Juni 2011
Kerjasama Antar Daerah
68204
Decentralization Support Facility (DSF) merupakan dana perwalian multi donor yang dipimpin oleh Pemerintah
Indonesia, yang bertujuan untuk mendukung agenda desentralisasi pemerintah. DSF berupaya mencapai
tujuannya dengan memenuhi tiga peranan, yaitu membantu Pemerintah Indonesia meningkatkan: (i)
harmonisasi, keselarasan, dan efektivitas bantuan pembangunan; (ii) penyusunan dan pelaksanaan kebijakan;
dan (iii) kapasitas pemerintah, terutama di tingkat daerah. Keanggotaan DSF terdiri dari BAPPENAS, Kementerian
Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, dan sembilan donor (ADB, AusAID, CIDA, DFID, Pemerintah Jerman,
Pemerintah Belanda, UNDP, USAID, dan Bank Dunia). Dukungan keuangan untuk DSF utamanya diberikan oleh
DFID, dan juga kontribusi dari AusAID serta CIDA.
Foto pada halaman sampul merupakan hak cipta World Bank Photo Library.
Panduan Pembentukan dan Pelaksanaan Kerjasama Antar Daerah merupakan hasil kerja konsultan dan staf Bank
Dunia. Temuan, interpretasi, dan kesimpulan dalam laporan ini tidak mencerminkan pendapat DSF maupun
donor yang diwakili.
PENGANTAR
Buku ini disusun sebagai panduan untuk menginisiasi kerjasama antar daerah maupun untuk
mengoptimalisasi kerjasama yang sudah dilaksanakan oleh pemerintah daerah khususnya dalam
bidang pelayanan publik.
Panduan ini dikembangkan dari kerjasama daerah yang telah terimplementasi dengan baik, dengan
harapan pengalaman empiris yang telah dilakukan dapat secara mudah direplikasi oleh daerah lain
di seluruh Indonesia yang mempunyai keinginan untuk menjalin kerjasama antar daerah. Bersama
dengan ke-khasan ataupun hal-hal unik yang dimiliki daerah, pengalaman empiris tersebut dapat
dijadikan modal ataupun potensi untuk melaksanakan Kerjasama Antar Daerah (selanjutnya
disingkat menjadi KAD).
Implementasi dari panduan ini tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dan komitmen yang
tinggi dari para pihak yang bekerjasama. Oleh karenanya sejak tahap inisiasi/awal harus dikawal
oleh tim atau kelompok kerja yang berasal dari masing-masing daerah yang bekerjasama. Sehingga
pada akhirnya kesepakatan kerjasama tidak hanya berhenti pada kegiatan seremonial
penandatanganan kerjasama semata.
Secara teknis kerjasama membutuhkan komitmen, kesabaran serta energi yang luar biasa.
Karenanya, masing-masing pihak harus bersama-sama memberikan kontribusi yang didasari oleh
saling membutuhkan, kesediaan saling berkorban serta saling mengisi. Komunikasi yang dilakukan
secara intensif pada akhirnya akan menjadi perekat kerjasama yang luar biasa.
ii | P a g e
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
DAFTAR ISI
PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR iv
BAGIAN I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penyusunan Panduan 2
1.2 Tujuan dan Sasaran 2
1.3 Manfaat dan Fungsi 2
1.4 Acuan Normatif 2
1.5 Ruang Lingkup Panduan 3
1.6 Sistematika Panduan 3
iii | P a g e
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
LAMPIRAN
Perjanjian Kerjasama KAD Kartamantul
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tahapan Kerjasama Antar Daerah 5
Tabel 2 Tupoksi Asisten Sekber Kartamantul 31
Tabel 3 Pembagian Beban Pembiayaan Sekber Kartamantul 39
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Penyusunan Baseline Regional 9
Gambar 2 Mekanisme Hubungan Kerja Sekber Kartamantul 33
iv | P a g e
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
BAGIAN I
PENDAHULUAN
1
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Salah satu kendala yang dihadapi oleh pihak pemerintah daerah dalam mengimplementasikan
kerjasama antar daerah adalah keterbatasan informasi/pengetahuan untuk melaksanakannya.
Untuk itu diperlukan acuan ataupun panduan teknis untuk melaksanakan kerjasama antar daerah
di setiap tahapan, sejak tahap inisiasi sampai dengan monitoring dan evaluasi.
1.3. Manfaat
Secara umum panduan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak serta pemangku
kepentingan yang terkait dengan implementasi kerjasama antar daerah. Secara khusus panduan ini
dapat bermanfaat bagi pemerintah daerah kabupaten/kota yang akan melaksanakan serta
mengembangkan kerjasama antar daerah khususnya di bidang pelayanan publik.
2
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Bagian I Pendahuluan
Berisikan uraian mengenai latar belakang, tujuan dan sasaran, manfaat, acuan normatif, ruang
lingkup serta sistematika Panduan.
3
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
BAGIAN II
PANDUAN PEMBENTUKAN & PELAKSANAAN
KERJASAMA ANTAR DAERAH
4
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Berdasarkan konsep serta pengalaman empirik yang terjadi baik di dalam maupun di luar negeri,
secara umum terdapat beberapa tahapan yang biasa dilakukan untuk membentuk serta
melaksanakan kerjasama antar daerah (selanjutnya disingkat dengan KAD). Penjelasan dari tiap
tahapan tersebut beserta tujuannya dapat dilihat pada tabel berikut.
TABEL 1
Tahapan Kerjasama Antar Daerah
PENTAHAPAN TUJUAN
TAHAP 1: Melakukan identifikasi aktor-aktor
INISIASI PROSES PEMBENTUKAN KAD kunci/pendukung KAD di daerah serta
Merupakan langkah inisiasi paling awal yang menyamakan pemahaman dan tujuan serta
dilakukan oleh tokoh – tokoh kunci regional manfaat KAD di antara daerah yang akan
untuk bisa mewujudkan KAD bekerja sama
Berikutnya akan diuraikan mengenai kegiatan utama atau langkah-langkah dari kelima tahapan
kerjasama antar daerah. Dalam tiap tahapan akan diuraikan tentang:
5
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
i) Panduan umum
Berisikan uraian mengenai langkah-langkah ideal berdasarkan konsep Kerjasama antar daerah.
Dalam panduan umum ini akan dijelaskan mengenai kegiatan apa saja yang dilakukan,
bagaimana melakukannya, siapa yang melakukan, berapa lama waktu yang dibutuhkan, serta
hal-hal lain yang dapat memperjelas pelaksanaan tiap tahapan tersebut.
TAHAP I: INISIASI
Lingkup Tahap Inisiasi proses pembentukan KAD merupakan langkah paling awal yang
harus dilakukan oleh tokoh-tokoh kunci regional (baik dengan ataupun
tanpa fasilitasi dari pihak pusat dan propinsi), untuk bisa mewujudkan
KAD. Tahap ini mencakup 3 langkah atau kegiatan utama.
Tujuan Tujuan utama dari tahap pertama ini adalah agar aktor – aktor
pendukung KAD di daerah bisa diidentifikasi dengan baik serta terjadi
kesamaan pemahaman mengenai tujuan serta manfaat KAD. Identifikasi
dan kesamaan pemahaman KAD ini sangat penting sebagai langkah awal
untuk membentuk suatu KAD, karena berdasarkan kondisi pada saat ini
KAD belum mendapatkan porsi yang utama oleh pengambil keputusan di
daerah di dalam mencapai tujuan pembangunan daerah.
Hasil Tahap 1. Terjalinnya komunikasi, koordinasi serta kerjasama (3K) dari para
tokoh kunci yang berasal dari berbagai pihak (pemerintah maupun
masyarakat) di seluruh wilayah kabupaten/kota yang akan
melaksanakan KAD
Durasi Seluruh kegiatan yang termasuk dalam tahap inisiasi dapat diselesaikan
dalam kurun waktu 14 bulan.
6
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
LANGKAH 1: Kegiatan identifikasi tokoh kunci pendukung KAD bisa dilakukan oleh
MELAKUKAN inisiator kerjasama ataupun masing-masing pemerintah kabupaten/kota
IDENTIFIKASI yang akan melaksanakan KAD dengan mediasi dari pemerintah provinsi,
TOKOH KUNCI KAD lembaga donor, perguruan tinggi ataupun LSM.
Melibatkan banyak Identifikasi dilakukan terhadap tokoh kunci pendukung KAD yang berada
Tokoh dari berbagai di wilayah kabupaten/kota yang akan melaksanakan kerjasama, yang
golongan berasal dari seluruh kalangan seperti pemerintahan (baik eksekutif
maupun legislatif), tokoh masyarakat/adat/agama/ pemuda, kelompok
masyarakat terkait, Perguruan tinggi, Pengusaha, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), ahli di bidang terkait dll. Tokoh kunci yang sudah
teridentifikasi, nantinya sedapat mungkin selalu diikutsertakan/
diundang dalam kegiatan KAD di wilayah tersebut.
Idealnya, tokoh kunci KAD berasal semua kalangan yang terkait dengan bidang pelayanan publik
yang akan dikerjasamakan. Dengan pertemuan yang diadakan secara berkala, peran aktif serta
hubungan antar tokoh kunci KAD dapat dibangun dengan mengadakan pertemuan secara berkala.
7
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Rincian kegiatan Secara keseluruhan kegiatan ini membutuhkan waktu sekitar 8 bulan
dengan rincian kegiatan:
1. Melakukan identifikasi atau pemetaan potensi/kendala/limitasi
wilayah yang akan bekerja sama, meliputi sektor:
Fisik (sarana dan prasarana) dan sumber daya alam
Kependudukan dan sumber daya manusia
Hukum dan kebijakan
Aktifitas sektoral
Pemerintahan
Sosial Budaya
Jejaring dan kerjasama regional yang telah ada
Hasil dari identifikasi/pemetaan berupa database dari seluruh sektor
tersebut baik dalam bentuk statistik maupun grafis. Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) dapat dijadikan salah satu masukan dalam
kegiatan pemetaan ini, karena memuat standar formal normatif yang
dapat dijadikan sebagai pedoman identifikasi kekuatan dan
kelemahan wilayah.
8
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
GAMBAR 1
Penyusunan Baseline Regional
Penjelasan gambar:
1. Lokakarya antar daerah untuk menggali permasalahan (kendala/ limitasi) serta potensi. Tujuan
dari lokakarya ini adalah untuk menggali isue baik berupa permasalahan yang dihadapi
bersama antara daerah yang akan bekerjasama, maupun potensi yang dimiliki bersama. Hasil
lokakarya berupa kesepakatan permasalahan/potensi untuk sektor yang menjadi
obyek/sasaran kerjasama. Lokakarya ini dihadiri oleh:
Pemerintah Provinsi termasuk badan koordinasi lintas wilayah
Pemerintah Daerah yang akan terlibat dalam KAD
Lembaga KAD (bila sudah terbentuk)
Lembaga fasilitator yang menjembatani dialog antar daerah (jika ada)
Metode yang digunakan dalam lokakarya meliputi:
Brainstorming¸yaitu metode untuk menggali pendapat dari setiap peserta didalam suatu
pertemuan, terkait dengan isue, permasalahan tertentu ataupun potensi yang dimiliki untuk
sektor yang akan dikerjasamakan
Focus Group Discussion (FGD), yaitu metode untuk mendiskusikan suatu isue di dalam suatu
kelompok terbatas, yang diikuti oleh pihak-pihak yang relevan terhadap isue yang dibahas.
2. Pengamatan lapangan serta wawancara
Tujuan kegiatan ini adalah untuk memperoleh data serta informasi tentang permasalahan yang
dihadapi bersama serta potensi yang dimiliki bersama dari sektor yang akan dikerjasamakan.
Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini dapat dilakukan dengan mediasi dari Pemerintah Propinsi
ataupun dengan bantuan dari pihak ketiga seperti lembaga donor ataupun perguruan tinggi.
9
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Bappeda Provinsi Bappeda Provinsi DIY menginisiasi kerjasama antara Kota Yogyakarta,
berperan penting Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul dalam kerangka Proyek
dalam inisiasi/ Pembangunan dan Pengembangan Kota Terpadu (P3KT) bekerja sama
identifikasi tokoh dengan Swiss Development Cooperation (SDC). Proses inisiasi diawali
Kunci KAD. dengan memfasilitasi identifikasi tokoh kunci KAD, dengan mengundang
Bappeda Kabupaten/Kota terkait kemudian diperluas dengan
melibatkan dinas dan instansi terkait (SKPD) dari Kabupaten/Kota
terkait dan Provinsi DIY.
Setelah Sekber Sejak tahun 2001 - setelah terbentuknya wadah KAD berupa Sekretariat
sebagai wadah KAD Bersama (Sekber) Kartamantul – proses identifikasi tokoh kunci KAD
terbentuk, fungsi untuk bidang pelayanan publik yang akan dikerjasamakan, dilakukan
identifikasi tokoh oleh Sekber Kartamantul. Dalam melakukan identifikasi ini, Sekretariat
dilakukan oleh Bersama Kartamantul memperluas keterlibatan berbagai pihak, selain
Sekber Kartamantul SKPD terkait dari Kabupaten/Kota terkait dan Provinsi DIY, juga dari
kalangan non pemerintah seperti dari Lembaga Swadaya Masyarakat,
LPMK/LMD terkait serta jurnalis. Selain itu Sekber Kartamantul juga
membuat artikel/release terkait dengan permasalahan sektor yang akan
dikerjasamakan, bagaimana inisiasi pemecahan, serta bagaimana
keterlibatan dan peran yang dapat dilaksanakan oleh para pihak. Para
jurnalis juga diminta/diperbolehkan untuk melakukan wawancara
langsung dengan pihak-pihak yang terkait. Masukan dari pihak terkait
diterbitkan di media, dan menjadi pertimbangan dalam proses
mengidentifikasi tokoh kunci. [Tokoh kunci yang berhasil di identifikasi
di KAD Kartamantul untuk tiap bidang yang dikerjasamakan akan
disajikan di Bagian 3]
10
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Tetapkan waktu Setelah dilakukan 2 - 3 kali pertemuan intensif (@ 2 jam) yang memakan
untuk waktu sekitar 1 bulan, tokoh kunci KAD Kartamantul dapat diidentifikasi.
mengidentifikasi Melalui pertemuan tersebut dapat dipetakan SKPD mana saja yang
kunci KAD. nantinya akan berperan sebagai leader, pendukung serta implementasi.
Kuncinya terletak pada kesiapan dan komitmen Kabupaten/Kota untuk
bersama-sama berbagi tugas dalam mengawal perencanaan,
implementasi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan kerjasama.
11
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Lesson Learn proses Kendala utama yang dihadapi oleh KAD Kartamantul saat proses
meningkatkan meningkatkan peran aktif tokoh kunci adalah terjadinya deadlock
hubungan Tokoh (ketidaksepakatan) saat brainstorming membahas permasalahan sektor
Kunci KAD yang akan dikerjasamakan. Dengan melakukan pertemuan secara
berkala, akhirnya kesepakatan dapat tercapai.
Pastikan Baseline Baseline Regional KAD Kartamantul disusun dalam waktu sekitar 3-4
Regional dapat bulan dengan berbagai kegiatan seperti rapat koordinasi, FGD,
tersusun dengan workshop/ lokakarya yang melibatkan seluruh kabupaten/kota, dengan
melibatkan seluruh beberapa tahapan.
stakeholder terkait. 1. Pengumpulan data/informasi terkait dengan sektor pelayanan publik
yang akan dikerjasamakan meliputi data:
Demografi: jumlah penduduk, jenis kelamin, distribusi penyebaran,
PDRB
Geologi: tata guna lahan, elevasi, topografi
Geografis: citra dan peta dasar
Hidrologi: kondisi curah hujan, kedekatan dekat fasilitas air,dll
Klimatologi
Utilitas Eksisting
Kegiatan ini dilakukan oleh Bappeda serta Dinas Pekerjaan Umum
Provinsi DIY.
2. Menyusun Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) sektor pelayanan
publik yang dihadapi oleh bersama Kabupaten/Kota.
3. Melaksanakan SWOT Analysis untuk sektor pelayanan publik yang
dikerjasamakan (menyangkut regulasi, manajemen pengelolaan,
kelembagaan, pembiayaan, teknologi terapan dan pelibatan
masyarakat).
[Hasil penyusunan DIM serta SWOT untuk tiap sektor pelayanan publik
yang dikerjasamakan akan dibahas di bagian 3]
Jadikan Baseline KAD Kartamantul kemudian menggunakan Baseline Regional yang telah
Regional sebagai tersusun sebagai acuan bagi Kabupaten/Kota dalam melaksanakan
acuan bagi pengelolaan sektor pelayanan publik yang dikerjasamakan, yaitu sebagai
penyusunan data dasar bagi penyusunan master plan sektoral.
program KAD.
12
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Tahap Inisiasi pembentukan KAD di Kartamantul dipelopori oleh Bappeda Provinsi DIY, yang pada
saat itu melihat permasalahan sampah akan lebih efektif dan efisien jika ditanggulangi secara
bersama oleh Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Bappeda Provinsi DIY
dalam hal ini juga melakukan fungsi – fungsi fasilitasi, mediasi untuk menjalin komunikasi dan
menyamakan pemikiran Kota dan Kabupaten mengenai kebutuhan akan kerjasama menangani
sampah.
GOOD PRACTICES
Peran aktif Bappeda Provinsi DIY sebagai inisiator.
Pertemuan – pertemuan dalam rangka inisiasi KAD dihadiri oleh orang yang sama.
Penyusunan SWOT untuk sektor sampah yang akan dikerjasamakan (penyusunan SWOT ini
terus dilakukan untuk objek kerjasama lainnya).
PERTANYAAN EVALUASI
Apakah daerah anda memiliki permasalahan sama yang juga dihadapi oleh daerah lain yang
berbatasan langsung dengan daerah anda?
Apakah daerah anda memiliki Tokoh Kunci (tokoh masyarakat, SKPD, dll) yang bisa menjadi
“Champion” atau inisiator KAD?
Bagaimana peran Bappeda Provinsi di wilayah anda pada masa inisiasi ini?
Apakah selama ini sudah terjalin komunikasi formal dan informal antar Kepala
Pemerintahan (dan/atau antar SKPD) di daerah yang berbatasan langsung dengan daerah
anda?
Apakah sudah ada kesamaan persepsi mengenai konsep KAD, pembagian tugas dan
tanggung jawab?
Apakah saat ini daerah anda sudah memiliki informasi – informasi yang akurat mengenai
profil daerah (terkait dengan potensi dan kendala) anda?
13
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Tujuan Tujuan utama dari tahap kedua ini adalah untuk mendapatkan rancangan
– rancangan kesepakatan yang meliputi berbagai aspek seperti konsep,
pengorganisasian, pengelolaan keuangan dan lain- lain yang dituangkan
ke dalam suatu nota kesepahaman/MoU ataupun bentuk ikatan lainnya.
Sasaran Sasaran utama dari tahap ini adalah meningkatkan kesadaran pemerintah
daerah (terutama pengambil keputusan) akan pentingnya bekerjasama
dan memegang teguh komitmen untuk bekerja sama.
Hasil Tahap Dari tahap ini diharapkan dapat dihasilkan beberapa hal berikut:
1. Terbentuknya “Forum Tokoh Kunci”
2. Tersusunnya draft Konsep KAD
3. Tersusunnya draft wadah KAD
4. Tersedianya draft Kesepakatan Bersama (MoU)
5. Penandatanganan Kesepakatan Bersama (MoU
Durasi Kegiatan dalam tahap persiapan dimulai sejak bulan ketiga. Pelaksanaan
seluruh kegiatan dalam tahap II ini secara keseluruhan akan
membutuhkan waktu sekitar 13 bulan.
LANGKAH 1: Kegiatan persiapan pengorganisasian KAD diawali dengan membentuk
MEMBENTUK forum tokoh kunci wilayah, yang diharapkan sudah dapat terbentuk pada
FORUM TOKOH bulan ke-8. Tokoh kunci yang dimaksud adalah tokoh kunci yang berasal
KUNCI WILAYAH dari seluruh kabupaten/kota yang akan bekerja sama, yang telah berhasil
diidentifikasi pada tahap persiapan (langkah 1). Pembentukan forum
tokoh kunci wilayah dilakukan oleh pemerintah kota/kabupaten yang
akan melaksanakan KAD dengan bantuan ataupun mediasi dari berbagai
pihak, terutama pemerintah provinsi ataupun pihak lainnya seperti
lembaga donor, perguruan tinggi ataupun LSM. Forum tokoh kunci inilah
yang nantinya akan melakukan segala kegiatan persiapan
pengorganisasian KAD seperti penyusunan draft konsep KAD, rencana
wadah kelembagaan KAD, serta draft kesepakatan bersama (MoU).
LANGKAH 2: Konsep KAD yang dimaksud meliputi visi, misi, identifikasi lingkup serta
MENYUSUN DRAFT prioritas bidang/obyek yang akan dikerjasamakan (program kerjasama),
KONSEP KAD bentuk kerjasama, serta rencana pelaksanaannya. Konsep KAD disusun
berdasarkan hasil identifikasi data baseline regional yang telah disusun
pada tahap inisiasi.
Draft atau rencana dari konsep KAD ini dibuat oleh Forum tokoh kunci
yang telah terbentuk dengan bantuan dari pemerintah provinsi.
14
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Rincian kegiatan Secara keseluruhan kegiatan ini membutuhkan waktu sekitar 3 bulan
dengan rincian kegiatan berikut:
1. Forum tokoh kunci membentuk tim yang ditugaskan untuk
menyiapkan draft konsep KAD & draft rencana kelembagaan dengan
difasilitasi oleh pemerintah provinsi
2. Tim yang terbentuk menyiapkan dan menyusun draft konsep
3. Tim mempublikasikan draft konsep KAD melalui mekanisme public
hearing, sehingga rencana KAD terpublikasikan kepada masyarakat
dan bisa mendapatkan masukan.
Peran TKKSD (jika Sebelum para tokoh kunci membuat draft rencana/konsep KAD, TKKSD
sudah terbentuk) yang sudah terbentuk di kabupaten/kota yang akan melakukan kerjasama
dapat menyiapkan rencana kerjasama, yang meliputi beberapa kegiatan:
Menyusun rencana kerjasama terhadap obyek yang akan
dikerjasamakan
Menyiapkan informasi dan data yang lengkap mengenai obyek yang
akan dikerjasamakan
Analisis manfaat dan biaya kerjasama yang terukur bahwa obyek
kerjasama akan lebih bermanfaat dikerjasamakan dengan daerah lain
daripada dikelola sendiri
Prinsip dasar Beberapa prinsip dasar yang harus diikuti dalam proses penyusunan draft
penyusunan draft konsep KAD agar mendapat persetujuan dari pihak terkait, sehingga
Konsep KAD dalam implementasinya dapat berjalan dengan baik, yaitu:
1. Seluruh kabupaten/kota yang akan melakukan KAD terwakili dalam
tim yang ditugaskan untuk menyiapkan draft konsep KAD & draft
rencana kelembagaan
2. Setiap kegiatan pertemuan didampingi oleh fasilitator yang
menjembatani persepsi kebutuhan dan kepentingan masing-masing
daerah. Fasilitator bisa berasal dari lembaga donor, perguruan tinggi,
pemerintah provinsi maupun pihak-pihak lainnya
3. Setiap kegiatan melibatkan pemerintah propinsi.
Contoh KAD Berikut ini contoh bentuk kerjasama daerah berdasarkan lampiran
menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No 22/2009:
Permendagri No. 1. Kerjasama Pelayanan Bersama
22/2009 Merupakan kerja sama antar daerah untuk memberikan pelayanan
bersama kepada masyarakat yang bertempat tinggal di daerah yang
bekerjasama, untuk membangun fasilitas dan memberikan pelayanan
bersama. Misalnya: pelayanan pendidikan SLTP-SLTA,
Puskesmas/Rumah Sakit Daerah.
2. Kerjasama Pelayanan antar Daerah
Merupakan kerja sama antar daerah untuk memberikan pelayanan
tertentu bagi masyarakat yang bertempat tinggal di daerah yang
bekerjasama, dengan kewajiban bagi daerah yang menerima
pelayanan untuk memberikan suatu kompensasi tertentu kepada
daerah yang memberikan pelayanan. Misalnya: pelayanan saluran
irigasi, pembuangan sampah air
15
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
LANGKAH 3: Selain menyusun draft konsep KAD, tim yang dibentuk oleh forum tokoh
MENYUSUN kunci juga ditugaskan untuk menyusun draft atau rencana wadah
RENCANA WADAH kelembagaan/organisasi KAD yang meliputi:
KELEMBAGAAN KAD 1) Konsep rancangan bentuk wadah KAD baik berupa lembaga/
organisasi ataupun bentuk lainnya
2) Struktur organisasi beserta staf yang akan bertugas didalamnya
3) SDM pelaksana/penggerak wadah KAD Masa kepengurusan
4) Rancangan mekanisme pembiayaan dari wadah yang terbentuk
Untuk menyusun rencana wadah KAD tersebut diperlukan dukungan dari
kalangan profesional di bidang KAD untuk melakukan kajian kelembagaan
KAD. Dukungan terutama diperlukan saat melakukan kajian akademis
terhadap kebutuhan akan wadah KAD serta bentuk wadah yang sesuai.
16
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Substansi MoU Beberapa poin yang harus dimuat dalam isi kesepakatan bersama (MoU):
1. Identitas para pihak
Memuat informasi identitas dari seluruh pihak yang terlibat dalam
KAD, mencakup nama, jabatan, alamat kantor, serta keputusan
pengangkatan dalam jabatan kepala daerah
2. Maksud dan tujuan
Maksud menggambarkan apa yang diinginkan secara umum dari
pelaksanaan KAD. Sedangkan Tujuan menggambarkan apa yang
diingkin secara khusus dari pelaksanaan KAD
3. Obyek dan ruang lingkup kerjasama
Berisikan uraian mengenai obyek yang dikerjasamakan serta
penjabaran dari obyek tersebut.
4. Bentuk kerjasama
Memuat bentuk kerjasama yang akan telah disepakati para pihak yang
akan melakukan KAD.
5. Sumber biaya
Memuat sumber pembiayaan yang telah disepakati bersama oleh para
pihak yang akan melakukan KAD.
6. Tahun anggaran dimulainya pelaksanaan kerjasama
Memuat tahun anggaran dimulainya serta selesainya kegiatan KAD
atas kesepakatan para pihak yang bekerjasama.
7. Jangka waktu
Jangka waktu berlakunya kesepakatan bersama maksimal 12 bulan
8. Rencana kerja
Memuat rencana waktu penyusunan rencana perjanjian kerjasama,
pembahasan serta penandatanganannya.
17
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Judul, Logo, Nomor Di samping itu, dalam suatu naskah kesepakatan bersama juga harus
dan Perihal MoU memuat:
1. Logo
Logo yang dicantumkan dapat berupa gambar atau simbol yang
terkait dengan bidang yang akan dikerjasamakan. Bentuk logo
merupakan kesepakatan dari para pihak yang melaksanakan KAD.
2. Judul
Pemberian judul Naskah Kesepakatan Bersama didasarkan pada
bidang yang akan dikerjasamakan, dan merupakan kesepakatan
bersama dari pihak yang bekerjasama
3. Nomor
Pemberian nomor dilakukan oleh masing-masing pihak yang
melakukan KAD, untuk selanjutnya ditetapkan pemberian nomor
utamanya.
4. Perihal
Merupakan penjelasan mengenai bidang kerjasama yang menjadi
obyek dari kerjasama.
Terbentuknya Forum Tokoh Kunci KAD, tersusunnya draft konsep KAD dan wadah kelembagaan,
serta ditandatanganinya Kesepakatan Bersama (MoU) menunjukkan hasil penguatan komitmen
KAD yang akan dilakukan.
18
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Bappeda Provinsi Setelah terciptanya komunikasi antar tokoh kunci KAD (Tahap I –
menginisiasi Langkah 2), secara informal Bappeda Provinsi DIY membentuk “Forum
pembentukan Forum Koordinasi Bappeda” yang beranggotakan Bappeda Provinsi serta
Tokoh Kunci Wilayah Bappeda Kabupaten/Kota. Pembentukan forum ini membutuhkan waktu
sekitar 1 bulan. Forum yang beranggotakan tokoh kunci wilayah ini
memberikan saran teknis serta rekomendasi kebijakan untuk
meningkatkan kinerja bidang yang sedang dikerjasamakan. Rapat
koordinasi yang membahas berbagai isue regional serta mekanisme
penanganan masalah secara bersama dilakukan secara berkala oleh forum
ini. Selain itu, forum ini juga sudah mulai mengidentifikasi adanya
kebutuhan akan suatu wadah kerjasama untuk mengelola KAD
Kartamantul.
Pastikan Konsep Konsep KAD disusun bersama oleh anggota forum koordinasi Bappeda
KAD disusun oleh dengan mengikutsertakan SKPD terkait seperti Dinas Pekerjaan Umum,
Forum Tokoh Kunci Badan Lingkungan Hidup, dan Bagian Hukum serta Organisasi dari Kota
yang telah Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul dibantu oleh
terbentuk. akademisi bidang lingkungan dan planologi. Apabila secara teknis sudah
disepakati, konsep KAD kemudian dicermati oleh Bagian Hukum
Kabupaten/Kota untuk mendapatkan masukan/ koreksi dan
pencermatan legal draftingnya. Konsep KAD Kartamantul dapat
diselesaikan dalam waktu 2 bulan dan dengan intensitas pertemuan
pembahasan 2 kali/minggu.
19
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Peran Provinsi DIY Untuk menghadapi kendala tersebut Pemerintah Provinsi melakukan
dalam menyikapi beberapa hal:
permasalahan objek Provinsi membuat Rencana Tata Ruang Wilayah yang dapat menjadi
KAD Kartamantul dasar pemilihan lokasi sarana/prasarana yang akan dikerjasamakan
Lahan/lokasi yang akan dibangun tersebut di”akuisisi” atau dibeli
oleh pihak Provinsi, namun pengelolaannya diserahkan kepada
kabupaten/kota, tanpa meminta imbal jasa/kompensasi
Pihak Provinsi mengusahakan dilakukannya Kajian Standar Nasional
Indonesia (SNI), yang hasilnya ternyata menyatakan bahwa lokasi
yang ditentukan sebagai tempat dibangunannya sarana/prasarana
kerjasama tersebut paling layak menjadi lokasi ditempatkannya
sarana/prasarana yang akan dikerjasamakan.
Lakukan FGD dan Rencana bentuk wadah/kelembagaan KAD didiskusikan dan dirumuskan
Brainstorming untuk bersama oleh SKPD teknis dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman,
menyusun Rencana Kabupaten Bantul dan Pemprov DIY, yang terdiri dari unsur Bappeda,
Wadah Dinas PU, Bagian Organisasi, Bagian Hukum, dan Bagian Keuangan; Hasil
Kelembagaaan KAD. rumusan tersebut kemudian dicermati dan dikaji oleh Bagian Organisasi
dan Bagian Hukum dari Kota/Kabupaten dan Pemprov DIY. Penentuan
bentuk wadah kelembagaan dilakukan melalui brainstorming serta
Diskusi Kelompok Terarah (FGD) yang dilaksanakan 2 kali/minggu,
diikuti oleh Forum Koordinasi Bappeda dan SKPD terkait dari Provinsi
dan kabupaten/kota. Dengan intensitas komunikasi yang telah terbangun
dengan baik, rencana wadah kelembagaan KAD tersebut dapat
diselesaikan dalam waktu 2 bulan, mencakup:
20
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Bentuk kelembagaan:
Status, Fungsi dan Peran:
Tugas Pokok
Mekanisme kerjasama
Personil
Wadah Kerjasama Bentuk wadah kelembagaan KAD yang dipilih diproyeksikan harus
Non Struktural lebih mampu bertahan untuk rentang waktu yang cukup lama. KAD
efisien dan fleksibel. Kartamantul sempat mengalami kendala saat proses menyamakan
persepsi untuk menentukan wadah kelembagaan yang dipilih, terkait
dengan:
Status kelembagaan
Legalitas kelembagaan
Personil dalam wadah KAD
Mekanisme kerja wadah KAD
Namun, dengan komunikasi intensif, seluruh stakeholder KAD
Kartamantul akhirnya sepakat memilih status kelembagaan non
struktural berupa “Sekretariat Bersama” (Sekber) dengan pertimbangan
biaya yang dibutuhkan untuk operasional lebih efisien jika dibandingkan
dengan pilihan bentuk lembaga lainnya; dan, sifatnya yang fleksibel,
dalam artian tidak terikat aturan birokrasi.
Pastikan tokoh kunci Penyusunan draft MoU bidang pelayanan publik KAD Kartamantul
terlibat dalam dimotori oleh Forum Koordinasi Bappeda dengan mengikutsertakan
penyusunan MoU. Dinas PU atau dinas terkait lainnya, Bagian Keuangan, Bagian Organisasi,
Bagian Hukum dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kabupaten
Bantul dan Propinsi DIY. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam proses
penyusunan MoU KAD Kartamantul meliputi:
1. Penyiapan Kerangka Umum
2. Brain Storming tentang Obyek dan Lingkup Kerjasama
3. Brain Storming tentang Organisasi dan Kelembagaan Kerjasama
4. Brain Storming tentang Hak dan Kewajiban
5. Brain Storming tentang Mekanisme Pembiayaan
6. Pengambilan kesepakatan bersama hasil dari langkah 2 - 5
7. Pencermatan dan Pengkajian oleh Bagian Organisasi dan Bagian
Hukum
Cakupan draft MoU Dengan pembahasan secara kontinyu dan berkala, proses penyusunan
KAD Kartamantul draft MoU tersebut memakan waktu selama 2 bulan. Draft MoU yang
disusun KAD Kartamantul mencakup hal-hal berikut:
1) Dasar Hukum Kerjasama
2) Obyek dan Lingkup Kerjasama
3) Organisasi dan Kelembagan Kerjasama
4) Hak dan Kewajiban
5) Mekanisme Pembiayaan
6) Mekanisme Perubahan/Amandemen MoU
21
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Komitmen serta Proses penyusunan draft Mou KAD Kartamantul terjadi dalam waktu
Orientasi yang sama yang relatif cepat dan relatif tanpa kendala, sebab:
mempermudah dan 1. Kabupaten/Kota terkait mempunyai orientasi yang sama yaitu untuk
memperlancar meningkatkan kualitas pelayanan publik bagi masyarakat
penyusunan draft 2. Adanya komitmen diantara Kabupaten/Kota bahwa setiap
MoU. permasalahan yang muncul akan selalu diselesaikan secara bersama
melalui sharing dan transfer pengalaman dari masing-masing daerah
Terbentuknya Forum Tokoh Kunci KAD, tersusunnya draft konsep KAD dan wadah kelembagaan,
serta ditandatanganinya Kesepakatan Bersama (MoU) menunjukkan hasil penguatan komitmen
KAD yang akan dilakukan.
22
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Peran Bappeda Provinsi DIY sebagai inisiator di tahap I, dilanjutkan dalam tahap II ini dengan
membentuk “Forum Komunikasi Bappeda” – sebagai perwujudan Forum Tokoh Kunci – yang
beranggotakan Bappeda Provinsi DIY dan Bappeda Kabupaten/Kota Kartamantul. Konsep
kerjasama Kartamantul disusun melalui forum yang sudah terbenTuk ini.
GOOD PRACTICES
Inisiatif dan peran aktif Bappeda Provinsi DIY dalam membentuk Forum Komunikasi
Bappeda.
Kesepakatan bersama untuk memilih pola kelembagaan KAD non-struktural, sesuai dengan
prinsip dasar KAD Inter-Governmental Management.
Peran aktif Provinsi DIY dalam memfasilitasi dan mengambil tindakan – tindakan untuk
menetralisir perbedaan pandangan Kabupaten/Kota dalam masa persiapan ini.
Komitmen tiga daerah yang bekerja sama (Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan
Kabupaten Bantul) sudah terbentuk pada akhir tahapan ini, yang di tandai dengan
ditandatanganinya Kesepakatan Bersama (Memorandum of Understanding – MoU) oleh
ketiga kepala daerah.
PERTANYAAN EVALUASI
Apakah daerah anda memiliki tokoh masyarakat dan atau SKPD yang bisa membentuk
Forum Tokoh Kunci?
Apakah komunikasi dan koordinasi yang transparan antar Kepala Pemerintahan Daerah
dan atau antar SKPD sudah mulai terjalin?
Apakah masing – masing daerah sudah akan melakukan SWOT untuk mengetahui potensi,
kendala, peluang dan tantangan masing – masing daerah?
Apakah pada tahap ini sudah mulai terjalin komitmen Kepala Pemerintahan Daerah untuk
bekerjasama?
Bagaimana dengan keterlibatan Provinsi (melalui Bappeda) dalam masa persiapan ini?
Apakah daerah anda melakukan konsultasi dengan Bappeda Provinsi dan atau mungkin
juga dengan Ditjen PUM?
23
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Lingkup Tahap Tahap ke tiga di dalam proses mewujudkan KAD adalah membentuk
wadah kerjasama itu sendiri yang tentunya disesuaikan dengan kondisi
dan situasi di wilayah masing – masing.
Hasil Tahap Hasil yang diharapkan dari tahap ketiga ini tentu saja terbentuknya
suatu wadah yang disepakati oleh semua daerah yang melakukan
kerjasama dan terutama tentunya sesuai dengan kebutuhan dan
tantangan permasalahan regional yang akan dihadapi bersama.
Durasi Seluruh kegiatan yang termasuk dalam tahap pembentukan wadah KAD
ini dapat diselesaikan dalam kurun waktu 20 bulan, dengan 8 langkah
atau kegiatan utama.
LANGKAH 2: Dengan dukungan dari Ditjen PUM serta Provinsi, maka diharapkan
PENANDATANGANAN setelah 2 bulan penyusunan draft, perjanjian kerjasama antar daerah
PERJANJIAN bisa ditandatangani oleh kepala daerah masing – masing dan sah secara
KERJASAMA hukum.
24
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
LANGKAH 4: Pelaksanaan KAD yang optimal dan bisa mencapai tujuan KAD hanya
MELAKUKAN bisa terlaksana jika didukung oleh sumber daya manusia yang
REKRUTMEN SDM berkualitas dan berkompetensi di bidang KAD. Untuk hal ini maka wadah
KAD yang baru saja terbentuk perlu melakukan rekrutmen SDM KAD
UNTUK
yang bisa dilakukan melalui kegiatan :
OPERASIONAL KAD 1. Menentukan kriteria SDM yang akan duduk di tiap Pokja yang
meliputi:
Jenis keahlian yang dibutuhkan
Apakah dari SDM internal (PNS) atau eksternal (profesional)
Akhir tahun ke-2 Semua kegiatan tersebut di atas diharapkan sudah bisa tercapai pada
sejak inisiasi bulan ke 23 terhitung inisiasi awal pembentukan KAD. Dengan demikian
dimulai, diharapkan pada akhir tahun ke-2 ini wadah KAD yang sudah terbentuk berdasarkan
perjanjian kerjasama yang ditandatangani oleh masing kepala daerah
Wadah KAD sudah
telah memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dan
terbentuk berkompetensi serta siap menjalankan roda organisasi KAD.
LANGKAH 5: SDM yang sudah tersedia diharapkan pada langkah ini sudah bisa
MENYUSUN DRAFT memulai untuk menyusun rancangan perencanaan kegiatan KAD.
PERENCANAAN KAD Rancangan perencanaan yang dimaksud adalah berupa rancangan
Renstra wilayah; draft Milestone wilayah serta draft rencana aksi KAD
yang dalam waktu 3 bulan kerja sudah bisa tersedia. Untuk menyusun
rancangan – rancangan tersebut di atas, wadah KAD yang sudah
terbentuk perlu berkoordinasi dengan pemerintah daerah terkait serta
didampingi fasilitator KAD dari Provinsi jika dibutuhkan.
Rencana Strategis wilayah KAD lazimnya ditentukan oleh Kepala Daerah di wilayah KAD,
sehingga SDM pelaksana harian KAD bertugas untuk menterjemahkan Renstra tersebut menjadi
Milestone dan Action Plan
25
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
LANGKAH 6: Satu hal yang paling penting dalam KAD adalah menentukan mekanisme
MENENTUKAN pembiayaan dan pengelolaan aset kegiatan KAD, dengan cara:
MEKANISME 1. Pembahasan alternatif sumber-sumber pembiayaan dan mekanisme
PEMBIAYAAN DAN penganggaran (untuk operasional dan implementasi
PENGELOLAAN ASET kegiatan/program KAD).
KEGIATAN KAD Pembahasan sumber pembiayaan & mekanisme penganggaran
mengacu pada regulasi terkait serta kemampuan daerah,
Pembahasan mekanisme pembiayaan untuk implementasi
kegiatan/program KAD mengacu pada dokumen prencanaan
yang telah disepakati.
2. Penentuan sumber pembiayaan serta mekanisme penganggarannya.
APBD yang dikeluarkan sebagai “iuran KAD” masing – masing daerah pelaksana KAD merupakan
sumber pendanaan utama KAD terutama untuk kebutuhan operasional “sekretariat” KAD. Dengan
terbitnya Permendagri No. 37/2010, maka daerah diharapkan tidak ragu lagi untuk membiayai
KAD yang sudah dibentuk.
LANGKAH 8: Kegiatan ini dimaksudkan agar wadah KAD yang terbentuk bisa
TRANSFER BEST mendapatkan gambaran yang lebih nyata mengenai berfungsinya suatu
PRACTICES KAD, sehingga bisa mengetahui faktor-faktor kritis yang menentukan
keberhasilan maupun kegagalan suatu KAD. Kegiatan ini sendiri bisa
dilakukan berdasarkan fasilitasi dari Ditjen PUM dan atau Provinsi, atau
bisa juga dilakukan berdasarkan inisiatif daerah – daerah yang
melaksanakan KAD.
26
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Libatkan instansi – Hal ini sangat bergantung kepada sektor atau objek yang akan
instansi strategis dikerjasamakan (sampah, jalan, limbah dll), tetapi secara umum instansi
regional dalam yang terlibat dalam penyusunan draft perjanjian kerjasama KAD
menyusun draft Kartamantul berasal dari Pemkot Yogyakarta, Pemkab Sleman, Pemkab
perjanjian Bantul dan Pemprov DIY, seperti:
kerjasama. Bappeda
Dinas Pekerjaan Umum
Badan Lingkungan Hidup
Bagian Keuangan
Bagian Organisasi
Bagian Hukum
Format kegiatan yang dilakukan untuk menyusun draft perjanjian ini
bisa berupa Focus Group Discussion, Workshop ataupun Lokakarya.
Libatkan Fasilitator Draft perjanjian kerjasama KAD Kartamantul pada awalnya (1990 –
(independen) dalam 1995) disusun oleh Bappeda Propinsi DIY dengan fasilitasi dari
penyusunan draft Konsultan Swiss Development Cooperation (SDC) yang dilaksanakan
perjanjian. dalam kerangka kerjasama Yogyakarta Urban Development Project.
Dalam hal ini SDC membawa konsep P3KT Proyek Pengembangan
Perkotaan Terpadu dan serta technical assistance.
Bappeda Provinsi Pada saat itu Bappeda Provinsi DIY mengambil peran sebagai inisiator
merupakan “Leading yang menyadari perlunya dibentuk wadah KAD Kartamantul dalam
Institution” dalam menyelaraskan, mengharmonisasikan, menyerasikan pengelolaan
penyusunan draft sarana dan prasarana perkotaan.
perjanjian kerjasama
pembentukan KAD.
27
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Tentukan peran & Identik dengan langkah sebelumnya, peran masing – masing anggota
tanggung jawab KAD:
masing – masing Belum diatur dalam perjanjian kerjasama pembentukan KAD
daerah anggota KAD. Kartamantul,
Diatur dalam Hak dan Kewajiban Para Pihak pada Perjajian
Kerjasama Sektoral yang khusus mengatur mekanisme kerjasama
sektor/bidang tertentu misalnya: pengelolaan TPA, pengelolaan air
bersih, pengelolaan limbah, dll.
Tentukan peran & Dalam kerangka KAD Kartamantul, pemerintah Provinsi DIY berperan:
tanggung jawab Menyediakan, membangun atau mengembangkan sarana dan
Provinsi. prasarana penunjang KAD seperti jalan, jembatan, drainase, dll,
Khususnya sarana/prasaran yang melintasi batas wilayah
administratif Kabupaten/Kota.
Lakukan Dalam menyusun draft perjanjian pada saat itu konsultasi dilakukan
konsultansi/asistensi untuk merencanakan kerjasama bidang persampahan yang menjadi
dengan Provinsi objek kerjasama pertama dari Kartamantul, yaitu dengan:
untuk penyusunan Bappeda Prov. DIY,
draft perjanjian Dinas PU Prov. DIY,
kerjasama. Biro Hukum Pemprov. DIY,
Biro Organisasi Pemprov. DIY,
Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Kekayaaan dan Aset Pemprov.
DIY.
28
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Fokus dalam Penyusunan perjanjian KAD harus memuat segala aspek penting seperti
menyusun draft yang sudah dijelaskan di atas. Untuk itu intensitas komunikasi antar
perjanjian KAD. aktor – aktor kunci harus selalu terbina dan fokus dalam membahas
perjanjian agar tidak kehilangan momentum di dalam mewujudkan hasil
yang maksimal dengan waktu yang optimal.
Berikan waktu Di Kartamantul biasanya dibutuhkan waktu maksimum 1 bulan agar tiap
untuk mereview Kabupaten/Kota dapat melakukan kajian/pencermatan akhir (editing,
ulang draft legal drafting) agar naskah perjanjian siap untuk ditandatangani.
perjanjian.
Faktor-faktor utama terlambatnya sebuah perjanjian ditandatangani
biasanya disebabkan belum adanya kesepakatan model legal drafting yang
bisa dijadikan acuan, serta adanya masukan/tambahan
diktum/nomenklatur baru pada naskah perjanjian kerjasama.
Libatkan semua Pelibatan seluruh pimpinan daerah, Komisi C DPRD Kabupaten/Kota dan
instansi terkait. Provinsi, Kepala SKPD, jurnalis dan media TV dalam acara
penandatanganan merupakan wujud komitmen yang tinggi dari pihak
yang bekerjasama seperti yang telah terlihat di KAD Kartamantul.
29
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Tentukan Formatur Pada masa awal berdirinya Sekber Kartamantul sebagai wadah
untuk rekrutmen pelaksana KAD di region Kartamantul, terdapat 2 Formatur yang
SDM. bertugas untuk rekruitmen, yaitu;
1. Formatur 1 terdiri dari Sekda Kota Yogyakarta, Sekda Kabupaten
Sleman, Sekda Kabupaten Bantul, Sekda Propinsi DIY, Akademisi,
Wakil dari Negara Donor (GTZ) melakukan fit and proper test khusus
untuk jabatan Manager.
2. Formatur 2 terdiri dari Kabid Fispra Bappeda Kota Yogyakarta,
Kabid Perkotaan Bappeda Kabupaten Sleman, Kabid Fispra Bappeda
Kabupaten Bantul, Kabid Keuangan Kabupaten/Kota melakukan fit
and proper test khusus untuk jabatan asisten administrasi dan
keuangan serta asisten teknis.
Khusus untuk supporting staf, rekruitmen dilakukan oleh Ketua Sekber
dan Manager Sekretariat Bersama Kartamantul.
Tentukan Tupoksi Formatur yang dibentuk oleh Sekber Kartamantul untuk melakukan
Formatur. rekrutmen SDM yang akan mengisi berbagai posisi di Sekber
Kartamantul sebagai pelaksana KAD adalah sebagai berikut:
Tupoksi Formatur 1 Fungsi, peran dan tanggungjawab Formatur 1 yang terdiri dari Sekda
Kota Yogyakarta, Sekda Kabupaten Sleman, Sekda Kabupaten Bantul,
Sekda Propinsi DIY, Akademisi, Wakil dari Negara Donor (GTZ)
adalah memilih calon Manager yang mempunyai kualifikasi yang
ditetapkan oleh Steering Commite/Tim Pengarah Sekber Kartamantul.
Adapun Job Diskripsi dari Manager terpilih adalah sebagai berikut:
√ Tanggungjawab kepada: Ketua dan Sekretaris Sekber
√ Melakukan supervisi : Asisten Program dan Asisten
Administrasi
30
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Rincian Tanggungjawab:
a. Membantu pengurus Sekber Kartamantul mempersiapkan rencana
kegiatan Sekber setiap triwulan atau semester,
b. Mempersiapkan pelaksanaan rapat/pertemuan rutin Sekber, dialog,
lokakarya dan seminar Sekber Kartamantul mencakup:
Penyusunan proposal / term of reference kegiatan,
Penentuan partisipan, tempat dsb,
Penyiapan materi/ bahan/ dokumen yang diperlukan,
Penyiapan undangan,
Penyebaran undangan dan konfirmasi kehadiran,
Penyiapan tempat dan logistik,
c. Mempersiapkan dokumentasi pelaksanaan rapat/pertemuan rutin
Sekber, dialog, lokakarya mencakup risalah rapat, foto dll,
d. Mempersiapkan laporan kemajuan kegiatan Sekber setiap triwulan
/ semester,
e. Melakukan kontak/ dialog dengan pihak-pihak terkait atas
permintaan dan atau koordinasi dengan Sekber,
f. Memberikan pelayanan publik, misalnya memberi penjelasan
tentang Sekber dan kegiatannya, atas persetujuan pengurus Sekber.
Tupoksi Formatur 2 Fungsi, peran dan tanggungjawab Formatur 2 yang terdiri dari Kabid
Fisik dan Prasarana Bappeda Kota Yogyakarta, Kabid Perkotaan
Bappeda Kabupaten Sleman, Kabid Fisik dan Prasarana Bappeda
Kabupaten Bantul, Kabid Keuangan Kabupaten/Kota adalah memilih
calon asisten administrasi dan asisten teknis yang mempunyai kualifikasi
yang ditetapkan oleh Steering Commite/Tim Pengarah Sekber
Kartamantul.
31
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
32
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Bupati/Walikota
Kebijakan Umum/
Keputusan Akhir DPRD
Kab/Kota
Tim
Dukungan Ketua/Sekretaris Operasional
Eksternal (Donor) Manajemen Sekber
TIM TEKNIS
PENYIAPAN & IMPLEMENTASI
Pertimbangkan Pembentukan wadah KAD harus memperhatikan kondisi, situasi serta budaya
kondisi, situasi dan nilai – nilai kolal. Konsep wadah KAD di suatu wilayah belum tentu dapat
dan ke-arifan 100 % dijalankan di daerah lain. Namun demikian di daerah mana pun,
lokal. komitmen pimpinan daerah dan seluruh SKPD dalam mengawal proses
pembentukan wadah KAD sangat dibutuhkan.
33
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
34
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
“The right man on Awalnya Sekber Kartamantul merekrut 4 posisi jabatan dan persyaratan
the right place”. berikut:
1. Manager, dengan kualifikasi minimal S1, berpengalaman dalam bidang
manajemen dan pengelolaan kantor, minimal 5 tahun,
2. Asisten Teknis, dengan kualifikasi minimal S1, berpengalaman dalam
bidang pemetaan, planologi dengan pengalaman kerja minimal 3
tahun,
3. Asisten Administrasi dan Keuangan, dengan kualifikasi minimal S1
Ekonomi/Akuntansi, berpengalaman dalam bidang pengelolaan tugas
administrasi, korespondensi dan pembukuan dengan pengalaman
kerja minimal 2 tahun,
4. Office Boy, minimal lulusan SLTA.
Formatur Bappeda Provinsi DIY, Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Bantul
menentukan proses yang berfungsi sebagai Formatur SDM pada awal berdirinya Sekber
seleksi penerimaan Kartamantul menentukan tahapan/proses penerimaan SDM di Sekber
SDM. Kartamantul. Dalam hal ini Bappeda Kota/Kabupaten tersebut didampingi
oleh lembaga donor GTZ dari Jerman.
Tim Pengarah Tim Pengarah yang terdiri dari Sekda Kabupaten Sleman, Sekda Kota
memimpin proses Yogyakarta, Sekda Kabupaten Bantul dan Sekda Provinsi DIY memimpin
seleksi penerimaan proses seleksi secara keseluruhan.
SDM.
Libatkan Provinsi Pemerintah Provinsi DIY pada saat pembentukan Sekber Kartamantul
sebagai Fasilitator memberikan dukungan dengan memfasilitasi tempat dan proses
proses rekrutmen seleksi/penjaringan SDM yang akan menjalankan Sekber Kartamantul.
SDM. Sayang sekali pada saat itu pemerintah pusat belum berperan secara aktif.
35
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Libatkan Instansi Dalam menyusun rencana kegiatan KAD, Sekber Kartamantul melibatkan
dari Kabupaten/ unsur pemerintahan dari Kabupaten/Kota serta Provinsi, DPRD
Kota serta Provinsi Kabupaten/Kota serta Provinsi, tokoh masyarakat dan kalangan akademis.
dalam menyusun 1. Unsur SKPD dari Kabupaten/Kota:
rencana kegiatan. Bappeda, Dinas PU, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Perhubungan,
PDAM, Bagian Hukum, Bagian Organisasi, Bagian Tata Pemerintahan,
36
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Pembagian Risiko, Dalam melaksanakan KAD, Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan
“Polutan Fee Kabupaten Bantul berpijak juga pada konsepsi "polutan fee principal" di
Principal” mana setiap daerah mempunyai komitmen yang sama untuk sharing
beban apabila terjadi resiko terhadap lingkungan ataupun bahkan bila
37
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Tapi kesepakatan diatas justru terbalik jika ada benefit/ keuntungan dari
KAD yang dilaksanakan. Apabila terdapat benefit/keuntungan maka
disepakati dipergunakan untuk optimalisasi operasi dan pemeliharaan
dari KAD sektoral itu sendiri. Manakala disepakati keuntungan sebagai
PAD Daerah maka daerah yang berkontribusi dampak yang besar justru
mendapatkan benefit (bagian) yang kecil, sedangkan daerah yang
berkontribusi dampak yang kecil justru mendapatkan benefit (bagian)
yang lebih besar.
Nomenklatur Mata Untuk Pembiayaan KAD Sektoral menggunakan acuan nomenklatur mata
Anggaran untuk anggaran sebagai berikut:
penganggaran
kerjasama sektoral
Utamakan Seluruh pembiayaan KAD baik yang digunakan untuk membiayai Kantor
pembiayaan Sekber Kartamantul ataupun untuk kegiatan – kegiatan sektoral
swadaya. bersumber dari APBD Kabupaten/Kota.. Dasar Hukum yang digunakan
untuk pembiayaan:
Surat Keputusan Bersam
Bersamaa Bupati/Walikota tentang Pembentukan
Sekber Kartamantul (anggaran operasional kantor Sekber
Kartamantul),
38
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
2005 -2006 2006 – 2007 2007 -2008 2008 - 2009 2009 -2010 2010 – 2011
Simpan dana KAD di Untuk kegiatan operasional Kantor Sekber Kartamantul, dana KAD
rekening khusus. disimpan dalam rekening khusus atas nama Sekber tersebut.
Rekening bersifat double account, di mana pencairan dana harus
disetujui oleh Ketua dan Bendahara Sekber Kartamantul.
Untuk kegiatan KAD Sektoral, dana disimpan dalam Kas Daerah
Kabupaten/ Kota yang menjadi lokasi kegiatan sektoral
39
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Aset bersama untuk Sebagian besar aset bersama yang dimiliki Sekber Kartamantul
kegiatan merupakan peralatan operasional kantor Sekber Kartamantul.
operasional rutin. Aset bersama Sekber Kartamantul sebagian besar merupakan hibah
dari Negara Donor yang pernah bekerjasama dengan Sekber
Kartamantul, seperti kendaraan operasional, AC, komputer, dll.
Pengadaan aset baru dari hasil sharing anggaran (iuran tetap masing –
masing Pemda) untuk operasional kantor Sekber Kartamantul semata-
mata hanya untuk mendukung kegiatan operasional rutin saja.
Seluruh aset dicatat dalam Dokumentasi Inventaris Sekber
Kartamantul.
Hindari kepemilikan Dalam kerjasama yang difasilitasi Sekber Kartamantul selalu dihindari
aset bersama untuk Aset Bersama Sektoral karena:
kegiatan sektoral. Hal tersebut menyulitkan pertanggungjawaban keuangan masing-
masing daerah.
Untuk penunjang kegiatan sektoral digunakan sistem pinjam pakai,
dengan cara ini kepemilikan aset tetap berada di pemerintah yang
memberikan pinjam pakai, sedangkan operasi dan pemeliharaaan
menjadi tanggungjawab pengelola aset.
Contoh Mekanisme Contoh: dalam pengelolaan TPA, Prov DIY merupakan pemilik aset
Pinjam Pakai di KAD lahan serta peralatan pendukung operasional (alat – alat berat);
Kartamantul sementara Kab/Kota lainnya sebagai penanggung jawab pengelolaan
aset milik Provinsi tersebut.
40
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Susun Perda untuk Kerjasama Antar Daerah di Kartamantul yang dijalankan oleh Sekber
memperkuat Kartamantul, pendirian dan pelaksanaannya selama ini mengacu kepada
keberadaan KAD. Surat Keputusan Bersama Bupati/Walikota tentang pembentukan KAD
yang disetujui secara tertulis oleh DPRD masing – masing
Kabupaten/Kota (Yogyakarta, Sleman dan Bantul) dan masing – masing
daerah sampai saat ini belum memiliki Perda khusus yang mengatur KAD
Kartamantul.
Persetujuan DPRD Perda membutuhkan waktu dan proses yang lama (lebih dari 1 tahun).
adalah mutlak. Namun demikian persetujuan DPRD mutlak diperlukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan KAD.
Pemerintah Pusat Ditjen PUM dan Ditjen Bangda dari Kementerian Dalam Negeri pernah
dan Provinsi dapat memfasilitasi kunjungan kerja KAD daerah lain ke Kartamantul.
memfasilitasi Sementara itu lembaga – lembaga donor internasional seperti UNDP, DED,
kunjungan kerja. UCLG ASPAC juga pernah memfasilitasi kunjungan kerja inisiasi KAD dari
negara lain ke Sekber Kartamantul.
Kunjungan kerja Dalam menjalankan KAD, Sekber Kartamantul juga melakukan kunjungan
untuk Know-How kerja ke daerah/region lain untuk melakukan perbandingan ataupun
Transfer KAD. saling berbagi pengalaman sehingga melalui kunjungan kerja ini Sekber
Kartamantul bisa mengevaluasi dan meningkatkan kualitas implementasi
KAD. Selain itu Sekber Kartamantul sangat sering menerima kunjungan
kerja dari daerah lain yang ingin melihat secara langsung pelaksanaan
KAD di wilayah Kartamantul.
41
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Sesuai kesepakatan maka bentuk organisasi KAD yang dipilih adalah organisasi Non-Struktural
dengan nama Sekretariat Bersama Kartamantul, dengan dasar efisiensi, fleksibilitas dan tidak
terikat dengan pola-pola birokrasi.
GOOD PRACTICES
Wadah KAD berbentuk non struktural; SDM yang menjalankan operasional di Sekber
Kartamantul adalah tenaga profesional.
Rekrutmen SDM operasional Kartamantul diselenggarakan secara terbuka serta melewati
berbagai tahap seleksi.
Adanya SOP yang jelas untuk setiap posisi di bagian operasional kantor Sekber
Kartamantul.
Adanya dukungan DPRD Provinsi DIY dan DPRD Kabupaten/Kota, terutama untuk
penggunaan dana APBD Kabupaten/Kota untuk biaya operasional kantor Sekber.
Penggunaan “Polutan Fee Principal” untuk pembagian keuntungan dan kerugian.
Setiap sektor pelayanan publik yang dikerjasamakan (persampahan, pengelolaan air
limbah, air bersih, dan lain-lain) mempunyai perjanjian kerjasama.
Mekanisme pengambilan keputusan di KAD Kartamantul disepakati untuk diambil melalui
usulan dan pendapat dari bawah (Bottom-Up).
Diselenggarakannya workshop tahunan untuk menentukan kegiatan, terutama untuk
mengkoordinasikan kegiatan sektoral yang akan dilakukan SKPD dari Kabupaten Sleman &
Bantul serta Kota Yogyakarta.
Penggunaan mekanisme “Pinjam Pakai” untuk menghindari konflik kepemilikan aset
bersama.
Adanya komitmen Kabupaten/Kota terkait dengan dua mekanisme pendanaan yaitu iuran
APBD Kabupaten/Kota untuk operasional kantor Sekber dan anggaran masing – masing
SKPD untuk kegiatan sektoral yang dipertanggungjawabkan oleh masing – masing SKPD
tersebut.
PERTANYAAN EVALUASI
Apakah pemahaman mengenai KAD non struktural di daerah anda sudah memadai?
Apakah di daerah anda terdapat narasumber/fasilitator yang bisa membantu memberikan
bantuak teknis dalam tahap pembentukan wadah KAD ini?
Apakah terdapat narasumber di bidang keuangan dan hukum untuk membantu
merumuskan draft perjanjian KAD?
42
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Apakah sudah terdapat pemikiran mengenai Contingency Plan jika terjadi hal – hal yang
tidak diinginkan dalam konteks KAD?
Apakah sudah ditentukan masa berlakunya Perjanjian Kerjasama Antar Daerah tersebut?
Bagaimana dengan mekanisme pengambilan keputusan di KAD anda?
Bagaimana dengan kesiapan Kepala Pemerintahan Daerah dan DPRD untuk membiayai
kantor KAD melalui sharing APBD?
Apakah pembagian peran, tanggung jawab dan kontribusi masing – masing daerah di
bidang finansial, SDM, pengawasan dll sudah ditentukan dengan jelas?
Apakah sudah ada pembagian yang jelas terhadap manfaat yang diperoleh KAD serta beban
risiko (kerugian dll)?
Apakah daerah anda sudah memahami mekanisme Hibah untuk membiayai KAD? Atau
penganggaran KAD menurut Permendagri dalam Pedoman Penyusunan APBD?
43
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Lingkup Tahap Tahap ini adalah fase di mana para aktor yang tergabung di dalam suatu
wadah menjalankan KAD dan melaksanakan rencana – rencana kegiatan
yang sudah disepakati bersama
Hasil Tahap Melalui tahap 4 ini KAD yang sudah terbentuk diharapkan bisa melakukan
identifikasi kebutuhan – kebutuhan unit pelaksana seperti kelompok kerja
sesuai kebutuhan dan atau permasalahan yang dihadapi, serta konsisten
untuk membentuk kelompok kerja tersebut. Pada tahap ini 3K yaitu
komunikasi, kerjasama dan koordinasi yang merupakan pilar KAD sudah
mulai berjalan.
Durasi Tahap 4 ini selambat-lambatnya sudah bisa dimulai pada bulan ke-24
terhitung dari tahap 1 yaitu inisiasi pembentukan KAD.
LANGKAH 1: Kelompok Kerja atau Pokja (working group) merupakan suatu unit kerja
MEMBENTUK yang membidangi sektor – sektor tertentu di dalam wadah KAD. Pokja ini
KELOMPOK KERJA nantinya akan melaksanakan kegiatan/operasional KAD di sektor yang
PELAKSANA KAD telah ditentukan, menjembatani & mengkomunikasikan kegiatan-kegiatan
yang akan dilakukan kepada para daerah anggota KAD.
44
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
LANGKAH 3: Untuk mencari sumber pendanaan KAD selain dari APBD masing – masing
MEMBUKA DAN daerah, maka wadah KAD perlu membuka dan membina hubungan
MEMBINA dengan sumber-sumber pendanaan yang memungkinkan. Di dalam
HUBUNGAN DENGAN mewujudkan hal ini wadah KAD bisa melakukan:
SUMBER 1. Membahas kegiatan – kegiatan KAD yang membutuhkan bantuan
PENDANAAN atau kerjasama baik teknis maupun finansial dari pihak ketiga,
sehingga didapatkan daftar kegiatan serta jenis dan besarnya
bantuan yang diharapkan.
2. Mengadakan pertemuan dengan sumber – sumber pendanaan untuk
menjajaki kemungkinan untuk melakukan kerjasama atau untuk
mendapatkan bantuan pendanaan.
45
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Bentuk Pokja untuk Untuk melaksanakan kerjasama di sektor – sektor tertentu, maka Sekber
bidang khusus. Kartamantul membentuk Tim Teknis (identik dengan Kelompok Kerja)
yang khusus menangani bidang – bidang tertentu seperti tim teknis TPA,
Air Limbah, Tata Ruang, dll. Tim Teknis ini bersama – sama dengan Tim
Pengawas dan Tim Pengarah dibentuk berdasarkan SK Bupati/Walikota.
46
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Komunikasi adalah Kecepatan dan akurasi dalam menyampaikan notulensi, berita acara
kunci. kesepakatan, rencana aksi bersama maksimal 2 hari setelah pelaksanaan
pertemuan kepada Kepala SKPD memungkinkan masing-masing SKPD di
Kabupaten/Kota untuk memberikan tindak lanjut yang lebih cepat. Pola
semacam ini akan mampu meningkatkan responsivitas SKPD dalam
penanganan suatu masalah.
47
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Untuk melaksanakan KAD di Kartamantul, Sekber Kartamantul memiliki beberapa Kelompok Kerja
(Pokja) yang masing – masing mengelola sektor tertentu secara teknis dan koordinatif. Khusus
untuk koordinasi, Sekber Kartamantul memfasilitasi pertemuan antar SKPD sektor tersebut 2 kali
dalam 1 minggu dan mendokumentasikan hasil – hasil pertemuan untuk dijadikan acuan SKPD dan
laporan ke Bupati/Walikota.
GOOD PRACTICES
Pokja dibentuk untuk mengelola kerjasama sektoral, beranggotakan perwakilan tetap SKPD
dan bertugas berdasarkan perjanjian kerjasama khusus dan SK Bupati/Walikota. (lihat
proses pembentukan Pokja di Bagian II Tahap IV.B).
Pokja terdiri dari Tim Pengarah, Tim Teknis dan Tim Pengawas (untuk Monev).
Pokja di KAD Kartamantul merupakan sumber pemikiran, ide dan gagasan.
Komunikasi dan koordinasi antar SKPD yang difasilitasi oleh Sekber Kartamantul berjalan
dengan baik dan efektif.
Penyampaian hasil – hasil pertemuan yang difasilitasi oleh Sekber Kartamantul dilaporkan
ke Bupati/Walikota selambat-lambatnya 2 hari setelah pertemuan.
Sekber Kartamantul berhasil menjalankan prinsip 3K KAD yaitu Komunikasi, Kerjasama
dan Koordinasi.
Hal – hal, isu permasalahan yang bersifat lintas wilayah administratif Kabupaten/ Kota
selalu dilimpahkan kepada Sekber Kartamantul untuk dikoordinasikan.
PERTANYAAN EVALUASI
Apakah wadah KAD di wilayah anda sudah melakukan kajian kebutuhan pembentukan
Pokja? Apakah ada Pokja yang sudah dibentuk?
Apakah dalam setiap pertemuan KAD, peserta yang datang selalu orang yang sama dalam
pertemuan yang sebelumnya?
Apakah kantor KAD di wilayah anda bisa melakukan komunikasi dengan Kepala
Pemerintahan Daerah, DPRD dan Stakeholder lainnya?
Apakah wadah KAD di wilayah anda dalam implementasinya sudah menjadi “contact
person” untuk setiap isu – isu atau permasalahan yang bersifat lintas wilayah administratif?
48
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Lingkup Tahap Merupakan tahapan yang sesungguhnya telah dimulai sejak tahap 1
sampai 4 dan merupakan proses yang dilaksanakan terus menerus untuk
mencapai KAD yang optimal.
Tujuan Tujuan dari tahap 5 ini adalah melakukan kegiatan pengawasan terus
menerus serta evaluasi terhadap proses pelaksanaan serta hasil – hasil
kegiatan KAD yang telah dilakukan.
Sasaran yang hendak dicapai melalui kegiatan di tahap 5 ini adalah agar
Sasaran KAD yang dibentuk bisa diawasi dan dievaluasi, sesuatu hal yang selama
ini hampir tidak pernah terlaksana dengan optimal.
Hasil Tahap Hasil yang diharapkan dari kegiatan di tahap 5 ini adalah tersedianya
informasi – informasi mengenai kekuatan, kelemahan, peluang serta
permasalahan dan tantangan yang dihadapi oleh KAD pada saat tertentu,
yang bisa memberikan gambaran mengenai tingkat keberhasilan KAD dan
sekaligus menjelaskan kebutuhan untuk memperbaiki kinerja KAD.
Ditjen PUM beserta Sekber KAD di tingkat pusat seharusnya sudah mempunyai “Konsep Monitoring
dan Evaluasi KAD” lengkap dengan indikator – indikator keberhasilan suatu KAD, sehingga instansi
berwenang di daerah yang melakukan Monev seperti Bappeda dan atau dinas lainnya yang terkait
mendapatkan pegangan dasar mengenai Monev dan bisa menjalankan kegiatan Monev ini dengan
baik sesuai dengan kondisi dan situasi di wilayah KAD masing – masing.
49
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Tim Pengawas Sementara itu untuk Monev sektoral dilaksanakan setiap 3 bulan sekali
jalankan MONEV oleh TIM PENGAWAS.
Kegiatan Sektoral Monev difokuskan pada progres pelaksanaan kegiatan, penyerapan
anggaran dan hasil kegiatan setiap 3 bulan.
Biaya pelaksanaan monev sektoral berasal RAB KAD sektoral, tetapi
dapat pula difasilitasi oleh Sekber Kartamantul.
Idealnya setiap sektor kerjasama memiliki TIM PENGAWAS yang
terdiri dari Kepala SKPD dari anggota KAD.
KAD dapat Sekber Kartamantul telah membuktikan bahwa melaluI mekanisme KAD,
meningkatkan pelayanan publik pada masyarakat dapat ditingkatkan secara signifikan.
pelayanan publik. Melalui KAD Kartamantul (yang dijalankan oleh Sekber Kartamantul)
Yogyakarta, Sleman dan Bantul dapat bekerjasama dan berbagi peran
ketika kebutuhan masyarakat muncul.
50
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Komitmen KAD Seluruh kegiatan KAD yang difasilitasi dan dikoordinir oleh Sekber
kunci keberhasilan. Kartamantul selalu mengacu pada substansi isi perjanjian kerjasama.
Berdasarkan komitmen yang dipegang teguh ini, KAD Kartamantul
berhasil mencapai tujuan – tujuan KAD sesuai kesepakatan bersama.
Masing-masing stakeholder tetap mempunyai kesempatan untuk
memberikan masukan guna mengembangkan dan meningkatkan kinerja.
51
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Secara umum proses Monitoring dan Evaluasi (Monev) di KAD Kartamantul sudah berjalan dengan
baik. Proses ini terbagi 2 yaitu pengawasan terhadap kinerja kantor Sekber Kartamantul dan
pelaksanaan kerjasama sektoral. Untuk kantor Sekber pengawasan dilakukan oleh Bappeda
Kabupaten/Kota, Dinas PU Kab./Kota dan Bagian Keuangan Kab./Kota, sementara untuk kerjasama
sektoral pengawasannya dilakukan oleh Tim Pengawas di masing – masing Kelompok Kerja.
GOOD PRACTICES
Pelaksanaan Monev sejak awal sudah dilakukan secara berkala yaitu 3-bulanan, 6-bulanan,
tahunan, per 3 tahun dan 5 tahun (tergantung sektor, lihat di Bagian III buku ini).
Sudah dibentuk Tim Pengawas untuk setiap kegiatan sektoral.
PERTANYAAN EVALUASI
Apakah KAD di wilayah anda sudah memiliki indikator KAD yang sudah disetujui semua
pihak?
Apakah proses Monev di KAD anda sudah dilakukan secara berkala?
Apakah tujuan KAD sudah memenuhi harapan daerah – daerah yang bekerja sama?
Apakah usaha yang dilakukan untuk mendorong terjadinya efektifitas dan efisiensi dalam
pelayanan publik?
Apakah dalam implementasi KAD terjadi penambahan biaya di luar kesepakatan awal?
Apakah sudah dipikirkan pemecahan permasalahan tersebut?
Apakah proses Monev tersebut sudah berorientasi kepada Outcome dan bukan hanya
kepada Output?
Apakah hasil Monev tersebut sudah menjadi salah satu pijakan untuk membuat kebijakan di
tahun berikutnya?
52
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
BAGIAN III
IMPLEMENTASI
KERJASAMA ANTAR DAERAH KARTAMANTUL
BERDASARKAN SEKTOR
53
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Dalam bagian kedua buku panduan ini telah dijelaskan tahapan beserta langkah – langkah
pembentukan dan pengembangan KAD, baik secara teoritis maupun berdasarkan pengalaman
Sekber Kartamantul dalam mengelola KAD di Yogyakarta, Sleman dan Bantul. Pada bagian ketiga
akan kembali ditampilkan implementasi KAD Kartamantul berdasarkan sektor – sektor pelayanan
publik yang dikerjasamakan, yaitu: persampahan; pengolahan air limbah; drainase; air bersih;
transportasi; jalan; dan kesehatan. Dari tujuh sektor pelayanan publik yang dikerjasamakan di KAD
Kartamantul, secara umum telah teridentifikasi beberapa tokoh kunci berikut:
Kota Komisi C DPRD, Bappeda, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Pengelolaan Keuangan
Yogyakarta dan Aset Daerah, Bagian Kerjasama, Bagian Hukum, Bagian Organisasi, Bagian Tata
Pemerintahan, Lurah dan Camat Wilayah Perbatasan
Kabupaten Komisi C DPRD, Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum dan Permukiman, Kantor
Sleman Lingkungan Hidup, Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah, Bagian
Hukum, Bagian Organisasi, Bagian Tata Pemerintahan, Lurah dan Camat Wilayah
Perbatasan
Kabupaten Komisi C DPRD, Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum, Badan Lingkungan Hidup, Dinas
Bantul Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, Bagian Kerjasama, Bagian Hukum, Bagian
Organisasi, Bagian Tata Pemerintahan, Lurah dan Camat Wilayah Perbatasan
Propinsi DIY Komisi C DPRD, Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum dan Energi Sumber Daya Mineral,
Badan Lingkungan Hidup, Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, Badan
Kerjasama dan Penanaman Modal , Biro Hukum, Biro Organisasi, Biro Tata
Pemerintahan, Biro Administrasi Pembangunan
Disamping tokoh kunci yang berperan dalam keseluruhan sektor pelayanan publik yang
dikerjasamakan, juga teridentifikasi tokoh kunci yang berperan secara sektoral berikut.
54
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Sebagian besar tokoh kunci yang berasal dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kabupaten
Bantul, beserta Provinsi DIY, kemudian menjadi anggota Forum Tokoh Kunci yang diinisiasi oleh
Forum Koordinasi Bappeda. Anggota forum tokoh kunci untuk tiap sektor yang dikerjasamakan
dalam KAD Kartamantul bisa dilihat pada tabel berikut.
Badan Perwakilan
Bappeda Dinas Lingkungan Bagian Perwakilan Tokoh Perwakilan Lainnya
PU Hidup Keuangan LSM Masyarakat Akademisi
Persampahan √ √ √ √ √ √ √ -
Pengolahan Air -
Limbah √ √ √ √ √ √ √
Dinas
Pengairan dan
SDA,Balai
Besar wilayah
Air Bersih
√ √ √ √ √ sungai Prov.
DIY,Satker Air
minum Prov
DIY, PDAM
Dinas
Pengairan dan
SDA, Balai
Besar wilayah
sungai Prov.
Drainase
√ √ √ √ √ DIY, Satker
Penyehatan
lingkungan
pemukiman
Prov DIY
Dinas
Transportasi √ √ √ √ √ √ √ Perhubungan
Jalan √ √ √ √ √ √ √ -
Dinas
Kesehatan √ √ √ √ √ √ Kesehatan
Pemerintah Propinsi DIY Pengembangan sarana dan prasarana lintas batas untuk sektor
pelayanan publik yang dikerjasamakan
Dinas Pekerjaan Umum/ PDAM Pengembangan sarana dan prasarana sektor yang
(sektor air bersih)/ Dinas dikerjasamakan yang berada di dalam batas wilayah
Perhubungan administratif masing-masing
(Transportasi)/Dinas Kesehatan
(Sektor Kesehatan)
Bappeda, Bagian Hukum, Bagian Perumusan regulasi kerjasama antar daerah (obyek,
Organisasi, Bagian Keuangan, organisasi dan kelembagaan, pembiayaan, manajemen
dan Dinas Pekerjaan Umum pengelolaan)
55
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
LMPK, LMD dan LSM Membantu Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan
Kabupaten Bantul dalam memberdayakan masyarakat agar
memiliki kepedulian dalam pengelolaan sarana/prasarana
yang dikerjasamakan (persampahan, drainase).
3.1 PERSAMPAHAN
Ruang 1. Pemanfaatan bersama prasarana dan sarana Tempat Pengolahan Akhir (TPA)
Lingkup Sampah bagi Kawasan Perkotaan Yogyakarta (14 Kecamatan di wilayah Kota
Kerjasama Yogyakarta, 5 Kecamatan di wilayah Kabupaten Bantul dan 9 Kecamatan di
wilayah Kabupaten Sleman).
56
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Maksud Mengadakan perjanjian kerjasama atas dasar prinsip saling membantu dan saling
Dan Tujuan menguntungkan dalam pengelolaan operasi dan pemeliharaan prasarana dan
Kerjasama sarana Tempat Pengolahan Akhir Sampah, dengan tujuan agar pemanfaatan,
pengelolaan dan pengembangan Tempat Pengolahan Akhir Sampah dapat
dilakukan seacara efektif dan efisien serta memenuhi standar teknis dan
lingkungan
57
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
58
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
3. Hitung beban anggaran operasi dan pemeliharaan TPA (TOTALOP) selama kurun waktu satu
tahun.
4. Bagilah beban sharing anggaran dari masing-masing daerah dengan cara sebagai berikut:
Sharing Biaya Operasional dan Maintenance TPA di Piyungan berdasarkan volume sampah yang
masuk ke TPA 2001-2009 dapat dilihat sebagai berikut:
59
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Pelaksanaan
Pola pelaksanaan kerjasama pengelolaan sampah Kartamantul:
1. Sekber Kartamantul mengatur pertemuan rutin berkala (2x setiap minggu), dengan topik
pembahasan sesuai ruang lingkup kerjasama diatas. Seluruh tokoh kunci diundang untuk
memberikan kontribusi pemikiran, ide, dan gagasan untuk peningkatan kinerja pengelolaan
Tempat Pengelolaan Akhir Sampah.
2. Perumusan, Penetapan dan Kesepakatan pembagian peran terkait dengan bidang persampahan
adalah sebagai berikut:
Kota Kabupaten Kabupaten Provinsi
Kegiatan Yogya Sleman Bantul DIY
Penyusunan dan Review Master Plan
Pengelolaan Sampah Skala Regional
(DED, RAB)
Penyusunan dan Review Master Plan
Pengelolaan Sampah Skala
Kabupaten/Kota (DED, RAB)
Pengembangan Kelembagaan tingkat
Kabupaten/Kota
Pengembangan Kelembagaan tingkat
regional
Pembiayaan operasi dan pemeliharaan
Pengembangan sarana prasarana
Penyiapan Lahan
Pembebasan Lahan
Aplikasi Teknologi Terapan
60
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Wilayah
Kabupaten
Bantul
Lokasi Pembuangan
Wilayah
Sampah Ilegal/Liar
Kabupaten
Sleman
Wilayah
Kota
Yogyakarta
Bentuk Penanganan
Para pihak
yang terlibat Evakuasi Sampah Pemberdayaan Masyarakat
Kota Berkontribusi dalam pengerahan (buldozer, -
Yogyakarta escavator) dan atau armada truk pengangkut sampah
untuk evakuasi ke Tempat Pengolahan Akhir.
Kabupaten Berkontribusi dalam pengerahan (buldozer, -
Sleman escavator) dan atau armada truk pengangkut sampah
untuk evakuasi ke Tempat Pengolahan Akhir
Kabupaten Berkontribusi dalam pengerahan (buldozer, Sosialisasi dan advokasi untuk
Bantul escavator) dan atau armada truk pengangkut sampah pelibatan masyarakat dalam
untuk evakuasi ke Tempat Pengolahan Akhir pengelolaan sampah (Reduce,
Reuse, Recycle)
Masyarakat Penyediaan makan/minum untuk para petugas yang Terlibat dalam kegiatan
melaksanakan evakuasi Pemberdayaan dalam
pengelolaan sampah (Reduce,
Reuse, Recycle)
Monitoring & Dalam pelaksanaannya, proses monitoring dan evaluasi sektor persampahan
Evaluasi mengacu kepada beberapa hal berikut:
1. Kesepakatan Rencana Anggaran dan Belanja Operasi dan Pemeliharaan yang
meliputi: Belanja Pegawai/Karyawan, Belanja Barang dan Jasa, Belanja
Pemeliharaan, Belanja Perjalanan Dinas, Belanja Modal.
2. Indikator Penilaian Kinerja Penyehatan Permukiman yang meliputi: Pegawai
dan Kualifikasinya, Sarana dan Prasarana Penunjang, Kelembagaan Pengelola,
Pembiayaan Operasi dan Pemeliharaan.
3. Indikator Bangun Praja Kementrian Lingkungan Hidup, meliputi hal-hal berikut:
61
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Berdasarkan aturan Bangun Praja, passing grade minimal dari keseluruhan penilaian adalah 71.
Sebagai bahan evaluasi, didalam pelaksanaan KAD sektor Persampahan Kartamantul indikator
tersebut ditambah dengan Dokumentasi Foto Kegiatan (bisa dilihat pada bagian berikutnya tentang
Hasil Kerjasama). Foto Kegiatan diupayakan untuk disiapkan pada saat sebelum (pra penilaian) dan
sesudah penilaian, dengan maksud untuk mendokumentasikan seluruh kegiatan peningkatan
kinerja pengelolaan TPA, sekaligus sebagai bahan evaluasi tahap selanjutnya. Selain itu, kerjasama
pengelolaan persampahan juga dilakukan melalui pemberdayaan pengelolaan sampah berbasis
masyarakat (3R yaitu Reduce, Reuse, Recycle) dengan tujuan mengurangi volume sampah dari
sumber (di tingkat masyarakat). Indikator yang digunakan adalah pengurangan volume sampah
Perbandingan Volume
2009 2010
Yogyakarta 82.750.690 63.918.292
Sleman 32.577.062 38.672.426
Bantul 5.345.772 10.349.129
Total 120.673.524 112.939.847
Prosentase Volume
2009 2010
Yogyakarta 68,57% 56,59%
Sleman 27,00% 34,24%
Bantul 4,43% 9,16%
Total 100,00% 100,00%
Sumber : Sekber Kartamantul 2010.
62
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Hasil Kerjasama
Perbaikan Sarana dan Prasarana TPA berupa penghijauan, saluran drainase, kolam maturasi,
talud jalan, talud lindi dll.
63
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Pemantauan Rutin
64
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Ruang 1. Pemanfaatan bersama pipa saluran induk, dan prasarana dan sarana IPAL
Lingkup sebagai pengolah air limbah rumah tangga dan non ruman tangga (pendidikan,
Kerjasama perdagangan, jasa, hotel kecuali binatu/laundry, rumah sakit dan perusahaan
tekstil) di wilayah Kawasan Perkotaan Yogyakarta (3 Kecamatan di Kabupaten
Bantul, 13 Kecamatan di wilayah Kota Yogyakarta dan 4 kecamatan di wilayah
Kabupaten Sleman).
2. Operasi dan pemeliharaan pipa saluran induk dan sarana Instalasi Pengolah Air
Limbah meliputi perawatan instalasi, pemeliharaan alat berat, mekanik listrik
dan sarana dan sarana fisik.
3. Pengembangan sarana dan prasarana: pengembangan pipa saluran induk,
sarana dan prasarana IPAL, pipa lateral dan sambungan rumah tangga
65
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Maksud Mengadakan perjanjian kerjasama atas dasar prinsip saling membantu dan saling
Dan menguntungkan dalam pengelolaan operasi dan pemeliharaan pipa saluran induk
Tujuan sepanjang 10 (sepuluh) kilometer yang selanjutnya disebut pipa saluran induk, dan
Kerjasama prasarana dan sarana Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) dengan tujuan
pemanfaatan, pengelolaan dan pengembangan IPAL dapat dilakukan secara efektif
dan efisien serta memenuhi standar lingkungan.
66
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Kepala
Kasubag Kasubag
Perencanaan Operasi dan Kasubag
Jaringan Pemeliharaan Tata Usaha
Jaringan
Pembiayaan Pembiayaan pengelolan air limbah ini didasarkan kepada jumlah sambungan
rumah tangga dan non rumah tangga yang ditanggung secara proporsional.
a) Jumlah Sambungan rumah tangga dan non rumah tangga yang dimiliki oleh Kota Yogyakarta
adalah sebesar 14.500 pelanggan
b) Jumlah Sambungan rumah tangga dan non rumah tangga yang dimiliki oleh Kabupaten Sleman
adalah sebesar 3.500 pelanggan
c) Jumlah Sambungan rumah tangga dan non rumah tangga yang dimiliki oleh Kabupaten Bantul
adalah sebesar 6.000 pelanggan
67
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Kabupaten Sleman x 3.000.000.000 210.000.000
Kabupaten Bantul x 3.000.000.000 360.000.000
Pemerintah Provinsi DIY dalam hal ini bersedia/sepakat menutup kekurangan biaya operasi
dan pemeliharaan Instalasi Pengolah Air Limbah dalam setiap tahunnya mengingat kepemilikan
aset dari IPAL masih menjadi milik Pemerintah Propinsi DIY.
Monitoring Dalam pelaksanaannya, proses monitoring dan evaluasi sektor pengolahan air
Dan Evaluasi limbah mengacu kepada beberapa hal berikut:
1. Kesepakatan Rencana Anggaran dan Belanja Operasi dan Pemeliharaan yang
meliputi: Belanja Pegawai/Karyawan, Belanja Barang dan Jasa, Belanja
Pemeliharaan, Belanja Perjalanan Dinas, Belanja Modal.
2. Indikator Penilaian Kinerja Penyehatan Permukiman yang meliputi: Pegawai
dan Kualifikasinya, Sarana dan Prasarana Penunjang, Kelembagaan
Pengelola, Pembiayaan Operasi dan Pemeliharaan.
68
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Salah satu kegiatan rutin yang dilakukan dalam proses monev Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) adalah melakukan uji laboratorium terhadap:
Kualitas Influent dan Efluent Pengolahan Air Limbah meliputi BOD dan COD.
Sludge Instalasi Pengolah Air Limbah.
Hasil Uji
No Paramater Satuan Bak Fakultatif Bak Fakultatif Bak Bak Fakultatif
1 timur 2 barat Fakultatif 2 2 barat
timur
1 P mg/kg 1957,6169 1612,6071 699,2265 484,6425
2 K mg/kg 1153,9014 1112,7184 407,1247 614,5866
3 Plumbum mg/kg 79,7831 81,1951 40,4987 129,6425
4 Cadmium mg/kg 2,2156 0,9456 < 0,2 < 0,2
5 Curium mg/kg 409,3469 384,5110 30,2697 213,3640
6 Croom mg/kg 125,1184 133,8823 208,1934 149,3689
7 Kadar Air % 13,45 10,13 1,75 3,34
Dengan Monitoring terhadap kualitas Influent dan Efluent serta Sludge dari Instalasi Pengolah Air
Limbah diharapkan kualitas hasil pengolahan dapat senantiasa dikendalikan, ditingkatkan untuk
mengurangi dampak terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan.
69
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Hasil Kerjasama
70
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
3.3 DRAINASE
Identifikasi 1. Terjadinya fungsi ganda saluran irigasi sekaligus menjadi saluran drainase
Masalah 2. Ketidaksamaan kualitas dan kontruksi drainase di wilayah perbatasan Kota
Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul.
3. Lebar drainase di wilayah perbatasan tidak sinkron.
4. Terjadinya banyak genangan air akibat luapan drainase di wilayah
perbatasan, sehingga muncul kebutuhan daerah tangkapan air, daerah
resapan air dan retention pond.
5. Terjadinya cross utilitas antara drainase, pipa air minum, pipa limbah, kabel
fiber optik.
6. Anggaran untuk peningkatan dan pemeliharaan drainase di wilayah
perbatasan tidak sinkron.
7. Kualitas air di wilayah perkotaan tereduksi karena terkontaminasi polutan.
8. Pada kontruksi drainase terjadi sedimentasi saat musim kemarau dan
meluap saat musim hujan karena perbedaan penanganan, pemanfaatan,
operasi dan pemeliharaan.
9. Terdapat 11 sarana dan prasarana drainase di wilayah perbatasan
Kabupaten Sleman dengan Kota Yogyakarta yang membutuhkan
sinkronisasi pengelolaan
10. Terdapat 5 sarana dan prasarana drainase di wilayah perbatasan
Kabupaten Sleman dengan Kabupaten Bantul yang membutuhkan
sinkronisasi pengelolaan
11. Terdapat 15 sarana dan prasarana drainase di wilayah perbatasan Kota
Yogyakarta dengan Kabupaten Bantul yang membutuhkan sinkronisasi
pengelolaan
12. Belum ada institusi/kelembagaan yang mempunyai otoritas penuh terhadap
pengelolaan dan pengembangan drainase perkotaan.
13. Belum ada pembagian kontribusi/sharing terhadap pembiayaan
pengelolaan drainase perkotaan
14. Peran serta swasta dalam pengelolaan drainase perkotaan masih rendah
Ruang Lingkup 1. Pengelolaan prasarana dan sarana Drainase di wilayah Kawasan Perkotaan
Kerjasama Yogakarta (4 Kecamatan di Kabupaten Bantul, 8 Kecamatan di wilayah Kota
Yogyakarta dan 5 Kecamatan di wilayah Kabupaten Sleman) yang meliputi
saluran drainase pada ruas jalan Kabupaten/Kota.
2. Pengelolaan Sistem Drainase yang meliputi:
a) Penyusunan Program dan perencanaan
b) Pelaksanaan kegiatan yang meliputi:
• penetapan jaringan drainase
• status dan fungsi drainase
• pembangunan, peningkatan dan rehabilitasi drainase
• operasi dan pemeliharaan drainase
• pembangunan sumur resapan air hujan
• pembangunan kolam penampungan air (retention pond)
3. Pengawasan meliputi; sosialisasi, pengelolaan dampak lingkungan.
71
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Maksud Dan Mengadakan perjanjian kerjasama dengan prinsip saling membantu dan
Tujuan menguntungkan dalam pengelolaan prasarana dan sarana drainase dengan
Kerjasama tujuan terciptanya sinkronisasi program dan kegiatan untuk mencegah banjir
dan menghilangkan genangan akibat curah hujan yang tinggi di wilayah
perkotaan Yogyakarta.
Kendala/ Kendala/hambatan yang sering ditemui saat melakukan penyusunan baseline regional
Hambatan Saat
bidang pengelolaan drainase adalah tidak tersedianya Detail Enginering Design (DED)
Membuat
Baseline untuk kawasan-kawasan khusus yang tumbuh kembang cepat, disisi lain pengembangan
Regional jaringan air drainase mutlak dilaksanakan dalam rangka peningkatan pelayanan kepada
publik.
72
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Tahapan berikutnya adalah mendiskusikannya dengan seluruh tokoh kunci yang telah
diidentifikasi ditambah dengan tokoh masyarakat setempat dimana lokasi pengembangan,
lokasi pembangunan jaringan drainase akan dilakukan. Diskusi fokus ini biasanya
dilakukan 3 – 4 kali.
Bentuk Wadah Saat ini belum dibentuk institusi/kelembagaan baru. Yang dilakukan adalah
Lembaga/ mengoptimalkan peran SKPD lintas sektoral (Bappeda, Dinas PU, Dinas Pengairan,
Organisasi Keuangan, Badan Lingkungan Hidup), dan lintas wilayah untuk saling berbagi peran
Sektor
dalam penyediaan, penanganan dan kerjasama pengelolaan antara Kota
Drainase
Yogyakarta/Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul maupun dari pemerintah Propinsi
DIY.
Drainase pada ruas jalan di wilayah perbatasan Kota Yogyakarta – Kabupaten Bantul
Apabila secara fisik seperti gambar diatas, maka biaya operasi dan pemeliharaan saluran drainase
pada ruas jalan tersebut dikelola oleh Kota Yogyakarta. Kabupaten Bantul melakukan hal yang
sama untuk ruas jalan diperbatasan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul dengan kondisi
berikut:
Namun apabila secara fisik kepemilikan dan pemanfaatannya sama panjang sebagaimana gambar
berikut:
maka biaya operasi dan pemeliharaan jalan menjadi tanggungjawab masing-masing daerah namun
dengan sinkronisasi, keselarasan dan harmonisasi tentang dimensi dan kualitas drainase jalan
dengan harapan tidak terjadi ketimpangan kualitas drainase jalan.
Pelaksanaan 1. Sekber Kartamantul mengatur pertemuan rutin berkala (2x setiap minggu),
dengan topik pembahasan sesuai ruang lingkup kerjasama
2. Perumusan, Penetapan dan Kesepakatan pembagian peran berikut.
73
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Monitoring 1. Mengacu pada Master Plan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Drainase
& Evaluasi Perkotaan Yogyakarta
2. Kesepakatan yang tertuang dalam Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Sarana
dan Prasarana Drainase Perkotaan. Pelaksana monitoring dan evaluasi adalah
Sekretariat Bersama Kartamantul.
74
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Hasil Kerjasama
• Normalisasi Kali Belik di perbatasan Yogya-Sleman
75
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Ruang Lingkup 1. Penyediaan dan pemanfaatan bersama sumber air, air baku dari instansi
Kerjasama yang berwenang, prasarana dan sarana bangunan pengambilan, pipa
transmisi air baku, instalasi pengolah air bersih, pipa transmisi dan
reservoir air guna penyediaan air bersih keperluan rumah tangga,
perdagangan, dan industri bagi masyarakat di Kawasan Perkotaan
Yogyakarta (5 Kecamatan di Kabupaten Bantul, 14 Kecamatan di wilayah
Kota Yogyakarta dan 8 Kecamatan di wilayah Kabupaten Sleman)
2. Pengelolaan dan pelayanan air bersih yang meliputi;
a. Pengembangan penyediaan air bersih
b. Pembangunan prasarana dan sarana bangunan pengambilan, pipa
transmisi air baku, instalasi pengolah air bersih, pipa transmisi dan
reservoar air bersih.
c. Pengelolaan operasi dan pemeliharaan pipa transmisi dan instalasi
dengan prinsip pengelolaan perusahaan
d. Pembentukan lembaga, organisasi dan tata kerja
e. Pembiayaan
f. Penetapan tarif dasar air bersih;
g. Pengelolaan lingkungan hidup
3. Pembangunan, pengelolaan dan pengembangan bekerjasama dengan
Pihak Swasta
76
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Maksud Dan Mengadakan perjanjian kerjasama dengan prinsip saling membantu dan
Tujuan menguntungkan dalam pengelolaan prasarana dan sarana air bersih dengan
Kerjasama tujuan terpenuhinya kebutuhan air baku/air bersih di di wilayah perkotaan
Yogyakarta.
77
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Bentuk Saat ini belum dibentuk institusi/kelembagaan baru. Yang dilakukan adalah
Wadah mengoptimalkan peran SKPD lintas sektoral (Bappeda, Dinas PU, PDAM, Dinas
Lembaga/ Pengairan, Keuangan, Badan Lingkungan Hidup), dan lintas wilayah untuk saling
Organisasi
berbagi peran dalam penyediaan air bersih melalui kerjasama pengelolaan
Sektor Air
Bersih antara Kota Yogyakarta/Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul maupun dari
pemerintah Propinsi DIY.
Pembiayaan Untuk infrastruktur air bersih yang melintasi wilayah perbatasan, dibiayai
sepenuhnya oleh Pemerintah Provinsi DIY. Sedangkan Infrastruktur air bersih
yang terdapat di dalam kabupaten/kota, dibiayai oleh masing-masing pemerintah
Kabupaten/Kota. Saat ini sedang dijajaki kemungkinan pengembangan
pembiayaan melalui kerjasama dengan pihak swasta dengan mekanisme Public
Private Partnership.
Pelaksanaan 1. Sekber Kartamantul mengatur pertemuan rutin berkala (2x setiap minggu),
dengan topik pembahasan sesuai ruang lingkup kerjasama.
2. Perumusan, Penetapan dan Kesepakatan pembagian peran berikut
Monitoring Proses monitoring dan evaluasi dilaksanakan oleh Tim Pengawas yang
dan beranggotakan Kepala Bappeda Kota/ Kabupaten, Dirut PDAM, serta Kabag
Evaluasi Perekonomian Kabupaten/Kota.
78
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Hasil Kerjasama
Pengelolaan Air Bersih Bersama yang bersumber dari mata air di Kab. Magelang dan air
permukaan Sungai Progo
79
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
3.5 TRANSPORTASI
Identifikasi 1. Kuantitas armada angkutan umum Perkotaan berlebihan, sehingga load factor
Masalah penumpang kecil (kurang dari 20%)
2. Armada angkutan barang memasuki wilayah Perkotaan, sehingga menambah
beban jalan dan trasportasi.
3. Kualitas armada angkutan umum (penumpang/barang) di wilayah perkotaan
semakin memburuk
4. Keamanan dan kenyamanan penumpang tidak terjamin (banyak pencopetan,
kursi didalam angkutan umum banyak rusak)
5. Perkembangan kendaraan pribadi (mobil, motor) semakin meningkat setiap
tahun.
6. Kemacetan lalu lintas di ruas-ruas jalan utama di wilayah perkotaan atupun
diwilayah perbatasan.
7. Banyaknya parkir on street, yang mengakibatkan kapasitas jalan tereduksi
8. Fasilitas parkir off street kurang memadai.
9. Banyaknya armada angkutan yang ngetem sembarangan di simpang an.
10. Penempatan terminal/sub terminal yang tidak sesuai dengan tata ruang dan
tata guna lahan.
11. Banyaknya armada angkutan umum (penumpang/barang)
beroperasi/melayani sampai masuk ke wilayah administratif daerah lain.
12. Kualitas dan kuantitas Alat Pemberi Insyarat Lalu Lintas (APILL) di wilayah
perbatasan kurang/tidak memadai.
13. Belum tersedianya Sistem Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas Angkutan
Jalan/Angkutan orang/Angkutan barang/ Simpul dan Terminal Transportasi /
Jaringan Transportasi jalan dan rel kereta api perkotaan/Pengawasan dan
Pembinaan
14. Dampak dari Issue lingkungan terkait transportasi
80
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
• Sub sistem jaringan transportasi jalan dan rel kereta api perkotaan yang
meliputi; pengadaan Mass Rapid Transit (MRT) dan Light Rapid Transit (LRT)
bekerjasama dengan PT Kereta Api Indonesia.
• Sub sistem pembinaan, sosialisasi dan pengawasan yang meliputi; kegiatan
monitoring dan evaluasi bidang lalu lintas dan angkutan jalan di wilayah
perkotaan Yogyakarta.
• Pengelolaan lingkungan hidup yang meliputi; pengendalian pencemaran udara
dan kebisingan.
81
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Pelaksanaan 1. Sekber Kartamantul mengatur pertemuan rutin berkala (2x setiap minggu),
dengan topik pembahasan sesuai ruang lingkup kerjasama diatas.
2. Perumusan, Penetapan dan Kesepakatan pembagian peran, sebagai berikut.
82
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Monitoring 1. Mengacu pada Master Plan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Transportasi
& Evaluasi Perkotaan Yogyakarta
2. Kesepakatan yang tertuang dalam Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Sarana dan
Prasarana Transportasi Perkotaan.
Kegiatan monitoring evaluasi KAD Kartamantul di sektor transportasi yang telah dilakukan adalah
evaluasi terhadap implementasi Trans Yogya. Kegiatan monev yang telah dilakukan meliputi
kegiatan evaluasi Trans Yogya baik secara internal maupun secara eksternal:
1) Evaluasi Internal Trans Jogja , meliputi kinerja efektifitas dan efisiensi dari moda Trans Jogja
sebagai moda transportasi umum utama di Kawasan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta, baik
dari sisi operasional/teknis maupun kelembagaannya.
Hasil dari evaluasi internal:
Keberadaan Shelter Trans Jogja yang dianggap masih belum memenuhi kebutuhan
masyarakat dari beberapa fungsi guna lahan perkotaan, terutama perumahan.
Jalur trayek Trans Jogja cenderung melewati kawasan pariwisata dan kurang efisien untuk
memebuhi kecenderungan arah mobilisasi masyarakat perkotaan Yogyakarta-Nanggulan-
Kembang-Tegalsari-Temon
Adanya kecenderungan jalur trayek Trans Jogja yang melewati wilayah perkotaan secara
horizontal, sehingga jalur dari utara-selatan perkotaan serta sebaliknya kurang
diakomodasi.
Permasalahan kelembagaan dari pengelolaan moda Transportasi Trans Jogja yang masih
rancu dan terlalu parsial menyebabkan operasi dari moda Trans Jogja kurang pengawasan
lebih lanjut.
Efisiensi waktu dari perjalanan Trans Jogja dianggap masih belum bisa dipastikan, karena
adanya faktor diluar dugaan yang menyebabkan mobilisasi moda Trans Jogja terhambat.
Jauhnya keberadaan shelter Trans Jogja membutuhkan adanya moda transit (pengganti)
yang masih belum dapat terakomodasi hingga saat ini
Penentuan tarif Trans Jogja yang menggunakan 50% subsidi dari pemerintah tidak dapat
dipertahankan seperti kondisi saat ini secara berkepanjangan.
2) Evaluasi Eksternal Trans Jogja, meliputi aspek efisiensi dan efektivitas dari fungsi awal moda
Trans Jogja yang direncanakan menjadi moda transportasi umum utama di Perkotaan
Yogyakarta.
83
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Dalam evaluasi tersebut, dilakukan beberapa kegiatan studi analisis yang meliputi:
Keterangan :
LF : Load Factor/factor muat armada
: Jumlah penumpang dikalikan panjang perjalanan dalam satuan waktu
tertentu
P : Jumlah penumpang per jam pada seksi terpadat
!" #$ : Jumlah perjalanan bus dikalikan panjang trayek dalam satu satuan
waktu tertentu
C : Kapasitas kendaraan (daya angkut orang)
Sedangkan pengukuran keoptimalan armada dari aspek Load Factor mempunyai beberapa
indikator – indikator yang didasarkan pada SK Direktur Jenderal Perhubungan Darat no.AJ
206/DRJD/2002.
A. Skor 6, dengan parameter LF ≥ 70%, maka diklasifikasikan BAIK SEKALI
B. Skor 5, dengan parameter LF 60% ≤ X < 70%, maka diklasifikasikan CUKUP BAIK
C. Skor 4, dengan parameter LF 40% ≤ X < 50%, maka diklasifikasikan BAIK
D. Skor 3, dengan parameter LF 30% ≤ X < 40%, maka diklasifikasikan CUKUP
E. Skor 2, dengan parameter LF 20% ≤ X < 30%, maka diklasifikasikan KURANG
F. Skor 1, dengan parameter X < LF 20%, maka diklasifikasikan KURANG SEKALI
Selanjutnya, untuk melihat bagaimana perbandingan angka dan trend Load Factor antar jalur Trans
Jogja, digunakan representasi grafik gabungan Load Factor ke-6 jalur Trans Jogja dari data Load
Factor yang didapatkan setiap bulannya pada tahun 2009.
84
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
45
40
Rata -Rata Load Factor
35
Jalur 1A
30 Rata -Rata Load Factor
25 Jalur 1B
Rata - rata Load Factor
20
Jalur 2A
15 Rata - rata Load Factor
Jalur 2B
10
Rata - rata Load Factor
5 Jalur 3A
0 Rata - Rata Load Factor
Jalur 3B
Gambar 3.2.1.1
Perbandingan rata-rata Load Factor Antar Jalur Bus Trans Jogja
Sumber : UPDT Trans Jogja DISHUB PROVINSI, 2010
Berdasarkan gambar grafik di atas, dapat dilihat bahwa selalu ada kecenderungan peningkatan
Load Factor pada setiap bulannya
• Jalur yang mempunyai Load Factor paling tinggi adalah pada Jalur 1A, yang berdasarkan
parameter Dirjen Perhubungan Darat termasuk dalam klasifikasi CUKUP
• Jalur tipe A,yaitu jakur 1A,2A, dan 3A cenderung mempunyai angka Load Factor yang lebih
besar dibandingkan dengan nilai Load Factor Trans Jogja jalur B (jalur 1B,jalur 2B,dan jalur
3B
• Jalur tipe B, yang terdiri dari 1B, 2B, dan 3B cenderung mempunyai rata – rata Load Factor
yang lebih rendah jika dibandingkan dengan jalur tipe A.
• Moda Angkutan Trans Jogja mempunyai rata – rata Load Factor sebesar 35,03 %, yang
masih berada pada klasifikasi CUKUP, masih jauh dibawah target.
85
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
86
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Hasil Kerjasama
Reformasi Angkutan Publik melalui Trans Jogja berupa: penetapan rute Bus Trans Jogja,
penetapan lokasi shelter & penambahan shelter baru, Sharing shelter, pengembangan rute baru
87
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
3.6 JALAN
Identifikasi 1. Ketidaksamaan kualitas dan utilitas (penerangan jalan umum, trotoar) jalan di
Masalah wilayah perbatasan Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten
Bantul.
2. Ketidaksamaan ROI dan damija (daerah milik jalan) di wilayah perbatasan
Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul.
3. Dimensi, kualitas dan utilitas pendukung jalan di wilayah perbatasan tidak
seimbang.
4. Lebar trotoar jalan di wilayah perbatasan tidak sinkron.
5. Daerah milik jalan (damija) banyak digunakan oleh penduduk secara ilegal.
6. Ijin “in gang” jalan di wilayah perbatasan tidak sinkron
7. Fasilitas dan kualitas lampu penerangan jalan di wilayah perbatasan tidak
sinkron.
8. Anggaran untuk peningkatan dan pemeliharaan jalan di wilayah perbatasan
tidak sinkron.
9. Terdapat 12 ruas jalan di wilayah perbatasan Kabupaten Sleman dengan
Kabupaten Bantul yang membutuhkan sinkronisasi pengelolaan
10. Terdapat 7 ruas jalan di wilayah perbatasan Kabupaten Sleman dengan Kota
Yogyakarta yang membutuhkan sinkronisasi pengelolaan
11. Terdapat 16 ruas jalan di wilayah perbatasan Kota Yogyakarta dengan
Kabupaten Bantul yang membutuhkan sinkronisasi pengelolaan
12. Penetapan status, fungsi dan kelas jalan belum sinkron.
13. Belum ada institusi/kelembagaan yang mempunyai otoritas penuh terhadap
pengelolaan dan pengembangan jalan perkotaan.
14. Belum ada pembagian kontribusi/sharing terhadap pembiayaan pengelolaan
jalan perkotaan
15. Peran serta swasta dalam pengelolaan jalan perkotaan masih rendah
88
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
89
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Apabila secara fisik seperti gambar diatas, maka biaya operasi dan pemeliharaan jalan tersebut
dikelola oleh Kota Yogyakarta. Kabupaten Bantul melakukan hal yang sama untuk ruas jalan
diperbatasan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul dengan kondisi sebagai berikut:
Hal tersebut juga berlaku untuk ruas jalan di wilayah perbatasan antara Kota Yogyakarta dengan
Kabupaten Sleman ataupun antara Kabupaten Sleman dengan Kabupaten Bantul.
Namun apabila secara fisik kepemilikan dan pemanfaatannya sama panjang sebagaimana gambar
berikut:
Maka biaya operasi dan pemeliharaan jalan menjadi tanggungjawab masing-masing daerah namun
dengan sinkronisasi, keselarasan dan harmonisasi tentang dimensi dan kualitas jalan dengan
harapan tidak terjadi ketimpangan kualitas jalan.
90
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Pelaksanaan 1. Sekber Kartamantul mengatur pertemuan rutin berkala (2x setiap minggu),
dengan topik pembahasan sesuai ruang lingkup kerjasama diatas.
2. Perumusan, Penetapan dan Kesepakatan pembagian peran sebagai berikut:
Monitoring 1. Mengacu pada Master Plan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Jalan Perkotaan
& Evaluasi Yogyakarta
2. Kesepakatan yang tertuang dalam Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Sarana dan
Prasarana Transoprtasi Perkotaan. Pelaksana monitoring dan evaluasi adalah
Sekretariat Bersama Kartamantul.
91
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
3.7 KESEHATAN
Identifikasi 1. Terjadinya penyakit endemik yang mengakibatkan kasus/kejadian yang luar
Masalah biasa dan mengakibatkan terjadinya korban jiwa di wilayah
perbatasan/Kawasan Perkotaan Yogyakarta (Leptospirosis, Demam Berdarah
Dengue, Cikungunya dll)
2. Perlunya Transfer Services (rujukan pelayanan) meliputi: pelayanan emergency
case pelayanan rawat inap, pelayanan rawat jalan pada kasus endemik dll.
3. Ketidaksiapan/ketidaktauan masyarakat terhadap antisipasi dan penanganan
kasus endemik yang terjadi, sehingga kasus/kejadian luar biasa penyakit
endemik selalu saja terjadi.
4. Belum adanya regulasi yang memayungi penanganan kasus/kejadian luar biasa
di Kawasan Perkotaan Yogyakarta,
5. Penanganan kasus endemik masih bersifat lokal, belum merupakan langkah
regional.
6. Pola Hidup Bersih dan Sehat belum menjadi kebiasaan/perilaku masyarakat.
7. Belum adanya Early Warning System/Mitigasi terkait terjadinya kasus/kejadian
luar biasa penyakit endemik
8. Belum adanya rencana aksi bersama Kabupaten/Kota penanganan kasus
endemik
9. Penanganan penyakit endemik masih bersifat parsial, hanya ditangani oleh
Dinas Kesehatan saja.
10. Belum adanya alokasi anggaran untuk penanganan kejadian luar biasa penyakit
endemik di Kawasan Perkotaan Yogyakarta
Fokus 1. Rencana Aksi Bersama Penanganan Kasus/kejadian luar biasa penyakit endemik
Kerjasama meliputi regulasi, kelembagaan, pembiayaan, program kegiatan dll
2. Peningkatan peran serta swasta dan masyarakat
92
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Maksud Mengadakan perjanjian kerjasama atas dasar prinsip saling membantu dan saling
Dan menguntungkan dalam penanganan kasus penyakit endemik dengan tujuan dapat
Tujuan dilakukan secara efektif dan efisien.
Kerjasama
Bentuk Saat ini belum dibentuk institusi/kelembagaan baru. Yang dilakukan adalah
Wadah mengoptimalkan peran SKPD lintas sektoral (Bappeda, Dinas PU, Dinas
Lembaga/ Kesehatan, Dinas Pengairan, Keuangan, Badan Lingkungan Hidup), dan lintas
Organisasi
wilayah Kota Yogyakarta/Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul maupun dari
Sektor
Kesehatan pemerintah Propinsi DIY, untuk saling berbagi peran dalam menangani penyakit
endemik/kejadian luar biasa secara bersama.
Pembiayaan Mekanisme sharing dan kontribusi pembiayaan dalam pelaksanaan Aksi Bersama
Penanganan Kasus/Kejadian Luar Biasa Penyakit Endemik di Kawasan Perkotaan
Yogyakarta dilakukan dengan aturan:
√ Kebutuhan pendanaan yang bersifat lintas wilayah administratif didanai oleh
Pemprov DIY
√ Kebutuhan pendanaan yang bersifat lokal dibebankan kepada APBD Kab/Kota
masing-masing
93
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Pelaksanaan 1. Sosialisasi kepada masyarakat tentang antisipasi penyakit endemik dan KLB,
2. Pelatihan kader masyarakat untuk memberikan pemahaman tentang langkah
preventif dan kuratif terhadap penyakit endemik dan KLB,
3. Pembasmian sumber – sumber penyebaran penyakit endemik.
Monitoring & Monitoring dan Evaluasi dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Prov. DIY serta Dinas
Evaluasi Kesehatan Kabupaten/Kota, dengan mengacu pada Rencana Aksi Bersama
Penanganan Kasus Penyakit Endemik Wilayah Kawasan Perkotaan Yogyakarta,
khususnya terkait dengan tindakan preventif, antisipatif maupun kuratif.
94
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
LAMPIRAN
PERJANJIAN BERSAMA
ANTAR
PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL,
KABUPATEN SLEMAN,
DAN KOTA YOGYAKARTA
95
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
LAMPIRAN 1
CATATAN ISI PERJANJIAN KERJASAMA
PERJANJIAN BERSAMA
ANTAR
PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL, KABUPATEN
SLEMAN,
DAN KOTA YOGYAKARTA
96
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Pada hari ini Rabu tanggal dua puluh delapan bulan sebelas
tahun dua ribu satu bertempat di Hotel Radisson, Yogyakarta
kami yang bertanda tangan di bawah ini :
BAB I
DASAR DAN TUJUAN
Pasal 1
97
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Pasal 2
Tentukan dan definisikan Para pihak mengadakan perjanjian kerjasama atas dasar prinsip
secara jelas tujuan saling membantu dan menguntungkan dalam pengelolaan
dilaksanakannya kerjasama. operasi dan pemeliharaan Prasarana dan Sarana TPA dengan
tujuan agar pemanfaatan, pengelolaan, dan pengembangan TPA
dapat dilakukan secara efektif dan efisien serta memenuhi
standar teknis di lingkungan.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 3
Cantumkan secara jelas Ruang Ruang lingkup perjanjian adalah sebagai berikut :
Lingkup/Cakupan dari a. Pemanfaatan bersama prasarana dan sarana TPA bagi wilayah
perjanjian KAD meliputi: PerkotaanYogyakarta meliputi:
Jenis pelayanan secara 1. Lima Kecamatan di wilayah Kabupaten Bantul :
rinci, a) Kecamatan Kasihan;
Wilayah yang akan b) Kecamatan Banguntapan;
menjadi lokasi kerjasama. c) Kecamatan Pleret;
d) Kecamatan Sewon;
Tokoh kunci yang terlibat e) Kecamatan Piyungan;
dalam penetapan bagian ini
adalah Bappeda, Dinas 2. Empat belas Kecamatan di wilayah Kota Yogyakarta :
Pekerjaan Umum, Badan a) Kecamatan Mantrijeron;
Lingkungan Hidup, Bagian b) Kecamatan Kotagede;
Organisasi, Bagian Hukum c) Kecamatan Umbulharjo;
d) Kecamatan Wirobrajan;
e) Kecamatan Mergangsan;
f) Kecamatan Kraton;
g) Kecamatan Pakualaman;
h) Kecamatan Ngampilan;
i) Kecamatan Gedong Tengen;
j) Kecamatan Jetis;
k) Kecamatan Gondokusuman;
l) Kecamatan Danurejan;
m) Kecamatan Gondomanan;
n) Kecamatan Tegalrejo;
98
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
BAB III
PENGELOLAAN TPA
Bagian Pertama
Pengelolaan Operasi dan Pemeliharaan
Pasal4
Jelaskan mekanisme Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b angka
pengelolaan objek kerjasama 1 adalah sebagai berikut :
(dalam hal ini TPA), meliputi: a. TPA dikelola secara bersama dengan sistem sanitary landfill
sistem pengelolaan, sesuai dengan petunjuk teknik operasi dan pemeliharaan
pembagian peran dari sebagaimana tersebut pada Lampiran I perjanjian ini;
obyek dan kegiatan yang b. perawatan dan pemeliharaan alat berat serta prasarana dan
dikerjasamakan. sarana fisik;
c. pemeliharaan jalan dan jembatan sebagai jalur pengangkutan
Tokoh kunci yang terlibat sampah di wilayah Kabupaten Bantul menuju TPA;
dalam penetapan bagian ini d. ruas-ruas jalan pada jalur sebagaimana dimaksud huruf c
adalah Bappeda, Dinas ditetapkan bersama, sebagaimana tersebut pada Lampiran II
Pekerjaan Umum, Badan perjanjian ini;
Lingkungan Hidup e. pengelolaan operasi dan pemeliharaan dilakukan secara
bergantian di antara para pihak dan ditetapkan bersama sebelum
tahun anggaran berikutnya.
Bagian Kedua
Pengembangan Prasarana dan Sarana
Pasal5
Tentukan juga kemungkinan Pengembangan prasarana dan sarana TPA dilaksanakan secara
pengembangan sarana dan bersama-sama sesuai dengan tahapan yang telah ditetapkan
prasarana yang dibutuhkan sebagaimana tersebut Lampiran III perjanjian ini.
untuk menunjang kegiatan
kerjasama
Bagian Ketiga
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Paragraf 1
Pembentukan Organisasi
Pasal6
99
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
kegiatan yang dikerjasamakan (2) Organisasi pengelolaan terdiri atas organisasi pengelolaan
(seperti contoh Pasal 6 dan 7). dan organisasi UnitPengelola TPA, dengan susunan sebagai
berikut :
Tokoh kunci yang terlibat a. Pembina;
dalam penetapan bagian ini b. Pengawas;
adalah Bappeda, Dinas c. Instansi Penanggung Jawab Kegiatan;
Pekerjaan Umum, Bagian d. Unit Pengelola TPA.
Hukum dan Bagian Organisasi
Paragraf 2
Pembina
Pasal7
Paragraf 3
Pengawas
Pasal8
Tentukan mekanisme (1) Pengawas terdiri atas Sekretariat Bersama dan Tim
pengawasan (seperti contoh Pengawas
Pasal 8, 9 dan 10) terhadap (2) Sekretariat Bersama diatur dalam Keputusan Bersama para
pelaksanaan kerjasama yang pihak.
meliputi:
Kedudukan dan fungsi Pasal9
pengawas dalam
organisasi pengelola (1) Tim Pengawas adalah lembaga non struktural sebagai
objek kerjasama, lembaga pengawasan kegiatan pengelolaan TPA.
Personil pelaksana (2) Tim Pengawas terdiri atas kepala instansi yang menangani
pengawas, bidang perencanaan, pengelolaan keuangan, pengelolaan
Tupoksi masing – masing sampah, dan pengelolaan lingkungan hidup serta lintas pelaku
personil pelaksana pada masing-masing Kabupaten/ Kota.
pengawasan (3) Susunan personalia Tim Pengawas terdiri atas ketua,
sekretaris, dan anggota.
Libatkan juga tokoh (4) Ketua Tim Pengawas adalah kepala instansi yang menangani
masyarakat, tokoh agama, di bidang perencanaan pada Kabupaten atau kota yang
LSM, anggota DPRD dalam mengelola.
tim pengawas ini seperti yang (5) Sekretaris Tim Pengawas adalah kepala instansi yang
dilakukan KAD Kartamantul. menangani bidang lingkungan hidup.
(6) Tim Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh Bupati atau
Walikota yang mengelola.
100
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
P a s a l 10
Paragraf 4
Instansi Penanggung Jawab Kegiatan
P a s a l 11
Tentukan secara jelas (1) Instansi Penanggung Jawab Kegiatan adalah instansi yang
instansi/SKPD yang menjadi mempunyai fungsi dan tugas di bidang persampahan.
penanggung jawab kegiatan
kerjasama, beserta uraian (2) Dalam melaksanakan fungsinya Instansi Penanggung Jawab
tugas dan fungsinya dalam Kegiatan mempunyai tugas :
kerjasama yang akan
dilakukan. a. menyusun rencana kerja dan anggaran berdasarkan usulan
yang diajukan oleh kepala pengelola dan disetujui oleh
→ Merujuk ke contoh sekretariat Bersama Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, dan
perjanjian ini, yang Kota Yogyakarta, dan disahkan oleh Tim Pengawas;
dimaksud dengan instasi b. mengurus dan mengelola kekayaan TPA;
yang mempunyai fungsi c. mengendalikan operasional pengelolaan;
dan tugas di bidang d. meningkatkan dan mengembangkan fungsi;
persampahan adalah e. menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan;
Dinas Pekerjaan Umum. f. meningkatkan dan mengembangkan sumberdaya manusia;
Akan lebih baik jika Dinas g. menyampaikan laporan kegiatan pengelolaan kepada Bupati
Pekerjaan Umum ini juga atau Walikota dan Tim Pengawas serta Sekretariat Bersama
dituliskan/disebutkan. Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman,
dan Kota Yogyakarta.
Paragraf 5
Tata Kerja
P a s a l 12
Tentukan dan jelaskan
mekanisme dan tata kerja Ketentuan tata kerja sebagaimana tersebut dalam Lampiran IV
dari masing-masing organisasi perjanjian ini.
pendukung kerjasama. Hal ini
bisa diuraikan dalam lembar
tersendiri sebagai bagian tak
terpisahkan dari dokumen
perjanjian. Tokoh kunci yang
terlibat dalam penetapan
mekanisme dan tata kerja
adalah Bagian Hukum dan
Bagian Organisasi.
101
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Bagian Keempat
Penetapan dan Pendapatan Personil
P a s a l 13
Tetapkan personil yang (1) Personil ditetapkan secara bersama sesuai dengan kebutuhan
terlibat dalam kerjasama dan berdasarkan prinsip efisiensi yang terdiri atas personil
skema pemberian pemerintah Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman,
kompensasinya (seperti dan Kota Yogyakarta serta pengawai harian lepas.
insentif, tunjangan, ataupun (2) Pengangkatan dan pemberhentian personil selain yang duduk
pendapatan), yang dalam struktur organisasi pengelola operasi dan pemeliharaan
didiskusikan oleh Bappeda, ditetapkan oleh kepala instansi penanggung jawab kegiatan.
Dinas Pekerjaan Umum, Bagian (3) Pengangkatan dan pemberhentian personil yang duduk
Hukum dan Bagian Organisasi dalam struktur organisasi pengelola operasi dan pemeliharaan
dan Bagian Keuangan. ditetapkan bersama oleh para pihak.
(4) Insentif, tunjangan dan pendapatan lain pegawai yang
dipekerjakan pada organisasi pengelola operasi dan
pemeliharaan TPA ditetapkan bersama oleh para pihak.
(5) Jenjang karier pegawai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
dipekerjakan pada organisasi pengelola operasi dan
pemeliharaan TPA diatur berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Bagian Kelima
Pengelolaan Lingkungan Hidup
P a s a l 14
Tentukan juga mekanisme (1) Kerusakan lingkungan, gangguan kesehatan dan resiko
pengelolaan dampak yang keamanan yang timbul sebagai dampak keberadaan TPA wajib
mungkin timbul dari kegiatan diberikan kompensasi sesuai dengan peraturan perundang-
kerjasama. Dalam contoh ini undangan yang berlaku.
yaitu berupa Pengelolaan (2) Kompensasi sebagaimana dimaksud ayat (1) ditanggung
Lingkungan Hidup menyangkut bersama.
aspek pemanfaatan, (3) Pengelolaan lingkungan dilaksanakan oleh pengelola operasi
pengendalian dan pelestarian dan pemeliharaan TPA bekerjasama dengan instansi yang
dari lahan dan lingkungan dari menangani bidang lingkungan hidup Kabupaten Bantul.
obyek yang dikerjasamakan. (4) Pemantauan lingkungan dilaksanakan oleh Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDALDA) Propinsi
Tokoh kunci yang terlibat Daerah Istimewa Yogyakarta.
dalam penetapan kegiatan
pengelolaan lingkungan hidup
adalah Bappeda, Dinas
Pekerjaan Umum, Badan
Lingkungan Hidup.
102
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Bagian Keenam
Pembiayaan dan Pengembangan Prasarana
P a s a l 15
BAB V
KEWAJIBAN DAN HAK
Bagian Pertama
Kewajiban dan Hak Para Pihak
P a s a l 17
Tetapkan secara detil hak dan Para pihak mempunyai kewajiban sebagai berikut :
kewajiban masing-masing a. menganggarkan biaya yang dibutuhkan sebagai akibat
pihak yang bekerjasama pelaksanaan perjanjian ini pada setiap tahun anggaran, melalui
berdasarkan konsekuensi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah masing-masing;
dari obyek yang b. para pihak melaksanakan pembinaan kepada instansi terkait
dikerjasamakan; role sharing di masing-masing daerah para pihak segera setelah
dari para pihak; serta peluang penandatanganan perjanjian ini.
penggalian sumber dana lain.
103
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
P a s a l 18
Tokoh kunci yang terlibat Para pihak mempunyai hak untuk memanfaatkan TPA serta jalur
dalam hal ini adalah adalah jalan di Kabupaten Bantul yang telah ditetapkan sebagai jalur
Bappeda, Dinas Pekerjaan pengangkutan sampah ke TPA.
Umum, Dinas Pendapatan dan
Keuangan Daerah, perwakilan Bagian Kedua
Komisi C DPRD dari para pihak. Kewajiban dan Hak Pengelola
P a s a l 19
P a s a l 20
BAB VI
JANGKA WAKTU
P a s a l 21
Tetapkan jangka waktu (1) Perjanjian ini mengikat para pihak selama 5 (lima) tahun
pelaksanaan kerjasama secara terhitung sejak penandatanganan.
jelas dilengkapi dengan (2) Berakhirnya perjanjian ini tidak membebaskan para pihak
kemungkinan perpanjangan untuk tetap menyelesaikan kewajiban yang sedang berjalan.
dan penghentian kerjasama. (3) Perjanjian ini dapat diperpanjang dengan persetujuan para
pihak.
Tokoh kunci yang terlibat
dalam hal ini adalah adalah
Bappeda, Dinas Pekerjaan
Umum, Dinas Pendapatan dan
Keuangan Daerah, perwakilan
Komisi C DPRD dari para pihak.
104
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
BAB VII
SANKSI
P a s a l 22
Tentukan juga kemungkinan (1) Apabila para pihak melakukan wanprestasi terhadap
pemberian sanksi yang kewajiban membayar biaya operasi dan pemeliharaan, maka
disepakati sebagai akibat dari para pihak tidak diperbolehkan membuang sampah di lokasi
penyimpangan hak dan TPA.
kewajiban yang telah (2) Apabila para pihak melakukan keterlambatan dalam
disepakati dalam perjanjian pembayaran biaya operasional setelah tenggang waktu selama 2
kerjasama. (dua) minggu maka akan dikenakan denda sebesar 2 per mil (dua
per seribu) dari jumlah kewajiban yang harus dibayarkan.
Tokoh kunci yang terlibat
dalam hal ini adalah adalah
Bappeda, Dinas Pekerjaan
Umum, Dinas Pendapatan dan
Keuangan Daerah, perwakilan
Komisi C DPRD dari para pihak.
BAB VIII
PERSELISIHAN
P a s a l 23
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
P a s a l 24
105
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
P a s a l 25
Pada bagian ini semua pihak PIHAK PIHAK KEDUA PIHAK KETIGA
yang bekerjasama harus PERTAMA
membubuhkan tanda tangan
diatas meterai/leges.
106
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
DAFTAR LAMPIRAN
PERJANJIAN KERJASAMA KARATAMANTUL DI BIDANG PERSAMPAHAN
Nomor
Lampiran Isi Lampiran Penjelasan
1 Standar Operasi Dalam SOP yang terdiri dari 6 bab ini, diuraikan berbagai
Prosedur (SOP) tentang kegiatan teknis yang diperlukan untuk operasi dan
Petunjuk Teknis pemeliharaan TPA Piyungan dengan cukup detil (lebih
Pengelolaan Tempat dari 150 halaman). SOP ini dimaksudkan sebagai
Pengelolaan Akhir (TPA) petunjuk praktis bagi bagian teknis dalam operasi dan
Sampah Piyungan pemeliharaan TPA Piyungan dan dapat digunakan
sebagai:
Petunjuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan operasional
dan pemeliharaan: bagaimana, kapan dan oleh siapa;
Alat perencanaan kegiatan-kegiatan operasional dan
pemeliharaan;
Materi pelatihan bagi personil baru.
Cakupan SOP:
i). Uraian tentang TPA Piyungan: lokasi dan desain TPA;
serta susunan organisasi dan personil
ii). Petunjuk umum yang harus diikuti oleh personil TPA
Piyungan serta pengunjung dari luar
iii). Uraian kegiatan serta tanggung jawab dari personil
TPA Piyungan (bagian operasional, bagian pemeliharaan
dan bagian perencanaan teknis), meliputi berbagai aspek
berikut:
Uraian elemen TPA;
Prosedur yang akan diikuti untuk kegiatan tersebut;
Bagian dan personil yang terlibat;
Peralatan dan material yang diperlukan;
Frekuensi pelaksanaan kegiatan khusus;
Pelaporan yang diperlukan.
2 Peta Jalur Jalan Menuju Menggambarkan rute yang dapat ditempuh untuk
TPA Piyungan mencapai lokasi TPA Piyungan serta denah dari TPA
tersebut. Dalam denah tersebut digambarkan berbagai
infrastruktur penunjang TPA, seperti berbagai saluran
pendukung, lokasi bangunan operasi serta sistem
pengolahan.
107
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Nomor
Lampiran Isi Lampiran Penjelasan
4 Organisasi dan Tata Berupa uraian yang terdiri dari 4 bab dan 11 pasal yang
Kerja Unit Pengelola ditandatangani oleh ketiga pihak yang bekerjasama,
Tempat Pengolahan mencakup hal-hal berikut:
Sampat Terpadu i). Dasar pembentukan UPT;
(UPTPSST) di Piyungan ii). Kedudukan, fungsi dan tugas organisasi UPT;
Kabupaten Bantul iii). Uraian tentang organisasi UPT yang meliputi unsur-
unsur pembentuk organisasi, susunan dan bagan struktur
organisasi, serta uraian tugas dari masing-masing unsur
dalam organisasi tersebut;
iv). Hubungan tata kerja dari tiap unsur organisasi;.
108
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
LAMPIRAN 2
PERJANJIAN KERJASAMA
ANTAR
PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL, KABUPATEN SLEMAN,
DAN KOTA YOGYAKARTA
TENTANG
PENGELOLAAN INSTALASI PENGOLAH AIR LIMBAH (IPAL)
DI SEWON KABUPATEN BANTUL
Pemerintah Pemerintah Pemerintah
Kabupaten Bantul Kabupaten Sleman Kota Yogyakarta
PERJANJIAN KERJASAMA
ANTAR
PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL, KABUPATEN SLEMAN, DAN KOTA
YOGYAKARTA
TENTANG
PENGELOLAAN INSTALASI PENGOLA AIR LIMBAH (IPAL) DI SEWON
KABUPATEN BANTUL
08/Perj/Bt/2001
NOMOR : 06/PK. KDH/2001
03/PK/2001
Pada hari ini, .............. tanggal delapan belas bulan sebelas tahun dua ribu satu
bertempat di ........................, kami yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama : Drs H.M. IDHAM SAMAWI
Jabatan : Bupati Bantul
dalam hal ini mewakili dan bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kabupaten
Bantul, berkedudukan di Komplek Parasamya Jalan R.W. Monginsidi Nomor 1 Bantul,
selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA;
2. Nama : Drs. IBNU SUBIYANTO, Akt
Jabatan : Bupati Sleman
dalam hal ini mewakili dan bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kabupaten
Sleman, berkedudukan di Jalan Parasamya Beran Tridadi Sleman, selanjutnya disebut
PIHAK KEDUA;
3. Nama : H. HERRY ZUDIANTO, SE, Akt, MM
Jabatan : Walikota Yogyakarta
dalam hal ini mewakili dan bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kota Yogyakarta,
berkedudukan di Jalan Kenari Nomor 56 Komplek Balaikota Yogyakarta, selanjutnya
disebut PIHAK KETIGA;
Para pihak telah sepakat untuk membuat perjanjian kerjasama tentang pengelolaan prasarana
dan sarana drainase di wilayah Perkotaan Yogyakarta dengan ketentuan sebagai berikut:
BAB I
DASAR DAN TUJUAN
Pasal1
Dasar perjanjian kerjasama:
1. Keputusan Bersama Bupati Bantul, Bupati Sleman dan Walikota Yogyakarta Nomor
Nomor 18 Tahun 2001, Nomor 01/PK.KDH/2001, 01 Tahun 2001 tentang Kerjasama
Pengelolaan Prasarana dan Sarana Perkotaan antar Kabupaten Bantul, Kabupaten
Sleman dan Kota Yogyakarta;
109
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
2. Keputusan Bersama Bupati Bantul, Bupati Sleman dan Walikota Yogyakarta Nomor
04/PERJ/BT/2001, Nomor 38/Kep.KDH/2001 dan Nomor 03 Tahun 2001 tentang
Pembentukan Sekretariat Bersama Pengelolaan Prasarana dan Sarana Perkotaan
antar Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, dan Kota Yogyakarta.
3. Surat Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor; 658/0640 tanggal 28 Februari
2001 tentang Penyerahan Pengelolaan IPAL di Sewon Kabupaten Bantul.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal3
Ruang lingkup perjanjian kerjasama adalah sebagai berikut :
a. Pemanfaatan bersama pipa saluran induk, dan prasarana dan sarana IPAL sebagai
pengolah air limbah rumah tangga dan non rumah tangga (pendidikan, perdagangan
dan jasa, dan hotel kecuali binatu/laundry, rumah sakit dan perusahaan tekstil) di
wilayah Perkotaan Yogyakarta meliputi:
1. Tiga Kecamatan di wilayah Kabupaten Bantul:
a) Kecamatan Kasihan;
b) Kecamatan Banguntapan;
c) Kecamatan Sewon;
2. Tiga belas Kecamatan di wilayah Kota Yogyakarta:
a) Kecamatan Mantrijeron;
b) Kecamatan Umbulharjo;
c) Kecamatan Wirobrajan;
d) Kecamatan Mergangsan;
e) Kecamatan Kraton;
f) Kecamatan Pakualaman;
g) Kecamatan Ngampilan;
h) Kecamatan Gedong Tengen;
i) Kecamatan Jetis;
j) Kecamatan Gondokusuman;
k) Kecamatan Danurejan;
l) Kecamatan Gondomanan;
m) Kecamatan Tegalrejo.
3. Empat Kecamatan di wilayah Kabupaten Sleman:
a) Kecamatan Ngaglik;
b) Kecamatan Mlati;
c) Kecamatan Depok;
d) Kecamatan Sleman.
b. Pengelolaan IPAL meliputi :
1. pengelolaan operasi dan pemeliharaan pipa saluran induk dan sarana IPAL
dilaksanakan berdasar prinsip pengelolaan perusahaan;
2. pengembangan prasarana dan sarana;
3. pembentukan organisasi dan tata kerja;
4. penetapan dan pendapatan personil;
5. pembiayaan;
6. penetapan tarif;
7. pengelolaan lingkungan hidup;
8. pengembangan pengelolaan dapat dikerjasamakan dengan Perusahaan Daerah
Air Minum dan atau Pihak Swasta.
110
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
BAB III
PENGELOLAAN IPAL
Bagian Pertama
Pengelolaan Operasi dan Pemeliharaan
Pasal4
Pelaksanaan sebagaimana dimaksud Pasal 3 huruf b angka 1 adalah sebagai berikut:
a. pipa saluran induk, dan prasarana dan sarana IPAL dikelola secara bersama sesuai
dengan petunjuk teknik operasi dan pemeliharaan sebagaimana tersebut pada
Lampiran I perjanjian ini;
b. perawatan dan pemeliharaan alat berat, mekanik listrik, dan prasarana dan sarana
fisik;
c. pengelolaan operasi dan pemeliharaan pada prinsipnya dilakukan secara bergantian
diantara para pihak dan ditetapkan bersama sebelum tahun anggaran berikutnya.
Bagian Kedua
Pengembangan Prasarana dan Sarana
Pasal5
Pengembangan pipa saluran induk, prasarana dan sarana IPAL, pipa lateral, dan
sambungan rumah dilaksanakan berdasarkan kesepakatan sesuai dengan yang telah
ditetapkan sebagaimana tersebut pada Lampiran II perjanjian ini.
Bagian Ketiga
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Paragraf 1
Pembentukan Organisasi
Pasal6
(1) Pembentukan organisasi pengelolaan operasi dan pemeliharaan ditetapkan bersama
didasari atas prinsip berdaya guna dan berhasil guna.
(2) Organisasi pengelola terdiri atas Organisasi Pengelolaan dan Organisasi Unit
Pengelolaan IPAL, dengan susunan sebagai berikut:
a. Pembina;
b. Pengawas;
c. Instansi Penanggung Jawab Kegiatan;
d. Unit Pengelola Instalasi Pengolah Air Limbah.
Paragraf 2
Pembina
Pasal7
(1) Pembina terdiri atas Bupati Bantul, Bupati Sleman, dan Walikota Yogyakarta.
(2) Pembina mempunyai fungsi pembinaan dan koordinasi.
(3) Dalam melaksanakan fungsinya Pembina mempunyai tugas mengarahkan,
menyelaraskan, dan mengkoordinasikan kegiatan pengelolaan IPAL.
Paragraf 3
Pengawas
Pasal8
(1) Pengawas terdiri atas Sekretariat Bersama dan Tim Pengawas.
(2) Sekretariat Bersama diatur dalam Keputusan Bersama para pihak.
111
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Pasal9
(1) Tim Pengawas adalah lembaga non struktural sebagai lembaga pengawas kegiatan
pengelolaan IPAL.
(2) Tim Pengawas terdiri atas kepala instansi yang menangani di bidang perencanaan,
pengelolaan keuangan, pengelolaan Air Limbah, dan pengelolaan lingkungan hidup
serta lintas pelaku pada masing-masing Kabupaten/Kota.
(3) Susunan personalia Tim Pengawas terdiri atas Ketua, Sekretaris, dan Anggota.
(4) Ketua Tim Pengawas adalah Kepala Instansi yang manangani di bidang
perencanaan pada Kabupaten atau Kota yang mengelola.
(5) Sekreteris Tim Pengawas adalah Kepala Instansi yang menangani bidang
lingkungan hidup.
(6) Tim pengawas sebagaimana dimaksud ayat (2) diangkat dan diberhentikan oleh
Bupati atau Walikota yang mengelola.
P a s a l 10
(1) Tim Pengawas mempunyai tugas pengawasan kegiatan pengelolaan IPAL di bidang
Teknik, Administrasi, dan Keuangan.
(2) Dalam melaksanakan fungsinya Tim Pengawas mempunyai tugas mengawasi dan
mengarahkan serta mengadakan evaluasi pelaksanaan tugas kepala unit pengelola
IPAL serta mengesahkan usulan kegiatan, program kerja dan keuangan serta
memberikan saran dan pertimbangan kepada Bupati atau Walikota yang mengelola.
Paragraf 4
Instansi Penanggung Jawab Kegiatan
P a s a l 11
(1) Instansi Penanggung Jawab Kegiatan adalah instansi yang mempunyai tugas dan
fungsi manangani air limbah rumah tangga dan non rumah tangga.
(2) Instansi Penanggung Jawab Kegiatan mempunyai tugas:
a. menyusun rencana kerja dan anggaran berdasarkan usulan yang diajukan oleh
kepala pengelola dan telah disetujui oleh Sekretariat Bersama Kabupaten Bantul,
Kabupaten Sleman, dan Kota Yogyakarta oleh Tim Pengawas;
b. mengurus dan mengelola kekayaan IPAL;
c. mengendalikan operasional pengelolaan;
d. meningkatkan dan mengembangkan fungsi;
e. menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan;
f. meningkatkan dan mengembangkan sumberdaya manusia;
g. menyampaikan laporan kegiatan pengelolaan kepada Bupati, Walikota dan Tim
Pengawas serta Sekretariat Bersama Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, dan
Kota Yogyakarta.
Paragraf 5
Tata Kerja
P a s a l 12
Ketentuan tata kerja sebagaimana tersebut dalam Lampiran III perjanjian ini.
112
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Bagian Keempat
Penetapan dan Pendapatan Personil
P a s a l 13
(1) Personil ditetapkan secara bersama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan prinsip
efisiensi yang terdiri atas personil Pemerintah Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman,
dan Kota Yogyakarta serta pegawai harian lepas yang ditetapkan bersama.
(2) Pengangkatan dan pemberhentian personil selain yang duduk dalam struktur
organisasi pengelola operasi dan pemeliharaan ditetapkan oleh kepala instansi
penanggung jawab dengan persetujuan Bupati atau Walikota yang mengelola.
(3) Pengangkatan dan pemberhentian personil yang duduk dalam struktur organisasi
ditetapkan bersama oleh para pihak.
(4) Insentif, tunjangan dan pendapatan lain pegawai yang dipekerjakan pada organisasi
pengelola operasi dan pemeliharaan IPAL ditetapkan bersama oleh para pihak
sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
(5) Jenjang karier pegawai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang dipekerjakan pada
organisasi pengelola operasi dan pemeliharaan IPAL berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Bagian Kelima
Pengelolaan Lingkungan Hidup
P a s a l 14
(1) Kerusakan lingkungan, gangguan kesehatan dan resiko keamanan yang timbul
sebagai dampak keberadaan IPAL diatur sesuai dengan peraturan perundangundangan
yang berlaku.
(2) Pengelolaan lingkungan dilaksanakan oleh pengelola operasi dan pemeliharaan
IPAL bekerjasama dengan instantsi yang menangani bidang lingkungan hidup
Kabupaten Bantul.
(3) Pemantauan lingkungan dilaksanakan oleh Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan (BAPEDALDA) Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Bagian Keenam
Pembiayaan dan Pengembangan Prasarana
P a s a l 15
(1) Biaya pengelolaan operasi dan pemeliharaan, pengembangan dan pengelolaan
lingkungan ditanggung bersama secara proporsional sesuai jumlah sambungan
rumah tangga dan non rumah tangga berdasarkan perhitungan jumlah sambungan
diperhitungkan pada tahun sebelumnya.
(2) Besarnya biaya sebagaimana dimaksud ayat (1) dihitung setiap tahun sebelum tahun
anggaran berikutnya berdasarkan kebutuhan nyata biaya operasi dan pemeliharaan
prasarana dan sarana IPAL ditetapkan bersama para pihak.
(3) Pembayaran/penyetoran biaya dilakukan secara bertahap tiap triwulan dimulai pada
setiap tahun anggaran, melalui instansi yang berwenang mengelola Keuangan
Daerah.
(4) Dukungan biaya pengelolaan dan pengembangan dapat diperoleh dari Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Propinsi dan Lembaga donor.
113
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
BAB IV
PENETAPAN IJIN SAMBUNGAN BARU DAN RETRIBUSI
SERTA PEMBAGIAN RETRIBUSI SETEMPAT
Bagian Pertama
Penetapan Biaya Ijin Sambungan Air Limbah dan Retribusi
P a s a l 16
Penetapan biaya ijin sambungan dan retribusi air limbah rumah tangga dan non rumah
tangga di wilayah para pihak ditetapkan bedasarkan kesepakatan bersama yang
dituangkan dalam peraturan perundang-undangan para pihak.
Bagian Kedua
Pembagian Retribusi Setempat
P a s a l 17
(1) Pembuangan air limbah di IPAL selain yang dilakukan oleh para pihak dibebani
retribusi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Kabupaten
Bantul.
(2) Perolehan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) PIHAK PERTAMA memperoleh
bagian 40% (empat puluh persen) dan 60% (enam puluh persen) digunakan untuk
biaya pengelolaan operasi dan pemeliharaan IPAL.
BAB V
KEWAJIBAN DAN HAK
Bagian Pertama
Kewajiban dan Hak Para Pihak
P a s a l 18
Para pihak mempunyai kewajiban sebagai berikut :
a. menganggarkan biaya yang dibutuhkan sebagai akibat pelaksanaan perjanjian ini
pada setiap tahun anggaran, melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
masing-masing;
b. para pihak melaksanakan pembinaan kepada instansi terkait di masing-masing
daerah para pihak segera setelah penandatanganan perjanjian ini.
P a s a l 19
Para pihak mempunyai hak untuk memanfaatkan IPAL.
Bagian Kedua
Kewajiban dan Hak Pengelola
P a s a l 20
Pihak yang telah ditetapkan sebagai pengelola IPAL berkewajiban sebagai berikut :
a. melaksanakan pengelolaan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana IPAL
berdasarkan petunjuk teknik pengelolaan instalasi pengolahan air limbah;
b. melaksanakan perawatan dan pemeliharaan alat berat dan mekanik listrik serta
seluruh prasarana dan sarana;
c. melaksanakan pengembangan prasarana dan sarana IPAL sesuai dengan tahapan
yang telah disepakati bersama para pihak;
d. bertanggung jawab terhadap upah, insentif, tunjangan dan jenjang karier pegawai
yang dipekerjakan;
e. menyerahkan Kepada PIHAK PERTAMA 40% (empat puluh persen) dari perolehan
retribusi sebagaimana dimaksud Pasal 16 ayat (2);
f. melaporkan hasil kegiatan pengelolaan operasi dan pemeliharaan IPAL setiap
triwulan kepada para pihak.
114
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
P a s a l 21
Pihak yang telah ditetapkan sebagai pengelola operasi dan pemeliharaan berhak untuk
menerima dana pengelolaan operasi dan pemeliharaan IPAL dari para pihak.
P a s a l 22
Pihak yang telah ditetapkan sebagai pengelola dapat bekerjasama dengan perusahaan
Air Minum setempat dan Pihak Swasta, setelah mendapatkan persetujuan para pihak.
BAB VI
JANGKA WAKTU
P a s a l 23
(1) Perjanjian ini mengikat para pihak selama 5 (lima) tahun terhitung sejak penandatanganan.
(2) Berakhirnya perjanjian ini tidak membebaskan para pihak untuk tetap menyelesaikan
kewajiban yang sedang berjalan.
(3) Perjanjian ini dapat diperpanjang dengan persetujuan para pihak.
BAB VII
SANKSI
P a s a l 24
(1) Apabila para pihak melakukan wanprestasi terhadap kewajiban membayar biaya
operasional dan pemeliharaan, maka para pihak tidak diperbolehkan memanfaatkan IPAL.
(2) Apabila para pihak melakukan keterlambatan dalam pembayaran biaya operasional
setelah tenggang waktu selama 1 (satu) tahun akan dikenakan denda sebesar 2 per
mil (dua per seribu) dari jumlah kewajiban yang harus dibayarkan.
BAB VIII
PERSELISIHAN
P a s a l 25
(1) Perselisihan yang timbul sebagai akibat pelaksanaan perjanjian ini diselesaikan
secara musyawarah dan mufakat oleh para pihak.
(2) Apabila penyelesaian sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak tercapai, maka para
pihak sepakat menyelesaikan sesuai peraturan perundangan yang berlaku, dengan
Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai mediator.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
P a s a l 26
(1) Perubahan dan pembatalan, baik sebagian atau keseluruhan dalam perjanjian ini
hanya dapat dilakukan atas persetujuan para pihak.
(2) Ketentuan yang belum diatur dalam perjanjian ini sepanjang tidak bertentangan
dengan dasar dan tujuan perjanjian kerjasama dapat diselesaikan dan diputuskan
bersama oleh para pihak secara musyawarah mufakat.
P a s a l 27
(1) Perjanjian ini dibuat rangkap 6 (enam), 3 (tiga) diantaranya bermeterai cukup yang
masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama.
(2) Perjanjian ini mulai berlaku sejak penandatanganan.
115
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
LAMPIRAN 3
PERJANJIAN KERJASAMA
ANTAR
PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA, KABUPATEN SLEMAN,
DAN KABUPATEN BANTUL
TENTANG
PENGELOLAAN PRASARANA DAN SARANA DRAINASE
DI WILAYAH PERKOTAAN YOGYAKARTA
Pemerintah Pemerintah Pemerintah
Kabupaten Bantul Kabupaten Sleman Kota Yogyakarta
PERJANJIAN KERJASAMA
ANTAR
PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA, KABUPATEN SLEMAN,
DAN KABUPATEN BANTUL
TENTANG
PENGELOLAAN PRASARANA DAN SARANA DRAINASE
DI WILAYAH PERKOTAAN YOGYAKARTA
___________________
NOMOR : ___________________
___________________
Pada hari ini, .............. tanggal ..... bulan ............. tahun dua ribu tiga bertempat
di .............................., kami yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama : H. HERRY ZUDIANTO, SE, Akt, MM
Jabatan : Walikota Yogyakarta
dalam hal ini mewakili dan bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kota Yogyakarta,
berkedudukan di Jalan Kenari Nomor 56 Yogyakarta, selanjutnya disebut sebagai PIHAK
PERTAMA;
2. Nama : Drs. IBNU SUBIYANTO, Akt
Jabatan : Bupati Sleman
dalam hal ini mewakili dan bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kabupaten Sleman,
berkedudukan di Jalan Parasamya Tridadi Sleman, selanjutnya disebut sebagai PIHAK
KEDUA;
3. Nama : Drs H.M. IDHAM SAMAWI
Jabatan : Bupati Bantul
dalam hal ini mewakili dan bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kabupaten Bantul,
berkedudukan di Kompleks Parasamya Jalan R.W. Monginsidi Nomor 1 Bantul, selanjutnya
disebut sebagai PIHAK KETIGA;
Para pihak telah sepakat untuk membuat perjanjian kerjasama tentang pengelolaan prasarana
dan sarana drainase di wilayah Perkotaan Yogyakarta dengan ketentuan sebagai berikut:
BAB I
DASAR DAN TUJUAN
Pasal1
Dasar perjanjian kerjasama:
1. Keputusan Bersama Walikota Yogyakarta, Bupati Sleman dan Bupati Bantul Nomor 01
Tahun 2001, Nomor 01/PK.KDH/2001, Nomor 18 Tahun 2001 tentang Kerjasama Pengelolaan
Prasarana dan Sarana Perkotaan antar Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman dan Kota
Yogyakarta;
116
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
2. Keputusan Bersama Walikota Yogyakarta, Bupati Sleman, dan Bupati Bantul Nomor
Nomor 03 Tahun 2001, Nomor 38/Kep.KDH/2001, dan 04/PERJ/BT/2001 tentang
Pembentukan Sekretariat Bersama Pengelolaan Prasarana dan Sarana Perkotaan
antara Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, dan Kota Yogyakarta.
Pasal2
Para pihak mengadakan perjanjian kerjasama atas dasar prinsip saling membantu dan
menguntungkan dalam pengelolaan prasarana dan sarana drainase dengan tujuan
terwujudnya sinkronisasi pengelolaan prasarana dan sarana drainase untuk mencegah
terjadinya banjir dan menghilangkan genangan air akibat curah hujan tinggi di wilayah
perkotaan Yogyakarta.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal3
Ruang lingkup perjanjian kerjasama adalah:
a. Pengelolaan prasarana dan sarana drainase di wilayah perkotaan Yogyakarta yang
meliputi:
1. Empat Kecamatan di wilayah Kabupaten Bantul:
a) Kecamatan Kasihan;
b) Kecamatan Banguntapan;
c) Kecamatan Sewon;
d) Kecamatan Piyungan.
2. Delapan Kecamatan di wilayah Kota Yogyakarta:
a) Kecamatan Mantrijeron;
b) Kecamatan Kotagede;
c) Kecamatan Umbulharjo;
d) Kecamatan Wirobrajan;
e) Kecamatan Mergangsan;
f) Kecamatan Jetis;
g) Kecamatan Gondokusuman;
h) Kecamatan Tegalrejo.
3. Lima Kecamatan di wilayah Kabupaten Sleman:
a) Kecamatan Gamping;
b) Kecamatan Mlati;
c) Kecamatan Berbah;
d) Kecamatan Depok;
e) Kecamatan Godean.
b. Prasarana dan sarana drainase pada ruas jalan sebagaimana tersebut dalam
lampiran perjanjian kerjasama ini meliputi:
1. Kabupaten Sleman - Kota Yogyakarta:
a) Jalan Gejayan;
b) Jalan Cik Ditiro;
c) Jalan A M Sangaji;
d) Jalan Tut Harsono;
e) Jalan Prof. Yohannes;
f) Jalan C. Simanjuntak;
g) Jalan dr. Sardjito;
h) Jalan Laksda Adi Sucipto;
i) Jalan Urip Sumoharjo;
j) Jalan Magelang;
117
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
k) Jalan Jambon.
2. Kota Yogyakarta - Kabupaten Bantul:
a) Jalan Parangtritis;
b) Jalan Imogiri;
c) Jalan Sisingamangaraja;
d) Jalan Bantul;
e) Jalan Karanglo;
f) Jalan Bugisan;
g) Jalan Patangpuluhan;
h) Jalan DI Panjaitan;
i) Jalan Purbayan;
j) Jalan Prapanca;
k) Jalan Kusumanegara (timur);
l) Jalan Godean;
m) Jalan Bener;
n) Jalan Rejowinangun;
o) Jalan Singosaren.
3. Kabupaten Sleman - Kabupaten Bantul:
a) Jalan Janti;
b) Jalan Lingkar Barat;
c) Jalan Godean;
d) Jalan Wates (Kali Bayem);
e) Jalan Wonosari.
c. Pengelolaan Prasarana dan Sarana Drainase:
1. Penyusunan program dan perencanaan;
2. Pelaksanaan kegiatan meliputi:
a) penetapan jaringan drainase;
b) penetapan fungsi drainase;
c) pembangunan, peningkatan dan rehabilitasi drainase;
d) operasi dan pemeliharaan drainase;
e) pembangunan sumur resapan air hujan dan kolam penampungan air.
3. Pengawasan meliputi:
a) sosialisasi dan penertiban;
b) pengelolaan dampak lingkungan.
4. Pembiayaan;
5. Monitoring dan evaluasi.
BAB III
PENGELOLAAN PRASARANA DAN SARANA DRAINASE
Bagian Pertama
Penyusunan Program dan Perencanaan
Pasal4
(1) Penyusunan program dan perencanaan prasarana dan sarana drainase di wilayah
perbatasan perkotaan dilaksanakan berdasarkan kesepakatan para pihak sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Pelaksanaan program dan perencanaan sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan
oleh para pihak.
118
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Bagian Kedua
Pelaksanaan Kegiatan
Paragraf 1
Penetapan Jaringan Drainase
Pasal5
(1) Untuk mewujudkan jaringan drainase yang terpadu di wilayah perkotaan ditetapkan
jaringan drainase di seluruh wilayah perkotaan meliputi:
a) jaringan drainase primer;
b) jaringan drainase sekunder.
(2) Penetapan jaringan drainase didasarkan pada besaran jumlah air hujan dan luasan
wilayah daerah penangkapan air hujan.
(3) Penetapan jaringan drainase sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) diatur
dalam peraturan daerah para pihak.
(4) Jaringan drainase direncanakan oleh para pihak dalam bentuk data base dengan
mempergunakan Sistem Informasi Prasarana Drainase.
Paragraf 2
Penetapan Fungsi Drainase
Pasal6
(1) Fungsi drainase untuk mencegah terjadinya banjir dan menghilangkan genangan air
selama dan setelah terjadinya curah hujan tinggi serta menunjang pengisian akuifer
air tanah dan kualitas lingkungan.
(2) Pengelolaan drainase meliputi pembangunan, peningkatan, rehabilitasi, operasi dan
pemeliharaan serta pembiayaan pada wilayah perbatasan dilaksanakan oleh para pihak.
(3) Pelaksanaan kegiatan pembangunan drainase di wilayah perbatasan
dikoordinasikan dengan para pihak.
Paragraf 3
Pembangunan, Peningkatan dan Rehabilitasi Drainase
Pasal7
(1) Kegiatan pembangunan, peningkatan dan rehabilitasi drainase di wilayah perbatasan
dengan tahapan kegiatan meliputi penetapan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan
dan pengawasan ditetapkan oleh para pihak
(2) Pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud ayat (1) berpedoman pada program
dan perencanaan yang telah disepakati dengan memperhatikan pembangunan
prasarana dan sarana lainnya.
Paragraf 4
Operasi dan Pemeliharaan Drainase
Pasal8
(1) Operasi dan pemeliharaan drainase sebagaimana dimaksud Pasal 3 huruf b di
wilayah perbatasan dilaksanakan berdasarkan kesepakatan para pihak.
(2) Memfungsikan kembali prasarana dan sarana saluran pengglontor yang telah ada.
Paragraf 5
Pembangunan Sumur Resapan Air Hujan dan Kolam Penampungan Air
Pasal9
(1) Pembangunan sumur resapan air hujan dan kolam penampungan air di wilayah para
pihak menjadi tanggung jawab para pihak.
(2) Pembangunan sumur resapan air hujan dan kolam penampungan air di wilayah
perbatasan dalam wilayah perkotaan dilaksanakan oleh para pihak.
119
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Bagian Ketiga
Pengawasan
Paragraf 1
Sosialisasi dan Penertiban
P a s a l 10
(1) Sosialisasi dan penertiban pengelolaan prasarana dan sarana drainase di wilayah
perbatasan perkotaan dilakukan secara terkoordinasi antar para pihak.
(2) Dalam pelaksanaan sosialisasi dan penertiban sebagaimana dimaksud ayat (1),
peningkatan sumber daya manusia dilakukan oleh para pihak.
Paragraf 2
Pengelolaan Dampak Lingkungan
P a s a l 11
(1) Pengelolaan prasarana dan sarana drainase di wilayah perbatasan perkotaan yang
dilaksanakan oleh para pihak harus mempertimbangkan dampak lingkungan.
(2) Dampak lingkungan yang timbul sebagaimana dimaksud ayat (1) ditanggung dan
diatur oleh para pihak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Pengelolaan dampak lingkungan dilaksanakan oleh instansi yang menangani bidang
lingkungan hidup.
Bagian Keempat
Pembiayaan
P a s a l 12
(1) Biaya pengelolaan dan pengembangan saluran drainase menjadi tanggung jawab
para pihak.
(2) Dukungan biaya pengelolaan dan pengembangan dapat diperoleh dari Pemerintah
Pusat, Pemerintah Propinsi, lembaga donor, swasta, masyarakat, dan sumber lain
yang sah/tidak mengikat.
Bagian Kelima
Monitoring dan Evaluasi
P a s a l 13
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan perjanjian kerjasama ini dilaksanakan oleh
Sekretariat Bersama Pengelolaan Prasarana dan Sarana Perkotaan antar Kota
Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul.
BAB IV
JANGKA WAKTU
P a s a l 14
Perjanjian kerjasama ini mengikat para pihak selama 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak
penandatanganan perjanjian kerjasama dan dapat diperpanjang berdasarkan
kesepakatan para pihak.
BAB V
PERSELISIHAN
P a s a l 15
(1) Perselisihan yang timbul sebagai akibat pelaksanaan perjanjian kerjasama ini
diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat oleh para pihak.
(2) Apabila penyelesaian sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak tercapai maka para
pihak sepakat menyelesaikan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku
melalui Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai mediator.
120
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
P a s a l 16
(1) Perubahan dan pembatalan baik sebagian atau keseluruhan dalam perjanjian
kerjasama ini dilakukan berdasarkan kesepakatan para pihak.
(2) Hal-hal yang belum diatur dalam perjanjian kerjasama ini akan diatur dan ditetapkan
kemudian dalam bentuk Addendum dan atau Amandemen, berdasarkan
kesepakatan para pihak yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
perjanjian kerjasama ini.
P a s a l 17
Demikian perjanjian kerjasama ini dibuat dan ditandatangani pada hari, tanggal, bulan,
tahun dan tempat sebagaimana disebut pada awal surat perjanjian kerjasama ini, dibuat
dalam rangkap 9 (sembilan), 3 (tiga) diantaranya bermeterai cukup yang masing-masing
mempunyai kekuatan hukum yang sama.
121
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
LAMPIRAN 4
PERJANJIAN KERJASAMA
ANTAR
PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL, KABUPATEN SLEMAN,
DAN KOTA YOGYAKARTA
TENTANG
PENGELOLAAN AIR BERSIH
Pemerintah Pemerintah Pemerintah
Kabupaten Bantul Kabupaten Sleman Kota Yogyakarta
PERJANJIAN KERJASAMA
ANTAR
PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL, KABUPATEN SLEMAN,
DAN KOTA YOGYAKARTA
TENTANG
PENGELOLAAN AIR BERSIH
09/Perj/Bt/2001
NOMOR : 07/PK.KDH/2001
04/PK/2001
Pada hari ini rabu tanggal dua puluh delapan bulan sebelas tahun dua ribu satu
bertempat di Hotel Radisson Yogyakarta, kami yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Nama : Drs. H.M. Idham Samawi,
Jabatan : Bupati Bantul
dalam hal ini mewakili serta bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kabupaten
Bantul, berkedudukan di Komplek Parasamya Jalan R. W. Monginsidi Nomor 1 Bantul,
selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA;
2. Nama : Drs. Ibnu Subiyanto, Akt,
Jabatan : Bupati Sleman
dalam hal ini mewakili serta bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kabupaten Sleman
berkedudukan di Jalan Parasamya Beran Tridadi Sleman, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA;
3. Nama : H. Herry Zudianto, SE, Akt, MM,
Jabatan : Walikota Yogyakarta
dalam hal ini mewakili serta bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kota
Yogyakarta, berkedudukan di Jalan Kenari Nomor 56 Komplek Balaikota Yogyakarta,
selanjutnya disebut PIHAK KETIGA;
Para pihak telah sepakat untuk membuat perjanjian kerjasama tentang pengelolaan Air
Bersih dengan ketentuan sebagai berikut :
BAB I
DASAR DAN TUJUAN
Pasal1
Dasar perjanjian kerjasama :
1. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta Nomor 3 Tahun 1976 Tentang
Pendirian Perusahaan Air Minum Tirtamarta Kota Yogyakarta;
2. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman Nomor 5 Tahun 1990 Tentang
Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman;
3. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Bantul Nomor 3 Tahun 1992 tentang
pendirian Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Bantul;
122
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
4. Keputusan Bersama Bupati Bantul, Bupati Sleman dan Walikota Yogyakarta tentang
Kerjasama Pengelolaan Prasarana dan Sarana Perkotaan antar Kabupaten Bantul,
Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta, Nomor : 18 Tahun 2001, Nomor :
01/PK.KDH/2001. Nomor : 01/ tahun 2001;
5. Keputusan Bersama Bupati Bantul, Bupati Sleman, dan Walikota Yogyakarta Nomor
: 04/PERJ/BT/2001, Nomor : 38/Kep.KDH/2001, dan Nomor : 03 Tahun 2001 tentang
Pembentukan Sekretariat Bersama Pengelolaan Prasarana dan Sarana Perkotaan
antar Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, dan Kota Yogyakarta.
Pasal2
Para pihak mengadakan perjanjian kerjasama atas dasar prinsip saling membantu dan
menguntungkan dalam pengelolaan prasarana dan sarana fasilitas pelayanan air bersih
dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan air baku/ air bersih di wilayah perkotaan
Yogyakarta.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal3
Ruang lingkup perjanjian adalah sebagai berikut :
a. Penyediaan dan pemanfaatan bersama sumber air, air baku yang diperoleh dari
instansi berwenang, prasarana dan sarana bangunan pengambilan, pipa transmisi
air baku, instalasi pengolah air bersih, pipa transmisi, dan reservoir air guna
penyediaan air bersih keperluan rumah tangga, perdagangan, dan industri bagi
masyarakat di wilayah Perkotaan Yogyakarta yang meliputi :
1. Lima Kecamatan di wilayah Kabupaten Bantul :
a) Kecamatan Kasihan;
b) Kecamatan Banguntapan;
c) Kecamatan Sewon;
d) Kecamatan Pleret;
e) Kecamatan Piyungan.
2. Empat belas Kecamatan di wilayah Kota Yogyakarta :
a) Kecamatan Mantrijeron;
b) Kecamatan Kotagede;
c) Kecamatan Umbuharjo;
d) Kecamatan Wirobrajan;
e) Kecamatan Mergangsan;
f) Kecamatan Kraton;
g) Kecamatan Pakualaman;
h) Kecamatan Ngampilan;
i) Kecamatan Gedong Tengen;
j) Kecamatan Jetis;
k) Kecamatan Gondokusuman;
l) Kecamatan Danurejan;
m) Kecamatan Gondomanan;
n) Kecamatan Tegalrejo.
3. Delapan Kecamatan di wilayah Kabupaten Sleman :
a) Kecamatan Gamping;
b) Kecamatan Ngaglik;
c) Kecamatan Mlati;
d) Kecamatan Depok;
e) Kecamatan Sleman;
123
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
f) Kecamatan Kalasan;
g) Kecamatan Godean;
h) Kecamatan Berbah;
b. Pengelolaan dan pelayanan air bersih :
1. pengembangan penyediaan air bersih;
2. pembangunan prasarana dan sarana bangunan pengambilan, pipa transmisi air
baku, instalasi pengolah air bersih, pipa transmisi, dan reservoir air bersih;
3. pengelolaan operasi dan pemeliharaan pipa transmisi dan instalasi dilaksanakan
berdasar prinsip pengelolaan perusahaan;
4. pembentukan lembaga, organisasi dan tatakerja;
5. pembiayaan;
6. penetapan tarif dasar harga air bersih;
7. pengelolaan lingkungan hidup;
c. Pembangunan, pengelolaan dan pengembangan bekerjasama dengan Pihak
Swasta.
BAB III
PENGELOLAAN AIR BERSIH
Bagian Pertama
Pengembangan Penyedian Air Bersih
Pasal4
Pengembangan penyediaan air bersih meliputi :
a. Kebutuhan air bersih bagi masyarakat di wilayah Perkotaan Yogyakarta;
b. Pemanfaatan sumber air dan air baku, bangunan pengambilan, pipa transmisi air
baku, instalasi pengolah air bersih, pipa transmisi, dan reservoir air bersih
pembagian kebutuhan air bersih.
c. Penyediaan dan pemanfaatan bersama air baku/ air bersih sebagaimana dimaksud
huruf a dapat mencakup di luar wilayah perkotaan dengan kesepakatan para pihak.
Bagian Kedua
Pembangunan Prasarana dan Sarana
Pasal5
Pembangunan prasarana dan sarana bangunan pengambilan, pipa transmisi air baku,
instalasi pengolah air bersih, pipa transmisi, dan reservoir air bersih dilaksanakan
berdasarkan kesepakatan sesuai dengan yang telah ditetapkan sebagaimana tersebut
pada Lampiran perjanjian ini.
Bagian Ketiga
Pengelolaan Operasi dan Pemeliharaan
Pasal6
(1) Pengelolaan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana bangunan
pengambilan, pipa transmisi air baku, instalasi pengolah air bersih pipa transmisi,
dan reservoir air bersih dikelola bersama oleh para pihak, dilaksanakan berdasar
prinsip pengelolaan perusahaan.
(2) Pengelolaan operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi pada wilayah Kabupaten/
Kota dilaksanakan masing-masing oleh para pihak.
124
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Bagian Keempat
Pembentukan Lembaga Organisasi dan Tata Kerja
Paragraf 1
Pasal7
Lembaga pengelola dibentuk berdasar kesepakatan bersama para pihak ditetapkan atas
prinsip berdaya guna dan berhasil guna.
Paragraf 2
Tim Pengawas
Pasal8
(1) Tim Pengawas adalah lembaga non struktural sebagai lembaga pengawasan
kegiatan pengelolaan Air Bersih.
(2) Tim Pengawas sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri atas Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah, Direktur Utama Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM), dan Kepala Bagian Perekonomian para pihak.
(3) Susunan Personalia Tim Pengawas terdiri atas Ketua, Sekretaris, dan Anggota.
(4) Ketua Tim Pengawas sebagaimana dimaksud ayat (3) dijabat secara bergantian oleh
Direktur Utama PDAM para pihak.
(5) Sekretaris Tim Pengawas sebagaimana dimaksud ayat (3) adalah Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah pada Kabupaten atau Kota bersangkutan pada
ayat (4).
(6) Tim Pengawas sebagaimana dimaksud ayat (2) diangkat dan diberhentikan oleh
para pihak.
Pasal9
(1) Tim Pengawas mempunyai fungsi pengawasan kegiatan pengelolaan Air Bersih di
bidang Teknik, Administrasi, dan Keuangan.
(2) Dalam melaksanakan fungsinya Tim Pengawas mempunyai tugas mengawasi dan
mengarahkan serta mengadakan evaluasi pelaksanaan tugas kepala lembaga
pengelola Air Bersih serta mengesahkan usulan kegiatan, program kerja dan
keuangan serta memberikan saran dan pertimbangan kepada Bupati atau Walikota.
Paragraf 3
Penetapan dan Pendapatan Personil
P a s a l 10
(1) Personil ditetapkan secara bersama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan prinsip
efisiensi.
(2) Personil terdiri dari personil PDAM para pihak serta pegawai harian lepas.
(3) Pengangkatan dan pemberhentian personil selain yang duduk di luar struktur
organisasi pengelola operasi dan pemeliharaan ditetapkan oleh kepala lembaga
pengelola atas persetujuan para pihak.
(4) Gaji, insentif, tunjangan dan pendapatan lain pegawai yang dipekerjakan pada
lembaga pengelola operasi dan pemeliharaan Instalasi Pengolah Air Minum
ditetapkan bersama oleh para pihak.
(5) Jenjang karier pegawai Pegawai PDAM yang dipekerjakan pada organisasi
pengelola operasi dan pemeliharaan Instalasi Pengolah Air Bersih diatur berdasar
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
125
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Bagian Kelima
Pembiayaan
P a s a l 11
(1) Biaya pengembangan prasarana dan sarana bangunan pengambilan, pipa transmisi
air baku, instalasi pengolah air bersih, pipa transmisi, dan reservoir air bersih, dan
pengelolaan lingkungan ditanggung bersama oleh para pihak.
(2) Biaya pengelolaan operasi dan pemeliharaan ditanggung bersama secara
proporsional berdasarkan perhitungan jumlah volume pemakaian air bersih.
(3) Dukungan biaya pengelolaan dan pengembangan dapat diperoleh dari Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Propinsi dan Lembaga donor.
Bagian Keenam
Penetapan Tarif Dasar Harga Air Bersih
Paragraf 1
Penetapan Tarif
P a s a l 12
Penetapan tarif dasar harga air bersih hasil pengolahan air untuk keperluan di wilayah
pelayanan para pihak ditetapkan berdasarkan harga produksi berdasarkan perhitungan
pengelola dan ditetapkan atas persetujuan para pihak.
Paragraf 2
Penarikan Rekening
P a s a l 13
(1) Pengelolaan operasi dan pemeliharaan di wilayah para pihak dilaksanakan oleh
masing-masing pihak.
(2) Penarikan rekening jasa air di wilayah para pihak dilaksanakan oleh para pihak yang
mengelola Perusahaan Daerah Air Minum.
Bagian Ketujuh
Pengelolaan Lingkungan Hidup
P a s a l 14
(1) Konservasi sumberdaya air, kerusakan lingkungan dan dampak sosial yang timbul
dengan keberadaan prasarana dan sarana air bersih diatur sesuai dengan peraturan
dan perundang-undangan yang berlaku;
(2) Pengelolaan lingkungan dilaksanakan oleh lembaga pengelola air bersih
bekerjasama dengan instansi yang menangani bidang lingkungan hidup Kabupaten
atau Kota keberadaan prasarana dan sarana instalasi pengolah air bersih;
(3) Pemantauan lingkungan dilaksanakan oleh Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan (BAPEDALDA) Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
BAB IV
PEMBANGUNAN, PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN BEKERJASAMA
DENGAN PIHAK SWASTA
P a s a l 15
Pembangunan, pengelolaan dan pengembangan prasarana dan sarana pengolah air
bersih baik sebagian atau seluruhnya dapat dikerjasamakan dengan swasta atas
persetujuan para pihak sesuai dengan peraturan per-Undang-Undangan yang berlaku.
126
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
BAB V
Bagian Kesatu
Kewajiban dan Hak Para Pihak
P a s a l 16
Para pihak mempunyai kewajiban melaksanakan pembinaan kepada Perusahaan Daerah Air
Minum di masing-masing daerah para pihak segera setelah penandatanganan perjanjian ini.
P a s a l 17
(1) PDAM para pihak mempunyai hak memperoleh air bersih hasil pengolahan prasarana dan
sarana bangunan pengambilan, pipa transmisi air baku, instalasi pengolah air bersih, pipa
transmisi, dan reservoir air bersih guna pelayanan air bersih di dalam dan luar wilayah
Perkotaan Yogyakarta para pihak.
(2) Para Pihak memperoleh laporan pengelolaan air bersih dari lembaga pengelola tiap semester.
Bagian Kedua
Kewajiban dan Hak Pengelola
P a s a l 18
Lembaga yang telah ditetapkan sebagai pengelola operasi dan pemeliharaan prasarana
dan sarana bangunan pengambilan, pipa transmisi air baku, instalasi pengelola air
bersih, pipa transmisi, dan reservoir air bersih berkewajiban sebagai berikut :
1. Melaksanakan pengelolaan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana bangunan
pengambilan, pipa transmisi air baku, instalasi pengolah air bersih, pipa transmisi, dan reservoir
air bersih berdasarkan petunjuk teknik pengelolaan prasarana dan sarana air bersih;
2. Melaksanakan perawatan dan pemeliharaan alat berat dan mekanik listrik serta
seluruh prasarana dan sarana;
3. Melaksanakan pengembangan prasarana dan sarana instalasi pengolah air bersih dan pipa
transmisi air baku dan air bersih serta reservoir sesuai dengan tahapan yang telah disepakati
bersama para pihak;
4. Bertanggung jawab terhadap gaji, upah, insentif, tunjangan dan jenjang karier
pegawai yang dipekerjakan;
5. Melaporkan hasil kegiatan pengelolaan operasi dan pemeliharaan prasarana dan
sarana pengolah air bersih, pipa transmisi setiap semester kepada para pihak;
6. Menyediakan air bersih sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati oleh para pihak.
P a s a l 19
Lembaga pengelola operasi dan pemeliharaan berhak menerima pembayaran atas air
bersih yang dipergunakan oleh PDAM para pihak sesuai dengan jumlah volume
pemakaian.
BAB VI
JANGKA WAKTU
P a s a l 20
(1) Perjanjian ini mengikat para pihak selama 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak
penandatanganan perjanjian dan diadakan evaluasi setiap 5 (lima) tahun;
(2) Berakhirnya perjanjian tidak membebaskan para pihak untuk tetap menyelesaikan
kewajiban yang sedang berjalan;
(3) Perjanjian ini dapat diperpanjang dengan persetujuan para pihak;
(4) Apabila perjanjian ini tidak diperpanjang segala asset prasarana dan sarana bangunan
pengambilan, pipa transmisi air baku, instalasi pengolah air bersih, pipa transmisi, dan reservoir
air bersih akan diperhitungkan bersama para pihak berdasarkan musyawarah dan mufakat.
127
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
BAB VII
SANKSI
P a s a l 21
(1) Apabila para pihak melakukan wanprestasi terhadap kewajiban membayar air yang
dipergunakan maka para pihak tidak diperbolehkan memanfaatkan prasarana dan
sarana bangunan pengambilan, pipa transmisi air baku, instalasi pengolah air bersih,
pipa transmisi, dan reservoir air bersih.
(2) Apabila para pihak tidak melakukan pembayaran sebagaimana dimaksud ayat (1)
dalam tenggang waktu 2 (dua) bulan maka para pihak tidak mendapatkan pelayanan
air bersih untuk bulan berikutnya dan akan dilakukan pemutusan setelah
pemberitahuan disampaikan kepada para pihak.
(3) Apabila para pihak melakukan keterlambatan dalam pembayaran biaya operasional
setelah tenggang waktu selama 2 (dua) minggu maka akan dikenakan denda
sebesar 2 per mil (dua per seribu) dari jumlah kewajiban yang harus dibayarkan.
BAB VIII
PERSELISIHAN
P a s a l 22
(1) Perselisihan yang timbul sebagai akibat pelaksanaan perjanjian ini diselesaikan
secara musyawarah dan mufakat oleh para pihak.
(2) Apabila penyelesaian sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak tercapai, maka para
pihak sepakat menyelesaikan sesuai peraturan perundangan yang berlaku, melalui
Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai mediator.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
P a s a l 23
(1) Perubahan dan pembatalan, baik sebagian atau keseluruhan dalam perjanjian ini
hanya dapat dilakukan atas persetujuan para pihak.
(2) Ketentuan yang belum diatur dalam perjanjian ini sepanjang tidak bertentangan
dengan dasar dan tujuan perjanjian kerjasama dapat diselesaikan dan diputuskan
bersama oleh para pihak secara musyawarah mufakat.
P a s a l 24
(1) Perjanjian ini dibuat rangkap 6 (enam), 3 (tiga) diantaranya bermeterai cukup yang
masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama.
(2) Perjanjian ini mulai berlaku sejak penandatanganan.
128
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
LAMPIRAN 5
PERJANJIAN KERJASAMA
ANTAR
PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL, KABUPATEN SLEMAN,
DAN KOTA YOGYAKARTA
TENTANG
PENGELOLAAN PRASARANA DAN SARANA SISTEM
TRANSPORTASI
Pemerintah Pemerintah Pemerintah
Kabupaten Bantul Kabupaten Sleman Kota Yogyakarta
PERJANJIAN KERJASAMA
ANTAR
PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL, KABUPATEN SLEMAN,
DAN KOTA YOGYAKARTA
TENTANG
PENGELOLAAN PRASARANA DAN SARANA SISTEM TRANSPORTASI
10/Perj/Bt/2001
NOMOR : 8/PK. KDH/2001
05/PK/2001
Pada hari ini Rabu tanggal dua puluh delapan bulan sebelas tahun dua ribu satu
bertempat di Hotel Radisson Yogyakarta, kami yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Nama : Drs. H.M. IDHAM SAMAWI,
Jabatan : Bupati Bantul
dalam hal ini mewakili serta bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kabupaten Bantul,
berkedudukan di komplek Parasamya Jalan R.W. Monginsidi Nomor 1 Bantul, selanjutnya
disebut PIHAK PERTAMA;
2. Nama : Drs. IBNU SUBIYANTO, Akt,
Jabatan : Bupati Sleman
dalam hal ini mewakili serta bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kabupaten Sleman,
berkedudukan di Jalan Parasamya Beran Tridadi Sleman, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA;
3. Nama : H. HERRY ZUDIANTO, SE, Akt, MM
Jabatan : Walikota Yogyakarta
dalam hal ini mewakili serta bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kota Yogyakarta,
berkedudukan di Jalan Kenari Nomor 56 Komplek Balaikota Yogyakarta, selanjutnya disebut
PIHAK KETIGA;
Para pihak telah sepakat untuk membuat perjanjian kerjasama tentang pengelolaan transportasi
dengan ketentuan sebagai berikut:
BAB I
DASAR DAN TUJUAN
Pasal1
Dasar perjanjian kerjasama :
1. Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 12 Tahun 2000 tentang Organisasi Perangkat
Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman;
2. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 28 Tahun 2000 tentang Pembentukan Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perhubungan;
129
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
3. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 48 Tahun 2000 tentang Pembentukan dan
Organisasi Dinas Perhubungan Kabupaten Bantul;
4. Keputusan Bersama Bupati Bantul, Bupati Sleman dan Walikota Yogyakarta Nomor
18 Tahun 2001, Nomor 01/PK.KDH/2001, Nomor 01 Tahun 2001 tentang Kerjasama
Pengelolaan Prasarana dan Sarana Perkotaan antar Kabupaten Bantul, Kabupaten
Sleman dan Kota Yogyakarta;
5. Keputusan Bersama Bupati Bantul, Bupati Sleman, dan Walikota Yogyakarta Nomor
04/PERJ/BT/2001, Nomor 38/Kep.KDH/2001, dan Nomor 03 Tahun 2001 tentang
Pembentukan Sekretariat Bersama Pengelolaan Prasarana dan Sarana Perkotaan
antar Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, dan Kota Yogyakarta;
6. Keputusan Bupati Sleman Nomor 21/Kep.KDH/2001 tentang Struktur Organisasi
Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Pekerjaan Umum,
Perhubungan, dan Pertambangan;
7. Keputusan Bupati Bantul Nomor 154 Tahun 2001 tentang Penjabaran Tugas Pokok
dan Fungsi Dinas Perhubungan Kabupaten Bantul.
Pasal2
Para pihak mengadakan perjanjian kerjasama atas dasar prinsip saling membantu dan
menguntungkan dalam pengelolaan prasarana dan sarana transportasi dengan tujuan
terciptanya sinkronisasi program, kegiatan pengelolaan prasarana dan sarana
transportasi di wilayah perkotaan Yogyakarta.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal3
Ruang lingkup perjanjian adalah sebagai berikut :
a. Pengelolaan prasarana dan sarana sistem transportasi di wilayah perkotaan
Yogyakarta yang meliputi:
1. Lima Kecamatan di wilayah Kabupaten Bantul :
a) Kecamatan Kasihan;
b) Kecamatan Banguntapan;
c) Kecamatan Pleret;
d) Kecamatan Sewon;
e) Kecamatan Piyungan;
2. Empat belas Kecamatan di wilayah Kota Yogyakarta :
a) Kecamatan Mantrijeron;
b) Kecamatan Kotagede;
c) Kecamatan Umbulharjo;
d) Kecamatan Wirobrajan;
e) Kecamatan Mergangsan;
f) Kecamatan Kraton;
g) Kecamatan Pakualaman;
h) Kecamatan Ngampilan;
i) Kecamatan Gedong Tengen;
j) Kecamatan Jetis;
k) Kecamatan Gondokusuman;
l) Kecamatan Danurejan;
m) Kecamatan Gondomanan;
n) Kecamatan Tegalrejo ;
3. Sembilan Kecamatan di wilayah Kabupaten Sleman :
a) Kecamatan Gamping;
130
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
b) Kecamatan Ngaglik;
c) Kecamatan Mlati;
d) Kecamatan Berbah;
e) Kecamatan Depok;
f) Kecamatan Sleman;
g) Kecamatan Ngemplak;
h) Kecamatan Kalasan;
i) Kecamatan Godean ;
b. Pengelolaan sistem transportasi :
1. Sub Sistem Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas Angkutan Jalan;
2. Sub Sistem Manajemen Angkutan Orang;
3. Sub Sistem Manajemen Angkutan Barang;
4. Sub Sistem Manajemen Simpul/Terminal Transportasi Jalan;
5. Sub Sistem Jaringan Transportasi Jalan Rel Kereta Api Perkotaan;
6. Sub Sistem Pembinaan, Penyuluhan dan Pengawasan; dan
7. Dampak Lingkungan.
BAB III
PENGELOLAAN PRASARANA DAN SARANA SISTEM TRANSPORTASI
Bagian Pertama
Pasal4
(1) Untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan yang terpadu dengan moda transportasi
lain di wilayah perkotaan jaringan transportasi jalan yang menghubungkan seluruh wilayah
perkotaan ditetapkan bersama oleh para pihak meliputi:
a. Jaringan transportasi jalan primer pada jaringan jalan primer;
b. Jaringan transportasi jalan sekunder pada jaringan jalan sekunder.
(2) Penetapan jaringan transportasi jalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didasarkan pada
kebutuhan transportasi, peranan, kapasitas lalu lintas, dan kelas jalan serta ruang kegiatan.
Bagian Kedua
Sub Sistem Manajemen Dan Rekayasa Lalu Lintas Angkutan Jalan
Paragraf 1
Jaringan Transportasi Jalan
Pasal5
Penetapan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan kegiatan, pengaturan, dan pengawasan di Wilayah
perkotaan dilaksanakan oleh masing-masing pihak berdasarkan kesepakatan bersama para pihak.
Paragraf 2
Perlengkapan Jalan
Pasal6
(1) Dalam upaya mewujudkan keselamatan, keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu
lintas serta memberi kemudahan bagi pemakai jalan, di wilayah perkotaan pengelolaan sistem
manajemen dan rekayasa lalu lintas berupa perlengkapan jalan meliputi:
a. rambu-rambu;
b. marka jalan;
c. alat pemberi isyarat lalu lintas;
d. alat pengendali dan pengaman pemakai jalan;
e. alat pengawasan dan pengamanan jalan;
f. fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang berada di jalan dan di luar
jalan; dan
g. fasilitas parkir untuk umum.
131
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Paragraf 3
Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Pasal7
(1) Untuk menunjang keselamatan, keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dan
angkutan jalan, fasilitas parkir di badan jalan, dan di luar badan jalan, fasilitas pejalan
kaki, tempat pemberhentian kendaraan penumpang umum, fasilitas penyeberangan
orang dan atau kendaraan, jembatan penyeberangan di wilayah perbatasan
ditetapkan bersama antara pihak terkait.
(2) Pengelolaan parkir di badan jalan meliputi mekanisme, pengaturan perparkiran pada
wilayah perbatasan para pihak ditetapkan bersama oleh para pihak.
(3) Para pihak dapat membuat bersama fasilitas parkir di luar badan jalan/fasilitas parkir
untuk umum yang terletak di wilayah perbatasan meliputi taman parkir dan gedung parkir.
(4) Pengelolaan parkir tersebut dalam ayat (3) yang meliputi penetapan kebijakan,
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan penetapan serta penarikan retribusi
ditetapkan bersama oleh para pihak.
Bagian Ketiga
Sub Sistem Manajemen Angkutan Orang
Jaringan Angkutan Umum
Pasal8
(1) Jaringan trayek tetap dan teratur meliputi jaringan trayek perkotaan ditetapkan
bersama oleh para pihak.
(2) Wilayah operasi taksi ditetapkan bersama oleh para pihak.
(3) Pengendalian jumlah armada yang melayani trayek sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) ditetapkan bersama oleh para pihak sesuai dengan pengelolaan transportasi.
(4) Keterpaduan dalam penyediaan Sistem Informasi Manajemen Angkutan Orang
(SIMA O) jaringan trayek.
(5) Prosedur dan mekanisme perizinan angkutan orang sebagai kelengkapan operasional di
jalan ditetapkan oleh para pihak dengan memberikan tembusan kepada masing-masing pihak.
(6) Pengaturan kendaraan umum tidak bermotor diatur tersendiri berdasarkan
kesepakatan para pihak.
132
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Bagian Keempat
Sub Sistem Manajemen Angkutan Barang
Paragraf 1
Jaringan Lintas
Pasal9
(1) Untuk keselamatan, keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas angkutan jalan,
jaringan lintas angkutan barang bagi kendaraan bermotor angkutan barang umum,
kendaraan bermotor angkutan barang khusus, kendaraan bermotor angkutan
berbahaya, kendaraan bermotor angkutan alat berat dan kendaraan bermotor
angkutan peti kemas yang melayani di wilayah perkotaan Yogyakarta ditetapkan
bersama oleh para pihak.
(2) Persyaratan dan tata cara penetapan jaringan lintas sebagaimana dimaksud ayat (1)
disepakati bersama oleh para pihak dan diatur dalam peraturan daerah.
(3) Jaringan lintas sebagaimana tersebut pada ayat (1) direncanakan dan dilaksanakan
bersama oleh para pihak dalam bentuk data base dengan menggunakan Sistem
Informasi Manajemen Angkutan Barang (SIMA B).
Paragraf 2
Uji Teknik dan Laik Jalan Kendaraan Bermotor
P a s a l 10
(1) Setiap kendaraan bermotor yang dioperasikan di wilayah perkotaan Yogyakarta
harus sesuai dengan peruntukannya, wajib memenuhi persyaratan teknik dan laik
jalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Uji kendaraan untuk memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan dapat dilakukan
bekerjasama dengan para pihak.
Paragraf 3
Dispensasi Jalan
P a s a l 11
Para pihak dapat mengeluarkan ijin dispensasi jalan pada ruas jalan di perbatasan
dalam wilayah perkotaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
setelah berkoordinasi dengan pihak terkait.
Bagian Kelima
Sub Sistem Manajemen Simpul, Terminal Transportasi Jalan
Paragraf 1
Terminal Angkutan Penumpang
P a s a l 12
(1) Untuk menunjang kelancaran mobilitas orang serta keterpaduan intra dan antar
moda secara lancar dan tertib, di lokasi tertentu dapat dibangun dan diselenggarakan
terminal angkutan penumpang berdasarkan kesepakatan antar para pihak.
(2) Lokasi pembangunan terminal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus sesuai
dengan Rencana Umum Jaringan Transportasi Jalan Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, dapat ditempatkan di wilayah para pihak dan dilaksanakan bersama
oleh para pihak.
(3) Pembangunan terminal dimaksud dalam ayat (1) dapat dilaksanakan bersama para
pihak dan dapat mengikutsertakan pihak swasta dan atau badan hukum.
133
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Paragraf 2
Terminal Angkutan Barang
P a s a l 13
(1) Untuk menunjang kelancaran mobilitas arus barang dan untuk keterpaduan intra dan antar
moda secara lancar dan tertib, di lokasi tertentu dapat dibangun dan diselenggarakan terminal
angkutan barang berdasarkan kesepakatan para pihak.
(2) Lokasi pembangunan terminal angkutan barang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus
sesuai dengan Rencana Umum Jaringan Transportasi Jalan Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta dan dapat ditempatkan di wilayah para pihak dan dilaksanakan bersama para pihak.
(3) Pembangunan terminal dimaksud dalam ayat (1) dapat dilaksanakan bersama para pihak
dan dapat mengikutsertakan pihak swasta dan atau badan hukum.
Paragraf 3
Pangkalan dan Tempat Peristirahatan Kendaraan Angkutan Barang
P a s a l 14
(1) Pangkalan dan atau tempat peristirahatan untuk memberikan fasilitas tempat istirahat
pengemudi angkutan barang serta sebagai tempat tenggang waktu masuknya barang ke
wilayah perkotaan perlu dilengkapi fasilitas yang memadai dan keperluanreparasi/perbaikan
ringan dan pencucian kendaraan.
(2) Lokasi pangkalan dan atau tempat peristirahatan ditetapkan bersama oleh para pihak.
(3) Biaya pengelolaan operasi dan pemeliharan ditanggung oleh para pengelola dari
dana yang diperoleh dari pungutan / retribusi kendaraan.
Bagian Keenam
Sub Sistem Jaringan Transportasi Jalan Rel Kereta Api Perkotaan
P a s a l 15
Dalam upaya mengantisipasi peningkatan jumlah penumpang/orang dan barang dan kelancaran
antar moda, para pihak dapat bekerjasama dengan pihak Perseroan Terbatas Kereta Api (PT
KAI) Daerah Operasi (DAOP) VI untuk pengadaan Mass Rapid Transit (MRT) dan Light Rapid
Transit (LRT) sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bagian Ketujuh
Sub Sistem Pembinaan, Penyuluhan, Dan Pengawasan
Paragraf 1
Pembinaan dan Penyuluhan
P a s a l 16
(1) Pembinaan, penyuluhan, dan pengawasan di bidang lalu lintas angkutan jalan di wilayah
perkotaan Yogyakarta dilakukan secara koordinasi dan sinkronisasi bersama oleh para pihak.
(2) Dalam upaya meningkatkan kinerja penyuluhan, pembinaan, dan pengawasan di bidang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ), peningkatan sumber daya manusia adalah bersama
antar para pihak.
Bagian Kedelapan
Dampak Lingkungan
P a s a l 17
(1) Pencegahan pencemaran udara dan kebisingan suara kendaraan bermotor yang dapat
mengganggu kelestarian lingkungan dan dampak sosial yang timbul ditanggung bersama oleh
para pihak, diatur bersama para pihak sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku.
(2) Pengelolaan lingkungan dilaksanakan instansi yang menangani bidang lingkungan
hidup Kabupaten dan Kota.
134
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Bagian Kesembilan
Pembiayaan
P a s a l 18
(1) Biaya pengelolaan sistem transportasi termasuk pengelolaan dampak lingkungan
ditanggung oleh para pihak.
(2) Dukungan biaya pengelolaan dan pengembangan dapat diperoleh dari Pemerintah
Pusat, Pemerintah Propinsi, atau lembaga donor.
Bagian Kesepuluh
Monitoring dan Evaluasi
P a s a l 19
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kerjasama ini dilaksanakan oleh Sekretariat
Bersama Pengelolaan Prasarana dan Sarana Perkotaan antar Kabupaten Bantul,
Kabupaten Sleman, dan Kota Yogyakarta.
BAB IV
JANGKA WAKTU
P a s a l 20
(1) Perjanjian ini mengikat para pihak selama 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak
penandatanganan perjanjian dan diadakan evaluasi setiap 5 (lima) tahun.
(2) Perjanjian ini dapat diperpanjang dengan persetujuan para pihak.
BAB V
PERSELISIHAN
P a s a l 21
(1) Perselisihan yang timbul sebagai akibat pelaksanaan perjanjian ini diselesaikan
secara musyawarah dan mufakat oleh para pihak.
(2) Apabila penyelesaian sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak tercapai, maka para
pihak sepakat menyelesaikan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku,
melalui Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai mediator.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
P a s a l 22
(1) Perubahan dan pembatalan, baik sebagian atau keseluruhan dalam perjanjian ini
hanya dapat dilakukan atas persetujuan para pihak.
(2) Ketentuan yang belum diatur dalam perjanjian ini sepanjang tidak bertentangan
dengan dasar dan tujuan perjanjian kerjasama dapat diselesaikan dan diputuskan
bersama oleh para pihak secara musyawarah mufakat.
P a s a l 23
(1) Perjanjian ini dibuat rangkap 6 (enam), 3 (tiga) diantaranya bermeterai cukup yang
masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama.
(2) Perjanjian ini mulai berlaku sejak penandatanganan.
135
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
LAMPIRAN 6
PERJANJIAN KERJASAMA
ANTAR
PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA, KABUPATEN SLEMAN,
DAN KABUPATEN BANTUL
TENTANG
PENGELOLAAN PRASARANA DAN SARANA JALAN
DI WILAYAH PERKOTAAN YOGYAKARTA
Pemerintah Pemerintah Pemerintah
Kabupaten Bantul Kabupaten Sleman Kota Yogyakarta
PERJANJIAN KERJASAMA
ANTAR
PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA, KABUPATEN SLEMAN,
DAN KABUPATEN BANTUL
TENTANG
PENGELOLAAN PRASARANA DAN SARANA JALAN
DI WILAYAH PERKOTAAN YOGYAKARTA
___________________
NOMOR : ___________________
___________________
Pada hari ini, ............. tanggal ..... bulan ............. tahun dua ribu tiga bertempat
di ..................................., kami yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama : H. HERRY ZUDIANTO, SE, Akt, MM
Jabatan : Walikota Yogyakarta
dalam hal ini mewakili dan bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kota Yogyakarta,
berkedudukan di Jalan Kenari Nomor 56 Yogyakarta, selanjutnya disebut sebagai
PIHAK PERTAMA;
2. Nama : Drs. IBNU SUBIYANTO, Akt
Jabatan : Bupati Sleman
dalam hal ini mewakili dan bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kabupaten
Sleman, berkedudukan di Jalan Parasamya Tridadi Sleman, selanjutnya disebut sebagai
PIHAK KEDUA;
3. Nama : Drs H.M. IDHAM SAMAWI
Jabatan : Bupati Bantul
dalam hal ini mewakili dan bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kabupaten Bantul,
berkedudukan di Kompleks Parasamya Jalan R.W. Monginsidi Nomor 1 Bantul,
selanjutnya disebut sebagai PIHAK KETIGA;
Para pihak telah sepakat untuk membuat perjanjian kerjasama tentang pengelolaan
prasarana dan sarana jalan di wilayah Perkotaan Yogyakarta dengan ketentuan sebagai
berikut:
136
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
BAB I
DASAR DAN TUJUAN
Pasal1
Dasar perjanjian kerjasama:
1. Keputusan Bersama Walikota Yogyakarta, Bupati Sleman dan Bupati Bantul Nomor
01 Tahun 2001, Nomor 01/PK.KDH/2001, Nomor 18 Tahun 2001 tentang Kerjasama
Pengelolaan Prasarana dan Sarana Perkotaan antar Kabupaten Bantul, Kabupaten
Sleman dan Kota Yogyakarta;
2. Keputusan Bersama Walikota Yogyakarta, Bupati Sleman, dan Bupati Bantul Nomor
03 Tahun 2001, Nomor 38/Kep.KDH/2001, dan Nomor 04/PERJ/BT/2001 tentang
Pembentukan Sekretariat Bersama Pengelolaan Prasarana dan Sarana Perkotaan
antar Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, dan Kota Yogyakarta.
Pasal2
Para pihak mengadakan perjanjian kerjasama atas dasar prinsip saling membantu dan
menguntungkan dalam pengelolaan prasarana dan sarana jalan dengan tujuan
terwujudnya sinkronisasi pengelolaan prasarana dan sarana jalan di wilayah perkotaan
Yogyakarta.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal3
Ruang lingkup perjanjian kerjasama adalah sebagai berikut:
a. Pengelolaan prasarana dan sarana jalan di wilayah perkotaan Yogyakarta meliputi
wilayah:
1. Empat Kecamatan di wilayah Kabupaten Bantul:
a) Kecamatan Kasihan;
b) Kecamatan Banguntapan;
c) Kecamatan Sewon;
d) Kecamatan Piyungan.
2. Delapan Kecamatan di wilayah Kota Yogyakarta:
a) Kecamatan Mantrijeron;
b) Kecamatan Kotagede;
c) Kecamatan Umbulharjo;
d) Kecamatan Wirobrajan;
e) Kecamatan Mergangsan;
f) Kecamatan Jetis;
g) Kecamatan Gondokusuman;
h) Kecamatan Tegalrejo.
3. Lima Kecamatan di wilayah Kabupaten Sleman:
a) Kecamatan Gamping;
b) Kecamatan Mlati;
c) Kecamatan Berbah;
d) Kecamatan Depok;
e) Kecamatan Godean.
b. Ruas jalan yang dikerjasamakan adalah ruas jalan yang menjadi kewenangan
kabupaten/kota yang berada di wilayah perbatasan antar kabupaten/kota.
c. Prasarana dan sarana jalan sebagaimana tersebut dalam lampiran perjanjian
kerjasama ini meliputi ruas jalan:
137
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
138
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
BAB III
PENGELOLAAN PRASARANA DAN SARANA JALAN
Bagian Pertama
Penyusunan Program dan Perencanaan
Pasal4
Penetapan kebijakan dalam pengelolaan prasarana dan sarana jalan terutama dalam
penetapan program dan perencanaan di wilayah perkotaan dilaksanakan oleh masingmasing
pihak berdasarkan kesepakatan para pihak sesuai dengan peraturan perundangundangan
yang berlaku.
Bagian Kedua
Pelaksanaan Kegiatan
Paragraf 1
Penetapan Jaringan Jalan
Pasal5
(1) Dalam upaya mewujudkan jalan yang terpadu antar ruas jalan di wilayah
perbatasan perkotaan perlu ditetapkan jaringan jalan yang menghubungkan seluruh
wilayah perbatasan perkotaan meliputi:
a) jaringan jalan kolektor;
b) jaringan jalan lokal.
(2) Penetapan jaringan jalan didasarkan pada kebutuhan transportasi, peranan,
kapasitas, dan kelas serta ruang kegiatan.
(3) Tata cara penetapan jaringan jalan disepakati oleh para pihak dan diatur dalam
peraturan daerah masing-masing pihak.
(4) Jaringan jalan direncanakan oleh para pihak dalam bentuk data base dengan
mempergunakan Sistem Informasi Prasarana Jalan.
(5) Ruas jalan nasional dan propinsi yang terletak di dalam ring road yang belum
ditangani oleh para pihak diusulkan oleh para pihak melalui Sekretariat Bersama
untuk dikelola oleh Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Paragraf 2
Penetapan Status, Fungsi dan Kelas Jalan
Pasal6
(1) Dalam upaya mewujudkan keselamatan, keamanan, ketertiban, kelancaran lalu
lintas angkutan jalan, serta keamanan kontruksi jalan perlu penetapan status,
fungsi dan kelas jalan di wilayah perkotaan berdasarkan kesepakatan para pihak.
(2) Para pihak dapat melaksanakan perubahan status, fungsi dan kelas jalan di
wilayah perbatasan berdasarkan kesepakatan para pihak
Paragraf 3
Pembangunan, Peningkatan dan Rehabilitasi Jalan
Pasal7
(1) Kegiatan pembangunan, peningkatan, rehabilitasi dan pemeliharaan rutin pada
wilayah perbatasan dengan tahapan kegiatan meliputi penetapan kebijakan,
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan ditetapkan oleh para pihak.
(2) Pelaksanaan kegiatan sebagaimanan dimaksud ayat (1) berpedoman pada
program dan perencanaan yang telah disepakati.
139
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
(3) Dalam upaya mewujudkan keselamatan, keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu
lintas serta memberikan kemudahan bagi pemakai jalan di wilayah perkotaan,
pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud ayat (2) dengan memperhatikan
sistem manajemen dan rekayasa lalu lintas jalan.
(4) Sistem manajemen dan rekayasa lalu lintas meliputi:
a. rambu;
b. marka jalan;
c. alat pemberi isyarat lalu lintas;
d. alat pengendali dan pengaman pemakai jalan;
e. listrik penerangan jalan;
f. pohon perindang jalan;
g. drainase jalan;
h. trotoar.
Paragraf 4
Operasi dan Pemeliharaan Jalan
Pasal 8
(1) Operasi dan pemeliharaan jalan di wilayah perbatasan dilaksanakan berdasarkan
kesepakatan para pihak.
(2) Operasi dan pemeliharaan pada ruas jalan tertentu dikelola oleh satu pihak yang
mempunyai dan atau memanfaatkan secara dominan.
(3) Ruas jalan sebagaimana dimaksud ayat (2), meliputi:
A. Perbatasan Kabupaten Bantul dengan Kabupaten Sleman
Ruas Jalan Pengelola
1. Jalan Kemusuk Lor – Simpang Sedayu/Berjo – Nglahar; Kab. Bantul dan Kab. Sleman
2. Jalan Kemusuk Lor – Nulis/Nulis – Godean; Kab. Bantul dan Kab. Sleman
3. Jalan Kemusuk Lor – Puluhan/Sembuh – Gunung Pule; Kab. Bantul dan Kab. Sleman
4. Jalan Karangnongko – Sumberan/Sumberan - Gamping; Kab. Bantul dan Kab. Sleman
5. Jalan Wonocatur – Wot Galeh/Pelem – Berbah; Kab. Bantul dan Kab. Sleman
6. Jalan Ngentak – Temuwuh/Dukuh – Temuwuh; Kab. Bantul dan Kab. Sleman
7. Jalan Tempel – Gowok/Ambarukmo – Sorowajan; Kab. Bantul dan Kab. Sleman
8. Jalan Payak – Krasakan/Boko – Payak; Kab. Bantul dan Kab. Sleman
9. Jalan Petir – Kedungpucang/Jlatren – Petir; Kab. Bantul dan Kab. Sleman
10. Jalan Sambikerep – Metes/Pasekan – Sembung; Kab. Bantul dan Kab. Sleman
11. Jalan Sanggrahan – Prangwedanan/Dadapan – Gandu; Kab. Bantul dan Kab. Sleman
12. Jalan Tlogo – Gangin/Patukan – Gangin. Kab. Bantul dan Kab. Sleman
B. Perbatasan Kota Yogyakarta dengan Kabupaten Sleman
Ruas Jalan Pengelola
1. Jalan Jambon/Jambon – Karangwaru; Kota Yogyakarta dan Kab. Sleman
2. Jalan Bener - Petakbaru/Petakbaru – Jambon; Kota Yogyakarta dan Kab. Sleman
3. Jalan Gotongroyong I/Blunyah – Mesan; Kota Yogyakarta dan Kab. Sleman
4. Jalan Terban – Colombo; Kab. Sleman
5. Jalan Prof. Yohanes; Kota Yogyakarta
6. Jalan Gejayan/Demangan – Condong Catur; Kab. Sleman
7. Jalan Ipda Tut Harsono/IAIN – Gendeng. Kota Yogyakarta
C. Perbatasan Kota Yogyakarta dengan Kabupaten Bantul
Ruas Jalan Pengelola
1. Jalan Bener/Tambak – Kembang; Kota Yogyakarta
2. Jalan Indraprasta/Tegalrejo – Soragan; Kota Yogyakarta dan Kab. Bantul
3. Jalan Patangpuluhan/Sonosewu – Ambarwinangun; Kota Yogyakarta dan Kab. Bantul
4. Jalan Madumurti/Bugisan – Soboman; Kota Yogyakarta dan Kab. Bantul
5. Jalan Bugisan/Padokan – Bugisan; Kab. Bantul
6. Jalan Prapanca/Dukuh – SMKI; Kota Yogyakarta dan Kab. Bantul
7. Jalan DI Panjaitan/Krapyak – Glugo; Kota Yogyakarta dan Kab. Bantul
8. Jalan Sisingamangaraja/Karangkajen – Wojo; Kota Yogyakarta dan Kab. Bantul
9. Jalan Ki A Pemanahan/RSU Kodya – Tamanan; Kota Yogyakarta dan Kab. Bantul
10. Jalan Watugilang/Watugilang – Singosaren; Kota Yogyakarta dan Kab. Bantul
140
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
Bagian Ketiga
Pengawasan
Paragraf 1
Sosialisasi dan Penertiban
Pasal9
(1) Sosialisasi dan penertiban pengelolaan prasarana dan sarana jalan di wilayah
perbatasan perkotaan Yogyakarta dilakukan dilakukan secara terkoordinasi antar
para pihak.
(2) Dalam pelaksanaan sosialisasi dan penertiban sebagaimana dimaksud ayat (1),
peningkatan sumber daya manusia dilakukan oleh para pihak.
Paragraf 2
Pemberian Ijin Dispensasi Jalan
P a s a l 10
Para pihak dapat mengeluarkan ijin dispensasi jalan pada pembatasan muatan standar
tonase pada ruas di dalam wilayah perbatasan perkotaan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku setelah berkoordinasi dengan pihak terkait.
Paragraf 3
Pengelolaan Dampak Lingkungan
P a s a l 11
(1) Pengelolaan prasarana dan sarana jalan di wilayah perbatasan perkotaan yang
dilaksanakan oleh para pihak harus mempertimbangkan dampak lingkungan.
(2) Dampak lingkungan yang timbul ditanggung dan diatur oleh para pihak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Pengelolaan dampak lingkungan dilaksanakan oleh instansi yang menangani
bidang lingkungan hidup.
Bagian Keempat
Pembiayaan
P a s a l 12
(1) Biaya pengelolaan sarana dan prasarana jalan ditanggung dan ditetapkan oleh
para pihak.
(2) Dukungan biaya pengelolaan dan pengembangan jalan dapat diperoleh dari
Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi, lembaga donor, swasta, masyarakat, dan
sumber-sumber lain yang sah/ tidak mengikat.
Bagian Kelima
Monitoring dan Evaluasi
P a s a l 13
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan perjanjian kerjasama ini dilaksanakan oleh
Sekreteriat Bersama Pengelolaan Prasarana dan Sarana Perkotaan antar Kota
Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul.
141
PANDUAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
BAB IV
JANGKA WAKTU
P a s a l 14
Perjanjian kerjasama ini mengikat para pihak selama 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak
penandatanganan perjanjian kerjasama ini dan dapat diperpanjang berdasarkan
kesepakatan para pihak.
BAB V
PERSELISIHAN
P a s a l 15
(1) Perselisihan yang timbul sebagai akibat pelaksanaan perjanjian kerjasama ini
diselesaikan secara musyawarah dan mufakat oleh para pihak.
(2) Apabila penyelesaian sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak tercapai maka para
pihak sepakat menyelesaikan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku
melalui Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai mediator.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
P a s a l 16
(1) Perubahan dan pembatalan baik sebagian atau keseluruhan dalam perjanjian
kerjasama ini dilakukan berdasarkan kesepakatan para pihak.
(2) Hal-hal yang belum diatur dalam perjanjian kerjasama ini akan diatur dan
ditetapkan kemudian dalam bentuk Addendum dan atau Amandemen berdasarkan
kesepakatan para pihak yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
perjanjian kerjasama ini.
P a s a l 17
Demikian perjanjian kerjasama ini dibuat dan ditandatangani pada hari, tanggal, bulan,
tahun dan tempat sebagaimana disebut pada awal surat perjanjian kerjasama ini, dibuat
dalam rangkap 9 (sembilan), 3 (tiga) diantaranya bermeterai cukup yang masing-masing
mempunyai kekuatan hukum yang sama.
142