmanagement in der Praxis. Hrsg.:
Bayerisches Staatsministerium für Landesentwicklung und
Umweltfragen, München 2000.
105 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
LAMPIRAN B
DOKUMENTASI
WORKSHOP & RAPAT SOSIALISASI
(TAHAP 1 & II)
PERATURAN KAD
106 | P a g
e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011
Tahap 1:
DAERAH
Inisiasi
2. IDENTIFIKASI POTENSI DAN Identifikasi
Kebutuhan Daerah
PERMASALAHAN DAERAH- Atas Kerjasama
Daerah
DAERAH UNTUK BEKERJASAMA
-Kepala Daerah
3. IDENTIFIKASI TOKOH-TOKOH -- Pejabat-
pejabat kunci lainnya.
KUNCI PENDUKUNG KERJASAMA
DAERAH -Tokoh-tokoh
masyarakat.
-Kelompok-
kelompok masyarakat.
3. SOSIALISASI TEKNIS
PELAKSANAAN KERJASAMA
DAERAH
II A. 1. Susunan sosialisasi disusun ulang berdasarkan:
(1) Isi,
(2) Sasaran,
(3) Media Sosialisasi
Penjelasan:
1. Isi Sosialisasi
Latar Belakang : Pentingnya KAD, dasar-dasar
pemahaman KAD, manfaat dan atau
keuntungan,
Tata cara dan prosedur KAD (kesepakatan dan
perjanjian),
Regulasi KAD
Pentingnya penentuan obyek kerjasama, dll
2. Sasaran Sosialisasi adalah: KDH, DPRD, TKKSD, SKPD
1.A.2 Memastikan ada unit yang menjalankan kerjasama
1.A.3 Insentif, dan disinsentif perlu dijelaskan mengenai bentuk
insentif, mekanisme, dan kriteria
pemberian;
1.A.4 Petunjuk teknis diganti menjadi Panduan
1.A.5 Bagi hasil (share profit)
1.A.6. Dipecah, menjadi 2 bagian dan yang kedua digabung dengan
1.A.7.
I.A.7 Menjadi: Meningkatkan peran aktif
Kata “Membangun�? dihilangkan
I.A.8 Diganti mendorong Daerah membuat regulasi Kerjasama Daerah
107 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011
Masukan dari
Kelompok Kegiatan Workshop II
III • Pentingnya penegasan maksud dan tujuan apa yang
dikerjasamakan;
• Meliputi wilayah yang bertetangga atau KAD Fungsional atau
tidak bertetangga;
• Pentingnya kesadara bersama antar pihak bahwa kerjasama
diperlukan;
• Pentingnya pembicaraan konkrit insentif dan disintif daerah
yang berkerjasama;
• Pentingnya sosialisasi yg mendalam terkait manfaat KAD;
• Pentingnya perencanaan KAD, yang rinci, langkah2 beserta
indikator-indikator;
• Ruang lingkup KAD tidak hanya pelayanan publik tetapi
mencakup sektor- sektor lain yang bia
dikerjasamakan, bisa juga antar daerah antar danantar negara;
• Peran Ditjen PUM harus tegas menjadi regulator dan
fasilitator yang baik sehingga perlu
pemahaman yang jelas terhadap peran ini;
• Regulasi KAD harus mampu menjawab dinamika di lapangan, bukan
malah mengacaukan
IV Masukan:
Sosialisasi: Perlu dilaksanakan dengan media2 yang disesuaikan
dengan kultur daerah
Pembentukan KAD: Perlu ada kelembagaan Sekber dari tingkat
nasional. Bahkan perlu ada KAD
Centre untuk kejelasan info terkait KAD.
Insdentif dan disinsentif: Insentif perlu, tapi jangan sampai
ada disinsentif
Menyusun panduan KAD: Ini selain panduan KAD atau pelaksanaan
tahap-tahap pelaksanaan
KAD, juga diperluan panduan-panduan (Perda) untuk pelaksanaan
KAD yang sudah dilaksanakan
Perlu disusun lesson learned (pembelajaran) dari KAD2 di
seluruh Indo
Identifikasi tokoh: Perlunyas keterlibatan tokoh NGO dan agama
Prioritas:
→Penyusunan panduan yang disusun dengan KAD Centre sehingga
selaras, susun dan sosialisasi di
satu pintu.
108 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011
Masukan dari
Kelompok Kegiatan Workshop II
I Tahap 2 dan
3:
1. PEMBENTUKAN FORUM
Persiapan dan
Pembentukan
2. KESEPAKATAN SKALA PRIORITAS
1. Pendatanganan MOU,
diperkuat
oleh peraturan masing-
masing
daerah.
3. Mekanisme
Pembiayaan
IV Untuk Tahap 2, perlu ada porsi yang jelas, mana yang porsi
kabupaten, kota, dll
Ada satu kolom tambahan di tabel tersebut yang merupakan penjelas
tentang institusi pendukung
109 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011
Masukan dari
Kelompok Kegiatan Workshop II
I
Masukan untuk tahap 3 sudah digabungkan dengan masukan dengan
tahap 2
IV Untuk Tahap 3 perlu ada porsi yang jelas, mana yang porsi
kabupaten, kota, dll
Ada satu kolom tambahan di tabel tersebut yang merupakan penjelas
tentang institusi pendukung
110 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011
Masukan dari
Kelompok Kegiatan Workshop II
IV Tahap 4 perlu ada porsi yang jelas, mana yang porsi kabupaten,
kota, dll
Ada satu kolom tambahan di tabel tersebut yang merupakan penjelas
tentang institusi
pendukung
111 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011
Masukan dari
Kelompok Kegiatan Workshop II
2. Pelatihan
Fasilitator Kerjasama
1. MENINGKATKAN KAPASITAS
Daerah
3. Meningkatkan
kapasitas asosiasi
lembaga kerjasama
daerah.
III Walaupun ada monev tetapi hanya formalitas saja, karena KAD
yang tidak berkembang, tidak
ada upaya dari para pihak untuk membantu menyelesaikan;
Ada indikator untuk keberhasilan sehingga akan jelas kebutuhan
capacity building?
Perlunya capacity building terhadap KAD sehingga tidak
dibiarkan seolah-olah entitas diluar
pemerintahan.
112 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011
113 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
APRIL 2011
Masukan dari
Masukan dari Institusi
Kegiatan Kegiatan Sosialisasi I
Kegiatan Sosialisasi II Pelaksana
Utama
1-A.1 Sosialiasi tentang Materi sosialisasi sebaiknya juga mencakup:
• Materi sosialisasi mencakup teknik tata Ditjen PUM;
pemahaman KAD • Latar belakang KAD, visi wilayah yang
cara penentuan obyek KAD Provinsi
lebih tinggi (pusat/prop) dan rencana
• Memberikan sosialisasi berupa
tata ruang (spt RTRW)
pemahaman pentingnya KAD kepada
• Peraturan perundangan, mulai dari
kepala daerah prop/kab/kota dan juga
amanah UU 32/2004 dst
SKPD sesuai tupoksi (obyek kerjasama);
terbentuk
1-A.2 Memberikan
• Ditjen PUM mengeluarkan Surat edaran, Ditjen PUM;
Usulan/inisiatif
agar supaya SKPD kab/kota/propinsi yang Provinsi
pembentukan/
melakukan KAD bekerjasama dengan
pengembangan KAD
TKKSD yang sudah terbentuk
segera merealisasikannya
diperhatikan
latar belakang
pembiayaan
114 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
APRIL 2011
Masukan dari
Masukan dari Institusi
Kegiatan Kegiatan Sosialisasi I
Kegiatan Sosialisasi II Pelaksana
Utama
1-A.5 Melakukan kajian • Salah satu output kajian adalah:
• Melakukan kajian terhadap KAD yang gagal Ditjen PUM;
relevansi KAD Identifikasi objek kerjasama yang akan
dan berhasil serta faktor-faktor Provinsi;
dilakukan
penyebabnya Kabupaten/
• Kajian relevansi KAD yang dilakukan
• Termasuk kajian berupa identifikasi Kota
kabupaten/kota meliputi:
kebutuhan melaksanakan KAD, share profit
swasta
obyek kerjasama
Daerah�?
115 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
APRIL 2011
Masukan dari
Masukan dari Institusi
Kegiatan Utama Kegiatan Sosialisasi I
Kegiatan Sosialisasi II Pelaksana
2-A.1 Membentuk forum •
Aktor kunci wilayah dimaksud Provinsi;
yang beranggotakan
termasuk tokoh adat dan tokoh Kabupaten
para aktor kunci
agama /Kota
wilayah untuk •
Anggota forum bukan hanya dari
persiapan
pemerintah saja, tapi juga dari
pembentukan wadah
pihak ke-3 untuk memberikan
KAD
fasilitasi dan juga perlu pelibatan
obyek kerjasama)
2-A.2 Menyusun draft Untuk menyusun konsep KAD •
Draft KAD disampaikan/ Ditjen PUM
konsep KAD diperlukan juknis atau juklak
dipublikasikan kepada masyarakat Provinsi;
(meliputi visi, misi,
secara umum ataupun pihak terkait Kabupaten
bidang / prioritas
melalui mekanisme public hearing /Kota
obyek yang akan •
Termasuk mengindentifikasi sektor
dikerjasamakan
yang akan dikerjasamakan serta
berdasarkan data
ruang lingkup kerjasama dan
baseline regional)
rencana pelaksanaan kerjasama
bupati/Perbup)
2-A.6 Melakukan kunjungan
Ditjen PUM
kerja/studi banding ke
Provinsi;
beberapa KAD yang
Kabupaten
sudah terbentuk
/Kota
116 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
APRIL 2011
Masukan dari
Masukan dari Institusi
Kegiatan Utama Kegiatan Sosialisasi I
Kegiatan Sosialisasi II Pelaksana
3-A.1 Menyusun draft Adanya pendampingan saat penyiapan • Dalam
menyusun draft perjanjian Ditjen PUM
Perjanjian draft PKS
kerjasama harus memperhatikan Provinsi;
Kerjasama KAD
budaya/kearifan lokal Kabupaten/
•
Penyusunan draft perjanjian Kota
lainnya
3-A.2 Penandatanganan
Kabupaten/
Perjanjian
Kota; Provinsi
Kerjasama
117 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
APRIL 2011
Kota
3-A.8 Melakukan kajian &
Ditjen PUM
revisi peraturan
perundangan
tentang alternatif
bentuk wadah KAD
3-A.9 Melakukan
Ditjen PUM
sinkronisasi/harmon
isasi peraturan
perundangan terkait
mekanisme
pembiayaan dan
pertanggungjawaba
n KAD
118 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
APRIL 2011
4-A.3 Memfasilitasi
Wadah KAD
komunikasi
antar SKPD di
bidang
pelayanan
pubik tertentu
4-A.4 Menentukan •
Membina, mengarahkan dan mendorong Kabupaten/
mekanisme sumber
SDM dan potensi yang ada Kota;
pembiayaan •
Menyiapkan biaya operasional untuk Provinsi
kegiatan KAD
wadah/lembaga KAD
119 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
APRIL 2011
120 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
APRIL 2011
Masukan dari
Masukan dari Institusi
Kegiatan Utama Kegiatan Sosialisasi I
Kegiatan Sosialisasi II Pelaksana
5-A.1 Meningkatkan 3K
Intensitas komunikasi dan koordinasi Ditjen
antar stakeholder di
perlu dioptimalisasi PUM;
tingkat pusat
Kementrian
/ lembaga
terkait
lebih tinggi
•
Evaluasi dilakukan secara berkala dan
kembali
121 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
APRIL 2011
Masukan dari
Masukan dari Institusi
Kegiatan Utama Kegiatan Sosialisasi I
Kegiatan Sosialisasi II Pelaksana
benar-benar dibutuhkan oleh pihak
daerah yang melakukan KAD
• Meningkatkan kemampuan aparat
pelaksana KAD
• Diperlukan bintek/pelatihan tentang
tata cara/teknis bernegosiasi
5-A.6 Mendorong • Komunikasi
antar KAD sangat Ditjen
terbentuknya diperlukan,
sehingga perlu dibentuk PUM;
Asosiasi KAD “Forum
Komunikasi Antar KAD�? Propinsi
122 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011
1. Ir. Danny Suhadi, MT; Kepala Biro Administrasi Pembangunan Provinsi NTT
2. Padri SE; Kasubag Kerjasama Biro Pemerintahan Provinsi Jami
3. Pinondang Hutagaol ME; Kasubag Penegakan HAM Biro Hukum Provinsi Jambi
4. R. Eddy Nurjaman; Kepala Bagian Tata Pemerintahan Kota Banjar
5. Dra. Hj. Ratni, Msi; Kasubid Kerja Sama Bappeda Propinsi Sulawesi
Tengah
6. R.H. Lukman Eldan, SE. MM; Staf Ahli Sekda Kabupaten Muaro Jambi
7. Undang Sohbarudin; Kabag Pemerintahan Umum Kabupaten Ciamis
8. Mohammad Dicky Sidiki; Staf Bidang PEP Bappeda Provinsi Gorontalo
9. Erwandi SSTP; Kasubag Otda dan Kerjasama Antar Daerah Kota Jambi
10. Drs. Anang Suharsa; Kabag Pemerintahan Kabupaten Kulon Progo
11. Hj. Lessy Anggraeni SH MM; Kabag Kerjasama Dalam Negeri Provinsi Jawa
Barat
12. Heru Suroso SH; Kabid Kerjasama BKPM DIY
13. Hj. Zusridawati SE; Kasubag Umum Bappeda Kabupaten Batanghari
14. Drs Nulharip; Kabid pemerintahan Bappeda Kabupaten Garut
15. Leo Candra Gusnadi, S.ST, M.Si; Kabid Ekonomi dan PMD Bappeda Kota
Sungai Penuh
16. Drs Suryadi Boy; Kasubdit Kerjasama dan Perbatasan Biro Pemerintahan
dan Kependudukan Provinsi
Sumatera Barat
17. Amrullah SH; Kabag Pemerintah Setda Kota Cimahi
18. Drs Sofian Ibrahim Msi; Kabid Perencanaan dan Evaluasi Bappeda Provinsi
Gorontalo
19. Drs Mayfaldi; Kabag Pemerintahan Kota Pariaman
20. Drs. S. Songgo; Kepala Bappeda Kota Poso
21. Drs Omay Kuswandi Msi; Kabag Pemerintahan Kabupaten Tasikmalaya
123 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011
124 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
LAMPIRAN C
PERATURAN-PERATURAN KAD
• PP No. 50/2007
• Permendagri No. 22/2009
• Permendagri No. 23/2009
• Permendagri No. 19/2009
125 | P a g
e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
TENTANG
MEMUTUSKAN:
126
| P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati atau wali kota dan perangkat
daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
2. Kerja sama daerah adalah kesepakatan antara gubernur dengan gubernur atau
gubernur
dengan bupati/wali kota atau antara bupati/wali kota dengan bupati/wali
kota yang lain, dan
atau gubernur, bupati/wali kota dengan pihak ketiga, yang dibuat secara
tertulis serta
menimbulkan hak dan kewajiban.
3. Pihak ketiga adalah Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen atau
sebutan lain,
perusahaan swasta yang berbadan hukum, Badan Usaha Milik Negara, Badan
Usaha Milik
Daerah, Koperasi, Yayasan, dan lembaga di dalam negeri lainnya yang
berbadan hukum.
4. Badan kerja sama adalah suatu forum untuk melaksanakan kerja sama yang
keanggotaannya merupakan wakil yang ditunjuk dari daerah yang melakukan
kerja sama.
5. Surat Kuasa adalah naskah dinas yang dikeluarkan oleh kepala daerah
sebagai alat
pemberitahuan dan tanda bukti yang berisi pemberian mandat atas wewenang
dari kepala
daerah kepada pejabat yang diberi kuasa untuk bertindak atas nama kepala
daerah untuk
menerima naskah kerja sama daerah, menyatakan persetujuan pemerintah
daerah untuk
mengikatkan diri pada kerja sama daerah, dan/atau menyelesaikan hal-hal
lain yang
diperlukan dalam pembuatan kerja sama daerah.
6. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang pemerintahan
dalam negeri.
BAB II
KERJA SAMA DAERAH
Bagian Kesatu
Prinsip Kerja Sama
Pasal 2
Kerja sama daerah dilakukan dengan prinsip:
a. efisiensi;
b. efektivitas;
c. sinergi;
d. saling menguntungkan;
e. kesepakatan bersama;
f. itikad baik;
g. mengutamakan kepentingan nasional dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik
Indonesia;
h. persamaan kedudukan;
i. transparansi;
j. keadilan; dan
k. kepastian hukum.
127 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Bagian Kedua
Subjek Kerja Sama
Pasal 3
Para pihak yang menjadi subjek kerja sama dalam kerja sama daerah meliputi:
a. gubernur;
b. bupati;
c. wali kota; dan
d. pihak ketiga.
Bagian Ketiga
Objek Kerja Sama
Pasal 4
Objek kerja sama daerah adalah seluruh urusan pemerintahan yang telah menjadi
kewenangan
daerah otonom dan dapat berupa penyediaan pelayanan publik.
Bagian Keempat
Bentuk Kerja Sama
Pasal 5
Kerja sama daerah dituangkan dalam bentuk perjanjian kerja sama.
Pasal 6
Perjanjian kerja sama daerah dengan pihak ketiga wajib memperhatikan prinsip
kerja sama dan
objek kerja sama sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 dan Pasal 4.
BAB III
TATA CARA KERJA SAMA DAERAH
Pasal 7
Tata cara kerja sama daerah dilakukan dengan:
a. Kepala daerah atau salah satu pihak dapat memprakarsai atau menawarkan
rencana kerja
sama kepada kepala daerah yang lain dan pihak ketiga mengenai objek
tertentu.
b. Apabila para pihak sebagaimana dimaksud pada huruf a menerima, rencana
kerja sama
tersebut dapat ditingkatkan dengan membuat kesepakatan bersama dan
menyiapkan
rancangan perjanjian kerja sama yang paling sedikit memuat:
1. subjek kerja sama;
2. objek kerja sama;
3. ruang lingkup kerja sama;
4. hak dan kewajiban para pihak;
5. jangka waktu kerja sama;
6. pengakhiran kerja sama;
7. keadaan memaksa; dan
8. penyelesaian perselisihan.
c. Kepala daerah dalam menyiapkan rancangan perjanjian kerja sama melibatkan
perangkat
daerah terkait dan dapat meminta pendapat dan saran dari para pakar,
perangkat daerah
provinsi, Menteri dan Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen
terkait.
128 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Pasal 8
Pelaksanaan perjanjian kerja sama dapat dilakukan oleh satuan kerja perangkat
daerah.
BAB IV
PERSETUJUAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
Pasal 9
Rencana kerja sama daerah yang membebani daerah dan masyarakat harus mendapat
persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan ketentuan apabila
biaya kerja sama
belum teranggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun
anggaran berjalan
dan/atau menggunakan dan/atau memanfaatkan aset daerah.
Pasal 10
Kerja sama daerah yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi
dari satuan
kerja perangkat daerah dan biayanya sudah teranggarkan dalam Anggaran
Pendapatan dan
Belanja Daerah tahun anggaran berjalan tidak perlu mendapat persetujuan dari
Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
Pasal 11
(1) Untuk mendapatkan persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
terhadap kerja
sama daerah yang membebani daerah dan masyarakat, gubernur/bupati/wali
kota
menyampaikan surat dengan melampirkan rancangan perjanjian kerja sama
kepala daerah
kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan memberikan penjelasan
mengenai:
a. tujuan kerja sama;
b. objek yang akan dikerjasamakan;
c. hak dan kewajiban meliputi:
1. besarnya kontribusi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang
dibutuhkan
untuk pelaksanaan kerja sama; dan
2. keuntungan yang akan diperoleh berupa barang, uang, atau jasa.
d. jangka waktu kerja sama; dan
e. besarnya pembebanan yang dibebankan kepada masyarakat dan jenis
pembebanannya.
(2) Surat gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tembusannya disampaikan
kepada
Menteri dan Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen terkait.
(3) Surat bupati/wali kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tembusannya
disampaikan
kepada gubernur dan Menteri serta Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non
Departemen terkait.
Pasal 12
(1) Rancangan perjanjian kerja sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
dinilai oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah paling lama 45 (empat puluh lima) hari
kerja sejak
diterima untuk memperoleh persetujuan.
(2) Apabila rancangan perjanjian kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah menilai kurang memenuhi prinsip kerja sama,
paling lama 15
129 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011
(lima belas) hari kerja sejak diterima sudah menyampaikan pendapat dan
sarannya kepada
kepala daerah.
(3) Kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam waktu paling
lama 14 (empat
belas) hari kerja telah menyempurnakan rancangan perjanjian kerja sama
dan
menyampaikan kembali kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
(4) Apabila dalam waktu paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak
diterimanya surat kepala
daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah belum
memberikan persetujuan, dinyatakan telah memberikan persetujuan.
(5) Gubernur wajib menyampaikan salinan setiap perjanjian kerja sama kepada
Menteri/Pimpinan Lembaga Non Departemen terkait dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah.
(6) Bupati/wali kota wajib menyampaikan salinan setiap perjanjian kerja
sama kepada
gubernur, Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen terkait
dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
BAB V
HASIL KERJA SAMA
Pasal 13
(1) Hasil kerja sama daerah dapat berupa uang, surat berharga dan aset, atau
nonmaterial
berupa keuntungan.
(2) Hasil kerja sama daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang menjadi
hak daerah
yang berupa uang, harus disetor ke kas daerah sebagai pendapatan asli
daerah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
(3) Hasil kerja sama daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang menjadi
hak daerah
yang berupa barang, harus dicatat sebagai aset pada pemerintah daerah
yang terlibat
secara proporsional sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
BAB VI
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Pasal 14
(1) Apabila kerja sama antardaerah dalam satu provinsi terjadi perselisihan,
dapat diselesaikan
dengan cara:
a. musyawarah; atau
b. Keputusan Gubernur.
(2) Keputusan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b bersifat
final dan
mengikat.
Pasal 15
(1) Apabila kerja sama daerah provinsi dengan provinsi lain atau antara
provinsi dengan
kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi atau antara daerah kabupaten/kota
dengan daerah
kabupaten atau daerah kota dari provinsi yang berbeda terjadi
perselisihan, dapat
diselesaikan dengan cara:
a. musyawarah; atau
b. Keputusan Menteri.
(2) Keputusan Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b bersifat
final dan mengikat.
130 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Pasal 16
(1) Apabila kerja sama daerah dengan pihak ketiga terjadi perselisihan,
diselesaikan sesuai
kesepakatan penyelesaian perselisihan yang diatur dalam perjanjian kerja
sama.
(2) Apabila penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak
terselesaikan, perselisihan diselesaikan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
BAB VII
PERUBAHAN KERJA SAMA DAERAH
Pasal 17
(1) Para pihak dapat melakukan perubahan atas ketentuan kerja sama daerah.
(2) Mekanisme perubahan atas ketentuan kerja sama daerah diatur sesuai
kesepakatan
masing-masing pihak yang melakukan kerja sama.
(3) Perubahan ketentuan kerja sama daerah dituangkan dalam perjanjian kerja
sama setingkat
dengan kerja sama daerah induknya.
BAB VIII
BERAKHIRNYA KERJA SAMA DAERAH
Pasal 18
Kerja sama daerah berakhir apabila:
a. terdapat kesepakatan para pihak melalui prosedur yang ditetapkan dalam
perjanjian;
b. tujuan perjanjian tersebut telah tercapai;
c. terdapat perubahan mendasar yang mengakibatkan perjanjian kerja sama tidak
dapat
dilaksanakan;
d. salah satu pihak tidak melaksanakan atau melanggar ketentuan perjanjian;
e. dibuat perjanjian baru yang menggantikan perjanjian lama;
f. muncul norma baru dalam peraturan perundang-undangan;
g. objek perjanjian hilang;
h. terdapat hal-hal yang merugikan kepentingan nasional; atau
i. berakhirnya masa perjanjian.
Pasal 19
(1) Kerja sama daerah dapat berakhir sebelum waktunya berdasarkan permintaan
salah satu
pihak dengan ketentuan:
a. menyampaikan secara tertulis inisiatif pengakhiran kerja sama kepada
pihak lain.
b. pihak yang mempunyai inisiatif menanggung resiko baik finansial maupun
resiko lainnya
yang ditimbulkan sebagai akibat pengakhiran kerja sama.
(2) Pengakhiran kerja sama ini tidak akan mempengaruhi penyelesaian objek
kerja sama yang
dibuat dalam perjanjian atau dalam pelaksanaan perjanjian kerja sama
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8, sampai terselesaikannya objek kerja sama
tersebut.
Pasal 20
Kerja sama daerah tidak berakhir karena pergantian pemerintahan di daerah.
Pasal 21
Menteri/Lembaga Pemerintah Non Departemen, kepala daerah dan Pimpinan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang melakukan kerja sama bertanggungjawab:
a. menyimpan dan memelihara naskah asli kerja sama daerah; dan
b. menyusun daftar naskah resmi dan menerbitkan himpunan kerja sama daerah.
131 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
BAB IX
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 22
(1) Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan umum atas kerja sama
antardaerah
provinsi atau antarkabupaten/kota dari lain provinsi.
(2) Menteri dan Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen terkait melakukan
pembinaan
dan pengawasan teknis atas kerja sama antardaerah provinsi atau
antarkabupaten/kota dari
lain provinsi.
(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai dari
penjajakan,
negosiasi, penandatanganan, pelaksanaan sampai pengakhiran kerja sama.
Pasal 23
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembinaan dan pengawasan
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 22 diatur dalam peraturan Menteri.
BAB X
BADAN KERJA SAMA
Pasal 24
(1) Dalam rangka membantu kepala daerah melakukan kerja sama dengan daerah
lain yang
dilakukan secara terus menerus atau diperlukan waktu paling singkat 5
(lima) tahun, kepala
daerah dapat membentuk badan kerja sama.
(2) Badan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan perangkat
daerah.
(3) Pembentukan dan susunan organisasi badan kerja sama sebagaimana dimaksud
pada ayat
(1) ditetapkan dengan keputusan bersama kepala daerah.
Pasal 25
(1) Badan kerja sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 mempunyai tugas:
a. membantu melakukan pengelolaan, monitoring dan evaluasi atas
pelaksanaan kerja
sama;
b. memberikan masukan dan saran kepada kepala daerah masing-masing
mengenai
langkah-langkah yang harus dilakukan apabila ada permasalahan; dan
c. melaporkan pelaksanaan tugas kepada kepala daerah masing-masing.
(2) Biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas badan kerja sama menjadi
tanggung jawab
bersama kepala daerah yang melakukan kerja sama.
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 26
Pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini, kerja sama antardaerah yang
sedang berjalan
tetap berlaku sampai dengan berakhirnya kerja sama.
Pasal 27
Pada saat ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini, maka penyelesaian
perselisihan kerja sama
antardaerah yang ada sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini,
diselesaikan sesuai
Peraturan Pemerintah ini.
132 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 28
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan
Pemerintah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 22 Agustus 2007
ttd
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 22 Agustus 2007
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
ANDI MATTALATTA
133 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 50 TAHUN 2007
TENTANG
TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH
F. I. UMUM
Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam menyelenggarakan pemerintahannya
menganut asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Dengan
asas
desentralisasi kewenangan Pemerintah diserahkan kepada daerah otonom dan
daerah
otonom diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus kewenangannya sesuai
kepentingan masyarakat. Dalam menyelenggarakan pemerintahannya, daerah
diberi
kewenangan untuk melakukan kerja sama dengan daerah lain dan pihak ketiga.
Kerja sama daerah merupakan sarana untuk lebih memantapkan hubungan dan
keterikatan
daerah yang satu dengan daerah yang lain dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik
Indonesia, menyerasikan pembangunan daerah, mensinergikan potensi
antardaerah
dan/atau dengan pihak ketiga serta meningkatkan pertukaran pengetahuan,
teknologi dan
kapasitas fiskal.
Melalui kerja sama daerah diharapkan dapat mengurangi kesenjangan daerah
dalam
penyediaan pelayanan umum khususnya yang ada di wilayah terpencil,
perbatasan
antardaerah dan daerah tertinggal.
Kerja sama daerah dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan sumber
pendapatan asli daerah. Oleh karena itu, kerja sama daerah yang membebani
Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan masyarakat harus mendapat persetujuan
dari Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
Objek yang dapat dikerjasamakan meliputi seluruh urusan yang menjadi
kewenangan
daerah otonom, aset daerah dan potensi daerah serta penyediaan pelayanan
umum.
Pelaksanaan kerja sama harus berpegang pada prinsip efisiensi,
efektivitas, sinergi, saling
menguntungkan, kesepakatan bersama, itikad baik, mengutamakan kepentingan
nasional
dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, persamaan
kedudukan,
transparansi, keadilan dan kepastian hukum. Objek kerja sama merupakan
faktor utama
yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kerja sama untuk selanjutnya
menentukan
pilihan bentuk kerja sama yang akan dilaksanakan.
Hasil kerja sama yang diperoleh daerah berupa uang harus disetor ke kas
daerah,
sedangkan yang berupa barang harus dicatat sebagai aset daerah.
Adanya pergantian kepala daerah pada dasarnya tidak dapat atau
mempengaruhi atas
pelaksanaan kerja sama yang telah disepakati oleh kepala daerah
sebelumnya.
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Huruf a
Yang dimaksud dengan "efisiensi" adalah upaya pemerintah daerah
melalui kerja
sama untuk menekan biaya guna memperoleh suatu hasil tertentu atau
menggunakan biaya yang sama tetapi dapat mencapai hasil yang
maksimal.
134 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Huruf b
Yang dimaksud dengan "efektivitas" adalah upaya pemerintah daerah
melalui kerja
sama untuk mendorong pemanfaatan sumber daya para pihak secara optimal
dan
bertanggungjawab untuk kesejahteraan masyarakat.
Huruf c
Yang dimaksud dengan "sinergi" adalah upaya untuk terwujudnya harmoni
antara
pemerintah, masyarakat dan swasta untuk melakukan kerja sama demi
terwujudnya
kesejahteraan masyarakat.
Huruf d
Yang dimaksud dengan "saling menguntungkan" adalah pelaksanaan kerja
sama
harus dapat memberikan keuntungan bagi masing-masing pihak dan dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat.
Huruf e
Yang dimaksud dengan "kesepakatan bersama" adalah persetujuan para
pihak
untuk melakukan kerja sama.
Huruf f
Yang dimaksud dengan "itikad baik" adalah kemauan para pihak untuk
secara
sungguh-sungguh melaksanakan kerja sama.
Huruf g
Yang dimaksud dengan "mengutamakan kepentingan nasional dan keutuhan
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia" adalah seluruh pelaksanaan
kerja
sama daerah harus dapat memberikan dampak positif terhadap upaya
mewujudkan
kemakmuran, kesejahteraan masyarakat dan memperkokoh Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Huruf h
Yang dimaksud dengan "persamaan kedudukan" adalah persamaan dalam
kesederajatan dan kedudukan hukum bagi para pihak yang melakukan kerja
sama
daerah.
Huruf i
Yang dimaksud dengan "transparansi" adalah adanya proses keterbukaan
dalam
kerja sama daerah.
Huruf j
Yang dimaksud dengan "keadilan" adalah adanya persamaan hak dan
kewajiban
serta perlakuan para pihak dalam melaksanakan kerja sama daerah.
Huruf k
Yang dimaksud dengan "kepastian hukum" adalah bahwa kerja sama yang
dilakukan
dapat mengikat secara hukum bagi para pihak yang melakukan kerja sama
daerah.
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Yang dimaksud dengan "pelayanan publik" adalah pelayanan yang diberikan
bagi
masyarakat oleh Pemerintah yang berupa pelayanan administrasi,
pengembangan
sektor unggulan dan penyediaan barang dan jasa seperti rumah sakit, pasar,
pengelolaan air bersih, perumahan, tempat pemakaman umum, perparkiran,
persampahan, pariwisata, dan lain-lain.
Pasal 5
Cukup jelas
135
| P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Yang dimaksud dengan "membebani daerah" adalah biaya kerja sama berasal
dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan/atau menggunakan dan/atau
memanfaatkan aset daerah. Yang dimaksud dengan "membebani masyarakat"
adalah
akibat dilakukannya kerja sama, masyarakat dikenai kewajiban untuk
membayar
sejumlah uang atau dalam bentuk lain. Kerja sama yang harus mendapat
persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah apabila biaya kerja sama belum teranggarkan
dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun anggaran berjalan dan/atau
menggunakan dan/atau memanfaatkan aset daerah.
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Tembusan surat dimaksudkan untuk diketahui oleh pembina dan pengawas
kerja
sama daerah, dengan demikian pembina dan pengawas kerja sama daerah
dapat
memberikan masukan dan rekomendasi terhadap suatu rancangan kerja sama
daerah.
Ayat (3)
Tembusan surat dimaksudkan untuk diketahui oleh pembina dan pengawas
kerja
sama daerah, dengan demikian pembina dan pengawas kerja sama daerah
dapat
memberikan masukan dan rekomendasi terhadap suatu rancangan kerja sama
daerah.
Pasal 12
Ayat (1)
Salah satu fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah melakukan
pengawasan
terhadap pelaksanaan kerja sama. Waktu 45 (empat puluh lima) hari
dianggap cukup
untuk dilakukan penilaian apakah rencana kerja sama daerah telah
memenuhi
prinsip kerja sama atau tidak.
Ayat (2)
Pelaksanaan kerja sama daerah memerlukan ketepatan dan kecepatan.
Apabila
menurut Dewan Perwakilan Rakyat Daerah rencana kerja sama daerah
kurang
memenuhi prinsip kerja sama, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dapat
menyampaikan pendapat dan sarannya.
Ayat (3)
Cukup jelas.
136 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Ayat (1)
Gubernur dalam menyelesaikan perselisihan tersebut dapat
berkonsultasi dengan
Pemerintah.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 15
Ayat (1)
Menteri dalam menyelesaikan perselisihan tersebut dapat berkonsultasi
dengan
Presiden.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Yang dimaksud dengan "kerja sama daerah tidak berakhir karena pergantian
pemerintahan
di daerah" adalah bahwa kerja sama daerah dilaksanakan sesuai kesepakatan
jangka
waktu yang diatur dalam perjanjian kerja sama dan tidak terpengaruh oleh
adanya
pergantian kepala daerah.
Pasal 21
Cukup jelas
137 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas
138 | P
a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
TENTANG
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
BAB II
Pasal 2
BAB III
TATA CARA KERJA SAMA DAERAH
Pasal 3
Pasal 4
(1) Contoh bentuk/model kerja sama daerah meliputi :
a. Bentuk/model kerja sama antar daerah;
b. Bentuk/model kerja sama pemerintah daerah dengan Departemen/LPND; dan
c. Bentuk/model kerja sama pemerintah daerah dengan badan hukum.
(2) Uraian contoh bentuk/model kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum
dalam Lampiran II Peraturan Menteri ini.
BAB IV
Pasal 5
(1) Gubernur membentuk Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah ( TKKSD) untuk
menyiapkan kerja
sama daerah.
(2) TKKSD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas:
a. melakukan inventarisasi dan pemetaan bidang/potensi daerah yang akan
dikerjasamakan;
b. menyusun prioritas objek yang akan dikerjasamakan;
c. memberikan saran terhadap proses pemilihan daerah dan pihak ketiga;
d. menyiapkan kerangka acuan/proposal objek kerja sama daerah;
e. membuat dan menilai proposal dan studi kelayakan;
141 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Pasal 6
(1) Bupati/Walikota membentuk Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah (TKKSD) untuk
menyiapkan
kerja sama daerah.
(2) TKKSD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas:
a. melakukan inventarisasi dan pemetaan bidang/potensi daerah yang akan
dikerjasamakan;
b. menyusun prioritas objek yang akan dikerjasamakan;
c. memberikan saran terhadap proses pemilihan daerah dan pihak ketiga;
d. menyiapkan kerangka acuan/proposal objek kerja sama daerah;
e. membuat dan menilai proposal dan studi kelayakan;
f. menyiapkan materi kesepakatan bersama dan rancangan perjanjian kerja
sama;
g. memberikan rekomendasi kepada bupati/walikota untuk penandatanganan
kesepakatan
bersama dan perjanjian kerja sama.
(3) TKKSD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Ketua Sekretaris Daerah
b. Wakil Ketua I : Asisten yang membidangi kerja sama daerah
142 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Pasal 7
TKKSD Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana
dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (2) dan Pasal 6 ayat (2) dapat membentuk Tim Teknis untuk
menyiapkan
materi teknis terhadap objek yang akan dikerjasamakan.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 8
(1) Kerja sama daerah yang membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Provinsi
dan masyarakat serta anggarannya belum tersedia dalam APBD Provinsi tahun
anggaran
berjalan harus mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi.
(2) Kerja sama daerah yang membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten/Kota dan masyarakat serta anggarannya belum tersedia dalam
Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota tahun anggaran berjalan
harus mendapat
persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota.
Pasal 9
Dalam hal kerja sama daerah memanfaatkan asset barang milik daerah dan
melakukan
pengadaan barang dan jasa pemerintah, dilaksanakan dengan berpedoman pada
peraturan
perundang-undangan.
143 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Pasal 10
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di
Jakarta
pada tanggal 22 Mei
2009
MENTERI DALAM
NEGERI,
ttd
H. MARDIYANTO
ttd
PERWIRA
144 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah daerah Provinsi, daerah Kabupaten/Kota.
2. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota dan perangkat
daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
3. Kepala Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota yang melakukan kerja
sama dengan
daerah lain.
4. Kerja sama antardaerah yang selanjutnya disingkat KSAD adalah kesepakatan
antara
Gubernur dengan Gubernur atau Gubernur dengan Bupati/Walikota atau antara
Bupati/Walikota dengan Bupati/Walikota yang lain, yang dibuat secara
tertulis serta
menimbulkan hak dan kewajiban.
5. Kesepakatan adalah persetujuan antar Kepala Daerah untuk merencanakan
kerja sama
dalam bidang urusan pemerintahan tertentu.
6. Perjanjian kerja sama adalah persetujuan antar kepala daerah untuk
melakukan kerja sama
yang menimbulkan hak dan kewajiban.
7. Pembinaan adalah upaya yang dilakukan untuk keberhasilan kerja sama
antardaerah.
8. Pengawasan adalah tindakan yang dilakukan untuk mewujudkan pelaksanaan
kerja sama
antardaerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan perjanjian
kerja sama.
BAB II
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 2
Menteri Dalam Negeri melakukan pembinaan dan pengawasan atas KSAD Provinsi.
Pasal 3
Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan atas KSAD Kabupaten/Kota di
wilayahnya.
Pasal 4
Pembinaan dan pengawasan Menteri Dalam Negeri dan Gubernur sebagaimana
dimaksud
dalam Pasal 2 dan Pasal 3 dilakukan pada tahapan:
a. penjajakan;
b. negosiasi;
c. penandatanganan; dan
d. pelaksanaan dan pengakhiran.
H.
BAB III
TATA CARA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 5
(1) Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan KSAD sebagaimana dimaksud
dalam
Pasal 2, Menteri Dalam Negeri membentuk Sekretariat Bersama.
(2) Keanggotaan Sekretariat Bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas unsur
Departemen Dalam Negeri dan wakil dari Departemen/Lembaga Pemerintah Non
Departemen terkait serta tenaga profesional.
(3) Sekretariat Bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkedudukan di
Direktorat
Jenderal Pemerintahan Umum.
(4) Pembentukan Sekretariat Bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Dalam Negeri.
146 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Pasal 6
Sekretariat Bersama dalam melaksanakan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5
meliputi:
a. Tahap penjajakan, meliputi:
1. memberikan informasi mengenai:
a) peraturan perundang-undangan yang terkait dengan objek yang
dikerjasamakan;
b) sumber pendanaan, tata cara perolehannya dan petunjuk
pengadministrasiannya;
c) daerah yang telah melakukan KSAD; dan
d) daerah yang telah membentuk badan kerja sama antardaerah.
2. memberikan asistensi mengenai pra studi kelayakan dan pembentukan badan
kerja sama
daerah.
3. memberikan bimbingan, supervisi, dan konsultasi kepada daerah provinsi
dalam
memperoleh dukungan dari Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen
yang
terkait dengan objek KSAD.
b. Tahap negosiasi, meliputi:
1. memberikan bimbingan, supervisi, dan konsultasi kepada daerah provinsi
dalam
penyusunan materi, finalisasi kesepakatan, dan penyusunan perjanjian
kerja sama.
2. memberikan informasi kepada daerah provinsi mengenai tenaga
ahli/profesional terkait
aspek teknis, hukum dan keuangan.
c. Tahap penandatanganan, meliputi:
1. membantu pemerintah daerah dalam berkoordinasi dengan Menteri/Pimpinan
Lembaga
Pemerintah Non Departemen, untuk mendukung kesepakatan KSAD.
2. membantu pemerintah daerah dalam berkoordinasi dengan Menteri/Pimpinan
Lembaga
Pemerintah Non Departemen, untuk hadir menyaksikan penandatanganan
perjanjian
KSAD.
d. Tahap pelaksanaan dan pengakhiran, meliputi:
1. melakukan monitoring dan evaluasi.
2. memberikan pertimbangan apabila terjadi permasalahan.
3. memberikan masukan kepada Menteri Dalam Negeri dalam penyelesaian
perselisihan.
4. mengingatkan para pihak untuk melakukan persiapan pengakhiran, antara
lain:
a) inventarisasi atas barang bergerak dan tidak bergerak hasil kerja
sama.
b) pemenuhan kewajiban/utang perjanjian kerja sama.
c) pembagian barang bergerak dan tidak bergerak setelah dinilai dengan
mata uang
rupiah dan dikurangi kewajiban/utang.
d) penyetoran ke kas daerah para pihak hasil pembagian berupa uang.
e) pencatatan hasil pembagian berupa barang bergerak dan tidak bergerak
sebagai aset
daerah para pihak dan melaporkannya kepada DPRD.
f) penyiapan laporan tentang pengakhiran kerja sama.
5. memberikan masukan kepada Menteri Dalam Negeri sebagai bahan
pertimbangan
penyelesaian perselisihan.
Pasal 7
Sekretariat Bersama melaksanakan pengawasan terhadap seluruh tahapan
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6.
Pasal 8
Sekretariat Bersama melaporkan pelaksanaan tugas pembinaan dan pengawasan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 kepada Menteri Dalam Negeri.
147 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Pasal 9
(1) Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan sebagai dimaksud dalam Pasal
3,
Gubernur dibantu oleh Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah.
(2) Keanggotaan Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1),
terdiri atas Sekretaris Daerah, Asisten yang membidangi kerja sama
daerah, Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah, Kepala Badan/Kepala Biro yang membidangi
kerja
sama daerah, Kepala Biro Hukum, Kepala Biro Pemerintahan, Kepala SKPD
yang
membidangi keuangan dan pengelolaan aset, dan SKPD teknis yang terkait
objek kerja
sama daerah.
(3) Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berkedudukan
pada Sekretariat Daerah.
(4) Pembentukan Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.
Pasal 10
Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah dalam melaksanakan pembinaan sebagaimana
dimaksud
dalam Pasal 9 meliputi:
a. Tahap penjajakan, meliputi:
1. memberikan informasi mengenai:
a) peraturan perundang-undangan yang terkait dengan objek yang
dikerjasamakan;
b) sumber pendanaan, tata cara perolehannya dan petunjuk
pengadministrasiannya;
c) daerah yang telah melakukan KSAD; dan
d) daerah yang telah membentuk badan kerja sama antardaerah.
2. memberikan asistensi mengenai pra studi kelayakan dan pembentukan badan
kerja sama
daerah.
3. memberikan bimbingan, supervisi, dan konsultasi kepada daerah
kabupaten/kota dalam
memperoleh dukungan dari Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen
yang
terkait dengan objek KSAD.
b. Tahap negosiasi, meliputi:
1. memberikan bimbingan, supervisi, dan konsultasi kepada daerah
kabupaten/kota dalam
penyusunan materi, finalisasi kesepakatan, dan penyusunan perjanjian
kerja sama.
2. memberikan informasi kepada daerah kabupaten/kota mengenai tenaga
ahli/profesional
terkait aspek teknis, hukum dan keuangan.
c. Tahap penandatanganan, meliputi:
1. dalam penandatanganan kesepakatan, membantu pemerintah daerah
kabupaten/kota
dalam berkoordinasi dengan Gubernur dan Menteri/Pimpinan Lembaga
Pemerintah Non
Departemen, untuk mendukung kesepakatan KSAD.
2. dalam penandatanganan perjanjian kerja sama, membantu pemerintah daerah
dalam
berkoordinasi dengan Gubernur, Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non
Departemen, untuk hadir menyaksikan penandatanganan perjanjian KSAD.
d. Tahap pelaksanaan dan pengakhiran, meliputi:
1. melakukan monitoring dan evaluasi.
2. memberikan pertimbangan apabila terjadi permasalahan.
3. memberikan masukan kepada Gubernur dalam penyelesaian perselisihan.
4. mengingatkan para pihak untuk melakukan persiapan pengakhiran, antara
lain:
a) inventarisasi atas barang bergerak dan tidak bergerak hasil kerja
sama.
b) pemenuhan kewajiban/utang perjanjian kerja sama.
c) pembagian barang bergerak dan tidak bergerak setelah dinilai dengan
mata uang
rupiah dan dikurangi kewajiban/utang.
d) penyetoran ke kas daerah para pihak hasil pembagian berupa uang.
148 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Pasal 12
Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah melaporkan pelaksanaan tugas pembinaan dan
pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dan Pasal 11 kepada Gubernur.
BAB V
PELAPORAN
Pasal 13
Gubernur melaporkan hasil pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal
3 kepada Menteri Dalam Negeri.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 14
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di
Jakarta
pada tanggal 22 Mei
2009
ttd
H. MARDIYANTO
149 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
150
| P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Peningkatan kapasitas pelaksana kerja sama daerah adalah serangkaian
kegiatan untuk
mengembangkan pengetahuan, minat, dan motivasi, serta memantapkan sikap
dan
semangat pengabdian aparatur pemerintah daerah yang membidangi kerja sama
daerah.
2. Pelaksana kerja sama daerah adalah Pegawai Negeri Sipil Daerah yang
diserahi tugas
untuk merencanakan, mempersiapkan, melaksanakan kerjasama daerah sesuai
dengan
objek dan bidang yang dikerjasamakan.
3. Kerja sama daerah adalah kesepakatan antara gubernur dengan gubernur atau
gubernur
dengan bupati/walikota atau antara bupati/walikota dengan bupati/walikota
yang lain,
dan/atau gubernur,bupati/walikota dengan pihak ketiga, yang dibuat secara
tertulis serta
menimbulkan hak dan kewajiban.
4. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat
daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
BAB II
KEGIATAN DAN MATERI
Bagian Kesatu
Kegiatan
Pasal 2
Peningkatan kapasitas pelaksana kerja sama daerah dapat dilaksanakan dalam
bentuk
kegiatan antara lain:
a. sosialisasi;
b. workshop/lokakarya;
c. penyuluhan;
d. seminar;
e. orientasi;
f. bimbingan teknis; dan/atau
g. pendidikan dan pelatihan.
Bagian Kedua
Substansi dan Materi
Pasal 3
Substansi peningkatan kapasitas pelaksana kerja sama daerah terdiri dari :
a. kebijakan yang terkait dengan kerja sama daerah;
b. teknik inventarisasi dan analisis potensi daerah;
151 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011
Pasal 4
Materi kebijakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, meliputi :
a. kebijakan yang diterbitkan oleh Departemen dan Lembaga Pemerintah Non
Departemen;
dan
b. konvensi internasional yang telah diratifikasi oleh pemerintah.
Pasal 5
Materi teknik inventarisasi dan analisis potensi daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3
huruf b meliputi:
a. pengertian dan jenis potensi daerah;
b. dasar dan teknik inventarisasi dan analisis potensi daerah;
c. tata cara inventarisasi dan analisis potensi daerah; dan
d. praktek penyusunan inventarisasi dan analisis potensi daerah.
Pasal 6
Materi teknik perencanaan kebutuhan dan analisis resiko sebagaimana dimaksud
dalam Pasal
3 huruf c meliputi:
a. pengertian perencanaan dan jenis resiko;
b. dasar dan teknik perencanaan kebutuhan dan analisis resiko;
c. tata cara perencanaan kebutuhan dan analisis resiko; dan
d. praktek penyusunan perencanaan kebutuhan dan analisis resiko.
Pasal 7
Materi teknik penyusunan proposal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d
meliputi:
a. pengertian dan jenis proposal;
b. dasar dan teknik penyusunan proposal;
c. tata cara penyusunan proposal; dan
d. praktek penyusunan proposal.
Pasal 8
Materi teknik komunikasi dan negosiasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf e meliputi:
a. pengertian dan jenis komunikasi dan negosiasi;
b. dasar dan teknik komunikasi dan negosiasi;
c. tata cara komunikasi dan negosiasi; dan
d. praktek komunikasi dan negosiasi.
Pasal 9
Materi teknik penyusunan kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf
f meliputi :
a. pengertian dan jenis nota kesepakatan;
b. dasar dan teknik penyusunan nota kesepakatan;
c. tata cara penyusunan nota kesepakatan; dan
d. praktek penyusunan nota kesepakatan.
152 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Pasal 10
Materi teknik penyusunan perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf
g meliputi:
a. pengertian dan jenis perjanjian;
b. dasar dan teknik penyusunan perjanjian;
c. tata cara penyusunan perjanjian;
d. praktek penyusunan naskah perjanjian.
Pasal 11
Materi teknik penyusunan anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf h
meliputi :
a. pengertian jenis anggaran;
b. dasar dan teknik penyusunan anggaran;
c. tata cara penyusunan anggaran; dan
d. praktek penyusunan anggaran.
Pasal 12
Penyusunan modul, kurikulum, dan silabi pada substansi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal
3, dikoordinasikan oleh Badan Pendidikan dan Pelatihan Departemen Dalam
Negeri bersama
Direktorat Jenderal yang membidangi tugas pemerintahan umum.
BAB III
PESERTA DAN TENAGA PENGAJAR
Pasal 13
(1) Peserta peningkatan kapasitas pelaksana kerja sama daerah yaitu Pejabat
dan staf di
lingkungan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota yang
membidangi kerja
sama daerah.
(2) Peningkatan kapasitas pelaksana kerja sama daerah dapat diikuti oleh
peserta dari anggota
DPRD yang membidangi kerja sama daerah.
(3) Peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) mendapat materi
peningkatan
kapasitas pelaksana kerja sama daerah, sesuai dengan tugas dan
tanggungjawabnya.
Pasal l4
(1) Tenaga pengajar peningkatan kapasitas pelaksana kerja sama daerah dapat
berasal dari
unsur :
a. instansi pemerintah;
b. pemerintah provinsi;
c. praktisi dan pakar; dan/atau
d. perguruan tinggi.
(2) Tenaga pengajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan
tugas dan
bidang keahliannya.
BAB IV
PENYELENGGARAAN
Pasal 15
Peningkatan kapasitas pelaksana kerja sama daerah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2
huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f dapat
diselenggarakan oleh Badan
Pendidikan dan Pelatihan Departemen Dalam Negeri, Badan Pendidikan dan
Pelatihan
Provinsi, Lembaga/ Badan/ Kantor /Unit yang membidangi Pendidikan dan
Pelatihan
Kabupaten/Kota, dan Satuan Kerja Perangkat Daerah.
153 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Pasal 16
(1) Peningkatan kapasitas pelaksana kerja sama daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal
2 huruf g diselenggarakan oleh Badan Pendidikan dan Pelatihan Departemen
Dalam
Negeri, Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi, dan Lembaga/ Badan/
Kantor /Unit yang
membidangi Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten/Kota.
(2) Penyelenggaraan Peningkatan kapasitas pelaksana kerja sama daerah
sebagaimanan
dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan secara berjenjang antar susunan
pemerintahan.
Pasal 17
Peningkatan kapasitas pelaksana kerja sama daerah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15
dan Pasal 16 yang akan diselenggarakan oleh Badan Pendidikan dan Pelatihan
dan/atau
Satuan Kerja Perangkat Daerah disusun melalui kegiatan yang diprogramkan pada
setiap tahun
anggaran sesuai dengan kebutuhan.
BAB V
PENDANAAN
Pasal 18
(1) Pendanaan Peningkatan kapasitas pelaksana kerja sama daerah di Provinsi
dibebankan
pada APBD Provinsi.
(2) Pendanaan Peningkatan kapasitas pelaksana kerja sama daerah di
Kabupaten/Kota
dibebankan pada APBD Kabupaten/Kota.
(3) Pendanaan Peningkatan kapasitas pelaksana kerja sama daerah sebagaimana
dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) dapat bersumber dari dana lain yang sah dan
tidak mengikat.
BAB VI
PEMBINAAN
Pasal 19
(1) Menteri Dalam Negeri melakukan pembinaan umum penyelenggaraan peningkatan
kapasitas pelaksaana kerja sama daerah.
(2) Pembinanan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara
bersama-
sama oleh Badan Pendidikan dan pelatihan Departemen Dalam Negeri dan
Direktorat
Jenderal yang menangani pemerintahan umum.
(3) Badan Pendidikan dan Pelatihan dan Direktorat Jenderal yang menangani
pemerintahan
umum mengevaluasi proses pelaksanaan kegiatan setiap 3 (tiga) bulan.
(4) Inspektorat Jenderal Departemen Dalam Negeri dan Inspektorat
wilayah/Badan Pengawas
Daerah melakukan pengawasan Permendagri ini.
(5) Melaporkan pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam Negeri ini kepada Menteri
Dalam Negeri
setiap 6 (enam) bulan.
Pasal 20
Gubernur melakukan pembinaan penyelenggaraan peningkatan kapasitas pelaksana
kerja
sama daerah meliputi :
a. Menetapkan perencanaan dan penganggaran pengembangan kapasitas pelaksana
kerja
sama daerah yang menjadi kewenangan provinsi,
b. Menetapkan rencana tindak peningkatan kapasitas pelaksana kerja sama
daerah yang
menjadi kewenangan provinsi,
154 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Pasal 21
Bupati/Walikota melakukan pembinaan penyelenggaraan peningkatan kapasitas
pelaksana
kerja sama daerah meliputi :
a. Menetapkan perencanaan dan penganggaran pengembangan kapasitas pelaksana
kerja
sama daerah yang menjadi kewenangan kabupaten / kota,
b. Menetapkan rencana tindak peningkatan kapasitas pelaksana kerja sama
daerah yang
menjadi kewenangan kabupaten /kota,
c. Fasilitasi dan Implementasi rencana tindak peningkatan kapasitas yang
menjadi
kewenangan kabupaten/kota,
d. Fasilitasi dan Implementasi rencana tindak peningkatan kapasitas pelaksana
kerja sama
daerah pada pemerintah kabupaten/kota,
e. Melaksanakan koordinasi pengembangan peningkatan kapasitas ,pelaksana
kerja sama
daerah pada pemerintah kabupaten /kota,
f. Monitoring dan evaluasi pengembangan kapasitas pelaksana kerja sama daerah
pada
pemerintah kabupaten dan kota,
g. Melaporkan pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam Negeri ini kepada Gubernur
setiap 3
(tiga) bulan.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 22
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 1 April
2009
MENTERI DALAM
NEGERI,
ttd
H.MARDIYANTO
155 | P a g e
Webmail
Profil
Berita
Artikel
Info
Foto
Video
Kritik & Saran
Kontak Kami
Home
Artikel
Kerjasama Antar Daerah
Made Sudama Diana, S.Sos, MM
Berita Terbaru
Terpopuler
1 bulan yang lalu Verifikasi Draf Peta Desa/Kelurahan Sebagai Proses Percepatan Penyusunan Peraturan
Bupati tentang Peta Desa 1 bulan yang lalu Verifikasi Draf Peta Desa/Kelurahan 1 bulan yang lalu
Verifikasi Draf Peta Desa/Kelurahan Wlayah Kecamatan Gerokgak, Busungbiu dan Seririt 1 bulan yang
lalu Verifikasi Draf Peta Desa/Kelurahan Wlayah Kecamatan Buleleng, Sukasada dan Banjar 1 bulan yang
lalu Verifikasi Draf Peta Desa/Kelurahan Wlayah Kecamatan Tejakula, Kubutambahan dan Sawan
Admin Pemerintahansetda
29 Agustus 2017
Dibaca: 801 Pengunjung
KERJASAMA ANTAR DAERAH
1. LATAR BELAKANG
UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah telah memberikan kesempatan bagi
Pemerintah Daerah untuk memberikan alternatif pemecahan-pemecahan inovatif dalam
menghadapi tantangan-tantangan yang dihadapinya. Pemerintah Daerah dituntut untuk
memberikan perhatian yang lebih besar terhadap kualitas penyelenggaraan pelayanan publik
dasar serta bagaimana meningkatkan kemandirian daerah dalam melaksanakan pembangunan.
Berangkat dari fakta sementara, saat ini konsep desentralisasi dan
Otonomi Daerah diartikulasikan oleh daerah hanya terfokus pada usaha menata dan
mempercepat pembangunan di wilayahnya masing-masing. Penerjemahan seperti ini ternyata
belum cukup efisien dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, karena tidak dapat
dipungkiri bahwa maju mundurnya satu daerah juga bergantung pada daerah-daerah lain,
khususnya daerah yang berdekatan.
UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah lebih tegas memberikan legalitas yang
besar untuk dilaksanakannya kerjasama pembangunan, baik dengan pihak ketiga (publik atau
swasta) maupun kerjasama antar daerah yang bertetangga. Dalam pasal 195 (1) dinyatakan
bahwa “Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, daerah dapat kerja sama dengan
daerah lain yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik, sinergi
dan saling menguntungkan.” Bahkan pasal 196 (2) lebih tegas lagi berisi “perintah” untuk
membuat kerjasama antar daerah, dengan menyatakan: “Untuk menciptakan efisiensi, daerah
wajib mengelola pelayanan publik secara bersama dengan daerah sekitarnya untuk kepentingan
masyarakat.”
Kenyataan menunjukan bahwa setelah otonomi daerah ternyata telah dipersepsikan dan disikapi
secara variatif oleh beberapa Pemerintah Daerah di Indonesia. Misalnya mereka mempersepsikan
otonomi sebagai momentum untuk memenuhi keinginan-keinginan daerahnya sendiri tanpa
memperhatikan konteks yang lebih luas yaitu kepentingan negara secara keseluruhan dan
kepentingan daerah lain yang berdekatan. Akibatnya, muncul beberapa gejala negatif yang
meresahkan antara lain berkembangnya sentimen primordial, konflik antar daerah,
berkembangnya proses KKN, konflik antar penduduk, eksploitasi sumberdaya alam secara
berlebihan, dan munculnya sikap “ego daerah” yang berlebihan. Kabupaten atau kota cenderung
memproteksi seluruh potensinya secara ketat demi kepentingannya sendiri, dan mengisolasikan
dirinya terhadap kabupaten atau kota lain. Dampak negatif kegiatan ekonomi di suatu daerah
pada daerah lain, seperti externalities, juga tidak dihiraukan lagi. Bahkan sentimen daerah mulai
timbul dengan adanya kecenderungan umum mengangkat “putera daerah” menjadi pegawai
negeri sipil daerah.
Kondisi diatas mengilustrasikan dengan cukup jelas bahwa kebijakan otonomi daerah
sesungguhnya memberikan tanggungjawab dan beban kerja yang jauh lebih berat kepada daerah,
dibanding pada masa-masa sebelumnya. Sementara disisi lain, pemerintah daerah
masih dihadapkan pada berbagai permasalahan klasik berupa keterbatasan kualitas dan
kuantitas sumber daya, baik anggaran, SDM maupun sarana dan prasarana. Hal ini
mengharuskan jajaran aparat daerah untuk berpikir secara kreatif dan inovatif untuk
membangun sistem manajemen pemerintahan yang lebih efektif dan efisien. Di lain pihak,
keterbatasan anggaram masing – masing daerah menyebabkan sempitnya ruang gerak daerah
dalam melaksanakan kegiatan – kegiatan pembangunan yang memberikan manfaat signifikan
dan dirasakan langsung oleh masyarakat di daerah masing – masing. Keterpurukan ekonomi dan
ketertinggalan informasi merupakan situasi urgen yang mendesak untuk segera melakukan kerja
sama antar daerah yang mendatangkan keutnutngan antar kedua belah pihak. Dengan berpegang
pada prinsip saling membutuhkan dan saling melengkapi satu sama lain maka kedua daerah yang
menjalin kerja sama tersebut niscaya akan mampu menemukan solusi agar keluar dari krisis yang
melilit.
1. RUMUSAN MASALAH
Dengan pembahasan tentang Kerjasama Antar Daerah yang telah diurai pada latar
belakang maka tulisan ini difokuskan pada potret kerjasama antar daerah, problematika dan
solusi ideal yang ditawarkan untuk menjembatani logika konseptual dan logika kontekstual.
2.1. Kerangka Regulasi: PP. No.50 Tahun 2007 tentang Tatacara Pelaksanaan Kerjasama Antar
Daerah
Untuk tata caranya kerjasama daerah diantaranya diatur hal-hal sebagai berikut:
1. Kepala daerah atau salah satu pihak dapat memprakarsai atau menawarkan rencana kerjasama
kepada kepala daerah yang lain dan pihak ketiga mengenai obyek tertentu.
2. Apabila para pihak sebagaimana dimaksud pada huruf a menerima rencana kerjasama tersebut
dapat ditingkatkan dengan membuat kesepakatan bersama dan menyiapkan rancangan
perjanjian kerjasama yang paling sedikit memuat:
3. Subjek kerjasama
4. Objek kerjasama
5. Ruang lingkup kerjasama
6. Hak dan kewajiban para pihak
7. Jangka waktu kerjasama
8. Pengakhiran kerjasama
9. Keadaan memaksa; dan
10. Penyelesaian perselisihan
11. Kepala daerah dalam menyiapkan rancangan perjanjian kerjasama melibatkan perangkat daerah
terkait dan dapat meminta pendapat dan saran dari para pakar, perangkat daerah provinsi,
Menteri dan Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen terkait.
12. Kepala daerah dapat menerbitkan surat kuasa untuk penyelesaian rancangan bentuk kerjasama.
Adapun pelaksanaan perjanjian kerjasama dapat dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat
Daerah(SKPD).
Dalam hubungannya dengan DPRD, rencana kerjasama daerah yang membebani daerah
dan masyarakat harus mendapatkan persetujuan dari DPRD dengan ketentuan apabila biaya
kerjasama belum teranggarkan dalam APBD tahun anggaran berjalan dan atau menggunakan dan
atau memanfaatkan asset daerah. Akan tetapi kerjasama daerah yang dilakukan dalam rangka
pelaksanaan tugas dan fungsi dari Satuan Kerja Perangkat Daerah dan biaya sudah teranggarkan
dalam APBD tahun anggaran berjalan tidak perlu mendapatkan persetujuan dari DPRD.
Dalam PP No.50 tahun 2007 ini juga diatur mengenai pembentukan badan kerjasama.
Badan kerjasama ini dapat dibentuk untuk kerjasama antar daerah(KAD) yang dilakukan secara
terus menerus atau berlangsung dalam waktu minimal 5 tahun. Badan kerjasama ini bukan
bagian dari perangkat daerah dan dibentuk dengan keputusan bersama kepala daerah. Tugas
badan kerjasama ini termasuk pengelolaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan kerjasama antar
daerah(KAD). Selain itu, Badan Kerjasama juga dapat memberikan masukan atau saran
mengenai langkah-langkah yang diperlukan apabila ada permasalahan dalam pelaksanaan
kerjasama. Adapun untuk biaya penyelenggaraan badan Kerjasama ini menjadi tanggungjawab
bersama kepala daerah-daerah yang terkait dengan kerjasama.
Dalam sebuah kerjasama terdapat tiga unsure pokok yaitu adanya dua pihak atau lebih
yang membangun kerjasama, adanya interaksi antara pihak-pihak yang terlibat dalam kerjasama
dan tujuan bersama. Ketiga unsure tersebut harus ada dalam sebuah kerjasama. Adanya dua
pihak atau lebih menggambarkan suatu himpunan kepentingan yang saling mempengaruhi satu
sama lain sehingga terjadi interaksi untuk mewujudkan suatu tujuan bersama. Interaksi yang
tidak bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan bersama bukanlah cirri khas dari suatu kerjasama.
Dengan demikian interaksi dari beberapa pihak yang dilakukan harus memungkinkan terciptanya
keseimbangan, artinya interaksi yang hanya menguntungkan sebelah pihak maka tidak termasuk
criteria kerjasama. Kerjasama menempatkan pihak-pihak yang berinteraksi pada posisi
seimbang, serasi dan selaras karena interaksi bertujuan demi pemenuhan kepentingan bersama
tanpa ada yang dirugikan (Bdk. Pamudji,1983:12).
Untuk mengoptimalkan potensi daerah kerjasama antar daerah dapat menjadi salah satu alternatif
inovasi atau konsep yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas, sinergis dan
saling menguntungkan terutama dalam bidang-bidang yang menyangkut kepentingan lintas
wilayah. Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah, melalui berbagai payung regulasi
(peraturan pemerintah) mendorong kerjasama antar daerah. Kerjasama diharapkan menjadi satu
jembatan yang dapat mengubah potensi konflik kepentingan antardaerah menjadi sebuah potensi
pembangunan yang saling menguntungkan.
Kerjasama antar daerah hanya dapat terbentuk dan berjalan apabila didasarkan pada adanya
kesadaran bahwa daerah-daerah tersebut saling membutuhkan untuk mencapai satu tujuan. Oleh
karena itu, inisiasi kerjasama antar daerah baru dapat berjalan dengan efektif apabila telah
ditemukan kesamaan isu, kesamaan kebutuhan atau kesamaan permasalahan. Kesamaan inilah
yang dijadikan dasar dalam mempertemukan daerah-daerah yang akan dijadikan mitra.
Selain itu, yang juga perlu dipikrkan adalah masalah feasibilitas kerjasama, baik secara
ekonmi maupun politis. Secara politis karena walau bagaimanapun, keputusan akhir mengenai
komitmen untuk bekerjasama adalah sebuah keputusan politis yang harus diambil pada level
pimpinan, sehingga diperlukan argumentasi-argumentasi untuk bekerjasama yang cukup
menarik secara politis bagi level pimpinan itu. Tentu saja, karena secara politis kerjasama ini
harus menarik bagi semua daerah yang terlibat, maka juga harus menguntungkan bagi semua
daerah. Prinsip “saling menguntungkan” inilah yang menjadi salah satu filosofi dasar kerjasama.
Dalam pembahasan tentang kerjasama antar daerah(KAD) maka tidak terlepas dari
beberapa isu strategis dan menarik yang berkaitan dengan urgensi kerjasama antar pemerintah
daerah selama ini, yakni:
Kerjasama antar daerah diharapkan menjadi salah satu metode inovatif dalam
meningkatkan kuyalitas dan cakupan pelayanan public. Efektivitas dan efisiensi dalam
penyediaan sarana dan prasarana pelayanan public seperti pendidikan, kesehatan, air bersih dan
sebagainya juga menjadi isu yang penting, terutama untuk daerah-daerah tertinggal. Peningkatan
pelayanan public ini juga termasuk pembangunan infrastruktur. Infrastruktur ini bisa mencakup
jaringan jalan, pembangkit listrik dan sebagainya.
2. Kawasan Perbatasan.
Kerjasama dalam hal keamanan di kawasan perbatasan juga menjadi salah satu isu
strategis, selain dalam hal keamanan, kerjasama di kawasan-kawasan perbatsan juga difokuskan
pada pengembangan wilayah karena daerah-daerah di kawasan perbatsan ini sebagian besar
adalah daerah tertinggal.
3. Tata Ruang
Keterkaitan tata ruang antar daerah diperlukan dalam hal-hal yang dapat mempengaruhi
lebih dari satu daerah seperti Daerah Aliran Sungai (DAS), kawasan lingkungan dan sebagainya.
Usaha mitigasi bencana dan tindakan pasca bencana, apabila bercermin dari pengalaman
di NAD, Alor, dan Nabire, serta daerah lainnya, ternyata keadaan ini membutuhkan koordinasi
dan kerjasama yang baik antar daerah-daerah yang berdekatan.
Kerjasama Antar Daerah (KAD) dapat menjadi salah satu alternative lain untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pelayanan public selain kebijakan
pemekaran daerah. Hak ini meningkat kebijakan pemekaran lebih banyak memerlukan
sumberdaya dibandingkan dengan kerjasama antar daerah, dan perkembangan daerah otonom
baru, tidak selalu memberikan hasil yang diinginkan.
Selain itu dengan kerjasama maka ada banyak manfaat juga yang diperoleh:
Kerjasama antar daerah dapat menjadi forum interaksi dan dialog antar actor utama daerah.
Dengan adanya forum seperti ini maka dapat memberikan pemahaman terhadap permasalahan
dan meningkatkan toleransi antar daerah sehingga konflik antar daerah dapat diantisipasi.
2. Efisiensi dan standarisasi pelayanan.
3. Pengembangan Ekonomi.
4. Pengelolaan Lingkungan
Selain itu kerjasama antar daerah juga sangat bermanfaat bagi daerah karena adanya:
1. Sharing of experiences; Dengan kerjasama antar daerah maka daerah dapat berbagi
pengalaman dengan daerah lain. Di sini kemungkinan untuk meniru atau mengadopsi kebijakan
atau strategi dalam menangani permasalahan atau mengelolah sumberdaya dapat terjadi.
Strategi yang dipakai oleh daerah lain dapat dipakai untuk menangani permasalahan di daerah
yang lain.
2. Sharing of benefits; kedua daerah dapat berbagi keuntungan melalui pengelolaan sumberdaya
yang sama dengan demikian keuntungan dapat dibagi bersama sesuai dengan porsinya masing –
masing
3. Sharing of burdens; dengan kerjasama antar daerah kedua daerah dapat bersama-sama
mernganggung biaya secara proporsional dan tidak ada daerah yang terbebani.
Kesadaran akan pentingnya kerjasama antar daerah seperti yang disebutkan di atas sudah
menjadi kesadaran bersama semua pihak di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan dijaminnya
kerjasama antar daerah dalam UU No. 32 tahun 2004, Bab IX tentang kerjasama dan penyisihan
dalam pasal 195 dan pasal 196.
1. Perlunya inklusivitas dalam kerjasama untuk mendekatakan pelayanan pada masyarakat dan
menerapkan kaidah-kaidah partisipatif.
2. Mempertahankan komitmen dan semangat kerjasama
3. Selalu mempelajari pilihan/altermatif dan mengembil pilihan yang paling realitas
4. Memperhatikan detail teknis dalam kerjasama
5. Evakuasi secara berkala dan menjaga koridor kerjasama agar tetep mengarah pada tujuan awal
kerjasama.
6. Responsif terhadap permasalahan yang muncul
Selain itu secara lebih kuhsus, ada beberapa prakondisi dalam hal keuangan/pendaanaan yang
perlu diperhatikan, yaitu:
1. Kerjasama dalam pelayanan public seharusnya diikuti juga dalam kerjasama dalam hal
pendanaan pelayanan umum tersebut dan pendanaan urusan pemerintahan lainnya yang
menjadi tanggungjawab bersama.
2. Sebelum kerjasam dilakukan,terlebih dahulu masing-massing daerah:
3. Memiliki komitmen yang kuat untuk pengelolah terpandu
4. Membuka diri dan mempunyai mindset pembangunan wilayah yang sama
5. Status asset-aset yang pergunakan dalam kerjasama perlu ditegaskan sebelum kerjasama itu
dimulai. Masing-masing daerah hendakanya sudah mempunyai catatan atas asetnya masing-
masing dan aset tersebut sudah tercatat dalam neraca daerah masing-masing.
6. Implementasi kerjasama memerlukan coordinasi yang bagus untuk menghindari konflik
kepentingan karena masing-masing daerah mempunayain stakeholder. Masing-masing daerah
mengurangi intervensi politik dan memperkuat koordinasi.
Format kerjasama, terutama dalam hal pendanaan dan anggaran, memang perlu dibahas secara
khusus oleh daerah-daerah yang bersangkutan.pasalnya, tidak jarang faktor pendanaan dan
anggaran ini menjadi faktor yang paling sensitive dalam menjaga keberlangsungan kerjasama.
Sebagai contoh, berikut ini akan disajikan beberapa model bentuk kerjasama antar
Daerah(KAD). Bentuk –bentuk kerjasama antar pemerintahan daerah dalam pelayanan public
dapat beragam, yaitu diantarnya:
1. Hndeshake Agreement, yang dicarikan oleh tidak adanya dokumen perjanjian kerjasama yang
formal. Kerjasama model ini di dasarkan pada komitmen dan kepercayaan secara politis antar
daerah yang terkait. Biasanya, bentuk kerjasama seperti ini dapat berjalan pada daerah-daerah
yang secara historis memang sudah sering bekerjasama dalam berbagai bidang. Bentuk
kerjasama ini cukup efisien dan lebih fleksibel dalam pelakasanaannya karena tidak ada
kewajiban yang mengikat bagi masing-masing pemerintahan daerah. Meski begitu, kelemahan
model ini adalah potensi munculnya kesalah –pahaman, terutama pada masalh-masalah teknis,
dan sustainability kerja samayang rendah, terutama apabila terjadi pergantian kepemimpinana
daerah. Oleh karena itu, bentuk kerjasama ini sangat jarang ditemukan pada isu-isu strategi.
2. Fee for service contracts (sevice agreements). Sistem ini, pada dasarnya adalah satu daerah
“menjual”satu bentuk pelayanan public pada daerah lain. Misalanya air bersih, listrik, dan
sebaginya, dengan sistem kompensasi(harga) dan jangka waktu yang disepakati bersama.
Keunggulan sistem ini adalah bisa diwujutkan dalam waktu yang relatif cepat. Salain itu, daerah
yang menjadi “pembeli”tidak perlu mengeluarkan biya awal (start-up cost)dalam penyediaan
pelayanan. Akan tetapi, biasanya cukup sulit untuk menentukan harga yang disepakati kedua
daerah.
3. Joint Agreements (pengusahaan besama). Model ini,pada dasarnya mensyaratkan adanya
partisipasi atau keterlibatan dari daerah-daerah yang terlibat dalam penyediaan atau
pengelolahan pelayanan public. Pemerintahan-pemerintahan daerah berbagai kepemilikan
control, dan tanggung jawab terhadap program. Sistem ini biasanya tidak memerlukan
perubahan struktur kepemerintahan daerah (menggunakan struktur yang sudah ada).
Kelemahanya,dokumen perjanjian (agreement) yang dihasikan biasnya sangat rumit dan
kompleks karena harus mengakomodasi sistem birokrasi dari pemuda-pemudayang
bersangkutan.
4. Jointly-formed authorites (pembentukan otoritas bersama).Di Indonesia, sistem ini lebih popular
dengan sebutan sekretaris Bersama. Pemda-pemda yang bersangkutan stuju untuk
mendelegasikan kendali pengelolaan dan tanggung jawab terhadap satu badan yang dibentuk
bersama dan biasanya terdiri dari perwakilan dari pemda-pemda yang terkait. Badan ini bisa
diisi oleh kaum professional besama oleh pemda-pemda yang bersangkutan. Badan ini memiliki
kewenangan yang cukup untuk mengeksekusikan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan
bidang pelayanan public yang diurusnya,termasuk biasanya otonom secara politis.
Kelemahannya , pemda-pemda memilki control yang lemah terhadap bidang yang diurus oleh
badan tersebut.
5. Regional Bodies. Sistem ini bermaksud membentuk satu badan bersama yang mengenai isu-isu
umum yang lebih besar dari isu local satu daerah atau isu-isu kewilayahan. Seringkali, badan ini
bersifat netral dan secara umum tidak memiliki otoritas yang cakup untuk mampu bergerak
pada tataran implementasi langsung ditingkat local lebih jauh, apabila isu yang dibahas ternyata
merugukan satu daerah, badan ini bisa dianggap kontradiktif dengan pemerintahan local. Di
Indonesia, peranan badan ini sebenarnya bisa dijalalnkan oleh pemerintah provinsi.
Sesuatu yang menjadi catatan penting dalam alternative kerangka hukum kerjasama
antara daerah adalah bahwa pengaturan legal-formal bagi kerjasama antar daerah bisa jadi sangat
counterproduktif dengan semangat network yang dibangun dalam forum atau lembaga kerjasama
antar daerah. Seperti sudah diuraikan di muka, karakter network sangat berbeda dengan karakter
relasi yang dikelolah secara legal-formal, yang biasanya bersifat lebih kaku dan sangat ketat.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin formal pengaturan kerjasama antar daerah
tersebut maka derajat networknya menjadi makin lemah.Tidak mengherankan jika kemudian
yang akan terjadi adalah dominasi paradigm berorganisasi lama dalam mengelola lembaga atau
forum kerjasama antar daerah.
Dengan melihat bentuk kerjasama yang sedang dilakukan, masyarakat menjadi optimis
terhadap langkah-langkah pemerintah daerah di dalam meningkatkan kualitas pelayanannya
kepada masyarakat maupun pola pengelolaan kepemerintahan untuk menjadi lebih efisien dan
efektif. Namun efektifitas implementasi kerjasama, kontribusi kerjasama bagi peningkatan taraf
hidup masyarakat menjadi sebuah tanda Tanya besar dalam era desentralisasi ini. Berbagai
hambatan baik dari aspek regulasi maupun dari kapasitas para pengambil kebijakan
menyebabkan kerjasama menjadi potret buram di republic ini.
Namun demikian potret buram tersebut perlahan-lahan akan hilang jika dihadapkan pada
sebuah kajian terhadap realitas kerjasama antar daerah. Dalam sebuah kajian dampak kerjasama
antar daerah terkini yang dilakukan oleh Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kerjasama
antar daerah(LEKAD) yang bekerjasama dengan GTZ GLG ( Good Local Governance) , di
beberapa institusi kerjasama antar daerah di wilayah jawa tengah pada tahun 2008, didapatkan
kesimpulan hasil analisis sebagai berikut:
Selain itu kerjasama antar daerah yang dibangun member dampak yang signifikan pada sector
ekonomi atau pihak swasta. Dampak-dampak tersebut antara lain:
1. Kemudahan informasi dan investasi
2. Terjadi peningkatan citra wilayah
3. Kemudahan informasi dan proses perizinan
4. Peningkatan omset dan pendapatan
5. Kemudahan akses pasar dan jejaring konsumen
6. Peningkatan margin pendapatan petani
7. Peningkatan teknologi produksi
Di wilayah lain seperti DIY yang juga memiliki kerjasama antar daerah kabupaten/kota
(KARTAMANTUL) juga memberikan dampak positif. Pengelolaan air limbah di wilayah Sewon
Bantul berdampak berkurangnya pencemaran air yang dikarenakan limbah, beigtu juga jembatan
Blambangan yang dibangun antara Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta sebagai akses
transportasi yang berdampak pada penghematan biaya social dan ekonomi.
Dari beberapa potret kerjasama antar daerah yanbg dilakukan serta dampak yang
ditimbulkannya, sebenarnya peluang terhadap percepatan pembanguna kualitas masyarakat di
daerah bisa dipercepat tetapi kondisi tersebut tidak serta merta dapat terwujud karena beberapa
kendala yang juga kerap ditemukan di lapangan ketika berupaya membangun kerjasama antar
daerah.
Pasca orde baru banyak harapan tertumpuh pada otonomi daerah dengan seperangkat
regulasinya yang diyakini sebagai aufklerung bagi masyarakat Indonesia. Kreatif dan inisiatif
daerah semakin berkembang, kesejahteraan masyarakat juga diharapkan juga semakin meningkat
dengan makin dimengertinya kemauan masyarakat oleh penyelenggara layanan public dan
sederet harapan lainnya yang tertumpuh pada penguatan otonomi daerah.
Kondisi yang demikian dapat dianalisis dengan menggunakan aspek meaningatau prinsip
saling menguntungkan dalam membangun kerjasama antar daerah dan beserta regulasinya dalam
PP No.50 tahun 2007 yang berisikan pedoman dalam membangun kerjasama antar daerah.
Prinsip saling menguntungkan dalam membangun kerjasama antar daerah secara signifikan
memberikan pemahaman akan pentingnya melakukan kerjasama antar daerah yang dapat
membawa keuntungan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam kerjasama tersebut. Kekuatan
pemahaman akan pentingnya membangun forum kerjasama antara para pengambil kebijakan
akan memberikan dorongan yang kuat dalam upaya meretas keterbatasan daya dalam upaya
peningkatan layanan public dan penyelesaian masalah bersama.
Proses inisiasi kerjasama antar daerah yang mengalami stagnasi di beberapa daerah yang
tidak membangun forum kerjasama bukan satu-satunya disebabkan oleh kurangnya kesadaran
dan pemahaman akan prinsip saling menguntungkan dalam kerjasama antar daerah tetapi juga
disebabkan oleh perangkat regulasi atau payung hukum yang tidak menjamin secara spesifik
tentang kerjasama antar daerah. PP No.50 tahun 2007 tentang pedoman dalam membangun
kerjasama antar daerah belum secara spesifik mengatur inisiasi kerjasama tersebut. Hal ini
terlihat dengan tidak adanya regulasi yang jelas dan pasti tentang sumber anggaran yang
dibutuhkan dalam membangun relasi kerjasama antar daerah. Hal ini memberi dampak pada
keragu-raguan pemerintah daerah dalam menginisiasi kerjasama antar daerah karena berbenturan
dengan ketakutan terjebak dalam penyalahgunaan pengelolaan anggaran daerah.
Di lain pihak, kerjasama antar daerah merupakan aksi bersama yang melibatkan seluruh
stakeholders dalam tahap perencanaan, pengambilan keputusan, pengawasan dan bahkan
evaluasi kegiatan. Dalam konteks otonomi daerah yang dimengerti sebagai wadah partisipatif
bagi masyarakat local, hal seperti ini jarang ditemukan dalam realitas. Bahkan fungsi control dan
pengawasan yang diembani oleh pemerintah provinsi terhadap inisiasi kerjasama antar daerah
sangat sulit untuk ditemukan dalam praktek. Hal seperti ini secara implicit memberikan
keleluasaan kepada pengambil kebijakan kerjasama untuk sendiri merencanakan dan
mengimplementasikan kebijakannya tanpa intervensi dari semua stakeholders dan masyarakat
pada umumnya, sehingga memunculkan peluang masuk jebakan birokratisme dalam kerjasama
antar daerah. Dengan demikian kecurigaan terhadap kebijakan kerjasama antar daerah sebagai
peluang bisnis bagi para elit semakin terbuka lebar dan layanan public dan pembangunan
ekonomi masyarakat serta kemajuan daerah sebagai sasaran dan tujuan utama kerjasama
antardaerah menjadi cita-cita utopis dan slogan tak bermakna.
Kesenjangan antara logika konseptual dan logika kontekstual seperti yang telah
dikemukakan di atas dapat disimpulkan beberapa penyebab atau masalah yang melatarbelakangi
kebuntuan dalam perwujudan logika konseptual ke dalam logika kontekstual. Problematika
tersebut antara lain:
Hal ini berkaitan dengan tidak adanya regulasi pengelolaan keuangan daerah yang mengatur
secara spesifik kerjasama antar daerah. Hal ini menyebabkan kekhawatiran dari pemerintah
daerah terjebaka dalam pelaporan keuangan ketika terjadi pemeriksaan oleh badan pemeriksa
yang berwewenang. Sejauh ini daerah-daerah yang melakukan kerjasama antar daerah
menggunakan anggaran dengan mensiasati melalui pos-pos di SKPD yang bersangkutan dalam
sebuah kerjasama atau pos hibah.
2. Bagi organisasi yang bersifat structural, di mana struktur organisasi diisi oleh hanya staf
pemerintah daerah tanpa melibatkan tokoh-tokoh masyarakat menyebabkan kerjasama
menjadi tidak efektif dan partisipatif. Struktur organisasi yang demikian justru melemahkan
potensi kekuatan kerjasama antar daerah. Dengan demikian potret organisasi yang
mengedepankan konsep jejaringan yang fleksibel dan partisipatif menjadikan organisasi
tersebut lebih dinamis dan terbuka.
3. Adanya keterbatasan kesadaran para actor pembangunan dan penentu kebijakan untuk
memanfaatkan kerjasama antar daerah sebagai instrument strategis dalam peningkatan
pelayanan public dan pencapaian keuntungan bersama.
4. Lemahnya fungsi control dari pemerintah provinsi terhadap forum kerjasama yang dibangun di
daerah.
5. REKOMENDASI UNTUK MENJEMBATANI KONSEP DAN PRAKTEK
Dari uraian tersebut di atas dapat diketahuiu adanya kesenjangan antara teori dan praktek
dalam mewujudkan kerjasama antar daerah sebagai basis kekuatan dalam menciptakan
keuntungan bersama. Dari permasalahan yang ditemukan dapat ditawarkan beberapa solusi
alternative yang mungkin dapat mendamaikan inkonsistensi antara logika konseptual dan logika
kontekstual.
1. Perlu adanya payung hukum atau regulasi yang jelas dan pasti tentang sumber anggaran untuk
membiayai inisiasi kerjasama antar daerah. UU No.32 tahun 2004 dan PP No.50 tahun 2007 atau
regulasi tentang anggaran daerah lainnya belum menjamin dan memberikan dasar bagi
pemerintah local untuk menggunakan sumber dana kerjasama dari pos mana pun. Hal ini
menyebabkan “kehati-hatian” bagi pemerintah daerah dalam membangun kerjasama antar
daerah terutama berkaitan dengan aspek pendanaan.
2. Untuk mensiasati ketidakjelasan dan ketidakpastian regulasi tentang anggaran untuk kerjasama
tersebut maka pemerintah daerah perlu melakukan pengintegrasian kebutuhan atau isu-isu
obyek kerjasama yang akan dikerjasamakan ke dalam sistem perencanaan daerah melalui RPJP.
Dengan demikian masalah anggaran bisa sedikitnya teratasi dengan dimasukannya program
kerjasama tersebut ke dalam sistem perencanaan daerah.
3. Partisipasi. Partisipasi yang dimaksudkan adalah upaya melibatkan multistakeholders termasuk
tokoh-tokoh masyarakat dalam struktur organisasi, tahap perencanaan, pengambilan
keputusan, implementasi, pengawasan dan evaluasi kegiatan kerjasama antar daerah. Hal ini
lebih dimaksudkan untuk meminimalisir penyimpangan dalam melakukan implementasi.
Bagaimanapun baiknya misi yang diemban dan bagaimanapun luhurnya tujuan sebuah
kebijaksanaan, kuncinya adalah pada implementasi. Dalam implementasi terjadi interaksi yang
melibatkan berbagai macam kepentingan yang ada dalam masyarakat yang dikenal dengan
istilah stakeholders. Karena itu implementasi akan selalu melibatkan kepentingan politik
masyarakat dan hal itu menjadikan implementasi sangat rumit (Syaukani. et.al,2009:292)
4. Membangun komitmen pimpinan daerah akan pentingnya kerjasama antar daerah. Membangun
kesepahaman dengan berpijak pada kepentingan dan keuntungan bersama merupakan sebuah
keniscayaan dalam membangun forum kerjasama antar daerah. Pimpinan-pimpinan daerah
harus bersinergi dan membangun kesepakatan bersama dalam membangun relasi yang baik
antar daerah demi kemajuan daerah masing-masing. Konflik di masa lalu di antara suku-suku di
daerah perbatasan tidak boleh dilihat sebagai faktor penghalang untuk membangun kerjasama
dalam penyamaan tingkat kemakmuran lintas daerah.
Hal ini menjadi lebih efektif jika kedua kepala daerah menyadari akan menjadikan potensi
konflik sebagai strategi untuk membangun kerjasama yang baik. Oleh karena itu pemerintah
daerah harus mampu untuk meningkatkan pendidikan rakyat bagi daerah-daerah konflik,
sehingga rasa persaudaraan terbina dengan tulus dengan dasar pancasila menjadi anutan bersama
(Bdk. A.Simanjuntak, 2011:220).
Koordinasi antar pemerintah terkait kerjasama antardaerah, mulai dari tingkat pusat, pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang selama ini dipandang lemah menjadi tantangan
bagi semua pihak. Upaya-upaya koordinasi yang intensif untuk menyamakan persepsi,
sinkronisasi program dan kegiatan merupakan hal yang mutlak diperlukan.
Pemerintah khususnya provinsi dan kabupaten kota perlu melakukan upaya peningkatan kualitas
dan kuantitas aparatur penyelenggara kerjasama, karena hal itu ikut menentukan tingkat
keberhasilan kerjasama. Khusus untuk peningkatan kualitas pemahaman, pemerintah daerah
secara intens perlu melakukan pembekalan, pelatihan, workshop atau kegiatan semacamnya.
1. PENUTUP
Pengalaman kerjasama antar daerah ternyata sangat menarik jika ditelisik lebih
mendalam karena memberikan kontribusi dan asas manfaat terhadap pembangunan dan
peningkatan ekonmi masyarakat. Akan tetapi kesadaran dan pemahaman tentang kerjasama antar
daerah bagi public belum maksimal sehingga menyebabkan kesulitan dalam menginisiasi
kerjasama antar daerah dalam lingkup daerah. Dalam konteks otonomi daerah kerjasama justru
menjadi instrument vital dalam memajukan daerah dan upaya menyelesikan permasalahan secara
bersama. Dengan kerjasama meluasnya konflik kedaerahan dan konflik ekstensial lainnya
perlahan-lahan akan diubah menjadi potensi afirmatif bagi pihak-pihak yang bekerjasama.
Dengan demikian upaya mewujudkan kerjasama antar daerah merupakan aksi vital dan
urgens untuk segera di praktekan dalam otonomi daerah. Pelaksanaan atas nama suci kerjasama
antar daerah niscaya akan membawa dampak yang sangat positif bagi kemajuan daerah jika
dimbangi dengan niat baik para inisiator dan para implementator dan jauh dari kepentingan
politik walaupun pada dasarnya pengambilan kebijakan kerjasama antar daerah adalah kebijakan
politis.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Pramusinto dan Erwan Agus Purwanto, Reformasi Birokrasi, Kepemimpinan dan
Pelayanan Publik: Kajian tentang Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia,Yogyakarta: Gava
Media. 2009.
Syaukani, Afan Gavar dan Ryaas Rasyid, Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan,Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 2009.
Pamudji, S, Kerjasama antar Daerah dalam rangka Pembangunan Wilayah, Jakarta: Bina
Aksara, 1983.
Pratikno dan Parwoto, Desentralisasi dan Otonomi Daerah:Modul Kuliah Desentralisasi dan
otonomi Daerah, Program Pascasarjana(S-2) Ilmu Pemerintahan STPMD “APMD” Yogyakarta.