Anda di halaman 1dari 216

GORONTALO

Tiga Provinsi di Sulawesi yakni Sulawesi Tengah (Sulteng), Gorontalo dan Sulawesi Utara
(Sulut) sepakat untuk menjalin kerjasama antar wilayah. Kerjasama antar tiga provinsi itu
memuat sejumlah isu penting yakni menyangkut batas wilayah, ketahanan pangan, barang/aset
daerah, kepurbakalaan dan koordinasi keamanan.

kerjasama lintas provinsi itu sangat penting, karena memuat isu isu strategis yang
bersinggungan langsung dengan tiga wilayah tersebut. Kerjasama dibutuhkan untuk
menyatukan kesamaan sikap, persepsi serta arah kebijakan dalam pengelolaan isu tersebut.
Untuk isu tapal batas, saat ini belum bisa merampungkan semua batas wilayah antar ketiganya.

Pilar batas antara Gorontalo dan Sulteng misalnya, saat ini yang baru terpasang 21 pilar
dari target 70 pilar utama. Untuk batas wilayah Gorontalo-Sulut ada 20 pilar dari target
sebanyak 36 pilar tapal batas. Demikian pula dengan potensi ketahanan pangan, di mana setiap
daerah sudah menetapkan komoditi unggulannya. Diharapkan kerjasama tersebut mampu
mendorong perputaran dan distribusi arus barang khususnya komoditi pangan antara kedua
daerah.Hal lain yang menarik terkait kerjasama ketahanan pangan yakni menyangkut
kesepakatan dan intervensi harga pangan di pasaran. Intervensi harga tersebut dinilai penting
untuk menjaga kestabilan harga dan melindungi petani dari potensi kerugian yang disebabkan
anjloknya harga pangan.

http://degorontalo.co/gorontalo-sulut-sulteng-teken-kerjasama-wilayah/

. Kebijakan dan Kegiatan

a. Kebijakan Umum

Mengingat posisi strategis, peran, fungsi, permasalahan dan potensi yang dimiliki, maka pilihan
kerjasama antar daerah yang dilakukan pemerintah Kabupaten Grobogan adalah menjalin kerja
sama strategis dengan daerah/kabupaten/kota lain sekitar dalam provinsi dan dengan
pemerintah daerah/kabupaten/kota lain di luar provinsi Jawa Tengah.

Kerjasama antar daerah dalam provinsi dilakukan dengan kabupaten tetangga yang
dilaksanakan atas dasar keterikatan wilayah dalam banyak aspek untuk menciptakan hubungan
harmonis dan sinergitas pembangunan antar daerah, kerjasama ini dijalin melalui forum
kedungsepur.

Kerjasama antar daerah diluar provinsi diarahkan untuk mengatasi pengangguran,


mempercepat meningkatkan pertumbuhan antar wilayah dan mendukung pembangunan
nasional melalui penyelanggaraan transmigrasi sebagai implementasi dari Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Transmigrasi.

b. Kegiatan

Kegiatan kerjasama antar daerah yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Grobogan pada Tahun
2015 adalah :

 Kegiatan Fasilitasi Kerjasama Antar Daerah, berupa kerjasama antar daerah regional 6
(enam) wilayah yang terdiri dari Kabupaten Kendal, Grobogan, Demak, Semarang, Kota
Semarang dan Kota Salatiga melalui Forum Kedungsepur.
 Kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) dan Mediasi Kerjasama Bidang
Ketransmigrasian dengan Pemerintah Daerah Penerima.

2. Realisasi Pelaksanaan Kegiatan

a. Forum Kerjasama Regional Kedungsepur, dengan realisasi kegiatan sebagai berikut:

 Disepakatinya prioritas program kerjasama regional Kedungsepur, yang meliputi Air


Bersih, Sistem Transportasi, Pariwisata, Infrastruktur dan Pengelolaan Tempat
Pembuangan Akhir (TPA).
 Ditandatanganinya Perjanjian Kerjasama antara Kepala Dinas yang membidangi
kebudayaan dan pariwisata se wilayah Kedungsepur tentang Promosi, Pemasaran
Pariwisata dan Kebudayaan se Wilayah Kedungsepur, pada tanggal 19 Maret 2015.

b. Kerja sama pada Urusan Ketransmigrasian, meliputi :

 Perjanjian Kerja Sama dengan Pemerintah Kabupaten Kayong Utara Provinsi Kalimantan
Barat, tentang penyelenggaraan transmigrasi umum di lokasi Desa Satai Lestari, UPT
Satai Lestari 3 Kecamatan Pulau Maya.
 Perjanjian Kerja Sama dengan Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan
Barat, tentang penyelenggaraan transmigrasi umum di lokasi Desa Keliling Semulung
UPT Keliling Semulung SP. 1 Kecamatan Kirin Nangka.
 Perjanjian Kerja Sama dengan Pemerintah Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo,
tentang penyelenggaraan transmigrasi umum di lokasi Desa Ayumolingo UPT.
Ayumolingo Kec. Putubala.

3. Permasalahan dan Solusi

a. Permasalahan

 Dalam pelaksanaan kerjasama Kedungsepur, sulit memadukan program/kegiatan antar


anggota Kedungsepur karena prioritas masing-masing daerah yang tidak sama.
 Kurangnya minat masyarakat yang bersedia mengikuti program transmigrasi dikarenaka
adanya informasi permasalahan di lokasi penempatan transmigrasi.

b. Solusi

 Perlu dilakukan secara intensif tentang penyusunan prioritas kawasan/regional dalam


pelaksanaan kerjasama Kedungsepur.
 Perlunya pembenahan – pembenahan baik dari manajerial dan kebijakan dalam
pengaturan transmigrasi.
 https://grobogan.go.id/kerjasama-antar-daerah/1174-kerjasama-antar-daerah-tahun-
2015

Bidang Kerjasama

1. Kerjasama bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, dalam Forum


Kerjasama Kedungsepur.
2. Penyelenggaraan Pendidikan Khusus.
3. Kerjasama dengan Provinsi Jawa Tengah dalam bidang Kesehatan.
4. Kerjasama dalam bidang Ketransmigrasian.

Hasil (Output) dari Kerjasama

1. Untuk kerjasama antar daerah pada Forum Kedungsepur, hasil yang dicapai :
a. Telah ditandatanganinya MoU sebagai dasar hukum dalam kerjasama antar
daerah, antara lain:
 Keputusan bersama tentang pembentukan Badan Kerjasama Antar
Daerah Pemerintah Kabupaten Kendal, Pemkab. Demak, Pemkab.
Semarang, Pemkot. Salatiga, Pemkot. Semarang dan Pemkab. Grobogan
(Kedungsepur).
 Keputusan bersama tentang Pembentukan Sekber Badan Kerjasama
Antar Daerah Pemerintah Kabupaten Kendal, Pemkab. Demak, Pemkab.
Semarang, Pemkot. Salatiga, Pemkot. Semarang dan Pemkab. Grobogan
(Kedungsepur).
 Kesepakatan bersama tentang kerjasama bidang pemerintahan,
pembangunan dan kemasyarakatan di wilayah Kedungsepur.
b. Telah disepakati tentang rencana Kerjasama Bidang Pariwisata Kedungsepur,
yang sampai saat ini Draft Perjanjian dimaksud masih dalam pembahasan.
2. Kesepakatan Bersama antara Gubernur Jawa Tengah dengan Bupati Grobogan, tentang
Pengembalian Kewenangan Sekolah Luar Biasa di Kabupaten Grobogan Kepada
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, dengan hasil yang dicapai terwujudnya kesepakatan
mengenai pengembalian kewenangan pengelolaan SLB dari Pemerintah Kabupaten
Grobogan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
3. Hasil kerjasama dengan Provinsi Jawa Tengah dalam bidang kesehatan adalah pelayanan
kesehatan masyarakat miskin peserta Jamkesda yang dilayani oleh RS Provinsi Jawa
Tengah.
4. Tercapainya kesepakatan antara pihak selaku daerah pengirim dengan daerah penerima
calon transmigran.

https://grobogan.go.id/kerjasama-antar-daerah/860-kerjasama-antar-daerah-tahun-
2014

pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam tahun 2016 ini melakukan kerjasama dengan 11 provinsi untuk
menyukseskan program transmigrasi. Kerjasama antar provinsi tersebut, kemudian ditindaklanjuti oleh
kerjasama antara kabupaten/kota di Jawa Barat sebagai pengirim dan kabupaten/kota di 11 provinsi
tersebut sebagai penerima para transmigran.Kerjasama antara Provinsi Jawa Barat dengan 11 provinsi
tersebut difasilitasi oleh Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Sedangkan turunannya, yaitu kerjasama antar daerah kabupaten/kota pengirim di Jabar dengan
kabupaten penerima di 11 provinsi tersebut, difasilitasi oleh Disnakertrans Provinsi Jawa Barat, ke-11
provinsi tersebut masing-masing Provinsi Riau, Bengkulu, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat dan Provinsi
Maluku Utara.

http://jabarprov.go.id/index.php/news/16379/Kerjasama_11_Provinsi_Untuk_Transmig
rasi

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 3 s.d. 4 Mei
2018 mengadakan kegiatan Forum Kerjasama Antar Daerah (KSAD) Ketransmigrasian Tahun 2018
Maksud adanaya Perjanjian Kerjasama adalah untuk menyukseskan penyelenggaraan program
transmigrasi dari Kabupaten/ Kota asal ke Kabupaten tujuan, sehingga terjadi persebaran penduduk
yang serasi dan seimbang dengan daya dukung alam dan daya tamping lingkungan, peningkatan
kesejahteraan transmigran dan masyarakat sekitarnya, peningkatan pemerataan pembangunan daerah,
serta dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, sedangkan tujuannya yaitu untuk
meningkatkan kelancaran penyelenggaraan program transmigrasi di daerah asal dan daerah tujuan
dalam rangka memberdayakan potensi masing-masing daerah dalam rangka mewujudkan transmigran
dan masyarakat di sekitar kawasan transmigrasi yang mandiri, produktif, kompetitif, dan sejahtera.
Dalam kegiatan ini Kabupaten Kulon Progo melaksanakan pembahasan naskah Kerjasama Antar Daerah
(KSAD) dengan 6 (enam) Kabupaten tujuan yaitu, Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo, Kabupaten
Pohuwato Provinsi Gorontalo, Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara, Kabupaten Mamuju Tengah
Provinsi Sulawesi Barat, Kabupaten Kayong Utara Provinsi Kalimantan Barat, Kabupaten Simeulue
Provinsi Aceh.

http://nakertrans.kulonprogokab.go.id/article-919-pembahasan-kerjasama-bidang-
transmigrasi.html
68328

Rencana Aksi Pengembangan dan


Penguatan Kerjasama Antar Daerah

Kerjasama Antar Daerah


April 2011

Rencana Aksi
Pengembangan dan Penguatan
Kerjasama Antar Daerah

Kerjasama Antar Daerah


April 2011

Direktorat Dekonsentrasi dan Kerjasama


Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum
Kementerian Dalam Negeri dan
Decentralization Support Facility
DECENTRALIZATION SUPPORT FACILITY
Gedung Bursa Efek Indonesia, Gedung I, Lantai 9
Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52-53
Jakarta 12190
Telepon: (+6221) 5299 3199
Fax: (+6221) 5299 3299
Website: www.dsfindonesia.org

Decentralization Support Facility (DSF) merupakan dana perwalian multi donor


yang dipimpin oleh Pemerintah
Indonesia, yang bertujuan untuk mendukung agenda desentralisasi pemerintah.
DSF berupaya mencapai
tujuannya dengan memenuhi tiga peranan, yaitu membantu Pemerintah Indonesia
meningkatkan: (i)
harmonisasi, keselarasan, dan efektivitas bantuan pembangunan; (ii)
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan;
dan (iii) kapasitas pemerintah, terutama di tingkat daerah. Keanggotaan DSF
terdiri dari BAPPENAS, Kementerian
Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, dan sembilan donor (ADB, AusAID, CIDA,
DFID, Pemerintah Jerman,
Pemerintah Belanda, UNDP, USAID, dan Bank Dunia). Dukungan keuangan untuk DSF
utamanya diberikan oleh
DFID, dan juga kontribusi dari AusAID serta CIDA.

Foto pada halaman sampul merupakan hak cipta World Bank Photo Library.

Rencana Aksi Pengembangan dan Penguatan Kerjasama Antar Daerah merupakan


hasil kerja konsultan dan staf
Bank Dunia. Temuan, interpretasi, dan kesimpulan dalam laporan ini tidak
mencerminkan pendapat DSF
maupun donor yang diwakili.

Desain sampul oleh Harityas Wiyoga.


2011
DECENTRALIZATION
SUPPORT FACILITY

THE WORLD BANK

RENCANA AKSI
PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA
ANTAR DAERAH

DIREKTORAT DEKONSENTRASI DAN KERJASAMA


DIREKTORAT JENDERAL PEMERINTAHAN UMUM
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
DAN
DECENTRALIZATION SUPPORT FACILITY
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

DAFTAR
ISI

DAFTAR BAGAN, MATRIK & TABEL


SINGKATAN
KATA PENGANTAR

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Penyusunan Rencana Aksi
1.2 Tujuan dan Manfaat Rencana Aksi
1.3 Tahapan Penyusunan Rencana Aksi
1.4 Sistematika Pembahasan

BAB 2 PROSES PENYUSUNAN RENCANA AKSI


2.1 Kondisi yang mendasari
Kajian Teori dan Konsep Ideal serta Best Practice KAD
Kekuatan/Peluang dan Kelemahan/Tantangan KAD di Indonesia
Profil, Tupoksi dan Kebijakan Ditjen PUM terkait KAD
2.2 Tinjauan Umum Rencana Aksi
2.3 Cara Menggunakan Buku Rencana Aksi

BAB 3 RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KAD


3.1 Rencana Aksi berdasarkan Kegiatan Utama (Main Activity)
3.2 Rencana Aksi berdasarkan Rincian dari Kegiatan Utama (Milestones)
3.3 Rencana Aksi berdasarkan Output (Deliverables)
3.4 Rencana Aksi berdasarkan Urutan Waktu (Timeline)

BAB 4 RENCANA AKSI KEGIATAN JANGKA PENDEK

REFERENSI
LAMPIRAN
A. TEORI & BEST PRACTICE KAD
B. DOKUMENTASI WORKSHOP & RAPAT SOSIALISASI (TAHAP I & II) PERATURAN KAD
C. PERATURAN – PERATURAN KAD

ii | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

DAFTAR BAGAN, MATRIK & TABEL

DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Variasi Bentuk Kerja Sama Antar Daerah Di Indonesia
Bagan 2.2 Penyusunan Rencana Aksi Penguatan Dan Pengembangan KAD
Bagan 2.3 Penyajian Rencana Aksi Penguatan Dan Pengembangan KAD

DAFTAR MATRIK
Matrik 1 Tinjauan Umum Rencana Aksi
Matrik 2.1 Rencana Aksi Berdasarkan Kegiatan Utama (Tahap 1)
Matrik 2.2 Rencana Aksi Berdasarkan Kegiatan Utama (Tahap 2)
Matrik 2.3 Rencana Aksi Berdasarkan Kegiatan Utama (Tahap 3)
Matrik 2.4 Rencana Aksi Berdasarkan Kegiatan Utama (Tahap 4)
Matrik 2.5 Rencana Aksi Berdasarkan Kegiatan Utama (Tahap 5)
Matrik 3.1 Rencana Aksi Berdasarkan Rincian Kegiatan Utama (Tahap 1)
Matrik 3.2 Rencana Aksi Berdasarkan Rincian Kegiatan Utama (Tahap 2)
Matrik 3.3 Rencana Aksi Berdasarkan Rincian Kegiatan Utama (Tahap 3)
Matrik 3.4 Rencana Aksi Berdasarkan Rincian Kegiatan Utama (Tahap 4)
Matrik 3.5 Rencana Aksi Berdasarkan Rincian Kegiatan Utama (Tahap 5)
Matrik 4 Rencana Aksi Berdasarkan Output
Matrik 5 Rencana Aksi Berdasarkan Waktu Pelaksanaan

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Arah Kebijakan Dan Strategi Pembangunan Direktorat Jenderal
Pemerintah
Umum
Tabel 2.2 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemerintah Umum (Ditjen
PUM)
Tabel 2.3 Kegiatan Subdit Kerjasama Daerah Tahun 2011

iii | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011

DAFTAR SINGKATAN
BKAD Badan Kerjasama Antar Daerah
BKSP Badan Kerjasama Pembangunan
DSF Decentralization Support Facility
Ditjen PUM Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum
FGD Focus Group Discussion
Jabodetabekjur Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Cianjur
KAD Kerjasama Antar Daerah
Kartamantul Yogyakarta, Sleman, Bantul
KPDT Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal
Monev Monitoring dan Evaluasi
MoU Memorandum of Understanding
Pokja Kelompok Kerja
RM Regional Manajemen
RPJPN Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Renstra Rencana Strategis
Sekber Sekretrariat Bersama
Subosukowonosraten Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar,
Wonogriri,
Sragen and Klaten
Subdit KAD Sub Direktorat Kerjasama Daerah, Direktorat
Jenderal
Pemerintahan Umum
TKKSD Tim Koordinasi Kerjasama Daerah
3K Komunikasi, Kerjasama dan Koordinasi

iv |
P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

RENCANA AKSI
PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN
KERJASAMA ANTAR DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penyusunan Rencana Aksi

Desentralisasi telah mengalihkan peran, tanggung jawab, pengambilan


keputusan, pembiayaan,
manajemen serta kontrol terhadap penerimaan dan belanja sektor pelayanan
publik dari pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah. Akibatnya tanggung jawab pemerintah daerah
menjadi lebih
kompleks, sehingga perlu mencari jalan terbaik untuk penyediaan pelayanan
publik. Salah satu cara yang
dapat ditempuh untuk menjawab tantangan ini adalah dengan melakukan kerja
sama antar daerah.

Dilakukannya kerjasama antar daerah akan memberi


manfaat seperti pelayanan publik yang lebih baik,
meningkatkan kohesi antar pemerintah daerah, “..Kerjasama
antar daerah
mengurangi konflik antar daerah, peningkatan dapat
meningkatkan
infrastruktur wilayah, meningkatkan koordinasi dalam pelayanan
publik,
perencanaan tata ruang serta pengembangan kondisi infrastruktur,
koordinasi
perekonomian wilayah. Di samping itu, secara teknis
perencanaan
tata ruang serta
kerjasama antar daerah dapat menjadi instrumen untuk
perekonomian
wilayah..�?
menjawab kelemahan yang terbentuk melalui
mekanisme struktural pembangunan.

Berdasarkan Undang-undang No 32/2004 tentang Pemerintah Daerah, kerjasama


merupakan hak setiap
daerah otonom dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat khususnya
dalam memenuhi
tanggungjawabnya untuk meningkatkan penyediaan pelayanan publik.

Ada beberapa prioritas yang dapat dilakukan untuk pengembangan serta


penguatan kerjasama antar
daerah di Indonesia. Salah satunya adalah dengan meningkatkan kapasitas
pemerintah pusat yang
berwenang dalam kerja sama antar daerah, dalam hal ini adalah Sub Direktorat
Kerja sama antar Daerah
(Subdit KAD), Direktorat Dekonsentrasi dan Kerjasama, Direktorat Jenderal
Pemerintahan Umum (Ditjen
PUM), Kementrian Dalam Negeri. Untuk itu, pihak DSF (Decentralization Support
Facility) melakukan
kegiatan penyusunan Rencana Aksi Pengembangan dan Penguatan Kerja Sama Antar
Daerah bagi
Direktorat Jenderal PUM, Kementerian Dalam Negeri, terutama bagi Subdit
Kerjasama.

1|Page
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

1.2 Tujuan dan Manfaat Rencana Aksi

Tujuan dari penyusunan Rencana Aksi Pengembangan dan Penguatan Kerja Sama
Antar Daerah adalah
sebagai panduan bagi Ditjen PUM terutama Subdit Kerjasama Daerah (selanjutnya
disingkat menjadi
Subdit KAD) dalam mendukung Pemerintah Daerah untuk mengimplementasikan kerja
sama antar
daerah dengan lebih efektif. Rencana aksi ini juga dimaksudkan untuk
memudahkan Subdit KAD di
dalam menyusun Rencana Kegiatan dan Anggaran di tahun berikutnya. Lebih jauh
lagi rencana aksi ini
nantinya diharapkan dapat menjadi panduan bagi Ditjen PUM dalam mendorong
pihak pemerintah
daerah untuk melaksanakan KAD serta mengembangkan dan memperkuat KAD yang
sudah terbentuk di
Indonesia. Pembahasan Rencana Aksi akan terfokus pada lingkup kerjasama
peningkatan pelayanan
publik yang terjadi antara sesama pemerintah kabupaten/kota maupun propinsi
yang secara geografis
berbatasan langsung dan tidak mencakup kerjasama antara daerah dengan pihak
ketiga ataupun luar
negeri.

Penyusunan rencana aksi ini diharapkan juga bisa dimanfaatkan oleh pemerintah
provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota di dalam mengembangkan dan menguatkan kerjasama
antar daerah yang
sudah terbentuk dan atau baru akan dimulai di daerah masing – masing,
sehingga di dalam penyajiannya
rencana aksi ini juga akan memuat dan menjelaskan peran pemerintah
kabupaten/kota dan provinsi.

1.3 Tahapan Penyusunan Rencana Aksi

Beberapa kegiatan telah dilakukan dalam penyusunan Rencana Aksi Pengembangan


dan Penguatan
Kerjasama Antar Daerah di Indonesia. Kegiatan tersebut meliputi tahapan
sebagai berikut:
1. Melakukan Desk Study
Yaitu kegiatan pengumpulan data dan informasi dari berbagai sumber
(literatur, laporan-laporan,
hasil studi, jurnal, dan lain-lain) untuk kemudian dianalisa dan
dituliskan menjadi suatu laporan yang
memuat 3 poin utama yang mendasari penyusunan rencana aksi pengembangan
dan penguatan
KAD bagi Subdit KAD Ditjen PUM secara mendalam, yaitu: i).Teori, konsep
serta best practices KAD;
ii). Kendala dan peluang KAD di Indonesia sebagai hasil dari pemetaan;
iii).Tupoksi dan Renstra dari
Subdit KAD
2. Menyelenggarakan Workshop 1: Pembahasan hasil Desk Study
Tujuan diselenggarakannya workshop ini adalah:
a. Untuk mempresentasikan dan mendiskusikan hasil temuan awal dari desk
study yang
dilakukan oleh tim DSF, khususnya terkait dengan peluang dan
kendala pengembangan kerja
sama antar daerah
b. Untuk mendapatkan masukan dari para stakeholder yang terlibat dalam
kerja sama daerah
terkait dengan peluang dan kendala tersebut

2|Page
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Hasil dari kegiatan pertama dan kedua kemudian dituliskan dalam bentuk
laporan pendahuluan,
yang dalam bentuk ringkas dapat ditemukan di bagian lampiran dari rencana
aksi ini.
3. Menyusun Draft Rencana Aksi yang didasari oleh hasil kegiatan pertama dan
kedua
4. Melakukan 2 kali Diskusi Kelompok Terarah (Focus Group Discussion) pada
kegiatan sosialisasi
perundangan yang diselenggarakan oleh Subdit KAD Ditjen PUM. Partisipan
diskusi terdiri dari
sekitar 50 orang yang tupoksinya terkait dengan KAD berasal dari
Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota/Propinsi yang berbeda. Diskusi ini dilakukan dengan tujuan
untuk mendapatkan
masukan terhadap draft awal dari rencana aksi yang telah disusun.
5. Menyelenggarakan Workshop 2: Pembahasan Draft Rencana Aksi
Setelah diperoleh masukan dari kegiatan sosialisasi, draft rencana aksi
tersebut kemudian dibahas
dalam suatu workshop yang dihadiri oleh para ahli dan praktisi KAD serta
pihak lembaga dan
kementrian terkait, dengan tujuan:
a) Mempresentasikan dan mendiskusikan draft rencana aksi penguatan dan
pengembangan KAD
b) Mendapatkan masukan secara terperinci dari partisipan workshop untuk
mematangkan draft
Rencana Aksi
6. Menyusun Laporan Akhir
Masukan yang diperoleh dari hasil kegiatan workshop II diintegrasikan ke
dalam draft rencana aksi
yang diusulkan tim DSF, yang kemudian dibuat dalam bentuk Laporan Akhir
Rencana Aksi
Pengembangan dan Penguatan Kerja Sama Antar Daerah.

1.4 Sistematika Pembahasan

Laporan pembahasan mengenai Rencana Aksi Penguatan dan Pengembangan Kerja


Sama antar Daerah
akan meliputi 4 bab, dengan sistematika berikut ini.

BAB 1 PENDAHULUAN
Latar belakang penyusunan rencana aksi, tujuan dan manfaat rencana aksi,
tahapan penyusunan
rencana aksi serta sistematika pembahasan laporan rencana aksi ini
dipaparkan di bagian
pendahuluan.

BAB 2 PROSES PENYUSUNAN RENCANA AKSI


Di Bab 2 akan dijelaskan mengenai kondisi atau hal-hal apa saja yang
mendasari disusunnya berbagai
kegiatan yang tercakup dalam rencana aksi, serta konsep pendekatan yang
digunakan dalam
penyusunannya. Di bagian awal, secara garis besar akan dijelaskan mengenai
tiga hal utama yang
menjadi dasar disusunnya berbagai kegiatan dalam rencana aksi, yaitu kajian
teori, konsep ideal serta
best practice KAD yang bisa dijadikan acuan bagi daerah-daerah di tanah air
di dalam mengelola KAD;
pemetaan terhadap faktor/kondisi KAD di Indonesia khususnya terkait dengan
kekuatan/peluang dan
3|Page
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

kelemahan/tantangan yang dihadapi; serta profil, tupoksi dan kebijakan


Subdit KAD. Selanjutnya akan
diuraikan mengenai konsep atau pendekatan yang digunakan dalam menyusun
rencana aksi.

BAB 3 RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJA SAMA ANTAR DAERAH
Dalam bab 3 akan diuraikan rencana aksi 5 tahunan dari Subdit KAD Ditjen PUM
di dalam upayanya
untuk menumbuhkembangkan KAD. Rencana aksi ini akan disusun berdasarkan
hasil analisa
kebutuhan yang diperoleh dari kondisi pemetaan dikaitkan dengan kondisi
ideal yang kemudian
diperkaya dan dipertajam dengan hasil workshop yang akan diselenggarakan
khusus untuk membahas
(usulan) rencana aksi ini.

BAB 4 RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJA SAMA ANTAR DAERAH
Dalam bab 4 akan disajikan beberapa kegiatan dari Bab 3 atau dari Rencana
Aksi yang bisa
dilaksanakan oleh Ditjen PUM pada tahun 2012 dengan menggunakan pendanaan
dari APBN ataupun
sumber dana lainnya. Kegiatan -kegiatan ini dinamakan Kegiatan Jangka
Pendek.

LAMPIRAN
Bagian lampiran akan menampilkan tiga bagian utama yaitu:
Teori & Best practice KAD
Dokumentasi Workshop serta Rapat Sosialisasi I & II Peraturan
Perundangan KAD
Peraturan – peraturan KAD
Bagian lampiran merupakan bagian yang bersifat melengkapi rencana aksi ini.

4|Page
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

BAB 2 PROSES PENYUSUNAN RENCANA AKSI


Penyusunan kegiatan yang tercakup dalam Rencana Aksi Penguatan dan
Pengembangan Kerjasama
antar Daerah ini didasari oleh beberapa kondisi berikut ini.

Pertama, kajian teori, konsep ideal serta best practice KAD yang bisa
dijadikan acuan bagi pemerintah
daerah di Indonesia dalam mengelola KAD. Untuk itu akan diberikan gambaran
secara singkat mengenai
kerjasama antar daerah yang sesuai dengan teori serta konsep yang berlaku.
Akan dijelaskan hal-hal apa
saja yang dibutuhkan untuk membentuk dan menjalankan KAD secara ideal agar
mencapai hasil yang
diharapkan secara optimal. Pembahasan akan dimulai dari latar belakang dan
sejarah singkat mengenai
awal mulanya kerjasama antar daerah (KAD), yang dilanjutkan dengan pembahasan
mengenai prinsip-
prinsip dasar, pembiayaan, hingga ke pelaksanaan dan konsep pengawasan dan
evaluasi KAD. Disamping
itu juga akan dikemukakan mengenai lesson learned apa saja yang dapat diambil
dari implementasi KAD
di Eropa (khususnya Jerman, Austria dan Swiss), sehingga bisa menjadi
inspirasi bagi daerah-daerah di
Indonesia di dalam mencapai tujuan pembangunan daerah dan regional. Walaupun
implementasi KAD di
Eropa tersebut tidak akan bisa 100 persen diterapkan di Indonesia karena
aspek budaya lokal serta
peraturan perundangan yang berbeda, namun keberhasilan pelaksanaan KAD di
Jerman dan Austria
yang menganut prinsip-prinsip dasar KAD yang baik ini, tetap bisa dijadikan
patokan atau acuan bagi
daerah-daerah di tanah air di dalam mengelola KAD.

Kedua, gambaran kondisi KAD di Indonesia secara ringkas terutama terkait


dengan kekuatan/peluang
dan kelemahan/tantangan yang dihadapi. Dalam hal ini akan diulas mengenai
pelaksanaan KAD di
Indonesia yang diawali dengan latar belakang serta tujuan KAD yang sudah
terbentuk di Indonesia
selama ini, aspek-aspek legal formal KAD, bentuk-bentuk kelembagaan KAD serta
pembiayaan KAD.
Gambaran tentang pemetaan KAD di Indonesia ini kemudian akan diakhiri dengan
pembahasan
mengenai kondisi apa saja yang dapat menjadi kekuatan/peluang serta
kelemahan/hambatan
pelaksanaan KAD di Indonesia dilihat dari sisi kelembagaan, regulasi, serta
pembiayaan.

Ketiga, profil, tupoksi (tugas pokok dan fungsi), dan kebijakan Direktorat
Jenderal Pemerintahan Umum
(Ditjen PUM), khususnya Sub Direktorat Kerjasama Antar Daerah (Subdit KAD),
sebagai lembaga di
tingkat pusat yang memiliki wewenang serta memainkan peran yang sangat
penting di dalam fungsinya
memfasilitasi dan membina KAD.

Bagian berikutnya akan menguraikan tinjauan umum atau pendekatan yang


digunakan dalam menyusun
rencana aksi. Dalam bagian ini akan dijelaskan bagaimana ketiga kondisi
diatas kemudian diturunkan
menjadi rencana aksi pengembangan dan penguatan KAD serta pendekatan dalam
menyusun rencana
aksi. Selanjutnya, dalam bagian terakhir di bab ini akan dijelaskan mengenai
bagaimana cara serta
langkah-langkah untuk menggunakan buku rencana aksi ini.
5|Page
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011

2.1 Kondisi Yang Mendasari

Kajian Teori dan Konsep Ideal serta Best Practice KAD


Dalam literatur yang berkembang di dunia, istilah kerjasama daerah atau
kerjasama regional lebih
dikenal dengan sebutan intergovernmental management. Pengertian
intergovernmental management
yang dimaksudkan di sini bukanlah sekedar hubungan antar pemerintah daerah
biasa melainkan sesuatu
yang merupakan inti dari hubungan antar daerah.1 Masih sering terjadi
kesalahpahaman di dalam
memahami pengertian manajemen antar daerah dan di dalam mengelola manajemen
antar daerah
tersebut, terutama di dalam cara memandang kelembagaan kerjasama itu sendiri.
Sebagian besar
pelaku kerjasama masih terbelenggu di dalam paradigma klasik kerjasama daerah
yang di dalam
pengelolaannya masih didominasi nuansa hirarki struktural formal.2

Perbedaan pandangan terhadap manajemen antar daerah ini


sangat terasa di Indonesia yang cukup lama menerapkan
sistem pemerintahan sentralistik terutama pada masa orde “Sebagian
besar pelaku
baru. Cara pandang klasik pada organisasi lembaga
kerjasama
masih
kerjasama antar daerah tidak relevan lagi dengan karakter
lembaga kerjasama yang mengkolaborasikan daerah-daerah terbelenggu
dalam
otonom ke dalam hubungan kerjasama antar daerah. paradigma
klasik
Birokrasi yang memiliki pola hubungan strukturalis – hierarkis kerjasama
daerah yang
menjadi kurang sesuai dengan karakter networking yang
dalam
pengelolaannya
flexible dalam semangat kerjasama yang menjadikan
Komunikasi, Koordinasi dan Kerjasama sebagai pilarnya. masih
didominasi
Kerjasama Antar Daerah (KAD) seperti ini hanya dapat nuansa
hirarki
terbentuk dan berjalan apabila berlandaskan saling struktural
formal�?
3
membutuhkan untuk mencapai satu tujuan. Selain itu
adanya dukungan dari luar wilayah kerjasama (misalnya
pemerintahan pusat atau provinsi) serta permintaan akan
kerjasama yang digagas oleh masyarakat lokal akan meningkatkan kualitas dan
efektifitas kerjasama itu
sendiri. Komitmen dan ikatan yang kuat di antara pengambil keputusan
tertinggi di daerah masing –
masing (dalam hal ini kepala pemerintahan, para pejabat, baik pada level
teknis, manajerial, maupun
pimpinan) akan sangat mempengaruhi jalannya kerjasama tersebut. Komitmen yang
dimaksud adalah
komitmen untuk bekerjasama dalam penanganan isu-isu yang telah disepakati dan
lebih mendahulukan
kepentingan bersama/regional dibanding kepentingan masing-masing daerah,
serta komitmen untuk
membiayai pengorganisasian KAD dengan mengutamakan kemampuan sendiri.4

1
McGuire, Michael, 2006, "Intergovernmental Management : A View From The
Bottom", Public Administration Review
2
Albrow, Martin, 2005, Birokrasi, Tiara Wacana, Jakarta
3
Tim Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010. “Buku Saku Regional Management�?.
4
Penjelasan mengenai prinsip dasar KAD dan Good Governance dapat ditemukan
di dalam Bab 2 Laporan Pendahuluan Rencana Aksi
Penguatan dan Pengembangan KAD, DSF

6|Page
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011

Seperti yang telah dijelaskan di Laporan Pendahuluan, konsep KAD dan


penerapannya, sebenarnya telah
lama dikembangkan di sejumlah negara di benua Eropa, seperti Jerman, Austria,
Belanda, Swiss, dan
sebagainya sejak 30 tahun yang lalu. KAD di negara – negara Eropa tersebut
terbukti telah menjadi
instrumen pembangunan kewilayahan yang berhasil melahirkan pertumbuhan dan
pemerataan
ekonomi, penciptaan pelayanan publik yang berkualitas kepada rakyat, dan
menciptakan proses
integrasi sosial, budaya dan politik yang kuat. Metode kerjasama seperti ini
menjadi model alternatif
untuk menggantikan model birokrasi klasik yang bersifat top down karena
sifatnya yang mengandalkan
jejaring yang fleksibel dan dinamis.

Di negara seperti Jerman, Swiss dan Austria, pemerintah pusat (dan negara
bagian) berperan sebagai
penyedia fasilitas atau instrument yang bersifat memberikan stimulus seperti
Program Regional,
memberikan informasi dan konsultasi. Tugas dan fungsi lembaga KAD diserahkan
sepenuhnya kepada
keadaan dan situasi yang terbaik untuk region masing – masing. Pengalaman
dari Austria menunjukkan
bahwa salah satu faktor keberhasilan KAD adalah pengelolaan yang berdasarkan
terutama kepada
kekuatan dan kemampuan sendiri.5 Lembaga KAD di Eropa mempunyai sifat sebagai
“pengurus�? untuk
kepentingan strategis regional, alih teknologi, regional marketing (ke luar
dan ke dalam) serta
membangun dan memelihara networking di wilayah kerja. Posisi pimpinan lembaga
KAD yang
menjalankan tugas KAD sehari – hari juga harus dilaksanakan oleh orang yang
mempunyai kompetensi di
bidang sosial dan keilmuan dan bisa memimpin suatu tim kerja.6 Keberhasilan
KAD di Eropa ini bisa
dilihat dari terjadinya peningkatan pelayanan publik di bidang transportasi,
kesehatan, pendidikan,
pengelolaan energi, percepatan pembangunan perekonomian secara kewilayahan
dan lain sebagainya.7
Contoh keberhasilan ini seharusnya menjadi pembelajaran bagi pemerintah
pusat, provinsi, daerah,
serta stakeholder lainnya di Indonesia untuk bisa menerapkan pola KAD
tersebut yang tentunya harus
disesuaikan dengan faktor-faktor lokal dan peraturan perundangan yang
berlaku.

Kekuatan/Peluang dan Kelemahan/Tantangan KAD di Indonesia


Beberapa tahun belakangan ini pemerintah daerah marak melakukan kegiatan-
kegiatan yang bertujuan
untuk merintis kerjasama baru maupun mengembangkan kerjasama yang sudah
terbentuk. Berbagai
faktor melatarbelakangi terjadinya kerja sama tersebut, seperti fasilitasi
yang dilakukan oleh pihak
ketiga (pemerintah pusat/propinsi dan lembaga donor) serta adanya kesadaran
dari pihak pemerintah
daerah kabupaten/kota akan kondisinya yang membutuhkan kerja sama dengan
pihak pemerintah
daerah lainnya.

5
Maier, J., Obermaier, F.: Regionalmanagement in der Praxis. Hrsg.:
Bayerisches Staatsministerium für Landesentwicklung und Umweltfragen,
München 2000.
6
Maier, J., Obermaier, F.: Regionalmanagement in der Praxis. Hrsg.:
Bayerisches Staatsministerium für Landesentwicklung und Umweltfragen,
München 2000.
7
Contoh-contoh keberhasilan KAD di Eropa dapat dilihat selengkapnya pada Bab
3 Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Penguatan dan
Pengembangan KAD, DSF

7|Page
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011
Kerjasama antar pemerintah daerah dilakukan dengan tujuan beragam,
diantaranya untuk
mempercepat pembangunan perekonomian wilayah, meningkatkan pelayanan publik,
dan tujuan
ti
lain-
lainnya seperti dalam hal penanggulangan bencana, penegasan batas wilayah,
dan lain-lain.

Dilihat dari regulasi yang mendasarinya, banyak peraturan perundangan yang


harus dijadikan acuan saat
Undang-
Undang
pihak pemerintah daerah mengadakan kerjasama mulai dari Undang Undang sampai
dengan Surat
8
Edaran Menteri . Namun dapat dikatakan bahwa landasan hukum utama KAD
meliputi: i).Undang i).Undang-
195-197);
undang No.32/2004 tentang Pemerintah Daerah (pasal 195 197); ii).Peraturan
Pemerintah No. 50/2007
iii).Peraturan
tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Daerah; iii).Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 22/2009
tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerja Sama Daerah, dan iv).Peraturan
Menteri Dalam Negeri
No.23/2009 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Kerja Sama antar
Daerah.

Dari sisi wadah/lembaga yang menaunginya terdapat berbagai variasi bentuk


KAD. Na Namun demikian
secara garis besar dalam prakteknya kerja sama antar daerah di Indonesia
dapat dibedakan dari sifat
yang mendasarinya, yaitu bersifat struktural (sentralistik) dan non
struktural (desentralistik). Yang
imaksud
dimaksud struktural yaitu apabila kerja sama terbentuk melalui mekanisme
struktural sesuai prosedur
formal birokratis dan memiliki pola pengelolaan yang hirarkis. Sedangkan
kerjasama non struktural
berdasarkan
(desentralistik) adalah kerja sama yang terbentuk berdasarkan kebutuhan serta
keinginan daerah untuk
memberdayakan potensinya dalam rangka meningkatkan pelayanan dan kekuatan
daya saing secara
bersama-sama, dengan pengelolaan melalui pola non struktural atau jejaring9.
sama,

ANTAR DAERAH DI INDONESIA


BAGAN 2.1 VARIASI BENTUK KERJA SAMA AN

Kerja sama
antar Daerah
di Indonesia
Struktural

Non Struktural

Badan Tanpa Lembaga


Jaring
Kerja Sama
Regional Pelayanan
Kerja Sama

Management (RM) Publik

8
Daftar peraturan perundangan yang harus dijadikan acuan KAD secara lengkap
dapat dilihat pada halaman 47 Laporan Pendahuluan Rencana
Aksi Penguatan dan Pengembangan KAD, DSF
9
kungan Forum,
Abdurahman, Benyamin, 2010, Dukungan DSF terhadap RM Forum Jakarta

8|Page
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011

Kerjasama daerah yang bersifat struktural ada yang dilakukan dengan ataupun
tanpa lembaga
kerjasama. Kerjasama antar daerah tanpa lembaga bisa terjadi antara
kabupaten/kota yang saling
berbatasan/berdekatan maupun tidak, dengan berbagai tujuan seperti penegasan
wilayah perbatasan,
pengelolaan sarana dan prasarana, kerjasama tata ruang dan transmigrasi.
Kerjasama dengan wadah
lembaga berupa badan kerjasama misalnya Badan Kerjasama Antar Daerah (BKAD)
Subosukawonosraten, Pawonsari dan BKSP (Badan Kerjasama Pembangunan)
Jabodetabekjur. Ciri
struktural terlihat dari kepengurusan badan kerja sama yang seluruhnya
dipegang oleh pegawai negeri
sipil, di samping pembentukan lembaga tersebut umumnya juga diinisiasi oleh
pemerintah pusat.

Sementara itu kerjasama daerah non struktural dapat dibedakan menjadi dua
kategori, yaitu Regional
Management (RM) dan Jaring Pelayanan Publik. RM dan Jaring Pelayanan Publik
dapat dikatakan
memiliki bentuk lembaga serta struktur organisasi yang relatif sama, dimana
beberapa pos didalam
struktur tersebut diduduki oleh kalangan profesional. Perbedaan terletak pada
lingkup kerja sama,
dimana jaring pelayanan publik lebih fokus pada sektor pelayanan publik
(sesuai PP 38/2007),
sedangkan RM selain pada sektor pelayanan publik juga mencakup pengembangan
perekonomian
wilayah. Contoh bentuk kerja sama jaring pelayanan publik yang sering
dijadikan best practices karena
dianggap berhasil adalah Sekretariat Bersama Kartamantul. Selain itu juga ada
Sarbagita (Bali) memiliki
fokus pada pelayanan persampahan dan Gerbarkartasusila (Jawa Timur) memiliki
fokus pada sarana dan
prasarana jalan. Sedangkan RM di Indonesia diawali dengan terbentuknya RM
Barlingmascakeb (2003)
dan diikuti oleh RM SAMPAN (2004). Kemudian setahun berikutnya (2005)
Kementrian Pembangunan
Daerah Tertinggal (KPDT) mulai mensosialisasikan dan menginisiasi pembentukan
12 RM yang tersebar
di berbagai wilayah di Indonesia10.

Untuk membiayai operasional kerjasama yang telah terbentuk selama ini ada
beberapa sumber yang
biasa digunakan, seperti: i).Iuran rutin dari APBD kabupaten/kota yang
melakukan KAD; ii).Dianggarkan
di SKPD masing-masing pemerintah kabupaten/kota yang melakukan kerjasama;
iii).Dukungan
Pemerintah Provinsi (dana dekonsentrasi) dan Pemerintah Pusat (APBN) serta
dukungan dari pihak luar
(donor, universitas, dll). Sedangkan penganggarannya pada APBD ada dibebankan
pada pos belanja
langsung (melalui dana transfer), bantuan sosial ataupun hibah.

Apabila dilihat dari sisi kelembagaan, regulasi serta pembiayaannya, berikut


ini adalah peluang
(kekuatan) serta tantangan (kelemahan) yang dapat disimpulkan dari kondisi
KAD yang ada di Indonesia.

10
Gambaran lengkap mengenai kelembagaan KAD di Indonesia dapat dilihat pada
halaman 58-68 Laporan Pendahuluan Rencana Aksi
Penguatan dan Pengembangan KAD, DSF

9|Page
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

KEKUATAN/PELUANG
KELEMAHAN/TANTANGAN

Terdapat berbagai pola Fungsi regional marketing belum


terintegrasi
kelembagaan KAD yang telah
K Peran stakeholder KAD belum sesuai
dengan harapan:
berkembang dan
menunjukkan hasil serta Pemerintah Pusat: Belum adanya 3K
(koordinasi, komunikasi dan kerjasama) lintas sektoral di
E manfaat yang cukup baik tingkat pusat
Tingginya legitimasi Pemerintah Propinsi: jumlah
pemerintah propinsi yang berperan dalam KAD masih terbatas (DI
L kelembagaan KAD yang Yogyakarta dan Jawa Tengah), karena
belum terlalu dipahami bahwa peran pripinsi adalah sebagai
sudah terbentuk wakil pemerintah pusat (fungsi
fasilitasi, mediasi, katalisator)
E
Penggunaan tenaga Pemerintah Kabupaten/Kota:
profesional di beberapa KAD
M berdampak pada efektivitas Rendahnya respon daerah dalam
menginisiasi KAD, disebabkan kurang pahamnya pihak
KAD pemerintah daerah akan manfaat
KAD serta orientasi sebagian daerah terhadap profit bukan
B pelayanan masyarakat
Peran pemerintah pusat:
Banyaknya kesepakatan kerja sama
daerah yang tidak ditindaklanjuti ataupun mengalami
A Dukungan pemerintah stagnasi dikarenakan minimnya
komitmen pimpinan daerah atau tingginya ego kedaerahan
pusat untuk penguatan
dan pengembangan KAD Terbatasnya kapasitas personil
pengelola KAD yang berasal dari kalangan PNS karena
G terkendala dengan tupoksi
utamanya
Tema KAD mulai
A merambah berbagai Contoh kasus: staf BKAD yang
sebagian merupakan PNS yg mempunyai tugas pokok dalam
Kementerian pemerintahan tidak bisa fokus
mengelola KAD
A Kendala birokrasi terkait dengan
rantai pengambilan keputusan dan penyebarluasan
informasi di daerah yang bekerja
sama
N
Peran masyarakat: relatif rendah,
terbatas pada partisipasi beberapa perguruan tinggi (yang
masih harus ditingkatkan lagi) serta
beberapa asosiasi saja

10 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

KEKUATAN/PELUANG
KELEMAHAN/TANTANGAN

Adanya amanat Beberapa pasal dalam PP No 50/2007 dirasakan


menjadi kendala:
kerjasama antar Inisiatif awal kerja sama harus dari pihak
daerah, padahal dalam kenyataannya pihak lain (baik
daerah berdasarkan pemerintah maupun non pemerintah) bisa
saja menjadi inisiator awal jika melihat
UU No. 32/2004 potensi/peluang diadakannya kerjasama
(pasal 7)
tentang Pemerintah Penyelesaian perselisihan (pasal 14 dan
15)dengan cara keputusan gubernur (untuk
Daerah kabupaten/kota) atau keputusan menteri
(untuk propinsi), bertentangan dengan prinsip
kerjasama “persamaan kedudukan�? {pasal 2
poin (h)}.
R Adanya beberapa
Masih banyak daerah yang menganggap bahwa
Badan kerja sama adalah merupakan perangkat
peraturan
daerah yang harus dibentuk dengan mengacu
pada PP No. 41/2007 tentang Organisasi
perundangan yang
E Perangkat Daerah.
memayungi
Salah satu tugas badan kerja sama yang
dijelaskan dalam pasal 25 yaitu melakukan pengelolaan
kerjasama antar
G atas pelaksaan kerja sama, seringkali
dimengerti oleh pihak daerah sebagai eksekutor atau
daerah (PP 50/2007,
pelaksana teknis dari kerjasama daerah
tersebut.
Permendagri 22/2009
U dan Permendagri Permendagri No 22/2009 dan No. 23/2009
dirasakan:
23/2009) Kurang memberikan ruang bagi pihak daerah
untuk melakukan kerja sama, terkait dengan:
L Permendagri No Tahapan kerjasama daerah dirasakan
terlalu panjang dan kaku
37/2010 tentang Kekhawatiran TKKSD (yang seluruhnya
berisikan staf struktural) akan menjadi badan
Pedoman Penyusunan kerjasama antar daerah
A
APBD Tahun 2011 Belum membuka ruang bagi kalangan
masyarakat umum/ profesional untuk berperan serta
memberikan secara aktif sebagai mitra dalam
kerjasama antar daerah. Peluang hanya terbatas pada
S tenaga ahli/pakar kerja sama (pasal 5
Permendagri 22/2009).
kepastian hukum
tentang sumber Belum mencakup bahasan tentang bagaimana
cara pemerintah daerah untuk melaksanakan
I pembiayaan KAD tahapan kerja sama yang telah ditentukan
(walaupun hanya Belum dapat mengakomodir keberadaan
lembaga kerjasama yang ada
untuk tahun 2011 Regulasi terkait keuangan KAD, yaitu
Permendagri No 13/2006 yg direvisi dengan Permendagri No
saja) 59/2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah berdampak pada keraguan daerah untuk
melakukan kerjasama, karena belum jelasnya pos
anggaran dan peraturan pengelolaan keuangan
daerah (terkait pasal 42-44 tentang hibah)
Belum adanya panduan/pedoman operasional yang
sangat dibutuhkan daerah dalam melaksanakan
kerja sama.

11 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011

KEKUATAN/PELUANG
KELEMAHAN/TANTANGAN
P P
Hasil positif/manfaat beberapa KAD
Kesulitan dalam menyelaraskan/
(pelayanan publik dan pembangunan
mengintegrasikan rencana kegiatan
E E
ekonomi regional)
KAD dengan RPJM/Renstra
R M Mengintegrasikan perencanaan KAD dengan
Sinkronisasi program lembaga KAD
proses perencanaan yang ada, dengan
dengan daerah anggota kerjasama.
E B melakukan Musrenbangreg sebelum
Daerah anggota kerjasama
Musrenbangprop ataupun Musrenbangda.
menghadapi kesulitan dalam
N & I Sehingga KAD dapat menjadi partner di
memadukan pengalokasian anggaran
dalam Renja SKPD untuk masalah lintas
antara daerah pada tahun yang
C A
wilayah administratif
sama, karena iuran pendanaan relatif

terbatas. Di sisi lain masih terjadi


A Y Dukungan pembiayaan dari berbagai pihak

inefisiensi, dengan terjadinya


(pemerintah pusat, propinsi dan donor)
N A
tumpang tindih program (dilakukan
oleh lembaga KAD sekaligus juga
A A
oleh SKPD daerah anggota)

Proses Monev belum berjalan


A N
(indikator belum ditetapkan)
N

Profil, Tupoksi dan Kebijakan Ditjen PUM terkait KAD


→ Profil dan Tupoksi Ditjen PUM
Pengelolaan serta koordinasi kerjasama antar daerah merupakan bagian dari
urusan pemerintahan
umum, berada dibawah kewenangan Kementrian Dalam Negeri khususnya Direktorat
Jenderal
Pemerintahan Umum (Ditjen PUM) yang merupakan salah satu dari tujuh11 Ditjen
yang ada dalam
struktur organisasi Kementrian Dalam Negeri. Berdasarkan Keputusan Presiden
No 88/2003 tentang
Unit Organisasi dan Tugas Eselon 1 Departemen yang ditindaklanjuti Peraturan
Menteri Dalam Negeri
No 41/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian dalam Negeri, tugas
Ditjen PUM adalah
merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
pemerintahan umum.
Sedangkan fungsinya adalah:
a. Perumusan kebijakan di bidang pemerintahan umum
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pemerintahan umum
c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang pemerintahan
umum
d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemerintahan umum
e. Pelaksanaan administrasi Dirjen PUM

11
Ke enam Ditjen lainnya adalah: Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik, Ditjen
Otonomi Daerah, Ditjen Bina Pembangunan Daerah, Ditjen
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Ditjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil,
serta Ditjen Keuangan Daerah.

12 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Secara struktural Ditjen PUM terbagi atas lima direktorat dan satu
sekretariat, dimana salah satu
direktoratnya adalah Direktorat Dekonsentrasi dan Kerjasama yang mempunyai
tugas melaksanakan
sebagian tugas Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum di bidang dekonsentrasi
dan kerjasama. Salah
satu fungsi direktorat ini terkait KAD adalah menyiapkan perumusan kebijakan
dan fasilitasi pembinaan
kerjasama daerah. Fungsi ini merupakan tugas dari Sub Direktorat Kerjasama
Daerah / Subdit KAD,
yang merupakan salah satu dari 5 subdit yang berada di dalam Direktorat
Dekonsentrasi dan Kerjasama.
Secara lebih terinci, tugas dari Subdit KAD adalah melaksanakan penyiapan
perumusan kebijakan,
pembinaan, fasilitasi serta monitoring dan evaluasi penyelenggaraan kerjasama
antar daerah dan
daerah dengan pihak ketiga.

Selain tugas tersebut, Subdit KAD menyelenggarakan beberapa fungsi berikut:


a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan dan fasilitasi pelaksanaan koordinasi
kerjasama antar daerah
b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan dan fasilitasi pelaksanaan koordinasi
kerjasama daerah
dengan pihak ketiga
c. Penyiapan bahan perumusan kebijakan dan fasilitasi pemberdayaan kapasitas
kelembagaan
kerjasama
d. Pemantauan evaluasi pelaksanaan kerjasama antar pemerintah daerah dan
pemerintah daerah
dengan pihak ketiga.

Dalam melaksanakan tugasnya, subdit KAD dibagi menjadi 2


seksi dengan bantuan 5 orang staf, sehingga jumlah total SDM Tugas
dari Sub Direktorat
dalam Subdit KAD sebanyak 8 orang. Adapun 2 seksi dimaksud Kerjasama
Daerah adalah
meliputi:
melaksanakan penyiapan
1. Seksi Kerjasama I, mempunyai tugas melakukan penyiapan perumusan
kebijakan,
bahan perumusan kebijakan dan fasilitasi serta monitoring
pembinaan, fasilitasi serta
dan evaluasi kerjasama antar pemerintah daerah, serta
monitoring dan evaluasi
pemberdayaan kapasitas kelembagaan kerjasama antar
penyelenggaraan KAD &
daerah daerah
dengan pihak
2. Seksi Kerjasama II, mempunyai tugas melakukan ketiga.
penyiapan bahan perumusan kebijakan dan fasilitasi serta
monitoring dan evaluasi kerjasama dengan pihak ketiga,
serta pemberdayaan kapasitas kelembagaan kerjasama
dengan pihak ketiga.

→ Kebijakan Ditjen PUM


Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 telah
mengarahkan antara lain
pada pembangunan ekonomi dan wilayah berkelanjutan, serta untuk mengembangkan
kekuatan daya
saing kewilayahan melalui interaksi antar daerah yang didorong dengan
membangun keterkaitan sistem
produksi, distribusi dan pelayanan antar daerah. Untuk itu peran kerja sama
antar daerah menjadi
semakin dibutuhkan realisasinya.
13 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Dalam RPJPN juga disebutkan tentang arah kebijakan untuk mewujudkan


pembangunan yang lebih
merata dan berkeadilan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kerjasama antar
daerah dalam rangka
memanfaatkan keunggulan komparatif maupun kompetitif setiap daerah,
menghilangkan ego daerah
yang berlebihan, serta menghindari timbulnya inefisiensi dalam pelayanan
publik.

Berikut adalah prioritas arah kebijakan dan strategi pembangunan Ditjen PUM:
1. Reformasi birokrasi dan tata kelola
2. Iklim investasi dan iklim usaha
3. Daerah tertinggal, terdepan dan pasca konflik

Ketiga prioritas kemudian dijabarkan menjadi program stratejik Ditjen PUM


2010-2014 yaitu Program
penguatan penyelenggaraan pemerintahan umum. Kemudian program diukur
efektivitasnya melalui 8
indikator kinerja program, dimana satu diantaranya terkait dengan kerjasama
antar daerah yaitu
Prosentase peningkatan jumlah daerah yang melaksanakan kerjasama daerah dalam
bidang ekonomi,
prasarana dan pelayanan publik. Program stratejik Ditjen PUM 2010-2014
diturunkan menjadi enam
kegiatan, satu diantaranya terkait dengan kegiatan kerjasama antar daerah
yaitu Penyelenggaraan
hubungan pusat dan daerah serta kerjasama daerah (lihat Tabel 2.1).

Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 050 – 222 Tahun 2010 tentang
Rencana Strategis
Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum Tahun 2010-2014, tujuan dari Ditjen PUM
secara umum
adalah meningkatkan sinergitas hubungan antar pusat dan daerah dalam
penyelenggaraan
pemerintahan umum. Tujuan tersebut kemudian dijabarkan ke dalam beberapa
sasaran, satu
diantaranya terkait dengan kerjasama antara daerah yaitu Meningkatnya
pelaksanaan kerjasama antar
daerah dan pembinaan wilayah dalam rangka harmonisasi hubungan antara susunan
pemerintahan,
yang kemudian diukur melalui 4 indikator sasaran. Uraian lengkap mengenai
Renstra dapat dilihat pada
tabel 2.2.

14 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR
DAERAH APRIL 2011
TABEL 2.1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DIREKTORAT
JENDERAL PEMERINTAH UMUM

Prioritas Prioritas Prioritas Ditjen Program


Program Indikator Kegiatan Ditjen Sasaran
Diukur melalui IKU
Pembangunan Kemendagri PUM Strategik
Strategik Kinerja Program PUM Kegiatan Ditjen
(Indikator Kinerja Utama)
Nasional Kemendagri
Ditjen PUM (terkait KAD) 2010-2014 PUM (terkait
2010-2014
2010-2014 (terkait KAD) KAD)

1).Reformasi Poin 1, 4, 6, 7, 1.Reformasi


1 dari 8 indikator, 1 dari 6 kegiatan 1 dari 6 sasaran 9 dari 11
indikator:
Birokrasi dan Tata dan 10 dari birokrasi dan tata 13 program
Program yaitu: yaitu: yaitu:
Kelola; prioritas kelola
penguatan
1. Jumlah rumusan kebijakan dan produk
2.Iklim investasi
hukum bidang pusat dan daerah,
2).Pendidikan; pembangunan
penyelenggaraan Prosentase Penyelenggaraan Terfasilitasinya
dan iklim usaha
dekonsentrasi dan tugas pembantuan,
3).Kesehatan; nasional 3.Daerah tertinggal,
pemerintahan peningkatan hubungan pusat penyelenggaraan

kerjasama antar daerah, dan


4).Penanggulangan terdepan dan
umum jumlah daerah dan daerah serta hubungan pusat
peningkatan pelayanan umum
Kemiskinan; pasca konflik
yang kerjasama dan daerah, 2. Jumlah laporan
monitoring dan evaluasi
5).Ketahanan
melaksanakan daerah dekonsentrasi dan hubungan pusat
dan daerah,
Pangan;
kerjasama daerah tugas dekonsentrasi
dan tugas pembantuan,
6).Infrastruktur;
dalam bidang pembantuan, kerjasama
antar daerah dan

peningkatan pelayanan umum


7).Ilkim investasi
ekonomi, kerjasama antar

(triwulan, semester dan akhir tahun)


dan iklim usaha;
prasarana dan daerah, dan 3. Prosentase
peningkatan jumlah daerah
8).Energi;
pelayanan publik peningkatan yang
melaksanakan kerjasama daerah
9).Lingkungan
pelayanan umum dalam bidang ekonomi, prasarana dan
Hidup dan
dalam rangka pelayanan publik
Penanggulangan
harmonisasi 4. Prosentase jumlah daerah yang
Bencana;
hubungan antar menerima manfaat dari kerjasama

daerah dalam bidang ekonomi,


10).Daerah
susunan

prasarana, dan pelayanan publik


Tertinggal,
pemerintahan. 5. Jumlah sistem database dan sistem
terdepan, terluar
monev kerjasama daerah yang disusun
dan pasca konflik;
6. Jumlah pemetaan pelaksanaan
11).Kebudayaan,
kerjasama daerah baik yang sukses
kreatifitas dan
maupun yang gagal
inovasi teknologi;
7. Jumlah pemutakhiran pemetaan

pelaksanaan kerjasama daerah baik

yang sukses maupun yang gagal

8. Prosentase jumlah kegiatan fasilitasi

kerjasama atnar daerah yang diusulkan

9. Prosentase jumlah kegiatan DKTP yang

dilaporkan oleh tim DKTP propinsi

15 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
APRIL 2011

TABEL 2.2 RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PEMERINTAH UMUM (DITJEN


PUM)

VISI MISI
TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN
Terwujudnya
Meningkatkan
penyelenggaraan 1. Memperkuat kerukunan nasional melalui
sinergitas hubungan 1. Meningkatnya dukungan Sasaran ke-2 (terkait
KAD)
persatuan dan kesatuan nasional dalam kerangka
reformasi di bidang pelayanan dicapai dengan indikator:
pemerintahan
pusat daerah dalam
NKRI
umum
umum dalam wadah
penyelenggaraan 2. Meningkatnya pelaksanaan
2. Memfasiltiasi terciptanya ketentraman dan
1. Jumlah daerah yang
Negara Kesatuan
pemerintahan umum kerjasama antar daerah dan difasilitasi
dalam rangka
ketertiban umum, perlindungan masyarakat dan
Republik Indonesia. penegakan hak-hak sipil
pembinaan wilayah dalam pengembangan kerja sama
3. Memfasilitasi terwujudnya kepastian hukum batas
rangka harmonisasi hubungan ekonomi daerah
wilayah negara dan peningkatan kerjsama sosial,
antar susunan pemerintahan 2. Jumlah sistem database &
ekonomi dan budaya antar negara yang
3. Meningkatnya sistem monev, serta
berbatasan dengan NKRI, penegasan daerah di
pengembangan wilayah pemetaan dan
lapangan, penyelenggaraan toponimi dan
perbatasan antar negara pemuktakhiran data
pemetaan batas wilayah administrasi
4. Meningkatnya penataan kerjasama daerah
pemerintahan serta penyelesaian sengketa
wilayah administrasi, 3. Prosentase jumlah
pertanahan
penegasan batas antar daerah kegiatan fasilitasi
4. Memfasilitasi terwujudnya penyelenggaraan
dan toponimi kerjasama antar daerah
hubungan pusat dan daerah dan pelaksanaan azas
5. Meningkatnya kualitas yang diusulkan
dekonsentrasi dan tugas pembantuan,
kelembagaan dan aparat 4. Prosentase jumlah
peningkatan kerjasama antar daerah, kerjasama
Satpol PP dan Satlinmas kegiatan DKTP yang
daerah dengan pihak ketiga serta mewujudkan
6. Meningkatnya dilaporkan oleh tim DKTP
terciptanya peningkatan kualitas pelayanan
pengembangan kawasan Propinsi
umum
khusus di daerah
5. Memfasilitasi penyelenggaraan kewenangan
7. Meningkatnya kapasitas
daerah di kawasan otorita
kelembagaan dan sarpras
6. Memfasiltiasi penyelenggaraan manajemen
pemerintahan pasca
pencegahan dan penganggulanan bencana
bencana/pengurangan resiko
7. Mendorong terciptnya penyelengaraan
bencana
pemerintah yang baik.

16 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011

Untuk tahun 2011 Sub Direktorat Kerjasama Daerah memiliki beberapa kegiatan
disertai dengan output
yang diharapkan.

TABEL 2.3 KEGIATAN SUBDIT KERJASAMA DAERAH TAHUN 2011

No. Kegiatan
Output

1. Finalisasi norma, standar, pedoman dan Tersedianya NSPM sebagai


implementasi PP No.
manual sebagai implementasi PP No. 50/2007
50/2007
2. Koordinasi pembinaan dan pengawasan Tersusunnya rekomendasi
tata cara pembinaan
penyelenggaraan kerjasama antar daerah dan pengawasan kerjasama
antar daerah
3. Pendampingan dekonsentrasi kegiatan Terlaksananya program
dekonsentrasi kegiatan
fasilitasi pengembangan kerjasama daerah fasilitasi pengembangan
kerjasama daerah
4. Fasilitasi asistensi dan supervisi Terlaksananya fasilitasi
pelaksanaan kerjasama
pelaksanaan kerjasama antar daerah antar daerah dan pihak
ketiga di 9 propinsi
5. Evaluasi pelaksanaan kerjasama daerah Tersedianya rekomendasi
tentang pelaksanaan
kerjasama daerah
6. Sosialisasi perundangan terkait kerjasama Tersosialisasikannya produk
hukum tentang
daerah kerjasama daerah di 25
propinsi
7. Fasilitasi penanganan masalah kerjasama Tersedianya rekomendasi
tentang penanganan
daerah masalah kerjasama antar
daerah
8. Penyelenggaraan dekonsentrasi kegiatan Meningkatnya kapasitas
aparat pemda dalam
pengembangan kerjasama ekonomi darah pengembangan kerjasama
ekonomi daerah di 9
di 9 propinsi propinsi (NAD, Riau,
Banten, Jatim, Kalteng, Sulsel,
NTB, Maluku dan Sulbar)
9. Sosialisasi dan updating data sistem Tersedianya database
potensi daerah dalam
potensi daerah yang akan dikerjasamakan rangka kerjasama daerah
maupun dengan pihak
antar daerah maupun pihak ketiga ketiga.

17 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

2.2 Tinjauan Umum Rencana Aksi

Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan Rencana


Aksi bagi Subdit KAD
Ditjen PUM dapat digambarkan sebagai berikut.

BAGAN 2.2 PENYUSUNAN RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KAD

PEMETAAN KAD DI
INDONESIA:
PELUANG &
KENDALA KAD

TEORI, KONSEP,
BEST PRACTICES TUPOKSI
SUBDIT
KAD KAD
DITJEN PUM

RENCANA AKSI
PENGEMBANGAN
DAN PENGUATAN
KAD
(Subdit KAD,
Ditjen PUM)

Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa untuk menyusun Rencana Aksi ini,
terdapat tiga faktor
utama yang digunakan sebagai landasan penyusunan, yaitu: teori, konsep dan
best practice KAD; kondisi
aktual KAD di Indonesia saat ini; serta tugas pokok dan fungsi dari
Direktorat Jenderal Pemerintahan
Umum khususnya Subdit KAD. Pembahasan dan analisa dari ketiga faktor di atas
dijadikan titik tolak
untuk menyusun Rencana Aksi ini yang kemudian dipertajam dan diperkaya
melalui 4 kali Forum Diskusi
Terarah. Dua diantaranya dihadiri oleh pakar dan praktisi KAD, masing –
masing di selenggarakan di
Jakarta dan Jogjakarta. Sedangkan 2 Forum Diskusi Terarah lainnya dilakukan
di Jakarta dengan inisiasi
Ditjen PUM dalam rangka kegiatan sosialisasi peraturan perundangan yang
mengatur KAD.

Penyusunan Rencana Aksi Pengembangan dan Penguatan Kerjasama Antar Daerah ini
disusun
berdasarkan tahapan pembentukan suatu Kerjasama Antar Daerah. Terdapat 5
tahapan yang diajukan
sebagai rencana aksi yaitu: tahap inisiasi proses pembentukan KAD; tahap
persiapan pengorganisasian
KAD; tahap pembentukan wadah KAD; tahap implementasi KAD serta satu tahap
monitoring/evaluasi
dan peningkatan kapasitas yang sebetulnya merupakan “interface�? tahapan
sebelumnya yang sudah
harus dimulai sejak tahap pertama dilaksanakan.

18 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Rencana Aksi ini disusun untuk kegiatan dengan jangka waktu 1 sampai 5 tahun,
namun demikian pada
rencana aksi ini belum ditentukan secara detil waktu dimulainya suatu
kegiatan karena beberapa faktor.
Diantaranya adalah kesiapan Ditjen PUM sendiri dengan jumlah SDM yang
terbatas untuk melaksanakan
rencana aksi yang disusun, dan juga masih terdapatnya kendala – kendala
klasik yang selalu menjadi
permasalahan seperti kurangnya komunikasi dan koordinasi baik secara internal
di dalam Kementrian
Dalam Negeri atau Ditjen PUM, maupun secara eksternal dengan instansi lainnya
di tingkat pusat. Untuk
itu, maka di dalam beberapa tahapan yang diajukan dalam rencana aksi ini,
akan terdapat usulan
kegiatan jangka pendek yang bersifat urgent dan sangat mungkin dilaksanakan
sebagai kegiatan awal
untuk mencapai ataupun memulai tiap tahapan di dalam rencana aksi.

Masing – masing tahap dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap Inisiasi Proses Pembentukan KAD


Tahap ini merupakan langkah inisiasi paling awal yang harus dilakukan oleh
tokoh – tokoh kunci
regional (dengan atau tanpa fasilitasi pusat dan provinsi) untuk bisa
mewujudkan KAD. Tujuan
utama dari tahap pertama ini adalah agar aktor – aktor pendukung KAD di
daerah bisa diidentifikasi
dengan baik serta terjadi kesamaan pemahaman mengenai tujuan serta manfaat
KAD. Identifikasi
dan kesamaan pemahaman KAD ini sangat penting sebagai langkah awal untuk
membentuk suatu
KAD, karena dari hasil pengamatan selama ini, KAD belumlah mendapatkan
porsi yang utama oleh
pengambil keputusan di daerah di dalam mencapai tujuan pembangunan daerah.

Rencana Aksi Jangka Pendek


Melaksanakan Kegiatan Sosialisasi Pemahaman Kerjasama Antar Daerah
yang bertujuan
untuk:
- Memberikan pemahaman dasar mengenai KAD
- Melakukan identifikasi aktor-aktor pendukung KAD di daerah serta
menyamakan
pemahaman dan tujuan serta manfaat KAD di antara daerah yang akan
bekerja sama.
Bentuk kegiatan Sosialisasi Pemahaman Kerjasama Antar Daerah yang
dimaksud adalah
sebagai berikut:
- Melakukan Lokakarya Pemahaman KAD yang dihadiri oleh aktor kunci
KAD seperti
pengambil keputusan dan tokoh – tokoh KAD lainnya. Kegiatan ini
akan mengutamakan
partisipasi peserta Lokakarya untuk meningkatkan pemahaman KAD
seperti dengan
mengadakan simulasi pembentukan KAD dan simulasi pelaksanaan KAD.
- Penggunaan berbagai media elektronik dan cetak untuk
menyebarluaskan informasi
mengenai manfaat serta pentingnya melakukan KADmelalui Iklan
Layanan Masyarakat di
Televisi, Radio dan Surat Kabar nasional.

19 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

2. Tahap Persiapan Pengorganisasian KAD


Tahap ini merupakan tahapan untuk melakukan sejumlah persiapan dalam
pengelolaan KAD dengan
menyusun berbagai perencanaan awal. Tujuan utama dari tahap kedua ini
adalah untuk
mendapatkan rancangan – rancangan kesepakatan yang meliputi berbagai aspek
seperti konsep,
pengorganisasian, pengelolaan keuangan dan lain - lain yang dituangkan ke
dalam suatu nota
kesepahaman/MoU ataupun bentuk ikatan lainnya. Melalui tahap ini juga
diharapkan agar
kesadaran pemerintah daerah (terutama pengambil keputusan) akan pentingnya
bekerjasama dan
memegang teguh komitmen untuk bekerja sama tersebut semakin kuat.

3. Tahap Pembentukan Wadah KAD


Tahap ketiga ini merupakan proses legitimasi 2 tahapan pertama (tahap
inisiasi dan persiapan
pengorganisasian KAD) dengan membentuk suatu wadah Kerjasama Antar Daerah
yang disepakati
bersama sesuai dengan kebutuhan dan kondisi regional. Di dalam tahapan ini
juga diharapkan
muncul inisiatif untuk mengintegrasikan rencana KAD dengan RPJM/Renstra
Daerah/Regional, dan
meningkatnya peran masyarakat/swasta dalam KAD. Disamping itu di tingkat
pusat terjadi
sinkronisasi peraturan perundangan terkait mekanisme pembiayaan dan
pertanggungjawaban KAD.

Rencana Aksi Jangka Pendek


Melaksanakan Kegiatan KAD Best Practice Transfer yang bertujuan untuk:
1. Memberikan gambaran nyata mengenai proses – proses inisiasi KAD,
pembentukan dan
implementasi KAD, sehingga faktor – faktor kritis yang menentukan
suatu keberhasilan
ataupun kegagalan KAD bisa diketahui sejak awal oleh semua pelaku
ataupun calon pelaku
KAD di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten/kota.
2. Proses transfer best practice ini bisa menjadi pembelajaran bagi
semua pelaku ataupun
calon pelaku di semua tingkatan tersebut, dan jika dimungkinkan
dapat diimplementasikan
saat melaksanakan KAD.
Bentuk kegiatan KAD Best Practice Transfer yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
1. Dengan inisiasi dari Ditjen PUM, para pelaku KAD melakukan kunjungan
ke beberapa KAD di
Indonesia yang bisa dijadikan pembelajaran seperti Sekber
Kartamantul, BKAD
Subosukowonosraten, RM Barlingmascakeb dll.
2. Kegiatan ini juga bisa diselenggarakan dengan metode lokakarya 3
hari (misalnya di Solo
atau Jogjakarta) yang diselingi kegiatan peninjauan langsung ke
lokasi – lokasi yang menjadi
objek kerjasama KAD di daerah lokasi pelaksanaan lokakarya. Kegiatan
ini akan
mengundang KAD – KAD yang bisa dijadikan narasumber seperti Sekber
Kartamantul, BKAD
Subosukowonosraten dll, serta mengundang KAD lainnya, ataupun juga
mengundang bakal
calon KAD yang sudah diidentifikasi oleh Ditjen PUM. Kegiatan
Lokakarya ini di kondisikan
sedemikian rupa sehingga faktor transfer ilmu dan pengalaman menjadi
target utama.

20 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

4. Tahap Implementasi KAD


Tahap ini adalah fase di mana para aktor yang tergabung di dalam suatu
wadah menjalankan KAD
dan melaksanakan rencana – rencana kegiatan yang sudah disepakati bersama
dalam tahapan
sebelumnya.

5. Tahap Monitoring/Evaluasi dan Peningkatan Kapasitas


Merupakan tahapan yang sesungguhnya telah harus dimulai sejak tahap 1
sampai 4 dan merupakan
proses yang dilaksanakan terus menerus untuk mencapai KAD yang optimal.
Tujuan utama dari
tahap 5 ini adalah untuk melakukan komunikasi, kerjasama dan koordinasi
(3k) baik di tingkat pusat
maupun provinsi untuk mendukung inisiatif KAD, melakukan monitoring dan
evaluasi terhadap KAD,
serta meningkatkan kualitas SDM yang terkait dengan KAD di semua tingkatan
(pusat, provinsi dan
daerah).

Rencana Aksi Jangka Pendek


a. Membentuk Sekretariat Bersama KAD yang bertujuan untuk:
- Mewujudkan Sekretariat Bersama Kerjasama Antar Daerah di tingkat
pusat dalam hal
ini di Ditjen PUM yang sesuai dengan peraturan perundangan.
- Mewujudkan suatu organisasi/lembaga/badan yang bisa menjadi
mediator terhadap
pengembangan dan penguatan KAD secara nasional seperti fungsi
komunikasi,
kerjasama dan koordinasi antar Kementerian dan Lembaga di
tingkat pusat yang sering
mengeluarkan kebijakan yang tanpa disadari justru melemahkan
posisi KAD.
- Mewujudkan suatu organisasi/lembaga/badan yang bisa mengambil
inisiatif dan
proaktif untuk mengembangkan dan menguatkan KAD secara nasional
dan menjadi
salah satu alat untuk mencapai tujuan pembangunan di daerah.
- Sekber yang dibentuk tersebut berfungsi sebagai “Pusat Pelayanan
KAD�? dengan
mengutamakan sisi pelayanan, memberikan dukungan bagi KAD yang
membutuhkan,
menjalankan kegiatan peningkatan kapasitas bagi pelaku KAD dll,
tanpa menghilangkan
fungsi – fungsi pembinaan dan pengawasan yang dijelaskan di
dalam peraturan
perundangan. Fungsi pembinaan dan pengawasan tersebut terutama
berupa
penyelenggaraan kegiatan monitoring dan evaluasi secara berkala.
b. Menyelenggarakan Kegiatan Fasilitasi Peningkatan Kapasitas Aparatur
Pemerintahan
Dalam Kerangka KAD yang bertujuan untuk:
- Meningkatkan pemahaman pelaku KAD terhadap prinsip dan teori
dasar KAD.
- Menyediakan fasilitator KAD baik di tingkat pusat maupun provinsi
yang dapat menjadi
narasumber bagi daerah – daerah yang membutuhkannya dalam
kerangka KAD, serta
memfasilitasi pihak daerah provinsi/kabupaten/kota untuk
melakukan KAD mulai dari
proses inisiasi sampai ke proses monitoring dan evaluasi.

21 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

c. Mendorong Terbentuknya Asosiasi KAD yang bertujuan untuk:


Kegiatan ini bertujuan untuk mendorong serta menginisiasi
terbentuknya Asosiasi KAD di
tingkat pusat sebagai media komunikasi, kerjasama dan koordinasi
antara sesama wadah
KAD yang sudah terbentuk, dengan cara mempertemukan KAD – KAD di
Indonesia dan
membahas mengenai pentingnya perwakilan informal KAD di tingkat
pusat.
Bentuk kegiatan untuk mendorong terwujudnya Asosiasi KAD yang
dimaksud dapat
dilaksanakan melalui:
1. Ditjen PUM memfasilitasi kegiatan yang bertujuan untuk
menyusun konsep Asosiasi
KAD.
2. Ditjen PUM mendorong terbentuknya Asosiasi KAD dengan
memfasilitasi pertemuan –
pertemuan antara KAD yang ada di Indonesia.

Secara ringkas penjelasan mengenai pentahapan rencana aksi melalui pendekatan


pentahapan dapat
dilihat pada tabel berikut.

MATRIK 1 TINJAUAN UMUM RENCANA AKSI


TUJUAN SASARAN
PENTAHAPAN
Meningkatkan pemahaman KAD
untuk pemerintah daerah karena
belum tersebarnya pemahaman TAHAP
1:
dasar tentang manfaat KAD
INISIASI PROSES PEMBENTUKAN
Melakukan identifikasi aktor-aktor terutama kepada pengambil KAD
pendukung KAD di daerah serta keputusan, sehingga tema KAD
menyamakan pemahaman dan belum dianggap sebagai sesuatu Tahap
ini merupakan langkah
tujuan serta manfaat KAD di antara tema yang penting untuk
inisiasi paling awal yang harus
daerah yang akan bekerja sama membangun daerah
dilakukan oleh tokoh – tokoh kunci
Meningkatkan peran masyarakat
regional (dengan atau tanpa
umum dan profesional dalam
fasilitasi pusat dan provinsi) untuk
kerangka KAD bisa
mewujudkan KAD
Menyusun pedoman/panduan
operasional KAD

Meningkatkan kesadaran kepala TAHAP


2:
Mendapatkan rancangan – daerah untuk berpegang kepada
PERSIAPAN
rancangan kesepakatan meliputi komitmen mengenai KAD yang telah
PENGORGANISASIAN KAD
berbagai aspek seperti konsep, diwujudkan melalui kesepakatan
pengorganisasian, pengelolaan (MOU) Tahap
ini merupakan tahapan untuk
keuangan dll yang dituangkan ke Mewujudkan peraturan
melakukan sejumlah persiapan
dalam suatu nota perundangan yang mengakomodir untuk
pengelolaan KAD dengan
kesepahaman/MoU ataupun bentuk bentuk lembaga KAD yang sudah
menyusun berbagai perencanaan
ikatan lainnya. ada serta mencakup pembahasan awal.
mengenai pelaksanakan tahapan
KAD

22 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

TUJUAN SASARAN
PENTAHAPAN

Mengintegrasikan rencana KAD


Melegitimasikan 2 tahapan pertama dengan RPJM/Renstra
TAHAP 3: PEMBENTUKAN
(tahap inisiasi dan persiapan Meningkatkan peran
WADAH KAD
pengorganisasian KAD) dengan masyarakat/swasta di dalam KAD
membentuk suatu wadah Kerjasama Sinkronisasi peraturan perundangan
Merupakan langkah pembentukan
Antar Daerah yang disepakati terkait dengan mekanisme
wadah di dalam mewujudkan
bersama sesuai dengan kebutuhan pembiayaan & pertanggung
Kerjasama Antar Daerah.
dan kondisi regional jawaban KAD

Meminimalisir kendala birokrasi


terkait dengan rantai pengambilan
TAHAP 4: IMPLEMENTASI KAD
keputusan dan penyebarluasan
Melaksanakan semua rencana dan informasi
Tahap ini adalah fase di mana para
kesepakatan yang sudah dibuat Mencari solusi terhadap kesulitan
aktor yang tergabung di dalam
melalui wadah KAD yang sudah dalam memadukan pengalokasian
suatu wadah menjalankan KAD dan
dibentuk. anggaran antara anggota KAD
melaksanakan rencana – rencana

kegiatan yang sudah disepakati


Meningkatkan kapasitas personil
bersama
pengelola KAD
Meningkatkan peran masyarakat
umum/profesional

Melakukan kegiatan Monev yang


TAHAP 5:
Melakukan komunikasi, kerjasama selama ini belum dilakukan secara
MONEV & PENINGKATAN
dan koordinasi di tingkat pusat dan optimal
KAPASITAS
provinsi untuk mendukung inisiatif
KAD, melakukan monitoring dan Meningkatkan Komunikasi,
Merupakan tahapan yang
evaluasi terhadap KAD serta Kerjasama dan Koordinasi (3k) lintas
sesungguhnya telah dimulai sejak
meningkatkan kualitas SDM yang sektoral di tingkat pusat
tahap 1 sampai 4 dan merupakan
terkait dengan KAD di semua
proses yang dilaksanakan terus
tingkatan. Meningkatkan peran Pemerintah
menerus untuk mencapai KAD yang
Provinsi sebagai fasilitator, mediator
optimal
dan katalisator KAD

Rincian kegiatan yang tercakup dalam rencana aksi akan dibahas pada bab
berikut. Rencana aksi akan
disajikan ke dalam 4 bentuk format:
Pertama, tiap tahapan rencana aksi aksi diuraikan dalam bentuk kegiatan-
kegiatan utama [Matrik 2]
Kedua, tiap kegiatan utama diuraikan menjadi rincian tahapan kegiatan
(milestones) [Matrik 3]
Ketiga, rencana aksi disajikan berdasarkan output yang dihasilkan [Matrik
4]
Keempat, rencana aksi disajikan berdasarkan urutan waktu pengerjaan
kegiatan [Matrik 5]

23 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

2.3 Cara Menggunakan Buku Rencana Aksi


Buku Rencana Aksi Pengembangan dan Penguatan Kerjasama Antar Daerah ini
menggunakan alur
penyajian sebagai berikut:

MATRIK 1: Tinjauan Umum Rencana Aksi


Berisikan 5 Tahapan dalam membentuk suatu Kerjasama Antar Daerah
seperti yang telah
disajikan di di atas. Dalam bagian ini dijelaskan tujuan dan sasaran
dari tiap tahapan.

MATRIK 2: Daftar Kegiatan Utama,


Merupakan penjabaran dari Tinjauan Umum Rencana Aksi. Daftar Kegiatan
Utama merupakan
beberapa kegiatan utama yang harus dilakukan di setiap tahap. Kegiatan
– kegiatan utama ini
diberi kode berupa kombinasi huruf dan angka sebanyak 3 digit, misalnya
1-A.1; 1-A.2; dst.

Arti dari ketiga digit tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut


Digit Pertama menunjukkan Tahap
Digit Kedua dalam matrik 2 seluruhnya berupa huruf A yang berarti
ACTIVITY yaitu
menegaskan bahwa daftar yang dimaksud adalah daftar Kegiatan Utama
Digit Ketiga menunjukan nomor urut dari Kegiatan Utama

Contoh:
Kode 1-A.1 berarti Kegiatan Utama urutan ke-1 dari Tahap ke-1
Kode 2-A.3 berarti adalah Kegiatan Utama urutan ke-3 dari
Tahap ke- 2.

MATRIK 3: Daftar Sub Kegiatan Utama/Milestone


Merupakan penjabaran dari Daftar Kegiatan Utama. Daftar Sub Kegiatan
Utama merupakan
daftar beberapa kegiatan yang harus dilakukan di setiap Kegiatan Utama.
Sub Kegiatan ini diberi
kode berupa kombinasi huruf dan angka sebanyak 4 digit, misalnya 1M1.1;
1M1.2; dst.

Arti dari keempat digit tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:


Digit Pertama menunjukkan Tahap
Digit Kedua dalam matrik 3 seluruhnya berupa huruf M berarti
MILESTONE atau
menegaskan bahwa daftar yang dimaksud adalah daftar Sub-Kegiatan
Utama
Digit Ketiga menunjukan nomor urut dari Kegiatan Utama
Digit Keempat menunjukan nomor urut dari Sub Kegiatan

Contoh:
Kode 1M2.1 berarti Sub Kegiatan utama urutan ke-1 dari
Kegiatan Utama ke-2 di Tahap
ke-1
Kode 2M1.3 berarti Sub Kegiatan Utama urutan ke-3 dari
Kegiatan Utama ke-1 di Tahap
ke- 2.
24 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Secara grafis penyajian Rencana Aksi dapat digambarkan dalam bagan berikut
ini.

BAGAN 2.3 PENYAJIAN RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KAD

Di samping itu untuk memudahkan fungsi pengawasan dan pengendalian kegiatan


yang termasuk dalam
rencana aksi secara umum, dibuat 2 macam matrik dengan susunan sebagai
berikut.

Rencana Aksi Berdasarkan Output (Deliverables)


Merupakan inventaris output (deliverables) dari tiap sub-sub kegiatan yang
disusun mulai dari
kegiatan – kegiatan dari Tahap 1 sampai 5. Melalui tabel ini akan
diketahui semua sub-sub
kegiatan secara berurutan dari tahap 1 sampai 5

Rencana Aksi Berdasarkan Urutan Waktu (Timeline)


Merupakan daftar sub kegiatan yang disusun berdasarkan target waktu
pencapaiannya. Melalui
tabel ini dapat diketahui sub – sub kegiatan apa saja yang harus dicapai
berdasarkan urutan waktu.

25 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

BAB 3 RENCANA AKSI PENGEMBANGAN


DAN PENGUATAN KAD

Rencana Aksi Pengembangan dan Penguatan Kerjasama Antar Daerah selengkapnya


akan disajikan di
bagian ini. Rencana Aksi ini selengkapnya terdiri atas 5 Matrik Kegiatan
yaitu:

a. Matrik 1, merupakan Tinjauan Umum Rencana Aksi yang berisikan 5 tahapan


utama
pembentukan KAD lengkap dengan tujuan dan sasaran masing – masing
tahap. Matrik ini sudah
ditampilkan di Bab 2.

b. Matrik 2, merupakan daftar Kegiatan Utama (Main Activity) yang


diturunkan dari masing –
masing tahapan di Matrik 1.
c. Matrik 3, merupakan daftar Sub Kegiatan Utama (Milestone) yang
merupakan kegiatan –
kegiatan yang diturunkan dari masing – masing kegiatan utama di Matrik
2.

d. Matrik 4, merupakan daftar yang digunakan untuk melakukan fungsi


monitoring terhadap
pelaksanaan Rencana Aksi, melalui daftar – daftar Hasil Kegiatan
(Output/Deliverables) yang
disusun berdasarkan sub – sub kegiatan utama dari tahap 1 sampai tahap
5.

e. Matrik 5, juga merupakan daftar yang digunakan untuk melakukan fungsi


monitoring terhadap
pelaksanaan Rencana Aksi, melalui daftar – daftar Urutan Waktu
(Timeline) yang harus
diperhatikan untuk mencapai target – target hasil kegiatan
(output/deliverables) yang telah
ditetapkan pada masing – masing sub kegiatan utama dari tahap 1 sampai
tahap 5. Matrik 5 ini
membagi urutan – urutan waktu tersebut berdasarkan Institusi Penanggung
Jawab di tingkat
pusat dan daerah (provinsi dan kabupaten/kota).

26 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

3.1 Rencana Aksi berdasarkan Kegiatan Utama (Main Activity)

Matrik 2.1
Rencana Aksi berdasarkan
Kegiatan Utama (Tahap 1)

INSTITUSI
TAHAPAN KEGIATAN UTAMA
PENANGGUNG

JAWAB PENDUKUNG

1. INISIASI PROSES 1-A.1 Menyusun Panduan (Guidelines) KAD


Ditjen PUM -
PEMBENTUKAN
KAD →Panduan dibuat sesuai kebutuhan KAD di
Indonesia, meliputi:
Langkah-langkah/tahapan serta tata
cara dan prosedur untuk melaksanakan KAD di
bidang pelayanan publik disertai
dengan ilustrasi pembelajaran dari KAD yang sudah
Kata Kunci berjalan.
Sosialisasi KAD
Alternatif bentuk kelembagaan KAD
Mediasi
pembentukan & Mekanisme perencanaan dan pembiayaan
KAD
pengembangan KAD Mekanisme monitoring dan evaluasi
(monev)
Insentif/disinsentif Contoh-contoh dokumen pendirian
organisasi KAD yang sesuai dengan peraturan
Panduan KAD perundangan seperti:
Kajian KAD - Kesepakatan Bersama (MoU)
Risiko keuangan - Perjanjian Kerjasama
Pembagian - Surat Keputusan Bersama
untung/rugi
Pengelolaan aset
Komitmen
Identifikasi tokoh
Baseline

27 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA
ANTAR DAERAH APRIL 2011

INSTITUSI
TAHAPAN KEGIATAN UTAMA
PENANGGUNG

JAWAB PENDUKUNG
1-A.2 Sosialiasi tentang KAD
Ditjen PUM; Fasilitator dari

Pemprov tingkat pusat


→ Sosialiasi mencakup:
dan provinsi;
Materi Sosialiasi:
Pihak-pihak
Latar belakang, meliputi pentingnya KAD, dasar-
dasar pemahaman KAD, manfaat yang menjadi
dan atau keuntungan KAD
sasaran
Panduan (Guidelines) KAD
sosialisasi di
Regulasi yang mendasari KAD (mulai dari UU 32/2004,
dst) tingkat
Simulasi interaktif pembentukan KAD
kabupaten/
Sasaran sosialisasi:
kota
Pengambil keputusan di tingkat
provinsi/kabupaten/kota: Kepala Daerah, Sekda,
Bappeda
DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota
TKKSD Provinsi/Kabupaten/Kota yang sudah terbentuk
SKPD terkait
Tokoh kunci wilayah pendukung KAD
Media Sosialisasi:
Rapat Sosialisasi dengan mengundang pihak-pihak
yang termasuk sasaran sosialisasi
Pertemuan informal
Publikasi melalui media cetak dan elektronik
(dengan mempertimbangkan budaya
daerah)

1-A.3 Melakukan kajian relevansi KAD


Ditjen PUM; Kabupaten/

Pemprov Kota
→ Kegiatan kajian dilakukan Ditjen PUM dengan bantuan pihak
provinsi di berbagai wilayah
kabupaten/kota dengan tujuan untuk mengidentifikasi
kebutuhan atas kerjasama antar
daerah. Kajian ini dilakukan dengan melakukan pemetaan,
mencakup identifikasi potensi
dan permasalahan daerah untuk bekerjasama termasuk isu-
isu keuangan KAD;
pengelolaan aset bersama; serta bagi hasil (share profit)
KAD.

28 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA
ANTAR DAERAH APRIL 2011

INSTITUSI
TAHAPAN KEGIATAN UTAMA
PENANGGUNG

JAWAB PENDUKUNG
1-A.4 Menerapkan kebijakan Insentif
Ditjen PUM -

→ Penerapan kebijakan insentif dimaksudkan untuk mendorong


komitmen pemerintah
daerah agar melaksanakan KAD.

1-A.5 Melakukan identifikasi tokoh kunci pendukung KAD


Pemprov; Fasilitator

Pemkab/ tingkat
→ Identifikasi dilakukan di wilayah yang akan melaksanakan
kerjasama. Meliputi identifikasi Pemkot yang Provinsi
terhadap seluruh tokoh kunci pendukung KAD dari kalangan
pemerintah (eksekutif dan sedang
legislatif), tokoh masyarakat/adat/agama/ pemuda,
kelompok masyarakat, LSM, melaksanakan
Perguruan Tinggi, pengusaha, dll
KAD

1-A.6 Meningkatkan peran aktif dan membangun hubungan antar tokoh


kunci pendukung Pemprov; Fasilitator
KAD
Pemkab/ tingkat

Pemkot yang Provinsi

sedang

melaksanakan

KAD

1-A.7 Menyusun baseline regional daerah yang akan bekerjasama


Pemprov; Fasilitator

Pemkab/ tingkat
→ Baseline regional yang dimaksud meliputi: identifikasi
potensi SDA & SDM, inventarisasi Pemkot yang Provinsi
permasalahan yang dihadapi bersama, dll
sedang

melaksanakan

KAD

29 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN
KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Matrik 2.2
Rencana Aksi berdasarkan Kegiatan
Utama (Tahap 2)

INSTITUSI
TAHAPAN KEGIATAN
UTAMA PENANGGUNG

JAWAB PENDUKUNG
2. PERSIAPAN 2-A.1 Membentuk forum tokoh kunci wilayah
Pemprov; Fasilitator
PENGORGANISASIAN
Pemkab/ tingkat provinsi
→ Forum yang beranggotakan para tokoh
kunci wilayah ini dibentuk untuk Pemkot
KAD mempersiapkan pembentukan
wadah/lembaga/organisasi KAD
Kata Kunci 2-A.2 Menyusun draft konsep KAD
Forum Tokoh Fasilitator
Draft Konsep KAD
kunci wilayah; tingkat provinsi
→ Meliputi visi, misi, identifikasi
lingkup serta prioritas sektor/bidang/obyek yang Pemprov
Draft Rencana Wadah / akan dikerjasamakan (berdasarkan data
baseline regional yang telah disusun
Kelembagaan KAD pada tahap inisiasi) & rencana
pelaksanaan kerjasama
Draft MoU
Pembiayaan Pengelolaan 2-A.3 Menyusun draft/rencana wadah kelembagaan
Forum Tokoh Fasilitator
dan Kegiatan KAD
kunci wilayah; tingkat provinsi
Penguatan Komitmen → Meliputi konsep rancangan bentuk
wadah/lembaga/organisasi KAD beserta Pemprov
struktur organisasi dan SDM yang akan
duduk didalamnya, identifikasi SKPD
pelaksana teknis wadah tsb, masa
kepengurusan serta masa KAD; serta rencana
mekanisme pembiayaannya
2-A.4 Menyusun draft kesepakatan pelaksanaan
KAD Forum Tokoh Fasilitator

kunci wilayah; tingkat provinsi


→ Dalam draft kesepakatan (rancangan
MOU) untuk melaksanakan KAD tercakup Pemprov
beberapa hal terkait dengan
pembiayaan, pengelolaan serta kegiatan/obyek yang
akan dikerjasamakan

2-A.5 Melakukan penguatan komitmen


Forum Tokoh Fasilitator

kunci wilayah; tingkat provinsi


→ Kegiatan ini melibatkan seluruh tokoh
kunci pelaku KAD. Salah satu kegiatan Pemprov
penguatan komitmen ini adalah
penandatangan kesepakatan bersama/MoU

30 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN
KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Matrik 2.3
Rencana Aksi berdasarkan Kegiatan
Utama (Tahap 3)

INSTITUSI
TAHAPAN KEGIATAN UTAMA
PENANGGUNG

JAWAB PENDUKUNG
3. PEMBENTUKAN 3-A.1 Menyusun draft Perjanjian Kerjasama
KAD Forum Tokoh Pemprov/
WADAH KAD
kunci wilayah Fasilitator
→ Draft Perjanjian Kerjasama KAD dibuat
oleh Forum Tokoh Kunci Wilayah yang tingkat
sudah terbentuk
propinsi,
Kata Kunci
Rencana Teknis
Ditjen PUM
Pengorganisasian KAD
Pembiayaan 3-A.2 Penandatanganan Perjanjian Kerjasama
Kabupaten/ Pemprov
SOP
Kota
→ Perjanjian Kerjasama ditandatangani
oleh seluruh Kepala Daerah
Draft Renstra KAD
kabupaten/kota/ propinsi yang
melakukan KAD
Milestone Regional
Perjanjian 3-A.3 Membentuk wadah KAD
Forum Tokoh Pemprov/
Kerjasama/Surat
kunci wilayah Fasilitator
Keputusan Bersama → Bentuk wadah KAD tergantung
kebutuhan daerah yang bekerjasama, bisa tingkat
Revisi dan Sinkronisasi berbentuk organisasi/lembaga khusus,
forum ataupun lainnya Provinsi
Peraturan KAD 3-A.4 Melakukan rekrutmen SDM untuk
operasional KAD Wadah KAD Kabupaten/

Kota

3-A.5 Menyusun draft perencanaan KAD


Wadah KAD Kabupaten/

Kota;
→ Draft Perencanaan terdiri dari:
Pemprov/
i. Draft Renstra wilayah
Fasilitator
ii. Draft milestones wilayah
tingkat
iii. Draft action plan KAD
provinsi
3-A.6 Menentukan mekanisme pembiayaan dan
pengelolaan aset kegiatan KAD Wadah KAD Kabupaten/

Kota,
→ Meliputi pembiayaan untuk kegiatan
operasional dan implementasi program/ Pemprov/
kegiatan, serta kejelasan pengelolaan
aset Fasilitator

tingkat

provinsi

31 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR
DAERAH APRIL 2011

INSTITUSI
TAHAPAN KEGIATAN UTAMA
PENANGGUNG

JAWAB PENDUKUNG
3-A.7 Membuat Perda tentang Pembentukan wadah KAD
Kabupaten/ Pemprov,

Kota Ditjen PUM


→ Perda dimaksudkan untuk memberi kekuatan hukum serta
keberlanjutan
wadah KAD yang sudah terbentuk

3-A.8 Transfer Best Practices


Kabupaten/ -

Kota;
→ Kegiatan ini dimaksudkan agar pihak daerah yang akan
melakukan KAD Pemprov;
mendapatkan gambaran jelas tentang inisasi, pembentukan
dan implementasi Ditjen PUM
KAD, sehingga bisa mengetahui faktor-faktor kritis yang
menentukan
keberhasilan maupun kegagalan suatu KAD. Kegiatan ini
dapat diorganisir/di
inisiasi oleh Ditjen PUM maupun Pemprov; ataupun
dilakukan sendiri oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota yang akan melaksanakan KAD
3-A.9 Melakukan kajian & revisi peraturan perundangan tentang
alternatif Ditjen PUM Instansi
bentuk wadah KAD
terkait di

tingkat pusat;

Pemkab/

Pemkot;

Pemprov
3-A.10 Melakukan sinkronisasi/harmonisasi peraturan perundangan
terkait Ditjen PUM Instansi
mekanisme pembiayaan dan pertanggungjawaban KAD
terkait di

tingkat pusat
→ Termasuk kegiatan mengusulkan penyusunan regulasi
tentang pembiayaan
kerjasama daerah (Pedoman Penyusunan APBD) kepada
Menteri Dalam Negeri

32 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Matrik 2.4
Rencana Aksi berdasarkan Kegiatan
Utama (Tahap 4)

INSTITUSI
TAHAPAN KEGIATAN UTAMA
PENANGGUNG

JAWAB PENDUKUNG
4. IMPLEMENTASI KAD 4-A.1 Membentuk Kelompok Kerja pelaksana
KAD Wadah KAD; Kabupaten/

Kota;
→Kelompok Kerja atau Pokja (working
group) yang dibentuk nantinya akan Pemprov/
melaksanakan kegiatan/operasional
KAD, menjembatani dan Fasilitator
Kata Kunci mengkomunikasikan kegiatan-kegiatan
yang akan dilakukan kepada para
Kelompok Kerja
Tingkat
daerah anggota KAD
Provinsi
Rekruitmen SDM
Mekanisme Pembiayaan
KAD 4-A.2 Memfasilitasi komunikasi antar SKPD
di bidang pelayanan pubik tertentu Wadah KAD; Pemprov/
Fasilitasi Pusat/Provinsi
Kabupaten/ Fasilitator
→ Wadah KAD yang sudah terbentuk
memfasilitasi komunikasi tersebut dengan Kota Tingkat
terhadap pihak ketiga tujuan untuk mensinergikan program
kerja masing-masing SKPD agar terjadi Provinsi
keselarasan program kerja yang
manfaatnya dirasakan oleh wilayah secara
bersama-sama
4-A.3 Membuka dan membina hubungan dengan
sumber pendanaan Wadah KAD; Pemprov/

Kabupaten/ Fasilitator

Kota Tingkat

Provinsi

33 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Matrik 2.5
Rencana Aksi berdasarkan Kegiatan
Utama (Tahap 5)

TAHAPAN KEGIATAN
UTAMA INSTITUSI

PENANGGUNG

JAWAB PENDUKUNG
5. MONEV & 5-A.1 Membentuk Sekretariat Bersama KAD di
tingkat pusat Ditjen PUM Instansi
PENINGKATAN
terkait di
→ Sekber diharapkan bisa menjadi:
tingkat pusat
KAPASITAS
i. Pusat Pelayanan KAD (KAD
Centre) yang memberikan fasilitasi/mediasi/
inisiasi bagi KAD yang
membutuhkan
ii. Wadah 3K (komunikasi,
koordinasi, dan kerjasama) bagi stakeholder
terkait di tingkat pusat
sehingga mempermudah proses
Kata Kunci

sinkronisasi/harmonisasi/revisi peraturan KAD


3K (Komunikasi,
iii. Melakukan pembinaan dan
pengawasan (binwas) dengan mendukung
Kerjasama dan
terselenggaranya kegiatan
monitoring dan evaluasi (monev)
Koordinasi)
iv. Menyelenggarakan capacity
building bagi daerah yang membutuhkan
Sekber KAD
Konsep Monev
Pemetaan KAD 5-A.2 Meningkatkan 3K antar stakeholder di
tingkat pusat Ditjen PUM; Instansi
Peran Provinsi
Sekber terkait di
→ stakeholder di pusat meliputi
Kemdagri, Bappenas, KPDT, Kemkeu, KKUKM, tingkat pusat
Pelatihan Fasilitator KAD
dan kementrian teknis lainnya.
Salah satu prioritas kegiatan 3K adalah
kegiatan kajian,
harmonisasi/sinkronisasi dan revisi peraturan perundangan
terkait KAD dengan cara
berkoordinasi dengan kementrian/lembaga terkait

5-A.3 Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi


(Monev) Ditjen Kabupaten/

PUM/Sekber; Kota; Wadah


→ Proses Monev dilakukan secara
berkala (setiap tahun) Pemprov KAD

5-A.4 Optimalisasi, revitalisasi dan


penguatan peran propinsi Ditjen PUM; Pemprov

Sekber
→ Penguatan peran provinsi terutama
dilakukan melalui mekanisme
Dekonsentrasi
5-A.5 Fasilitasi Peningkatan Kapasitas
Aparatur Pemerintahan Dalam Kerangka Ditjen Kabupaten/

34 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR
DAERAH APRIL 2011

TAHAPAN KEGIATAN UTAMA


INSTITUSI

PENANGGUNG

JAWAB PENDUKUNG
KAD
PUM/Sekber; Kota

Pemprov
→ Peningkatan kapasitas aparatur pemerintahan dilakukan di
semua tingkatan
dan tahapan, sejak tahap inisiasi dengan prioritas
berupa penyelenggaraan
kegiatan pelatihan KAD yang bertujuan untuk mencetak
fasilitator-fasilitator
KAD di tingkat pusat dan provinsi agar bisa menjadi
mentor ataupn
narasumber untuk daerah-daerah yang akan membentuk KAD

5-A.6 Mendorong terbentuknya Asosiasi KAD di tingkat pusat


Ditjen Wadah KAD

PUM/Sekber;
→ Ditjen PUM dan pemerintah propinsi mendorong wadah KAD
yang sudah
ada untuk membentuk Asosiasi KAD yang bersifat
organisasi informal non Pemprov
struktural sebagai wadah dan media komunikasi sesama
wadah KAD

35 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

3.2 Rencana Aksi berdasarkan Rincian dari Kegiatan Utama (Milestones)

Matrik
3.1
Rencana Aksi berdasarkan
Rincian Kegiatan Utama (Tahap 1)

TAHAP I
Dimulainya Kegiatan: Bulan ke 1
JUDUL TAHAPAN INISIASI PROSES PEMBENTUKAN
KAD
Melakukan identifikasi aktor-
aktor pendukung KAD di daerah; menyamakan pemahaman dan tujuan serta
TUJUAN
manfaat KAD di antara daerah
yang akan bekerja sama

Institusi

Institusi Waktu Rencana


Kegiatan Utama Sub Kegiatan
Output Penanggung

Pendukung Pelaksanaan Komunikasi

Jawab
1-A.1. Menyusun Panduan (Guidelines) 1M1.1
1D1.1 Ditjen PUM - M1 – M4 -
KAD Penyusunan “Buku Panduan
Buku Panduan
Pembentukan dan
Pembentukan dan
→ Panduan dibuat sesuai kebutuhan KAD di Pelaksanaan KAD�?
Pelaksanaan KAD yang
Indonesia, meliputi:
menjelaskan dengan
i. Langkah-langkah/tahapan serta tata
detil langkah – langkah

pembentukan dan
cara dan prosedur untuk

pelaksanaan KAD
melaksanakan KAD di bidang
pelayanan publik disertai dengan
ilustrasi pembelajaran dari KAD yang
sudah berjalan.
ii. Alternatif bentuk kelembagaan KAD
iii. Mekanisme perencanaan dan
pembiayaan KAD
iv. Mekanisme monitoring dan evaluasi
v. Contoh-contoh dokumen pendirian
organisasi KAD yang sesuai dengan
peraturan perundangan seperti:
- Kesepakatan Bersama (MoU)
- Perjanjian Kerjasama
- Surat Keputusan Bersama
1-A.2. Sosialiasi tentang KAD 1M2.1
1D2.1 Ditjen PUM - M1 – M4 Ditjen
PUM
Penyusunan modul tema
Modul sosialisasi
berkoordinasi

36 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Institusi

Institusi Waktu Rencana


Kegiatan Utama Sub Kegiatan
Output Penanggung

Pendukung Pelaksanaan Komunikasi

Jawab
“Dasar Pemahaman KAD�?
“Dasar Pemahaman
dengan
→ Sosialiasi mencakup:
KAD�?
Narasumber/ahli
Materi Sosialiasi: 1M2.2
1D2.2 Ditjen PUM - M1 – M4
KAD dan praktisi KAD
Penyusunan modul tema
Modul sosialisasi
• Latar belakang, meliputi pentingnya
“Peraturan dan
“Peraturan dan
KAD, dasar-dasar pemahaman KAD, Perundangan KAD�?
Perundangan KAD�?
manfaat dan atau keuntungan KAD
• Panduan (Guidelines) KAD 1M2.3
1D2.3 Ditjen PUM, - M1 – M4
• Regulasi yang mendasari KAD (mulai Penyusunan modul simulasi
Modul Simulasi Pemprov
dari UU 32/2004, dst) pembentukan KAD
interaktif pembentukan
• Simulasi interaktif pembentukan KAD KAD

1M2.4
1D2.4 Ditjen PUM, Fasilitator pusat M5 dan M6
Sasaran sosialisasi:
Melakukan kegiatan
Kegiatan sosialisasi Pemprov dan provinsi; M17 dan M18
• Pengambil keputusan di tingkat sosialisasi KAD secara KAD
terselenggara dan pihak-pihak yang M29 dan M30
propinsi/kabupaten/kota: Kepala lengkap (termasuk simulasi
diikuti dengan laporan menjadi sasaran dst
Daerah, Sekda, Bappeda interaktif pembentukan
penyelenggaraan sosialisasi KAD (2x/tahun)
• DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota KAD) 2 kali dalam satu
kegiatan
• TKKSD Prov/Kab/Kota yang sudah tahun
terbentuk 1M2.5
1D2.5 Ditjen PUM - Dimulai dari -
• SKPD terkait Mensosialisasikan
Ditayangkannya “Iklan M6 sampai
pemahaman KAD melalui
Layanan Masyarakat�? waktu tertentu
• Tokoh kunci wilayah pendukung KAD
“Iklan Layanan Masyarakat�?
mengenai pemahaman
di media televisi KAD
Media Sosialisasi:
• Rapat Sosialisasi mengundang
pihak-pihak yang termasuk sasaran
sosialisasi
• Pertemuan informal
• Publikasi melalui media cetak dan
elektronik (dengan
mempertimbangkan budaya
daerah)

1-A.3. Melakukan kajian relevansi KAD 1M3.1


1D3.1 Ditjen PUM; Pemkab/Pemkot M7 – M12 -
Melakukan kajian relevansi
Kajian relevansi KAD Pemprov,

37 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Institusi

Institusi Waktu Rencana


Kegiatan Utama Sub Kegiatan
Output Penanggung

Pendukung Pelaksanaan Komunikasi

Jawab
→ Kegiatan kajian dilakukan Ditjen PUM KAD dengan tema :
dengan tema:
dengan bantuan pihak provinsi di Identifikasi potensi
Identifikasi potensi
berbagai wilayah kabupaten/kota dengan daerah yang akan
daerah yang akan
dikerjasamakan,
dikerjasamakan,
tujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan
Permasalahan yang
Permasalahan yang
atas kerjasama antar daerah. Kajian ini identik antara daerah –
identik antara daerah
dilakukan dengan melakukan pemetaan daerah yang akan
– daerah yang akan
yang mencakup: identifikasi potensi dan melakukan KAD
melakukan KAD
permasalahan daerah untuk bekerjasama Keuangan KAD,
Keuangan KAD,
termasuk isu-isu keuangan KAD; Pengelolaan aset bersama
Pengelolaan aset
pengelolaan aset bersama; serta bagi KAD,
bersama KAD,
hasil (share profit) KAD. Pembagian keuntungan
Pembagian
dan kerugian KAD
keuntungan dan

kerugian KAD
1-A.4.Menerapkan kebijakan Insentif 1M4.1
1D4.1 Ditjen PUM - M6 – M18
Ditjen PUM
Melakukan kajian mengenai
Tersedianya kajian
berkoordinasi
→ Penerapan kebijakan insentif kemungkinan penerapan
kemungkinan
dengan Ditjen
dimaksudkan untuk mendorong sistem insentif yang sesuai
penerapan sistem
Keuda, Ditjen Bina
dengan peraturan
insentif
Bangda, Bappenas,
komitmen pemerintah daerah agar
perundangan
Kemenkeu, BPK,
melaksanakan KAD.
DPRRI
1M4.2
1D4.2 Ditjen PUM - M18 – M30
Menyusun draft kebijakan
Draft kebijakan insentif
pemberian insentif
KAD
(mekanisme, kriteria,
bentuk)

1M4.3
1D4.3 Ditjen PUM, - M31– M36
Ditjen PUM
Melakukan kegiatan
Kegiatan konsultasi Pemprov
berkoordinasi
konsultasi publik “Kebijakan
publik terselenggara
dengan Pemprov
Insentif KAD�?
dan diikuti laporannya
mengundang

narasumber/ahli

dan praktisi KAD

untuk mendapatkan

masukan
1M4.4
1D4.4 Ditjen PUM Institutsi di M36 -
Mulai menerapkan
Peraturan Insentif KAD tingkat pusat

38 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Institusi
Institusi Waktu Rencana
Kegiatan Utama Sub Kegiatan
Output Penanggung

Pendukung Pelaksanaan Komunikasi

Jawab
“Kebijakan Insentif KAD�?
terkait
1M4.5
1D4.5 Ditjen PUM; Pemkab/Pemkot; M36 – M42
-
Melakukan kegiatan
Kegiatan sosialisasi Pemprov Wadah KAD
sosialisasi “Kebijakan
terselenggara
Insentif KAD�?
1-A.5. Melakukan identifikasi tokoh 1M5.1
1D5.1 Pemprov, Fasilitator M1 – M6
Pemprov,
kunci pendukung KAD Melakukan identifikasi
Dokumentasi tokoh – Pemkab/Pemkot tingkat Provinsi Bisa
Pemkab/Pemkot
tokoh pendukung KAD di
tokoh / aktor regional yang akan/ dilaksanakan
→ Identifikasi dilakukan di wilayah yang daerah
KAD melaksanakan bersamaan
Note: Aktor regional
akan melaksanakan kerjasama. Meliputi
KAD dengan yang sudah

kegiatan diidentifikasi sedapat


identifikasi terhadap seluruh tokoh kunci
sosialisasi dan mungkin selalu
pendukung KAD dari kalangan
atau workshop diundang dalam
pemerintah (eksekutif dan legislatif),
kegiatan KAD di

region yang
tokoh masyarakat/adat/agama/ pemuda,

dimaksud.
kelompok masyarakat, LSM, Perguruan
Tinggi, pengusaha, dll

1-A.6. Meningkatkan peran aktif dan 1M6.1


1D6.1 Pemprov, Fasilitator M7 – Dst
Melakukan
Terbentuk networking Pemkab/Pemkot tingkat Provinsi (Terus
membangun hubungan antar pertemuan/lokakarya untuk
informal tokoh – tokoh yang akan/ menerus)
tokoh kunci pendukung KAD menjalin komunikasi dengan /
aktor regional KAD melaksanakan
tokoh pendukung KAD yang
KAD
telah diidentifikasi
1-A.7. Menyusun baseline regional 1M7.1
1D7.1 Pemprov, Fasilitator M7 – M12
Pemprov bisa
daerah yang akan bekerjasama Melakukan identifikasi
Terkumpulnya data – Pemkab/Pemkot tingkat Provinsi Kegiatan ini
melakukan mediasi
faktor – faktor kunci yang
data yang dibutuhkan, yang akan/ bisa dilakukan
(misalnya dengan
→ Baseline regional yang dimaksud meliputi: ada di region seperti
seperti: melaksanakan bersamaan
lembaga donor)
identifikasi potensi SDA & SDM, Fisik (Sarana dan
Fisik (Sarana & KAD dengan
untuk mewujudkan
inventarisasi permasalahan yang dihadapi Prasarana) dan Sumber
Prasarana) dan kegiatan 1A3.
studi ini
Daya Alam
Sumber Daya Alam
bersama, dll SDA & SDM, inventarisasi
Kependudukan dan
Kependudukan dan
Pemkab/Pemkot
permasalahan yang dihadapi bersama, dll Sumber Daya Manusia
Sumber Daya
Hukum dan Kebijakan
Manusia
Aktivitas Sektoral
Hukum dan

39 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR
DAERAH APRIL 2011

Institusi

Institusi Waktu Rencana


Kegiatan Utama Sub Kegiatan Output
Penanggung

Pendukung Pelaksanaan Komunikasi

Jawab
Pemerintahan Kebijakan
Sosial Budaya Aktivitas Sektoral
Jejaring dan kerja sama Pemerintahan
regional yang telah ada Sosial Budaya, dll
Jejaring dan kerja
sama regional yang
telah ada
1M7.2 1D7.2
Pemprov, Fasilitator M13
Menampilkan data – data Data – data faktor
Pemkab/Pemkot tingkat Provinsi
terkumpul dalam bentuk kunci region sudah yang
akan/
narasi, statistik dan grafik dalam bentuk narasi,
melaksanakan
statisik dan grafik. KAD

1M7.3 1D7.3
Pemprov, Fasilitator M14
Membuat peta kondisi Tersedianya “PETA
Pemkab/Pemkot tingkat Provinsi
regional berdasarkan data REGIONAL�?, sehingga yang
akan/
yang terkumpul dan telah tergambarkan potensi
melaksanakan
diolah dan permasalahan KAD
regional

40 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Matrik 3.2
Rencana Aksi berdasarkan Rincian
Kegiatan Utama (Tahap 2)

TAHAP II
Dimulainya Kegiatan: Bulan ke 4
JUDUL TAHAPAN PERSIAPAN PENGORGANISASIAN KAD
Untuk mendapatkan rancangan kesepakatan
yang mencakup berbagai aspek seperti konsep, pengorganisasian,
TUJUAN pengelolaan keuangan dll; yang kemudian
dituangkan ke dalam suatu nota kesepahaman/MoU ataupun bentuk
ikatan lainnya.

Institusi

Institusi Waktu Rencana


Kegiatan Utama Sub Kegiatan
Output Penanggung

Pendukung Pelaksanaan Komunikasi

Jawab
2-A.1 Membentuk forum Tokoh 2M1.1
2D1.1 Pemprov, Fasilitator M4 – M7 Pemprov
bisa
Kunci Wilayah Melakukan pertemuan –
Bertemunya aktor kunci Pemkab/Pemkot tingkat berperan
sebagai
pertemuan informal untuk
wilayah untuk Provinsi
fasilitator
→ Forum yang beranggotakan para membahas tema – tema KAD
memperkuat rasa
tokoh kunci wilayah ini dibentuk
kebersamaan regional
untuk mempersiapkan 2M1.2
2D1.2 Pemprov, Fasilitator M8 Pemprov
bisa
Membentuk “Forum Tokoh Kunci�?
Terbentuknya “Forum Pemkab/Pemkot tingkat berperan
sebagai
pembentukan wadah/lembaga/
untuk membahas pembentukan
Tokoh Kunci�? Provinsi
fasilitator
organisasi KAD
KAD

2-A.2 Menyusun draft Konsep 2M2.1


2D2.1 Pemprov, Fasilitator M8 -
KAD “Forum Tokoh kunci�? membentuk Tim
penyusun draft Forum Tokoh tingkat
tim yang bertugas untuk
konsep KAD terbentuk Kunci Provinsi
→ Meliputi visi, misi, identifikasi menyiapkan draft konsep KAD&
lingkup serta prioritas draft rencana kelembagaan
sektor/bidang/obyek yang akan dengan difasilitasi oleh Pemprov
dikerjasamakan (berdasarkan data
2M2.2
2D2.2 Pemprov, Fasilitator M8 – M9
Diperlukan
baseline regional yang telah
Tim yang terbentuk menyiapkan
Tersedianya draft Konsep Forum Tokoh tingkat dukungan
dari
disusun pada tahap inisiasi), & dan menyusun draft konsep KAD, KAD
Kunci Provinsi profesional di
rencana pelaksanaan kerjasama terutama visi dan misi serta
bidang KAD untuk
prioritas obyek kerjasama
melakukan kajian

kelembagaan KAD
2M2.3
2D2.3 Pemprov, Fasilitator M10 -
Mempublikasikan draft konsep KAD
Terpublikasikannya Draft Pemkab/Pemkot tingkat
melalui mekanisme public hearing
Konsep KAD Provinsi
41 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Institusi

Institusi Waktu Rencana


Kegiatan Utama Sub Kegiatan
Output Penanggung

Pendukung Pelaksanaan Komunikasi

Jawab
2-A.3 Menyusun draft/ rencana 2M3.1
2D3.1 Pemprov, Fasilitator M10 – M11
Diperlukan
wadah kelembagaan Tim yang terbentuk melakukan
Laporan kajian akademis Forum Tokoh tingkat
dukungan dari
kajian akademis singkat terhadap
mengenai kebutuhan dan Kunci Provinsi
profesional di
→ Meliputi konsep rancangan bentuk kebutuhan wadah KAD serta
bentuk wadah KAD
bidang KAD untuk
wadah/lembaga/organisasi KAD bentuk wadah yang sesuai
melakukan kajian
beserta struktur organisasi dan
kelembagaan KAD
2M3.2
2D3.2 Pemprov, Fasilitator M12 – M13
SDM yang akan duduk didalamnya,
Tim menyusun draft wadah KAD
Tersusunnya draft wadah Forum Tokoh tingkat
identifikasi SKPD pelaksana teknis
sesuai dengan hasil kajian dan
KAD. Draft wadah KAD ini Kunci Provinsi
wadah tsb, masa kepengurusan kesepakatan bersama
meliputi hal – hal:
serta masa KAD; serta rencana
Bentuk
mekanisme pembiayaannya
keorganisasian/wadah

KAD

Struktur wadah KAD

SDM

pelaksana/penggerak

wadah KAD
Pembiayaan wadah

KAD

2-A.4 Menyusun draft 2M4.1


2D4.1 Pemprov, Fasilitator M14 - M15
Pemprov bisa
kesepakatan pelaksanaan Penyusunan draft kesepakatan
Tersedianya draft Forum Tokoh tingkat
memfasilitasi
bersama (MoU) pelaksanaan KAD
Kesepakatan Bersama Kunci Provinsi
KAD oleh tim
(MoU)
→ Dalam draft kesepakatan
(rancangan MOU) untuk
melaksanakan KAD tercakup
beberapa hal
terkait dengan pembiayaan,
pengelolaan serta kegiatan/obyek
yang akan dikerjasamakan
2-A.5 Melakukan penguatan 2M5.1
2D5.1 Pemprov, Fasilitator Terus menerus,
Pemprov bisa
komitmen Melakukan pertemuan informal
Terselenggaranya Forum Tokoh tingkat berkala
memfasilitasi
rutin aktor kunci KAD
pertemuan rutin aktor Kunci Provinsi misalnya 3 kali

kunci KAD yang dalam setahun

didokumentasikan

42 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Institusi

Institusi Waktu Rencana


Kegiatan Utama Sub Kegiatan
Output Penanggung

Pendukung Pelaksanaan Komunikasi

Jawab
→ Kegiatan ini melibatkan seluruh 2M5.2
2D5.2 Pemprov, Fasilitator M12
tokoh kunci pelaku KAD. Salah satu Melaksanakan seminar/workshop
Kegiatan Forum Tokoh tingkat
kegiatan penguatan komitmen pemahaman KAD yang diikuti oleh
seminar/workshop Kunci Provinsi
aktor – aktor kunci regional,
pemahaman KAD
adalah penandatangan
terutama pimpinan/kepala daerah
terlaksana dan diikuti
kesepakatan bersama/MoU yang (akan) melakukan KAD
dengan laporan

pelaksanaan kegiatan

seminar/workshop

pemahaman KAD

2M5.3
2D5.3 Pemkab/Pemkot Pemprov; M16
Penandatangan Kesepakatan
Penandatanganan MoU Forum Tokoh
Bersama (MOU) KAD
Kunci

43 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Matrik 3.3
Rencana Aksi berdasarkan Rincian
Kegiatan Utama (Tahap 3)

TAHAP III Dimulainya Kegiatan:


Bulan ke 17
JUDUL TAHAPAN PEMBENTUKAN WADAH KAD
Untuk melegitimasikan 2 tahapan pertama (tahap
inisiasi dan persiapan pengorganisasian KAD) dengan membentuk suatu
TUJUAN
wadah Kerjasama Antar Daerah yang disepakati
bersama sesuai dengan kebutuhan dan kondisi regional

Institusi

Institusi Waktu
Kegiatan Utama Sub Kegiatan Output
Penanggung Rencana Komunikasi

Pendukung Pelaksanaan

Jawab
3-A.1 Menyusun draft 3M1.1 3D1.1
Forum Tokoh Kunci Pemprov/ M17 – M18 Perlu pendampingan
Perjanjian Penyusunan draft Perjanjian Draft Perjanjian
Fasilitator terhadap Pemkab/Pemkot
Kerjasama berdasarkan MoU Kerjasama KAD
sudah tingkat di dalam menyusun
draft
Kerjasama KAD yang disepakati tersedia
Provinsi; Perjanjian Kerjasama
→ Draft Perjanjian 3M1.2
Ditjen PUM
Asistensi dan Konsultasi dengan
Kerjasama KAD dibuat
Ditjen PUM dan atau Provinsi
oleh Forum Tokoh Kunci
Wilayah yang sudah
terbentuk
3-A.2 Penandatanganan 3M2.1 3D2.1
Pemkab/Pemkot Pemprov; M18 Pemprov bisa
Perjanjian Penandatanganan Perjanjian Perjanjian
Kerjasama Ditjen PUM mendampingi
Kerjasama sudah
ditandatangani
Kerjasama oleh pimpinan
daerah
→ Perjanjian Kerjasama masing – masing
dan
sah secara hukum
ditandatangani oleh
Kepala Daerah yang
melakukan KAD
3-A.3 Membentuk 3M3.1 3D3.1
Forum Tokoh Kunci Pemprov/ M19 Pemprov/Fasilitator
wadah KAD Membentuk/mendirikan wadah Wadah KAD
terbentuk Fasilitator tingkat Provinsi
bisa
KAD yang disepakati melalui
tingkat memfasilitasi
→ Bentuk wadah KAD kesepakatan resmi
provinsi
tergantung kebutuhan
daerah

44 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Institusi

Institusi Waktu
Kegiatan Utama Sub Kegiatan Output
Penanggung Rencana Komunikasi

Pendukung Pelaksanaan

Jawab
3-A.4 Melakukan 3M4.1 3D4.1
Wadah/organisasi KAD Pemkab/ M20 Wadah/organisasi KAD
rekrutmen SDM Menentukan kriteria SDM yang Kriteria SDM yang
Pemkot dengan bantuan fasilitator
akan duduk di tiap Pokja. dibutuhkan untuk
dari provinsi (jika
untuk mengisi Pokja
diperlukan)
operasional KAD Meliputi:
Jenis keahlian yang
dibutuhkan
Apakah dari SDM internal
PNS) atau eksternal
(profesional)
Catatan: 4M2.2-4M2.4 adalah
langkah yang dilakukan jika
akan merekrut SDM dari
kalangan profesional.
3M4.2 3D4.2
Wadah/organisasi KAD Pemkab/ M20
Membuka/mengumumkan Terjaringnya
beberapa Pemkot
lowongan pekerjaan. kandidat SDM yang
akan
duduk dalam Pokja
Misalnya dengan pasang iklan
di media (surat kabar, internet,
radio, dll); menghubungi
institusi pendidikan, organisasi
profesi, perusahaan pencari
tenaga kerja profesional, dll
3M4.3 3D4.3
Wadah/organisasi KAD Pemkab/ M21-M22
Proses seleksi & penerimaan Terpilihnya SDM
Pemkot
profesional untuk
pokja
Misalnya dengan tahapan sbb:
Menerima surat lamaran
(untuk mendapatkan
informasi pengalaman
pelamar kerja)
Melakukan test dengan
materi pengetahuan tentang
KAD, kemampuan
manajerial, dll
Wawancara
Memeriksa referensi
Keputusan penerimaan SDM

45 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Institusi

Institusi Waktu
Kegiatan Utama Sub Kegiatan
Output Penanggung Rencana
Komunikasi

Pendukung Pelaksanaan

Jawab
3M4.4 3D4.4
Wadah/organisasi KAD Pemkab/ M23
Orientasi bagi SDM terpilih Pemahaman SDM
Pemkot
→Yaitu pengenalan situasi kerja terpilih
terhadap tupoksi
pada pegawai tentang konsep serta
hak/kewajibannya
wadah KAD, tupoksinya, hak
SDM ybs (penghasilan, jam
kerja, hak cuti, fasilitas dll),
ruang lingkup tugas, dll
3-A.5 Menyusun draft 3M5.1 3D5.1
Wadah/organisasi KAD Pemkab/ M24 – M26 Wadah KAD menyusun
perencanaan KAD Menyusun draft Renstra Draft Renstra
wilayah Pemkot; draft
perencanaan
wilayah KAD KAD
Pemprov/ berkoordinasi dengan
3M5.2 3D5.2
Wadah/organisasi KAD Fasilitator M24 – M26 pemkab/pemkot terkait
→ Draft Perencanaan Menyusun draft Milestone Draft
Milestone wilayah tingkat serta
bantuan dari
terdiri dari: wilayah KAD KAD
provinsi fasilitator tingkat provinsi
Draft Renstra wilayah 3M5.3 3D5.3
Wadah/organisasi KAD M24 – M26 (jika diperlukan)
Draft milestones Menyusun draft Action Plan Draft Action
Plan KAD
wilayah KAD
Draft action plan KAD
3-A.6 Menentukan 3M6.1 3D6.1
Wadah/organisasi KAD Pemkab/ M27 - M29 Wadah/organisasi KAD
mekanisme Pembahasan alternatif sumber-
Teridentifikasinya Pemkot;
berkoordinasi dengan
sumber pembiayaan dan beberapa
alternatif Pemprov/
pemkab/pemkot terkait
pembiayaan dan mekanisme penganggaran (baik sumber
pembiayaan & Fasilitator serta
bantuan fasilitator
pengelolaan aset untuk operasional maupun mekanisme
tingkat dari provinsi (jika
kegiatan KAD implementasi kegiatan/ penganggaran
untuk provinsi diperlukan)
program KAD) kegiatan
operasional
→ Meliputi pembiayaan KAD serta
implementasi
→Pembahasan sumber
untuk kegiatan
kegiatan/program KAD
pembiayaan & mekanisme
operasional dan
penganggaran mengacu pada
implementasi program/ peraturan perundangan/
kegiatan; serta regulasi terkait serta
kejelasan pengelolaan kemampuan/kapasitas daerah
aset →Pembahasan mekanisme
pembiayaan untuk
implementasi kegiatan/
program KAD mengacu pada
dokumen prencanaan yang
telah disepakati

46 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Institusi

Institusi Waktu
Kegiatan Utama Sub Kegiatan Output
Penanggung Rencana Komunikasi

Pendukung Pelaksanaan

Jawab
3M6.2 3D6.2
Wadah/organisasi KAD Pemkab/ M30
Penentuan sumber pembiayaan
Kesepakatan/komitmen Pemkot;
serta mekanisme para anggota KAD
Pemprov/
penganggarannya tentang sumber
Fasilitator
pembiayaan dan
tingkat
penganggarannya
provinsi
3-A.7 Membuat Perda 3M7.1 3D7.1
Pemkab/Pemkot/DPRD Pemprov; M18 – M36 Perda dibuat oleh masing-
ttg Pembentukan Melakukan inisiasi penyusunan Draft Perda KAD
Ditjen PUM masing Pemkab/Pemkot
Perda Pembantukan wadah
yang melakukan KAD
wadah KAD KAD
dengan difasilitasi oleh
3M7.2 3D7.2
Pemkab/Pemkot/DPRD Pemprov; M36 Pemprov dan
→ Perda dimaksudkan Menetapkan Perda KAD Ditetapkannya
Perda Ditjen PUM berkonsultasi
dengan
untuk memberi tentang KAD
Ditjen PUM
kekuatan hukum serta
keberlanjutan wadah
KAD yang sudah
terbentuk

3-A.8 Transfer Best 3M8.1 3D8.1


Ditjen Pum, Pemprov, Pemkab/ M5 – M6 Ditjen PUM/ Pemprov
Practices Ditjen PUM/Propinsi Terselenggaranya
Pemkot/ M17 – M18 memfasilitasi
memobilisasi/ mengorganisir kegiatan studi
banding Wadah KAD M29 – M30
→ Kegiatan ini kegiatan studi banding yang yang dimobilisasi
Ditjen
dimaksudkan agar diikuti oleh pihak pemerintah PUM/Propinsi
daerah yang akan daerah kabupaten/kota
propinsi
melakukan KAD
mendapatkan (bisa dijadikan satu rangkaian
gambaran jelas tentang dengan kegiatan sosialiasi)
inisasi, pembentukan
dan implementasi KAD, 3M8.2 3D8.2
Pemprov, Wadah KAD M17 – M18 -
sehingga bisa Pihak kabupaten/kota yang Terselenggaranya
Pemkab/Pemkot
mengetahui faktor- melakukan KAD melakukan kegiatan studi
banding
faktor kritis yang studi banding yang dilakukan
sendiri
menentukan oleh pihak daerah
yang
bekerjasama
keberhasilan maupun
kegagalan suatu KAD.

47 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Institusi

Institusi Waktu
Kegiatan Utama Sub Kegiatan Output
Penanggung Rencana Komunikasi
Pendukung Pelaksanaan

Jawab
3-A.9 Melakukan kajian 3M9.1 3D9.1
Ditjen PUM Pemprov; M1 – M18 Ditjen PUM
& revisi peraturan Melakukan kajian peraturan Kajian peraturan
Pemkab/ berkomunikasi dan
perundangan terkait perundangan
terkait Pemkot; bekerja sama
dengan
perundangan wadah/organisasi KAD wadah/organisasi
KAD Instansi daerah
tentang alternatif
terkait di (Provinsi/Kabupaten/Kota)
bentuk wadah 3M9.2 3D9.2
tingkat pusat M19 – M36 serta Kementerian dan
KAD Melakukan revisi peraturan Revisi peraturan
Lembaga terkait
perundangan terkait perundangan
terkait
wadah/organisasi KAD wadah/organisasi
KAD

3-A.10 Melakukan 3M10.1 3D10.1


Ditjen PUM Instansi M1 – M36 Ditjen PUM
sinkronisasi/har Melakukan
Sinkronisasi/harmonisasi terkait di
berkomunikasi dan
sinkronisasi/harmonisasi peraturan
perundangan tingkat pusat berkoordinasi
dengan
monisasi peraturan perundangan terkait terkait meknisme
Kementerian/Lembaga
peraturan meknisme pembiayaan dan pembiayaan dan
terkait seperti Kemenkeu,
perundangan pertanggungjawaban KAD pertanggungjawaban
Bappenas, KPDT dll.
terkait KAD
mekanisme
pembiayaan dan
pertanggungjawa
ban KAD

48 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Matrik 3.4
Rencana Aksi berdasarkan Rincian
Kegiatan Utama (Tahap 4)
TAHAP IV Dimulainya Kegiatan:
Bulan ke 17
JUDUL TAHAPAN IMPLEMENTASI KAD
TUJUAN Untuk melaksanakan semua rencana dan
kesepakatan yang sudah dibuat melalui wadah KAD yang sudah dibentuk

Institusi

Institusi Waktu Rencana


Kegiatan Utama Sub Kegiatan
Output Penanggung

Pendukung Pelaksanaan Komunikasi

Jawab
4-A.1 Membentuk 4M1.1 4D1.1
Wadah/organisasi Pemkab/ M24 Wadah/organisasi KAD
Kelompok Kerja Melakukan kajian terhadap
Teridentifikasinya KAD Pemkot;
dengan bantuan
bidang pokja yang dibutuhkan Bidang-
bidang Pokja Pemprov/
fasilitator dari provinsi
pelaksana KAD (disesuaikan dengan yang
dibutuhkan Fasilitator
→Kelompok Kerja atau Pokja bidang/obyek yang
tingkat
dikerjasamakan)
provinsi
(working group) yang
dibentuk nantinya akan
4M1.2 4D1.2
Wadah/organisasi M24
melaksanakan Melakukan kajian terhadap Job
Tersedianya Job KAD
kegiatan/operasional KAD, Description (Analisa jabatan) tiap
description tiap bidang
menjembatani & bidang Pokja, meliputi: Pokja
mengkomunikasikan • Pola tugas
kegiatan-kegiatan yang akan • Hak dan kewajiban
dilakukan kepada para • Wewenang
daerah anggota KAD • Tanggung Jawab
• SDM yang dibutuhkan

4M1.3 4D1.3
Wadah/organisasi M25
Pembentukan beberapa Pokja
Terbentuknya beberapa KAD
dengan bidang tertentu Pokja
bidang tertentu

4-A.2 Memfasilitasi 4M2.1 4D2.1


Wadah/organisasi Pemprov/ Mulai M22 dan Wadah/organisasi KAD
komunikasi antar SKPD Mengadakan pertemuan rutin
Terjadinya komunikasi , KAD Fasilitator bersifat terus
yang sudah terbentuk
untuk komunikasi antar SKPD kerjasama
dan tingkat menerus dengan SKPD
dari tiap
di bidang pelayanan →sejak terbentuk wadah sampai
koordinasi (3k) antar provinsi
daerah anggota KAD;
pubik tertentu dengan implementasi kegiatan SKPD
terkait
dibantu fasilitator

provinsi (jika diperlukan)

49 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Institusi

Institusi Waktu Rencana


Kegiatan Utama Sub Kegiatan Output
Penanggung

Pendukung Pelaksanaan Komunikasi

Jawab

→Wadah KAD memfasilitasi


komunikasi dg tujuan untuk
mensinergikan program
kerja masing-masing SKPD
agar terjadi keselarasan
program kerja yang
manfaatnya dirasakan
wilayah secara bersama-
sama
4-A.3. Membuka dan 4M3.1 4D3.1
Wadah/organisasi Pemprov/ M31 Wadah/organisasi KAD
membina hubungan Pembahasan kegiatan KAD yang Daftar kegiatan+
jenis/ KAD; Fasilitator berkoordinasi dengan
membutuhkan besarnya bantuan
(teknis Pemkot/Pemkab tingkat Pemprov difasilitasi
oleh
dengan sumber bantuan/kerjasama (teknis maupun dana) +
provinsi fasilitator tingkat
pendanaan maupun dana) dari luar identitas sumber
dana propinsi
(misalnya pihak
swasta yang
bergerak di
bidang tertentu,
kementrian
terkait di
tingkat pusat,
perguruan
tinggi, donor,
dll)

4M3.2 4D3.2
Wadah/organisasi Pemprov/ M32 Wadah/organisasi KAD
Mengadakan pertemuan dengan Kesepakatan
bentuk KAD; Fasilitator difasilitasi
oleh
sumber pendanaan untuk kerjasama/
bantuan Pemkot/Pemkab tingkat
Provinsi/fasilitator
menjajaki kemungkinan yang akan
diberikan provinsi tingkat
propinsi, dengan
kerjasama/ mendapat bantuan
sumber pendanaan

50 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN
DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Matrik
3.5
Rencana Aksi berdasarkan
Rincian Kegiatan Utama (Tahap 5)

TAHAP V
Dimulainya Kegiatan: Bulan ke 1
JUDUL TAHAPAN MONITORING EVALUASI & PENINGKATAN
KAPASITAS (CAPACITY BUILDING)
1. Melakukan komunikasi, kerjasama
dan koordinasi (3k) di tingkat pusat & provinsi untuk mendukung inisiatif
KAD.
TUJUAN 2. Melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap KAD
3. Meningkatkan kualitas SDM yang
terkait dengan KAD di semua tingkatan.

Institusi

Institusi Waktu Rencana


Kegiatan Utama Sub Kegiatan
Output Penanggung

Pendukung Pelaksanaan Komunikasi

Jawab
5-A.1. Membentuk Sekretariat 5M1.1
5D1.1 Ditjen PUM - M1 – M3 Ditjen
PUM
Bersama (Sekber) KAD di Menyusun konsep Sekber (di
Konsep kelembagaan
bekerjasama dengan
tingkat pusat) meliputi:
dan pembiayaan
narasumber/ahli
tingkat pusat Keanggotaan/struktur organisasi
Sekber KAD
→ Sekber diharapkan bisa menjadi: Tugas/fungsi/wewenang
Prosedur dan Tata Kerja
Pusat Pelayanan KAD (KAD
Mekanisme Pembiayaan
Centre) yang memberikan
5M1.2
5D1.2 Ditjen PUM - M3 – M6 -
fasilitasi/mediasi/ inisiasi bagi Penyusunan Draft Keputusan
Draft Keputusan
KAD yang membutuhkan Menteri Dalam Negeri tentang
Menteri Dalam Negeri
Wadah 3K (komunikasi, Pembentukan Sekber
tentang Pembentukan
koordinasi, dan kerjasama)
Sekber
bagi stakeholder terkait di 5M1.3
5D1.3 Ditjen PUM Instansi Pusat M7 – M8 Ditjen
PUM
tingkat pusat shg Pembahasan konsep
Konsep Sekber serta terkait
berkoordinasi
mempermudah proses kelembagaan/ pembiayaan Sekber
Keputusan Mendagri dengan
Bappenas,
sinkronisasi/ harmonisasi/ dan draft Keputusan Menteri
Final, siap untuk di serta
kementrian/
Dalam Negeri
implementasikan lembaga
terkait di
revisi peraturan
5M1.4
5D1.4 Ditjen PUM Instansi Pusat M9 tingkat
pusat ;
Melakukan pembinaan dan
bekerjasama dengan
Pembentukan Sekretariat Bersama
Terbentuknya terkait
pengawasan (binwas) dengan yang diatur dengan Keputusan
Sekretariat Bersama &
narasumber/ahli
mendukung terselenggaranya Menteri Dalam Negeri
diberlakukannya KAD
kegiatan monev
Keputusan Mendagri
Menyelenggarakan capacity 5M1.5
5D1.5 Ditjen PUM Instansi Pusat M10-M12 Ditjen
PUM
building bagi daerah yang Sosialisasi terbentuknya Sekber di
Kegiatan sosialisasi terkait
koordinasi dg
membutuhkan tingkat pusat dan daerah
Sekber terselenggara instansi
pusat terkait

& Pemprov

51 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Institusi

Institusi Waktu Rencana


Kegiatan Utama Sub Kegiatan
Output Penanggung

Pendukung Pelaksanaan Komunikasi

Jawab
5-A.2. Meningkatkan 3K antar 5M2.1
5D2.1 Ditjen PUM Instansi terkait di M1 – M2
Ditjen PUM
stakeholder di tingkat Mengadakan pertemuan untuk
Terbentuknya tingkat pusat
berkoordinasi
menjalin komunikasi awal antar
networking antar
dengan Bappenas
pusat lembaga/kementrian terkait di
lembaga/ kementrian
mengundang semua
→Stakeholder di pusat meliputi tingkat pusat
terkait di tingkat pusat
kementrian/lembaga

serta kesepakatan
terkait di tingkat
Kemdagri, Bappenas, KPDT,

untuk mengadakan
pusat (Ditjen Bina
Kemkeu, KKUKM, dan
pertemuan berkala
Bangda Kemendagri,
kementrian teknis lainnya. Salah 5M2.2
5D2.2 Ditjen PUM/ Instansi terkait di M3 – dst
Kemenkeu, KPDT,
satu prioritas kegiatan 3K adalah Mengadakan pertemuan berkala
Informasi terbaru Sekber tingkat pusat
KKUKM dan
kegiatan kajian, untuk berbagi informasi (sharing)
tentang KAD serta
kementrian teknis
harmonisasi/sinkronisasi dan perkembangan terbaru serta
tersedianya beberapa
terkait lainnya)
revisi peraturan perundangan membahas permasalahan KAD
alternatif pemecahan
terkait KAD dengan cara
masalah KAD
berkoordinasi dengan
kementrian/lembaga terkait 5M2.3
5M2.3 Ditjen PUM/ Instansi terkait di M3 - dst
Ditjen PUM
Membuat Surat Keputusan/
Surat Keputusan/ Sekber tingkat pusat
berkoordinasi
Edaran Bersama, jika diperlukan
Edaran Bersama
dengan

instansi pusat terkait


kementrian/lembaga
→ Misalnya untuk menyelesaikan
untuk penyelesaian
terkait di tingkat
permasalahan KAD yang
masalah KAD
pusat
melibatkan lebih dari satu
lembaga/kementrian di tingkat
pusat)

5-A.3. Melaksanakan 5M3.1


5D3.1 Ditjen PUM, Pemkab/ M1 – M6
Ditjen PUM bekerja
monitoring dan evaluasi Melakukan pemetaan KAD, berupa
Database/Informasi Pemprov Pemkot; Wadah
sama dengan
pengumpulan data ataupun
SWOT daerah yang KAD
Pemerintah Propinsi
informasi tentang kekuatan/
sudah melakukan KAD
→ Proses Monev dilakukan secara peluang dan kelemahan/
beserta identifikasi
berkala (setiap tahun) hambatan (SWOT) daerah yang
permasalahan yang
sudah melakukan KAD
dihadapi

5M3.2
5D3.2 Ditjen PUM/ - M1 – M6
Ditjen PUM
Menentukan kriteria/indikator
Kriteria Sekber
berkoordinasi
monev yang terukur
Indikator/parameter
dengan Bappenas,

Monev
dan bekerjasama

52 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Institusi

Institusi Waktu Rencana


Kegiatan Utama Sub Kegiatan
Output Penanggung

Pendukung Pelaksanaan Komunikasi

Jawab
5M3.3 5D3.3
Ditjen PUM/ - M7 – M9 dengan
Melakukan kajian/analisa Hasil
evaluasi KAD Sekber
narasumber/ahli
terhadap data/informasi KAD yang
KAD; serta DPRRI
sudah teridentifikasi dengan
(saat membuat
menggunakan indikator monev
kebijakan)
5M3.4 5D3.4
Ditjen PUM/ - M10
Mengidentifikasi alternatif
Beberapa alternatif Sekber
kebijakan untuk menyelesaikan
kebijakan untuk
permasalahan KAD berdasarkan
menyelesaikan
hasil evaluasi
permasalahan KAD
5M3.5 5D3.5
Ditjen PUM/ - M11
Menentukan kebijakan terkait KAD
Kebijakan terpilih Sekber
yang akan di implementasikan untuk
di
dengan melakukan analisa
implementasikan
terhadap beberapa alternatif
kebijakan
5M3.6 5D3.6
Ditjen PUM/ Pemprov; M11 Ditjen PUM/Sekber
Mengimplementasikan kebijakan
Implementasi Sekber Pemkab/
berkoordinasi
KAD terpilih
kebijakan KAD Pemkot; Wadah
dengan Pemprov
5M3.7 5D3.7
Ditjen PUM/ KAD Tiap M12 untuk malkasanakan
Melakukan kegiatan monev KAD Hasil
kegiatan monev Sekber ;

monev terhadap
secara berkala
berkala Pemprov

wadah KAD
5-A.4. Optimalisasi, revitalisasi 5M4.1 5D4.1
Ditjen PUM Instansi terkait di M1 – M6 Ditjen PUM
dan penguatan peran Melakukan kajian kemungkinan
Tersedianya kajian tingkat Pusat
berkoordinasi
penggunaan dana dekonsentrasi
kemungkinan
dengan Kemenkeu,
propinsi oleh pihak propinsi untuk
penggunaan dana BPK
Bappenas,
mendorong/memfasilitasi KAD di
dekonsentrasi untuk
DPRRI serta
→ Penguatan peran propinsi dalam Kabupaten/Kota yang berada di KAD
oleh Pemprov
narasumber yang
KAD dilakukan terutama melalui dalam wilayahnya
ahli KAD dan praktisi
mekanisme dekonsentrasi 5M4.2 5D4.2
Ditjen PUM/ Instansi terkait di M7 – M12 KAD
Menyusun draft kebijakan Draft
kebijakan Sekber tingkat Pusat
mengenai mekanisme penggunaan
mekanisme
dana dekonsentrasi untuk KAD
penggunaan dana

dekonsentrasi untuk
KAD

53 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Institusi

Institusi Waktu Rencana


Kegiatan Utama Sub Kegiatan
Output Penanggung

Pendukung Pelaksanaan Komunikasi

Jawab
5M4.3 5D4.3
Ditjen PUM/ Pemprov, M13 – M15 Ditjen PUM/Sekber
Melakukan kegiatan konsultasi Draft
kebijakan Sekber PemKab/Kota, mengundang
pihak
publik draft kebijakan penggunaan
mekanisme Wadah KAD
Pemprov & Pemkab/
dana Dekonsentrasi untuk KAD
penggunaan dana
Pemkot/Wadah KAD

dekonsentrasi untuk untuk


mendapat
KAD
yang telah
input/masukan

mendapatkan masukan
terhadap draft

kebijakan
5M4.4 5D4.4
Ditjen PUM/ Pemprov M16 – M18 -
Implementasi kebijakan
Regulasi/Peraturan Sekber
“Penggunaan Dana Dekonsentrasi
tentang Penggunaan
untuk KAD�? Dana
Dekonsentrasi
untuk
KAD

5M4.5 5D4.5
Ditjen PUM/ Pemprov; M19 -24 Ditjen PUM
Pendampingan implementasi
Terlaksananya kegiatan Sekber Fasilitator di
melakukan
kegiatan “Penggunaan Dana
“Penggunaan Dana tingkat pusat
pendampingan awal
Dekonsentrasi untuk KAD�?
Dekonsentrasi untuk saat
Pemprov
KAD�?
mengimplementasi

kebijakan dana

dekonsentrasi KAD

5-A.5. Fasilitasi Peningkatan 5M5.1 5D5.1


Ditjen PUM - M1– M6 Ditjen PUM
Kapasitas Aparatur Mengadakan pelatihan Fasilitator
Fasilitator KAD terlatih
bekerjasama dengan
KAD di tingkat pusat di
tingkat pusat praktisi
KAD
Pemerintahan Dalam
Kerangka KAD → Fasilitator di tingkat pusat
nantinya akan melaksanakan
kegiatan capacity building bagi
→ Peningkatan kapasitas aparatur pemprov
pemerintahan dilakukan di 5M5.2 5D5.2
Ditjen PUM Pemprov; M7 – M18 Ditjen PUM dibantu
semua tingkatan dan tahapan, Mengadakan pelatihan Fasilitator
Fasilitator KAD terlatih Pemkab/Pemkot oleh
Fasilitator
sejak tahap inisiasi dengan KAD di tingkat propinsi di
tingkat propinsi yg akan/sedang tingkat
pusat
prioritas berupa
melaksanakan mengadakan
penyelenggaraan kegiatan → Fasilitator di tingkat provinsi
KAD pelatihan fasilitator
pelatihan KAD yang bertujuan nantinya akan melaksanakan
provinsi (seperti
untuk mencetak fasilitator- kegiatan capacity building bagi
praktisi KAD/
Pemkab/Pemkot
Perguruan tinggi,dll)

54 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Institusi

Institusi Waktu Rencana


Kegiatan Utama Sub Kegiatan
Output Penanggung

Pendukung Pelaksanaan Komunikasi

Jawab
fasilitator KAD di tingkat pusat 5M5.3
5D5.3 Ditjen - M7 – M12 Ditjen
PUM/Sekber
dan provinsi agar bisa menjadi Melakukan identifikasi dan
Desain Kegiatan PUM/Sekber;
bekerjasama dengan
mentor ataupn narasumber menyusun bentuk/jenis desain
capacity building yang Pemprov
narasumber/ahli/
capacity building yang dibutuhkan
dibutuhkan pihak
praktisi KAD, dibantu
untuk daerah-daerah yang akan
oleh Pemerintah Provinsi
pemprov untuk oleh
Fasilitator
membentuk KAD

mengawal/
tingkat Pusat
→ Identifikasi dilakukan dari hasil
mendorong/
kegiatan 5M3.1, dimaksudkan
memperkuat/
untuk mengawal/ mendorong/
memfasilitasi KAD di
memperkuat/ memfasilitasi KAD
wilayahnya
yang terjadi di wilayahnya

5M5.4
5D5.4 Ditjen PUM/ Narasumber/ahli/ M13 – M 18
Ditjen PUM/Sekber
Melaksanakan kegiatan capacity
Pelaksanaan kegiatan Sekber; Praktisi KAD/PT
dibantu oleh
building yang telah di identifikasi
Capacity Building bagi Pemprov di prov ybs
Fasilitator tingkat

pemerintah provinsi
Pusat; bekerjasama

dengan narasumber/

ahli/ praktisi KAD/

Perguruan tinggi di

daerah

5M5.5
5D5.5 Pemprov, - M19 – M21
Pemprov
Melakukan identifikasi dan
Desain Kegiatan Pemkab/Kota
bekerjasama dengan
menyusun bentuk/jenis desain
capacity building yang
narasumber/ahli/
capacity building yang dibutuhkan
dibutuhkan Pemerintah
praktisi KAD, dibantu
oleh Pemkab/kota untuk
Kabupaten/Kota oleh
Fasilitator
melaksanakan KAD
tingkat Provinsi

55 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Institusi

Institusi Waktu Rencana


Kegiatan Utama Sub Kegiatan
Output Penanggung

Pendukung Pelaksanaan Komunikasi

Jawab
5M5.6
5D5.6 Pemprov Pemkab/Pemkot M25 - dst
Pemprov dibantu
Melaksanakan kegiatan capacity
Pelaksanaan kegiatan yang akan atau
oleh Fasilitator
building bagi daerah
capacity building di sedang
tingkat Provinsi;
kabupaten/kota yang
tingkat kabupaten/kota melaksanakan
bekerjasama dengan
membutuhkan.
dilakukan oleh KAD
narasumber/ ahli/

fasilitator KAD propinsi


praktisi KAD/
→Kegiatan ini dapat berbentuk
Perguruan tinggi di
penyuluhan, bimbingan teknis atau
daerah
pendidikan dan pelatihan (diklat)
terkait dengan operasional KAD
seperti meningkatkan kemampuan
aparat pelaksana KAD, tata
cara/teknik bernegosiasi, dll

5-A.6. Mendorong terbentuknya 5M6.1


5D6.1 Ditjen PUM/ Pemkab/ Pemkot, M7 - M9
Ditjen PUM/Sekber
Asosiasi KAD di tingkat Mengadakan pertemuan untuk
Pertemuan awal untuk Sekber; Pemprov Wadah KAD
berkoordinasi
menjalin komunikasi awal antar
menjalin komunikasi
dengan pihak
pusat KAD yang sudah terbentuk di
antar KAD
Propinsi menginisiasi
→ Ditjen PUM dan pemerintah seluruh Indonesia
pertemuan awal

antar wadah KAD


propinsi mendorong wadah KAD
5M6.2
5D6.2 Pemprov; Ditjen PUM/ M10 - M12
yang sudah
yang sudah ada untuk
terbentuk untuk
Pembentukan Asosiasi KAD
Terbentuknya Asosiasi Pemkab/Pemkot; Sekber
membentuk Asosiasi KAD yang KAD
wadah KAD yang membentuk
bersifat organisasi informal non
sudah terbentuk “Asosiasi KAD�? di
struktural sebagai wadah dan
Indonesia
media komunikasi sesama wadah
KAD

56 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN
KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

3.3 Rencana Aksi berdasarkan Output (Deliverables)


Matrik 4
Rencana Aksi
berdasarkan Output
Output
Nomor
Kode
Kegiatan Institusi Penanggung Jawab Waktu
Output Judul Output
Utama Pelaksanaan
1D1.1 Buku Panduan Pembentukan dan Pelaksanaan KAD yang menjelaskan
dengan 1-A.1 Ditjen PUM M1 – M4
detil langkah – langkah pembentukan dan pelaksanaan KAD

1D2.1 Modul Sosialisasi “Dasar Pemahaman KAD�?


1-A.2 Ditjen PUM M1 – M4
1D2.2 Modul sosialisasi “Peraturan dan Perundangan KAD�?
Ditjen PUM M1 – M4
1D2.3 Modul Simulasi Interaktif Pembentukan KAD
Ditjen PUM, Pemprov M1 – M4
1D2.4 Kegiatan sosialisasi KAD terselenggara dan diikuti dengan laporan
Ditjen PUM, Pemprov M5 dan M6
penyelenggaraan kegiatan
M17 dan M18

M29 dan M30

Dst

(2x/tahun)
1D2.5 Ditayangkannya “Iklan Layanan Masyarakat�? mengenai pemahaman KAD
Ditjen PUM Dimulai dari M6

sampai waktu

tertentu

1D3.1 Kajian relevansi KAD dengan tema:


1-A.3 Ditjen PUM, Pemprov, M7 – M12
Identifikasi potensi daerah yang akan dikerjasamakan,
Permasalahan yang identik antara daerah – daerah yang akan
melakukan
KAD
Keuangan KAD,
Pengelolaan aset bersama KAD,
Pembagian keuntungan dan kerugian KAD

1D4.1 Tersedianya kajian kemungkinan penerapan sistem insentif


1-A.4 Ditjen PUM M6 – M18
1D4.2 Draft kebijakan insentif KAD
Ditjen PUM M18 – M30
1D4.3 Kegiatan konsultasi publik terselenggara dan diikuti laporannya
Ditjen PUM, Pemprov M31 – M36
1D4.4 Peraturan Insentif KAD
Ditjen PUM M36
1D4.5 Kegiatan sosialisasi terselenggara
Ditjen PUM, Pemprov M36 – M42

1D5.1 Dokumentasi tokoh – tokoh/aktor regional KAD


1-A.5 Pemprov, Pemkab/Pemkot yang akan M1 - M6

57 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN
KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Output
Nomor
Kode
Kegiatan Institusi Penanggung Jawab Waktu
Output Judul Output
Utama Pelaksanaan

atau melaksanakan KAD Bisa

dilaksanakan

bersamaan dg

sosialisasi

1D6.1 Terbentuk networking informal tokoh – tokoh/aktor regional KAD


1-A.6 Pemprov, Pemkab/Pemkot yang akan M7 – Dst

atau melaksanakan KAD (Terus Menerus)

1D7.1 Terkumpulnya data – data yang dibutuhkan, seperti:


1-A.7 Pemprov, Pemkab/Pemkot yang akan M7 – M12
Fisik (Sarana dan Prasarana) dan Sumber Daya Alam
atau melaksanakan KAD Kegiatan ini bisa
Kependudukan dan Sumber Daya Manusia
dilakukan
Hukum dan Kebijakan
bersamaan
Aktivitas Sektoral
dengan kegiatan
Pemerintahan
1A3
Sosial Budaya
Jejaring dan kerja sama regional yang telah ada
1D7.2 Data – data faktor kunci region sudah dalam bentuk narasi,
statisik dan grafik. Pemprov, Pemkab/Pemkot yang akan M13

atau melaksanakan KAD


1D7.3 Tersedianya “PETA REGIONAL�?, sehingga tergambarkan potensi dan
Pemprov, Pemkab/Pemkot yang akan M14
permasalahan regional
atau melaksanakan KAD

2D1.1 Bertemunya aktor kunci wilayah untuk memperkuat rasa kebersamaan


regional 2-A.1 Pemprov, Pemkab/Pemkot M4 – M7
2D1.2 Terbentuknya “Forum Tokoh Kunci�?
Pemprov, Pemkab/Pemkot M8

2D2.1 Tim penyusun draft konsep KAD terbentuk


2-A.2 Pemprov, Forum Tokoh Kunci M8
2D2.2 Tersedianya draft Konsep KAD
Pemprov, Forum Tokoh Kunci M8 – M9
2D2.3 Terpublikasikannya Draft Konsep KAD
Pemprov, Pemkab/Pemkot M10
2D3.1 Laporan kajian akademis mengenai kebutuhan dan bentuk wadah KAD
2-A.3 Pemprov, Forum Tokoh Kunci M10 – M11
2D3.2 Tersusunnya draft wadah KAD. Draft wadah KAD ini meliputi hal –
hal: Pemprov, Forum Tokoh Kunci M12 – M13
Bentuk keorganisasian/wadah KAD
Struktur wadah KAD
SDM pelaksana/penggerak wadah KAD
Pembiayaan wadah KAD

2D4.1 Tersedianya draft Kesepakatan Bersama (MoU)


2-A.4 Pemprov, Forum Tokoh Kunci M14 – M15

58 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN
KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Output
Nomor
Kode
Kegiatan Institusi Penanggung Jawab Waktu
Output Judul Output
Utama Pelaksanaan

2D5.1 Terselenggaranya pertemuan rutin aktor kunci KAD yang


didokumentasikan 2-A.5 Pemprov, Forum Tokoh Kunci
Terus menerus,

berkala
2D5.2 Kegiatan seminar/workshop pemahaman KAD terlaksana dan diikuti
dengan Pemprov, Forum Tokoh Kunci M12
laporan pelaksanaan kegiatan seminar/workshop pemahaman KAD
2D5.3 Penandatanganan Kesepakatan Bersama (MoU)
Ditjen Pum, Pemprov, Pemkab/Pemkot M16

3D1.1 Draft Perjanjian Kerjasama KAD sudah tersedia


3-A.1 Forum Tokoh Kunci M17 – M18

3D2.1 Perjanjian Kerjasama sudah ditandatangani oleh pimpinan daerah


masing – 3-A.2 Pemkab/Pemkot M18
masing dan sah secara hukum

3D3.1 Wadah KAD terbentuk


3-A.3 Forum Tokoh Kunci M19

3D4.1 Kriteria SDM yang dibutuhkan untuk mengisi Pokja


3-A.4 Wadah/organisasi KAD M20
3D4.2 Terjaringnya beberapa kandidat SDM yang akan duduk dalam Pokja
M20
3D4.3 Terpilihnya SDM profesional untuk Pokja
M21 – 22
3D4.4 Pemahaman SDM terpilih terhadap tupoksi serta hak/kewajibannya
M23
3D5.1 Draft Renstra wilayah KAD
3-A.5 Wadah/organisasi KAD M24 – M26
3D5.2 Draft Milestone wilayah KAD
Wadah/organisasi KAD M24 – M26
3D5.3 Draft Action Plan KAD
Wadah/organisasi KAD M24 – M26

3D6.1 Teridentifikasinya beberapa alternatif sumber pembiayaan &


mekanisme 3-A.6 Wadah/organisasi KAD M27 – 29
penganggaran untuk kegiatan operasional KAD serta implementasi
kegiatan/program KAD
3D6.2 Kesepakatan/komitmen para anggota KAD tentang sumber pembiayaan
dan M30
penganggarannya

3D7.1 Draft Perda KAD


3-A.7 Pemkab/Pemkot/DPRD M18 – M36
3D7.2 Ditetapkannya Perda tentang KAD
Pemkab/Pemkot/DPRD M36

3D8.1 Terselenggaranya kegiatan studi banding yang dimobilisasi Ditjen


PUM/Propinsi 3-A.8 Ditjen Pum, Pemprov M5 – M6

M17 – M18

M29 – M30
3D8.2 Terselenggaranya kegiatan studi banding yang dilakukan sendiri
oleh pihak Pemprov, Pemkab/Pemkot M 17 – M18
daerah yang bekerjasama

59 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN
KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Output
Nomor
Kode
Kegiatan Institusi Penanggung Jawab Waktu
Output Judul Output
Utama Pelaksanaan

3D9.1 Kajian peraturan perundangan terkait wadah/organisasi KAD


3-A.9 Ditjen PUM M1 – M18
3D9.2 Revisi peraturan perundangan terkait wadah/organisasi KAD
Ditjen PUM M19 – M36

3D10.1 Sinkronisasi/harmonisasi peraturan perundangan terkait mekanisme


3-A.10 Ditjen PUM M1 – M36
pembiayaan dan pertanggungjawaban KAD

4D1.1 Teridentifikasinya bidang-bidang Pokja yang dibutuhkan


4-A.1 Wadah/organisasi KAD M24
4D1.2 Tersedianya Job Description tiap bidang Pokja
M24
4D1.3 Terbentuknya beberapa Pokja dengan bidang tertentu
M25

4D2.1 Terjadinya komunikasi , kerjasama dan koordinasi (3k) antar SKPD


terkait 4-A.2 Wadah/organisasi KAD Mulai M22

dan bersifat

terus menerus

4D3.1 Daftar kegiatan + jenis/besarnya bantuan (teknis maupun dana) +


identitas 4-A.3 Wadah/organisasi KAD; M31
sumber dana
Pemkot/Pemkab
4D3.2 Kesepakatan bentuk kerjasama/bantuan yang akan diberikan
M32

5D1.1 Konsep kelembagaan dan pembiayaan Sekretariat Bersama (Sekber)


5-A.1 Ditjen PUM M1 – M3
5D1.2 Draft Keputusan Menteri Dalam Negeri tentang Pembentukan Sekber
M3 – M6
5D1.3 Konsep Sekber serta Keputusan Mendagri Final, siap untuk
diimplementasikan M7 – M8
5D1.4 Terbentuknya Sekber dan diberlakukannya Keputusan Mendagri
tentang M9
Pembentukan Sekber
5D1.5 Kegiatan sosialisasi Sekber terselenggara
M10 – M12

5D2.1 Terbentuknya networking antara lembaga/kementrian terkait di


tingkat pusat 5-A.2 Ditjen PUM/Sekber M1 – M2
serta kesepakatan untuk mengadakan pertemuan berkala
5D2.2 Informasi terbaru tentang KAD serta tersedianya beberapa
alternatif pemecahan M3 – dst
masalah KAD
5D2.3 Surat Keputusan/Surat Edaran Bersama instansi pusat terkait untuk
M3 – dst
penyelesaian masalah KAD

5D3.1 Data/Informasi SWOT daerah yang sudah melakukan KAD beserta


identifikasi 5-A.3 Ditjen PUM, Pemprov M1 – M6
permasalahan yang dihadapi

60 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN
KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Output
Nomor
Kode
Kegiatan Institusi Penanggung Jawab Waktu
Output Judul Output
Utama Pelaksanaan
5D3.2 Kriteria indikator/parameter Monev
Ditjen PUM/Sekber M1 – M6
5D3.3 Hasil evaluasi KAD
M7 – M9
5D3.4 Beberapa alternatif kebijakan untuk menyelesaikan permasalahan
KAD M10
5D3.5 Kebijakan terpilih untuk diimplementasikan
M11
5D3.6 Implementasi kebijakan KAD
M11
5D3.7 Hasil kegiatan monev berkala
Ditjen PUM/Sekber; Pemprov Tiap M12

5D4.1 Tersedianya kajian kemungkinan penggunaan dana dekonsentrasi


untuk KAD 5-A.4 Ditjen PUM M1 – M6
oleh Pemprov
5D4.2 Draft kebijakan mekanisme penggunaan dana dekonsentrasi untuk KAD
Ditjen PUM/Sekber M7 – M12
5D4.3 Draft kebijakan mekanisme penggunaan dana dekonsentrasi untuk KAD
yang M13 – M15
telah mendapatkan masukan (dari kegiatan Konsultasi Publik)
5D4.4 Regulasi/Peraturan tentang Penggunaan dana Dekonsentrasi untuk
KAD M16 – M18
5D4.5 Terlaksananya kegiatan “Penggunaan Dana Dekonsentrasi untuk KAD�?
M19 – M24

5D5.1 Fasilitator KAD terlatih di tingkat pusat


5-A.5 Ditjen PUM M1 – M6
5D5.2 Fasilitator KAD terlatih di tingkat propinsi
Ditjen PUM M7 – M18
5D5.3 Desain kegiatan Capacity building yang dibutuhkan pihak pemprov
untuk Ditjen PUM/Sekber; Pemprov M7 – M12
mengawal/mendorong/memperkuat/memfasilitasi KAD
5D5.4 Pelaksanaan kegiatan Capacity Building bagi pemerintah propinsi
Ditjen PUM/Sekber; Pemprov M13 – M18
5D5.5 Desain kegiatan Capacity Building yang dibutuhkan pemerintah
kabupaten/kota Pemprov, Pemkab/Kota M19 –M21
5D5.6 Pelaksanaan kegiatan capacity building di tingkat kabupaten/kota
dilakukan oleh Pemprov M25 - dst
fasilitator KAD propinsi

5D6.1 Pertemuan awal untuk menjalin komunikasi antar KAD


5-A.6 Ditjen PUM/ Sekber; Pemprov M7 - M9
5D6.2 Terbentuknya Asosiasi KAD
Pemprov; Pemkab/Pemkot; wadah KAD M10 - M12

yang sudah terbentuk

61 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN
KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
3.4 Rencana Aksi berdasarkan Waktu Pelaksanaan
Matrik 5
Rencana Aksi berdasarkan Waktu
Pelaksanaan
Institusi Sub Kegiatan
Output
Waktu
Penanggung
Pelaksanaan Kode Kegiatan
Kode Output
Jawab
INSTITUSI PENANGGUNG JAWAB: DITJEN PUM
M1 – M2 Ditjen PUM 5M2.1 Mengadakan pertemuan untuk
menjalin komunikasi awal 5D2.1 Terbentuknya networking antar lembaga/
antar lembaga/kementrian terkait
di tingkat pusat kementrian terkait di tingkat pusat serta

kesepakatan untuk mengadakan pertemuan berkala


M1 – M3 Ditjen PUM 5M1.1 Menyusun konsep Sekber (di
tingkat pusat) meliputi: 5D1.1 Konsep kelembagaan dan pembiayaan Sekber
Keanggotaan/struktur organisasi
Tugas/fungsi/wewenang
Prosedur dan Tata Kerja
Mekanisme Pembiayaan

M1 – M4 Ditjen PUM 1M1.1 Penyusunan “Buku Panduan


Pembentukan dan 1D1.1 Buku Panduan Pembentukan dan
Pelaksanaan KAD
Pelaksanaan KAD�?
yang menjelaskan dengan detil langkah – langkah

pembentukan dan pelaksanaan KAD


M1 – M4 Ditjen PUM 1M2.1 Penyusunan modul tema “Dasar
Pemahaman KAD�? 1D2.1 Modul sosialisasi “Dasar Pemahaman KAD�?

M1 – M4 Ditjen PUM 1M2.2 Penyusunan modul tema “Peraturan


dan Perundangan 1D2.2 Modul sosialisasi “Peraturan dan Perundangan
KAD�?
KAD�?

M1 – M4 Ditjen PUM, Pemprov 1M2.3 Penyusunan modul simulasi


pembentukan KAD 1D2.3 Modul Simulasi interaktif pembentukan
KAD

M1 – M6 Ditjen PUM, 5M3.1 Melakukan pemetaan KAD, berupa


pengumpulan data 5D3.1 Database/Informasi SWOT daerah yang sudah
Pemprov ataupun informasi tentang
kekuatan/ peluang dan melakukan KAD beserta identifikasi
permasalahan
kelemahan/ hambatan (SWOT) daerah
yang sudah yang dihadapi
melakukan KAD
M1 – M6 Ditjen PUM/ Sekber 5M3.2 Menentukan kriteria/indikator
monev yang terukur 5D3.2 Kriteria Indikator/parameter Monev
M1 – M6 Ditjen PUM 5M4.1 Melakukan kajian kemungkinan
penggunaan dana 5D4.1 Tersedianya kajian kemungkinan penggunaan
dana
dekonsentrasi oleh pihak propinsi
untuk dekonsentrasi untuk KAD oleh Pemprov
mendorong/memfasilitasi KAD di
Kabupaten/Kota yang
berada di dalam wilayahnya
M1– M6 Ditjen PUM 5M5.1 Mengadakan pelatihan Fasilitator
KAD di tingkat pusat 5D5.1 Fasilitator KAD terlatih di tingkat pusat

62 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN
KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Institusi Sub Kegiatan


Output
Waktu
Penanggung
Pelaksanaan Kode Kegiatan
Kode Output
Jawab

→ Fasilitator di tingkat pusat


nantinya akan
melaksanakan kegiatan capacity
building bagi pemprov
M1 – M18 Ditjen PUM 3M9.1 Melakukan kajian peraturan
perundangan terkait 3D9.1 Kajian peraturan perundangan
terkait
wadah/organisasi KAD
wadah/organisasi KAD

M1 – M36 Ditjen PUM 3M10.1 Melakukan


sinkronisasi/harmonisasi peraturan 3D10.1
Sinkronisasi/harmonisasi peraturan perundangan
perundangan terkait meknisme
pembiayaan dan terkait meknisme pembiayaan dan
pertanggungjawaban KAD
pertanggungjawaban KAD

M3 – M6 Ditjen PUM 5M1.2 Penyusunan Draft Keputusan


Menteri Dalam Negeri 5D1.2 Draft Keputusan Menteri Dalam
Negeri tentang
tentang Pembentukan Sekber
Pembentukan Sekber
M3 – dst Ditjen PUM/ Sekber 5M2.2 Mengadakan pertemuan berkala
untuk berbagi informasi 5D2.2 Informasi terbaru tentang KAD serta
tersedianya
(sharing) perkembangan terbaru
serta membahas beberapa alternatif pemecahan masalah
KAD
permasalahan KAD
M3 - dst Ditjen PUM/ Sekber 5M2.3 Membuat Surat Keputusan/ Edaran
Bersama, jika 5M2.3 Surat Keputusan/ Edaran Bersama
instansi pusat
diperlukan
terkait untuk penyelesaian masalah KAD

→ Misalnya untuk menyelesaikan


permasalahan KAD
yang melibatkan lebih dari satu
lembaga/kementrian di
tingkat pusat)

M5 dan M6 Ditjen PUM, Pemprov 1M2.4 Melakukan kegiatan sosialisasi


KAD secara lengkap 1D2.4 Kegiatan sosialisasi KAD terselenggara
dan diikuti
M17 dan M18 (termasuk simulasi interaktif
pembentukan KAD) 2 kali dengan laporan penyelenggaraan
kegiatan
M29 dan M30 dalam satu tahun
dst
(2x/tahun)
M5 – M6 Ditjen Pum, Pemprov, 3M8.1 Ditjen PUM/Propinsi
memobilisasi/ mengorganisir 3D8.1 Terselenggaranya kegiatan
studi banding yang
M17 – M18 kegiatan studi banding yang
diikuti oleh pihak dimobilisasi Ditjen PUM/Propinsi
M29 – M30 pemerintah daerah
kabupaten/kota propinsi

(bisa dijadikan satu rangkaian


dengan kegiatan sosialiasi)

M6 – M18 Ditjen PUM 1M4.1 Melakukan kajian mengenai


kemungkinan penerapan 1D4.1 Tersedianya kajian kemungkinan
penerapan sistem
sistem insentif yang sesuai
dengan peraturan insentif
perundangan
M6 - dst Ditjen PUM 1M2.5 Mensosialisasikan pemahaman KAD
melalui 1D2.5 Ditayangkannya “Iklan Layanan
Masyarakat�?

63 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN
KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Institusi Sub Kegiatan


Output
Waktu
Penanggung
Pelaksanaan Kode Kegiatan
Kode Output
Jawab
“Iklan Layanan Masyarakat�? di
media televisi mengenai pemahaman KAD
M7 – M8 Ditjen PUM 5M1.3 Pembahasan konsep kelembagaan/
pembiayaan Sekber 5D1.3 Konsep Sekber serta Keputusan Mendagri
Final, siap
dan draft Keputusan Menteri
Dalam Negeri untuk di implementasikan
M7 – M9 Ditjen PUM/ Sekber 5M3.3 Melakukan kajian/analisa
terhadap data/informasi KAD 5D3.3 Hasil evaluasi KAD
yang sudah teridentifikasi
dengan menggunakan
indikator monev
M7 - M9 Ditjen PUM/ Sekber; 5M6.1 Mengadakan pertemuan untuk
menjalin komunikasi awal 5D6.1 Pertemuan awal untuk menjalin
komunikasi antar
Pemprov antar KAD yang sudah terbentuk
di seluruh Indonesia KAD

M7 – M12 Ditjen PUM; Pemprov, 1M3.1 Melakukan kajian relevansi KAD


dengan tema : 1D3.1 Kajian relevansi KAD dengan tema:
Identifikasi potensi daerah
yang akan dikerjasamakan, Identifikasi potensi daerah yang akan
Permasalahan yang identik
antara daerah – daerah dikerjasamakan,
yang akan melakukan KAD
Permasalahan yang identik antara daerah – daerah
Keuangan KAD,
yang akan melakukan KAD
Pengelolaan aset bersama KAD,
Keuangan KAD,
Pembagian keuntungan dan
kerugian KAD Pengelolaan aset bersama KAD,

Pembagian keuntungan dan kerugian KAD


M7 – M12 Ditjen PUM/ Sekber 5M4.2 Menyusun draft kebijakan
mengenai mekanisme 5D4.2 Draft kebijakan mekanisme
penggunaan dana
penggunaan dana dekonsentrasi
untuk KAD dekonsentrasi untuk KAD

M7 – M12 Ditjen PUM/Sekber; 5M5.3 Melakukan identifikasi dan


menyusun bentuk/jenis 5D5.3 Desain Kegiatan capacity building
yang dibutuhkan
Pemprov desain capacity building yang
dibutuhkan oleh pihak pemprov untuk mengawal/ mendorong/
Pemerintah Provinsi
memperkuat/ memfasilitasi KAD di wilayahnya

→ Identifikasi dilakukan dari


hasil kegiatan 5M3.1,
dimaksudkan untuk mengawal/
mendorong/
memperkuat/ memfasilitasi KAD
yang terjadi di
wilayahnya
M7 – M18 Ditjen PUM 5M5.2 Mengadakan pelatihan Fasilitator
KAD di tingkat propinsi 5D5.2 Fasilitator KAD terlatih di tingkat
propinsi

→ Fasilitator di tingkat
provinsi nantinya akan
melaksanakan kegiatan capacity
building bagi
Pemkab/Pemkot
M9 Ditjen PUM 5M1.4 Pembentukan Sekretariat Bersama
yang diatur dengan 5D1.4 Terbentuknya Sekretariat Bersama &
Keputusan Menteri Dalam Negeri
diberlakukannya Keputusan Mendagri

64 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN
KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Institusi Sub Kegiatan


Output
Waktu
Penanggung
Pelaksanaan Kode Kegiatan
Kode Output
Jawab
M10 Ditjen PUM/ Sekber 5M3.4 Mengidentifikasi alternatif
kebijakan untuk 5D3.4 Beberapa alternatif kebijakan untuk
menyelesaikan
menyelesaikan permasalahan KAD
berdasarkan hasil permasalahan KAD
evaluasi
M10-M12 Ditjen PUM 5M1.5 Sosialisasi terbentuknya Sekber
di tingkat pusat dan 5D1.5 Kegiatan sosialisasi Sekber terselenggara
daerah

M11 Ditjen PUM/ Sekber 5M3.5 Menentukan kebijakan terkait KAD


yang akan di 5D3.5 Kebijakan terpilih untuk di implementasikan
implementasikan dengan melakukan
analisa terhadap
beberapa alternatif kebijakan
M11 Ditjen PUM/ Sekber 5M3.6 Mengimplementasikan kebijakan
KAD terpilih 5D3.6 Implementasi kebijakan KAD

Tiap M12 Ditjen PUM/ Sekber ; 5M3.7 Melakukan kegiatan monev KAD
secara berkala 5D3.7 Hasil kegiatan monev berkala
Pemprov
M13 – M15 Ditjen PUM/ Sekber 5M4.3 Melakukan kegiatan konsultasi
publik draft kebijakan 5D4.3 Draft kebijakan mekanisme penggunaan
dana
penggunaan dana Dekonsentrasi
untuk KAD dekonsentrasi untuk KAD yang telah
mendapatkan
masukan
M13 – M 18 Ditjen PUM/ Sekber; 5M5.4 Melaksanakan kegiatan capacity
building yang telah di 5D5.4 Pelaksanaan kegiatan Capacity Building
bagi
Pemprov identifikasi
pemerintah provinsi

M16 – M18 Ditjen PUM/ Sekber 5M4.4 Implementasi kebijakan


“Penggunaan Dana 5D4.4 Regulasi/Peraturan tentang
Penggunaan Dana
Dekonsentrasi untuk KAD�?
Dekonsentrasi untuk KAD

M18 – M30 Ditjen PUM 1M4.2 Menyusun draft kebijakan


pemberian insentif 1D4.2 Draft kebijakan insentif KAD
(mekanisme, kriteria, bentuk)

M19 -24 Ditjen PUM/ Sekber 5M4.5 Pendampingan implementasi


kegiatan “Penggunaan 5D4.5 Terlaksananya kegiatan “Penggunaan
Dana
Dana Dekonsentrasi untuk KAD�?
Dekonsentrasi untuk KAD�?

M19 – M36 Ditjen PUM 3M9.2 Melakukan revisi peraturan


perundangan terkait 3D9.2 Revisi peraturan perundangan terkait
wadah/organisasi KAD
wadah/organisasi KAD

M31– M36 Ditjen PUM, Pemprov 1M4.3 Melakukan kegiatan konsultasi


publik “Kebijakan Insentif 1D4.3 Kegiatan konsultasi publik terselenggara
dan diikuti
KAD�?
laporannya
M36 Ditjen PUM 1M4.4 Mulai menerapkan “Kebijakan
Insentif KAD�? 1D4.4 Peraturan Insentif KAD

M36 – M42 Ditjen PUM; Pemprov 1M4.5 Melakukan kegiatan sosialisasi


“Kebijakan Insentif KAD�? 1D4.5 Kegiatan sosialisasi terselenggara

65 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Institusi Sub Kegiatan


Output
Waktu
Penanggung
Pelaksanaan Kode
Kegiatan Kode Output
Jawab
INSTITUSI PENANGGUNG JAWAB: PEMPROV/PEMKAB/PEMKOT
M1 – M6 Pemprov, 1M5.1 Melakukan identifikasi tokoh
pendukung KAD di daerah 1D5.1 Dokumentasi tokoh – tokoh / aktor
regional KAD
Bisa Pemkab/Pemkot yang
dilaksanakan akan/ melaksanakan
bersamaan KAD
dengan
kegiatan
sosialisasi dan
atau workshop
M4 – M7 Pemprov, 2M1.1 Melakukan pertemuan –
pertemuan informal untuk 2D1.1 Bertemunya aktor kunci wilayah
untuk memperkuat
Pemkab/Pemkot membahas tema – tema KAD
rasa kebersamaan regional
M7 – M12 Pemprov, 1M7.1 Melakukan identifikasi
faktor – faktor kunci yang ada di 1D7.1 Terkumpulnya data – data yang
dibutuhkan, seperti:
Kegiatan ini bisa Pemkab/Pemkot yang region seperti
Fisik (Sarana & Prasarana) dan Sumber Daya Alam
dilakukan akan/ melaksanakan Fisik (Sarana dan
Prasarana) dan Sumber Daya Alam Kependudukan dan Sumber Daya
Manusia
bersamaan KAD Kependudukan dan Sumber
Daya Manusia Hukum dan Kebijakan
dengan Hukum dan Kebijakan
Aktivitas Sektoral
kegiatan 1A3. Aktivitas Sektoral
Pemerintahan
Pemerintahan
Sosial Budaya, dll
Sosial Budaya
Jejaring dan kerja sama regional yang telah ada
Jejaring dan kerja sama
regional yang telah ada
M7 – Dst Pemprov, 1M6.1 Melakukan
pertemuan/lokakarya untuk menjalin 1D6.1 Terbentuk networking
informal tokoh – tokoh / aktor
(Terus Pemkab/Pemkot yang komunikasi dengan tokoh
pendukung KAD yang telah regional KAD
menerus) akan/ melaksanakan diidentifikasi
KAD
M8 Pemprov, 2M1.2 Membentuk “Forum Tokoh
Kunci�? untuk membahas 2D1.2 Terbentuknya “Forum Tokoh
Kunci�?
Pemkab/Pemkot pembentukan KAD
M8 Pemprov, 2M2.1 “Forum Tokoh kunci�?
membentuk tim yang bertugas 2D2.1 Tim penyusun draft konsep KAD
terbentuk
Forum Tokoh Kunci untuk menyiapkan draft
konsep KAD& draft rencana
kelembagaan dengan
difasilitasi oleh Pemprov
M8 – M9 Pemprov, 2M2.2 Tim yang terbentuk
menyiapkan dan menyusun draft 2D2.2 Tersedianya draft Konsep KAD
Forum Tokoh Kunci konsep KAD, terutama visi
dan misi serta prioritas obyek
kerjasama
M8 - Terus Pemprov, 2M5.1 Melakukan pertemuan informal
rutin aktor kunci KAD 2D5.1 Terselenggaranya pertemuan rutin aktor
kunci KAD
menerus, Forum Tokoh Kunci
yang didokumentasikan
berkala
misalnya 3 kali
dalam setahun

66 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN
KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Institusi Sub Kegiatan


Output
Waktu
Penanggung
Pelaksanaan Kode Kegiatan
Kode Output
Jawab
M10 Pemprov, 2M2.3 Mempublikasikan draft konsep KAD
melalui mekanisme 2D2.3 Terpublikasikannya Draft Konsep KAD
Pemkab/Pemkot public hearing

M10 – M11 Pemprov, 2M3.1 Tim yang terbentuk melakukan


kajian akademis singkat 2D3.1 Laporan kajian akademis mengenai kebutuhan
dan
Forum Tokoh Kunci terhadap kebutuhan wadah KAD serta
bentuk wadah bentuk wadah KAD
yang sesuai

M10 - M12 Pemprov; 5M6.2 Pembentukan Asosiasi KAD


5D6.2 Terbentuknya Asosiasi KAD
Pemkab/Pemkot;
wadah KAD yang
sudah terbentuk
M12 Pemprov, 2M5.2 Melaksanakan seminar/workshop
pemahaman KAD yang 2D5.2 Kegiatan seminar/workshop pemahaman KAD
Forum Tokoh Kunci diikuti oleh aktor – aktor kunci
regional, terutama terlaksana dan diikuti dengan laporan
pelaksanaan
pimpinan/kepala daerah yang (akan)
melakukan KAD kegiatan seminar/workshop pemahaman KAD

M12 – M13 Pemprov, 2M3.2 Tim menyusun draft wadah KAD


sesuai dengan hasil 2D3.2 Tersusunnya draft wadah KAD. Draft wadah
KAD ini
Forum Tokoh Kunci kajian dan kesepakatan bersama
meliputi hal – hal:

Bentuk keorganisasian/wadah KAD


Struktur wadah KAD

SDM pelaksana/penggerak wadah KAD

Pembiayaan wadah KAD

M13 Pemprov, 1M7.2 Menampilkan data – data terkumpul


dalam bentuk 1D7.2 Data – data faktor kunci region sudah dalam
bentuk
Pemkab/Pemkot yang narasi, statistik dan grafik
narasi, statisik dan grafik.
akan/ melaksanakan
KAD
M14 Pemprov, 1M7.3 Membuat peta kondisi regional
berdasarkan data yang 1D7.3 Tersedianya “PETA REGIONAL�?, sehingga
Pemkab/Pemkot yang terkumpul dan telah diolah
tergambarkan potensi dan permasalahan regional
akan/ melaksanakan
KAD
M14 - M15 Pemprov, 2M4.1 Penyusunan draft kesepakatan
bersama (MoU) 2D4.1 Tersedianya draft Kesepakatan Bersama
(MoU)
Forum Tokoh Kunci pelaksanaan KAD oleh tim

M16 Pemkab/Pemkot 2M5.3 Penandatangan Kesepakatan Bersama


(MOU) 2D5.3 Penandatanganan MoU KAD

M17 – M18 Forum Tokoh Kunci 3M1.1 Penyusunan draft Perjanjian


Kerjasama berdasarkan MoU 3D1.1 Draft Perjanjian Kerjasama KAD sudah
tersedia
yang disepakati

67 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN
KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Institusi Sub Kegiatan


Output
Waktu
Penanggung
Pelaksanaan Kode Kegiatan
Kode Output
Jawab
M17 – M18 Forum Tokoh Kunci 3M1.2 Asistensi dan Konsultasi dengan
Ditjen PUM dan atau 3D1.1 Draft Perjanjian Kerjasama KAD sudah
tersedia
Provinsi
M17 – M18 Pemprov, 3M8.2 Pihak kabupaten/kota yang
melakukan KAD melakukan 3D8.2 Terselenggaranya kegiatan studi
banding yang
Pemkab/Pemkot studi banding
dilakukan sendiri oleh pihak daerah yang bekerjasama
M18 Pemkab/Pemkot 3M2.1 Penandatanganan Perjanjian
Kerjasama 3D2.1 Perjanjian Kerjasama sudah
ditandatangani oleh

pimpinan daerah masing – masing dan sah secara

hukum
M18 – M36 Pemkab/Pemkot/DPRD 3M7.1 Melakukan inisiasi penyusunan
Perda Pembantukan 3D7.1 Draft Perda KAD
wadah KAD
M19 Forum Tokoh Kunci 3M3.1 Membentuk/mendirikan wadah KAD
yang disepakati 3D3.1 Wadah KAD terbentuk
melalui kesepakatan resmi
M19 – M21 Pemprov, 5M5.5 Melakukan identifikasi dan
menyusun bentuk/jenis 5D5.5 Desain Kegiatan capacity building
yang dibutuhkan
Pemkab/Kota desain capacity building yang
dibutuhkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota
Pemkab/kota untuk melaksanakan
KAD
M20 Wadah/organisasi KAD 3M4.1 Menentukan kriteria SDM yang
akan duduk di tiap Pokja. 3D4.1 Kriteria SDM yang dibutuhkan untuk
mengisi Pokja
Meliputi:
Jenis keahlian yang
dibutuhkan
Apakah dari SDM internal PNS)
atau eksternal
(profesional)
Catatan: 4M2.2-4M2.4 adalah
langkah yang dilakukan
jika akan merekrut SDM dari
kalangan profesional.
M20 Wadah/organisasi KAD 3M4.2 Membuka/mengumumkan lowongan
pekerjaan. 3D4.2 Terjaringnya beberapa kandidat SDM yang
akan

duduk dalam Pokja


Misalnya dengan pasang iklan di
media (surat kabar,
internet, radio, dll);
menghubungi institusi pendidikan,
organisasi profesi, perusahaan
pencari tenaga kerja
profesional, dll
M21-M22 Wadah/organisasi KAD 3M4.3 Proses seleksi & penerimaan
3D4.3 Terpilihnya SDM profesional untuk pokja
Misalnya dengan tahapan sbb:
Menerima surat lamaran
(untuk mendapatkan informasi
pengalaman pelamar
kerja)
Melakukan test dengan materi
pengetahuan tentang
KAD, kemampuan manajerial, dll
Wawancara
Memeriksa referensi Keputusan
penerimaan SDM

68 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN
PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Institusi Sub Kegiatan


Output
Waktu
Penanggung
Pelaksanaan Kode
Kegiatan Kode Output
Jawab
M22 - bersifat Wadah/organisasi KAD 4M2.1 Mengadakan pertemuan rutin
untuk komunikasi antar 4D2.1 Terjadinya komunikasi , kerjasama dan
koordinasi
terus menerus SKPD
(3k) antar SKPD terkait
→sejak terbentuk wadah sampai
dengan implementasi
kegiatan
M23 Wadah/organisasi KAD 3M4.4 Orientasi bagi SDM terpilih
3D4.4 Pemahaman SDM terpilih terhadap tupoksi serta
→Yaitu pengenalan situasi
kerja pada pegawai tentang hak/kewajibannya
konsep wadah KAD, tupoksinya,
hak SDM ybs
(penghasilan, jam kerja, hak
cuti, fasilitas dll), ruang
lingkup tugas, dll
M24 Wadah/organisasi KAD 4M1.1 Melakukan kajian terhadap
bidang pokja yang 4D1.1 Teridentifikasinya Bidang-bidang
Pokja yang
dibutuhkan
dibutuhkan
(disesuaikan dengan
bidang/obyek yang dikerjasamakan)

M24 Wadah/organisasi KAD 4M1.2 Melakukan kajian terhadap Job


Description (Analisa 4D1.2 Tersedianya Job description tiap bidang
Pokja
jabatan) tiap bidang Pokja,
meliputi:
• Pola tugas
• Hak dan kewajiban
• Wewenang
• Tanggung Jawab
• SDM yang dibutuhkan

M24 – M26 Wadah/organisasi KAD 3M5.1 Menyusun draft Renstra


wilayah KAD 3D5.1 Draft Renstra wilayah KAD

M24 – M26 Wadah/organisasi KAD 3M5.2 Menyusun draft Milestone


wilayah KAD 3D5.2 Draft Milestone wilayah KAD
M24 – M26 Wadah/organisasi KAD 3M5.3 Menyusun draft Action Plan
KAD 3D5.3 Draft Action Plan KAD

M25 Wadah/organisasi KAD 4M1.3 Pembentukan beberapa Pokja


dengan bidang tertentu 4D1.3 Terbentuknya beberapa Pokja bidang
tertentu

M25 - dst Pemprov 5M5.6 Melaksanakan kegiatan


capacity building bagi daerah 5D5.6 Pelaksanaan kegiatan capacity
building di tingkat
kabupaten/kota yang
membutuhkan. kabupaten/kota dilakukan oleh
fasilitator KAD

propinsi
→Kegiatan ini dapat berbentuk
penyuluhan, bimbingan
teknis atau pendidikan dan
pelatihan (diklat) terkait
dengan operasional KAD
seperti meningkatkan
kemampuan aparat pelaksana
KAD, tata cara/teknik
bernegosiasi, dll

69 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN
KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Institusi Sub Kegiatan


Output
Waktu
Penanggung
Pelaksanaan Kode Kegiatan
Kode Output
Jawab
M27 - M29 Wadah/organisasi KAD 3M6.1 Pembahasan alternatif sumber-
sumber pembiayaan dan 3D6.1 Teridentifikasinya beberapa alternatif sumber
mekanisme penganggaran (baik
untuk operasional pembiayaan & mekanisme penganggaran untuk
maupun implementasi kegiatan/
program KAD) kegiatan operasional KAD serta implementasi

kegiatan/program KAD
→Pembahasan sumber pembiayaan &
mekanisme
penganggaran mengacu pada
peraturan perundangan/
regulasi terkait serta
kemampuan/kapasitas daerah
→Pembahasan mekanisme pembiayaan
untuk
implementasi kegiatan/ program
KAD mengacu pada
dokumen prencanaan yang telah
disepakati
M30 Wadah/organisasi KAD 3M6.2 Penentuan sumber pembiayaan
serta mekanisme 3D6.2 Kesepakatan/komitmen para anggota KAD
tentang
penganggarannya
sumber pembiayaan dan penganggarannya

M36 Pemkab/Pemkot/DPRD 3M7.2 Menetapkan Perda KAD


3D7.2 Ditetapkannya Perda tentang KAD

M31 Wadah/organisasi 4M3.1 Pembahasan kegiatan KAD yang


membutuhkan 4D3.1 Daftar kegiatan+ jenis/ besarnya bantuan
(teknis
KAD; Pemkot/Pemkab bantuan/kerjasama (teknis maupun
dana) dari luar maupun dana) + identitas sumber dana

(misalnya pihak swasta yang bergerak di bidang tertentu,

kementrian terkait di tingkat pusat, perguruan tinggi, donor,

dll)
M32 Wadah/organisasi 4M3.2 Mengadakan pertemuan dengan
sumber pendanaan 4D3.2 Kesepakatan bentuk kerjasama/ bantuan yang
akan
KAD; untuk menjajaki kemungkinan
kerjasama/ mendapat diberikan
Pemkot/Pemkab bantuan

70 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

BAB 4 RENCANA AKSI


KEGIATAN JANGKA PENDEK

Seperti yang sudah disebutkan di bagian awal dari Rencana Aksi ini, bahwa
selain rangkaian kegiatan –
kegiatan yang sudah disajikan dalam Matrik 1 sampai Matrik 5, Rencana Aksi
ini juga mengambil 5
kegiatan dari Tahap 1 (1 Kegiatan); Tahap 3 (1 Kegiatan) dan Tahap 5 (3
Kegiatan) yang dinilai sebagai
kegiatan – kegiatan yang bisa dilaksanakan dalam jangka pendek atau mulai
tahun anggaran 2012 oleh
Ditjen PUM sebagai bagian dari usaha untuk mengembangkan dan menguatkan
kerjasama antar daerah
di Indonesia, terutama untuk meningkatkan pelayanan publik.

Lima kegiatan tersebut adalah:

1. Kegiatan sosialisasi pemahaman kerjasama antar daerah,


2. Kegiatan KAD Best Practice Transfer,

3. Kegiatan membentuk Sekretariat Bersama KAD,

4. Menyelenggarakan kegiatan fasilitasi peningkatan kapasitas aparatur


pemerintahan dalam
kerangka KAD, dan

5. Mendorong terbentuknya asosiasi KAD di tingkat pusat.

Lima kegiatan yang menjadi Rencana Aksi Jangka Pendek tersebut masing –
masingnya akan dijelaskan
secara terperinci yang mencakup hal – hal sebagai berikut:

a. Latar belakang

b. Tujuan dan sasaran

c. Bentuk kegiatan

d. Hasil yang diharapkan, dan

e. Peserta kegiatan

Diharapkan dengan menyajikan Rencana Aksi Kegiatan Jangka Pendek seperti


tersebut di atas akan
memudahkan Ditjen PUM, terutama Subdit KAD di dalam menyusun Rencana Kegiatan
dan Anggaran
untuk tahun anggaran 2012.

71 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

RENCANA AKSI KEGIATAN JANGKA PENDEK


KEGIATAN 1: Kegiatan Sosialisasi Pemahaman Kerjasama Antar Daerah

A. LATAR BELAKANG
Undang – Undang No. 22. Tahun 1999 yang kemudian disempurnakan menjadi UU.
No. 32 tahun 2004
memberikan kesempatan kepada daerah untuk melakukan kerjasama antar daerah
sebagai suatu aliansi
pembangunan wilayah. Lahirnya PP. No. 50 Tahun 2007 dan terakhir melalui
Permendagri No. 22 dan 23
Tahun 2009 turut menyempurnakan mekanisme pelaksanaan kerjasama antar daerah
tersebut.
Terbitnya Permendagri No. 37 Tahun 2010 yang salah satu isinya mengatur
dengan jelas mekanisme
pemberian hibah sebagai salah satu sumber pendanaan operasional Kerjasama
Antar Daerah (KAD)
tentu saja sangat memberikan angin segar untuk KAD yang telah berdiri maupun
daerah – daerah
lainnya yang berinisiatif untuk melakukan KAD. Kerjasama antar daerah ini
sendiri mempunyai tujuan
untuk meningkatkan pelayanan publik, mengembangkan dan mempercepat
pembangunan wilayah yang
meliputi bidang ekonomi, sosial budaya, fisik, prasarana serta bidang lainnya
sesuai kesepakatan
bersama.

Sejauh ini telah dirasakan adanya kendala – kendala terutama di dalam teknis
pelaksanaan KAD seperti:
kurangnya pemahaman pihak daerah akan manfaat dari kerjasama antar daerah,
kurangnya koordinasi
dan komunikasi dengan/antar Kepala Daerah dari masing – masing pemerintah
daerah; terbatasnya
SDM pelaksana KAD dan tidak sesuai dengan tuntutan KAD; serta mekanisme
pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan yang digunakan untuk KAD ini.

Kementerian Dalam Negeri melalui Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum,


Direktorat Dekosentrasi
dan Kerjasama, Subdit Kerjasama Daerah, telah bekerjasama dengan Bank Dunia
melalui program
Desentralization Support Facility (DSF) untuk menyusun suatu Rencana Aksi
Pengembangan dan
Penguatan Kerjasama Antar Daerah. Salah satu bagian yang tidak terpisahkan
dari rencana aksi tersebut
adalah usulan untuk melaksanakan 5 Kegiatan Jangka Pendek Prioritas bagi
Subdit Kerjasama Daerah
mulai Tahun Anggaran 2012 yang dibiayai oleh APBN. Salah satu kegiatan
prioritas jangka pendek
tersebut adalah “Kegiatan Sosialisasi Pemahaman Kerjasama Antar Daerah�?.

Mengingat pentingnya peran dan fungsi KAD di dalam meningkatkan pelayanan


publik dan
meningkatkan perekonomian wilayah, maka Subdit Kerjasama Daerah, Direktorat
Dekonsentrasi dan
Kerjasama, Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum, Kementerian Dalam Negeri
akan terus berupaya
mendorong melalui berbagai kegiatan yang bertujuan mengembangkan dan
memperkuat kemampuan
kapasitas SDM pelaku KAD serta organisasinya baik di tingkat nasional,
provinsi dan daerah, sehingga
mampu menciptakan kemandirian dan keswadayaan daerah dalam mengelola,
mengembangkan dan
meningkatkan seluruh potensi daerah guna meningkatkan pelayanan publik dan
menunjang
kesejahteraan masyarakat.

72 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

B. TUJUAN DAN SASARAN


Kegiatan Sosialisasi Pemahaman Kerjasama Antar Daerah ini bertujuan untuk:
- Memberikan pemahaman dasar mengenai KAD berdasarkan teori dan contoh –
contoh keberhasilan
KAD; manfaat dan keuntungan melaksanakan KAD; tata cara dan prosedur KAD;
regulasi yang
mendasari KAD serta tata cara menentukan obyek kerjasama kepada para
pelaku KAD terutama
para pengambil keputusan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota serta
TKKSD yang sudah
terbentuk.
- Melakukan identifikasi aktor-aktor pendukung KAD di daerah serta menyamakan
pemahaman dan
tujuan serta manfaat KAD di antara daerah yang akan bekerja sama.

C. BENTUK KEGIATAN
Bentuk kegiatan Sosialisasi Pemahaman Kerjasama Antar Daerah yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
1. Melakukan Lokakarya Pemahaman KAD yang dihadiri oleh aktor kunci KAD
seperti pengambil
keputusan dan tokoh – tokoh KAD lainnya. Kegiatan ini akan mengutamakan
partisipasi peserta
Lokakarya untuk meningkatkan pemahaman KAD seperti dengan mengadakan
simulasi
pembentukan KAD dan simulasi pelaksanaan KAD.
2. Penggunaan berbagai media elektronik dan cetak untuk menyebarluaskan
informasi mengenai
manfaat serta pentingnya melakukan KAD untuk meningkatkan pelayanan publik
dan perekonomian
wilayah, melalui Iklan Layanan Masyarakat di Televisi, Radio dan Surat
Kabar nasional.

D. HASIL YANG DIHARAPKAN


Hasil yang diharapkan melalui kegiatan Sosialisasi Pemahaman Kerjasama Antar
Daerah ini adalah:
1. Meningkatnya pemahaman pelaku dan calon pelaku KAD secara luas terutama
para pengambil
keputusan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, sehingga pada akhirnya
diharapkan dapat
meningkatkan terjalinnya kerjasama antar daerah.
2. Meluasnya penyebaran informasi di masyarakat luas mengenai pentingnya
melakukan KAD untuk
meningkatkan pelayanan publik dan perekonomian wilayah.

E. PESERTA
Sasaran peserta dalam kegiatan Sosialisasi ini adalah:
1. Para pengambil keputusan di tingkat propinsi/kabupaten/kota: Kepala
Daerah, Sekda, Bappeda
2. DPRD di tingkat propinsi/kabupaten/kota
3. TKKSD yang sudah terbentuk
4. SKPD terkait
5. Tokoh kunci wilayah pendukung KAD

73 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
RENCANA AKSI KEGIATAN JANGKA PENDEK
KEGIATAN 2: Kegiatan KAD Best Practice Transfer

A. LATAR BELAKANG
Undang – Undang No. 22. Tahun 1999 yang kemudian disempurnakan menjadi UU.
No. 32 tahun 2004
memberikan kesempatan kepada daerah untuk melakukan kerjasama antar daerah
sebagai suatu aliansi
pembangunan wilayah. Lahirnya PP. No. 50 Tahun 2007 dan terakhir melalui
Permendagri No. 22 dan 23
Tahun 2009 turut menyempurnakan mekanisme pelaksanaan kerjasama antar daerah
tersebut.
Terbitnya Permendagri No. 37 Tahun 2010 yang salah satu isinya mengatur
dengan jelas mekanisme
pemberian hibah sebagai salah satu sumber pendanaan operasional Kerjasama
Antar Daerah (KAD)
tentu saja sangat memberikan angin segar untuk KAD yang telah berdiri maupun
daerah – daerah
lainnya yang berinisiatif untuk melakukan KAD. Kerjasama antar daerah ini
sendiri mempunyai tujuan
untuk meningkatkan pelayanan publik, mengembangkan dan mempercepat
pembangunan wilayah yang
meliputi bidang ekonomi, sosial budaya, fisik, prasarana serta bidang lainnya
sesuai kesepakatan
bersama

Sejauh ini telah dirasakan adanya kendala – kendala terutama di dalam teknis
pelaksanaan KAD seperti:
kurangnya pemahaman pihak daerah akan manfaat dari kerjasama antar daerah,
kurangnya koordinasi
dan komunikasi dengan/antar Kepala Daerah dari masing – masing pemerintah
daerah; terbatasnya
SDM pelaksana KAD dan tidak sesuai dengan tuntutan KAD; serta mekanisme
pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan yang digunakan untuk KAD ini.
Kementerian Dalam Negeri melalui Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum,
Direktorat Dekosentrasi
dan Kerjasama, Subdit Kerjasama Daerah, telah bekerjasama dengan Bank Dunia
melalui program
Desentralization Support Facility (DSF) untuk menyusun suatu Rencana Aksi
Pengembangan dan
Penguatan Kerjasama Antar Daerah. Salah satu bagian yang tidak terpisahkan
dari rencana aksi tersebut
adalah usulan untuk melaksanakan 5 Kegiatan Jangka Pendek Prioritas bagi
Subdit Kerjasama Daerah
mulai Tahun Anggaran 2012 yang dibiayai oleh APBN. Salah satu kegiatan
prioritas jangka pendek
tersebut adalah “Kegiatan KAD Best Practice Transfer�?, yang berarti kegiatan
yang bersifat
mempelajari, melihat dan mengamati pelaksanaan KAD baik yang berhasil maupun
belajar dari
kegagalan KAD yang ada.

Mengingat pentingnya peran dan fungsi KAD di dalam meningkatkan pelayanan


publik dan
meningkatkan perekonomian wilayah, maka Subdit Kerjasama Daerah, Direktorat
Dekonsentrasi dan
Kerjasama, Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum, Kementerian Dalam Negeri
akan terus berupaya
mendorong melalui berbagai kegiatan yang bertujuan mengembangkan dan
memperkuat kemampuan
kapasitas SDM pelaku KAD serta organisasinya baik di tingkat nasional,
provinsi dan daerah, sehingga
mampu menciptakan kemandirian dan keswadayaan daerah dalam mengelola,
mengembangkan dan
meningkatkan seluruh potensi daerah guna meningkatkan pelayanan publik dan
menunjang
kesejahteraan masyarakat.

74 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

B. TUJUAN DAN SASARAN


Kegiatan KAD Best Practice Transfer ini bertujuan untuk:
3. Memberikan gambaran nyata mengenai proses – proses inisiasi KAD,
pembentukan dan
implementasi KAD, sehingga faktor – faktor kritis yang menentukan suatu
keberhasilan ataupun
kegagalan KAD bisa diketahui sejak awal oleh semua pelaku ataupun calon
pelaku KAD di tingkat
pusat, provinsi maupun kabupaten/kota.
4. Proses transfer best practice ini bisa menjadi pembelajaran bagi semua
pelaku ataupun calon pelaku
di semua tingkatan tersebut, dan jika dimungkinkan dapat
diimplementasikan saat melaksanakan
KAD.

C. BENTUK KEGIATAN
Bentuk kegiatan KAD Best Practice Transfer yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
3. Dengan inisiasi dari Ditjen PUM, para pelaku KAD melakukan kunjungan ke
beberapa KAD di
Indonesia yang bisa dijadikan pembelajaran seperti Sekber Kartamantul,
BKAD
Subosukowonosraten, RM Barlingmascakeb dll.
4. Kegiatan ini juga bisa diselenggarakan dengan metode lokakarya 3 hari
(misalnya di Solo atau
Jogjakarta) yang diselingi kegiatan peninjauan langsung ke lokasi – lokasi
yang menjadi objek
kerjasama KAD di daerah lokasi pelaksanaan lokakarya. Kegiatan ini akan
mengundang KAD – KAD
yang bisa dijadikan narasumber seperti Sekber Kartamantul, BKAD
Subosukowonosraten dll, serta
mengundang KAD lainnya, ataupun juga mengundang bakal calon KAD yang sudah
diidentifikasi oleh
Ditjen PUM. Kegiatan Lokakarya ini di kondisikan sedemikian rupa sehingga
faktor transfer ilmu dan
pengalaman menjadi target utama.
D. HASIL YANG DIHARAPKAN
Hasil yang diharapkan melalui kegiatan KAD Best Practice Transfer ini adalah:
1. Terjadinya pertukaran pengalaman di antara peserta kegiatan, sehingga
bisa dijadikan acuan
KAD lainnya di dalam membentuk dan menjalankan KAD.
2. Melalui kegiatan ini diharapkan semakin banyak Kabupaten/Kota yang
berminat untuk
membentuk Kerjasama Antar Daerah.
3. Masyarakat luas semakin sadar akan pentingnya bekerja sama dengan
daerah lain untuk
mencapai tujuan bersama.
4. Meningkatnya peran serta masyarakat luas dalam kerangka KAD.

E. PESERTA
Peserta yang diharapkan hadir di dalam kegiatan KAD Best Practice Transfer
ini adalah:
1. Ditjen PUM (Subdit KAD).
2. Beberapa KAD yang bisa dijadikan contoh pembelajaran yang meliputi proses
KAD sejak awal seperti
inisiasi, pembentukan dan implementasi.
3. SKPD/Dinas terkait objek KAD yang dijadikan contoh pembelajaran.

75 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011

4. Para pengambil keputusan di tingkat propinsi/kabupaten/kota


5. DPRD di tingkat propinsi/kabupaten/kota
6. TKKSD yang sudah terbentuk
7. Pengusaha lokal, perguruan tinggi, NGO dan masyarakat luas.

76 |
P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

RENCANA AKSI KEGIATAN JANGKA PENDEK


KEGIATAN 3: Membentuk Sekretariat Bersama KAD

A. LATAR BELAKANG
Undang – Undang No. 22. Tahun 1999 yang kemudian disempurnakan menjadi UU.
No. 32 tahun 2004
memberikan kesempatan kepada daerah untuk melakukan kerjasama antar daerah
sebagai suatu aliansi
pembangunan wilayah. Lahirnya PP. No. 50 Tahun 2007 dan terakhir melalui
Permendagri No. 22 dan 23
Tahun 2009 turut menyempurnakan mekanisme pelaksanaan kerjasama antar daerah
tersebut.
Terbitnya Permendagri No. 37 Tahun 2010 yang salah satu isinya mengatur
dengan jelas mekanisme
pemberian hibah sebagai salah satu sumber pendanaan operasional Kerjasama
Antar Daerah (KAD)
tentu saja sangat memberikan angin segar untuk KAD yang telah berdiri maupun
daerah – daerah
lainnya yang berinisiatif untuk melakukan KAD. Kerjasama antar daerah ini
sendiri mempunyai tujuan
untuk meningkatkan pelayanan publik, mengembangkan dan mempercepat
pembangunan wilayah yang
meliputi bidang ekonomi, sosial budaya, fisik, prasarana serta bidang lainnya
sesuai kesepakatan
bersama.

Sejauh ini telah dirasakan adanya kendala – kendala terutama di dalam teknis
pelaksanaan KAD seperti:
kurangnya pemahaman pihak daerah akan manfaat dari kerjasama antar daerah,
kurangnya koordinasi
dan komunikasi dengan/antar Kepala Daerah dari masing – masing pemerintah
daerah, terbatasnya
SDM pelaksana KAD dan tidak sesuai dengan tuntutan KAD; serta mekanisme
pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan yang digunakan untuk KAD ini.
Kementerian Dalam Negeri melalui Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum,
Direktorat Dekosentrasi
dan Kerjasama, Subdit Kerjasama Daerah, telah bekerjasama dengan Bank Dunia
melalui program
Desentralization Support Facility (DSF) untuk menyusun suatu Rencana Aksi
Pengembangan dan
Penguatan Kerjasama Antar Daerah. Salah satu bagian yang tidak terpisahkan
dari rencana aksi tersebut
adalah usulan untuk melaksanakan 5 Kegiatan Jangka Pendek Prioritas bagi
Subdit Kerjasama Daerah
mulai Tahun Anggaran 2012 yang dibiayai oleh APBN. Salah satu kegiatan
prioritas jangka pendek
tersebut adalah “Membentuk Sekretariat Bersama KAD�?, seperti yang dijelaskan
di dalam Permendagri
No. 23/2009, di mana Sekretariat Bersama/Sekber yang dimaksud akan
berkedudukan di Ditjen PUM.
Mengingat pentingnya peran dan fungsi KAD di dalam meningkatkan pelayanan
publik dan
meningkatkan perekonomian wilayah, maka Subdit Kerjasama Daerah, Direktorat
Dekonsentrasi dan
Kerjasama, Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum, Kementerian Dalam Negeri
akan terus berupaya
mendorong melalui berbagai kegiatan yang bertujuan mengembangkan dan
memperkuat kemampuan
kapasitas SDM pelaku KAD serta organisasinya baik di tingkat nasional,
provinsi dan daerah, sehingga
mampu menciptakan kemandirian dan keswadayaan daerah dalam mengelola,
mengembangkan dan
meningkatkan seluruh potensi daerah guna meningkatkan pelayanan publik dan
menunjang
kesejahteraan masyarakat.
77 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

B. TUJUAN DAN SASARAN


Kegiatan membentuk Sekretariat Bersama KAD ini bertujuan untuk:
- Mewujudkan Sekretariat Bersama Kerjasama Antar Daerah di tingkat pusat
dalam hal ini di
Ditjen PUM yang sesuai dengan peraturan perundangan.
- Mewujudkan suatu organisasi/lembaga/badan yang bisa menjadi mediator
terhadap
pengembangan dan penguatan KAD secara nasional seperti fungsi
komunikasi, kerjasama dan
koordinasi antar Kementerian dan Lembaga di tingkat pusat yang sering
mengeluarkan
kebijakan yang tanpa disadari justru melemahkan posisi KAD.
- Mewujudkan suatu organisasi/lembaga/badan yang bisa mengambil inisiatif
dan proaktif untuk
mengembangkan dan menguatkan KAD secara nasional dan menjadi salah
satu alat untuk
mencapai tujuan pembangunan di daerah.
- Sekber yang dibentuk tersebut berfungsi sebagai “Pusat Pelayanan KAD�?
dengan
mengutamakan sisi pelayanan, memberikan dukungan bagi KAD yang
membutuhkan,
menjalankan kegiatan peningkatan kapasitas bagi pelaku KAD dll, tanpa
menghilangkan fungsi –
fungsi pembinaan dan pengawasan yang dijelaskan di dalam peraturan
perundangan. Fungsi
pembinaan dan pengawasan tersebut terutama berupa penyelenggaraan
kegiatan monitoring
dan evaluasi secara berkala

C. BENTUK KEGIATAN
Bentuk kegiatan untuk mewujudkan Sekber KAD yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
1. Menyusun Konsep Sekber KAD yang bisa dilakukan dengan melibatkan lembaga
donor ataupun
ahli – ahli serta pelaku KAD.
2. Menyelenggarakan Workshop “Sekber KAD�? dengan tujuan untuk memaparkan
Konsep Sekber
yang telah disusun dan mendapatkan masukan – masukan kritis dari pelaku
KAD yang ikut serta di
dalam kegiatan Workshop.
3. Menyiapkan draft Keputusan Menteri Dalam Negeri tentang Pembentukan
Sekber serta
mendorong pengesahannya
4. Menyelenggarakan kegiatan sosialisasi Sekber KAD agar pelaku KAD dan
Kementerian/Lembaga di
tingkat pusat mengetahui keberadaan dan fungsi Sekber KAD di Ditjen PUM.
78 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

D. HASIL YANG DIHARAPKAN


Hasil yang diharapkan melalui kegiatan Pembentukan Sekretariat Bersama KAD
ini adalah:
1. Terbentuknya Sekretariat Bersama Kerjasama Antar Daerah di tahun 2012 yang
bisa menjalankan
fungsi – fungsi seperti yang sudah dijelaskan di bagian B.
2. Melalui terbentuknya Sekber KAD ini, diharapkan Kementerian/Lembaga di
tingkat pusat serta
masyarakat luas pada umumnya menyadari akan keberadaan dan keuntungan
dari mekanisme
Kerjasama Antar Daerah.
3. Terjadinya komunikasi, kerjasama dan koordinasi di tingkat pusat di antara
Kementerian/Lembaga
yang selama ini menjadi salah satu kelemahan KAD di Indonesia
4. Meningkatnya peran serta masyarakat luas dalam kerangka KAD.

E. INSTITUSI PENDUKUNG
Beberapa institusi yang terkait dalam Pembentukan Sekretariat Bersama
(Sekber) ini adalah:
1. Institusi di tingkat pusat, meliputi Kementrian Dalam Negeri (Ditjen
Bangda dan Ditjen Keuangan
Daerah), Bappenas, KPDT, Kementrian Keuangan dan Kementrian Teknis lainnya
2. Pemerintah Provinsi

79 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

RENCANA AKSI KEGIATAN JANGKA PENDEK


KEGIATAN 4: Menyelenggarakan Kegiatan Fasilitasi Peningkatan Kapasitas
Aparatur Pemerintahan Dalam Kerangka KAD

A. LATAR BELAKANG
Undang – Undang No. 22. Tahun 1999 yang kemudian disempurnakan menjadi UU.
No. 32 tahun 2004
memberikan kesempatan kepada daerah untuk melakukan kerjasama antar daerah
sebagai suatu aliansi
pembangunan wilayah. Lahirnya PP. No. 50 Tahun 2007 dan terakhir melalui
Permendagri No. 22 dan 23
Tahun 2009 turut menyempurnakan mekanisme pelaksanaan kerjasama antar daerah
tersebut.
Terbitnya Permendagri No. 37 Tahun 2010 yang salah satu isinya mengatur
dengan jelas mekanisme
pemberian hibah sebagai salah satu sumber pendanaan operasional Kerjasama
Antar Daerah (KAD)
tentu saja sangat memberikan angin segar untuk KAD yang telah berdiri maupun
daerah – daerah
lainnya yang berinisiatif untuk melakukan KAD. Kerjasama antar daerah ini
sendiri mempunyai tujuan
untuk meningkatkan pelayanan publik, mengembangkan dan mempercepat
pembangunan wilayah yang
meliputi bidang ekonomi, sosial budaya, fisik, prasarana serta bidang lainnya
sesuai kesepakatan
bersama

Sejauh ini telah dirasakan adanya kendala – kendala terutama di dalam teknis
pelaksanaan KAD seperti:
kurangnya pemahaman pihak daerah akan manfaat dari kerjasama antar daerah,
kurangnya koordinasi
dan komunikasi dengan/antar Kepala Daerah dari masing – masing pemerintah
daerah; terbatasnya
SDM pelaksana KAD dan tidak sesuai dengan tuntutan KAD serta mekanisme
pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan yang digunakan untuk KAD ini.
Kementerian Dalam Negeri melalui Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum,
Direktorat Dekosentrasi
dan Kerjasama, Subdit Kerjasama Daerah, telah bekerjasama dengan Bank Dunia
melalui program
Desentralization Support Facility (DSF) untuk menyusun suatu Rencana Aksi
Pengembangan dan
Penguatan Kerjasama Antar Daerah. Salah satu bagian yang tidak terpisahkan
dari rencana aksi tersebut
adalah usulan untuk melaksanakan 5 Kegiatan Jangka Pendek Prioritas bagi
Subdit Kerjasama Daerah
mulai Tahun Anggaran 2012 yang dibiayai oleh APBN. Salah satu kegiatan
prioritas jangka pendek
tersebut adalah “Menyelenggarakan Kegiatan Fasilitasi Peningkatan Kapasitas
Aparatur Pemerintahan
Dalam Kerangka KAD�?.

Mengingat pentingnya peran dan fungsi KAD di dalam meningkatkan pelayanan


publik dan
meningkatkan perekonomian wilayah, maka Subdit Kerjasama Daerah, Direktorat
Dekonsentrasi dan
Kerjasama, Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum, Kementerian Dalam Negeri
akan terus berupaya
mendorong melalui berbagai kegiatan yang bertujuan mengembangkan dan
memperkuat kemampuan
kapasitas SDM pelaku KAD serta organisasinya baik di tingkat nasional,
provinsi dan daerah, sehingga
mampu menciptakan kemandirian dan keswadayaan daerah dalam mengelola,
mengembangkan dan
meningkatkan seluruh potensi daerah guna meningkatkan pelayanan publik dan
menunjang
kesejahteraan masyarakat.

80 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

B. TUJUAN DAN SASARAN


Kegiatan Menyelenggarakan Kegiatan Fasilitasi Peningkatan Kapasitas Aparatur
Pemerintahan Dalam
Kerangka KAD ini bertujuan untuk:
- Meningkatkan pemahaman pelaku KAD terhadap prinsip dan teori dasar KAD.
- Menyediakan fasilitator KAD baik di tingkat pusat maupun provinsi yang
dapat menjadi
narasumber bagi daerah – daerah yang membutuhkannya dalam kerangka
KAD, serta
memfasilitasi pihak daerah provinsi/kabupaten/kota untuk melakukan KAD
mulai dari proses
inisiasi sampai ke proses monitoring dan evaluasi.

C. BENTUK KEGIATAN
Bentuk kegiatan untuk mewujudkan Sekber KAD yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
• Memfasilitasi kegiatan peningkatan kapasitas aparatur pemerintahan agar
bisa menjadi nara sumber
KAD bagi daerah – daerah yang akan membentuk KAD.

D. HASIL YANG DIHARAPKAN


Hasil yang diharapkan melalui kegiatan Fasilitasi Peningkatan Kapasitas ini
adalah:
1. Terjadinya peningkatan pemahaman KAD di antara para pelaku KAD baik di
tingkat pusat
maupun provinsi dan daerah, sehingga KAD yang ada bisa menjadi lebih
berfungsi sesuai teori
dan prinsip KAD.
2. Untuk daerah – daerah yang akan membentuk KAD diharapkan melalui
kegiatan ini tersedia
fasilitator yang telah memahami KAD secara benar, sehingga daerah –
daerah tersebut dengan
arahan dan bimbingan fasilitator bisa membentuk KAD sesuai dengan
kebutuhan daerah masing
– masing.
3. Terjadi peningkatan kuantitas dan kualitas dari KAD di Indonesia yang
berfungsi sebagai salah
satu alat untuk mencapai peningkatan pelayanan publik dan pembangunan
perekonomian
wilayah

E. PESERTA
Peserta kegiatan peningkatan kapasitas peningkatan aparatur dalam kerangka
KAD ini adalah:
1. Ditjen PUM (Subdit KAD).
2. SKPD/Dinas terkait tingkat Provinsi
3. TKKSD tingkat Provinsi yang sudah terbentuk
4. Perguruan tinggi, NGO dan masyarakat luas di tingkat pusat dan provinsi.

81 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

RENCANA AKSI KEGIATAN JANGKA PENDEK


KEGIATAN 5: Mendorong Terbentuknya Asosiasi KAD di Tingkat Pusat

A. LATAR BELAKANG
Undang – Undang No. 22. Tahun 1999 yang kemudian disempurnakan menjadi UU.
No. 32 tahun 2004
memberikan kesempatan kepada daerah untuk melakukan kerjasama antar daerah
sebagai suatu aliansi
pembangunan wilayah. Lahirnya PP. No. 50 Tahun 2007 dan terakhir melalui
Permendagri No. 22 dan 23
Tahun 2009 turut menyempurnakan mekanisme pelaksanaan kerjasama antar daerah
tersebut.
Terbitnya Permendagri No. 37 Tahun 2010 yang salah satu isinya mengatur
dengan jelas mekanisme
pemberian hibah sebagai salah satu sumber pendanaan operasional Kerjasama
Antar Daerah (KAD)
tentu saja sangat memberikan angin segar untuk KAD yang telah berdiri maupun
daerah – daerah
lainnya yang berinisiatif untuk melakukan KAD. Kerjasama antar daerah ini
sendiri mempunyai tujuan
untuk meningkatkan pelayanan publik, mengembangkan dan mempercepat
pembangunan wilayah yang
meliputi bidang ekonomi, sosial budaya, fisik, prasarana serta bidang lainnya
sesuai kesepakatan
bersama

Sejauh ini telah dirasakan adanya kendala – kendala terutama di dalam teknis
pelaksanaan KAD seperti:
kurangnya pemahaman pihak daerah akan manfaat dari kerjasama antar daerah,
kurangnya koordinasi
dan komunikasi dengan/antar Kepala Daerah dari masing – masing pemerintah
daerah; terbatasnya
SDM pelaksana KAD dan tidak sesuai dengan tuntutan KAD; serta mekanisme
pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan yang digunakan untuk KAD ini.

Kementerian Dalam Negeri melalui Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum,


Direktorat Dekosentrasi
dan Kerjasama, Subdit Kerjasama Daerah, telah bekerjasama dengan Bank Dunia
melalui program
Desentralization Support Facility (DSF) untuk menyusun suatu Rencana Aksi
Pengembangan dan
Penguatan Kerjasama Antar Daerah. Salah satu bagian yang tidak terpisahkan
dari rencana aksi tersebut
adalah usulan untuk melaksanakan 5 Kegiatan Jangka Pendek Prioritas bagi
Subdit Kerjasama Daerah
mulai Tahun Anggaran 2012 yang dibiayai oleh APBN. Salah satu kegiatan
prioritas jangka pendek
tersebut adalah “Mendorong Terbentuknya Asosiasi KAD di Tingkat Pusat�?.

Mengingat pentingnya peran dan fungsi KAD di dalam meningkatkan pelayanan


publik dan
meningkatkan perekonomian wilayah, maka Subdit Kerjasama Daerah, Direktorat
Dekonsentrasi dan
Kerjasama, Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum, Kementerian Dalam Negeri
akan terus berupaya
mendorong melalui berbagai kegiatan yang bertujuan mengembangkan dan
memperkuat kemampuan
kapasitas SDM pelaku KAD serta organisasinya baik di tingkat nasional,
provinsi dan daerah, sehingga
mampu menciptakan kemandirian dan keswadayaan daerah dalam mengelola,
mengembangkan dan
meningkatkan seluruh potensi daerah guna meningkatkan pelayanan publik dan
menunjang
kesejahteraan masyarakat.

82 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

B. TUJUAN DAN SASARAN


Kegiatan ini bertujuan untuk mendorong serta menginisiasi terbentuknya
Asosiasi KAD di tingkat pusat
sebagai media komunikasi, kerjasama dan koordinasi antara sesama wadah KAD
yang sudah terbentuk,
dengan cara mempertemukan KAD – KAD di Indonesia dan membahas mengenai
pentingnya perwakilan
informal KAD di tingkat pusat.

C. BENTUK KEGIATAN
Bentuk kegiatan untuk mendorong terwujudnya Asosiasi KAD yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
3. Ditjen PUM memfasilitasi kegiatan yang bertujuan untuk menyusun konsep
Asosiasi KAD.
4. Ditjen PUM mendorong terbentuknya Asosiasi KAD dengan memfasilitasi
pertemuan –
pertemuan antara KAD yang ada di Indonesia.

D. HASIL YANG DIHARAPKAN


Hasil yang diharapkan melalui kegiatan ini adalah:
1. Terwujudnya Asosiasi KAD di tingkat pusat yang merupakan perwakilan KAD –
KAD yang ada di
Indonesia terutama dalam komunikasi, kerjasama dan koordinasi dengan
Sekretariat Bersama KAD
di Ditjen PUM.
2. Terwujudnya media komunikasi informal bagi KAD – KAD yang ada di
Indonesia.
3. Terjadinya komunikasi 2 arah antara KAD yang diwakili Asosiasi KAD dengan
Pemerintah yang
diwakili oleh Sekretariat Bersama KAD, sehingga Asosiasi KAD tersebut
menjadi partner Pemerintah
Pusat di dalam mengembangkan dan menguatkan KAD di Indonesia.

E. PESERTA
Peserta kegiatan peningkatan Mendorong Terbentuknya Asosiasi KAD di Tingkat
Pusat ini adalah:
1. Wadah KAD yang sudah terbentuk
2. Pemerintah Provinsi

83 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

REFERENSI

Albrow, Martin, 2005, Birokrasi, Tiara Wacana, Jakarta

Anwar, Makhdonal, Tenaga Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010, “Laporan Februari 2010,
Evaluasi RM KPDT dan
Input Untuk Rencana Aksi 2010�?.

Anwar, Makhdonal, 2010, Konsep Manajeman Wilayah Solo Raya: Restrukturisasi


BKAD
Subosukawonosraten, GTZ

Abdurahman, B., 2011, Bahan Presentasi Dukungan Bappenas terhadap 10 Forum


Regional
Management: Kegiatan Peningkatan Kapasitas Perencanaan KSAD, DSF

Abdurahman, B., 2011, Laporan Awal Dukungan Bappenas terhadap 10 Forum


Regional Management:
Kegiatan Peningkatan Kapasitas Perencanaan KSAD, DSF

Abdurahman, B., 2009, Pemahaman Dasar Regional Management & Regional


Marketing, Lembaga
Pengembangan dan Pemberdayaan Kerja Sama Antar Daerah, Semarang

Barlingmascakeb, 2010, Prosiding Semiloka Pengelolaan Keuangan Daerah Dalam


Kerjasama Antar
Daerah, Purwokerto

Buletin Kartamantul Edisi 6 Tahun I/2006, Yogyakarta

Buletin Kartamantul Edisi 7 Tahun I/2007, Yogyakarta

Daftar Inventarisasi Kerja Sama Antar Daerah Kabupaten/Kota

Daryanto, 2009, Tinjauan Yuridis Permasalahan Pengelolaan Keuangan Daerah


dalam KerjaSama Antar
Daerah (KAD) di Prpinsi Jawa Tengah dan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,
GTZ

Decentralization as Contribution to Good Governance (DECGG), 2010, Prosiding


Lokakarya dan Pelatihan
Pengenalan Dasar-Dasar Kerjasama Antar Daerah (KAD) dan Perumusan Dokumen
Legal dan
Administratif bagi KAD, Semarang
Departemen Dalam Negeri Ditjen Pemerintahan Umum, 2009, Himpunan Pedoman
Penyelenggaraan
Kerja Sama Daerah

Fahmi, F.Z, 2010, Pelajaran dari Efektivitas Kerja Sama Antar Pemerintah
Daerah di Kartamantul:
Ringkasan Tugas Akhir di Planologi ITB, Bandung

Firman, Tommy, 2009, Multi local-government under Indonesia’s


decentralization reform: The Case of
Kartamantul (Greater Yogyakarta), Habitat International

GTZ, 2006, Bersama Mengelola Perkotaan: Kerja Sama Antar Daerah Kartamantul,
Yogyakarta

84 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

GTZ, 2009, Good Local Governance (GLG) 2006-2009: Compilation of Publications

GTZ, 2010, Prosiding Lokakarya Pengelolaan Keuangan dan Aset dalam Kerja Sama
Antar Daerah,
Jakarta

GTZ, 2008, Model Kerja Sama Penataaan Ruang Kawasan Perbatasan, Kasus:
Kawasan Mirota Jl.
Godean, Yogyakarta

Gurendo, A., 2009, Fasilitasi Pelembagaan Kerja Sama Pelayanan Publik


(Kesehatan, Pendidikan, dan
Tata Ruang dan Lingkungan) Antar-Daerah Kabupaten/Kota di Wilayah Kedu Plus,
GTZ

Haryanto, R., 2010,Notulensi dan Summary Pengelolaan Keuangan Daerah dalam


KerjaSama Antar
Daerah¸Purwokerto

Henry, N. 1995. Public Administration and Public Affairs. Sixth Edition.


Englewood Cliffs, N.J.

Heintel, M., 2005, Regionalmanagement in Österreich. Professionalisierung und


Lernorientierung.

Keban, Y.T., 2009, Kerja Sama Antar Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi: Isu
Strategis, Bentuk dan
Prinsip, Yogyakarta

Kementrian Dalam Negeri, Ditjen PUM, 2010, Keputusan Menteri Dalam Negeri No
050-222 Tahun 2010
tentang Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum Tahun 2010-
2014
Kementrian Dalam Negeri, Ditjen PUM Direktorat Dekonsentrasi dan Kerjasama,
2010, Laporan
Pelaksanaan Kegiatan Rapat Evaluasi Pelaksanaan Kerjasama Antar Daerah

Kementrian Dalam Negeri, Ditjen PUM Direktorat Dekonsentrasi dan Kerjasama,


2010, Prosiding Rapat
Finalisasi Norma, Standar, Pedoman dan Manual sebagai Tindak Lanjut PP No 50
Tahun 2007

Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, 2007. Regional Management, Panduan


Pembentukan
dan Pengelolaan.

Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan


Barang/Jasa
Pemerintah, sebagaimana telah dirubah terakhir dengan Peraturan Presiden No.
95 Tahun 2007 tentang
Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman
Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Lekad, 2007, Laporan Akhir Dampak Kerja Sama Antar-Daerah terhadap


Pembangunan Provinsi serta
Peranan Pemerintah Provinsi dalam Mendukung Kerja Sama Antar Kabupaten/Kota
di Jawa Tengah, GTZ

Lekad, 2007, Laporan Akhir Kajian Kebutuhan Pengembangan Kapasitas bagi


Pelaksanaan Kerjasama
Antar Daerah untuk Meningkatkan Penyelenggaraan Pelayanan Umum di Jawa
Tengah, GTZ

Magister Pembangunan Wiilayah & Kota Universitas Diponegoro, Regional


Management & Marketing

85 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

McGuire, Michael, 2006, "Intergovernmental Management : A View From The


Bottom", Public
Administration Review

Maier, J., Obermaier, F.: Regionalmanagement in der Praxis. Hrsg.:


Bayerisches Staatsministerium für
Landesentwicklung und Umweltfragen, München 2000.

OeSB Consulting, 2004, Systematische Evaluierung des Regionalmanagements in


Oesterreich.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 69 Tahun 2007 tentang Kerja Sama
Pembangunan Perkotaan

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah,
sebagaimana telah diubah dengan Permendagri No. 59 Tahun 2007

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 37 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan
Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2011

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik
Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 22 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Tata
Cara Kerjasama
Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 23 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pembinaan
dan Pengawasan
Kerjasama Antar Daerah.

Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Badan Layanan Umum

Peraturan Pemerintah 57/2005 tentang Hibah kepada daerah

Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah
(LAKKIP)

Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan


Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan


antara Pemerintah,

Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik


Negara/Daerah

Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah


Pemerintah Daerah
Provinsi, dan

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka


Menengah Tahun 2004-
2009

86 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan


(SAP)
Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Penyelenggaraan
Kerjasama Daerah

Pratikno (Ed.), 2007, Kerjasama Antar Daerah : Kompleksitas dan Tawaran


Format Kelembagaan, Jogja
Global Media, Yogyakarta.

Prinsip-prinsip Good Governance, http://www.governance-


indonesia.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=74

Regionalpolitik 1970 – 2007 und deren Finanzinstrumente,


http://www.regiosuisse.ch/regionalpolitik/rp-verg-instrumente,

Sanctyeka, T. dkk, 2009, Membangun Daerah Melalui Kerja Sama Pelayanan Publik
dan Pengembangan
Ekonomi Wilayah: Pembelajaran dari Kerja Sama Antar Daerah (KSAD) di Jawa
Tengah dan DIY, GTZ

Sanctyeka, T., 2009, Siasat Meretas Dilema Kerja Sama antar Daerah dalam
Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat

Sekretariat Bersama Kartamantul, 2008, Laporan Kegiatan Tahun 2007,


Yogyakarta

Schäffer, Verena: Regionalmanagement in Sachsen-Anhalt. Theoretische


Grundlagen und praktische
Ausgestaltung im Vergleich dreier Regionen. Diplomarbeit im Fachbereich
Geographie an der Freien
Universität Berlin 2003.

Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 120/1730/SJ Tanggal 13 Juli 2005

Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 900/2677/SJ Tanggal 8 November 2007

Suwandi, Made, 2010, Menata Pembagian Urusan Pemerintah Antar Tingkat


Pemerintahan dalam
Koridor UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Jakarta

Tarigan, A., 2009, Kerja Sama Antar Daerah (KAD) untuk Peningkatan
Penyelenggaraan Pelayanan
Publik, Bappenas, Jakarta

Troeger-Weiss, Gabi: Regionalmanagement. Ein neues Instrument der Landes- und


Regionalplanung.
Augsburg 1998.

Tim Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010. “Buku Saku Regional Management�?.

Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan


Tanggungjawab Keuangan
Negara
87 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana


telah diubah untuk
kedua kalinya dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas UU No.
32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Daerah

Undang-Undang No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional

Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang


2005-2025

Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan


Nasional

Waugh Jr, W.L. and G.Streib. 2006. “Collaboration and Leadership for
Effective Emergency
Management�?.

Yunus, U.M, 2005, Kerja Sama Antar Daerah di Era Otonomi: Belajar dari
Keunikan Pawonsari, Jurnal
Kebijakan Ekonomi

Zeman, A., 2005, Regionalmanagement- Bestandsaufnahme und Potentialanalyse


einer Institution am
Beispiel Salzburgs.

Zuhri, M., 2004, Penelitian Kerja Sama antar Daerah Kabupaten/Kota di Jawa
Tengah, Semarang

88 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

LAMPIRAN A

TEORI DAN BEST PRACTICE


KERJASAMA ANTAR DAERAH

89 | P a g
e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011

TEORI DAN KONSEP KAD

Latar Belakang dan Sejarah


Konsep Kerjasama Antar Daerah (KAD) dan penerapannya, sebenarnya telah lama
dikembangkan di
sejumlah negara di benua Eropa, seperti Jerman, Austria, Belanda, Swiss, dan
sebagainya sejak 30 tahun
yang lalu. KAD di negara – negara Eropa tersebut terbukti telah menjadi
instrumen pembangunan
kewilayahan yang berhasil melahirkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi,
penciptaan pelayanan
publik yang berkualitas kepada rakyat, dan menciptakan proses integrasi
sosial, budaya dan politik yang
kuat. Sejak tahun 1970-an dalam rangka menciptakan terobosan-terobosan baru
karena instrumen-
instrumen pembangunan dan pengembangan yang ada kurang mampu memenuhi
tuntutan jaman yang
terus mengalami perubahan, muncul praktek – praktek pengembangan wilayah di
negara – negara di
Eropa Barat. Bentuk - bentuk KAD yang diinisiasi pada saat itu mempunyai pola
yang beraneka ragam
yang terus mengalami perkembangan. Walaupun demikian, prinsip-prinsip dan
cara kerja dasar KAD dan
tata kelola wilayah yang telah terbentuk terbukti cukup ampuh sebagai
instrumen untuk melaksanakan
pembangunan dan/atau pengembangan yang ingin dicapai oleh sebuah wilayah
regional. Pola kerjasama
serta bentuk kelembagaan kerjasama antar daerah yang teridentifikasi di
beberapa negara dapat
dikelompokkan sebagai berikut:12

1. Intergovernmental Service Contract


Merupakan kontrak jasa yang dilakukan bila suatu daerah membayar
daerah yang lain untuk
melaksanakan jenis pelayanan tertentu seperti penjara, pembuangan
sampah, dll.

2. Joint Service Agreement


Merupakan perjanjian kerjasama untuk menjalankan fungsi perencanaan,
anggaran dan
pemberian pelayanan tertentu kepada masyarakat daerah yang
bekerjasama, misalnya dalam
pengaturan perpustakaan wilayah, komunikasi antar polisi dan pemadam
kebakaran, kontrol
kebakaran, pembuangan sampah.

3. Intergovernmental Service Transfer 13


Merupakan pelimpahan secara permanen suatu tanggung jawab dari satu
daerah ke daerah lain
seperti bidang pekerjaan umum, prasarana dan sarana, kesehatan dan
kesejahteraan,
pemerintahan dan keuangan publik.

12
Pratikno (Ed.), 2007, Kerjasama Antar Daerah : Kompleksitas dan Tawaran
Format Kelembagaan, Jogja Global Media, Yogyakarta.
13
Henry, N. 1995. Public Administration and Public Affairs. Sixth Edition.
Englewood Cliffs, N.J.

90 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011

Perlu diketahui juga bahwa selain tiga tipe kerjasama di atas, kecenderungen
yang terjadi saat ini di
negara – negara maju adalah pencanangan kerjasama dengan konteks
networking/kolaborasi/jejaring
terutama di bidang perencanaan dan mitigasi bencana. Metode kerjasama seperti
ini menjadi model
alternatif untuk menggantikan model birokrasi klasik yang bersifat top down
karena sifatnya yang
mengandalkan jejaring yang fleksibel dan dinamis.14

Di Indonesia sendiri, sejak digulirkannya era otonomi daerah telah terjadi


proses regionalisasi dalam
konteks subnasional. Proses regionalisasi yang terjadi ini bisa disebabkan
oleh berbagai latar belakang
seperti sejarah, kesamaan budaya, permasalahan yang sama dan lain lain, dan
merupakan suatu bentuk
aliansi pembangunan
daerah berbatasan yang
pada akhirnya akan
membentuk suatu wilayah.
KAD mengutamakan azas Kondisi ini bisa
dipahami sebagai tumbuhnya
musyawarah (konsensus) yang kesadaran daerah
untuk memanfaatkan KAD
sebagai salah satu
pendekatan strategis dalam
bisa terjadi karena pengelolaan
pembangunan.
Pemahaman daerah bahwa KAD
KAD yang bersifat jejaring. bisa mendorong
percepatan pembangunan
Artinya, setiap anggota KAD mulai tumbuh dan pada
akhirnya juga bisa
berada pada posisi yang sejajar menekan disparitas
pembangunan antar daerah.
dengan hak dan kewajiban yang
Instrumen – instrumen
yang dikenal selama ini
sama. (konvensional) seperti
RUTRK, RPJM, RKP dll,
serta kebijakan lainnya
yang merupakan produk
dari proses perencanaan
struktural telah
terbukti tidak cukup efektif di dalam upaya untuk melakukan percepatan
pembangunan daerah. Produk
– produk ini tidak mampu mengimbangi kecepatan
dinamika yang terjadi di daerah. Untuk itulah mekanisme
non-struktural yang bersifat dinamis non hirarkis
Negara –
negara maju di
dibutuhkan untuk melengkapi dan menutupi kelemahan
Eropa
mulai beralih ke
mekanisme struktural tersebut. KAD memiliki mekanisme
pengambilan keputusan yang unik dan berbeda dari kerjasama
antar daerah
mekanisme yang dikenal dan digunakan pada proses bersifat
jejaring publik
pengambilan keputusan perencanaan formal (struktural). non-
hirarkis, non-
Pada mekanisme formal seluruh produk perencanaan struktural
diputuskan melalui mekanisme struktural-hirarkis dan
sesuai prosedur baku yang diatur berlandaskan UU dengan
regulasi/petunjuk pelaksanaannya. 15

14
Waugh Jr, W.L. and G.Streib. 2006. “Collaboration and Leadership for
Effective Emergency Management�?.
15
Makhdonal Anwar, Tenaga Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010, “Laporan Februari
2010, Evaluasi RM KPDT dan Input Untuk Rencana Aksi 2010�?.
91 | P a g e
ANGAN
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011

Prinsip Dasar KAD


Seperti sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa cara pandang klasik
pada organisasi lembaga
kerjasama antar daerah tidak relevan lagi dengan karakter lembaga kerjasama
yang mengkolaborasikan
daerah daerah.
daerah-daerah otonom ke dalam hubungan kerjasama antar daerah. Birokrasi yang
memiliki pola
hubungan strukturalis – hierarkis menjadi kurang sesuai dengan karakter
networking yang flexible dalam
semangat kerjasama. Kerjasama Antar Daerah (KAD) seperti ini hanya dapat
terbentuk dan berjalan
daerah-daerah
apabila didasarkan pada adanya kesadaran bahwa daerah daerah tersebut saling
membutuhkan untuk
mencapai satu tujuan. Inilah yang menjadi prinsip dasar dari KAD yaitu adanya
tujuan bersama yang
ingin diraih secara bersama-sama.16
atan
Komitmen dan ikatan yang kuat di antara
pengambil keputusan tertinggi di daerah
masing – masing (dalam hal ini kepala
pemerintahan) akan mendasari kerjasama
tersebut. Komitmen yang dimaksud adalah
komitmen untuk bekerjasama dalam
isu
penanganan isu-isu yang telah disepakati, dan
lebih mendahulukan kepentingan bersama
masing
dibanding kepentingan masing-masing daerah.

Agar berhasil melaksanakan kerjasama Sumber:


www.fuelyourwritting.com
prinsip
dibutuhkan prinsip-prinsip umum sebagaimana
governance.
terdapat dalam prinsip good governance Beberapa prinsip diantara prinsip good
govern governance yang ada

17
dapat dijadikan pedoman dalam melakukan kerjasama antar daerah yaitu:
• Transparansi, artinya daerah yang bekerjasama atau telah bersepakat
untuk melakukan
,
kerjasama harus transparan dalam memberikan berbagai data dan
informasi yang
n
dibutuhkan dalam rangka kerjasama tersebut.
• Akuntabilitas, , artinya daerah bekerjasama
harus bersedia untuk
mempertanggungjawabkan, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan
segala aktivitas
dan kegiatan yang terkait dengan kegiatan kerjasama.
• Partisipatif, artinya prinsip partisipasi harus digunakan dalam
bentuk konsultasi, dialog, dan
negosiasi dalam menentukan tujuan yang harus dicapai, cara
mencapainya dan mengukur
kinerjanya, termasuk cara membagi kompensasi dan risiko.
• Efisiensi, artinya dalam melaksanakan kerjasama tersebut harus
mempertimbangkan nilai
, kerjasama
efisiensi yaitu bagaimana menekan biaya untuk memperoleh suatu
hasil tertentu, atau
bagaimana menggunakan biaya yang sama tetapi dapat mencapai hasil
yang lebih tinggi.
• Efektivitas, artinya selalu mengukur keberhasilan dengan
membandingkan target atau
, keberhasilan
tujuan yang telah ditetapkan dalam kerjasama dengan hasil yang
nyata diperoleh.

16
Management�?.
Tim Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010. “Buku Saku Regional Management�?
17

indonesia.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=74 prinsip
http://www.governance-
indonesia.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=74 “Prinsip-prinsip
Good Governance�?

92 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011

• Konsensus, artinya dalam melaksanakan kerjasama tersebut


harus dicari titik temu agar
masing-masing pihak yang terlibat dalam kerjasama tersebut
dapat menyetujui suatu
keputusan.
• Saling menguntungkan dan memajukan. Dalam kerjasama antar
daerah harus dipegang
teguh prinsip saling menguntungkan dan saling menghargai.
Prinsip ini harus menjadi
pegangan dalam setiap keputusan dan mekanisme kerjasama.

Selain enam prinsip umum di atas, beberapa prinsip khusus yang dapat
digunakan sebagai acuan dalam
kerjasama antar daerah yaitu:18
• Dibentuk melalui pendekatan dari bawah (bottom-up), melalui proses
inisiasi lokal dengan
menggunakan prinsip 3K (Komunikasi, Kerjasama, dan Koordiasi)
sebagai pilar instrumen
pelaksanaan dan kerja kolektif (team work) yang erat antar aktor
regional,
• Kerjasama tersebut harus dibangun untuk kepentingan umum dan
kepentingan yang lebih
luas,
• Kerjasama antar pelaku yang tidak bersifat hirarkis melainkan
merupakan jejaring
(networking) kelembagaan,
• Keterikatan yang dijalin dalam kerjasama tersebut harus didasarkan
atas saling
membutuhkan,
• Keberadaan kerjasama tersebut harus saling memperkuat pihak-pihak
yang terlibat,
• Harus ada keterikatan masing-masing pihak terhadap perjanjian yang
telah disepakati,
• Harus tertib dalam pelaksanaan kerjasama sebagaimana telah
diputuskan,
• Kerjasama harus dibangun diatas rasa saling percaya, saling
menghargai, saling memahami
dan manfaat yang dapat diambil kedua belah pihak.

Tujuan dan Manfaat Pembentukan KAD


Secara umum, tujuan pembentukan dan pelaksanaan kerjasama antar daerah adalah
untuk menciptakan
kemandirian daerah dalam mengelola, mengembangkan dan
meningkatkan seluruh potensi daerah guna menunjang
kesejahteraan masyarakat. Kerjasama yang dibentuk oleh KAD bertujuan
meraih
para aktor regional tersebut ditujukan untuk menjawab
kemandirian
dalam
tantangan dinamika pembangunan daerah yang meliputi
bidang ekonomi, sosial, politik, teknologi dan lingkungan. pengelolaan
seluruh
Sasaran utamanya adalah menciptakan kerjasama antar potensi
daerah untuk
daerah yang saling menguntungkan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat
kesejahteraan masyarakat dengan memperkuat dan
meningkatkan daya tahan, daya tarik dan daya saing daerah.

18 Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, 2007. Regional Management,


Panduan Pembentukan dan Pengelolaan.

93 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011

Secara rinci, tujuan pembentukan dan pelaksanaan KAD tersebut adalah sebagai
berikut: 19
• Memunculkan economic growth (petumbuhan ekonomi). Selain
menyediakan lapangan
kerja bagi angkatan kerja baru, Regional Management
diharapkan dapat memperbaiki
kesejahteraan atau meningkatkan pendapatan (ekonomi)
masyarakat daerah.

• Meningkatkan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat


luas di daerah – daerah yang
bekerjasama sehingga tercapai kualitas pelayanan publik yang
baik.

• Meningkatkan penyerapan tenaga kerja, menciptakan peluang


kerja baru atau melakukan
pengurangan tingkat penganguran di daerah.

• Menciptakan price stability (stabilitas harga) untuk


menciptakan rasa aman dan tenteram
pada masyarakat daerah. Harga yang tidak stabil akan
memunculkan rsa gamang dan was-
was pada masyarakat dan kemungkinan akan berdampak pada
rendahnya kepercayaan
masyarakat kepada pemerintah.

• Meningkatkan sistem pengelolaan lingkungan, meningkatkan


usaha pelestarian dan usaha
konservasi.

• Meningkatkan sistem pengelolaan wilayah untuk menciptakan


pemerataan pembangunan
dalam wilayah.

• Meningkatkan pengelolaan sektor-sektor potensial yang


merupakan potensi unggulan di
daerah.

• Membuat keterkaitan antar sektor yang lebih serasi dalam


wilayah, sehingga memunculkan
sinergitas dan berkesinambungan.

• Meningkatkan produktivitas sektor tanaman pangan untuk


pemenuhan kebutuhan pangan
wilayah.

• Membangun kekuatan budaya sebagai basisi moral dan


komunikasi dan sebagai daya hidup
masyarakat untuk menjamin kekuatan integrasi sosial dan
integrasi politik.

Pembiayaan KAD
Swadaya KAD
Kebutuhan utama dalam proses pembentukan sampai implementasi kelembagaan KAD
adalah
kebutuhan akan ketersediaan anggaran. Untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan dan
memegang
teguh prinsip keswadayaan, maka setiap anggota KAD diharuskan mengalokasikan
anggaran dalam

19 Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, 2007. Regional Management,


Panduan Pembentukan dan Pengelolaan.

94 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011

bentuk iuran tetap untuk pembiayaan


Sumber pembiayaan KAD yang
kelembagaan KAD. Pengalokasiaan anggaran
utama
adalah iuran daerah peserta
tersebut bersumber dari anggaran daerah masing
KAD
ditambah bantuan pemerintah
- masing.

pusat/provinsi dan sumber lainnya.


Selain anggaran yang berasal iuran anggota
sebagai sumber pembiyaan utama, sumber
anggaran juga bisa berasal dari pemerintah provinsi. Sistem kelembagaan yang
efektif, akuntabel dan
transparan dapat menimbulkan minat pemerintah pusat atau provinsi untuk
mengintegrasikan
program-program sektoral mereka ke dalam skema program kerja KAD dengan
adanya pemetaan
potensi yang jelas dan strategi regional yang masuk akal, maka pihak
pemerintah pusat tentu
mempunyai dorongan yang kuat untuk mengalokasikan dana untuk kegiatan
unggulan KAD.

Selain lembaga pemerintah, dengan pengelolaan yang bersifat kolektif,


akuntabel dan transfaran
tadi, maka kelompok dunia usaha atau lembaga non pemrintah akan memiliki
keyakinan dalam hal
keamanan berinvestasi atau berhubungan bisnis dengan daerah-daerah yang
termasuk dalam
lembaga KAD.

Hibah
Bantuan Hibah adalah anggaran yang berasal dari pihak dalam dan luar negeri
yang bersifat
tidak mengikat.

Peran Lembaga Pemerintahan dan Masyarakat 20

Tingkat Pusat
Peranan pemerintah pusat di dalam kerangka kerjasama antar daerah adalah
sebagai fasilitator dan
tempat daerah untuk berkonsultasi mengenai hal – hal yang menyangkut
pelaksanaan kerjasama antar
daerah. Melalui instrument yang dimiliki, pemerintah pusat bisa menjalankan
fungsi – fungsi advokasi
kepada daerah yang melakukan kerjasama. Pemerintah pusat juga bisa memberikan
stimulus ataupun
dorongan kepada daerah – daerah yang berbatasan untuk melakukan kerjasama di
dalam proses
pembangunan daerah tersebut. Fasilitasi pemerintah pusat juga sangat berperan
untuk mendukung
daerah yang bekerjasama untuk mendapatkan dukungan dari perusahaan –
perusahaan, lembaga donor
internasional dan untuk penyediaan infrastruktur.

Tingkat Provinsi
Pemerintahan di tingkat provinsi sebagai wakil pemerintah pusat di daerah
bisa berperan mewadahi
aktivitas lembaga – lembaga dalam struktur kerjasama antar daerah untuk
berkomunikasi, bekerjasama
dan berkoordinasi.

20
Tim Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010. “Buku Saku Regional Management�?.

95 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Selengkapnya provinsi bisa berperan dalam:


• Melakukan fungsi komunikasi secara luas kepada lembaga-lembaga di
dalam maupun di luar
struktur lembaga kerjasama antar daerah dalam angka mendukung
segala kegiatan yang
berkenaan dengan pengembangan suatu kerjasama antar daerah;
• Memfasilitasi pertemuan – pertemuan yang mendukung penguatan dan
pengembangan
kerjasama antar daerah;
• Menyediakan forum mediasi yang mewadahi diskusi, perumusan
usulan/agenda/program,
maupun pemecahan konflik internal yang terjadi selama pertemuan-
pertemuan
berlangsung.
Dengan karakteristik demikian maka provinsi sebaiknya
mempunyai legitimasi formal yang dapat diakui semua pihak.
Adanya lembaga khusus di tingkat provinsi bisa didirikan,
Pemerintah Provinsi
tetapi sangat tergantung kepada kebutuhan. Sebagai adalah
perwakilan
fasilitator provinsi harus menjaga netralitasnya, tetapi juga
Pemerintah Pusat di
memiliki kewenangan yang cukup disegani oleh seluruh daerah.
stakeholder daerah. Hal ini menjadi pertimbangan utama
karena lingkup tugasnya mencakup lintas-batas daerah
berikut keanekaragaman karakteristik yang dimiliki masing-masing daerah.
Tingkat Kabupaten
Di tingkat Kabupaten/Kota, peran pemerintah daerah adalah memastikan sesuai
dengan komitmen
kerjasama agar konsensus yang sudah disepakati di dalam mekanisme kerjasama
antar daerah tersebut
dapat terlaksana dengan optimal. Peran kepala pemerintahan di daerah ini
sangat penting, mengingat
posisi dan fungsinya sebagai pengambil keputusan di daerah tersebut. Kepala
pemerintahan
kabupaten/kota tersebut juga harus mengetahui mekanisme, prinsip dan karakter
dari kerjasama antar
daerah.

Masyarakat luas
Keterlibatan masyarakat dalam konteks kerjasama antar daerah adalah sangat
penting. Masyarakat
merupakan subjek sekaligus objek dari kerjasama itu sendiri. Masyarakatlah
yang paling mengetahui
semua permasalahan yang dialami di wilayah yang ditempatinya. Masyarakat
dalam pengertian luas
diharapkan sangat bisa memberikan masukan serta ide untuk kepentingan
pembangunan daerah dalam
kerangka kerjasama antar daerah.

96 | P a g e
ANGAN
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011

Dari berbagai informasi di

atas dapatlah disumpulkan

bahwa terdapat berbagai

faktor kunci yang bisa

menjadi penyebab

keberhasilan suatu KAD

jika hal – hal tersebut

berfungsi dengan baik,

atau bisa juga sebaliknya.

Faktor Kunci KAD, Sumber: diolah sendiri dari berbagai sumber, 2011
Komitmen-Konsensus

Pembentukan komitmen bersama sebagai dasar dari kerja sama regional,


dijalankan melalui proses
pewilayahan desentralistik. Salah satu kelebihan proses desentralistik ini
adalah ditonjolkannya

(bottom-up yang kemudian


kekuatan politik endogen yang ditandai dengan tumbuhnya inisiatif lokal (
up)
berkembang menjadi inisiatif regional.

Inisiatif dari bawah yang kemudian disatukan sebagai inisiatif regional ini
tentunya juga memunculkan
perbedaan kebutuhan dan kepentingan antaraktor regional. Namun, hal tersebut
justru melahirkan
sus
konsensus yang berisi komitmen kerja sama regional. Jadi, komitmen bersama
(regional) yang
merupakan platform kerja sama regional dilahirkan melalui negosiasi dari
berbagai kepentingan
“win-win�? (saling
menguntungkan).
sehingga mencapai sebuah konsensus yang bersifat “win
kan).

Kelembagaan inilah yang menggunakan dan mengedepankan aspek Komunikasi dan


Koordinasi dalam
menjalin Kerjasama (3K) satu dengan lainnya dalam mencapai suatu komitmen
bersama yang
regionalisasi
mencerminkan pilar regionalisasi. Inilah salah satu kekuatan regionalisasi
yang sekaligus menjadi
21
komponen penting bagi keberhasilan pembangunan.

Konsep Pelaksanaan KAD

Komunikasi, Kerjasama dan Koordinasi (3K)


Komunikasi, Kerjasama, dan Koordinasi (3K) merupakan ciri dari proses
terbentuknya program strategis
regional. Berbagai bentuk program kerja sama yang dilaksanakan haruslah
menuai hasil yang
memuaskan semua daerah terkait atau berdasarkan “win-win solution�? bagi
setiap anggota kerja sama

21
Management�?.
Tim Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010. “Buku Saku Regional Management�?

97 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

regional. Hal tersebut dapat tercapai dengan adanya kebersamaan yang


mencerminkan kekuatan
endogen regional dan sekaligus komitmen pelaksanaan program kegiatan bersama.
Komunikasi, kerja
sama, dan koordinasi ini merupakan sebuah kesatuan pilar pembangunan wilayah
dan merupakan
kekuatan utama dari kerja sama regional.

Konsep Program Strategis


Program strategis dalam konteks pembangunan wilayah desentralistik terdiri
dari komponen-komponen
program yang merupakan produk dari proses 3K. Isi dari komponen program yang
berupa Data Dasar
(baseline), Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pembiayaan ini merupakan hasil dari
konsensus aktor-aktor
regional dan stakeholders terkait. Komponen program strategis tersebut
merupakan landasan bagi
perumusan program strategis, dalam arti pijakan program yang dirumuskan
bersama-sama melalui
kesepakatan.

Data Dasar (Baseline)


Data dasar merupakan penggambaran kondisi regional baik dari segi potensi
maupun kendala dan
limitasi dari semua sektor dan aspek (fisik, ekonomi, sumber daya, sosial
budaya, dan lain-lain). Dalam
program ini diperlukan penyusunan database semua sektor tersebut, baik dalam
bentuk statistik
maupun grafis. RTRW sebagai salah satu produk instrumen pembangunan formal
dapat dijadikan
sebagai salah satu masukan untuk pemetaan kondisi regional ini, terlebih lagi
dalam RTRW juga memuat
standar-standar formal normatif yang dapat dijadikan sebagai pedoman
identifikasi kekuatan dan
kelemahan wilayah. Materi-materi yang termuat dalam data dasar regional
(baseline) antara lain adalah
kondisi dan permasalahan:

• Fisik (Sarana dan Prasarana) dan Sumber Daya Alam


• Kependudukan dan Sumber Daya Manusia
• Hukum dan Kebijakan
• Aktivitas Sektoral
• Pemerintahan
• Sosial Budaya, dan lain-lain
• Jejaring dan kerja sama regional yang telah ada

Secara umum, peta akan tergambar dalam sebuah baseline study yang memuat
segala aspek potensi
dan kendala daerah baik secara fisik, ekonomi, hukum, pemerintahan, pelayanan
publik, investasi, dan
lain sebagainya.
Monitoring dan Evaluasi
Pengertian Dasar Monev
Penyelenggara KAD terlebih dahulu harus memahami prinsip-prinsip dasar
pengembangan system
evaluasi sebelum membangun dan menjalankan KAD. Prinsip tersebut antara lain
:

98 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

• Sederhana dan mudah dikontrol,


• Kapasitas evaluasi yang kuat,
• Informasi yang terbuka dan dapat dievaluasi,
• Adanya penghargaan terhadap kinerja,
• Kejelasan status evaluasi

Dengan memahami prinsip-prinsip dasar tersebut, diharapkan instrument


monitoring dan evaluasi
nantinya akan lebih aplikatif dan bermanfaat bagi pengembangan KAD.

Baseline
Hal lain yang juga perlu disiapkan adalah data dasar terkait sektor atau
objek yang akan dikerjasamakan.
Data dasar ini menjadi penting untuk dapat menjadi pijakan awal terhadap
suatu wilayah yang akan atau
sedang melakukan kerjasama sehingga ke depan paska kerjasama - penyelenggara,
masyarakat atau
pemangku kepentingan lainnya dapat melihat perubahan dan perbedaan yang
terjadi terhadap objek
yang dikerjasamakan – sebelum dan sesudahnya. Data dasar yang dibutuhkan
adalah penggambaran
kondisi regional baik dari segi potensi maupun kendala dan limitasi dari
semua sektor dan aspek,
misalnya sektor fisik, ekonomi, sosial budaya, sumberdaya, dan sebagainya.
Tentunya penggalian data
dasar tersebut disesuaikan relevansinya dengan objek yang akan
dikerjasamakan. Oleh karena itu
penyusunan data dasar baik yang berbentuk statistik maupun grafis adalah
kebutuhan bagi
penyelenggaraan kerjasama antar daerah.

Merumuskan Indikator Kinerja


Tentunya program kerja sama yang dilakukan SMART:
diharapkan dapat membuahkan dampak positif
bagi masyarakat, pemerintah maupun sektor
• Specific: jelas,
tidak mengundang
swasta.
pemahaman
beragam,
Indikator Kinerja adalah uraian ringkas dengan
menggunakan ukuran kuantitatif ataupun • Measureable: dapat
diukur,
kualitatif yang mengindikasikan pencapaian suatu
sasaran atau tujuan yang telah disepakati dan • Achievable: dapat
dicapai,
ditetapkan. Indikator Kinerja disusun dengan
menggunakan metoda SMART.
• Relevant: sesuai
dengan
Manfaat dari sebuah indikator kinerja adalah : kebutuhan
program,
• Sebagai dasar penilaian kinerja, baik
• Timebound: tepat
waktu
dalam tahapan perencanaan,
pelaksanaan, maupun setelah
pelaksanaan kegiatan,
• Sebagai petunjuk kemajuan dalam rangka mencapai tujuan atau
sasaran

99 | P a g e
ANGAN
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011

PEMBELAJARAN KAD AUSTRIA, SWISS DAN


JERMAN

KAD di Austria, Swiss dan Jerman

dibentuk dengan tujuan untuk

mempercepat pembangunan

perekonomian dan meningkatkan

kualitas pelayanan publik di

berbagai bidang, terutama untuk

daerah – daerah yang kurang

maju dibandingkan daerah

lainnya. Secara umum, tipikal

kelembagaan KAD di tiga negara

tersebut dapat dilihat di gambar


Tipikal struktur organisasi KAD Austria, Swiss dan Jerman, Sumber: diolah
sendiri

berikut ini, walaupun tentunya


dari berbagai sumber, 2011.
masing – masing negara
mempunyai kekhususan tersendiri.

KAD Regional Management di Austria

Jika dilihat ke belakang maka Kerjasama Antar Daerah di Austria telah


melewati masa lebih dari 30

kebijakan khusus
tahun. Hal yang mendasari kebijakan baru di bidang kerjasama antar daerah ini
adalah kebij
Kanselir Austria untuk mengentaskan daerah – daerah pedesaan yang lambat
berkembang terutama di
daerah pegunungan di tahun 1979.

Kebijakan politik Austria di bidang regional telah memberikan impulse baru


dan mengakibatkan
ejak
perubahan di Eropa sejak Austria menjadi anggota Uni Eropa di tahun 1994.
Negara – negara lainnya
pada saat itu mempunyai masalah utama di dalam kebijakan politik di tingkat
regional, yaitu tidak
adanya kegiataan koordinasi administrasi dan lembaga yang melaksanakannya di
tin tingkat regional
regional-nya
80-
tersebut. Berdasarkan pengalamannya melalui kebijakan politik regional nya
yang khas sejak tahun 80
an, di mana hampir di seluruh kabupaten/distrik di Austria telah melakukan
Kerjasama Antar Daerah
dengan platform Regional Management, Austria merupakan acuan negara – negara
lain di dalam
melaksanakan kegiatan – kegiatan pembangunan di tingkat regional.22

22 Evaluierung des Regionalmanagements


in Oesterreich.
OeSB Consulting, 2004, Systematische Evaluie

100 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011

Kerjasama Antar Daerah (Regional Management) Austria memulai


KAD dengan
di Austria sejak dulu sampai sekarang dipahami kebijakan pusat yang
membentuk
sebagai lembaga interface yang menjembatani
peraturan perundangan
untuk
pemerintahan administratif, pasar dan
kepentingan regional lainnya yang dibentuk
mendorong daerah
melakukan KAD,
berdasarkan prinsip Bottom-Up. KAD RM ini namun dalam
pelaksanaannya tetap
merupakan perwujudan pembangunan regional mengutamakan prinsip
bottom-up
yang profesional semenjak masa uji coba dengan mekanisme
Komunikasi,
beberapa puluh tahun yang lalu, hingga saat ini di Koordinasi dan
Kerjasama.
mana semua region telah menjalankannya
dengan pola yang sama dan dengan fungsi
pengendalian regional. Salah satu wujud profesionalitas tersebut adalah
semakin diakuinya profesi
Regional Manager yang didukung oleh teori dan dunia pendidikan dan diakuinya
bentuk baru
Komunikasi, Koordinasi dan Kerjasama di tingkatan regional.23

KAD Regional Management di Swiss

Seperti halnya
di Austria, Swiss juga mempunyai sejarah
yang cukup
panjang mengenai Kerjasama Antar Daerah
Regional
Management Di Swiss KAD terbentuk
Di Swiss, Konsep
berdasarkan dua
program bantuan pemerintah yaitu:
Pembangunan Regional
Investitionshilfegesetzt fuer Bergebiete 1974 (IHG) –
yang disusun oleh Peraturan
Bantuan Investasi Derah Pegunungan 1974 -,
Lembaga KAD dan Program
Regio Plus tahun 1997 yang mempunyai
merupakan syarat untuk karakter
identis dengan program bantuan dari Uni
mendapatkan stimulus Eropa.24

pemerintah pusat.
Agar wilayah – wilayah tersebut
bisa mendapatkan
program bantuan pemerintah Swiss
tersebut, maka
persyaratan yang harus dipenuhi
adalah terbentuknya
kelembagaan di wilayah atau
region yang mempunyai
konsep pembangunan regional. Pembentukan kelembagaan ini berdasarkan kepada
karakter topografi
di wilayah pegunungan, contohnya daerah – daerah di pegunungan yang jumlah
penduduknya sedikit
menggabungkan diri ke dalam suatu wadah (KAD RM). Pada pelaksanaannya
pemerintah pusat Swiss
bersedia untuk mendanai hingga 80 % biaya sekretariat lembaga KAD RM
tersebut.25
23
Zeman, A., 2005, Regionalmanagement- Bestandsaufnahme und Potentialanalyse
einer Institution am Beispiel Salzburgs.
24 http://www.regiosuisse.ch/regionalpolitik/rp-verg-instrumente,
Regionalpolitik 1970 – 2007 und deren Finanzinstrumente
25 http://www.regiosuisse.ch/regionalpolitik/rp-verg-instrumente,
Regionalpolitik 1970 – 2007 und deren Finanzinstrumente

101 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011

Sekretaris KAD RM dipilih dan diangkat oleh wilayah. Seringkali posisi ini
diisi oleh tokoh – tokoh
regional seperti walikota, pengusaha lokal, dll. Sekretaris regional ini juga
mendapatkan dukungan dari
Biro Koordinasi CH-Regio yang berfungsi sebagai pusat informasi dan
dokumentasi dan sekaligus bekerja
sama dengan lembaga pendidikan untuk menawarkan pelatihan dan workshop
terkait.26

KAD Regional Management di Jerman

Pemikiran KAD di Jerman dimulai sejak pemerintah Jerman menggulirkan konsep


regionalisasi di wilayah
Jerman (Barat) sejak tahun 70-an. Semenjak tahun 1990, KAD RM di Jerman
semakin menempati posisi
penting sebagai “soft�? Instrumen di tingkatan regional dan semakin
dilibatkan di dalam proses
perencanaan kegiatan kewilayahan. Hal ini merupakan reaksi atas beragamnya
tugas dan fungsi KAD RM
di Jerman. Di sisi lain, hal ini juga menunjukkan keterbatasan performa dari
tenaga kerja di KAD RM yang
terdiri dari tenaga kerja sukarela dan honorer yang tentu saja mempunyai
keterbatasan kapasitas di
dalam mengendalikan proses pembangunan wilayah yang kompleks.

Studi literatur untuk tema Kerjasama Antar Daerah di Jerman menunjukkan bahwa
definisi mengenai
tema Kerjasama Antar Daerah yang ideal tidak ditemukan di dalam berbagai
tulisan melainkan lebih
banyak didapatkan dari praktek di lapangan dan semuanya mengarah kepada
konsep KAD Regional
Management.27

Tugas KAD RM di Jerman


Tugas yang diemban oleh KAD RM di Jerman sangat beragam. KAD RM dimengerti
sebagai “soft�?
instrument untuk pembangunan kewilayahan. Namun demikian di Jerman juga
sering terjadi diskusi
hangat mengenai biaya operasional dan manfaat dari KAD RM itu sendiri.
Professor Dr. Otmar Seibert
dari FH Weihenstephan memformulasikan tugas – tugas dari KAD RM dalam suatu
pameran “Euregia
2006�?28 di kota Leipzig sebagai berikut:

1. Pusat Informasi dan Public Relation: penyusunan materi


informasi; mengkoordinir
pelaksanaan kegiatan; presentasi; kegiatan-kegiatan PR dan
Humas; Marketing ke dalam dan
ke luar; membangun sistem data base.
2. Konsultasi dan Pelatihan: Konsultasi terhadap pemilik proyek;
konsultasi untuk perusahaan
dan pendirian usaha; kegiatan sertifikasi; moderasi dan mediasi.
3. Manajemen Jejaring dan Koordinasi: pembinaan terhadap kelompok
kerja; membuka dan
membina hubungan ke stakeholder rekanan di bidang ekonomi dan
sosial.
4. Manajemen Kegiatan: inisiasi kegiatan; perencanaan kegiatan;
realisasi kegiatan;
“pengawalan�? kegiatan; networking antara kegiatan – kegiatan
sektoral.

26 http://www.regiosuisse.ch/regionalpolitik/rp-verg-instrumente,
Regionalpolitik 1970 – 2007 und deren Finanzinstrumente
27 Schäffer, Verena: Regionalmanagement in Sachsen-Anhalt. Theoretische
Grundlagen und praktische Ausgestaltung im Vergleich dreier
Regionen. Diplomarbeit im Fachbereich Geographie an der Freien Universität
Berlin 2003.
28 Euregia adalah Kongres dan Pameran tahunan di Leipzig, Jerman mengenai
Regional Development yang diikuti sebagian besar negara –

negara Eropa. Informasi mengenai Euregia bisa didapatkan di www.euregia-


leipzig.de

102 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011

5. Monitoring, Pelaksanaan dan Peningkatan Kapasitas: “pengawalan�?


proses; memastikan
keberhasilan kegiatan; evaluasi; pemeriksaan dan pelaporan;
pengerjaan proposal;
seminar/workshop peningkatan kapasitas.

Istilah “Regional Management�? mengandung penjelasan tentang spektrum tugas


yang kompleks yaitu
inisiasi pembangunan regional yang berorientasi kepada proses dan pelaksanaan
lintas sektoral atas
dasar konsep pembangunan stakeholder lokal dengan memperhatikan faktor –
faktor eksternal. KAD RM
menggarisbawahi fungsi – fungsi koordinasi dan kerjasama, image wilayah,
ketersediaan informasi,
sertifikasi dan membangun networking yang stabil. Keberhasilan menjalankan
tugas dan fungsi tersebut
dikarenakan adanya kemampuan kompetensi di bidang sosial di samping kemampuan
di bidang teknis. 29

Berdasarkan kepada hal ini, maka keberhasilan suatu KAD RM di Jerman tidak
hanya ditentukan oleh
keberhasilan di bidang perekonomian, tetapi juga harus diukur berdasarkan
manfaat sosial yang
dirasakan masyarakat dari kegiatan yang diinisiasi oleh wilayah berdasarkan
potensi endogen.30

Keberhasilan suatu KAD RM di Jerman dewasa ini diukur berdasarkan kriteria


berikut ini:31

• Inisiatif dan Motivasi lokal,


• Prinsip Bottom-Up dengan partisipasi luas dari pelaku usaha
dan masyarakat,
• Hubungan kontekstual yang erat dengan wilayah,
• Tolok ukur yang berorientasi kepada lintas sektor,
• Berorientasi kepada proses dan hasil akhir,
• Memperhatikan faktor eksternal wilayah di dalam proses
perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan,
• Profesionalitas.

Pembelajaran KAD Austria, Swiss dan Jerman

Pola KAD
Pelaksanaan di lapangan menunjukkan bahwa tidak ditemukan suatu pola umum
yang berlaku dalam
mengimplementasikan instrument KAD di Jerman, Austria dan Swiss. Kesamaan
bentuk organisasi
pelaksana KAD telah digambarkan di bagian sebelumnya yaitu sama – sama
menganut organisasi
Regional Management. Selain itu juga terdapat intensitas yang berbeda dalam
pelaksanaan KAD di
masing – masing negara yang dapat dijadikan pembelajaran.

29 Maier, J., Obermaier, F.: Regionalmanagement in der Praxis. Hrsg.:


Bayerisches Staatsministerium für Landesentwicklung und
Umweltfragen, München 2000.
30 Maier, J., Obermaier, F.: Regionalmanagement in der Praxis. Hrsg.:
Bayerisches Staatsministerium für Landesentwicklung und

Umweltfragen, München 2000.


31 Maier, J., Obermaier, F.: Regionalmanagement in der Praxis. Hrsg.:
Bayerisches Staatsministerium für Landesentwicklung und

Umweltfragen, München 2000.

103 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011
Swiss dan Austria merupakan negara yang paling
“KAD Regional Management di Austria,
berpengalaman dengan Kerjasama Antar Daerah
Swiss dan Jerman merupakan
Regional Management yang berorientasi kepada
pelengkap untuk menanggulangi
perkembangan regional lebih dari 20 tahun.

kekurangan dan kelemahan mekanisme


Namun demikian pada implementasinya, Austria
dan Swiss belum terlalu menghubungkan antara

struktural. Mekanisme ini tidak bersifat


Kerjasama Antar Daerah ini dengan rencana tata
menggantikan fungsi – fungsi struktural,
ruang di tingkat kabupaten dan negara bagian.
tetapi menjadi alternative jika
Yang menjadi dasar utama dari pembentukan KAD
pemecahan permasalahan regional
di sini adalah kebijakan pemerintah pusat masing –
tidak bisa dilakukan melalui mekanisme
masing dalam menyelsaikan permasalahan daerah

struktural yang ada�?


– daerah yang mempunyai kelemahan di beberapa
bidang karena alasan – alasan tertentu.

Hal ini juga terjadi di negara – negara bagian di Jerman, di mana KAD mulai
dibicarakan setelah kebijakan
regionalisasi dimulai di Jerman. Penanggung jawab kegiatan diberikan kepada
masing – masing menteri
ekonomi di negara bagian atas dasar kapasitas yang dimiliki oleh kementerian
ekonomi di negara bagian.
Namun demikian tujuan – tujuan pembangunan di masing – masing negara bagian
tetap dikoordinasikan
dengan kementerian sektoral lainnya di negara bagian tersebut.

Peran Pemerintah Pusat/Negara Bagian


Peran pemerintah pusat (dan negara bagian) di Jerman sebagian besar dibatasi
sebagai penyedia
fasilitas atau instrument yang bersifat memberikan stimulus seperti Program
Regional, memberikan
informasi dan konsultasi. Tugas dan fungsi lembaga KAD RM apapun bentuknya
diserahkan sepenuhnya
kepada keadaan dan situasi yang terbaik untuk region masing – masing. Negara
bagian Thuringen
pernah mencoba untuk melaksanakan kerjasama antar daerah RM yang
dikoordiniasikan oleh Regional
Manager dari posisinya di negara bagian. Namun hal ini mendapatkan protes
keras dari daerah – daerah
(kabupaten) yang bekerjasama yang meragukan keberhasilan intervensi seperti
ini dari negara bagian.
Pengalaman dari Austria menunjukkan bahwa salah satu faktor keberhasilan KAD
adalah pengelolaan
yang berdasarkan terutama kepada kekuatan dan kemampuan sendiri. Perlu
diingat juga bahwa di
Jerman pelaksanaan KAD RM yang baik adalah di wilayah bekas Jerman Barat yang
memang sudah maju,
berbeda dengan wilayah – wilayah bekas Jerman Timur yang di tahun 1990an baru
bergabung menjadi
Negara Republik Federasi Jerman dan pada saat itu masih relatif tertinggal
dalam segala hal.32

Tugas Lembaga KAD


Walaupun mempunyai perbedaan di dalam menjalankan kebijakan pembangunan,
terdapat kesamaan di
dalam tugas yang diemban oleh KAD dan kemampuan yang harus dimiliki. Satu hal
yang penting adalah

32
Maier, J., Obermaier, F.: Regionalmanagement in der Praxis. Hrsg.:
Bayerisches Staatsministerium für Landesentwicklung und
Umweltfragen, München 2000.

104 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011

lembaga KAD mempunyai sifat sebagai “pengurus�? untuk kepentingan strategis


regional, alih teknologi,
regional marketing (ke luar dan ke dalam) serta membangun dan memelihara
networking di wilayah
kerja. Posisi pimpinan lembaga KAD yang menjalankan tugas KAD sehari – hari
juga harus dilaksanakan
oleh orang yang mempunyai kompetensi di bidang sosial dan keilmuan dan bisa
memimpin suatu tim
kerja.33

Fungsi Lembaga KAD


Dalam konteks kerjasama terdapat tiga pola pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah yaitu
melalui mekanisme pasar yang mengutamakan profit; mekanisme struktural dan
mekanisme non-
struktural yang berorientasi kepada benefit. Melalui sifat dan karakter yang
dinamis, menjalankan
consensus bersama yang disasari komitmen masing – masing pelaku kerjasama,
maka permasalahan
penting lintas wilayah dan lintas sektoral bisa dipecahkan secara kolektif.

Knowledge Management
KAD RM harus dipahami sebagai organisasi yang terus belajar dan harus
diberikan kesempatan untuk
terus belajar. Untuk itu, maka kegiatan – kegiatan yang menunjang hal
tersebut seperti forum KAD
untuk media bertukar informasi sesama lembaga pelaksana KAD sangat membantu
hal ini. Demikian
juga dengan kegiatan peningkatan kapasitas aktor pelaksana di lembaga KAD.34

Anggaran Regional dan Fund


Pembiayaan KAD sebaiknya tetap mengandalkan kemampuan swadaya KAD, atau
melalui
kemampuannya bisa menarik minat perusahaan swasta atau perorangan untuk
memberikan sumbangan
kepada KAD. Contoh menarik yang terjadi di Freiburg (Jerman), adalah
bagaimana KAD di Freiburg bisa
mendapatkan pendanaan yang cukup besar dari perusahaan swasta yang ada di
wilayah kerjanya.35

*************

33
Maier, J., Obermaier, F.: Regionalmanagement in der Praxis. Hrsg.:
Bayerisches Staatsministerium für Landesentwicklung und
Umweltfragen, München 2000.
34
Maier, J., Obermaier, F.: Regionalmanagement in der Praxis. Hrsg.:
Bayerisches Staatsministerium für Landesentwicklung und
Umweltfragen, München 2000.
35
Maier, J., Obermaier, F.: Regionalmanagement in der Praxis. Hrsg.:
Bayerisches Staatsministerium für Landesentwicklung und
Umweltfragen, München 2000.

105 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

LAMPIRAN B

DOKUMENTASI
WORKSHOP & RAPAT SOSIALISASI
(TAHAP 1 & II)
PERATURAN KAD

106 | P a g
e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011

B1. DOKUMENTASI WORKSHOP

TAHAP 1: INISIASI PROSES PEMBENTUKAN KAD


Masukan dari
Kelompok Kegiatan Workshop II
I
1. SOSIALISASI UMUM PELUANG
KSD KEPADA TOKOH-TOKOH KUNCI

Tahap 1:
DAERAH

Inisiasi
2. IDENTIFIKASI POTENSI DAN Identifikasi
Kebutuhan Daerah
PERMASALAHAN DAERAH- Atas Kerjasama
Daerah
DAERAH UNTUK BEKERJASAMA

-Kepala Daerah
3. IDENTIFIKASI TOKOH-TOKOH -- Pejabat-
pejabat kunci lainnya.
KUNCI PENDUKUNG KERJASAMA
DAERAH -Tokoh-tokoh
masyarakat.
-Kelompok-
kelompok masyarakat.

3. SOSIALISASI TEKNIS
PELAKSANAAN KERJASAMA
DAERAH
II A. 1. Susunan sosialisasi disusun ulang berdasarkan:
(1) Isi,
(2) Sasaran,
(3) Media Sosialisasi
Penjelasan:
1. Isi Sosialisasi
Latar Belakang : Pentingnya KAD, dasar-dasar
pemahaman KAD, manfaat dan atau
keuntungan,
Tata cara dan prosedur KAD (kesepakatan dan
perjanjian),
Regulasi KAD
Pentingnya penentuan obyek kerjasama, dll
2. Sasaran Sosialisasi adalah: KDH, DPRD, TKKSD, SKPD
1.A.2 Memastikan ada unit yang menjalankan kerjasama
1.A.3 Insentif, dan disinsentif perlu dijelaskan mengenai bentuk
insentif, mekanisme, dan kriteria
pemberian;
1.A.4 Petunjuk teknis diganti menjadi Panduan
1.A.5 Bagi hasil (share profit)
1.A.6. Dipecah, menjadi 2 bagian dan yang kedua digabung dengan
1.A.7.
I.A.7 Menjadi: Meningkatkan peran aktif
Kata “Membangun�? dihilangkan
I.A.8 Diganti mendorong Daerah membuat regulasi Kerjasama Daerah

107 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011

Masukan dari
Kelompok Kegiatan Workshop II
III • Pentingnya penegasan maksud dan tujuan apa yang
dikerjasamakan;
• Meliputi wilayah yang bertetangga atau KAD Fungsional atau
tidak bertetangga;
• Pentingnya kesadara bersama antar pihak bahwa kerjasama
diperlukan;
• Pentingnya pembicaraan konkrit insentif dan disintif daerah
yang berkerjasama;
• Pentingnya sosialisasi yg mendalam terkait manfaat KAD;
• Pentingnya perencanaan KAD, yang rinci, langkah2 beserta
indikator-indikator;
• Ruang lingkup KAD tidak hanya pelayanan publik tetapi
mencakup sektor- sektor lain yang bia
dikerjasamakan, bisa juga antar daerah antar danantar negara;
• Peran Ditjen PUM harus tegas menjadi regulator dan
fasilitator yang baik sehingga perlu
pemahaman yang jelas terhadap peran ini;
• Regulasi KAD harus mampu menjawab dinamika di lapangan, bukan
malah mengacaukan
IV Masukan:
Sosialisasi: Perlu dilaksanakan dengan media2 yang disesuaikan
dengan kultur daerah
Pembentukan KAD: Perlu ada kelembagaan Sekber dari tingkat
nasional. Bahkan perlu ada KAD
Centre untuk kejelasan info terkait KAD.
Insdentif dan disinsentif: Insentif perlu, tapi jangan sampai
ada disinsentif
Menyusun panduan KAD: Ini selain panduan KAD atau pelaksanaan
tahap-tahap pelaksanaan
KAD, juga diperluan panduan-panduan (Perda) untuk pelaksanaan
KAD yang sudah dilaksanakan
Perlu disusun lesson learned (pembelajaran) dari KAD2 di
seluruh Indo
Identifikasi tokoh: Perlunyas keterlibatan tokoh NGO dan agama
Prioritas:
→Penyusunan panduan yang disusun dengan KAD Centre sehingga
selaras, susun dan sosialisasi di
satu pintu.

108 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011

Tahap 2: PERSIAPAN PENGORGANISASIAN KAD

Masukan dari
Kelompok Kegiatan Workshop II

I Tahap 2 dan
3:
1. PEMBENTUKAN FORUM
Persiapan dan
Pembentukan
2. KESEPAKATAN SKALA PRIORITAS
1. Pendatanganan MOU,
diperkuat
oleh peraturan masing-
masing
daerah.

3. PENYUSUNAN RENCANA AKSI 2. Penetapan


(pembentukan)
(ACTION PLAN) kelembagaan: bentuk,
perekrutan
personal

3. Mekanisme
Pembiayaan

4. TRANSFER BEST PRACTICES


II Kata Manfaat sebaiknya diganti menjadi “Manfaat dan atau
keuntungan�?;
Kata MOU diganti dengan Kesepakatan (sesuai regulasi);
Kegiatan Sosialisasi diusulkan ditambah DPRD;

III Apakah dokumen ini menjadi panduan yang mengatur langkah-


langkah atau menjadi
referensi? Apakah boleh jumping atau harus langkahnya
berurutan?
Panduan ini untuk siapa? Karena disebutnya rencana aksi
Inisiatornya siapa? Apakah tokoh masyarakat? Apakah SKPD?
Atau perorangan?
Kapan KAD bisa dimulai? Dan bagaimana mekanismenya?
Panduan harus bisa menggambarkan 5 W dan 1 H?
Melakukan studi banding adalah optional, bukan wajib yang
paling penting adalah proses
kajian mendalam dalam membentuk KAD?

IV Untuk Tahap 2, perlu ada porsi yang jelas, mana yang porsi
kabupaten, kota, dll
Ada satu kolom tambahan di tabel tersebut yang merupakan penjelas
tentang institusi pendukung

109 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011

Tahap 3: PEMBENTUKAN WADAH KAD

Masukan dari
Kelompok Kegiatan Workshop II

I
Masukan untuk tahap 3 sudah digabungkan dengan masukan dengan
tahap 2

II “Membuat PERDA�? diganti mendorong usulan PUM kepada Mendagri


untuk menyusun regulasi
tentang Pembiayaan Karjasama Daerah (Pedoman Penyusunan APBD) ,
digabungkan 3 A 5 dengan
3 A 9.
III Perlu ada penjelasan wadah KAD-nya mengingat karakter KAD yg
berbeda-beda? Dan
berimplikasi thd kelembagaan yng diperlukan;
Siapa yang menyusun wadah KAD?;
Apa payung hukumnya? Apakah cukup Perda? Atau peraturan seperti
apa yang lebih legal dan
akomodatif?;
SWOT harus dilakukan terlebih dahulu, mungkin di langkah 2:
Persiapan?;
Dalam pengembangan KAD diperlukan SDM yang memadai;
Pembentukan KAD harus ditentukan siapa penanggungjawab utama
dari salah satu SKPD
sebagai fasilitator/penggerak

IV Untuk Tahap 3 perlu ada porsi yang jelas, mana yang porsi
kabupaten, kota, dll
Ada satu kolom tambahan di tabel tersebut yang merupakan penjelas
tentang institusi pendukung

110 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011

Tahap 4: IMPLEMENTASI KAD

Masukan dari
Kelompok Kegiatan Workshop II

I Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam tahap 4 adalah:


I. Langkah I adalah: pembentukan kelompok kerja.
II. langkah II adalah: memfasilitasi komunikasi antar SKPD di
bidang pelayanan publik.
III. Memfasilitasi pemerintah daerah yang bekerjasama dengan
pihak ketiga.

II Mekanisme pembiayaan dihapus, sudah dijelaskan pada tahap 3.


Dihilangkan 4 A 6 karena adanya batasan tidak mencakup
kerjasama antar daerah dengan
pihak ketiga (lihat halaman 2, buku rencana akasi, tujuan dan
manfaat rencana aksi).

III Implementasi ini harus diawali dengan sinergi dengan kebijakan


daerah;
KAD akan efektif kalau implementasi program menyentuh kebutuhan
masyarakat;
Perlunya langkah yang sama antar para aktor (SKPD, Masyarakat,
swasta);
Perlunya kejelasan pembiayaan pada tahap awal sebelum masuk
masa swadana;
Perlunya sharing pembiayan antar aktor yang terlibat, termasuk
pemerintah pusat;
Perlunya kejelasan masa kepengurusan dan masa KAD;
Kejelasan pengelolaan asset, karena ada banyak pemda memberi
pinjaman ke KAD, Hibah ke
KAD, juga berinvestasi dalam bentuk asset, pada kasus tertentu
KAD berinvestasi di daerah
lain.

IV Tahap 4 perlu ada porsi yang jelas, mana yang porsi kabupaten,
kota, dll
Ada satu kolom tambahan di tabel tersebut yang merupakan penjelas
tentang institusi
pendukung

111 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011

Tahap 5: MONITORING, EVALUASI DAN PENINGKATAN KAPASITAS

Masukan dari
Kelompok Kegiatan Workshop II

I Tahap 5: Monev dan


Capacity Building
1. Meningkatkan
Kapasitas
“PUM�?dalam membina
Kerjasama
Daerah

2. Pelatihan
Fasilitator Kerjasama
1. MENINGKATKAN KAPASITAS
Daerah

3. Meningkatkan
kapasitas asosiasi
lembaga kerjasama
daerah.

2. MEMBENTUK ASOSIASI LEMBAGA


KERJASAMA DAERAH
3. REPLIKASI BEST PRACTICES

II Penyusunan Konsep monitoring dan evaluasi sebaiknya dimasukan


Tahap 3 (gabungan 3.5 d 3.9).
Diganti Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi

III Walaupun ada monev tetapi hanya formalitas saja, karena KAD
yang tidak berkembang, tidak
ada upaya dari para pihak untuk membantu menyelesaikan;
Ada indikator untuk keberhasilan sehingga akan jelas kebutuhan
capacity building?
Perlunya capacity building terhadap KAD sehingga tidak
dibiarkan seolah-olah entitas diluar
pemerintahan.

IV 1. Kalau mau bicara tentang evaluasi, siapa yang evaluasi? Siapa


yang tentukan instrumennya?
Makanya perlu sekber, sekaian unt pembentukan modul-modul
terkait.
2. Capacity building dengan ToT dari nasional ke propinsi
3. Asosiasi KAD itu siapa yang akan hadir? Sebaiknya berbentuk
forum saja, forum koordinasi
antar KAD yang sudah terbentuk.

112 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011

DAFTAR PESERTA WORKSHOP PEMBAHASAN RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN


PENGUATAN KAD
JAKARTA, 29 MARET 2011

1. A. Sirajuddin Nonci, Direktur Dekonsentrasi dan Kerjasama, Ditjen PUM


Kementrian Dalam Negeri
2. M. Zain Afif, Kasubdit Kerjasama Daerah, Ditjen PUM Kementrian Dalam
Negeri
3. Nine Hargi, Kasi Kerjasama I Subdit Kerjasama Daerah, Ditjen PUM
Kementrian Dalam Negeri
4. Edi Cahyono, Kasi Kerjasama II Subdit Kerjasama Daerah, Ditjen PUM
Kementrian Dalam Negeri
5. Jun Milanastuti, Staf Subdit Kerjasama Daerah, Ditjen PUM Kementrian
Dalam Negeri
6. Nana Taruna, Staf Subdit Kerjasama Daerah, Ditjen PUM Kementrian Dalam
Negeri
7. Pramudya Ananta, Staf Subdit Kerjasama Daerah, Ditjen PUM Kementrian
Dalam Negeri
8. Marsono, Staf Subdit Kerjasama Daerah, Ditjen PUM Kementrian Dalam
Negeri
9. Kuntoro Anindita, Staf Subdit Kerjasama Daerah, Ditjen PUM Kementrian
Dalam Negeri
10. Noviar Luthfi, Asisten Deputi V, Urusan Kerjasama Antar Daerah dan
Regional, KPDT
11. Samsul Widodo, Direktorat KKDT Bappenas
12. Muliani, Direktoran Keuangan Daerah, Kementrian Dalam Negeri
13. Suharyanto, Ditjen Bangda Kementrian Dalam Negeri
14. Cahyo Hatta, Ditjen Bangda Kementrian Dalam Negeri
15. Sugeng, Setda Provinsi Jawa Tengah
16. Ponco Wibowo, Pemerintah Daerah Kota Solo
17. Marhaeni, DPRD Solo
18. Ferry Anggoro, Sekber Kartamantul
19. Ing Ramto, BKAD Subosukawonosraten
20. Asto, RM Barlingmascakeb
21. Budiono, RM Sampan
22. Warito, BKAD Pawonsari
23. Priyambodo, BKAD Pawonsari
24. Anton Sudarmanto, BKAD Pawonsari
25. Hery P. Irawan, BKAD Pawonsari
26. Suyanto, BKAD Pawonsari
27. Raphael Anindito, GIZ (expert)
28. Syahroni, ex GIZ (expert)
29. Bambang SP, ex Setda Kartamantul (expert)
30. Dr. Hadi Wahyono, PWK Undip (expert)
31. Dr. Hardi Warsono, PWK Undip (Expert)
32. Daryanto, Tenaga Ahli Ditjen Keuda Kementrian Dalam Negeri (expert)
33. Dr. Restyarto Efiawan, Lekad (expert)
34. Hidayatullah Albanjari, GIZ
35. Reslian Pardede, Yayasan Inovasi Pengembangan Daerah (YIPD)
36. Johan S, Yayasan Inovasi Pengembangan Daerah (YIPD)
37. Dr. Widjono Ngoedijo, DSF
38. Donal Anwar, DSF
39. Nunik Yunarti, DSF
40. Risfan Munir, DSF

113 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
APRIL 2011

B2. DOKUMENTASI SOSIALISASI TAHAP I & II

Tahap 1: INISIASI PROSES PEMBENTUKAN KAD

Masukan dari
Masukan dari Institusi
Kegiatan Kegiatan Sosialisasi I
Kegiatan Sosialisasi II Pelaksana
Utama
1-A.1 Sosialiasi tentang Materi sosialisasi sebaiknya juga mencakup:
• Materi sosialisasi mencakup teknik tata Ditjen PUM;
pemahaman KAD • Latar belakang KAD, visi wilayah yang
cara penentuan obyek KAD Provinsi
lebih tinggi (pusat/prop) dan rencana
• Memberikan sosialisasi berupa
tata ruang (spt RTRW)
pemahaman pentingnya KAD kepada
• Peraturan perundangan, mulai dari
kepala daerah prop/kab/kota dan juga
amanah UU 32/2004 dst
SKPD sesuai tupoksi (obyek kerjasama);

serta mengubah pemikiran para

stakeholder bahwa dengan KAD dapat

meningkatkan pendapatan daerah

• Dilakukan sosialisasi pemahaman dan tata

cara KAD kepada TKKSD yang sudah

terbentuk

• Sosialisasi KAD juga dilakukan dengan

cara pendekatan komunikasi secara

informal dan publikasi tentang KAD

1-A.2 Memberikan
• Ditjen PUM mengeluarkan Surat edaran, Ditjen PUM;
Usulan/inisiatif
agar supaya SKPD kab/kota/propinsi yang Provinsi
pembentukan/
melakukan KAD bekerjasama dengan
pengembangan KAD
TKKSD yang sudah terbentuk

• Ditjen PUM juga mendorong daerah yang

sudah punya MOU untuk KAD, agar

segera merealisasikannya

• Ditjen PUM memberi masukan kepada

gubernur/bupati/walikota untuk lebih

fokus pada KAD

• Propinsi mengambil peran yang lebih

besar dalam hal memberi pedoman/ arah


kerjasama

• Komitmen pemerintah daerah serta

pemahaman pentingnya KAD ini perlu

diperhatikan

1-A.3 Menerapkan Perlu dijelaskan insentif & disinsentif berupa


kebijakan Insentif apa dan oleh siapa?
dan disinsentif

1-A.4 Menyusun Panduan Mencakup tahapan dalam penyusunan KAD


Penyusunan panduan diganti dengan Ditjen PUM
(Guidelines) KAD dengan jelas
petunjuk teknis pelaksanaan kerja sama

daerah, yang meliputi:

latar belakang

maksud dan tujuan

pembiayaan

bagaimana supaya KAD lebih baik

114 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
APRIL 2011

Masukan dari
Masukan dari Institusi
Kegiatan Kegiatan Sosialisasi I
Kegiatan Sosialisasi II Pelaksana
Utama
1-A.5 Melakukan kajian • Salah satu output kajian adalah:
• Melakukan kajian terhadap KAD yang gagal Ditjen PUM;
relevansi KAD Identifikasi objek kerjasama yang akan
dan berhasil serta faktor-faktor Provinsi;
dilakukan
penyebabnya Kabupaten/
• Kajian relevansi KAD yang dilakukan
• Termasuk kajian berupa identifikasi Kota
kabupaten/kota meliputi:
kebutuhan melaksanakan KAD, share profit

serta obyek kerjasama


Identifikasi potensi daerah yang akan
• Perlu dilihat keinginan/ketertarikan
dikerjasamakan
pimpinan wilayah terhadap potensi yang
Permasalahan yang identik antara
akan dikerjasamakan
2/lebih daerah
• Inisiatif dimotivasi dari masalah yang
dihadapi spt:
i. Kurang optimalnya pelayanan di
daerah perbatasan
ii. Kurang memadainya pembangunan
infrastruktur di wilayah perbatasan

1-A.6 Melakukan Tokoh pendukung dimaksud juga termasuk


Provinsi;
identifikasi tokoh tokoh pemuda
Kabupaten/
pendukung KAD &
Kota
meningkatkan
peran aktifnya

1-A.7 Membangun • Tokoh pendukung dimaksud termasuk


• Diperlukan dukugan dari berbagai aktor Provinsi;
hubungan antar dukungan dari legislatif
seperti masyarakat, wartawan, pengusaha Kabupaten/
tokoh • Perlunya diskusi antara pemerintah
dan terutama dukungan politis dari DPRD Kota
pendukungKAD daerah yang mempunyai permasalahan
• Membangun hubungan antar tokoh
serta kepentingan yang sama
merupakan hal yang sulit, sehingga harus

diperjelas bagaimana mekanismenya

• Diperlukan koordinasi yang intens antara

pihak pemerintah daerah dengan pihak

swasta

1-A.8 Menyusun baseline Termasuk identifikasi potensi sumber daya


• Mendata serta menginventarisir potensi Provinsi;
regional daerah alam & SDM yang akan dikerjasamakan serta
masing-masing daerah, yang kemudian Kabupaten/
yang akan inventarisasi permasalahan yang dihadapi
dikomunikasikan dengan stakeholder Kota
bekerjasama bersama
terkait. Data potensi tsb bisa menjadi

obyek kerjasama

• Mengarahkan pihak DPRD mengenai

perlunya Perda tentang “Kerjasama Antar

Daerah�?
115 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
APRIL 2011

Tahap 2: PERSIAPAN PENGORGANISASIAN KAD

Masukan dari
Masukan dari Institusi
Kegiatan Utama Kegiatan Sosialisasi I
Kegiatan Sosialisasi II Pelaksana
2-A.1 Membentuk forum •
Aktor kunci wilayah dimaksud Provinsi;
yang beranggotakan
termasuk tokoh adat dan tokoh Kabupaten
para aktor kunci
agama /Kota
wilayah untuk •
Anggota forum bukan hanya dari
persiapan
pemerintah saja, tapi juga dari
pembentukan wadah
pihak ke-3 untuk memberikan
KAD
fasilitasi dan juga perlu pelibatan

tenaga ahli dari perguruan tinggi

(terutama yang sesuai dengan

obyek kerjasama)
2-A.2 Menyusun draft Untuk menyusun konsep KAD •
Draft KAD disampaikan/ Ditjen PUM
konsep KAD diperlukan juknis atau juklak
dipublikasikan kepada masyarakat Provinsi;
(meliputi visi, misi,
secara umum ataupun pihak terkait Kabupaten
bidang / prioritas
melalui mekanisme public hearing /Kota
obyek yang akan •
Termasuk mengindentifikasi sektor
dikerjasamakan
yang akan dikerjasamakan serta
berdasarkan data
ruang lingkup kerjasama dan
baseline regional)
rencana pelaksanaan kerjasama

2-A.3 Menyusun Perlu dilakukan kajian akademis


Termasuk kegiatan: Ditjen PUM
draft/rencana wadah terhadap bentuk wadah/ lembaga KAD •
Identifikasi pelaksana teknis (SKPD) Provinsi;
kelembagaan yang dibutuhkan
yang akan melaksanakan KAD Kabupaten

Sharing dengan SKPD terkait /Kota

2-A.4 Menyusun MoU yang dibuat harus mendapat


Ditjen PUM
draft/rancangan dukungan dari masyarakat dan tokoh
Provinsi;
kesepakatan untuk setempat
Kabupaten
melaksanakan KAD
/Kota
(rancangan MoU),
termasuk pembiayaan
pengelolaan KAD serta
kegiatan KAD
2-A.5 Melakukan kegiatan Kegiatan dimaksud seperti roadshow, •
Penandatanganan MOU disamping Ditjen PUM
untuk memantapkan training, workshop
dilakukan oleh KDH terkait juga oleh Provinsi;
pemahaman KAD
para Ketua DPRD Kabupaten
serta penguatan •
Penguatan komitmen juga dilakukan /Kota
komitmen dari para
dengan:
aktor kunci pelaku
Identifikasi regulasi
KAD
pelaksanaan KAD

Membuat regulasi (SK

bupati/Perbup)
2-A.6 Melakukan kunjungan
Ditjen PUM
kerja/studi banding ke
Provinsi;
beberapa KAD yang
Kabupaten
sudah terbentuk
/Kota

116 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
APRIL 2011

Tahap 3: PEMBENTUKAN WADAH KAD

Masukan dari
Masukan dari Institusi
Kegiatan Utama Kegiatan Sosialisasi I
Kegiatan Sosialisasi II Pelaksana
3-A.1 Menyusun draft Adanya pendampingan saat penyiapan • Dalam
menyusun draft perjanjian Ditjen PUM
Perjanjian draft PKS
kerjasama harus memperhatikan Provinsi;
Kerjasama KAD
budaya/kearifan lokal Kabupaten/

Penyusunan draft perjanjian Kota

kerjasama cukup di tingkat propinsi

ataupun kab/kota yang melakukan

ekrjasama dengan melibatkan SKPD

terkait dan biro hukum setda, tidak


perlu
sampai ke tingkat pusat

Perjanjian kerjasama dibuat oleh
TKKSD
yang telah terbentuk, dengan

masukan dari anggota forum kunci

lainnya
3-A.2 Penandatanganan
Kabupaten/
Perjanjian
Kota; Provinsi
Kerjasama

3-A.3 Menyusun draft Dalam menyusun rancangan KAD perlu •


Menentukan bentuk wadahKAD Ditjen PUM
rancangan teknis melibatkan tokoh masyarakat, LSM dengan
duduk bersama pihak swasta Provinsi
kelembagaan KAD yang ada, juga SKPD terkait dan
koordinasi dengan pemerintah Kabupaten/
dan SOP
(terkait regulasi) Kota
3-A.4 Membentuk wadah • Bentuk wadah KAD bisa berupa • Adanya
kesepakatan antar daerah Kabupaten/
KAD BUMD, dll yang
melakukan KAD mengenai Kota
• Tidak perlu membentuk wadah KAD bentuk
wadah KAD Provinsi
krn high cost, sebaiknya •
Mengikutsertakan lembaga hukum
mengoptimalkan TKKSD saja. dalam
wadah KAD
• Perlu dibentuk wadah KAD, meliputi:
*yang permanen sebagai perangkat
daerah (terikat dalam sebuah
struktur)
*temporer/non struktural
(forum/sekber/ badan)
3-A.5 Membuat Perda Catatan: untuk menyusun Perda
Kabupaten/
tentang dibutuhkan waktu ; membuat perda
Kota
Pembentukan ada korelasi dengan dukungan DPRD
wadah KAD
3-A.6 Melaksanakan • Selain
analisa SWOT di wilayah Provinsi;
analisa SWOT
regional KAD, juga dilakukan analisa Kabupaten/
wilayah KAD obyek
KAD yang mempertimbangkan Kota

untung/ ruginya melakukan KAD


serta
analisa tentang permasalahan
yang
dihadapi

117 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
APRIL 2011

Masukan dari Masukan dari


Institusi
Kegiatan Utama Kegiatan Sosialisasi I Kegiatan
Sosialisasi II Pelaksana
3-A.7 Menyusun draft
Provinsi;
perencanaan KAD
Kabupaten/

Kota
3-A.8 Melakukan kajian &
Ditjen PUM
revisi peraturan
perundangan
tentang alternatif
bentuk wadah KAD

3-A.9 Melakukan
Ditjen PUM
sinkronisasi/harmon
isasi peraturan
perundangan terkait
mekanisme
pembiayaan dan
pertanggungjawaba
n KAD
118 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
APRIL 2011

Tahap 4: IMPLEMENTASI KAD

Kegiatan Masukan dari


Masukan dari Institusi
Utama Kegiatan Sosialisasi I
Kegiatan Sosialisasi II Pelaksana
4-A.1 Membentuk • Working group melakukan sosialisasi •
Kelompok kerja mengadakan pertemuan Kabupaten/
Kelompok kepada publik tentang KAD yang sudah untuk
membahas permasalahan yang Kota;
Kerja terbentuk serta rencana kegiatan yang
dihadapi Provinsi
pelaksana KAD sudah disepakati bersama, agar •
Membagi habis tugas
mendapat dukungan dari semua
stakeholder terkait
• Working group menfasilitasi pertemuan
rutin antar daerah yang bekerjasama

4-A.2 Melakukan • SDM wadah KAD bisa dari kalangan •


Membentuk sekretariat utk merekrut Kabupaten/
rekrutmen profesional, tokoh-tokoh masyarakat, tenaga
kerja Kota;
SDM untuk PNS purnabakti ataupun PNS (yg masih •
Menempatkan SDM secara benar dalam Provinsi
operasional aktif)
melaksanakan KAD
KAD • Perlu dipertimbangkan mekanisme • SDM
untuk manajer yang menjalankan
rekrutmen SDM tsb wadah
KAD sebaiknya dari kalangan
• Sebenarnya SDM yg menjalankan wadah
profesional yang sesuai dengan bidang
KAD idealnya adalah dari kalangan yang
dibutuhkan serta tenaga teknis dan
profesional (krn memiliki kemampuan tenaga
ahli
manajerial), namun ada kendala dalam • Usulan
redaksional: “Memilih SDM untuk
hal proses pertanggungjawaban
menjalankan kelompok kerja organisasi
keuangan (untuk operasional KAD) KAD�?
termasuk juga untuk honor tenaga
profesional

4-A.3 Memfasilitasi
Wadah KAD
komunikasi
antar SKPD di
bidang
pelayanan
pubik tertentu

4-A.4 Menentukan •
Membina, mengarahkan dan mendorong Kabupaten/
mekanisme sumber
SDM dan potensi yang ada Kota;
pembiayaan •
Menyiapkan biaya operasional untuk Provinsi
kegiatan KAD
wadah/lembaga KAD

4-A.5 Membuka dan Untuk membuka hubungan, lead institution Salah


satu sumber pendanaan adalah pihak Kabupaten/
membina seharusnya ada di tingkat pusat (Ditjen
“sponsor�? yang mengambil keuntungan Kota;
hubungan PUM) dari
kerjasama yang dilakukan (biasanya Provinsi
dengan dari
kalangan pengusaha)
sumber
pendanaan

119 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
APRIL 2011

Kegiatan Masukan dari Masukan


dari Institusi
Utama Kegiatan Sosialisasi I Kegiatan
Sosialisasi II Pelaksana
4-A.6 Memfasilitasi • Yang melakukan
fasilitasi bukan hanya Provinsi;
pemda yang pihak provinsi dan
Ditjen PUM saja, tapi Ditjen PUM
bekerja sama juga pemkab/kota yang
bekerja sama
dengan pihak
ketiga

• Ditjen PUM, Provinsi


dan
Kabupaten/Kota juga
melakukan
perumusan serta
penyelesaian
permasalahan dan
hambatan yang
dihadapi dalam
mengimplementasikan
KAD
• Mensosialisasikan
terbentuknya KAD
kepada tokoh kunci
dan masyarakat (bila
perlu)

120 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
APRIL 2011

Tahap 5: MONITORING, EVALUASI DAN PENINGKATAN KAPASITAS

Masukan dari
Masukan dari Institusi
Kegiatan Utama Kegiatan Sosialisasi I
Kegiatan Sosialisasi II Pelaksana
5-A.1 Meningkatkan 3K
Intensitas komunikasi dan koordinasi Ditjen
antar stakeholder di
perlu dioptimalisasi PUM;
tingkat pusat
Kementrian

/ lembaga

terkait

5-A.2 Membentuk Perlunya pengawasan untuk KAD


Sekber memfasilitasi untuk lancarnya Ditjen PUM
Sekretariat Bersama (merupakan salah satu tugas dari
pelaksanaan KAD, termasuk memfasilitasi
KAD di tingkat pusat tim/dewan pengawas, dalam hal ini
penyelesaian sengketa hukum
sekber)

5-A.3 Menyusun konsep • Perlu disusun sistematika untuk •


Usulan redaksional: “Menyusun konsep Ditjen
monitoring dan pengendalian program KAD
dan melaksanakan Monitoring dan PUM;
evaluasi
evaluasi�? Propinsi
• Evaluasi dilakukan secara berkala dan
dengan indikator yang jelas •
Perlu diperjelas beban anggaran untuk
• Hasil monev sebaiknya
membiayai kegiatan monev
diberikan/dilaporkan kepada kepala •
Perlu menentukan tolok ukur monev
daerah kabupaten/kota yang melakukan •
Kegiatan monev dilakukan dengan
KAD
menginventarisir KAD yang sedang
• Menentukan parameter monev yang
berlangsung dan tidak jalan
terukur antara input dan outputnya •
Evaluasi terhadap komitmen para pihak

yang ber-KAD perlu dilakukan



Hasil Monev perlu dipublikasikan

Monev sebaiknya juga dilaksanakan oleh

pemkot/ pemkab yang melakukan KAD

sebagai mekanisme kontrol terhadap

pengembangan KAD dan secara

berjenjang disampaikan ke tingkat yang

lebih tinggi

Evaluasi dilakukan secara berkala dan

terjadwal, dan mencari solusi terhadap

temuan yang terjadi agar tidak terulang

kembali

5-A.4 Optimalisasi, Perlu meningkatkan peran Bakorwil yang


Ditjen
revitalisasi dan ada
PUM;
penguatan peran
Propinsi
propinsi

5-A.5 Melakukan Capacity • Proses SWOT dilakukan sebelum •


Perlu dilakukan penyelenggaraan Ditjen
Building bagi pembentukan KAD
pelatihan KAD kepada aktor kunci PUM;
daerah • Perlu juga dilakukan SWOT terhadap
wilayah yang terlibat dalam organisasi Propinsi
kota/kabupaten
bentuk kelembagaan/wadah KAD yang
KAD
untuk melakukan
kerjasama tepat, sehingga dapat teridentifikasi
bentuk dukungan capacity building yang

121 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
APRIL 2011
Masukan dari
Masukan dari Institusi
Kegiatan Utama Kegiatan Sosialisasi I
Kegiatan Sosialisasi II Pelaksana
benar-benar dibutuhkan oleh pihak
daerah yang melakukan KAD
• Meningkatkan kemampuan aparat
pelaksana KAD
• Diperlukan bintek/pelatihan tentang
tata cara/teknis bernegosiasi
5-A.6 Mendorong • Komunikasi
antar KAD sangat Ditjen
terbentuknya diperlukan,
sehingga perlu dibentuk PUM;
Asosiasi KAD “Forum
Komunikasi Antar KAD�? Propinsi

122 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011

DAFTAR PESERTA SOSIALISASI PERUNDANGAN KAD TAHAP I


JAKARTA, 9-11 MARET 2011

1. Ir. Danny Suhadi, MT; Kepala Biro Administrasi Pembangunan Provinsi NTT
2. Padri SE; Kasubag Kerjasama Biro Pemerintahan Provinsi Jami
3. Pinondang Hutagaol ME; Kasubag Penegakan HAM Biro Hukum Provinsi Jambi
4. R. Eddy Nurjaman; Kepala Bagian Tata Pemerintahan Kota Banjar
5. Dra. Hj. Ratni, Msi; Kasubid Kerja Sama Bappeda Propinsi Sulawesi
Tengah
6. R.H. Lukman Eldan, SE. MM; Staf Ahli Sekda Kabupaten Muaro Jambi
7. Undang Sohbarudin; Kabag Pemerintahan Umum Kabupaten Ciamis
8. Mohammad Dicky Sidiki; Staf Bidang PEP Bappeda Provinsi Gorontalo
9. Erwandi SSTP; Kasubag Otda dan Kerjasama Antar Daerah Kota Jambi
10. Drs. Anang Suharsa; Kabag Pemerintahan Kabupaten Kulon Progo
11. Hj. Lessy Anggraeni SH MM; Kabag Kerjasama Dalam Negeri Provinsi Jawa
Barat
12. Heru Suroso SH; Kabid Kerjasama BKPM DIY
13. Hj. Zusridawati SE; Kasubag Umum Bappeda Kabupaten Batanghari
14. Drs Nulharip; Kabid pemerintahan Bappeda Kabupaten Garut
15. Leo Candra Gusnadi, S.ST, M.Si; Kabid Ekonomi dan PMD Bappeda Kota
Sungai Penuh
16. Drs Suryadi Boy; Kasubdit Kerjasama dan Perbatasan Biro Pemerintahan
dan Kependudukan Provinsi
Sumatera Barat
17. Amrullah SH; Kabag Pemerintah Setda Kota Cimahi
18. Drs Sofian Ibrahim Msi; Kabid Perencanaan dan Evaluasi Bappeda Provinsi
Gorontalo
19. Drs Mayfaldi; Kabag Pemerintahan Kota Pariaman
20. Drs. S. Songgo; Kepala Bappeda Kota Poso
21. Drs Omay Kuswandi Msi; Kabag Pemerintahan Kabupaten Tasikmalaya
123 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011

DAFTAR PESERTA SOSIALISASI PERUNDANGAN KAD TAHAP II


JAKARTA, 23-25 MARET 2011

1. Drs. A. Murad AB; Asisten Ekobang Kota Lhokseumawe


2. Drs. Budi Utomo SH; Kepala Bagian Tata Pemerintahan Kabupaten Kudus
3. Haswandi Hasyim; Kepala Bagian Kota Singkawang
4. Rita Mestikahayati; Kabag Fasilitasi Kerjasama Biro Otda dan Kerjasama
Provinsi Sumatera Utara
5. Drs H. Achmad Rochim ZA, MM; Kepala Bappeda Kota Prabumulih
6. Hasbi SH; Kabag Perekonomian dan SDA Kabupaten Buton Utara
7. Drs Muslimin M. Msi; Asisten Bidang Pemerintahan Kabupaten Bantaeng
8. Habiburrahman SPd Mi; Kasubid Kerjasama, PMA & PMDN dan PPM Bappenda
dan Penanaman
Modal Kabupaten Musi Banyuasin
9. Ir. Hj Suryati Ibrahim; Kabag TU dan Bina Kerjasama Provinsi Sulawesi
Selatan
10. Hairul Amin Ritonga; Kasubag Perangkat Daerah Bagian Tata Pemerintahan
Kota Langkat
11. Rajanami YS; Kabag Tata Pemerintahan Kabuapten Langkat
12. Nita Herawati; Kasubag Ketatalaksanaan Kabupaten Tapanuli Selatan
13. Rudi S. STP MA; Kasubag Pemerintahan Kabupaten Pontianak
14. S. Tarigan S. Sos; Kabag Pemerintahan dan Kerjasama Kabupaten Serdang
Bedagai
15. Muh. Asrif, SE; Kabag Kerjasama Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
16. Drs. Fidywandi Alfi; Kabag Pemerintahan Kota Solok
17. Usman Gumanti; Kasubag Kerjasama Provinsi Bengkulu
18. Drs. H. Ahmad Rizali Ma. Ms; Kepala Biro Otonomi Daerah Provinsi
Sumaera selatan
19. Puji Raharjo SH. MM; Kabag Tata Pemerintahan Kabupaten Grobogan
20. T. Sofyan SE. AK. MM; Kepala Biro Perekonomian Kota Banda Aceh
21. M. Darmawan SH. MH; Kabag Perekonomian Kabupaten Konawe Utara
22. Riyas Aritman SP; Kasubag Perindustrian dan Perdagangan Bagian
Perekonomian Kabupaten
Konawe Utara
23. Drs. Ida Bagus Gede Mataram; Kabag Pemerintahan Kabupaten Klungkung
24. I Wayan Suteja Ap. M.Si; Kasubag Pengawasan Bagian Pemerintahan
Kabupaten Klungkung

124 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

LAMPIRAN C

PERATURAN-PERATURAN KAD
• PP No. 50/2007
• Permendagri No. 22/2009
• Permendagri No. 23/2009
• Permendagri No. 19/2009

125 | P a g
e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 50 TAHUN 2007

TENTANG

TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 197 Undang-Undang Nomor


32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, perlu menetapkan
Peraturan
Pemerintah tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Daerah;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun
1945;
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang
Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2005
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang
Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara
Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara
Republik
Indonesia Nomor 4548);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA


SAMA DAERAH.

126
| P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati atau wali kota dan perangkat
daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
2. Kerja sama daerah adalah kesepakatan antara gubernur dengan gubernur atau
gubernur
dengan bupati/wali kota atau antara bupati/wali kota dengan bupati/wali
kota yang lain, dan
atau gubernur, bupati/wali kota dengan pihak ketiga, yang dibuat secara
tertulis serta
menimbulkan hak dan kewajiban.
3. Pihak ketiga adalah Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen atau
sebutan lain,
perusahaan swasta yang berbadan hukum, Badan Usaha Milik Negara, Badan
Usaha Milik
Daerah, Koperasi, Yayasan, dan lembaga di dalam negeri lainnya yang
berbadan hukum.
4. Badan kerja sama adalah suatu forum untuk melaksanakan kerja sama yang
keanggotaannya merupakan wakil yang ditunjuk dari daerah yang melakukan
kerja sama.
5. Surat Kuasa adalah naskah dinas yang dikeluarkan oleh kepala daerah
sebagai alat
pemberitahuan dan tanda bukti yang berisi pemberian mandat atas wewenang
dari kepala
daerah kepada pejabat yang diberi kuasa untuk bertindak atas nama kepala
daerah untuk
menerima naskah kerja sama daerah, menyatakan persetujuan pemerintah
daerah untuk
mengikatkan diri pada kerja sama daerah, dan/atau menyelesaikan hal-hal
lain yang
diperlukan dalam pembuatan kerja sama daerah.
6. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang pemerintahan
dalam negeri.

BAB II
KERJA SAMA DAERAH

Bagian Kesatu
Prinsip Kerja Sama

Pasal 2
Kerja sama daerah dilakukan dengan prinsip:
a. efisiensi;
b. efektivitas;
c. sinergi;
d. saling menguntungkan;
e. kesepakatan bersama;
f. itikad baik;
g. mengutamakan kepentingan nasional dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik
Indonesia;
h. persamaan kedudukan;
i. transparansi;
j. keadilan; dan
k. kepastian hukum.

127 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Bagian Kedua
Subjek Kerja Sama

Pasal 3
Para pihak yang menjadi subjek kerja sama dalam kerja sama daerah meliputi:
a. gubernur;
b. bupati;
c. wali kota; dan
d. pihak ketiga.

Bagian Ketiga
Objek Kerja Sama

Pasal 4
Objek kerja sama daerah adalah seluruh urusan pemerintahan yang telah menjadi
kewenangan
daerah otonom dan dapat berupa penyediaan pelayanan publik.

Bagian Keempat
Bentuk Kerja Sama

Pasal 5
Kerja sama daerah dituangkan dalam bentuk perjanjian kerja sama.

Pasal 6
Perjanjian kerja sama daerah dengan pihak ketiga wajib memperhatikan prinsip
kerja sama dan
objek kerja sama sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 dan Pasal 4.

BAB III
TATA CARA KERJA SAMA DAERAH

Pasal 7
Tata cara kerja sama daerah dilakukan dengan:
a. Kepala daerah atau salah satu pihak dapat memprakarsai atau menawarkan
rencana kerja
sama kepada kepala daerah yang lain dan pihak ketiga mengenai objek
tertentu.
b. Apabila para pihak sebagaimana dimaksud pada huruf a menerima, rencana
kerja sama
tersebut dapat ditingkatkan dengan membuat kesepakatan bersama dan
menyiapkan
rancangan perjanjian kerja sama yang paling sedikit memuat:
1. subjek kerja sama;
2. objek kerja sama;
3. ruang lingkup kerja sama;
4. hak dan kewajiban para pihak;
5. jangka waktu kerja sama;
6. pengakhiran kerja sama;
7. keadaan memaksa; dan
8. penyelesaian perselisihan.
c. Kepala daerah dalam menyiapkan rancangan perjanjian kerja sama melibatkan
perangkat
daerah terkait dan dapat meminta pendapat dan saran dari para pakar,
perangkat daerah
provinsi, Menteri dan Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen
terkait.

128 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

d. Kepala daerah dapat menerbitkan Surat Kuasa untuk penyelesaian rancangan


bentuk kerja
sama.
e. Ketentuan lebih lanjut mengenai petunjuk teknis sebagaimana dimaksud pada
huruf a, huruf
b, dan huruf c diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 8
Pelaksanaan perjanjian kerja sama dapat dilakukan oleh satuan kerja perangkat
daerah.
BAB IV
PERSETUJUAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Pasal 9
Rencana kerja sama daerah yang membebani daerah dan masyarakat harus mendapat
persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan ketentuan apabila
biaya kerja sama
belum teranggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun
anggaran berjalan
dan/atau menggunakan dan/atau memanfaatkan aset daerah.

Pasal 10
Kerja sama daerah yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi
dari satuan
kerja perangkat daerah dan biayanya sudah teranggarkan dalam Anggaran
Pendapatan dan
Belanja Daerah tahun anggaran berjalan tidak perlu mendapat persetujuan dari
Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.

Pasal 11
(1) Untuk mendapatkan persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
terhadap kerja
sama daerah yang membebani daerah dan masyarakat, gubernur/bupati/wali
kota
menyampaikan surat dengan melampirkan rancangan perjanjian kerja sama
kepala daerah
kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan memberikan penjelasan
mengenai:
a. tujuan kerja sama;
b. objek yang akan dikerjasamakan;
c. hak dan kewajiban meliputi:
1. besarnya kontribusi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang
dibutuhkan
untuk pelaksanaan kerja sama; dan
2. keuntungan yang akan diperoleh berupa barang, uang, atau jasa.
d. jangka waktu kerja sama; dan
e. besarnya pembebanan yang dibebankan kepada masyarakat dan jenis
pembebanannya.
(2) Surat gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tembusannya disampaikan
kepada
Menteri dan Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen terkait.
(3) Surat bupati/wali kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tembusannya
disampaikan
kepada gubernur dan Menteri serta Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non
Departemen terkait.

Pasal 12
(1) Rancangan perjanjian kerja sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
dinilai oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah paling lama 45 (empat puluh lima) hari
kerja sejak
diterima untuk memperoleh persetujuan.
(2) Apabila rancangan perjanjian kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah menilai kurang memenuhi prinsip kerja sama,
paling lama 15
129 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011

(lima belas) hari kerja sejak diterima sudah menyampaikan pendapat dan
sarannya kepada
kepala daerah.
(3) Kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam waktu paling
lama 14 (empat
belas) hari kerja telah menyempurnakan rancangan perjanjian kerja sama
dan
menyampaikan kembali kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
(4) Apabila dalam waktu paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak
diterimanya surat kepala
daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah belum
memberikan persetujuan, dinyatakan telah memberikan persetujuan.
(5) Gubernur wajib menyampaikan salinan setiap perjanjian kerja sama kepada
Menteri/Pimpinan Lembaga Non Departemen terkait dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah.
(6) Bupati/wali kota wajib menyampaikan salinan setiap perjanjian kerja
sama kepada
gubernur, Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen terkait
dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.

BAB V
HASIL KERJA SAMA

Pasal 13
(1) Hasil kerja sama daerah dapat berupa uang, surat berharga dan aset, atau
nonmaterial
berupa keuntungan.
(2) Hasil kerja sama daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang menjadi
hak daerah
yang berupa uang, harus disetor ke kas daerah sebagai pendapatan asli
daerah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
(3) Hasil kerja sama daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang menjadi
hak daerah
yang berupa barang, harus dicatat sebagai aset pada pemerintah daerah
yang terlibat
secara proporsional sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB VI
PENYELESAIAN PERSELISIHAN

Pasal 14
(1) Apabila kerja sama antardaerah dalam satu provinsi terjadi perselisihan,
dapat diselesaikan
dengan cara:
a. musyawarah; atau
b. Keputusan Gubernur.
(2) Keputusan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b bersifat
final dan
mengikat.

Pasal 15
(1) Apabila kerja sama daerah provinsi dengan provinsi lain atau antara
provinsi dengan
kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi atau antara daerah kabupaten/kota
dengan daerah
kabupaten atau daerah kota dari provinsi yang berbeda terjadi
perselisihan, dapat
diselesaikan dengan cara:
a. musyawarah; atau
b. Keputusan Menteri.
(2) Keputusan Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b bersifat
final dan mengikat.

130 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Pasal 16
(1) Apabila kerja sama daerah dengan pihak ketiga terjadi perselisihan,
diselesaikan sesuai
kesepakatan penyelesaian perselisihan yang diatur dalam perjanjian kerja
sama.
(2) Apabila penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak
terselesaikan, perselisihan diselesaikan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

BAB VII
PERUBAHAN KERJA SAMA DAERAH

Pasal 17
(1) Para pihak dapat melakukan perubahan atas ketentuan kerja sama daerah.
(2) Mekanisme perubahan atas ketentuan kerja sama daerah diatur sesuai
kesepakatan
masing-masing pihak yang melakukan kerja sama.
(3) Perubahan ketentuan kerja sama daerah dituangkan dalam perjanjian kerja
sama setingkat
dengan kerja sama daerah induknya.

BAB VIII
BERAKHIRNYA KERJA SAMA DAERAH

Pasal 18
Kerja sama daerah berakhir apabila:
a. terdapat kesepakatan para pihak melalui prosedur yang ditetapkan dalam
perjanjian;
b. tujuan perjanjian tersebut telah tercapai;
c. terdapat perubahan mendasar yang mengakibatkan perjanjian kerja sama tidak
dapat
dilaksanakan;
d. salah satu pihak tidak melaksanakan atau melanggar ketentuan perjanjian;
e. dibuat perjanjian baru yang menggantikan perjanjian lama;
f. muncul norma baru dalam peraturan perundang-undangan;
g. objek perjanjian hilang;
h. terdapat hal-hal yang merugikan kepentingan nasional; atau
i. berakhirnya masa perjanjian.

Pasal 19
(1) Kerja sama daerah dapat berakhir sebelum waktunya berdasarkan permintaan
salah satu
pihak dengan ketentuan:
a. menyampaikan secara tertulis inisiatif pengakhiran kerja sama kepada
pihak lain.
b. pihak yang mempunyai inisiatif menanggung resiko baik finansial maupun
resiko lainnya
yang ditimbulkan sebagai akibat pengakhiran kerja sama.
(2) Pengakhiran kerja sama ini tidak akan mempengaruhi penyelesaian objek
kerja sama yang
dibuat dalam perjanjian atau dalam pelaksanaan perjanjian kerja sama
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8, sampai terselesaikannya objek kerja sama
tersebut.

Pasal 20
Kerja sama daerah tidak berakhir karena pergantian pemerintahan di daerah.

Pasal 21
Menteri/Lembaga Pemerintah Non Departemen, kepala daerah dan Pimpinan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang melakukan kerja sama bertanggungjawab:
a. menyimpan dan memelihara naskah asli kerja sama daerah; dan
b. menyusun daftar naskah resmi dan menerbitkan himpunan kerja sama daerah.

131 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

BAB IX
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 22
(1) Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan umum atas kerja sama
antardaerah
provinsi atau antarkabupaten/kota dari lain provinsi.
(2) Menteri dan Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen terkait melakukan
pembinaan
dan pengawasan teknis atas kerja sama antardaerah provinsi atau
antarkabupaten/kota dari
lain provinsi.
(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai dari
penjajakan,
negosiasi, penandatanganan, pelaksanaan sampai pengakhiran kerja sama.

Pasal 23
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembinaan dan pengawasan
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 22 diatur dalam peraturan Menteri.

BAB X
BADAN KERJA SAMA

Pasal 24
(1) Dalam rangka membantu kepala daerah melakukan kerja sama dengan daerah
lain yang
dilakukan secara terus menerus atau diperlukan waktu paling singkat 5
(lima) tahun, kepala
daerah dapat membentuk badan kerja sama.
(2) Badan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan perangkat
daerah.
(3) Pembentukan dan susunan organisasi badan kerja sama sebagaimana dimaksud
pada ayat
(1) ditetapkan dengan keputusan bersama kepala daerah.

Pasal 25
(1) Badan kerja sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 mempunyai tugas:
a. membantu melakukan pengelolaan, monitoring dan evaluasi atas
pelaksanaan kerja
sama;
b. memberikan masukan dan saran kepada kepala daerah masing-masing
mengenai
langkah-langkah yang harus dilakukan apabila ada permasalahan; dan
c. melaporkan pelaksanaan tugas kepada kepala daerah masing-masing.
(2) Biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas badan kerja sama menjadi
tanggung jawab
bersama kepala daerah yang melakukan kerja sama.

BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 26
Pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini, kerja sama antardaerah yang
sedang berjalan
tetap berlaku sampai dengan berakhirnya kerja sama.

Pasal 27
Pada saat ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini, maka penyelesaian
perselisihan kerja sama
antardaerah yang ada sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini,
diselesaikan sesuai
Peraturan Pemerintah ini.

132 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 28
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan
Pemerintah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 22 Agustus 2007

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 22 Agustus 2007
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
ANDI MATTALATTA

LEMBARAN NEGARA TAHUN 2007 NOMOR 112

133 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 50 TAHUN 2007
TENTANG
TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH

F. I. UMUM
Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam menyelenggarakan pemerintahannya
menganut asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Dengan
asas
desentralisasi kewenangan Pemerintah diserahkan kepada daerah otonom dan
daerah
otonom diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus kewenangannya sesuai
kepentingan masyarakat. Dalam menyelenggarakan pemerintahannya, daerah
diberi
kewenangan untuk melakukan kerja sama dengan daerah lain dan pihak ketiga.
Kerja sama daerah merupakan sarana untuk lebih memantapkan hubungan dan
keterikatan
daerah yang satu dengan daerah yang lain dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik
Indonesia, menyerasikan pembangunan daerah, mensinergikan potensi
antardaerah
dan/atau dengan pihak ketiga serta meningkatkan pertukaran pengetahuan,
teknologi dan
kapasitas fiskal.
Melalui kerja sama daerah diharapkan dapat mengurangi kesenjangan daerah
dalam
penyediaan pelayanan umum khususnya yang ada di wilayah terpencil,
perbatasan
antardaerah dan daerah tertinggal.
Kerja sama daerah dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan sumber
pendapatan asli daerah. Oleh karena itu, kerja sama daerah yang membebani
Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan masyarakat harus mendapat persetujuan
dari Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
Objek yang dapat dikerjasamakan meliputi seluruh urusan yang menjadi
kewenangan
daerah otonom, aset daerah dan potensi daerah serta penyediaan pelayanan
umum.
Pelaksanaan kerja sama harus berpegang pada prinsip efisiensi,
efektivitas, sinergi, saling
menguntungkan, kesepakatan bersama, itikad baik, mengutamakan kepentingan
nasional
dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, persamaan
kedudukan,
transparansi, keadilan dan kepastian hukum. Objek kerja sama merupakan
faktor utama
yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kerja sama untuk selanjutnya
menentukan
pilihan bentuk kerja sama yang akan dilaksanakan.
Hasil kerja sama yang diperoleh daerah berupa uang harus disetor ke kas
daerah,
sedangkan yang berupa barang harus dicatat sebagai aset daerah.
Adanya pergantian kepala daerah pada dasarnya tidak dapat atau
mempengaruhi atas
pelaksanaan kerja sama yang telah disepakati oleh kepala daerah
sebelumnya.

G. II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas.

Pasal 2
Huruf a
Yang dimaksud dengan "efisiensi" adalah upaya pemerintah daerah
melalui kerja
sama untuk menekan biaya guna memperoleh suatu hasil tertentu atau
menggunakan biaya yang sama tetapi dapat mencapai hasil yang
maksimal.

134 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Huruf b
Yang dimaksud dengan "efektivitas" adalah upaya pemerintah daerah
melalui kerja
sama untuk mendorong pemanfaatan sumber daya para pihak secara optimal
dan
bertanggungjawab untuk kesejahteraan masyarakat.
Huruf c
Yang dimaksud dengan "sinergi" adalah upaya untuk terwujudnya harmoni
antara
pemerintah, masyarakat dan swasta untuk melakukan kerja sama demi
terwujudnya
kesejahteraan masyarakat.
Huruf d
Yang dimaksud dengan "saling menguntungkan" adalah pelaksanaan kerja
sama
harus dapat memberikan keuntungan bagi masing-masing pihak dan dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat.
Huruf e
Yang dimaksud dengan "kesepakatan bersama" adalah persetujuan para
pihak
untuk melakukan kerja sama.
Huruf f
Yang dimaksud dengan "itikad baik" adalah kemauan para pihak untuk
secara
sungguh-sungguh melaksanakan kerja sama.
Huruf g
Yang dimaksud dengan "mengutamakan kepentingan nasional dan keutuhan
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia" adalah seluruh pelaksanaan
kerja
sama daerah harus dapat memberikan dampak positif terhadap upaya
mewujudkan
kemakmuran, kesejahteraan masyarakat dan memperkokoh Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Huruf h
Yang dimaksud dengan "persamaan kedudukan" adalah persamaan dalam
kesederajatan dan kedudukan hukum bagi para pihak yang melakukan kerja
sama
daerah.
Huruf i
Yang dimaksud dengan "transparansi" adalah adanya proses keterbukaan
dalam
kerja sama daerah.
Huruf j
Yang dimaksud dengan "keadilan" adalah adanya persamaan hak dan
kewajiban
serta perlakuan para pihak dalam melaksanakan kerja sama daerah.
Huruf k
Yang dimaksud dengan "kepastian hukum" adalah bahwa kerja sama yang
dilakukan
dapat mengikat secara hukum bagi para pihak yang melakukan kerja sama
daerah.

Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Yang dimaksud dengan "pelayanan publik" adalah pelayanan yang diberikan
bagi
masyarakat oleh Pemerintah yang berupa pelayanan administrasi,
pengembangan
sektor unggulan dan penyediaan barang dan jasa seperti rumah sakit, pasar,
pengelolaan air bersih, perumahan, tempat pemakaman umum, perparkiran,
persampahan, pariwisata, dan lain-lain.

Pasal 5
Cukup jelas

135
| P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Pasal 6
Cukup jelas

Pasal 7
Cukup jelas

Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Yang dimaksud dengan "membebani daerah" adalah biaya kerja sama berasal
dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan/atau menggunakan dan/atau
memanfaatkan aset daerah. Yang dimaksud dengan "membebani masyarakat"
adalah
akibat dilakukannya kerja sama, masyarakat dikenai kewajiban untuk
membayar
sejumlah uang atau dalam bentuk lain. Kerja sama yang harus mendapat
persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah apabila biaya kerja sama belum teranggarkan
dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun anggaran berjalan dan/atau
menggunakan dan/atau memanfaatkan aset daerah.

Pasal 10
Cukup jelas

Pasal 11
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Tembusan surat dimaksudkan untuk diketahui oleh pembina dan pengawas
kerja
sama daerah, dengan demikian pembina dan pengawas kerja sama daerah
dapat
memberikan masukan dan rekomendasi terhadap suatu rancangan kerja sama
daerah.
Ayat (3)
Tembusan surat dimaksudkan untuk diketahui oleh pembina dan pengawas
kerja
sama daerah, dengan demikian pembina dan pengawas kerja sama daerah
dapat
memberikan masukan dan rekomendasi terhadap suatu rancangan kerja sama
daerah.

Pasal 12
Ayat (1)
Salah satu fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah melakukan
pengawasan
terhadap pelaksanaan kerja sama. Waktu 45 (empat puluh lima) hari
dianggap cukup
untuk dilakukan penilaian apakah rencana kerja sama daerah telah
memenuhi
prinsip kerja sama atau tidak.
Ayat (2)
Pelaksanaan kerja sama daerah memerlukan ketepatan dan kecepatan.
Apabila
menurut Dewan Perwakilan Rakyat Daerah rencana kerja sama daerah
kurang
memenuhi prinsip kerja sama, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dapat
menyampaikan pendapat dan sarannya.
Ayat (3)
Cukup jelas.

136 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas

Pasal 13
Cukup jelas

Pasal 14
Ayat (1)
Gubernur dalam menyelesaikan perselisihan tersebut dapat
berkonsultasi dengan
Pemerintah.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 15
Ayat (1)
Menteri dalam menyelesaikan perselisihan tersebut dapat berkonsultasi
dengan
Presiden.
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 16
Cukup jelas

Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas

Pasal 18
Cukup jelas

Pasal 19
Cukup jelas

Pasal 20
Yang dimaksud dengan "kerja sama daerah tidak berakhir karena pergantian
pemerintahan
di daerah" adalah bahwa kerja sama daerah dilaksanakan sesuai kesepakatan
jangka
waktu yang diatur dalam perjanjian kerja sama dan tidak terpengaruh oleh
adanya
pergantian kepala daerah.

Pasal 21
Cukup jelas

137 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Pasal 22
Cukup jelas

Pasal 23
Cukup jelas

Pasal 24
Cukup jelas

Pasal 25
Cukup jelas

Pasal 26
Cukup jelas

Pasal 27
Cukup jelas

Pasal 28
Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 4761

138 | P
a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR 22 TAHUN 2009

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA KERJA SAMA DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 7


huruf e
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Kerja Sama Daerah, perlu menetapkan Peraturan
Menteri
Dalam Negeri tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerja Sama
Daerah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah diubah
beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun
2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor
4844);
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,
Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara
Pelaksanaan
Kerja Sama Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007
Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4761);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PETUNJUK TEKNIS


TATA CARA KERJA SAMA DAERAH.
139
| P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah daerah Provinsi, daerah Kabupaten/Kota.


2. Kepala Daerah adalah Gubernur, Bupati/Walikota.
3. Kerja Sama Antar Daerah yang selanjutnya disingkat KSAD adalah kesepakatan
antara
Gubernur dengan Gubernur atau Gubernur dengan Bupati/Walikota atau antara
Bupati/Walikota dengan Bupati/Walikota lain yang dibuat secara tertulis
dan menimbulkan
hak dan kewajiban.
4. Kerja Sama Daerah dengan Pihak Ketiga yang selanjutnya disingkat KSPK
adalah
kesepakatan antara Gubernur, Bupati/Walikota atas nama Pemerintah Daerah
dengan
Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) atau sebutan lain, dan
badan
hukum.
5. Badan Hukum adalah perusahaan swasta, Badan Usaha Milik Negara, Badan
Usaha Milik
Daerah, koperasi, yayasan dan lembaga di dalam negeri lainnya yang
berbadan hukum.
6. Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah selanjutnya disingkat TKKSD adalah tim
yang dibentuk
oleh Kepala Daerah untuk membantu Kepala Daerah dalam menyiapkan kerja
sama
daerah.

BAB II

RUANG LINGKUP PETUNJUK TEKNIS

Pasal 2

Ruang lingkup petunjuk teknis ini meliputi :

a. petunjuk teknis kerja sama antar daerah; dan


b. petunjuk teknis kerja sama daerah dengan pihak ketiga.
140 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

BAB III
TATA CARA KERJA SAMA DAERAH

Pasal 3

(1) Tata cara kerja sama daerah meliputi:


a. tata cara kerja sama antar daerah; dan
b. tata cara kerja sama daerah dengan pihak ketiga.
(2) Tata cara kerja sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
melalui tahapan :
a. persiapan;
b. penawaran;
c. penyiapan kesepakatan;
d. penandatanganan kesepakatan;
e. penyiapan perjanjian;
f. penandatanganan perjanjian; dan
g. pelaksanaan.
(3) Uraian tahapan tata cara kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tercantum dalam
Lampiran I Peraturan Menteri ini.

Pasal 4
(1) Contoh bentuk/model kerja sama daerah meliputi :
a. Bentuk/model kerja sama antar daerah;
b. Bentuk/model kerja sama pemerintah daerah dengan Departemen/LPND; dan
c. Bentuk/model kerja sama pemerintah daerah dengan badan hukum.
(2) Uraian contoh bentuk/model kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum
dalam Lampiran II Peraturan Menteri ini.

BAB IV

TIM KOORDINASI KERJA SAMA DAERAH

Pasal 5
(1) Gubernur membentuk Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah ( TKKSD) untuk
menyiapkan kerja
sama daerah.
(2) TKKSD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas:
a. melakukan inventarisasi dan pemetaan bidang/potensi daerah yang akan
dikerjasamakan;
b. menyusun prioritas objek yang akan dikerjasamakan;
c. memberikan saran terhadap proses pemilihan daerah dan pihak ketiga;
d. menyiapkan kerangka acuan/proposal objek kerja sama daerah;
e. membuat dan menilai proposal dan studi kelayakan;
141 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

f. menyiapkan materi kesepakatan bersama dan rancangan perjanjian kerja


sama;
g. memberikan rekomendasi kepada gubernur untuk penandatanganan
kesepakatan
bersama dan perjanjian kerja sama; dan
h. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kerjasama
daerah
kabupaten/kota.
(3) TKKSD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Ketua Sekretaris Daerah
b. Wakil Ketua I : Asisten yang membidangi kerja sama daerah

c. Wakil Ketua II : Kepala Bappeda

d. Sekretaris : Kepala Biro yang membidangi kerja sama


daerah

e. Anggota Tetap : a. Kepala Biro Hukum


b. Kepala SKPD yang yang membidangi
Pemerintahan
c. Kepala SKPD yang membidangi Keuangan
dan
pengelolaan asset

f. Anggota Tidak Tetap : a. Kepala SKPD yang melaksanakan kerja


sama
b. Kepala SKPD yang terkait dengan
pelaksanaan kerja
sama
c. Tenaga ahli/pakar

Pasal 6
(1) Bupati/Walikota membentuk Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah (TKKSD) untuk
menyiapkan
kerja sama daerah.
(2) TKKSD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas:
a. melakukan inventarisasi dan pemetaan bidang/potensi daerah yang akan
dikerjasamakan;
b. menyusun prioritas objek yang akan dikerjasamakan;
c. memberikan saran terhadap proses pemilihan daerah dan pihak ketiga;
d. menyiapkan kerangka acuan/proposal objek kerja sama daerah;
e. membuat dan menilai proposal dan studi kelayakan;
f. menyiapkan materi kesepakatan bersama dan rancangan perjanjian kerja
sama;
g. memberikan rekomendasi kepada bupati/walikota untuk penandatanganan
kesepakatan
bersama dan perjanjian kerja sama.
(3) TKKSD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Ketua Sekretaris Daerah
b. Wakil Ketua I : Asisten yang membidangi kerja sama daerah

c. Wakil Ketua II : Kepala Bappeda

d. Sekretaris : Kepala Bagian yang membidangi kerja sama


daerah

142 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

e. Anggota Tetap : a. Kepala Biro Hukum


b. Kepala SKPD yang yang membidangi
Pemerintahan
c. Kepala SKPD yang membidangi Keuangan
dan
pengelolaan asset

f. Anggota Tidak Tetap : a. Kepala SKPD yang melaksanakan kerja


sama
b. Kepala SKPD yang terkait dengan
pelaksanaan kerja
sama
c. Tenaga ahli/pakar

Pasal 7
TKKSD Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana
dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (2) dan Pasal 6 ayat (2) dapat membentuk Tim Teknis untuk
menyiapkan
materi teknis terhadap objek yang akan dikerjasamakan.

BAB V

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 8

(1) Kerja sama daerah yang membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Provinsi
dan masyarakat serta anggarannya belum tersedia dalam APBD Provinsi tahun
anggaran
berjalan harus mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi.
(2) Kerja sama daerah yang membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten/Kota dan masyarakat serta anggarannya belum tersedia dalam
Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota tahun anggaran berjalan
harus mendapat
persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota.

Pasal 9
Dalam hal kerja sama daerah memanfaatkan asset barang milik daerah dan
melakukan
pengadaan barang dan jasa pemerintah, dilaksanakan dengan berpedoman pada
peraturan
perundang-undangan.

143 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Pasal 10
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di
Jakarta
pada tanggal 22 Mei
2009
MENTERI DALAM
NEGERI,
ttd
H. MARDIYANTO

Salinan sesuai aslinya

KEPALA BIRO HUKUM,

ttd

PERWIRA

144 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR 23 TAHUN 2009
TENTANG
TATA CARA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
KERJA SAMA ANTARDAERAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI DALAM NEGERI,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 23 Peraturan Pemerintah


Nomor 50
Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Daerah, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Tata Cara
Pembinaan dan
Pengawasan Kerja Sama Antardaerah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah
beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,
Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan
dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negara
Republik Indonesia Nomor 4593);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi,
dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia
Nomor 4737);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara
Pelaksanaan
Kerja Sama Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007
Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4761);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG TATA


CARA
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN KERJA SAMA ANTARDAERAH.
145
| P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah daerah Provinsi, daerah Kabupaten/Kota.
2. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota dan perangkat
daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
3. Kepala Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota yang melakukan kerja
sama dengan
daerah lain.
4. Kerja sama antardaerah yang selanjutnya disingkat KSAD adalah kesepakatan
antara
Gubernur dengan Gubernur atau Gubernur dengan Bupati/Walikota atau antara
Bupati/Walikota dengan Bupati/Walikota yang lain, yang dibuat secara
tertulis serta
menimbulkan hak dan kewajiban.
5. Kesepakatan adalah persetujuan antar Kepala Daerah untuk merencanakan
kerja sama
dalam bidang urusan pemerintahan tertentu.
6. Perjanjian kerja sama adalah persetujuan antar kepala daerah untuk
melakukan kerja sama
yang menimbulkan hak dan kewajiban.
7. Pembinaan adalah upaya yang dilakukan untuk keberhasilan kerja sama
antardaerah.
8. Pengawasan adalah tindakan yang dilakukan untuk mewujudkan pelaksanaan
kerja sama
antardaerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan perjanjian
kerja sama.

BAB II
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 2
Menteri Dalam Negeri melakukan pembinaan dan pengawasan atas KSAD Provinsi.

Pasal 3
Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan atas KSAD Kabupaten/Kota di
wilayahnya.

Pasal 4
Pembinaan dan pengawasan Menteri Dalam Negeri dan Gubernur sebagaimana
dimaksud
dalam Pasal 2 dan Pasal 3 dilakukan pada tahapan:
a. penjajakan;
b. negosiasi;
c. penandatanganan; dan
d. pelaksanaan dan pengakhiran.
H.
BAB III
TATA CARA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 5
(1) Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan KSAD sebagaimana dimaksud
dalam
Pasal 2, Menteri Dalam Negeri membentuk Sekretariat Bersama.
(2) Keanggotaan Sekretariat Bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas unsur
Departemen Dalam Negeri dan wakil dari Departemen/Lembaga Pemerintah Non
Departemen terkait serta tenaga profesional.
(3) Sekretariat Bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkedudukan di
Direktorat
Jenderal Pemerintahan Umum.
(4) Pembentukan Sekretariat Bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Dalam Negeri.

146 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Pasal 6
Sekretariat Bersama dalam melaksanakan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5
meliputi:
a. Tahap penjajakan, meliputi:
1. memberikan informasi mengenai:
a) peraturan perundang-undangan yang terkait dengan objek yang
dikerjasamakan;
b) sumber pendanaan, tata cara perolehannya dan petunjuk
pengadministrasiannya;
c) daerah yang telah melakukan KSAD; dan
d) daerah yang telah membentuk badan kerja sama antardaerah.
2. memberikan asistensi mengenai pra studi kelayakan dan pembentukan badan
kerja sama
daerah.
3. memberikan bimbingan, supervisi, dan konsultasi kepada daerah provinsi
dalam
memperoleh dukungan dari Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen
yang
terkait dengan objek KSAD.
b. Tahap negosiasi, meliputi:
1. memberikan bimbingan, supervisi, dan konsultasi kepada daerah provinsi
dalam
penyusunan materi, finalisasi kesepakatan, dan penyusunan perjanjian
kerja sama.
2. memberikan informasi kepada daerah provinsi mengenai tenaga
ahli/profesional terkait
aspek teknis, hukum dan keuangan.
c. Tahap penandatanganan, meliputi:
1. membantu pemerintah daerah dalam berkoordinasi dengan Menteri/Pimpinan
Lembaga
Pemerintah Non Departemen, untuk mendukung kesepakatan KSAD.
2. membantu pemerintah daerah dalam berkoordinasi dengan Menteri/Pimpinan
Lembaga
Pemerintah Non Departemen, untuk hadir menyaksikan penandatanganan
perjanjian
KSAD.
d. Tahap pelaksanaan dan pengakhiran, meliputi:
1. melakukan monitoring dan evaluasi.
2. memberikan pertimbangan apabila terjadi permasalahan.
3. memberikan masukan kepada Menteri Dalam Negeri dalam penyelesaian
perselisihan.
4. mengingatkan para pihak untuk melakukan persiapan pengakhiran, antara
lain:
a) inventarisasi atas barang bergerak dan tidak bergerak hasil kerja
sama.
b) pemenuhan kewajiban/utang perjanjian kerja sama.
c) pembagian barang bergerak dan tidak bergerak setelah dinilai dengan
mata uang
rupiah dan dikurangi kewajiban/utang.
d) penyetoran ke kas daerah para pihak hasil pembagian berupa uang.
e) pencatatan hasil pembagian berupa barang bergerak dan tidak bergerak
sebagai aset
daerah para pihak dan melaporkannya kepada DPRD.
f) penyiapan laporan tentang pengakhiran kerja sama.
5. memberikan masukan kepada Menteri Dalam Negeri sebagai bahan
pertimbangan
penyelesaian perselisihan.

Pasal 7
Sekretariat Bersama melaksanakan pengawasan terhadap seluruh tahapan
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6.

Pasal 8
Sekretariat Bersama melaporkan pelaksanaan tugas pembinaan dan pengawasan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 kepada Menteri Dalam Negeri.

147 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Pasal 9
(1) Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan sebagai dimaksud dalam Pasal
3,
Gubernur dibantu oleh Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah.
(2) Keanggotaan Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1),
terdiri atas Sekretaris Daerah, Asisten yang membidangi kerja sama
daerah, Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah, Kepala Badan/Kepala Biro yang membidangi
kerja
sama daerah, Kepala Biro Hukum, Kepala Biro Pemerintahan, Kepala SKPD
yang
membidangi keuangan dan pengelolaan aset, dan SKPD teknis yang terkait
objek kerja
sama daerah.
(3) Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berkedudukan
pada Sekretariat Daerah.
(4) Pembentukan Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.

Pasal 10
Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah dalam melaksanakan pembinaan sebagaimana
dimaksud
dalam Pasal 9 meliputi:
a. Tahap penjajakan, meliputi:
1. memberikan informasi mengenai:
a) peraturan perundang-undangan yang terkait dengan objek yang
dikerjasamakan;
b) sumber pendanaan, tata cara perolehannya dan petunjuk
pengadministrasiannya;
c) daerah yang telah melakukan KSAD; dan
d) daerah yang telah membentuk badan kerja sama antardaerah.
2. memberikan asistensi mengenai pra studi kelayakan dan pembentukan badan
kerja sama
daerah.
3. memberikan bimbingan, supervisi, dan konsultasi kepada daerah
kabupaten/kota dalam
memperoleh dukungan dari Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen
yang
terkait dengan objek KSAD.
b. Tahap negosiasi, meliputi:
1. memberikan bimbingan, supervisi, dan konsultasi kepada daerah
kabupaten/kota dalam
penyusunan materi, finalisasi kesepakatan, dan penyusunan perjanjian
kerja sama.
2. memberikan informasi kepada daerah kabupaten/kota mengenai tenaga
ahli/profesional
terkait aspek teknis, hukum dan keuangan.
c. Tahap penandatanganan, meliputi:
1. dalam penandatanganan kesepakatan, membantu pemerintah daerah
kabupaten/kota
dalam berkoordinasi dengan Gubernur dan Menteri/Pimpinan Lembaga
Pemerintah Non
Departemen, untuk mendukung kesepakatan KSAD.
2. dalam penandatanganan perjanjian kerja sama, membantu pemerintah daerah
dalam
berkoordinasi dengan Gubernur, Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non
Departemen, untuk hadir menyaksikan penandatanganan perjanjian KSAD.
d. Tahap pelaksanaan dan pengakhiran, meliputi:
1. melakukan monitoring dan evaluasi.
2. memberikan pertimbangan apabila terjadi permasalahan.
3. memberikan masukan kepada Gubernur dalam penyelesaian perselisihan.
4. mengingatkan para pihak untuk melakukan persiapan pengakhiran, antara
lain:
a) inventarisasi atas barang bergerak dan tidak bergerak hasil kerja
sama.
b) pemenuhan kewajiban/utang perjanjian kerja sama.
c) pembagian barang bergerak dan tidak bergerak setelah dinilai dengan
mata uang
rupiah dan dikurangi kewajiban/utang.
d) penyetoran ke kas daerah para pihak hasil pembagian berupa uang.
148 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

e) pencatatan hasil pembagian berupa barang bergerak dan tidak bergerak


sebagai aset
daerah para pihak dan melaporkannya kepada DPRD.
f) penyiapan laporan tentang pengakhiran kerja sama.
5. memberikan masukan kepada Gubernur sebagai bahan pertimbangan
penyelesaian
perselisihan.
I.
Pasal 11
Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah melaksanakan pengawasan terhadap seluruh
tahapan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10.

Pasal 12
Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah melaporkan pelaksanaan tugas pembinaan dan
pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dan Pasal 11 kepada Gubernur.

BAB V
PELAPORAN
Pasal 13
Gubernur melaporkan hasil pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal
3 kepada Menteri Dalam Negeri.

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 14
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di
Jakarta
pada tanggal 22 Mei
2009

MENTERI DALAM NEGERI,

ttd

H. MARDIYANTO

149 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR 19 TAHUN 2009
TENTANG
PEDOMAN PENINGKATAN KAPASITAS
PELAKSANA KERJASAMA DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin kelancaran pelaksanaan kerjasama


daerah, perlu dilakukan upaya peningkatan kapasitas
pelaksana kerja
sama daerah secara terarah, terkoordinasi,
terpadu, dan
berkesinambungan;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a,
perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang
Pedoman
Peningkatan Kapasitas Pelaksana Kerja Sama Daerah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun
2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang 32 Tahun
2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia
Nomor 4844);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,
Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah,Pemerintahan Daerah Provinsi,
dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik
Indonesia Nomor 4737);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007
Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4745);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Kerja Sama Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara
Republik
Indonesia Nomor 4761);
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2007 tentang
Pedoman
Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan di Lingkungan
Departemen
Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah;
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2008 tentang
Rumpun
Diklat Teknis Substantif Pemerintahan Daerah;
8. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130 Tahun 2003 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Dalam Negeri
sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 25 Tahun
2008

150
| P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Dalam Negeri


Nomor 130
Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Dalam Negeri;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PEDOMAN


PENINGKATAN KAPASITAS PELAKSANA KERJA SAMA DAERAH.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Peningkatan kapasitas pelaksana kerja sama daerah adalah serangkaian
kegiatan untuk
mengembangkan pengetahuan, minat, dan motivasi, serta memantapkan sikap
dan
semangat pengabdian aparatur pemerintah daerah yang membidangi kerja sama
daerah.
2. Pelaksana kerja sama daerah adalah Pegawai Negeri Sipil Daerah yang
diserahi tugas
untuk merencanakan, mempersiapkan, melaksanakan kerjasama daerah sesuai
dengan
objek dan bidang yang dikerjasamakan.
3. Kerja sama daerah adalah kesepakatan antara gubernur dengan gubernur atau
gubernur
dengan bupati/walikota atau antara bupati/walikota dengan bupati/walikota
yang lain,
dan/atau gubernur,bupati/walikota dengan pihak ketiga, yang dibuat secara
tertulis serta
menimbulkan hak dan kewajiban.
4. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat
daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
BAB II
KEGIATAN DAN MATERI

Bagian Kesatu
Kegiatan

Pasal 2
Peningkatan kapasitas pelaksana kerja sama daerah dapat dilaksanakan dalam
bentuk
kegiatan antara lain:
a. sosialisasi;
b. workshop/lokakarya;
c. penyuluhan;
d. seminar;
e. orientasi;
f. bimbingan teknis; dan/atau
g. pendidikan dan pelatihan.

Bagian Kedua
Substansi dan Materi

Pasal 3
Substansi peningkatan kapasitas pelaksana kerja sama daerah terdiri dari :
a. kebijakan yang terkait dengan kerja sama daerah;
b. teknik inventarisasi dan analisis potensi daerah;

151 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL
2011

c. teknik perencanaan kebutuhan dan analisis resiko;


d. teknik penyusunan proposal;
e. teknik komunikasi dan negosiasi;
f. tehnik penyusunan kesepakatan;
g. tehnik penyusunan perjanjian; dan
h. tehnik penyusunan anggaran.

Pasal 4
Materi kebijakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, meliputi :
a. kebijakan yang diterbitkan oleh Departemen dan Lembaga Pemerintah Non
Departemen;
dan
b. konvensi internasional yang telah diratifikasi oleh pemerintah.

Pasal 5
Materi teknik inventarisasi dan analisis potensi daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3
huruf b meliputi:
a. pengertian dan jenis potensi daerah;
b. dasar dan teknik inventarisasi dan analisis potensi daerah;
c. tata cara inventarisasi dan analisis potensi daerah; dan
d. praktek penyusunan inventarisasi dan analisis potensi daerah.

Pasal 6
Materi teknik perencanaan kebutuhan dan analisis resiko sebagaimana dimaksud
dalam Pasal
3 huruf c meliputi:
a. pengertian perencanaan dan jenis resiko;
b. dasar dan teknik perencanaan kebutuhan dan analisis resiko;
c. tata cara perencanaan kebutuhan dan analisis resiko; dan
d. praktek penyusunan perencanaan kebutuhan dan analisis resiko.

Pasal 7
Materi teknik penyusunan proposal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d
meliputi:
a. pengertian dan jenis proposal;
b. dasar dan teknik penyusunan proposal;
c. tata cara penyusunan proposal; dan
d. praktek penyusunan proposal.

Pasal 8
Materi teknik komunikasi dan negosiasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf e meliputi:
a. pengertian dan jenis komunikasi dan negosiasi;
b. dasar dan teknik komunikasi dan negosiasi;
c. tata cara komunikasi dan negosiasi; dan
d. praktek komunikasi dan negosiasi.

Pasal 9
Materi teknik penyusunan kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf
f meliputi :
a. pengertian dan jenis nota kesepakatan;
b. dasar dan teknik penyusunan nota kesepakatan;
c. tata cara penyusunan nota kesepakatan; dan
d. praktek penyusunan nota kesepakatan.

152 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Pasal 10
Materi teknik penyusunan perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf
g meliputi:
a. pengertian dan jenis perjanjian;
b. dasar dan teknik penyusunan perjanjian;
c. tata cara penyusunan perjanjian;
d. praktek penyusunan naskah perjanjian.

Pasal 11
Materi teknik penyusunan anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf h
meliputi :
a. pengertian jenis anggaran;
b. dasar dan teknik penyusunan anggaran;
c. tata cara penyusunan anggaran; dan
d. praktek penyusunan anggaran.

Pasal 12
Penyusunan modul, kurikulum, dan silabi pada substansi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal
3, dikoordinasikan oleh Badan Pendidikan dan Pelatihan Departemen Dalam
Negeri bersama
Direktorat Jenderal yang membidangi tugas pemerintahan umum.

BAB III
PESERTA DAN TENAGA PENGAJAR

Pasal 13
(1) Peserta peningkatan kapasitas pelaksana kerja sama daerah yaitu Pejabat
dan staf di
lingkungan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota yang
membidangi kerja
sama daerah.
(2) Peningkatan kapasitas pelaksana kerja sama daerah dapat diikuti oleh
peserta dari anggota
DPRD yang membidangi kerja sama daerah.
(3) Peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) mendapat materi
peningkatan
kapasitas pelaksana kerja sama daerah, sesuai dengan tugas dan
tanggungjawabnya.

Pasal l4
(1) Tenaga pengajar peningkatan kapasitas pelaksana kerja sama daerah dapat
berasal dari
unsur :
a. instansi pemerintah;
b. pemerintah provinsi;
c. praktisi dan pakar; dan/atau
d. perguruan tinggi.
(2) Tenaga pengajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan
tugas dan
bidang keahliannya.

BAB IV
PENYELENGGARAAN

Pasal 15
Peningkatan kapasitas pelaksana kerja sama daerah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2
huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f dapat
diselenggarakan oleh Badan
Pendidikan dan Pelatihan Departemen Dalam Negeri, Badan Pendidikan dan
Pelatihan
Provinsi, Lembaga/ Badan/ Kantor /Unit yang membidangi Pendidikan dan
Pelatihan
Kabupaten/Kota, dan Satuan Kerja Perangkat Daerah.

153 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

Pasal 16
(1) Peningkatan kapasitas pelaksana kerja sama daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal
2 huruf g diselenggarakan oleh Badan Pendidikan dan Pelatihan Departemen
Dalam
Negeri, Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi, dan Lembaga/ Badan/
Kantor /Unit yang
membidangi Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten/Kota.
(2) Penyelenggaraan Peningkatan kapasitas pelaksana kerja sama daerah
sebagaimanan
dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan secara berjenjang antar susunan
pemerintahan.

Pasal 17
Peningkatan kapasitas pelaksana kerja sama daerah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15
dan Pasal 16 yang akan diselenggarakan oleh Badan Pendidikan dan Pelatihan
dan/atau
Satuan Kerja Perangkat Daerah disusun melalui kegiatan yang diprogramkan pada
setiap tahun
anggaran sesuai dengan kebutuhan.

BAB V
PENDANAAN

Pasal 18
(1) Pendanaan Peningkatan kapasitas pelaksana kerja sama daerah di Provinsi
dibebankan
pada APBD Provinsi.
(2) Pendanaan Peningkatan kapasitas pelaksana kerja sama daerah di
Kabupaten/Kota
dibebankan pada APBD Kabupaten/Kota.
(3) Pendanaan Peningkatan kapasitas pelaksana kerja sama daerah sebagaimana
dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) dapat bersumber dari dana lain yang sah dan
tidak mengikat.

BAB VI
PEMBINAAN

Pasal 19
(1) Menteri Dalam Negeri melakukan pembinaan umum penyelenggaraan peningkatan
kapasitas pelaksaana kerja sama daerah.
(2) Pembinanan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara
bersama-
sama oleh Badan Pendidikan dan pelatihan Departemen Dalam Negeri dan
Direktorat
Jenderal yang menangani pemerintahan umum.
(3) Badan Pendidikan dan Pelatihan dan Direktorat Jenderal yang menangani
pemerintahan
umum mengevaluasi proses pelaksanaan kegiatan setiap 3 (tiga) bulan.
(4) Inspektorat Jenderal Departemen Dalam Negeri dan Inspektorat
wilayah/Badan Pengawas
Daerah melakukan pengawasan Permendagri ini.
(5) Melaporkan pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam Negeri ini kepada Menteri
Dalam Negeri
setiap 6 (enam) bulan.

Pasal 20
Gubernur melakukan pembinaan penyelenggaraan peningkatan kapasitas pelaksana
kerja
sama daerah meliputi :
a. Menetapkan perencanaan dan penganggaran pengembangan kapasitas pelaksana
kerja
sama daerah yang menjadi kewenangan provinsi,
b. Menetapkan rencana tindak peningkatan kapasitas pelaksana kerja sama
daerah yang
menjadi kewenangan provinsi,

154 | P a g e
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011

c. Fasilitasi dan Implementasi rencana tindak peningkatan kapasitas yang


menjadi
kewenangan provinsi,
d. Fasilitasi dan Implementasi rencana tindak peningkatan kapasitas pelaksana
kerja sama
daerah pada pemerintah kabupaten/kota,
e. Melaksanakan koordinasi pengembangan peningkatan kapasitas pelaksana kerja
sama
daerah pada provinsi, kabupaten dan kota,
f. Monitoring dan evaluasi pengembangan kapasitas pelaksana kerja sama daerah
pada
pemerintah provinsi, kabupaten dan kota,
g. Melaporkan pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam Negeri ini kepada Menteri
Dalam Negeri
setiap 3 (tiga) bulan .

Pasal 21
Bupati/Walikota melakukan pembinaan penyelenggaraan peningkatan kapasitas
pelaksana
kerja sama daerah meliputi :
a. Menetapkan perencanaan dan penganggaran pengembangan kapasitas pelaksana
kerja
sama daerah yang menjadi kewenangan kabupaten / kota,
b. Menetapkan rencana tindak peningkatan kapasitas pelaksana kerja sama
daerah yang
menjadi kewenangan kabupaten /kota,
c. Fasilitasi dan Implementasi rencana tindak peningkatan kapasitas yang
menjadi
kewenangan kabupaten/kota,
d. Fasilitasi dan Implementasi rencana tindak peningkatan kapasitas pelaksana
kerja sama
daerah pada pemerintah kabupaten/kota,
e. Melaksanakan koordinasi pengembangan peningkatan kapasitas ,pelaksana
kerja sama
daerah pada pemerintah kabupaten /kota,
f. Monitoring dan evaluasi pengembangan kapasitas pelaksana kerja sama daerah
pada
pemerintah kabupaten dan kota,
g. Melaporkan pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam Negeri ini kepada Gubernur
setiap 3
(tiga) bulan.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 22
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 1 April
2009

MENTERI DALAM
NEGERI,

ttd

H.MARDIYANTO

155 | P a g e
Webmail

 Profil
 Berita
 Artikel
 Info
 Foto
 Video
 Kritik & Saran
 Kontak Kami

 Home

 Artikel

 Kerjasama Antar Daerah
Made Sudama Diana, S.Sos, MM

Kepala Bagian Pemerintahan

 Berita Terbaru
 Terpopuler

1 bulan yang lalu Verifikasi Draf Peta Desa/Kelurahan Sebagai Proses Percepatan Penyusunan Peraturan
Bupati tentang Peta Desa 1 bulan yang lalu Verifikasi Draf Peta Desa/Kelurahan 1 bulan yang lalu
Verifikasi Draf Peta Desa/Kelurahan Wlayah Kecamatan Gerokgak, Busungbiu dan Seririt 1 bulan yang
lalu Verifikasi Draf Peta Desa/Kelurahan Wlayah Kecamatan Buleleng, Sukasada dan Banjar 1 bulan yang
lalu Verifikasi Draf Peta Desa/Kelurahan Wlayah Kecamatan Tejakula, Kubutambahan dan Sawan

Kerjasama Antar Daerah

 Admin Pemerintahansetda
 29 Agustus 2017
 Dibaca: 801 Pengunjung
KERJASAMA ANTAR DAERAH

(Upaya Menjembatani Kesenjangan Logika Konseptual dan Logika Kontekstual)

1. LATAR BELAKANG

UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah telah memberikan kesempatan bagi
Pemerintah Daerah untuk memberikan alternatif pemecahan-pemecahan inovatif dalam
menghadapi tantangan-tantangan yang dihadapinya. Pemerintah Daerah dituntut untuk
memberikan perhatian yang lebih besar terhadap kualitas penyelenggaraan pelayanan publik
dasar serta bagaimana meningkatkan kemandirian daerah dalam melaksanakan pembangunan.
Berangkat dari fakta sementara, saat ini konsep desentralisasi dan
Otonomi Daerah diartikulasikan oleh daerah hanya terfokus pada usaha menata dan
mempercepat pembangunan di wilayahnya masing-masing. Penerjemahan seperti ini ternyata
belum cukup efisien dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, karena tidak dapat
dipungkiri bahwa maju mundurnya satu daerah juga bergantung pada daerah-daerah lain,
khususnya daerah yang berdekatan.

UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah lebih tegas memberikan legalitas yang
besar untuk dilaksanakannya kerjasama pembangunan, baik dengan pihak ketiga (publik atau
swasta) maupun kerjasama antar daerah yang bertetangga. Dalam pasal 195 (1) dinyatakan
bahwa “Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, daerah dapat kerja sama dengan
daerah lain yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik, sinergi
dan saling menguntungkan.” Bahkan pasal 196 (2) lebih tegas lagi berisi “perintah” untuk
membuat kerjasama antar daerah, dengan menyatakan: “Untuk menciptakan efisiensi, daerah
wajib mengelola pelayanan publik secara bersama dengan daerah sekitarnya untuk kepentingan
masyarakat.”

Kenyataan menunjukan bahwa setelah otonomi daerah ternyata telah dipersepsikan dan disikapi
secara variatif oleh beberapa Pemerintah Daerah di Indonesia. Misalnya mereka mempersepsikan
otonomi sebagai momentum untuk memenuhi keinginan-keinginan daerahnya sendiri tanpa
memperhatikan konteks yang lebih luas yaitu kepentingan negara secara keseluruhan dan
kepentingan daerah lain yang berdekatan. Akibatnya, muncul beberapa gejala negatif yang
meresahkan antara lain berkembangnya sentimen primordial, konflik antar daerah,
berkembangnya proses KKN, konflik antar penduduk, eksploitasi sumberdaya alam secara
berlebihan, dan munculnya sikap “ego daerah” yang berlebihan. Kabupaten atau kota cenderung
memproteksi seluruh potensinya secara ketat demi kepentingannya sendiri, dan mengisolasikan
dirinya terhadap kabupaten atau kota lain. Dampak negatif kegiatan ekonomi di suatu daerah
pada daerah lain, seperti externalities, juga tidak dihiraukan lagi. Bahkan sentimen daerah mulai
timbul dengan adanya kecenderungan umum mengangkat “putera daerah” menjadi pegawai
negeri sipil daerah.

Kondisi diatas mengilustrasikan dengan cukup jelas bahwa kebijakan otonomi daerah
sesungguhnya memberikan tanggungjawab dan beban kerja yang jauh lebih berat kepada daerah,
dibanding pada masa-masa sebelumnya. Sementara disisi lain, pemerintah daerah

masih dihadapkan pada berbagai permasalahan klasik berupa keterbatasan kualitas dan

kuantitas sumber daya, baik anggaran, SDM maupun sarana dan prasarana. Hal ini

mengharuskan jajaran aparat daerah untuk berpikir secara kreatif dan inovatif untuk

membangun sistem manajemen pemerintahan yang lebih efektif dan efisien. Di lain pihak,
keterbatasan anggaram masing – masing daerah menyebabkan sempitnya ruang gerak daerah
dalam melaksanakan kegiatan – kegiatan pembangunan yang memberikan manfaat signifikan
dan dirasakan langsung oleh masyarakat di daerah masing – masing. Keterpurukan ekonomi dan
ketertinggalan informasi merupakan situasi urgen yang mendesak untuk segera melakukan kerja
sama antar daerah yang mendatangkan keutnutngan antar kedua belah pihak. Dengan berpegang
pada prinsip saling membutuhkan dan saling melengkapi satu sama lain maka kedua daerah yang
menjalin kerja sama tersebut niscaya akan mampu menemukan solusi agar keluar dari krisis yang
melilit.

1. RUMUSAN MASALAH

Dengan pembahasan tentang Kerjasama Antar Daerah yang telah diurai pada latar
belakang maka tulisan ini difokuskan pada potret kerjasama antar daerah, problematika dan
solusi ideal yang ditawarkan untuk menjembatani logika konseptual dan logika kontekstual.

III. KERANGKA KONSEPTUAL

2.1. Kerangka Regulasi: PP. No.50 Tahun 2007 tentang Tatacara Pelaksanaan Kerjasama Antar
Daerah

Setelah berkembangnya berbagai bentuk kerjasama antar daerah(KAD) di Indonesia,


disahkannya PP mengenai tatacara pelaksanaan kerjasama ini memang sangat dinantikan oleh
daerah. Dalam PP ini; yang dimaksudkan dengan kerjasama daerah adalah kesepakatan antara
gubernur dengan gubernur atau gubernur dengan bupati / walikota dengan bupati/walikota yang
lain, dan atau gubernur, bupati/walikota dengan pihak ketiga yang dibuat secara tertulis serta
menimbulkan hak dan kewajiban. Adapun obyek kerjasama daerah adalah seluruh urusan
pemerintah yang telah menjadi kewenangan daerah otonom dan dapat berupa penyediaan
pelayanan public. Penyelenggaraan kerjasama antar daerah (KAD) ini hendaknya dilaksanankan
dengan memperhatikan prinsip-prinsip berikut: a) efisiensi; b) efektifitas; c) sinergi; d) saling
menguntungkan; e) kesepakatan bersama; f) itikad baik; g) mengutamakan kepentingan nasional
dan keutuhan wilayah NKRI; h) persamaan kedudukan; i) transparansi; j) keadilan; dan k)
kepastian hukum.

Untuk tata caranya kerjasama daerah diantaranya diatur hal-hal sebagai berikut:
1. Kepala daerah atau salah satu pihak dapat memprakarsai atau menawarkan rencana kerjasama
kepada kepala daerah yang lain dan pihak ketiga mengenai obyek tertentu.
2. Apabila para pihak sebagaimana dimaksud pada huruf a menerima rencana kerjasama tersebut
dapat ditingkatkan dengan membuat kesepakatan bersama dan menyiapkan rancangan
perjanjian kerjasama yang paling sedikit memuat:
3. Subjek kerjasama
4. Objek kerjasama
5. Ruang lingkup kerjasama
6. Hak dan kewajiban para pihak
7. Jangka waktu kerjasama
8. Pengakhiran kerjasama
9. Keadaan memaksa; dan
10. Penyelesaian perselisihan
11. Kepala daerah dalam menyiapkan rancangan perjanjian kerjasama melibatkan perangkat daerah
terkait dan dapat meminta pendapat dan saran dari para pakar, perangkat daerah provinsi,
Menteri dan Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen terkait.
12. Kepala daerah dapat menerbitkan surat kuasa untuk penyelesaian rancangan bentuk kerjasama.
Adapun pelaksanaan perjanjian kerjasama dapat dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat
Daerah(SKPD).

Dalam hubungannya dengan DPRD, rencana kerjasama daerah yang membebani daerah
dan masyarakat harus mendapatkan persetujuan dari DPRD dengan ketentuan apabila biaya
kerjasama belum teranggarkan dalam APBD tahun anggaran berjalan dan atau menggunakan dan
atau memanfaatkan asset daerah. Akan tetapi kerjasama daerah yang dilakukan dalam rangka
pelaksanaan tugas dan fungsi dari Satuan Kerja Perangkat Daerah dan biaya sudah teranggarkan
dalam APBD tahun anggaran berjalan tidak perlu mendapatkan persetujuan dari DPRD.

Untuk penyelesaian perselisihan yang terjadi dalam pelaksanaan kerjasama, diharapkan


dapat diselesaikan dengan musyawarah. Akan tetapi, apabila kata mufakat tidak dapat dicapai,
maka untuk kerjasama antar daerah yang terdapa dalam satu provinsi, penyelesaian perselisihan
dapat dilakukan dengan keputusan gubernur tersebut. Sementara untuk kerjasama antar provinsi,
dapat dilakukan dengan keputusan Menteri (dalam hal ini Menteri Dalam Negeri ).

Dalam PP No.50 tahun 2007 ini juga diatur mengenai pembentukan badan kerjasama.
Badan kerjasama ini dapat dibentuk untuk kerjasama antar daerah(KAD) yang dilakukan secara
terus menerus atau berlangsung dalam waktu minimal 5 tahun. Badan kerjasama ini bukan
bagian dari perangkat daerah dan dibentuk dengan keputusan bersama kepala daerah. Tugas
badan kerjasama ini termasuk pengelolaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan kerjasama antar
daerah(KAD). Selain itu, Badan Kerjasama juga dapat memberikan masukan atau saran
mengenai langkah-langkah yang diperlukan apabila ada permasalahan dalam pelaksanaan
kerjasama. Adapun untuk biaya penyelenggaraan badan Kerjasama ini menjadi tanggungjawab
bersama kepala daerah-daerah yang terkait dengan kerjasama.

2.2. Pentingnya Kerjasama Antar Daerah (KAD)

Dalam sebuah kerjasama terdapat tiga unsure pokok yaitu adanya dua pihak atau lebih
yang membangun kerjasama, adanya interaksi antara pihak-pihak yang terlibat dalam kerjasama
dan tujuan bersama. Ketiga unsure tersebut harus ada dalam sebuah kerjasama. Adanya dua
pihak atau lebih menggambarkan suatu himpunan kepentingan yang saling mempengaruhi satu
sama lain sehingga terjadi interaksi untuk mewujudkan suatu tujuan bersama. Interaksi yang
tidak bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan bersama bukanlah cirri khas dari suatu kerjasama.
Dengan demikian interaksi dari beberapa pihak yang dilakukan harus memungkinkan terciptanya
keseimbangan, artinya interaksi yang hanya menguntungkan sebelah pihak maka tidak termasuk
criteria kerjasama. Kerjasama menempatkan pihak-pihak yang berinteraksi pada posisi
seimbang, serasi dan selaras karena interaksi bertujuan demi pemenuhan kepentingan bersama
tanpa ada yang dirugikan (Bdk. Pamudji,1983:12).

Untuk mengoptimalkan potensi daerah kerjasama antar daerah dapat menjadi salah satu alternatif
inovasi atau konsep yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas, sinergis dan
saling menguntungkan terutama dalam bidang-bidang yang menyangkut kepentingan lintas
wilayah. Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah, melalui berbagai payung regulasi
(peraturan pemerintah) mendorong kerjasama antar daerah. Kerjasama diharapkan menjadi satu
jembatan yang dapat mengubah potensi konflik kepentingan antardaerah menjadi sebuah potensi
pembangunan yang saling menguntungkan.

Kerjasama antar daerah hanya dapat terbentuk dan berjalan apabila didasarkan pada adanya
kesadaran bahwa daerah-daerah tersebut saling membutuhkan untuk mencapai satu tujuan. Oleh
karena itu, inisiasi kerjasama antar daerah baru dapat berjalan dengan efektif apabila telah
ditemukan kesamaan isu, kesamaan kebutuhan atau kesamaan permasalahan. Kesamaan inilah
yang dijadikan dasar dalam mempertemukan daerah-daerah yang akan dijadikan mitra.

Selain itu, yang juga perlu dipikrkan adalah masalah feasibilitas kerjasama, baik secara
ekonmi maupun politis. Secara politis karena walau bagaimanapun, keputusan akhir mengenai
komitmen untuk bekerjasama adalah sebuah keputusan politis yang harus diambil pada level
pimpinan, sehingga diperlukan argumentasi-argumentasi untuk bekerjasama yang cukup
menarik secara politis bagi level pimpinan itu. Tentu saja, karena secara politis kerjasama ini
harus menarik bagi semua daerah yang terlibat, maka juga harus menguntungkan bagi semua
daerah. Prinsip “saling menguntungkan” inilah yang menjadi salah satu filosofi dasar kerjasama.

Dalam pembahasan tentang kerjasama antar daerah(KAD) maka tidak terlepas dari
beberapa isu strategis dan menarik yang berkaitan dengan urgensi kerjasama antar pemerintah
daerah selama ini, yakni:

1.Peningkatan Pelayanan Publik

Kerjasama antar daerah diharapkan menjadi salah satu metode inovatif dalam
meningkatkan kuyalitas dan cakupan pelayanan public. Efektivitas dan efisiensi dalam
penyediaan sarana dan prasarana pelayanan public seperti pendidikan, kesehatan, air bersih dan
sebagainya juga menjadi isu yang penting, terutama untuk daerah-daerah tertinggal. Peningkatan
pelayanan public ini juga termasuk pembangunan infrastruktur. Infrastruktur ini bisa mencakup
jaringan jalan, pembangkit listrik dan sebagainya.

2. Kawasan Perbatasan.
Kerjasama dalam hal keamanan di kawasan perbatasan juga menjadi salah satu isu
strategis, selain dalam hal keamanan, kerjasama di kawasan-kawasan perbatsan juga difokuskan
pada pengembangan wilayah karena daerah-daerah di kawasan perbatsan ini sebagian besar
adalah daerah tertinggal.

3. Tata Ruang

Keterkaitan tata ruang antar daerah diperlukan dalam hal-hal yang dapat mempengaruhi
lebih dari satu daerah seperti Daerah Aliran Sungai (DAS), kawasan lingkungan dan sebagainya.

4. Penanggulangan Bencana dan Penanganan Potensi konflik.

Usaha mitigasi bencana dan tindakan pasca bencana, apabila bercermin dari pengalaman
di NAD, Alor, dan Nabire, serta daerah lainnya, ternyata keadaan ini membutuhkan koordinasi
dan kerjasama yang baik antar daerah-daerah yang berdekatan.

5. Kemiskinan dan Pengurangan Disparitas Wilayah

Keterbatasan kemampuan, kapasitas dan sumberdaya yang berbeda-beda antar daerah


menimbulkan adanya disparitas wilayah dan kemiskinan (kesenjangan social). Melalui kerjasama
antar daerah, diharapkan terjadi peningkatan kapasitas daerah dalam penggunaan sumberdaya
secara lebih optimal dan pengembangan ekonomi local, dalam rangka menekan angka
kemiskinan dan mengurangi disparitas wilayah.

6. Peningkatan Peran Provinsi


7. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengisyaratkan perlunya peningkatan peran
provinsi, termasuk dalam memfasilitasi penyelesaian permasalahan-permasalahan antar daerah.
Untuk itu diperlukan peningkatan kemampuan provinsi dalam menyelenggarakan dan
mendorong kerjasama antar daerah (Local government cooperation). Peran ini terutama dalam
kapasitas provinsi sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat dan sebagai fasilitataor dan
katalisator kerjasama antar daerah.
8. Pemekaran Daerah

Kerjasama Antar Daerah (KAD) dapat menjadi salah satu alternative lain untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pelayanan public selain kebijakan
pemekaran daerah. Hak ini meningkat kebijakan pemekaran lebih banyak memerlukan
sumberdaya dibandingkan dengan kerjasama antar daerah, dan perkembangan daerah otonom
baru, tidak selalu memberikan hasil yang diinginkan.

Selain itu dengan kerjasama maka ada banyak manfaat juga yang diperoleh:

1. Manajemen konflik antar daerah.

Kerjasama antar daerah dapat menjadi forum interaksi dan dialog antar actor utama daerah.
Dengan adanya forum seperti ini maka dapat memberikan pemahaman terhadap permasalahan
dan meningkatkan toleransi antar daerah sehingga konflik antar daerah dapat diantisipasi.
2. Efisiensi dan standarisasi pelayanan.

Kerjasama antar daerah dapat dimanfaatkan daerah-daerah untuk membangun aksi


bersama. Dalam konteks pelayanan public, kerjasama antar daerah sangat mendukung daerah
dalam menerapkan efisiensi dan standarisasi pelayanan antar daerah. Hal ini tentu mendukung
pelayanan public yang optimal di daerah.

3. Pengembangan Ekonomi.

Kerjasama antar daerah akan mendorong terjadinya pengembangan ekonomi di suatu


wilayah. Hal ini disebabkan karena logika pengembangan ekonomi tidak selalu sama dengan
logika penguasaan wilayah administrasi. Seringkali terjadi pengembangan ekonomi suatu
wilayah tidak bisa maksimal karena wilayah yang mencakupi beberapa teritori daerah.Apabila
tidak ada kerjasama antar daerah, maka perkembangan wilayah tidak maksimal. Dengan
demikian kerjasama antar daerah juga dapat mendorong terjadinya pengembangan ekonomi
daerah.

4. Pengelolaan Lingkungan

Kerjasama antar daerah mendorong pengelolaan lingkungan yang menjadi masalah


bersama. Sama seperti poin sebelumnya wilayah pelestarian juga tidak selamanya dengan teritori
administrasi. Tanpa kerjasama antar daerah, penanganan lingkungan tidak akan berjalan sinergis
sehingga sangat berpotensi menimbulkan permasalahan lingkungan, tidak saja bagi daerah
tersebut tetapi juga bagi daerah tetangga lainnya, seperti: kebakaran hutan, banjir dan tanah
longsor.(Pratikno et.all. 2004:134-135)

Selain itu kerjasama antar daerah juga sangat bermanfaat bagi daerah karena adanya:

1. Sharing of experiences; Dengan kerjasama antar daerah maka daerah dapat berbagi
pengalaman dengan daerah lain. Di sini kemungkinan untuk meniru atau mengadopsi kebijakan
atau strategi dalam menangani permasalahan atau mengelolah sumberdaya dapat terjadi.
Strategi yang dipakai oleh daerah lain dapat dipakai untuk menangani permasalahan di daerah
yang lain.
2. Sharing of benefits; kedua daerah dapat berbagi keuntungan melalui pengelolaan sumberdaya
yang sama dengan demikian keuntungan dapat dibagi bersama sesuai dengan porsinya masing –
masing
3. Sharing of burdens; dengan kerjasama antar daerah kedua daerah dapat bersama-sama
mernganggung biaya secara proporsional dan tidak ada daerah yang terbebani.

Kesadaran akan pentingnya kerjasama antar daerah seperti yang disebutkan di atas sudah
menjadi kesadaran bersama semua pihak di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan dijaminnya
kerjasama antar daerah dalam UU No. 32 tahun 2004, Bab IX tentang kerjasama dan penyisihan
dalam pasal 195 dan pasal 196.

2.3. Model Kerjasama Antar Daerah


Ada banyak model-model Kerjasama antar Daerh(KAD) yang dapat disarikan dari berbagai
sumber literature akan tetapi, yang perlu untuk dicermati adalah prinsip-prinsip dasar yang
diperlukan dari sebuah kerjasama. Model –model yang disajikan dalam tulisan ini adalah sekedar
contoh. Bentuk –bentuk itu dapat divariasikan atau bahakan digabungkan, tergantung pada
karakteristik daerah yang bersangkutan, karakteristik bidang yang dikerjasamakan, serta
negosiasi antar pemerintahan daerah. Prinsipnya, dalam penerapan bentuk-bentuk ini, yang perlu
dijaga pada daerah –daerah bersangkutan adalah:

1. Perlunya inklusivitas dalam kerjasama untuk mendekatakan pelayanan pada masyarakat dan
menerapkan kaidah-kaidah partisipatif.
2. Mempertahankan komitmen dan semangat kerjasama
3. Selalu mempelajari pilihan/altermatif dan mengembil pilihan yang paling realitas
4. Memperhatikan detail teknis dalam kerjasama
5. Evakuasi secara berkala dan menjaga koridor kerjasama agar tetep mengarah pada tujuan awal
kerjasama.
6. Responsif terhadap permasalahan yang muncul

Selain itu secara lebih kuhsus, ada beberapa prakondisi dalam hal keuangan/pendaanaan yang
perlu diperhatikan, yaitu:

1. Kerjasama dalam pelayanan public seharusnya diikuti juga dalam kerjasama dalam hal
pendanaan pelayanan umum tersebut dan pendanaan urusan pemerintahan lainnya yang
menjadi tanggungjawab bersama.
2. Sebelum kerjasam dilakukan,terlebih dahulu masing-massing daerah:
3. Memiliki komitmen yang kuat untuk pengelolah terpandu
4. Membuka diri dan mempunyai mindset pembangunan wilayah yang sama
5. Status asset-aset yang pergunakan dalam kerjasama perlu ditegaskan sebelum kerjasama itu
dimulai. Masing-masing daerah hendakanya sudah mempunyai catatan atas asetnya masing-
masing dan aset tersebut sudah tercatat dalam neraca daerah masing-masing.
6. Implementasi kerjasama memerlukan coordinasi yang bagus untuk menghindari konflik
kepentingan karena masing-masing daerah mempunayain stakeholder. Masing-masing daerah
mengurangi intervensi politik dan memperkuat koordinasi.

Format kerjasama, terutama dalam hal pendanaan dan anggaran, memang perlu dibahas secara
khusus oleh daerah-daerah yang bersangkutan.pasalnya, tidak jarang faktor pendanaan dan
anggaran ini menjadi faktor yang paling sensitive dalam menjaga keberlangsungan kerjasama.

Sebagai contoh, berikut ini akan disajikan beberapa model bentuk kerjasama antar
Daerah(KAD). Bentuk –bentuk kerjasama antar pemerintahan daerah dalam pelayanan public
dapat beragam, yaitu diantarnya:

1. Hndeshake Agreement, yang dicarikan oleh tidak adanya dokumen perjanjian kerjasama yang
formal. Kerjasama model ini di dasarkan pada komitmen dan kepercayaan secara politis antar
daerah yang terkait. Biasanya, bentuk kerjasama seperti ini dapat berjalan pada daerah-daerah
yang secara historis memang sudah sering bekerjasama dalam berbagai bidang. Bentuk
kerjasama ini cukup efisien dan lebih fleksibel dalam pelakasanaannya karena tidak ada
kewajiban yang mengikat bagi masing-masing pemerintahan daerah. Meski begitu, kelemahan
model ini adalah potensi munculnya kesalah –pahaman, terutama pada masalh-masalah teknis,
dan sustainability kerja samayang rendah, terutama apabila terjadi pergantian kepemimpinana
daerah. Oleh karena itu, bentuk kerjasama ini sangat jarang ditemukan pada isu-isu strategi.
2. Fee for service contracts (sevice agreements). Sistem ini, pada dasarnya adalah satu daerah
“menjual”satu bentuk pelayanan public pada daerah lain. Misalanya air bersih, listrik, dan
sebaginya, dengan sistem kompensasi(harga) dan jangka waktu yang disepakati bersama.
Keunggulan sistem ini adalah bisa diwujutkan dalam waktu yang relatif cepat. Salain itu, daerah
yang menjadi “pembeli”tidak perlu mengeluarkan biya awal (start-up cost)dalam penyediaan
pelayanan. Akan tetapi, biasanya cukup sulit untuk menentukan harga yang disepakati kedua
daerah.
3. Joint Agreements (pengusahaan besama). Model ini,pada dasarnya mensyaratkan adanya
partisipasi atau keterlibatan dari daerah-daerah yang terlibat dalam penyediaan atau
pengelolahan pelayanan public. Pemerintahan-pemerintahan daerah berbagai kepemilikan
control, dan tanggung jawab terhadap program. Sistem ini biasanya tidak memerlukan
perubahan struktur kepemerintahan daerah (menggunakan struktur yang sudah ada).
Kelemahanya,dokumen perjanjian (agreement) yang dihasikan biasnya sangat rumit dan
kompleks karena harus mengakomodasi sistem birokrasi dari pemuda-pemudayang
bersangkutan.
4. Jointly-formed authorites (pembentukan otoritas bersama).Di Indonesia, sistem ini lebih popular
dengan sebutan sekretaris Bersama. Pemda-pemda yang bersangkutan stuju untuk
mendelegasikan kendali pengelolaan dan tanggung jawab terhadap satu badan yang dibentuk
bersama dan biasanya terdiri dari perwakilan dari pemda-pemda yang terkait. Badan ini bisa
diisi oleh kaum professional besama oleh pemda-pemda yang bersangkutan. Badan ini memiliki
kewenangan yang cukup untuk mengeksekusikan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan
bidang pelayanan public yang diurusnya,termasuk biasanya otonom secara politis.
Kelemahannya , pemda-pemda memilki control yang lemah terhadap bidang yang diurus oleh
badan tersebut.
5. Regional Bodies. Sistem ini bermaksud membentuk satu badan bersama yang mengenai isu-isu
umum yang lebih besar dari isu local satu daerah atau isu-isu kewilayahan. Seringkali, badan ini
bersifat netral dan secara umum tidak memiliki otoritas yang cakup untuk mampu bergerak
pada tataran implementasi langsung ditingkat local lebih jauh, apabila isu yang dibahas ternyata
merugukan satu daerah, badan ini bisa dianggap kontradiktif dengan pemerintahan local. Di
Indonesia, peranan badan ini sebenarnya bisa dijalalnkan oleh pemerintah provinsi.

Sesuatu yang menjadi catatan penting dalam alternative kerangka hukum kerjasama
antara daerah adalah bahwa pengaturan legal-formal bagi kerjasama antar daerah bisa jadi sangat
counterproduktif dengan semangat network yang dibangun dalam forum atau lembaga kerjasama
antar daerah. Seperti sudah diuraikan di muka, karakter network sangat berbeda dengan karakter
relasi yang dikelolah secara legal-formal, yang biasanya bersifat lebih kaku dan sangat ketat.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin formal pengaturan kerjasama antar daerah
tersebut maka derajat networknya menjadi makin lemah.Tidak mengherankan jika kemudian
yang akan terjadi adalah dominasi paradigm berorganisasi lama dalam mengelola lembaga atau
forum kerjasama antar daerah.

III. POTRERT KERJASAMA ANTAR DAERAH


Secara genial kerjassama antar daerah telah banyak dilakukan oleh pemerintah daerah di
Indonesia baik level antar propinsi maupun kabupaten/kota. Ada beberapa forum kerjasama level
provinsi seperti: Badan Kerjasama Pembangunan (BKSP) JABODETABEJUR yang telah
dirintis sejak tahun 1975, atau forum kerjasama Mitra Praja Utama (MPU) di wilayah DKI, Jawa
Barat, Banten, Jawa Tengan, DIY, Jawa Timur, Bali, NTB dan NTT. Sedangkan pada level
kabupaten/kota misalnya: Secretariat bersama KARTAMANTUL yang merupakan kerjasama
Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul, di daerah Solo Raya dikenal Badan
Kerjasama Antar Daerah (BKAD) SUBOSUKA WONOSERATEN yakni badan kerjasama yang
terdiri dari Kota Surakarta, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sukolarjo, Kabupaten Karanganyar,
Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sragen dan Kabupaten Klaten, sedangkan di wilayah NTT
barusan beberapa waktu yang lalu Kabupaten Lembata melegalisasikan rencana kerjasamanya
dengan Kabupaten Wakatobi yang berada di lingkup Provinsi Sulawesi Tenggara. Wilayah lain
yang merupakan kerjasama level kabupaten/kota lintas provinsi antara lain: BKAD
PAWONSARI yakni badan kerjasama yang terdiri dari Kabupaten Pacitan (Jatim), Kabupaten
Wonogiri (Jateng), Kabupaten Wonosari (DIY), Kabupaten Gunung Kidul (DIY). Selain itu
JAVA PROMO adalah sebuah klerjasama antar daerah di sector pariwisata yang melibatkan 13
kabupaten/kota yang berasala dari provinsi DIY dan Jawa Tengah. Dalam skala yang lebih besar
di mana melibatkan seluruh kabupaten/kota se Indonesia adalah APKASI yakni Asosiasi
Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia yang sekarang telah berubah menjadi Badan
Kerjasama Kabupaten Seluruh Indonesia (BKKSI), dan masih banyak lagi kerjasama antar
daerah yang sedang diinisiasi dan yang sduah dilakukan namun tidak melaporkan forumnya ke
pemerintah pusat atau departemen terkait (Warsono, dalam Pramusinto.et.al.2009:109).

Dengan melihat bentuk kerjasama yang sedang dilakukan, masyarakat menjadi optimis
terhadap langkah-langkah pemerintah daerah di dalam meningkatkan kualitas pelayanannya
kepada masyarakat maupun pola pengelolaan kepemerintahan untuk menjadi lebih efisien dan
efektif. Namun efektifitas implementasi kerjasama, kontribusi kerjasama bagi peningkatan taraf
hidup masyarakat menjadi sebuah tanda Tanya besar dalam era desentralisasi ini. Berbagai
hambatan baik dari aspek regulasi maupun dari kapasitas para pengambil kebijakan
menyebabkan kerjasama menjadi potret buram di republic ini.

Namun demikian potret buram tersebut perlahan-lahan akan hilang jika dihadapkan pada
sebuah kajian terhadap realitas kerjasama antar daerah. Dalam sebuah kajian dampak kerjasama
antar daerah terkini yang dilakukan oleh Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kerjasama
antar daerah(LEKAD) yang bekerjasama dengan GTZ GLG ( Good Local Governance) , di
beberapa institusi kerjasama antar daerah di wilayah jawa tengah pada tahun 2008, didapatkan
kesimpulan hasil analisis sebagai berikut:

1. Terjadinya peningkatan regional cohesivenessmelalui upaya minimasi konflik daerah.


2. Peningkatan kesehatan di wilayah perbatasan
3. Terjadinya peningkatan sarana dan prasarana antar desa
4. Peningkatan kemudahan akses pelayanan kesehatan bagi penduduk wilayah perbatasan
5. Adanya koordinasi penataan ruang dan pembangunan antar wilayah dengan terselenggaranya
secara rutin Musyawarah Rencana Pembangunan Regional (MUSRENBANGREG)

Selain itu kerjasama antar daerah yang dibangun member dampak yang signifikan pada sector
ekonomi atau pihak swasta. Dampak-dampak tersebut antara lain:
1. Kemudahan informasi dan investasi
2. Terjadi peningkatan citra wilayah
3. Kemudahan informasi dan proses perizinan
4. Peningkatan omset dan pendapatan
5. Kemudahan akses pasar dan jejaring konsumen
6. Peningkatan margin pendapatan petani
7. Peningkatan teknologi produksi

Di wilayah lain seperti DIY yang juga memiliki kerjasama antar daerah kabupaten/kota
(KARTAMANTUL) juga memberikan dampak positif. Pengelolaan air limbah di wilayah Sewon
Bantul berdampak berkurangnya pencemaran air yang dikarenakan limbah, beigtu juga jembatan
Blambangan yang dibangun antara Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta sebagai akses
transportasi yang berdampak pada penghematan biaya social dan ekonomi.

Dari beberapa potret kerjasama antar daerah yanbg dilakukan serta dampak yang
ditimbulkannya, sebenarnya peluang terhadap percepatan pembanguna kualitas masyarakat di
daerah bisa dipercepat tetapi kondisi tersebut tidak serta merta dapat terwujud karena beberapa
kendala yang juga kerap ditemukan di lapangan ketika berupaya membangun kerjasama antar
daerah.

1. ANALISIS LOGIKA KONSEPTUAL DAN LOGIKA KONTEKSTUAL KERJASAMA ANTAR DAERAH

Pasca orde baru banyak harapan tertumpuh pada otonomi daerah dengan seperangkat
regulasinya yang diyakini sebagai aufklerung bagi masyarakat Indonesia. Kreatif dan inisiatif
daerah semakin berkembang, kesejahteraan masyarakat juga diharapkan juga semakin meningkat
dengan makin dimengertinya kemauan masyarakat oleh penyelenggara layanan public dan
sederet harapan lainnya yang tertumpuh pada penguatan otonomi daerah.

Dalam pelaksanaan desentralisasi, penguatan otonomi daerah memiliki sisi negative


antara lain, sinergi pembangunan regional yang dikhawatirkan semakin menjauh akibat
lemahnya koordinasi di antara mereka. Kabupaten kota bukannya menjalin kerjasama untuk
berbagi peran dalam menyelesaikan masalah bersama, atau meningkatkan daya saing dengan
bersinergi tetapi membiarkan kondisi tanpa komunikasi, tanpa koordinasi bahkan tanpa
kerjasama di tingkat regional. Semua masalah diupayakan penanganannya sendiri-sendiri
(Warsono, dalam Pramusinto.et.al.2009:107).

Kondisi yang demikian dapat dianalisis dengan menggunakan aspek meaningatau prinsip
saling menguntungkan dalam membangun kerjasama antar daerah dan beserta regulasinya dalam
PP No.50 tahun 2007 yang berisikan pedoman dalam membangun kerjasama antar daerah.
Prinsip saling menguntungkan dalam membangun kerjasama antar daerah secara signifikan
memberikan pemahaman akan pentingnya melakukan kerjasama antar daerah yang dapat
membawa keuntungan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam kerjasama tersebut. Kekuatan
pemahaman akan pentingnya membangun forum kerjasama antara para pengambil kebijakan
akan memberikan dorongan yang kuat dalam upaya meretas keterbatasan daya dalam upaya
peningkatan layanan public dan penyelesaian masalah bersama.
Proses inisiasi kerjasama antar daerah yang mengalami stagnasi di beberapa daerah yang
tidak membangun forum kerjasama bukan satu-satunya disebabkan oleh kurangnya kesadaran
dan pemahaman akan prinsip saling menguntungkan dalam kerjasama antar daerah tetapi juga
disebabkan oleh perangkat regulasi atau payung hukum yang tidak menjamin secara spesifik
tentang kerjasama antar daerah. PP No.50 tahun 2007 tentang pedoman dalam membangun
kerjasama antar daerah belum secara spesifik mengatur inisiasi kerjasama tersebut. Hal ini
terlihat dengan tidak adanya regulasi yang jelas dan pasti tentang sumber anggaran yang
dibutuhkan dalam membangun relasi kerjasama antar daerah. Hal ini memberi dampak pada
keragu-raguan pemerintah daerah dalam menginisiasi kerjasama antar daerah karena berbenturan
dengan ketakutan terjebak dalam penyalahgunaan pengelolaan anggaran daerah.

Di lain pihak, kerjasama antar daerah merupakan aksi bersama yang melibatkan seluruh
stakeholders dalam tahap perencanaan, pengambilan keputusan, pengawasan dan bahkan
evaluasi kegiatan. Dalam konteks otonomi daerah yang dimengerti sebagai wadah partisipatif
bagi masyarakat local, hal seperti ini jarang ditemukan dalam realitas. Bahkan fungsi control dan
pengawasan yang diembani oleh pemerintah provinsi terhadap inisiasi kerjasama antar daerah
sangat sulit untuk ditemukan dalam praktek. Hal seperti ini secara implicit memberikan
keleluasaan kepada pengambil kebijakan kerjasama untuk sendiri merencanakan dan
mengimplementasikan kebijakannya tanpa intervensi dari semua stakeholders dan masyarakat
pada umumnya, sehingga memunculkan peluang masuk jebakan birokratisme dalam kerjasama
antar daerah. Dengan demikian kecurigaan terhadap kebijakan kerjasama antar daerah sebagai
peluang bisnis bagi para elit semakin terbuka lebar dan layanan public dan pembangunan
ekonomi masyarakat serta kemajuan daerah sebagai sasaran dan tujuan utama kerjasama
antardaerah menjadi cita-cita utopis dan slogan tak bermakna.

Kesenjangan antara logika konseptual dan logika kontekstual seperti yang telah
dikemukakan di atas dapat disimpulkan beberapa penyebab atau masalah yang melatarbelakangi
kebuntuan dalam perwujudan logika konseptual ke dalam logika kontekstual. Problematika
tersebut antara lain:

1. Ketakutan penyelewengan keuangan daerah.

Hal ini berkaitan dengan tidak adanya regulasi pengelolaan keuangan daerah yang mengatur
secara spesifik kerjasama antar daerah. Hal ini menyebabkan kekhawatiran dari pemerintah
daerah terjebaka dalam pelaporan keuangan ketika terjadi pemeriksaan oleh badan pemeriksa
yang berwewenang. Sejauh ini daerah-daerah yang melakukan kerjasama antar daerah
menggunakan anggaran dengan mensiasati melalui pos-pos di SKPD yang bersangkutan dalam
sebuah kerjasama atau pos hibah.

2. Bagi organisasi yang bersifat structural, di mana struktur organisasi diisi oleh hanya staf
pemerintah daerah tanpa melibatkan tokoh-tokoh masyarakat menyebabkan kerjasama
menjadi tidak efektif dan partisipatif. Struktur organisasi yang demikian justru melemahkan
potensi kekuatan kerjasama antar daerah. Dengan demikian potret organisasi yang
mengedepankan konsep jejaringan yang fleksibel dan partisipatif menjadikan organisasi
tersebut lebih dinamis dan terbuka.
3. Adanya keterbatasan kesadaran para actor pembangunan dan penentu kebijakan untuk
memanfaatkan kerjasama antar daerah sebagai instrument strategis dalam peningkatan
pelayanan public dan pencapaian keuntungan bersama.
4. Lemahnya fungsi control dari pemerintah provinsi terhadap forum kerjasama yang dibangun di
daerah.
5. REKOMENDASI UNTUK MENJEMBATANI KONSEP DAN PRAKTEK

Dari uraian tersebut di atas dapat diketahuiu adanya kesenjangan antara teori dan praktek
dalam mewujudkan kerjasama antar daerah sebagai basis kekuatan dalam menciptakan
keuntungan bersama. Dari permasalahan yang ditemukan dapat ditawarkan beberapa solusi
alternative yang mungkin dapat mendamaikan inkonsistensi antara logika konseptual dan logika
kontekstual.

1. Perlu adanya payung hukum atau regulasi yang jelas dan pasti tentang sumber anggaran untuk
membiayai inisiasi kerjasama antar daerah. UU No.32 tahun 2004 dan PP No.50 tahun 2007 atau
regulasi tentang anggaran daerah lainnya belum menjamin dan memberikan dasar bagi
pemerintah local untuk menggunakan sumber dana kerjasama dari pos mana pun. Hal ini
menyebabkan “kehati-hatian” bagi pemerintah daerah dalam membangun kerjasama antar
daerah terutama berkaitan dengan aspek pendanaan.
2. Untuk mensiasati ketidakjelasan dan ketidakpastian regulasi tentang anggaran untuk kerjasama
tersebut maka pemerintah daerah perlu melakukan pengintegrasian kebutuhan atau isu-isu
obyek kerjasama yang akan dikerjasamakan ke dalam sistem perencanaan daerah melalui RPJP.
Dengan demikian masalah anggaran bisa sedikitnya teratasi dengan dimasukannya program
kerjasama tersebut ke dalam sistem perencanaan daerah.
3. Partisipasi. Partisipasi yang dimaksudkan adalah upaya melibatkan multistakeholders termasuk
tokoh-tokoh masyarakat dalam struktur organisasi, tahap perencanaan, pengambilan
keputusan, implementasi, pengawasan dan evaluasi kegiatan kerjasama antar daerah. Hal ini
lebih dimaksudkan untuk meminimalisir penyimpangan dalam melakukan implementasi.
Bagaimanapun baiknya misi yang diemban dan bagaimanapun luhurnya tujuan sebuah
kebijaksanaan, kuncinya adalah pada implementasi. Dalam implementasi terjadi interaksi yang
melibatkan berbagai macam kepentingan yang ada dalam masyarakat yang dikenal dengan
istilah stakeholders. Karena itu implementasi akan selalu melibatkan kepentingan politik
masyarakat dan hal itu menjadikan implementasi sangat rumit (Syaukani. et.al,2009:292)
4. Membangun komitmen pimpinan daerah akan pentingnya kerjasama antar daerah. Membangun
kesepahaman dengan berpijak pada kepentingan dan keuntungan bersama merupakan sebuah
keniscayaan dalam membangun forum kerjasama antar daerah. Pimpinan-pimpinan daerah
harus bersinergi dan membangun kesepakatan bersama dalam membangun relasi yang baik
antar daerah demi kemajuan daerah masing-masing. Konflik di masa lalu di antara suku-suku di
daerah perbatasan tidak boleh dilihat sebagai faktor penghalang untuk membangun kerjasama
dalam penyamaan tingkat kemakmuran lintas daerah.

Hal ini menjadi lebih efektif jika kedua kepala daerah menyadari akan menjadikan potensi
konflik sebagai strategi untuk membangun kerjasama yang baik. Oleh karena itu pemerintah
daerah harus mampu untuk meningkatkan pendidikan rakyat bagi daerah-daerah konflik,
sehingga rasa persaudaraan terbina dengan tulus dengan dasar pancasila menjadi anutan bersama
(Bdk. A.Simanjuntak, 2011:220).
Koordinasi antar pemerintah terkait kerjasama antardaerah, mulai dari tingkat pusat, pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang selama ini dipandang lemah menjadi tantangan
bagi semua pihak. Upaya-upaya koordinasi yang intensif untuk menyamakan persepsi,
sinkronisasi program dan kegiatan merupakan hal yang mutlak diperlukan.

Pemerintah khususnya provinsi dan kabupaten kota perlu melakukan upaya peningkatan kualitas
dan kuantitas aparatur penyelenggara kerjasama, karena hal itu ikut menentukan tingkat
keberhasilan kerjasama. Khusus untuk peningkatan kualitas pemahaman, pemerintah daerah
secara intens perlu melakukan pembekalan, pelatihan, workshop atau kegiatan semacamnya.

1. PENUTUP

Pengalaman kerjasama antar daerah ternyata sangat menarik jika ditelisik lebih
mendalam karena memberikan kontribusi dan asas manfaat terhadap pembangunan dan
peningkatan ekonmi masyarakat. Akan tetapi kesadaran dan pemahaman tentang kerjasama antar
daerah bagi public belum maksimal sehingga menyebabkan kesulitan dalam menginisiasi
kerjasama antar daerah dalam lingkup daerah. Dalam konteks otonomi daerah kerjasama justru
menjadi instrument vital dalam memajukan daerah dan upaya menyelesikan permasalahan secara
bersama. Dengan kerjasama meluasnya konflik kedaerahan dan konflik ekstensial lainnya
perlahan-lahan akan diubah menjadi potensi afirmatif bagi pihak-pihak yang bekerjasama.

Dengan demikian upaya mewujudkan kerjasama antar daerah merupakan aksi vital dan
urgens untuk segera di praktekan dalam otonomi daerah. Pelaksanaan atas nama suci kerjasama
antar daerah niscaya akan membawa dampak yang sangat positif bagi kemajuan daerah jika
dimbangi dengan niat baik para inisiator dan para implementator dan jauh dari kepentingan
politik walaupun pada dasarnya pengambilan kebijakan kerjasama antar daerah adalah kebijakan
politis.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Pramusinto dan Erwan Agus Purwanto, Reformasi Birokrasi, Kepemimpinan dan
Pelayanan Publik: Kajian tentang Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia,Yogyakarta: Gava
Media. 2009.

Antonius Simanjuntak, Otonomi Daerah,Etnonasionalisme, dan Masa Depan Indonesia. Berapa


Persen lagi tanah dan Air Nusantara Milik Rakyat?,Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
2011.

Syaukani, Afan Gavar dan Ryaas Rasyid, Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan,Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 2009.
Pamudji, S, Kerjasama antar Daerah dalam rangka Pembangunan Wilayah, Jakarta: Bina
Aksara, 1983.

Pratikno, Mengelolah Dinamika Politik dan Sumberdaya Daerah,Yogyakarta: PLOD-


Departemen Dalam Negeri. 2004.

Pratikno dan Parwoto, Desentralisasi dan Otonomi Daerah:Modul Kuliah Desentralisasi dan
otonomi Daerah, Program Pascasarjana(S-2) Ilmu Pemerintahan STPMD “APMD” Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai