Anda di halaman 1dari 60

Panduan Pembentukan Organisasi Kerja Sama

Antar-
Antar-Daerah (KSAD)

Semarang, November 2009

Oleh Thres Sanctyeka


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ………………………………………..

A. PENDAHULUAN
1. Sekilas Kerjasa Sama Antar Daerah di
Indonesia ……………………………………….. 1

2. Kerja Sama Antar Daerah Sebagai


Strategi Peningkatan Kesejahteraan
……………………………………….. 2
Masyarakat
……………………………………….. 3
3. Tujuan dan Sasaran

4. Hasil Yang Diharapkan ……………………………………….. 4

B. KONSEP KERJA SAMA ANTAR DAERAH

1. Apa itu Kerja Sama Antar Daerah ? ……………………………………….. 4

2. Apa Saja Landasan Hukumnya ? ……………………………………….. 8

3. Siapa Saja Aktor yang Terlibat ? ……………………………………….. 10

4. Apa Saja Objek Yang Dapat Di


Kerjasamakan ? ……………………………………….. 13

5. Bagaimana Menentukan Objek Yang


Dapat Di kerjasamakan? ……………………………………….. 15

6. Bagaimana Bentuk Organisasi KSAD? ……………………………………….. 15

a. BKSAD / BKAD sebuah amanat dari


PP 50 / 2007 ……………………………………….. 15

a.1. Struktur Organisasi BKAD


(contoh :
SUBOSUKAWONASRATEN) ……………………………………….. 15

a.2. Tugas Pokok dan Fungsi


……………………………………….. 16
a.3. Kewenangan BKAD adalah ……………………………………….. 17

a.4. Sumber Pembiayaan ……………………………………….. 17

a.5. Personil / Sumber Daya Manusia ……………………………………….. 17

b. Regional Managemen (RM) lahir atas


Kebuhan Bersama dalam Semangat
Pengembangan Ekonomi Wilayah ……………………………………….. 17

b.1. Struktur Organisasi Regional


Managemen (contoh :
BARLINGMASCAKEB) ……………………………………….. 18

b.2. Tugas Pokok dan Fungsi ……………………………………….. 18

b.3. Kewenangan RM ……………………………………….. 18

b.4. Sumber Pembiayaan ……………………………………….. 18

b.5. Personil / Sumber Daya Manusia ……………………………………….. 18

c. Sekretariat Bersama Lahir atas


Kesadaran Bersama di Dalam
Meningkatkan Pelayanan Publik
……………………………………….. 19
Lintas Batas

c.1. Struktur Organisasi Sekretariat


Bersama (contoh : ……………………………………….. 19
KARTAMANTUL)

c.2. Tugas Pokok dan Fungsi ……………………………………….. 20


……………………………………….. 20
c.3. Kewenangan SEKBER
……………………………………….. 20
c.4. Sumber Pembiayaan
……………………………………….. 20
c.5. Personil / Sumber Daya Manusia

7. Apa Keuntungan Membentuk KSAD ? ……………………………………….. 24

8. Bagaimana Sistem Monitoring dan ……………………………………….. 25


Evaluasinya?

C. TAHAPAN PEMBENTUKAN
ORGANISASI KSAD ……………………………………….. 31

1. Beredasarkan Regulasi Permendagri


……………………………………….. 31
22 / 2009

2. Rumusan Pengalaman Pembentukan ……………………………………….. 37


Organisasi KSAD Yang Telah Ada

D. TATA CARA PENYUSUNAN NASKAH


PERJANJIAN KERJASAMA DAN NASKAH
KERJASAMA / RENCANA STRATEGIS
……………………………………….. 40
1. Naskah Perjanjian Kerjasama
……………………………………….. 40
2. Matriks Rencana Strategis (contoh
:Sektor Pendidika KEDU Plus)
……………………………………….. 44
E. PEMBELAJARAN DARI CAPAIAN
LEMBAGA KSAD YANG TELAH ADA ……………………………………….. 45

1. BKSP JABODETABEKJUR ……………………………………….. 45

2. SEKBER KARTAMANTUL ……………………………………….. 46

3. RM BARLINGMSCAKEB ……………………………………….. 48

4. BKAD SUBOSUKAWONOSRATEN ……………………………………….. 50

5. RM SAMPAN ……………………………………….. 51

6. SEKBER KEDU Plus ……………………………………….. 52

F. SRATEGI PENYESUAIAN LEMBAGA


KSAD YANG TELAH ADA TERHADAP
REGULASI YANG BARU
……………………………………….. 53
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………..

LAMPIRAN-LAMPIRAN ………………………………………..
PANDUAN PEMBENTUKAN
ORGANISASI KERJA SAMA ANTAR
DAERAH (KSAD)

A. PENDAHULUAN
1. Sekilas Kerja Sama Antar Daerah di Indonesia
Apabila kita memotret lembaga kerjasama antar daerah maka dengan jelas kita bisa
melihat kerjasama antar daerah telah banyak dilakukan oleh pemerintah daerah di
Indonesia baik level antar provinsi maupun kabupaten/kota, sebut saja kerjasama
antar daerah level provinsi Badan Kerjasama Pembangunan (BKSP)
JABODETABEKJUR yang telah dirintis semenjak tahun 1975, atau Forum
Kerjasama Mitra Praja Utama (MPU) diwilayah DKI, Jawa Barat, Banten, Jawa
Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, Nusatenggara Barat dan Nusatenggara Timur dan
yang lainnya adalah Badan Kerjasama Pembangunan Regional Sulewesi (BKPRS),
sedangkan pada level kab/kota kita bisa melihat Sekretariat Bersama
KARTAMANTUL – merupakan kerjasama Kab Sleman, Kota Yogyakarta dan Kab
Bantul, di daerah Solo raya kita mengenal Badan Kerjasama Antar Daerah (BKAD)
SUBOSUKA WONOSERATEN badan kerjasama yang terdiri dari Kota Surakarta,
Kab Boyolali, Kab Sukoharjo, Kab Karanganyar, Kab Wonogiri, Kab Sragen dan Kab
Klaten, dan wilayah lain yang merupakan kerjasama level kabupaten namun lintas
provinsi kita mengenal BKAD PAWONSARI, badan kerjasama yang terdiri dari Kab
Pacitan, provinsi Jawa Timur, Kab Wonogiri provinsi Jawa Tengah dan Wonosari,
Kab Gunungkidul provinsi DIY serta JAVA PROMO sebuah kerjasama antar daerah
disektor pariwisata yang melibatkan 13 kab/ kota yang berasal dari provinsi DIY dan
Jawa Tengah. Untuk di provinsi Jawa tengah - Bentuk kerjasama lain yang dapat
kita lihat adalah Regional Managemen BARLINGMASCAKEB sebuah kerjasama
kab/kota di wilayah Jawa Tengah yang terdiri dari Kab Banjarnegara, Kab
Purbalingga, Kab Banyumas, Kab Cilacap dan Kab Kebumen, Regional
Managemen Sapta Mitra Pantura atau yang sering disebut dengan RM SAMPAN,
sebuah kerjasama yang terdiri dari tujuh kab/kota di wilayah pantura yang terdiri dari
Kota Tegal, Kab Tegal, Kab Pekalongan, Kota Pekalongan, Kab Batang, Kab
Pemalang dan Kab Brebes. Dan saat ini di wilayah Jawa Tengah juga sedang
diinisiai kerjasama Antar daerah di wilayah ex karesidenan KEDU yang terdiri dari
1
Kab Purworejo, Kota Magelang, Kab Magelang, Kab Temanggung, Kab Wonosobo
dan Kab Purbalingga. Dalam skala yang lebih besar, dimana melibatkan seluruh
kab/kota se Indonesia kita mengenal Asosiasi Pemerintahan Kabupaten Seluruh
Indonesia (APKASI) yang sekarang telah berubah menjadi Badan Kerjasama
Kabupaten Seluruh Indonesia (BKKSI). Dan masih ada beberapa lagi kerjasama
antar daerah yang sedang berjalan maupun yang sedang diinisiasi baik oleh
lembaga non pemerintah maupun oleh lembaga pemerintah. Dengan melihat bentuk
kerjasama antar daerah yang sedang dilakukan sebenarnya kita menjadi optimis
terhadap langkah-langkah pemerintah daerah didalam meningkatkan kualitas
pelayanannya kepada masyarakat maupun pola pengelolaan kepemerintahannya
untuk menjadi lebih efisien dan efektif (Sanctyeka, 2009). Namun muncul pertanyaan
kembali, apakah kerjasama antar daerah yang sudah dilakukan dapat berjalan
efisien dan efektif ? Apakah Kerjasama Antar Daerah sudah dapat berkontribusi
positif terhadap kesejahteraan masyarakat? Adakah hambatan yang dialami didalam
implementasinya sehingga Kerjasama Antar Daerah kurang berhasil? Dan bentuk
keberhasilan apa yang sudah dihasilkan dengan pola kerjasama antar daerah?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi bahan awal untuk terus menemukan


jawaban dan formulasi taktis sehingga Kerja Sama Antar Daerah dapat mencapai
tujuan akhir yang diinginkan yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah
satu upaya untuk mengurai pertanyaan tersebut dan memberikan suatu angin segar
di dalam penyelenggaraan kerjasama antar daerah maka penulisan Pedoman
Pembentukan Kerja Sama Antar Daerah ini di lakukan. Pedoman ini merupakan
salah satu upaya untuk mempermudah pemerintah daerah di dalam menggagas
lahir nya organisasi kerja sama antar daerah hingga pengimplementasiannya.

2. Kerja Sama Antar Daerah Sebagai Strategi Peningkatan


Kesejahteraan Masyarakat

Isu kerja Sama Antar Daerah bukan lah suatu yang baru, isu ini merupakan
konsekwensi logis ketika era otonomi daerah mulai bergulir, isu ini muncul sebagai
bagian dari kewaspadaan pemerintah terhadap dampak negative yang ditimbulkan
oleh pemahaman sempit oleh daerah terkait otonomi daerah. Kekhawatiran terhadap
melemahnya kohesitas serta kesatuan wilayah menjadikan pemerintah membuat
sebuah mekanisme penyeimbang atau penyaluran agar dampak negative yang
ditimbulkan tidak berakibat kontra produktif terhadap cita-cita dari otonomi daerah.
Kesadaran terhadap berkembangnya dampak negative ini kemudian di respon oleh
pemerintah dengan mengamatkan pengaturan sebuah kerjasama antar daerah di
dalam UU no 22 tahun 1999 yang kemudian di revisi melalui UU no 32 tahun 2004
dan tiga tahun kemudian lahir lah aturan di bawahnya setingkat Peraturan
Pemerintah No 50 tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah.
Dan pada tahun 2009 Menteri Dalam negeri mengeluarkan petunjuk teknisnya yang
merupakan derivasi dari PP 50/2007, yaitu Permendagri 22 /2009 tentang Petunjuk
2
Teknis Kerja Sama Daerah serta Permendagri 23 / 2009 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Kerja Sama Antar Daerah. Semua regulasi tersebut bertujuan sebagai
paying hokum sekaligus dasar gerak pemerintah daerah di dalam melaukan
kerjasama dengan daerah yang lain.

Diakui oleh daerah bahwasanya daerah memiliki keterbatasan kapasitas dalam


berbagai hal, kondisi ini disadari berdampak pada lambatnya pembangunan bahkan
tidak tercapainya tujuan penyejahteraan masyakat di wilayahnya belum lagi ketika
daerah masuk ke dalam era globalisasi dimana tingkat kompetisi dengan Negara lain
begitu terbuka dan tanpa batas, mau tidak mau daerah harus berfikir strategis untuk
meningkatkan nilai keunggulan daerahnya dengan mengandalkan keterbatasan
sumberdaya yang dimilikinya, baik itu dari segi pendanaan, infrastruktur, tekhnologi
maupun sumberdaya manusianya. Belum lagi permasalahan internal wilayah berupa
primordialisme, alih-alih dapat bersaing justru memperburuk kondisi pembangunan
wilayah dikarenakan daerah satu dengan daerah yang lain tidak mampu bersinergis
secara positif di dalam membangun keunggulan bersama yang pada akhirnya dapat
menyejahterakan masyarakat.

Kesadaran “membangun bersama” inilah yang saat ini mulai menguat di berbagai
wilayah Republik Indonesia, sehingga sekarang kita dapat dengan mudah
menjumpai upaya-upaya kerjasama antar daerah dengan berbagai macam ruang
lingkup yang dikerjasamakan, dari sector ekonomi hingga pelayanan dasar.

3. Tujuan dan Sasaran

Pembuatan pedoman ini bertujuan membantu pemerintah daerah agar dapat lebih
efektif di dalam melahirkan dan mengembangakan Kerja Sama Antar Daerah. Baik
pada tataran perumusan Kebijakan, Penentuan model kelembagaan,
Operasionalisasi kelembagaan, Implementasi program bersama, Pengelolaan
pembiayaan maupun pada saat melakukan evaluasi, pengawasan terhadap
pelaksanaan dan hasil Kerja Sama Antar Daerah.

Selain itu juga membantu pihak-pihak lain (non pemerintah) yang memiliki konsern
terhadap pengembangan pembangunan wilayah dengan menggunakan Kerja
Sama Antar Daerah sebagai pendorong percepatan pembangunan daerah.

3
4. Hasil Yang Diharapkan

Dengan terumuskannya pedoman ini diharapkan :


• Pemerintah Daerah mengetahui serta memahami konsep Kerja Sama Antar
Daerah dan fungsinya sebagai alat percepatan pembangunan daerah
• Pemerintah daerah mengetahui dasar hukum terkait Kerja Sama Antar Daerah
sehingga dapat melakukan singkronisasi serta harmonisasi terhadap kebijakan-
kebijakan yang telah ada
• Pemerintah daerah mengetahui aktor-aktor yang dapat dilibatkan serta perannya
masing-masing di dalam mendukung pembangunan daerah melalui Kerja Sama
Antar Daerah
• Pemerintah daerah mengetahui model-model Lembaga Kerja Sama Antar
Daerah serta sector-sektor apa saja yang dapat dikerjasamakan
• Pemerintah daerah mengetahui tahapan-tahapan yang harus dilakukan di dalam
membentuk lembaga Kerja Sama Antara Daerah
• Pemerintah daerah mengetahui pembelajaran-pembelajaran yang telah
dihasilkan oleh lembaga Kerja Sama Antar Daerah yang sudah ada sehingga
dapat mereplikasinya atau mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan serta
potensi yang dimilikinya
• Pemerintah daerah dapat mengetahui proses pengawasan serta evaluasi bagi
penyelenggaraan pelayanan public melalui Kerja Sama Antar Daerah
• Lembaga non pemerintah yang konsern terhadap isu kerja sama antar daerah
dapat mensinergiskan dengan sumberdaya yang telah ada dalam rangka
mendorong pemerintah daerah

B. KONSEP KERJA SAMA ANTAR DAERAH

1. Apa itu Kerja Sama Antar Daerah ?

Secara terminology UU 32 / 2004, PP 50 / 2007, Permendagri 22 / 2009


menggunakan istilah Kerja Sama Daerah yang definisinya adalah kesepakatan
antara gubernur dengan gubernur atau gubernur dengan bupati/wali kota
atau antara bupati/wali kota dengan bupati/wali kota yang lain, dan atau
gubernur, bupati/wali kota dengan pihak ketiga, yang dibuat secara tertulis
serta menimbulkan hak dan kewajiban. Namun pada Permendagri 22 / 2009
dimunculkan kembali dua istilah kerjasama menjadi lebih eksplisit yaitu Kerja Sama
Antar Daerah (KSAD) serta Kerja Sama Pihak Ketiga (KSPK).

Dimana KSAD definisinya adalah kesepakatan antara Gubernur dengan


Gubernur atau Gubernur dengan Bupati/Walikota atau antara

4
Bupati/Walikota dengan Bupati/Walikota lain yang dibuat secara tertulis
dan menimbulkan hak dan kewajiban.

Sedangkan KSPK definisinya adalah kesepakatan antara Gubernur,


Bupati/Walikota atas nama Pemerintah Daerah dengan Departemen/Lembaga
Pemerintah Non Departemen (LPND) atau sebutan lain, dan badan hukum.

Ketentuan serta peraturan terkait kerja sama daerah


yang belakangan ini mulai menguat dan dirasakan oleh
banyak daerah merupakan respon pemerintah
terhadap kebutuhan dan kondisi di daerah yang
berupaya meningkatkan penyelenggaraan pelayanan
publik maupun pengembangan ekonomi wilayah
melalui instrumen Kerja Sama Antar Daerah. Walaupun
sebenarnya istilah serta pengaturan kerja sama antar
daerah sudah dimiliki pemerintah semenjak dahulu
namun memang belakang ini isu maupun wacana
terkait kerja sama mulai menguat kembali

Mentelusur konsep Kerja Sama Antara Daerah, sebenarnya secara historis


mekanisme kerjasama antar pemerintah lokal telah menjadi isu penting di negara
maju (Henry, 1995) dimulai dari bidang yang sangat terbatas seperti kepolisian dan
pemadam kebakaran dimana antara satu kota dengan kota lain telah dilakukan
perjanjian kerjasama saling bantu menghadapi krisis seperti kebakaran dan bencana
lainnya.

Dan pada perkembangan lanjutan, mekanisme kerjasama ini tidak hanya diterapkan
pada situasi “emergency” saja tetapi juga pada pengaturan kerjasama untuk
membeli jenis-jenis pelayanan tertentu dari perusahaan swasta atau dari pemerintah
lain, ataupun dari NGOs. Ini disebut dengan “cooperative agreements”. Khusus
“cooperative agreements” yang dilakukan antar Pemerintah Daerah pada awalnya
ditujukan pada (1) kegiatan tunggal, (2) kegiatan yang berkenaan dengan pelayanan
ketimbang fasilitas, (3) yang tidak bersifat permanen, (4) sebagai “stand-by
provision” yang baru dilaksanakan bila kondisi tertentu terjadi, dan (5) yang
diperkenankan / diijinkan oleh badan legislatif (Keban, 2009).

Sebagai gambaran untuk memperluas pemahaman terkait kerja sama antar daerah
di Negara lain Dr. Hardi dalam sebuah kesempatan lokakarya memaparkannya
dalam suatu presentasi seperti yang dapat di lihat di bawah ini :

5
Bentuk Kerja Sama Antar Daerah di Berbagai Negara

SALGA SOUND TRANSIT LAA (The Local LCP


(South African Local (Washington) (The League of
Government Association)
Autonomy Act )
Afrika Selatan
Cities of The
Korsel Philippines)
Philipina
SALGA berlokasi di Kerjasama merupakan asosiasi yang beranggotakan 117 kota
Afrika Selatan. pengelolaan dikelola oleh Pemerintah terbentuk di Philipina
Lembaga ini berfungsi Pusat. Dalam konteks dengan mendapatkan
transportasi dari
kerjasama, LAA ini legalisasi hukum dari
sebagai interest group beberapa kota di AS. diwarnai oleh Local Government Code of
dari kepentingan Ada 2 pola asosiasi ketidakberdayaan 1991. Organisasi ini
daerah terhadap umum di pemerintah lokal semula bernama League
pusat. Lembaga ini Washington State, terhadap intervensi City Mayors yang
dimandatkan oleh yakni : pemerintah pusat. Posisi beranggotakan para
konstitusi Afrika 1. Inter governmen- ketidakberdayaaan ini politisi lokal yang
Selatan tahun 1997 memperlemah otonomi kemudian berubah
tal Relations
pemerintah lokal yang menjadi organisasi yang
untuk mempercepat (IGR), masih diperlemah lagi berbasis institusi
proses transformasi 2. Intergo oleh ketidakberdayaan pemerintah kota
demokrasi di ranah vernmental local council terhadap
pemerintah lokal pada Management eksekutif lokal. Asosiasi
pemberian pelayanan (IGM). ini bersifat temporer
(service delivery). (temporary institution),
sehingga
kewenangannyapun
tidaklah maksimal

Sumber : Presentasi Dr Hardi Warsono (2009)

PELAJARAN DARI PRAKTEK KERJASAMA ANTAR DAERAH


SALGA SOUND TRANSIT LAA LCP

(Afrika Selatan) (Washington) Korsel Philipina

Cakupan kerjasama Spesifik pada kepentingan Mampu berevolusi


yang dilakukan bidang tertentu pemerintah pusat dari organisasi para
cukup dalam masalah sangat dominan, politisi lokal menjadi
komprehensif perkotaan di 5 kota. dan asosiasi institusi berbasis
Lembaga KAD cenderung untuk keanggotaan
dapat berperan kepentingan pusat institusi pemkot
sebagai interest dengan fungsi yang
group bagi beragam.
kepentingan daerah
terhadap pusat

Tabel I.
Kekhususan Masing-Masing Kerjasama Antar Daerah
Sumber : disarikan dari Wawan Mas’udi dkk (dalam Pratikno, 2007)

Sumber : Presentasi Dr Hardi Warsono (2009)

Hal lain yang perlu diketahui terkkait kerja sama adalah bentuk pengaturan kerja
sama itu sendiri. Menurut Rosen (1993) terkait dengan pengaturan kerjasama
(Forms of Cooperation Arrangements) terdiri atas beberapa bentuk :

• Consortia: yaitu pengaturan kerjasama dalam sharing sumberdaya, karena lebih


mahal bila ditanggung sendiri-sendiri; misalnya pendirian perpustakaan dimana
sumberdaya seperti buku-buku, dan pelayanan lainnya, dapat digunakan
6
bersama-sama oleh mahasiswa, pelajar dan masyarakat publik, dari pada
masing-masing pihak mendirikan sendiri karena lebih mahal.
• Joint Purchasing: yaitu pengaturan kerjasama dalam melakukan pembelian
barang agar dapat menekan biaya karena skala pembelian lebih besar.
• Equipment Sharing: yaitu pengaturan kerjasama dalam sharing peralatan yang
mahal, atau yang tidak setiap hari digunakan.
• Cooperative Construction: yaitu pengaturan kerjasama dalam mendirikan
bangunan, seperti pusat rekreasi, gedung perpustakaan, lokasi parkir, gedung
pertunjukan, dsb.
• Joint Services: yaitu pengaturan kerjasama dalam memberikan pelayanan
publik, seperti pusat pelayanan satu atap yang dimiliki bersama, dimana setiap
pihak mengirim aparatnya untuk bekerja dalam pusat pelayanan tersebut.
• Contract Services: yaitu pengaturan kerjasama dimana pihak yang satu
mengontrak pihak yang lain untuk memberikan pelayanan tertentu, misalnya
pelayanan air minum, persampahan, dsb. Jenis pengaturan ini lebih mudah
dibuat dan dihentikan, atau ditransfer ke pihak yang lain
• Pengaturan lainnya: pengaturan kerjasama lain dapat dilakukan selama dapat
menekan biaya, misalnya membuat pusat pendidikan dan pelatihan (DIKLAT),
fasilitas pergudangan, dsb.

Sedangkan berdasarkan format kelembagaan, dapat di bedakan menjadi dua yaitu :


Intergovernmental Relations (IGR) dan Intergovernmental Management (IGM).

Format kelembagaan berdasarkan IGR adalah


• Pola hubungan antara para anggota hanyalah hubungan koordinatif.
• Pola asosiasi lebih bersifat public interest group, karena
lembaga ini hanya berfungsi sebagai pelobi kepada
pemerintah pusat
• Status hukum kelembagaan hanyalah sebagai
sebuah forum tanpa kewenangan dalam
pemerintahan tertentu.

Sedangkan format kelembagaan IGM adalah


• Pola asosiasi antar pemerintah daerah untuk
melakukan pengelolaan suatu bidang
pemerintahan tertentu yang sama-sama mereka
butuhkan
• Assosiasi ini terbentuk karena adanya kebutuhan bersama
pada bidang tertentu dan keyakinan bahwa apabila bidang tersebut dikerjakan
bersama-sama akan tercipta efisiensi dan efektivitas

Terlepas dari teori maupun konsep yang telah ada, hal sederhana yang perlu
dipahami bagi pemerintah daerah maupun pihak-pihak yang memiliki konsern
7
terhadap kerja sama antar daerah di Indonesia adalah bahwa kosep mendasar dari
kerjasa daerah di dasari atas :
• Adanya keinginan saling melengkapi antara daerah satu dengan daerah yang
lain
• Adanya keinginan untuk menciptakan dan menjalin hubungan yang harmonis
antar daerah
• Adanya keinginan untuk pengintegrasian proses pembangunan antar dimulai dari
tahapan perencanaan hingga monitoring dan evaluasi
• Serta adanya keinginan untuk terjadinya keseimbangan laju pertumbuhan antar
daerah

2. Apa Saja Landasan Hukumnya ?

Daerah yang akan menyelenggarakan kerja sama daerah telah di atur kedalam
regulasi seperti di bawah ini :

Matriks Regulasi Kerja Sama Daerah


No Regulasi Tentang
1 Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN)

2 Undang-undang No 32 tahun 2004 Pemerintahan Daerah


3 Undang-Undang No. 33 tahun 2004 Perimbangan Keuangan Daerah

4 Undang-Undang No. 17 tahun 2007 RPJP Nasional 2005 – 2025

5 Perpres No. 7 tahun 2005 tentang RPJM 2004 – 2009

6 Perpres No 67 tahun 2005 Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam


Penyediaan Infrastruktur
7 Peraturan Pemerintah No 50 tahun 2007 Tata Cara Kerjasama Daerah
8 Permendagri No 69 tahun 2007 Kerjasama Pembangunan Perkotaan
9 Permendagri No 19 tahun 2009 Pengembangan Kapasitas
10 Permendagri No 22 tahun 2009 Petunjuk Teknis Kerja Sama Daerah
11 Permendagri No 23 tahun 2009 Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Kerja Sama
Daerah
Sumber : Diolah dari berbagai sumber

Perundangan serta peraturan di atas merupakan payung hukum serta landasan bagi
daerah di dalam penyelenggaraan kerja sama daerah. Sehingga saat ini daerah
menjadi lebih kuat legitimasinya secara hukum ketika mejadikan Kerja Sama
Daerah sebagai strategi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

8
Di samping itu daerah tetap perlu mensinkronkan dengan regulasi lainnya, terutama
yang bersinggungan dengan kerja sama daerah. Seperti regulasi Pengelolaan
Keuangan daerah, Pengelolaan aset dan barang daerah, Pembuatan naskah daerah
serta pengawasan, pembinaan dan evaluasi penyelenggaraan pemerintah daerah.
Untuk itu daerah juga perlu memahami regulasi yang mengaturnya, seperti yang di
gambarkan dalam alur di bawah ini :

GAMBAR REGULASI TERKAIT KERJASAMA DAERAH DALAM NEGERI

Regulasi Terkait Kerjasama


Daerah Dalam Negeri

• Kepres 80/2003
• PP 6/2006 Pedoman Pelaksanaan • PP 57/2005
Pengelolaan Barang Pengadaan Barang Hibah kepada
Milik Negara/Daerah Pemerintah Daerah

• Permendagri 2-3/2005
Pedoman Tata
• Permendagri 17/2007 • UU 32/2004
Naskah Dinas
Pedoman Teknis • PP 50/2007 Di Ling. Provinsi dan
Pengelolaan • Permendagri 19/2009 Kan/kota
Barang Milik Daerah • Permendagri 22/2009
• Permendagri 23/2009
• PP 38/2007
Kewenangan
Pusat & Daerah

• Perpres 67/2005 • Permendagri 13/2006 -


• PP No 79 tahun 2005
Kerjasama Pemerintah Pedoman Pembinaan dan Pengawasan • Permendagri 59/2007
Dengan Badan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Pedoman Penggelolaan
Usaha Dalam • Peraturan Pemerintah No 6 tahun 2008 Keuangan Daerah
Penyediaan Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan
Infrastruktur Pemerintah Daerah
• Permendagri No 23 tahun 2007
Pedoman tatacara Pengawasan Atas
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

9
Sumber : Diolah dari berbagai sumber

3. Siapa Saja Aktor yang Berperan?

Kerjasama Antar Daerah merupakan sebuah proyek bersama, yang melibatkan lebih
dari satu pihak, baik itu antar pemerintah daerah maupun dengan pihak ketiga
sebagai pelaksana dari program yang menamakan sebuah kerjasama antar daerah.

Beberapa actor yang dianggap sebagai aktor kunci adalah Pemerintah daerah
kab/kota, pemerintah provinsi, Pemerintah pusat serta pihak ketiga yang memiliki
komitmen serta kompetensi terhadap isu yang akan dikerjasamakan – baik itu
masyarakat setempat, masyarakat usaha maupun lembaga-lembaga non
pemerintah. Gambaran peran-peran apa saja yang diperlukan oleh masing-masing
aktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Matrik Aktor Yang Berperan

No Aktor Peran

1 Lembaga Pelaksana Kerjasama • Melaksanakan program kegiatan secara Profesional


dengan mengedepankan asas good governance

• Memfasilitasi anggota/daerah yang bekerja sama di


dalam merumuskan perencanaan berdasarkan
kebutuhan bersama

• Menjaring serta mengidentifikasi isu potensial yang


dapat dikerjasamakan

2 Pemerintah Kab/Kota • Keberpihakan atau komitmen kepala daerah


(eksekutif dan legislatif) terhadap isu kerjasama
antar daerah.

• Pengalokasian sumber daya daerah yang dimiliki


serta kejelasan terhadap kebutuhan daerah atas
kerjasama (Warsono, 2009).

• Pemerintah kab/kota perlu juga mempersiapkan


format kelembagaan yang sesuai dengan tujuan
atau misi pembentukan dengan melibatkan
stakeholder (Pratikno dan masudi 2007).

• Pada kasus perlunya sebuah aturan pengelolaan


keuangan daerah yang spesifik mengenai
kerjasama antar daerah, maka perlunya peran
kab/kota di dalam mendorong kementrian terkait
10
dan Badan Pengawasan yang berkompeten untuk
dapat segera memberikan kejelasan kepada
daerah-daerah mengenai pengelolaan keuangan
terhadap kerjasama antar daerah

3 Pemerintah Provinsi • Memberikan insentif program pembangunan bagi


kerjasama antar daerah,

• Penguatan kapasitas perencanaan dan


pelaksanaan program bagi implementator (Dewan
Eksekutif, Regional Manager, Koordinator forum,
dsb), bagi wilayah yang memiliki bakorlin/bakorwil -
lembaga tersebut perlu dikuatkan sebagai
kepanjangan tangan dari pemerintah provinsi,

• Memfasilitasi sosialisasi PP 50/2007, Permendagri


22/2009, Permendagri 23/2009 kepada kab/kota
diwilayahnya mengenai tata cara pelaksanaan
kerjasama antar daerah,

• Mendukung sinkronisasi musrenbangreg (bagi


wilayah yang memiliki mekanisme musrenbangreg)
dengan program kab/kota dan provinsi.

• Melakukan supervisi untuk memastikan bahwa


kerjasama antar daerah otonom berada dalam
koridor perundangan yang ada (pratikno dan
masudi ,2007).

• Penyusunan Regulasi pendukung kebijakan


Pemerintah Pusat dalam mendorong
terselenggaranya KAD

• Memberikan petunjuk untuk Kabupaten/Kota


supaya mengidentifikasi potensi sumberdaya
(sumberdaya alam, manusia, dana, dll) masing-
masing dalam kerangka pelayanan publik yang bisa
ditawarkan kepada daerah tetangganya dan
kebutuhan pelayanan umumnya yang dinilai perlu
dibantu oleh pihak/ daerah lain (outsourcing).

• Memberikan arahan perbantuan (termasuk dana,


bantuan teknis, asset, infrastruktur, arbitrase, dll)
dari Pemerintah Propinsi yang bisa diberikan
kepada Kabupaten/Kota di wilayahnya dalam
11
penyelenggraan KAD

• Memfasilitasi petunjuk untuk Pemerintah


Kota/Kabupaten dalam penyusunan kinerja
pelayanan publik yang dikerjasamakan

• Memberikan arahan program yang terkait dengan


promosi dan pengembangan informasi potensi,
kebutuhan dan pelaksanaan KAD

4 Pemerintah Pusat • Mempersiapkan peraturan-peraturan terkait seperti


yang telah diamanatkan dalam kebijakan
terdahulunya, baik yang berupa tata cara
pembinaan dan pengawasan umum maupun
mengenai pengelolaan keuangan daerah yang
secara spesifik mengatur kerjasama antar daerah.

• Memberikan dukungan insentif (anggaran, dana


dekonsentrasi & pembantuan) bagi daerah-daerah
yang melaksanakan KAD

• Menilai kinerja pelayanan publik yang


dikerjasamakan dari laporan kinerja pelayanan
publik daerah-daerah yang bekerjasama

• Memberikan arahan standar-standar minimal


pelayanan publik sesuai kondisi wilayah dan
penghitungan efisiensi dalam penyelenggaraan
layanan publik

• Memberikan arahan kepada daerah untuk


memetakan potensi dan kebutuhan KAD disertai
dengan standar evaluasi

• Memberikan arahan peran dan tanggung jawab


propinsi dalam hal terjadi kerjasama antar
Kabupaten/Kota yang lintas Propinsi

Masyarakat dan Lembaga Non • Memastikan bahwa isu-isu yang dipilih untuk
Pemerintah dikerjasamakan adalah benar-benar berangkat dari
sebuah kebutuhan dan memiliki tujuan memperbaiki
kualitas kesejahteraan masyarakat.

• Memastikan konsistensi antara perencanaan yang


dibangun sejalan dengan perencanaan

12
pembangunan daerah yang ada dan atau
memastikan terintegrasinya isu yang akan
dikerjasamakan kedalam sistem perencanaan
daerah (RPJMD, RKPD).

• Memastikan konsistensi antara perencanaan dan


penganggaran terhadap program yang
dikerjasamakan.

• Bagi lembaga bilateral / multilateral dapat elakukan


asistensi terhadap daerah didalam membangun
kelembagaan yang sesuai dengan kapasitas daerah
dengan mengedepankan asas good governance,

• Serta melakukan peningkatan kapasitas bagi


sumberdaya manusianya, dan memberikan
dukungan dana operasional pada tahap awal
lembaga kerjasama antar daerah itu berdiri.
Sumber : Diolah dari berbagai sumber

4. Apa Saja Objek Yang Dapat Di Kerjasamakan ?

Dalam PP 50 / 2009 pasal 4 diatur mengenai Objek yang dikerjasamakan yaitu :

Seluruh urusan pemerintahan yang telah menjadi kewenangan daerah otonom,


dan dapat berupa penyediaan pelayanan publik. Urusan pemerintahan yang
dimaksud, berpedoman pada PP Nomor 38 Tahun 2007, yang terdiri dari urusan
wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib dapat dilihat sebagai berikut

Matriks Urusan Wajib yang Dapat Dijadikan Objek Kerjasama

No Urusan No Urusan No No

A pendidikan H kepemudaan dan o keluarga v pemberdayaan


olahraga berencana dan masyarakat dan
keluarga desa
sejahtera

B Kesehatan I penanaman p Perhubungan w Social


modal

C lingkungan J koperasi dan q komunikasi x kebudayaan


usaha kecil dan dan
13
No Urusan No Urusan No No

hidup menengah informatika

D pekerjaan K kependudukan r Pertanahan y Statistic


umum dan catatan sipil

E penataan L Ketenagakerjaan s kesatuan z Kearsipan dan


ruang bangsa dan Perpustakaan
politik dalam
negeri

F perencanaan M ketahanan t otonomi


pembangunan pangan daerah,
pemerintahan
umum,
administrasi
keuangan
daerah,
perangkat

G Perumahan N pemberdayaan u daerah,


perempuan dan kepegawaian,
perlindungan dan
anak persandian

Sumber : Diolah dari PP 38 / 2007

Sedangkan urusan pilihan adalah sebagai berikut :

Matriks Urusan Pilihan yang Dapat Dijadikan Objek Kerjasama

No Urusan No Urusan

A kelautan dan perikanan f Industry

B Pertanian g Perdagangan

C Kehutanan Ketransmigrasian

D Energi dan sumber daya mineral

E Pariwisata
Sumber : Diolah dari PP 38 / 2007

14
5. Bagaimana Menentukan Objek Yang Dapat Di kerjasamakan?

Perlu sebuah identifikasi berdasarkan kajian dengan menggunakan metode yang


ada - baik itu Capacity Building Need Assasment (CBNA) maupun Skenario
Kerjasama Antar Daerah (SKAD) untuk mendapatkan kebutuhan / objek yang akan
dikerjasamakan dan tentunya perlu diprioritaskan dan disinergiskan berdasarkan
perencanaan pembangunan daerah.

Teknik mengidentifikasi Objek yang dapat dikerjasamakan, akan di paparkan pada


bagian lampiran

6. Bagaimana Bentuk Organisasi KSAD?

Terkait bentuk organisasi dapat dilihat berdasarkan ketetapan yang telah diatur
dalam regulasi yaitu PP 50/2007, namun demikian pada saat ini bentuk organisasi
lain di luar PP 50 / 2007 juga dapat ditemukan. Panduan ini akan memperlihatkan
bentuk organisasi Kerja Sama Antar Daerah yang telah ada dan masih berjalan
dengan baik, tujuannya adalah sebagai perbandingan dengan pembentukan badan
kerja sama antar daerah menurut regulasi yang ada :

a. BKSAD / BKAD sebuah amanat dari PP 50 / 2007


Pada pasal 24 menjelaskan : “Dalam rangka membantu kepala daerah
melakukan
kerja sama dengan daerah lain yang dilakukan secara terus menerus atau
diperlukan waktu paling singkat 5 (lima) tahun, kepala daerah dapat membentuk
badan
kerja sama”. Badan kerja sama sebagaimana dimaksud adalah bukan
perangkat daerah.

a.1 Struktur Organisasi BKAD (contoh : SUBOSUKAWONOSRATEN)

15
a.2 Tugas Pokok dan Fungsi

BKAD Subosukawonosraten dipimpin oleh Koordinator BKAD yang dijabat


oleh Asisten 1 Bidang Pemerintahan Pemerintah Kota Surakarta.

Di dalam menjalankan BKAD, Koordinator dibantu oleh Sekretaris, Wakil


Sekretaris dan Urusan Umum serta Urusan Program dan Pelaporan yang
ditempati oleh staf Asisten 1 Bidang Pemerintahan dari Pemerintah Kota
Surakarta.

Untuk melaksanakan kerjasama di bidang pelayanan publik tersebut BKAD


berkoordinasi dengan SKPD terkait seperti di bidang kesehatan, lingkungan
hidup, pariwisata, transportasi dan lain – lain.

Di samping Sekretariat BKAD di Surakarta, di setiap kabupaten/kota juga


terdapat sub sekretariat yang juga ditempati oleh staf pemerintah
kabupaten/kota masing – masing anggota KSAD
SUBOSUKAWONOSRATEN.

BKAD memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut :

1. Badan kerja sama sesuai dengan tugasnya membantu Kepala Daerah untuk:
melakukan pengelolaan, monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan KSAD;
dan

16
2. memberikan masukan dan saran kepada Kepala Daerah masing-masing
mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan apabila ada
permasalahan.

a.3. Kewenangan BKAD adalah


Mengkoordinasi daerah-daerah anggota di dalam melakukan perencanaan
program kegiatan bersama

a.4. Sumber Pembiayaan

• Pembiayaan pelaksanaan KSAD dan/atau Badan Kerja Sama


Daerah menjadi tanggung jawab SKPD masing-masing.
• Pembiayaan bersumber dari lembaga non pemerintah dengan tetap
menyesuaikan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku

a.5. Personil / Sumber Daya Manusia

Pengisian personil BKAD bersumber dari PNS SKPD di wilayah yang


berketempatan menjadi sekretariat

b. Regional Managemen (RM) lahir atas Kebuhan Bersama dalam Semangat


Pengembangan Ekonomi Wilayah

RM adalah lembaga kerjasama antar daerah dalam pelaksanaan pembangunan


dan pemanfaatan potensi yang dimiliki masing-masing daerah dengan tujuan
untuk mensinergikan pelaksanaan pembangunan antar daerah serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan potensi sumber daya
daerah.

b.1. Struktur Organisasi Regional Managemen (contoh :


BARLINGMASCAKEB)

Sumber: Presentasi Regional Management Barlingmascakeb.

17
b.2. Tugas Pokok dan Fungsi

Masing – masing komponen RM mempunyai tugas dan fungsi sebagai


berikut:

• Forum Regional adalah pemilik kerjasama dan pengambil kebijakan


yang bersifat strategis dan memberikan arahan kepada dewan eksekutif.
• Dewan Eksekutif berfungsi sebagai kelompok pengarah atau steering
committee yang menterjemahkan kebijakan forum regional menjadi
program strategis Barlingmascakeb. Dewan Eksekutif ini juga bertugas
untuk melakukan penguatan internal organisasi agar kerjasama antar
daerah bisa berjalan secara efektif dan efisien.
• Regional Manager merupakan pelaksana harian (operasional) yang
melaksanakan program dan kegiatan KSAD Barlingmascakeb yang telah
ditentukan oleh forum regional dan dewan eksekutif.

b.3. Kewenangan RM

Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan melalui Forum Regional dan


Dewan Eksektif

b.4. Sumber Pembiayaan

• Tetap :
Sharing pendanaan dari APBD Kab/Kota anggota dengan menggunakan
pos Hibah
• Tidak Tetap :
Berdasarkan penawaran kerjasama dengan lembaga non pemerintah /
badan swasta

b.5. Personil / Sumber Daya Manusia

Pengisian personil berdasarkan masing-masing struktur terdiri dari PNS


pada struktur Forum Regional serta Dewan Eksektuif sedangkan pada
Regional Manager di isi oleh tenaga profesional

18
c. Sekretariat Bersama Lahir atas Kesadaran Bersama di Dalam Meningkatkan
Pelayanan Publik Lintas Batas

c.1. Struktur Organisasi Sekretariat Bersama (contoh : KERTAMANTUL)

DEWAN PENGARAH STRUKTUR DEWAN


PENGARAH

PEMBINA
Kepala Daerah
DIREKTUR
(Profesional)
PELAKSANA HARIAN
● Ketua (Sekda)
● Anggota (Sekda+ Ka.
Dinas/instansi terkait)

SEKRETARIAT
● Umum
Bagian Bagian
● Keuangan
Perencanaan Fasilitasi &
& MONEV Advokasi

UNIT
UNIT
OPERASIONAL
OPERASIONAL

Sumber: Presentasi Sekretariat Bersama KERTAMANTUL.

• Organisasi Sekretariat Bersama terdiri atas Ketua, Sekretaris, Bendahara


dan Anggota
• Ketua Sekber dijabat Sekretaris Daerah, Sekretaris Sekber dijabat Kepala
Bappeda, sedangkan Bendahara dijabat oleh Kepala Instansi Keuangan dari
masing-masing para pihak secara bergantian. Ketua, Sekretaris, Bendahara
berasal dari kabupaten atau kota yang sama
• Anggota adalah instansi teknis dari Kabupaten/Kota
• Dalam upaya memperlancar kegiatan, Sekretariat Bersama dapat dibantu
oleh staf sesuai dengan kebutuhan. Staf tersebut diangkat dari PNS atau non
PNS, yang diangkat dan diberhentikan oleh Ketua Sekretariat Bersama

19
c.2. Tugas Pokok dan Fungsi

Dewan Pengarah, memiliki tugas dan fungsi merumuskan kebijakan


bersama terhadap program atau kegiatan yang dapat dilakukan bersama
sehingga berkontribusi positif terhadap pembangunan di wilayahnya
masing-masing

Direktur, memiliki tugas dan fungsi mengkoordinasikan, mengawal serta


memfasilitasi di lapangan terkait kebijakan yang telah dirumuskan dan
dimandatkan oleh dewan pengarah. Dalam pelaksanaannya direktur dapat
dibantu staf professional serta tim teknis dari SKPD terkait

c.3. Kewenangan SEKBER

• Sekber memiliki kewenangan melakukan koordinasi dengan daerah


anggota di dalam melakukan perencanaan serta pengawasan program
bersama
• Melakukan fasilitasi di dalam mengidentifikasi kebutuhan serta
pembagian pembiayaan di dalam operasionalisasi kegiatan

c.4. Sumber Pembiayaan

Sumber pembiayaan bagi lembaga SEKBER adalah APBD dari daerah


masing-masing dengan menggunakan pos Hibah serta pos kegiatan
program yang sudah ada dari masing-msing SKPD terkait

c.5. Personil / Sumber Daya Manusia

Pada model Sekretariat Bersama sumber daya manusia yang digunakan


berasal dari PNS dan Staf Profesional. Koordinator Sekber berasal dari PNS
yang biasanya di duduki oleh Sekretaris Daerah yang berketempatan
menjadi Koordinator Sekber, sedangkan untuk menjalankan operasional
sehari-hari di lakukan oleh seorang staf professional dengan posisi sebgai
direktur

20
Matrix Perbandingan Model-Model Organisasi Kerjasama Antar Daerah

Bentuk Lembaga
No Aspek Regional Manager Sekretariat Bersama Badan Kerjasama Antar
Daerah
1 Struktur Forum Regional (FR) Dewan Pengarah Forum merupakan
Organisasi sebagai komisaris dan merupakan struktur struktur tertinggi
merupakan struktur tertinggi sebagai sebagai pengambil
tertinggi yang berperan pengambil kebijakan kebijakan yang terdiri
dalam pengambilan dan dari unsur pimpinan
kebijakan terdiri dari pengimplementasiannya daerah, dan
unsure pimpinan kepala dilaksanakan oleh pelaksanaanya akan
daerah. Dewan seorang Direktur dikoordinasikan oleh
Eksekutif (DE) beserta struktur coordinator beserta sub
penterjemah kebijakan bawahnya secretariat dibawahnya
FR menjadi kebijakan
strategis yang akan di
implementasikan oleh
Regional Manager (RM)
Positif Legitimasi terhadap Legitimasi terhadap Legitimasi terhadap
kesepakatan bersama kesepakatan bersama kesepakatan bersama
tinggi tinggi tinggi
Negatif Terlalu panjang apabila Potensi inisiatif dari Potensi inisiatif dari
tujuan yang diinginkan bawah menjadi rendah bawah menjadi rendah
adalah percepatan sangat besar sangat besar
pertumbuhan ekonomi
2 Sistem DE menterjemahkan Sekda tiap daerah Forum merumuskan
Prosedur kebijakan FR menjadi menyetujui atau kebijakan berdasarkan
Pengambilan kebijakan strategis dan menolak usulan yang di pertemuan yang
Keputusan kemudian dilaksanakan rumuskan oleh tim difasilitasi oleh
oleh Regional Manager teknis berdasarkan coordinator BKAD dan
(RM) sector masing-masing melalui meminta
yang dikoordinasikan persetujuan DPRD,
oleh direktur Sekber. kemudian hasil
Pelaksanaan dijalankan keputusan dilaksanakan
oleh masing-masing oleh Koordinator dan
SKPD melaluimonitoring SKPD yang terkait
direktur dan unit di
bawahnya
Positif Terjamin konsistensi Terjamin konsistensi Terjamin konsistensi
antara perencanaan antara perencanaan antara perencanaan
daerah dengan lembaga daerah dengan lembaga daerah dengan lembaga
kerjasama kerjasama kerjasama
Negatif Pada kondisi yang Pada kondisi yang Pada kondisi yang
memerlukan sebuah memerlukan sebuah memerlukan sebuah

21
Bentuk Lembaga
No Aspek Regional Manager Sekretariat Bersama Badan Kerjasama Antar
Daerah
respon yang cepat respon yang cepat respon yang cepat
menjadi tidak taktis, menjadi tidak taktis, menjadi tidak taktis,
efisien dan efektif efisien dan efektif efisien dan efektif
3 Kewenangan Menjalankan kebijakan Mengkoordinasikan Mengkoordinasikan
yang telah di gariskan serta memfasilitasi serta memfasilitasi
oleh FR dan DE perencanaan, perencanaan yang telah
sinkronisasi program dianggarkan melalui
SKPD
Positif Potensi percepatan Terminimalisir adanya Terminimalisir adanya
pembangunan wilayah, inefisiensi / program inefisiensi / program
dikarenakan rencana / yang sama antara sector yang sama antara sector
kebijakan yang di wilayah satu dengan di wilayah satu dengan
dirumuskan berbeda / yang lain terhadap yang lain terhadap
berdiri sendiri dengan program yang akan di program yang akan di
program SKPD pada laksanakan laksanakan
umumnya
Negatif 1. Bergantung pada Berpotensi pada Berpotensi pada
kebijakan yang lambatnya progress lambatnya progress
dirumuskan, kalau pengembangan pengembangan
rumusan kebijakan terhadap suatu wilayah terhadap suatu wilayah
tidak progress
hasilnya pun akan
lambat dan
sebaliknya
2. Berpotensi tumpang
tindih terhadap
program di SKPD
4 Pembiayaan 1. Bersumber dari 1. Bersumber dari APBD 1. Bersumber dari
APBD pada pos berdasarkan pos APBD Hibah,
Hibah dan pos hibah, pos kegiatan di Bantuan sosial dan
dimasing-masing SKPD terkait bantuan keuangan
SKPD 2. Bersumber dari daerah
2. Bersumber dari lembaga/pihak ketiga 2. Bersumber dari
lembaga/pihak lembaga/pihak
ketiga ketiga
Positif Mendukung Mendukung Mendukung
implementasi program implementasi program implementasi program
dan berjalannya dan berjalannya dan berjalannya
kelembagaan secara kelembagaan secara kelembagaan secara
baik baik baik
Negatif Berpotensi terhadap Berpotensi terhadap Berpotensi terhadap
penyimpangan penyimpangan penyimpangan
pengelolaan keuangan pengelolaan keuangan pengelolaan keuangan

22
Bentuk Lembaga
No Aspek Regional Manager Sekretariat Bersama Badan Kerjasama Antar
Daerah
yang bersumber dari yang bersumber dari yang bersumber dari
APBD lebih dikarenakan APBD lebih dikarenakan APBD lebih dikarenakan
regulasi terkait regulasi terkait regulasi terkait
pembiayaan KSAD pembiayaan KSAD pembiayaan KSAD
secara spesifik belum secara spesifik belum secara spesifik belum
tersedia tersedia tersedia
5 Sumber Pada level kebijakan Pada level kebijakan Pada level kebijakan
Daya SDM bersumber dari SDM bersumber dari SDM bersumber dari
Manusia PNS PNS PNS
Pada level pelaksna Pada level pelaksana Pada level pelaksana
harian dan koordinasi harian dan koordinasi harian dan koordinasi
bersumber dari tenaga bersumber dari tenaga bersumber dari PNS
professional/swasta professional/swasta
dan PNS
Positif Lebih dinamis dan Stabil, karena pelaksana Tidak banyak perubahan
progresif antara harian adalah tenaga pada budaya kerja serta
perencanaan dan professional menjadikan komunikasi kerja
pengimplementasiannya lebih fokus tidak sehingga memudahkan
terbebankan dengan di dalam melaksanakan
tanggungjawab tupoksi koordinasi
yang melekat di setiap
sektor
Negatif Kalau kewenangan nya Disesuaikan Lambat dikarenakan
terbatas dan tidak kewenangannya, kalau beban kerja lain yang
mendukung percepatan, kewenangannya kecil berpotensi melekat
berakibat pada lambat sekedar menjalankan pada staf dikarenakan
serta menurunnya fungsi koordinasi, statusnya PNS
kinerja staf profesional tenaga professional
yang tersedia menjadi
tidak efisien
6 Ruang Penekanan pada sector Penekanan pada sector Penekanan pada sector
Lingkup pengemabangan penyelenggaran penyelenggaran
Program ekonomi wilayah pelayanan public pelayanan public
(transportasi, (transportasi,
Pada kasus SAMPAN, lingkungan, pendidikan, lingkungan, pendidikan,
sudah mulai di kesehatan dsb) kesehatan dsb)
introduksi POKJA
terkait kerjasama Pada kasus
penyelenggaraan pada SUBOSUKAWANSRATEN
sector pelayanan public penekanan pada sektor
seperti sampah dan ekonomi dengan
pelayanan dasar pada melahirkan sebuah
wilayah perbatasan lembaga yang bernama

23
Bentuk Lembaga
No Aspek Regional Manager Sekretariat Bersama Badan Kerjasama Antar
Daerah
PT Soloraya sebagai
implementatornya
Positif Sejalan dengan prioritas Menjadi pendukung Menjadi pendukung
pembangunan di dalam pembangunan dalam pembangunan
wilayahnya yang wilayah yang bertumpu wilayah yang bertumpu
mengarah pada pada pertumbuhan pada pertumbuhan
pertumbuhan ekonomi ekonomi selaras dengan ekonomi selaras dengan
peningkatan kualitas peningkatan kualitas
penyelenggaraan penyelenggaraan
pelayanan publik pelayanan public
Negatif Percepatan Berpotensi tidak fokus Berpotensi tidak fokus
pengembangan pada pelaksanaan pada pelaksanaan
ekonomi wilayah yang penyelenggaraannya penyelenggaraannya
terjadi berpotensi tidak dikarenakan banyaknya dikarenakan banyaknya
diimbangi oleh urusan pelayanan dasar urusan pelayanan dasar
penyelenggaraan yang melekat dan yang melekat dan
pelayanan publik dasar menjadi kewajiban pada menjadi kewajiban pada
lainnya pemerintah daerah pemerintah daerah

Sumber: Diolah kembali dari berbagai sumber.

7. Apa Keuntungan Membentuk KSAD ?

a. Daerah-daerah yang membentuk KSAD secara alami akan dapat membentuk


kekuatan yang lebih besar sehingga kekuatan masing-masing daerah dapat
disinergikan untuk hadapi ancaman lingkungan, social, ekonomi, budaya
maupun politik.
b. Daerah-darah yang membentuk KSAD akan secara bersama-sama meraih
kemajuan yang lebih baik secara bersama. Ini dikarenakan dengan kerjasama,
masing-masing daerah dapat saling mentransfer sumberdaya baik berupa
pendanaan, sumber daya manusia (kepandaian, ketrampilan dan informasi),
serta sumber daya alam.
c. Daerah – daerah yang membentuk KSAD akan memiliki posisi tawar yang lebih
baik, dibandingkan ketika mereka berjalan sendiri-sendiri. Sehingga daerah-
daerah memiliki kekuatan di dalam menegosiasikan kepentingannya baik itu
pada struktur pemerintahan yang lebih tinggi maupun kepada lembaga berbadan
hokum dari dalam maupun luar negeri.

24
d. Daerah-daerah yang membentuk KSAD mampu meminimalisir konflik horizontal
maupun konflik yang dapat disebabkan oleh kompetisi antar wilayah yang
mengedapankan priomordialisme.
e. Daerah-daerah yang membentuk KSAD dapat melakukan Economies of scale
dan economies of scope melalui Cross Boundary Leveraging (sinergi dan
komplementasi): penyediaan pelayanan publik bersama, kerjasama lintas
pemasaran.
f. Daerah-daerah yang membentuk KSAD dapat melakukan Efisiensi sumber daya
dengan menghindari duplikasi pelayanan
g. Dan keuntungan lainnya adalah adanya Sharing of risk and benefit

8. Bagaimana Sistem Monitoring dan Evaluasi Kinerja KSAD?

a. Prinsip – prinsip Dasar Sistem Evaluasi

Penyelenggara Kerja Sama Antar Daerah terlebih dahulu harus memahami


prinsip-prinsip dasar pengembangan system evaluasi sebelum membangun dan
menerapkan KSAD. Prinsip tersebut antara lain :
• Sederhana dan mudah dikontrol
• Kapasitas evaluasi yang kuat
• Informasi yang terbuka dan dapat dievaluasi
• Adanya penghargaan terhadap kinerja
• Kejelasan status evaluasi
Dengan memahami prinsip-prinsip dasar tersebut, diharapkan instrument
monitoring dan evaluasi nantinya akan lebih aplikatif dan bermanfaat bagi
pengembangan KSAD

b. Data dasar (Base Line) KSAD

Hal lain yang juga perlu disiapkan adalah data dasar terkait sektor atau objek
yang akan dikerjasamakan. Data dasar ini menjadi penting untuk dapat menjadi
pijakan awal terhadap suatu wilayah yang akan atau sedang melakukan KSAD
sehingga kedepan paska kerjasama - penyelenggara, masyarakat atau
pemangku kepentingan lainnya dapat melihat perubahan dan perbedaan yang
terjadi terhadap objek yang dikerjasamakan – sebelum dan sesudahnya.

Data dasar yang dibutuhkan adalah penggambaran kondisi regional baik dari
segi potensi maupun kendala dan limitasi dari semua sektor dan aspek, misalnya
sektor fisik, ekonomi, sosial budaya, sumberdaya, dan sebagainya. Tentunya
penggalian data dasar tersebut disesuaikan relevansinya dengan objek yang
akan dikerjasamakan. Oleh karena itu penyusunan data dasar baik yang
berbentuk statistik maupun grafis adalah kebutuhan bagi penyelenggaraan
KSAD .
25
c. Merumuskan Indikator Kinerja

Tentunya program kerja sama yang dilakukan diharapkan dapat membuahkan


dampak positif bagi masyarakat, pemerintah maupun sektor swasta. Untuk itu
perlu di pahami secara bersama , Indikator apa yang perlu dirumuskan,
ketika program kerja sama tersebut dikatakan berhasil ? dan bagaimana
indikator kinerjanya ketika KSAD dinilai telah memiliki kinerja yang baik?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, ada baiknya perlu dipahami


terlebih dahulu mengenai pengertian terhadap indikator kinerja.

Indikator Kinerja adalah uraian ringkas dengan menggunakan ukuran kuantitatif


ataupun kualitatif yang mengindikasikan pencapaian suatu sasaran atau tujuan
yang telah disepakati dan ditetapkan(Solihin,2008). Sedangkan menurut
pemahaman yang diperkenalkan oleh Lembaga Administrasi Negara (LAN),
adalah Gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan /
program / kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi
organisasi (LAN, 1999:3)

Manfaat dari sebuah indikator kinerja adalah :


• Sebagai dasar penilaian kinerja, baik dalam tahapan perencanaan (ex-ente),
pelaksanaan (on-going), maupun setelah (ex-post)
• Sebagai petunjuk kemajuan dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran

Dimana Posisi Kedudukan Indikator Kinerja dalam Kerja Sama Antar


Daerah ?

PERENCANAAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN DAN


EVALUASI

INDIKATOR KINERJA

KUALITATIF KUANTITATIF

SASARAN DAN TUJUAN

KERJA SAMA ANTAR DAERAH

Sumber: Diolah kembali dari berbagai sumber

26
Sebagai ilustrasi sebuah rangkaian program secara menyeluruh dapat dilihat
pada alur di bawah ini, dari gambar ini kemudian kita bisa mengurai masing-
masing indicator yang di sepakati dalam Kerja Sama Antar Daerah

Alur rangkaian Program

INPUT OUTPUT HASIL MANFAAT DAMPAK RPJPD/RPJPN/MDG’S

Sumber: Diolah kembali dari Presentasi Poppe (2009)

Masing-masing tahap dimaknai sebagai berikut :

Masukan/Input di maknai sebagai kegiatan dan sumberdaya/dana yang


dibutuhkan agar keluarannya sesuai dengan yang diharapkan

Keluaran/Output di maknai sebagai suatu keluaran yang langsung


diperoleh/dicapai dari pelaksanaan kegiatan

Hasil/Outcome dimaknai sebagai segala sesuatu yang mencerminkan


berfungsinya suatu keluaran

Manfaat/Benefit dimaknai sebagai sesuatu yang diperoleh dengan berfungsinya


keluaran secara optimal

Dampak/Impact dimaknai sebgai pengaruh yang ditimbulkan dari manfaat yang


diperoleh dari hasil kegiatan dan menggambarkan aspek makro tujuan program
secara sektoral, regional, nasional maupun global

Selanjutnya masing-masing tahap tersebut bisa diidentifikasi indikator kinerjanya


sebagai contoh :

Indikator kinerja Input, indikator ini mengukur jumlah sumber daya seperti
anggaran (dana), SDM, peralatan, material dan masukan lainnya yang dapat
dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan. Dengan demikian kita bisa
meninjau distribusi sumberdaya dan kemudian dianalisis apakah alokasi
sumberdaya yang dimiliki telah sesuai dengan rencana stratejik yang telah
ditetapkan. Misalnya :

27
• Jumlah alokasi anggaran yang dibutuhkan
• Sumberdaya manusia yang terlibat
• Peralatan / infrastruktur apa saja yang digunakan

Indikator kinerja Output, indikator ini dijadikan landasan untuk menilai


kemajuan suatu kegiatan apabila tolak ukur dikaitkan dengan sasaran kegiatan
yang terdefinisi dengan baik dan terukur, untuk itu indikator ini harus sesuai
dengan lingkup dan sifat kegiatan sektor yang dikerjasamakan, misalnya :
• Jumlah penerima manfaat dari pengelolaan sampah bersama
• Jumlah pasien terhadap jasa kesehatan yang dikelola bersama
• Jumlah pembangunan infrastruktur (jalan,jembatan) yang dikerjakan bersama
• Jumlah pegusaha yang menerima manfaat dari expo bisnis yang
diselenggarakan bersama

Indikator kinerja Hasil/Outcome, Indikator ini lebih utama dibandingkan


sekedar output, karena tidak selalu hasil/outcome dari suatu kegiatan tercapai
walaupun keluaran/output dari kegiatan tersebut tercapai. Hasil
menggambarkan tingkat pencapaian yang lebih tinggi yang dapat menyangkut
kepentingan banyak pihak. Dengan indikator hasil, masyarakat atau pemerintah
daerah yang terlibat dapat mengetahui apakan hasil yang telah diperoleh dalam
bentuk output memang dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan
memberikan kegunaan yang besar bagi masyarakat. Sebagai contoh ukuran
kinerja indikator hasil adalah :

Jumlah % hasil langsung dari kegiatan :


• Tingkat pemahaman peserta terhadap materi pelatihan Kerja Sama Antar
Daerah
• Tingkat kepuasan pasien yang dilayani dalam puskesmas

Peningkatan langsung hal-hal positif


• Peningkatan pendapatan UMKM di wilayah yang melakukan kerjasama antar
daerah
• Peningkatan kualitas pelayanan pendidikan di wilayah perbatasan
• Perbaikan pengelolaan wisatawan di wilayah Danau Toba

Penurunan langsung hal-hal negatif


• Penurunan angka pasien yang tidak tertangani di wilayah SAMPAN
• Penurunan pembuangan limbah cair dan padat ke sungai di wilayah
KERTAMANTUL

Indikator kinerja Manfaat/Benefit, indikator ini menggambarkan manfaat yang


diperoleh dari indikator hasil/outcome. Umumnya manfaat tersebut baru tampak

28
setelah beberapa waktu kedepan, khususnya dalam rentang waktu menengah
atau rentang waktu yang relatif lebih panjang. Dalam indikator manfaat
menunjukan hal yang diharapkan untuk dicapai bila keluaran dapat diselesaikan
dan berfungsi dengan optimal . Sebagai contoh :
Peningkatan hal yang positif dalam rentang waktu menengah atau panjang
seperti
• % Kenaikan lapangan kerja
• % Peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat
• % Penurunan angka gizi buruk
• % Peningkatan kelulusan siswa (SD, SMP, SMA)

Indikator kinerja Dampak/Impact, indikator ini memperlihatkan pengaruh yang


ditimbulkan dari manfaat hasil kegiatan sebuah kerja sama antar daerah
(misalnya). Seperti halnya indikator manfaat, indikator dampak juga baru dapat
diketahui dalam rentang waktu menengah atau panjang. Indikator dampak
menunjukan dasar pemikiran mengapa kegiatan dilaksanakan, menggambarkan
aspek makro pelaksanaan kegiatan, tujuan kegiatan secara sektoral, regional,
nasional dan global. Sebgai contoh :
• % kenaikan pendapatan perkapita masyarakat di wilayah yang melakukan
kerjasama
• Peningkatan PDRB sector tertentu di wilayah BARLIGMASCAKEB
• Penurunan tingkat kemiskinan di wilayah KEDUNGSEPUR
• Penurunan tingkat pengangguran di wilayah kerjasama

Dari semua indikator tersebut, hal yang juga perlu diperhatikan adalah, Indikator
kinerja yang dirumuskan harus bersifat SMART.
• Spesific: Jelas, tidak mengundang multi interpretasi
• Measurable: Dapat diukur
• Achaiviable: Dapat dicapai
• Relevant: Sesuai dengan kebutuhan program
• Timely: Tepat waktu

Dari penjelasan di atas selanjutnya bisa dimanfaatkan dalam proses melakukan


monitoring dan evaluasi terhadap program kerja sama antar daerah dengan
mengacu pada indikator-indikator yang telah ditetapkan. Apakah tercapai 100%
indikator-indikator tersebut, baru tercapai 50% atau tidak tercapai sama sekali.

Hasil mempertemukan antara rencana, proses serta hasil keseluruhan program


tersebutlah, menghasilkan sebuah kesimpulan terhadap program yang sudah
dilaksanakan. Apakah program kerjasama tersebut sudah berhasil mencapai
tujuannya, belum berhasil atau program kerjasama terebut gagal

29
d. Siapa yang melakukan monitoring dan evaluasi ?

Dalam Kerja Sama Daerah telah diatur oleh Permendagri no 23 tahun 2009
terkait tentang pembinaan dan pengawasan Kerja Sama Antar Daerah, dimana
dalam pelaksanaan pembinaan serta pengawasan Mendagri membentuk
Sekretariat Bersama. Sekretariat Bersama ini terdiri dari unsur Departemen
Dalam Negeri, Wakil dari Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen
terkait serta Tenaga Professional.

Sedangkan pada level provinsi Gubernur dibantu oleh Tim Teknis Kerja Sama
Daerah (TKKSD) didalam melakukan pembinaan dan pengawasan.
Keanggotaan TKKSD meliputi atas Sekretaris Daerah, Asisten yang membidangi
kerja sama daerah, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Kepala
Badan/Kepala Biro yang membidangi kerja sama daerah, Kepala Biro Hukum,
Kepala Biro Pemerintahan, Kepala SKPD yang membidangi keuangan dan
pengelolaan aset, dan SKPD teknis yang terkait objek kerja sama daerah

Namun demikian seraca umum bahwasanya seluruh penyelenggaran


pemerintah daerah terlebih menggunakan dan mengelolan keuangan yang
bersumber dari APBD - pembinaan, pengawasan serta evaluasi sudah diatur ke
dalam peraturan tersendiri diantaranya PP No 79 tahun 2005 Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, Peraturan
Pemerintah No 6 tahun 2008, Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah dan Permendagri No 23 tahun 2007 Pedoman Tatacara Pengawasan
Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Oleh karena itu, terkait pengawasan
dan evaluasi, pemerintah daerah yang bekerjasama, maupun pihak-pihak lain
yang terlibat perlu melakukan harmonisasi regulasi, agar tidak terjadi
perbenturan material serta tumpang tindih dengan aparat pengawas internal
pemerintah (APIP) yang memiliki fungsi pembinaan dan pengawasan.

Sedangkan dari pihak-pihak di luar pemerintah yang memiliki konsern terhadap


pembangunan daerah melalui kerja sama antar daerah, dapat juga melakukan
pengawasan serta evaluasi dengan mengacu pada indikator kinerja yang telah
dirumuskan bersama. Dan wadah yang mengakomodir pihak-pihak tersebut
dapat berupa kelompok kerja (POKJA) atau forum jejaring lainnya.

30
C. TAHAPAN PEMBENTUKAN ORGANISASI KSAD

1. Beredasarkan Regulasi Permendagri 22 / 2009

Berdasarkan regulasi Permendagri 22 / 2009, telah diatur terkait tahapan-tahapan


bagi daerah di dalam melakukan kerjasama baik dengan pemerintah daerah lain,
dengan lembaga non departemen maupun lembaga berbadan hukum. Di bawah ini
akan di gambarkan tahapn-tahapan tersebut terkait dengan kerjasama antar
pemerintah daerah. Sedangkan untuk tahapan kerjasama dengan lembaga non
departemen serta badan hukum dapat dilihat pada lampiran.

Matriks Tahapan Tata Cara Kerja Sama

No Tahapan Uraian Keluaran

1 Persiapan a. Pembentukan Tim Koordinasi Kerja Sama


Daerah (TKKSD). SK TKKSD

b. Inventarisasi objek kerja sama yang akan


dikerjasamakan dan menjadi
kewenangan Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Kabupaten/Kota, berpedoman Objek
pada Rencana Pembangunan Jangka kerjasama
Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana teridentifika
Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) sesuai si
dengan prioritas yang ditetapkan. Dalam hal
objek kerja sama belum ada dalam RPJMD,
maka objek yang akan dikerjasamakan wajib
dicantumkan dalam RKPD sesuai dengan
prioritas.

c. Penyiapan rencana kerja sama:


1. menyusun rencana kerja sama terhadap Dokumen
objek yang akan dikerjasamakan dengan
Rencana
daerah lain;
Kerjasama
2. menyiapkan informasi dan data yang
lengkap mengenai objek yang akan
dikerjasamakan; dan
3. analisis mengenai manfaat dan biaya kerja
Prioritas objek
sama yang terukur bahwa objek kerja
yang akan di
sama lebih bermanfaat apabila
kerjasamakan
dikerjasamakan dengan daerah lain
daripada dikelola sendiri.

31
No Tahapan Uraian Keluaran

2 Penawaran a. Menentukan prioritas objek yang akan


dikerjasamakan.

b. Memilih daerah dan objek yang akan Terpilih daerah


dikerjasamakan. objek yang akan
dikerjasamakan

c. Menawarkan objek yang akan


dikerjasamakan melalui surat penawaran:
1. Gubernur dengan Gubernur, tembusan
suratnya disampaikan kepada Menteri
Dalam Negeri, Departemen/Pimpinan
Surat Penawaran
LPND terkait dan DPRD dari daerah yang
Kerjasama
menawarkan.
2. Gubernur dengan Bupati/Walikota dalam
satu Provinsi atau di luar Provinsi,
tembusan suratnya disampaikan
kepada Menteri Dalam Negeri,
Departemen/Pimpinan LPND terkait
dan DPRD dari daerah yang
menawarkan.
3. Bupati/Walikota dengan
Bupati/Walikota dalam satu Provinsi,
tembusan suratnya disampaikan
kepada Gubernur, Menteri Dalam
Negeri, Departemen/Pimpinan LPND
terkait dan DPRD dari daerah yang
menawarkan.
4. Bupati/Walikota dengan
Bupati/Walikota dari Provinsi yang
berbeda, tembusan suratnya
disampaikan kepada masing-masing
Gubernur, Menteri Dalam Negeri,
Departemen/Pimpinan LPND terkait
dan DPRD dari daerah yang
menawarkan.

d. Surat penawaran kerja sama Kepala Daerah


sekurang-kurangnya memuat:
1. Objek yang akan dikerjasamakan;
2. Manfaat kerja sama terhadap
pembangunan daerah;
3. Bentuk kerja sama;
32
No Tahapan Uraian Keluaran

4. Tahun anggaran dimulainya kerja sama;


5. Jangka waktu kerja sama.
Dalam surat penawaran kerja sama
dilampirkan informasi dan data yang
Surat Jawaban
dapat berupa kerangka acuan/proposal
objek yang akan dikerjasamakan. atas Surat
Penawaran
e. Kepala Daerah setelah menerima jawaban
tawaran rencana kerja sama dari daerah
lain dibahas dengan TKKSD, selanjutnya
memberikan jawaban tertulis atas rencana
kerja sama.
3 Penyiapan a. Setelah menerima jawaban persetujuan,
Kesepakatan TKKSD masing-masing segera membahas
rencana KSAD dan menyiapkan Kesepakatan
Bersama.
Dokumen
b. Kesepakatan Bersama merupakan pokok
pokok kerja sama yang memuat: Kesepakatan
1. Identitas para pihak; Bersama
2. Maksud dan tujuan;
3. Objek dan ruang lingkup kerja sama;
4. Bentuk kerja sama;
5. Sumber biaya;
6. Tahun anggaran dimulainya pelaksanaan
kerja sama;
7. Jangka waktu berlakunya kesepakatan
bersama, paling lama 12 bulan;
8. dan Rencana kerja yang memuat:
a) Jangka waktu penyusunan rancangan
perjanjian kerja sama masing-masing
TKKSD yang merupakan tindak lanjut
dari kesepakatan bersama.
b) Tanggal pembahasan bersama
rancangan perjanjian kerja sama oleh
TKKSD masing-masing.
c) Jadwal penandatanganan perjanjian
KSAD. Rencana kerja tersebut
dijadikan lampiran dalam
kesepakatan bersama dan
ditandatangani oleh masing-masing
kepala daerah.

33
No Tahapan Uraian Keluaran

4 Penandatanganan a. Kesepakatan Bersama antar daerah


Kesepakatan ditandatangani oleh masing-masing Kepala
Daerah.
b. Penanda tanganan kesepakatan bersama
dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan Naskah
para pihak dan dapat disaksikan oleh Kesepakatan
Menteri Dalam Negeri dan Bersama
Menteri/Pimpinan LPND yang terkait
dengan objek kerja sama.
5 Penyiapan a. TKKSD masing-masing daerah menyiapkan
Perjanjian rancangan perjanjian kerja sama yang
memuat paling sedikit:
1. Subjek kerja sama;
2. Objek kerja sama; Naskah
3. Ruang lingkup kerja sama; Perjanjian
4. Hak dan kewajiban; Kerjasama
5. Jangka waktu kerja sama;
6. Keadaan memaksa/force majeure;
Penyelesaian perselisihan; dan
7. Pengakhiran kerja sama.
Dalam perjanjian kerja sama, Kepala
Daerah dapat menyatakan bahwa
pelaksanaan yang bersifat teknis ditangani
oleh Kepala SKPD.
b. Dalam menyiapkan rancangan perjanjian
kerja sama, dapat meminta bantuan
pakar/tenaga ahli dan atau berkonsultasi
dengan Departemen Dalam Negeri dan
Departemen/Lembaga Pemerintah Non
Departemen yang terkait.
c. Setelah ada kesepakatan, TKKSD
menyiapkan rancangan akhir perjanjian
KSAD. Ketua TKKSD masing-masing
memberikan paraf pada rancangan
perjanjian KSAD dan menyerahkan kepada
Kepala Daerah masing-masing untuk
ditandatangani dengan memperhatikan
jadwal yang ditetapkan dalam rencana
kerja. Materi perjanjian kerja sama yang
telah disepakati dituangkan dalam format
perjanjian kerjasama sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

34
No Tahapan Uraian Keluaran

6 Penandatanganan a. Perjanjian kerjasama antar daerah


perjanjian ditandatangani oleh Kepala Daerah. Naskah
b. Tempat dan waktu penandatanganan Perjanjian
perjanjian kerja sama ditetapkan sesuai Kerjasama
kesepakatan dari para pihak. Antar Daerah

7 Pelaksanaan a. Dalam pelaksanaan kerja sama harus


memperhatikan rencana kerja yang telah
disepakati. Perjanjian KSAD yang jangka Tercapainya
waktunya lebih dari 5 tahun dan atas Tujuan yang Di
persetujuan bersama, dapat dibentuk badan rencanakan
kerja sama daerah.
Bersama dalam
3. Badan kerja sama sesuai dengan
Naskah
tugasnya membantu Kepala Daerah
untuk: melakukan pengelolaan,
monitoring dan evaluasi atas
pelaksanaan KSAD; dan
4. memberikan masukan dan saran
kepada Kepala Daerah masing-masing
mengenai langkah-langkah yang harus
dilakukan apabila ada permasalahan.
b. Biaya pelaksanaan KSAD dan/atau Badan
Kerja Sama Daerah menjadi tanggung
jawab SKPD masing-masing.
c. Dalam pelaksanaan KSAD, dapat dilakukan
perubahan materi perjanjian/adendum
atas persetujuan bersama Kepala Daerah.
Apabila materi perubahan/adendum
menyebabkan atau mengakibatkan
penambahan pembebanan APBD atau
masyarakat, maka penambahan
pembebanan harus dimintakan persetujuan
DPRD.
d. Dalam pelaksanaan perjanjian kerja sama
terjadi keadaan memaksa/force majeure
yang mengakibatkan hak dari Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota yang harus
diterima berkurang atau tidak ada,
Kepala Daerah memberitahukan secara
tertulis kepada Ketua DPRD masing-masing
disertai dengan penjelasan mengenai:
1. keadaan memaksa/force majeure yang

35
No Tahapan Uraian Keluaran

terjadi; dan
2. hak dari Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota yang telah
diterima dan/atau yang tidak bisa
diterima setiap tahun atau pada saat
berakhirnya KSAD.
e. 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya
perjanjian KSAD, masing- masing SKPD yang
melakukan KSAD dibantu oleh badan kerja
sama dan dapat didampingi oleh tim
penilai eksternal untuk melakukan
inventarisasi dan penilaian secara finansial
terhadap:
1. barang bergerak dan tidak bergerak
yang terkait dengan perjanjian KSAD;
2. kewajiban atau utang yang menjadi
beban KSAD.
f. Hasil penilaian dilaporkan kepada Kepala
Daerah melalui SKPD masing-masing.
Terhadap barang bergerak dan tidak
bergerak dimaksud pada huruf e point 1,
pembagiannya dapat dilaksanakan:
1. dijual kepada para pihak yang melakukan
KSAD; dan
2. dijual melalui lelang terbuka.
Hasil penjualan barang bergerak dan tidak
bergerak sebagaimana dimaksud pada huruf
f setelah dikurangi kewajiban atau hutang
yang menjadi beban KSAD, dibagi
berdasarkan perimbangan hak dan
kewajiban dalam perjanjian KSAD.
g. Hasil KSAD yang berupa barang dilaporkan
oleh Kepala Daerah kepada Ketua DPRD.

Sumber: Di olah kembali dari Permendagri 22 / 2009

36
2. Rumusan Pengalaman Pembentukan Organisasi KSAD Yang
Telah Ada

Sebagai refrensi panduan ini juga menampilkan tahapan-tahapan yang merupakan


rumusan dari pengalaman pembuatan kelembagaan KSAD di beberapa wilayah,
tahapan-tahapan ini bersifat dinamis, artinya berdasarkan kebutuhan dan kapasitas
daerah masing-masing sehingga tidak selalu harus menjadi sebuah urutan yang
sequence

N0 Tahapan Uraian Kegiatan Metode Keluaran

1 Membangun komitmen Mempresentasikan • Seminar, Dukungan Kepala


pimpinan-pimpinan wacana / isu Kerja Daerah dan pihak-
daerah Sama Antar Daerah • Lokakarya, pihak terkait
• Rapat
koordinasi

2 Pembentukan Tim Kerja / • Merumuskan Diskusi • SK Tim Kerja /


Tim Teknis rencana kerja Kelompok Tim Teknis
persiapan Terfokus
pembentukan Kerja • Rencana Kerja
Pihak-pihak
Sama Antar Daerah
yang Akan
• Mengidentifikasi Terlibat
pihak-pihak terkait
3 Identifikasi Objek yang Pengumpulan data-data • Observasi dan Prioritas Objek
Dapat Dikerjasamakan yang relevan Pengumpulan Kerjasama
data sekunder
Melakukan analisa data
• Diskusi
Mengidentifikasi
Kelompok
prioritas kebutuhan dan
Terfokus
kegiatan bersama
dengan
menggunakan
teknik
penjajakan
yang
disepakati
(CBNA,
SKAD,
COMPAS,
REDSP,
PACTA)

37
N0 Tahapan Uraian Kegiatan Metode Keluaran

4 Kajian Kelembagaan Analisa kelembagaan Diskusi • Draft Alternatif


yang tepat berdasarkan Kelompok Struktur
kebutuhan dan Terfokus Kelembagaan
kapasitas daerah-
• Draft Standar
daerah yang
Operasional
bekerjasama Prosedur

5 Drafting Naskah Merumuskan draft • Diskusi • Draft


Kesepakatan / Perjanjian naskah kesepakatan Kelompok Kesepakatan
Kerjasama atau perjanjian Terfokus Bersama
kerjasama yang
• Konsinyering • Draft Perjanjian
meliputi Objek
Kerja Sama
kerjasama, hak –
kewajiban masing-
masing pihak, rentang
waktu kerjasama,
pembiayaan,mekanism
e pengawasan dan
evaluasi serta
penyelesaian
perselisihan

6 Penandatanganan Masing-masing kepala Seminar Naskah


Naskah Kesepakatan / daerah Kesepakatan /
Perjanjian Kerjasama menandatangani Perjanjian
naskah kesepakatan / Kerjasama
perjanjian yang telah Ditandatangani
disiapkan. Naskah ini
merupakan hasil
rumusan tim teknis
dengan melewati
proses masukan dari
berbagai pihak

38
N0 Tahapan Uraian Kegiatan Metode Keluaran

7 Rapat Koordinasi Merumuskan rencana • Diskusi Rencana Strategis


Perencanaan Strategis strategis Kerja Sama Kelompok Kerja Sama Antar
Kerja Sama Antar Daerah Antar Daerah dengan Terfokus Daerah
mensinergiskan
terhadap Rencana • Lokakarya
Pembangunan Daerah
lainnya (RPJP, RPJMD
dan RKPD) membahas
misi, visi, nilai bersama,
isu strategis.

8 Rapat Koordinasi / Kerja Merumuskan rencana Diskusi Dokumen Rencana


Pemantapan kerja dan Kelompok Kerja dan anggaran
Perencanaan dan penganggaran Terfokus terhadap objek
penganggaran Objek terhadap Objek yang yang
Kerjasama akan dikerjasamakan dikerjasamakan
dan telah
Masing-masing anggota terintegrasikan
menyesuaikan dengan rencana
perencanaan dan penganggaran
penganggaran terhadap daerah tahunan
objek kerjasama di
sesuaikan dengan
rencana kerja di
masing-masing daerah
(SKPD)

9 Rapat Koordinasi / Kerja Mengidentifikasi Diskusi Sistem Monitoring


Perumusan Sistem indicator keberhasilan Kelompok dan evaluasi Kerja
Monitoring dan Evaluasi terhadap program yang Terfokus Sama Antar Daerah
dikerjasamakan

Sumber: Diolah kembali dari Berbagai Pengalaman

39
D. TEKHNIK PENYUSUNAN NASKAH PERJANJIAN KERJASAMA DAN
PERATURAN BERSAMA
1. Naskah Perjanjian Kerjasama
Dalam Permendagri No 3 tahun 2009 telah mengatur tentang tata cara pembuatan naskah
bagi pemerintah Kab / kota. Terkait dengan Naskah surat perjanjian dapat dilihat sebagai
berikut :

NASKAH SURAT PERJANJIAN.

1. Pengertian.
Surat Perjanjian adalah naskah dinas yang berisi suatu kesepakatan bersama yang mengikat antara pihak-pihak
tertentu untuk melakukan tindakan/ perbuatan hukum yang telah disepakati bersama.
2. Susunan
Surat Perjanjian terdiri atas :
a. Kepala Surat Perjanjian;
b. Isi Surat Perjanjian;
c. Bagian Akhir Surat Perjanjian
Ad. a. Kepala Surat Perjanjian terdiri atas :
1) Tulisan “Surat Perjanjian” yang ditempatkan ditengah lembar naskah dinas;
2) Nomor dan tahun;
3) Tulisan “Tentang”;
4) Judul Surat Perjanjian.
Ad. b. Isi Surat Perjanjian terdiri atas :
1) Hari, Tanggal, Bulan dan Tahun serta tempat pembuatan;
2) Nama, pangkat, NIP (bagi PNS), pekerjaan dan alamat pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian;
3) Permasalahan-permasalahan yang diperjanjikan, dirumuskan dalam bentuk uraian atau dibagi dalam
pasal-pasal dan dikemukakan yang menyangkut hak dan kewajiban dari masing-masing pihak serta
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
4) Sanksi – sanksi Hukum;
5) Penyelesaian-penyelesaian.
Ad. c. Bagian Akhir Surat Perjanjian terdiri atas :
1) Tulisan “Pihak ke ……..”;
2) Nama jabatan pihak-pihak yang membuat perjanjian;
3) Tanda tangan pihak-pihak yang membuat perjanjian;
4) Materai;
5) Nama jelas pihak-pihak penandatangan;
6) Pangkat dan NIP bagi PNS;
7) Stempel Jabatan/Instansi;
8) Saksi-saksi (nama jelas dan tandatangan).
3. Penandatanganan.
a. Surat Perjanjian yang ditandatangani oleh Bupati/Walikota dibuat diatas kertas ukuran folio, dengan
menggunakan kop naskah dinas “Bupati/Walikota dengan lambang negara berwarna hitam;
b. Surat Perjanjian yang ditandatangani oleh Pimpinan Perangkat Daerah atas nama Bupati/Walikota atau atas
wewenang jabatannya dibuat diatas kertas ukuran folio, dengan menggunakan kop naskah dinas Perangkat Daerah
yang bersangkutan;
c. Surat Perjanjian yang ditandatangani oleh Pimpinan Perangkat Daerah atas wewenang jabatannya dibuat diatas
kertas ukuran folio, dengan menggunakan kop naskah dinas Perangkat Daerah yang bersangkutan.
4. Bentuk/model naskah dinas Surat Perjanjian, sebagaimana tertera pada halaman berikut.

40
LAMBANG NEGARA
BUPATI/WALIKOTA ………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………
SURAT PERJANJIAN
NOMOR ………./………./………/……..
TENTANG
MMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM
MMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM

Pada hari mmmmmmmm, Tanggal mmmmmmmm, Bulan mmmmmmmm


Dan Tahun MMMM, bertempat di Mmmmmmmm, kami yang bertanda tangan
dibawah ini :

1. Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm PIHAK KE I

2. Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm PIHAK KE II

Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

Mmmmmmmmmmmmmmmmmm
…………………………………………………………………………
Pasal Umum

Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

Mmmmmmmmmmmmmmmm

PIHAK KE II PIHAK KE I

(Nama Jabatan yang melakukan Perjanjian) BUPATI ………………………

MATERAI
NAMA JELAS NAMA JELAS
Pangkat
NIP

SAKSI-SAKSI :
1. …………….. : (tandatangan).
2. ……………… : (tanda tangan).

41
PERATURAN BERSAMA BUPATI/WALIKOTA.

1. Pengertian.
Peraturan Bersama Bupati/Walikota adalah naskah dinas yang berbentuk peraturan
perundang-undangan dibuat oleh dua atau lebih Kepala Daerah untuk mengatur suatu
urusan yang menyangkut kepentingan bersama.
2. Ciri-ciri.
a. Isi bersifat mengatur;
b. Menggunakan nomor angka bulat;
c. Masa berlakunya lama;
d. Setelah tulisan “Menetapkan” menggunakan judul;
e. Materi dituangkan dalam bentuk pasal-pasal;
f. Ditandatangani bersama oleh kepala daerah yang melakukan kerjasama;
g. Tidak memakai tembusan.
3. Susunan.
Peraturan Bersama terdiri atas :
a. Kepala Peraturan Bersama;
b. Pembukaan Peraturan Bersama;
c. Isi Peraturan Bersama;
d. Bagian Akhir Peraturan Bersama.
Ad. a. Kepala Peraturan Bersama terdiri atas :
1) Tulisan “PERATURAN BERSAMA BUPATI/WALIKOTA ……….”;
2) Nomor dan Tahun;
3) Nama Peraturan yang ditulis : “TENTANG ……………………..”.
Ad. b. Pembukaan Peraturan Bersama terdiri atas :
1) Tulisan “Bupati/Walikota ………………”;
2) Konsideran;
(Menimbang, memuat alasan-alasan pertimbangan-pertimbangan
pembuatan Peraturan dan konstatering fakta-fakta secara singkat,
sedangkan Mengingat, memuat dasar hukum untuk penetapan
Peraturan dimulai dari Undang-undang, Peraturan Pemerintah dan lain-
lain peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum
pembuatan Peraturan tersebut).
3) Judul terdiri atas :
a) Tulisan “Memutuskan”;
b) Tulisan “Menetapkan”.
c) Tulisan “ Peraturan Bersama ……….”.
Ad. c. Isi Peraturan Bersama dirumuskan dalam bentuk pasal-pasal dan ayat-ayat.
Ad. d. Bagian Akhir Peraturan Bersama terdiri atas :
1) Nama tempat ditetapkan;
2) Tanggal, Bulan dan Tahun;
3) Nama Jabatan;
4) Tanda tangan pejabat;
5) Nama Pejabat;
6) Stempel Jabatan.
4. Penandatanganan :
a. Peraturan Bersama ditandatangani oleh masing-masing Kepala Daerah yang
melakukan kerjasama, dibuat diatas formulir ukuran folio dengan menggunakan kop
naskah dinas Bupati/Walikota pemrakarsa kerjasama, dengan lambang negara warna
hitam;
b. Keabsahan salinan Peraturan Bersama Bupati/Walikota dilakukan Sekretaris Daerah.
5. Bentuk/model naskah dinas Peraturan Bersama Bupati/Walikota, sebagaimana tertera pada
halaman berikut.

42
LAMBANG NEGARA
BUPATI/WALIKOTA ………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
PERATURAN BERSAMA BUPATI/WALIKOTA …………………………..
DAN ……………………..
NOMOR ………. TAHUN …………
NOMOR ………. TAHUN …………
TENTANG
MMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM

BUPATI/WALIKOTA …………………….. DAN ……………………………..


Menimbang :

a. mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

b. mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

Mengingat : 1. Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

2. Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : MMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM

BAB
Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Pasal
Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
(1)Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
(2)Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
(3)Dst.
Pasal
(1)Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
a. mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
BAB
Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Bagian Pertama
Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Paragraf
Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Pasal
Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
(1)Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
(2) Dst.
Ditetapkan di ………………………
pada tanggal ………………………
BUPATI/WALIKOTA …………… BUPATI/WALIKOTA ………………
NAMA JELAS NAMA JELAS

43
Contoh : Matriks Rencana Strategis Pelayanan Pendidikan KSAD di Wilayah Kedu Plus
Tahun 2010

No Permasalahan Strategi Program Kegiatan Lokasi Output Outcome Biaya Sumber Dana
(Rp)

1`. Keberadaan Pemanfaatan Sosialisasi keberadaan politeknik Semua Kab/kota di 10% SMA di setiap Kab/Kota Ada putra daerah Rp. 150.000.000,- Politeknik ybs/ APBD
politeknik belum Politeknik Malariologi di Banjarnegara Kedu Plus mendapat sosialisasi yang melanjutkan Provinsi/APBN
dikenal masyarakat Malariologi ke politeknik tsb
Terpadu
di Kedu Plus

Tidak semua Pertukaran Guru Magang Antar Kab/Kota di 7 orang guru dari masing-masing Peningkatan 3 juta per orang Sekolah/APBD
kabupaten Guru Kedu Plus kab/kota (min 1 orang per jenjang kompetensi guru per bulan Kab/Kota/APBD
mempunyai guru dik) Provinsi
berkompetensi baik

Sumber : Gurendo (2009)

44
E. PEMBELAJARAN DARI CAPAIAN LEMBAGA KSAD YANG
TELAH ADA

1. BKSP JABODETABEKJUR

BKSP JABODETABEKJUR bisa dikatakan merupakan kerjasama daerah /


perkotaan yang terlebih dahulu ada dibandingkan dengan kerjasama yang telah
dijelaskan sebelumnya. BKSP lahir dengan semangat pengelolaan bersama
berdasarkan tataruang yang kemudian berkembang pada sektor lainnya, seperti
yang dapat di lihat pada capaian dan pengalaman kerjasama BKSP di bawah ini :

Pengalaman Kerjasama Antar Daerah


di Wilayah Jabodetabekjur
Kerjasama antar daerah di wilayah Jabodetabekjur yang dilakukan sejak
tahun 1975 s.d 2007, antara lain :
1. Bidang Pendidikan dan Kesehatan
2. Pembangunan Gedung Serbaguna (GSG)di Wilayah Bodetabekjur
Contoh : - GSG Perumahan Narogong, Bekasi
- GSG Perumahan DDN, Ciledug – Tangerang
- GSG Perumahan Depok Timur
3. Pembangunan Stadion Mini ( di Depok)
4. Pembangunan/ pembuatan Plat Kendaraan Bermotor Wilayah Bodetabek,
yang identitasnya Polda Metro Jaya, tetapi pajaknya tetap melekat pada
daerah masing-masing.
Contoh : - Depok : No. Pol. B…….U
- Bekasi : No. Pol. B…….Y
- Tangerang : No. Pol. B……..C
5. Pembangunan jalan terobosan dari dan ke Jakarta ke Bodetabek
Contoh : Jakarta – Bekasi : Jl. Ngurah Rai – Terusan Jl. Raya Jatiwaringin
Jakarta – Tangerang : Jl. Dadap
Jakarta – Depok : Jl. Baru
11

Sumber: Presentasi BKSP JABODETABEKJUR

6. Pembangunan, Pemeliharaan Situ-situ


Contoh : Kota Tangerang --- Situ Cipondoh
Kota Depok --- Situ Besar dan Situ Tipar, Cimanggis
Kota Bogor --- Situ Asam
7. Kerjasama Penurapan Kali
- Kali Ciliwung : Bogor, Depok
- Kali Cisadane dan Mookervart : Kota Tangerang
- Kali Pesanggrahan : Depok --- Jakarta Selatan
- Kali Malang : Air Baku untuk PAM DKI Jakarta
(Saluran Inspeksi Tarum Barat)
8. Kerjasama dalam penataan Batas Wilayah Provinsi DKI Jakarta, Jawa
Barat dan Banten
Contoh : - Pembangunan SPBU dan Mc. Donald Cibubur (Depok)
- SDN Cijantung 03 dan 06 (Depok)
- Gudang Minuman The Botol (Bekasi)
9. Biaya bantuan Kerjasama dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ke
Pemerintah Kabupaten/ Kota Bodetabekjur
a. Tahun 1975 s.d 1995 Rp. 10.910.482.000,-
b. Tahun 1996 s.d 2005 Rp. 27.704.318.000,-
c. Tahun 2006 s.d 2007 Rp. 64.000.000.000,-
TOTAL Rp. 102.614.800.000,- 12

Sumber: Presentasi BKSP JABODETABEKJUR

45
2. SEKBER KERTAMANTUL

Sekber KERTAMANTUL terbentuk berdasarkan komitmen tiga daerah didalam


melakukan pembangunan bersama di wilayahnya, terkhusus pada sector yang
bersinggungan langsung dengan pelayanan public, seperti yang dapat dilihat
pada box di bawah ini.

6 SEKTOR YANG TERCAKUP DALAM


SEKRETARIAT BERSAMA KARTAMANTUL

17

Sumber: Presentasi SEKBER KERTAMANTUL

Pembelajaran yang dapat diambil dari Sekber adalah tingginya pelibatan


berbagai pihak pada proses kerjasama, ini kemudian melahirkan komitmen kerja
sama antar tiga wilayah tersebut untuk terus menjajaki program / kegiatan
lainnya terkait peningkatan penyelenggaraan pelayanan publik. Beberapa
pembelajaran yang dapat di lihat sebagai kunci sukses adalah seperti
tergambarkan pada box di bawah ini :

KUNCI SUKSES KARTAMANTUL

1. Motivasi dan tuntutan kebutuhan kerjasama ->


meningkatkan komitmen regionalisasi management
2. Budaya saling toleransi, musyawarah dan kesetaraan serta
kebersamaan menjadi landasan utama
3. Karakteristik Wilayah (secara geografis) menyatu dalam
suatu sistem yang fungsional
4. Adanya Dukungan pemerintah propinsi
5. Adanya Dukungan Eksternal (Donor, PT dll)
6. Adanya Proyek Riil Kerjasama Sektoral (TPA, IPAL)
7. Kepemimpinan (leadership)
8. Regulasi untuk kepentingan bersama
9. Manajemen organisasi yang tertata dalam Sekretariat
Bersama
10. Keterlibatan masyarakat, LSM yang tinggi

Sumber: PresentasiSekber KERTAMANTUL

46
 Peningkatan Kinerja Pengelolaan TPA Sampah

Sebelum Sesudah

Sumber: PresentasiSekber KERTAMANTUL

 Sinkronisasi Penataan Ruang :

 Pengadaan Foto Udara Wilayah APY (2005)


 Pembuatan Peta Dasar APY 1: 5.000
 Kesepakatan penggunaan Satu Peta Dasar
APY untuk Produk Perencanaan Tata Ruang
Kab/Kota
 Menyusun RUTR Kawasan
Perkotaan Kartamantul
 Pilot Project Kerjasama TR

Sumber: PresentasiSekber KERTAMANTUL

47
3. RM BARLINGMASCAKEB

RM BARLINGMASCAKEB sebagai salah satu lembaga yang lebih dahulu lahir


dibandingkan SAMPAN juga di awal pemebentukannya daerah-daerah memiliki
semangat yang sama didalam meningkatkan potensi daerah yang ada sehingga
dapat mengembangkan ekonomi wilayahnya. Oleh karena itu bentuk kegiatan
yang dikerjasamakan lebih diarahkan kepada sector ekonomi. Di bawah ini
merupakan gambaran capaian yang telah dimiliki oleh RM SAMPAN sebagai
sebuah organisasi KSAD yang laihir dari bawah (Botom up) berdasarkan
kebutuhan bersama

PERDAGANGAN

Pasar Lelang
Forward Promosi Produk Bantuan Mesin
Komoditas Agro

PL XII (Banyumas) Pesanan Kerajinan Banjarnegara


Rp.24.385.990.000 Pandan ke Cina, Rp. 70.000.000
Taiwan dan
Singapura,
PL XIII (Kebumen) Kebumen
Rp.46.474.525.000 Rp. 74.000.000
Pesanan Minyak
Nilam ke Nepal dan
PL XIV (Cilacap) Daun Nilam ke Purbalingga
Jerman, Malaysia dan
Rp.44.554.500.000 India (10 ton/bln) Rp. 37.000.000

20

Sumber: Presentasi BARLINGMASCAKEB

Perkembangan Nilai Transaksi Pasar Lelang I - XIV


50 45.4 46.5
43.8 44.6
45
40
35
Milyar Rupiah

30
24.4
25
20 18.4

15 12.2
8.8
10
5 2.4 2.4 2.4 0.9 1 0
0
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV
Pasar Lelang Forward
21

Sumber: Presentasi BARLINGMASCAKEB

48
Biaya vs Manfaat (Pasar Lelang & Bantuan Mesin)

• Rp. 750 juta adalah biaya operasional Regional Management Barlingmascakeb.


• Rp. 181 juta adalah Bantuan Mesin utk Banjarnegara, Kebumen dan Purbalingga.
• Rp. 2,77 milyar adalah keuntungan yang diperoleh petani dari 3 transaksi Pasar Lelang XII
– XIV sebesar Rp. 115,5 milyar, dengan realisasi sebesar 80% dan keuntungan 3 %. 22

Sumber: Presentasi BARLINGMASCAKEB

PARIWISATA

Memfasilitasi pengusaha transportasi Kabupaten


Banjarnegara dan Purbalingga dalam menerima pesanan
bis pariwisata dari luar daerah sebanyak 12 buah.

Mendatangkan turis dari Belanda, Korea, dan Jepang ke


obyek wisata dieng: kerjasama Barlingmascakeb dengan
tour operator dan tour leader Yogyakarta.

Mendatangkan turis New Zealand ke Purbalingga.

Mendatangkan tour leader dan tamu ke Kabupaten


Cilacap sebanyak 21 orang: kerjasama Barlingmascakeb
dengan tour operator dan tour leader Yogyakarta.

23

Sumber: Presentasi BARLINGMASCAKEB

49
4. BKAD SUBOSUKAWONOSRATEN

BKAD SUBOSUKAWONOSRATEN yang merupakan lahir atas semangat bersama daerah-


daerah di wilayah se Ex karesidenan Surakarta juga menjadikan ekonomi sebagai
semangat awal di dalam pembentukannya, walaupun pada pelaksanaanya kemudian
sektor yang terkait langsung pada pelayanan public seperti pengelolaan bersama pun
mulai dirintis. Beberapa capaian yang dapat di jadikan pembelajaran dapat dilihat pada
box di bawah ini.

Beberapa Hasil Pencapaian KAD


SUBOSUKAWONOSRATEN
• Dimasukkannya anggaran untuk kebutuhan kegiatan promosi pariwisata bersama di
masing-masing SKPD Kab/Kota.
• Meningkatnya kesadaran masyarakat (internal dan eksternal Solo Raya) dari adanya
branding wilayah SOLO The Spirit of Java
• Terbentuknya Forum Pariwisata Solo Raya yang secara rutin melaksanakan aktivitas
promosi bersama.
• Tersedianya jaringan informasi kerjasama antar daerah berbasis IT.
• Lancarnya koordinasi penyelenggaraan administrasi pembangunan dan administrasi
pemerintahan (misal : koordinasi kependudukan, koordinasi perencanaan
pembangunan, koordinasi trayek angkutan umum, dll)
• Tersedianya sarana untuk promosi/aktivitas bersama Solo Raya: (GRHA SOLO RAYA)
yang dibangun Pemerintah Prov. Jateng.
• Terjalinnya kerjasama antar pelaku swasta melalui fasilitasi BKAD (misal, konsorsium
ASITA Solo dengan RSI Yarsis dalam pengembangan paket wisata kesehatan)
• Meningkatnya nilai tambah (value added) UKM di sektor mebel rotan dan susu sapi
perah.
• Meningkatnya kerjasama diantara pelaku usaha di sektor mebel dan pariwisata

Sumber: Presentasi BKAD SUBOSUKAWONOSRATEN

Hal menarik lain yang dapat dijadikan pembelajaran bersama adalah pada BKAD
SUBOSUKAWONOSRATEN, melahirkan kesepakatan bersama untuk
membentuk sebuah badan hukum , yang dikenal dengan PT Solo Raya,
diharapkan badan hukum ini nantinya dapat memperkuat strategi pemasaran
regional bagi daerah-daerah di wilayah eks Karesidenan Surakarta. Kondisi PT
Solo Raya saat ini dapat dijadikan pembelajaran penting bagi wilayah lain untuk
memperhatikan regulasi pembentukan, rekruitmen SDM hingga proses
pelaksanaannya.

50
5. RM SAMPAN

ACHIEVEMENT/PENCAPAIAN
PEMASARAN PRODUK DAERAH
• Penyelenggaraan PASAR LELANG FORWARD (PLF)
AGRO & NON AGRO SAMPAN yang melibatkan
komoditas unggulan seperti :
• Beras, jagung, kentang, kopi, bawang merah, jahe,
kemiri dll.
• Batik, aneka kerajinan
• PLF SAMPAN I : 5 Milyar (Dengan realisasi 98%)
• PLF SAMPAN II : 42.7 Milyar (Realisasi transaksi
75.68%)
• PLF SAMPAN III :14.5 Milyar (Realisasi 61.28%)
• PLF SAMPAN IV :25,5 Milyar (Realisasi on going
42.25%)

Sumber: Presentasi SAMPAN

RM sampan yang semenjak berdirinya memfokuskan kepada pengembangan ekonomi


wilayah, sehingga kegiatan bersama yang dilakukan mengarah kepada peningkatan yang
terkait dengan aspek ekonomi, seperti dapat dilihat bentuk kegiatan yang telah
dilakukan dan dapat dikatakan sebuah capaian adalah Penyelenggaraan pasar lelang,
promosi produk melalui SAMPAN Expo maupun keterlibatannya pada even-even serupa

P RO M O SI PO TEN SI D A ERA H
• E v e n t p ro m o s i g a b u n g a n t a h u n a n S A M P A N E X P O
• T ra n s a k s i S A M P A N E x p o 2 0 0 7 : R p . 3 8 5 ju ta
• T ra n s a k s i S A M P A N E x p o 2 0 0 8 : R p . 4 . 8 5 M
• T ra n s a k s i S A M P A N E x p o 2 0 0 9 : R p . 4 6 5 ju ta
• S it u s W e b h t t p : / / w w w . s a p t a -m it ra -p a n t u r a . c o m
• K a t a lo g O n L in e h tt p : / / w w w . p a n t u ra c ra f t . c o m
• P e n e rb it a n & p e n d is tr ib u s ia n B o o k le t P o t e n s i S A M P A N

Sumber: Presentasi SAMPAN

51
6. SEKBER KEDU PLUS

Lembaga kerjasama KEDU Plus merupakan lembaga yang lahir atas keinginan
bersama di dalam meningkatkan pelayanan publik, proses inisiasi
pembentukannya merupakan hasil elaborasi bersama tujuh kab/kota diwilayah
eks karesiden KEDU plus Banjarnegara dengan didampingi oleh LEKAD dan
dukunga dari GTZ GLG Jawa Tengah, pembelajaran yang dapat di ambil dari
proses pembentukan lembaga ini dapat dilihat pada alur di bawah ini :

FASILITASI KSAD KEDU PLUS


Pelayanan Kesehatan

Pendidikan

Tahap Pra-
3 2 1
Tahap Konsepsi Tahap Persiapan dan
institusionalisasi Prakonsepsi
Keluaran yang dicapai:
Keluaran yang dicapai: Keluaran yang dicapai:
 Draft Kesepakatan
1. Kualifikasi umum Bersama  Kesepahaman pentingnya
fasilitator  Draft Perjanjian Kerja pelayanan publik terpilih
Sama sebagai perekat KSAD Kedu
 Draft Alternatif Struktur Plus.
Kelembagaan  Usulan daftar nama
Seminar
 Draft SOP anggota Pokja KSAD
Membangun  Materi tentang  Usulan nama instansi
Kesepahaman mekanisme pembiayaan yang perlu dilibatkan
Kepala Daerah KSAD aktif dalam KSAD Kedu
 Usulan Tambahan anggota Plus
 Kerangka fasilitasi KSAD
4 Kedu Plus
Tahap Institusionalisasi
POSISI CAPAIAN SAAT INI:
Keluaran yang diharapkan:
1. Naskah Kesepakatan
1. Dokumen kesepakatan bersama dan
Bersama (sedang
perjanjian Kerja sama ditandatangani)
2. Struktur KSAD Kedu Plus
2. Model/struktur pengelolaan dari KSAD
3. Kelompok Kerja Sektoral
Kedu Plus (belum formal)
4. Renstra dan Rencana Aksi
3. Infrastruktur dan perlengkapan Sektoral
Sumber : Gurendo (2009)

52
F. SRATEGI PENYESUAIAN LEMBAGA KSAD YANG TELAH ADA
TERHADAP REGULASI YANG BARU

Kondisi saat ini memeperlihatkan adanya lembaga kerja sama antar daerah yang
tidak sejalan dengan peraturan yang ada, namun demikian tentu tidak serta
merta menghapus dan membubarkan lembaga tersebut, karena bagaimanapun
juga lembaga ini lebih dahulu terbentuk dibandingkan regulasi yang mengatur
saat ini dan juga lembaga kerjasama yang ada saat ini, lahir dikarenakan
kebutuhan daerah untuk memberikan pelayanan publik yang berkualitas kepada
masyarakat. Untuk itu perlu diambil langkah langkah yang strategis agar
kepentingan masyarakat tetap terjaga tanpa harus berbenturan dan terhambat
oleh regulasi yang ada. Beberapa hal yang perlu dicoba untuk menyesuaikan
kondisi kelembagaan yang ada saat ini dengan regulasi yang ada adalah :

Kebijakan yang perlu dilakukan adalah melakukan penyesuaian peraturan serta


keputusan pimpinan daerah terkait dengan kelembagaan yang ada. Hal ini
menjadi sebuah keperluan bagi penyelenggaraan kerja sama antar daerah tanpa
melanggar peraturan yang ada.

Kebijakan yang perlu diatur kembali adalah terkait dengan bentuk kelembagaan,
beberapa alternatif penyesuaian adalah :
a. Bentuk lembaga yang ada menyesuaikan dengan regulasi yaitu berubah
berbentuk menjadi Badan Kerjasama, yang merupakan bukan bagian dari
perangkat daerah dan bertugas membantu kepala daerah.
b. Berubah menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dengan
menggunakan peraturan yang telah ada terkait dengan BUMD
c. Berubah menjadi Badan Layanan Umum (BLU) dengan menggunakan
peraturan yang telah ada terkait dengan BLU
d. Berubah menjadi Badan hukum dengan dengan menggunakan peraturan
yang telah ada terkait dengan Badan hukum

Perubahan-perubahan di atas tentu akan diikuti dengan pengaturan struktur


organisasi, sistem personalia, serta pembiayaannya

Untuk melakukan perubahan tersebut membutuhkan waktu serta sumber daya


lainnya yang tidak sedikit, namun demikian upaya-upaya untuk tetap eksis
didalam meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelayana publik serta
pengembangan ekonomi wilayah melalui kerja sama antar daerah mulai segera
harus dilakukan. Pihak-pihak yang memiliki kapasitas terhadap perubahan
tersebut sebaiknya mulai di petakan dan dikoordinasikan. Ambil contoh - Provinsi
yang dapat berfungsi sebagai fasilitator maupun penggerak didalam melakukan
lahirnya lembaga kerja sama antar daerah yang sejalan dengan peraturan yang
ada dan tetap memiliki semangat berdasarkan kebutuhan daerah.

53
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Y (2009) “Presentasi, Pengembangan Kerjasama Daerah Dan Hambatan Dalam


Aplikasinya”, Ditjen BANGDA, Jakarta

Bappeda Provinsi Jateng, GTZ RED (2005). “Pedoman Regional Economic Development
Strategic Programs(REDSP), Bappeda Provinsi Jateng, Semarang

BARLINGMASCAKEB, RM (2009). “Presentasi, Perkembangan BARLINGMASCAKEB dalam


penerapan konsep pengembangan ekonomi wilayah”, BAPPEDA Provinsi Jateng, Semarang

Gurindo, A S (2009). Laporan Akhir, “Fasilitasi Pelembagaan Kerja Sama Pelayanan Publik
(Kesehatan, Pendidikan, dan Tata Ruang dan Lingkungan) Antarderah Kabupaten/Kota di
Wilayah Kedu Plus” GTZ GLG, Semarang

Henry, N (1995). Public Administration and Public Affairs. Sixth Edition. Englewood Cliffs,
N.J.:Prentice-Hall.

JABODETABEKJUR, BKSP (2009).”Presentasi, Pengalaman Kerjasama Antar Daerah di


Wilayah Jabodetabekjur”, Ditjen OTDA, Jakarta

Keban, Y T (2009). “Kerjasama Antar Pemerintah Daerah Dalam Era Otonom isu Strategis,
Bentuk Dan Prinsip”, Jogjakarta

Mohdad, N (2009).”Presentasi Kerjasama Antar Daerah Sebagai Upaya Untuk


Meningkatkan Pelayanan Publik”, Ditjen OTDA, Jakarta

SUBOSUKOWONOSRATEN, BKAD (2009). “Presentasi, Profil BKAD


SUBOSUKAWONOSRATEN”, Ditjen BANGDA, Jakarta

SAMPAN, RM (2009).”Presentasi, Perkembangan SampanDalam Penerapan Konsep


Pengembangan Ekonomi Wilayah” BAPPEDA Provinsi Jateng, Semarang

Poppe, M (2009). “Presentasi, Kebutuhan dan Metode Evaluasi Dalam Pelaksanaan Kerja
Sama Antardaerah”, Ditjen BANGDA, Jakarta

Permendagri No 3 tahun 2005 tentang Tata Cara Pembuatan Naskah Bagi Pemerintah
Kab/kota

Peraturan Pemerintah No 38 tahun 2007 tentang Kewenangan Pusat dan Daerah

Permendagri No 22 tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Kerja Sama Daerah

Permendagri No 23 tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Pembinaan dan Pengawasan


Kerja Sama Antar Daerah

54
Pratikno,Ed (2007). “Kerjasama Antar Daerah : Kompleksitas dan Tawaran Format
Kelembagaan”, PLOD dan JIP, Jogjakarta

Sanctyeka, T (2009). “Merajut Kepentingan – Menebar Kesejahteraan : Upaya Peningkatan


Pelayanan Dasar Melalui Kerjasama Antar Daerah” dalam Sewindu Otonomi daerah,
KPPOD, Jakarta

Solihin, D (2008). “Penyusunan Indikator Kinerja Pembangunan Derah”, dalam Bimbingan


Teknis Evaluasi Kinerja Pembangunan Bappeda Kabupaten Kutai Kertanegara,
Kalimantan Timur, Jakarta

Sudarto, G (2009). “Presentasi, Implementasi Kerjasama Pembangunan Wilayah


KARTAMANTUL : Sebuah pengalaman Kerjasama Antar Daerah Antara Kota
YogyaKARTA, Kabupaten SleMAN, dan Kabupaten BanTUL”, Ditjen OTDA, Jakarta

Tarigan, A (2007). “Presentasi Manfaat Kerjasama Antar Daerah”, BAPPENAS, Jakarta

Warsono, Hardi (2008).”Disertasi : Regionalisasi dan Manajemen Kerjasama Antar Daerah:


Studi Kasus Dinamika Kerjasama Antar Daerah yang Berdekatan di Jawa Tengah”,
Progam Doktor Ilmu Administrasi Negara Universitas Gadjahmada, Jogjakarta.

Warsono, H (2009). “Presentasi, Perspektif Kelembagaan & Regulasi Dalam Pengembangan


Kerjasama Regional”, Bappeda Provinsi Jarteng, Semarang

55

Anda mungkin juga menyukai