Antar-
Antar-Daerah (KSAD)
A. PENDAHULUAN
1. Sekilas Kerjasa Sama Antar Daerah di
Indonesia ……………………………………….. 1
C. TAHAPAN PEMBENTUKAN
ORGANISASI KSAD ……………………………………….. 31
3. RM BARLINGMSCAKEB ……………………………………….. 48
5. RM SAMPAN ……………………………………….. 51
LAMPIRAN-LAMPIRAN ………………………………………..
PANDUAN PEMBENTUKAN
ORGANISASI KERJA SAMA ANTAR
DAERAH (KSAD)
A. PENDAHULUAN
1. Sekilas Kerja Sama Antar Daerah di Indonesia
Apabila kita memotret lembaga kerjasama antar daerah maka dengan jelas kita bisa
melihat kerjasama antar daerah telah banyak dilakukan oleh pemerintah daerah di
Indonesia baik level antar provinsi maupun kabupaten/kota, sebut saja kerjasama
antar daerah level provinsi Badan Kerjasama Pembangunan (BKSP)
JABODETABEKJUR yang telah dirintis semenjak tahun 1975, atau Forum
Kerjasama Mitra Praja Utama (MPU) diwilayah DKI, Jawa Barat, Banten, Jawa
Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, Nusatenggara Barat dan Nusatenggara Timur dan
yang lainnya adalah Badan Kerjasama Pembangunan Regional Sulewesi (BKPRS),
sedangkan pada level kab/kota kita bisa melihat Sekretariat Bersama
KARTAMANTUL – merupakan kerjasama Kab Sleman, Kota Yogyakarta dan Kab
Bantul, di daerah Solo raya kita mengenal Badan Kerjasama Antar Daerah (BKAD)
SUBOSUKA WONOSERATEN badan kerjasama yang terdiri dari Kota Surakarta,
Kab Boyolali, Kab Sukoharjo, Kab Karanganyar, Kab Wonogiri, Kab Sragen dan Kab
Klaten, dan wilayah lain yang merupakan kerjasama level kabupaten namun lintas
provinsi kita mengenal BKAD PAWONSARI, badan kerjasama yang terdiri dari Kab
Pacitan, provinsi Jawa Timur, Kab Wonogiri provinsi Jawa Tengah dan Wonosari,
Kab Gunungkidul provinsi DIY serta JAVA PROMO sebuah kerjasama antar daerah
disektor pariwisata yang melibatkan 13 kab/ kota yang berasal dari provinsi DIY dan
Jawa Tengah. Untuk di provinsi Jawa tengah - Bentuk kerjasama lain yang dapat
kita lihat adalah Regional Managemen BARLINGMASCAKEB sebuah kerjasama
kab/kota di wilayah Jawa Tengah yang terdiri dari Kab Banjarnegara, Kab
Purbalingga, Kab Banyumas, Kab Cilacap dan Kab Kebumen, Regional
Managemen Sapta Mitra Pantura atau yang sering disebut dengan RM SAMPAN,
sebuah kerjasama yang terdiri dari tujuh kab/kota di wilayah pantura yang terdiri dari
Kota Tegal, Kab Tegal, Kab Pekalongan, Kota Pekalongan, Kab Batang, Kab
Pemalang dan Kab Brebes. Dan saat ini di wilayah Jawa Tengah juga sedang
diinisiai kerjasama Antar daerah di wilayah ex karesidenan KEDU yang terdiri dari
1
Kab Purworejo, Kota Magelang, Kab Magelang, Kab Temanggung, Kab Wonosobo
dan Kab Purbalingga. Dalam skala yang lebih besar, dimana melibatkan seluruh
kab/kota se Indonesia kita mengenal Asosiasi Pemerintahan Kabupaten Seluruh
Indonesia (APKASI) yang sekarang telah berubah menjadi Badan Kerjasama
Kabupaten Seluruh Indonesia (BKKSI). Dan masih ada beberapa lagi kerjasama
antar daerah yang sedang berjalan maupun yang sedang diinisiasi baik oleh
lembaga non pemerintah maupun oleh lembaga pemerintah. Dengan melihat bentuk
kerjasama antar daerah yang sedang dilakukan sebenarnya kita menjadi optimis
terhadap langkah-langkah pemerintah daerah didalam meningkatkan kualitas
pelayanannya kepada masyarakat maupun pola pengelolaan kepemerintahannya
untuk menjadi lebih efisien dan efektif (Sanctyeka, 2009). Namun muncul pertanyaan
kembali, apakah kerjasama antar daerah yang sudah dilakukan dapat berjalan
efisien dan efektif ? Apakah Kerjasama Antar Daerah sudah dapat berkontribusi
positif terhadap kesejahteraan masyarakat? Adakah hambatan yang dialami didalam
implementasinya sehingga Kerjasama Antar Daerah kurang berhasil? Dan bentuk
keberhasilan apa yang sudah dihasilkan dengan pola kerjasama antar daerah?
Isu kerja Sama Antar Daerah bukan lah suatu yang baru, isu ini merupakan
konsekwensi logis ketika era otonomi daerah mulai bergulir, isu ini muncul sebagai
bagian dari kewaspadaan pemerintah terhadap dampak negative yang ditimbulkan
oleh pemahaman sempit oleh daerah terkait otonomi daerah. Kekhawatiran terhadap
melemahnya kohesitas serta kesatuan wilayah menjadikan pemerintah membuat
sebuah mekanisme penyeimbang atau penyaluran agar dampak negative yang
ditimbulkan tidak berakibat kontra produktif terhadap cita-cita dari otonomi daerah.
Kesadaran terhadap berkembangnya dampak negative ini kemudian di respon oleh
pemerintah dengan mengamatkan pengaturan sebuah kerjasama antar daerah di
dalam UU no 22 tahun 1999 yang kemudian di revisi melalui UU no 32 tahun 2004
dan tiga tahun kemudian lahir lah aturan di bawahnya setingkat Peraturan
Pemerintah No 50 tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah.
Dan pada tahun 2009 Menteri Dalam negeri mengeluarkan petunjuk teknisnya yang
merupakan derivasi dari PP 50/2007, yaitu Permendagri 22 /2009 tentang Petunjuk
2
Teknis Kerja Sama Daerah serta Permendagri 23 / 2009 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Kerja Sama Antar Daerah. Semua regulasi tersebut bertujuan sebagai
paying hokum sekaligus dasar gerak pemerintah daerah di dalam melaukan
kerjasama dengan daerah yang lain.
Kesadaran “membangun bersama” inilah yang saat ini mulai menguat di berbagai
wilayah Republik Indonesia, sehingga sekarang kita dapat dengan mudah
menjumpai upaya-upaya kerjasama antar daerah dengan berbagai macam ruang
lingkup yang dikerjasamakan, dari sector ekonomi hingga pelayanan dasar.
Pembuatan pedoman ini bertujuan membantu pemerintah daerah agar dapat lebih
efektif di dalam melahirkan dan mengembangakan Kerja Sama Antar Daerah. Baik
pada tataran perumusan Kebijakan, Penentuan model kelembagaan,
Operasionalisasi kelembagaan, Implementasi program bersama, Pengelolaan
pembiayaan maupun pada saat melakukan evaluasi, pengawasan terhadap
pelaksanaan dan hasil Kerja Sama Antar Daerah.
Selain itu juga membantu pihak-pihak lain (non pemerintah) yang memiliki konsern
terhadap pengembangan pembangunan wilayah dengan menggunakan Kerja
Sama Antar Daerah sebagai pendorong percepatan pembangunan daerah.
3
4. Hasil Yang Diharapkan
4
Bupati/Walikota dengan Bupati/Walikota lain yang dibuat secara tertulis
dan menimbulkan hak dan kewajiban.
Dan pada perkembangan lanjutan, mekanisme kerjasama ini tidak hanya diterapkan
pada situasi “emergency” saja tetapi juga pada pengaturan kerjasama untuk
membeli jenis-jenis pelayanan tertentu dari perusahaan swasta atau dari pemerintah
lain, ataupun dari NGOs. Ini disebut dengan “cooperative agreements”. Khusus
“cooperative agreements” yang dilakukan antar Pemerintah Daerah pada awalnya
ditujukan pada (1) kegiatan tunggal, (2) kegiatan yang berkenaan dengan pelayanan
ketimbang fasilitas, (3) yang tidak bersifat permanen, (4) sebagai “stand-by
provision” yang baru dilaksanakan bila kondisi tertentu terjadi, dan (5) yang
diperkenankan / diijinkan oleh badan legislatif (Keban, 2009).
Sebagai gambaran untuk memperluas pemahaman terkait kerja sama antar daerah
di Negara lain Dr. Hardi dalam sebuah kesempatan lokakarya memaparkannya
dalam suatu presentasi seperti yang dapat di lihat di bawah ini :
5
Bentuk Kerja Sama Antar Daerah di Berbagai Negara
Tabel I.
Kekhususan Masing-Masing Kerjasama Antar Daerah
Sumber : disarikan dari Wawan Mas’udi dkk (dalam Pratikno, 2007)
Hal lain yang perlu diketahui terkkait kerja sama adalah bentuk pengaturan kerja
sama itu sendiri. Menurut Rosen (1993) terkait dengan pengaturan kerjasama
(Forms of Cooperation Arrangements) terdiri atas beberapa bentuk :
Terlepas dari teori maupun konsep yang telah ada, hal sederhana yang perlu
dipahami bagi pemerintah daerah maupun pihak-pihak yang memiliki konsern
7
terhadap kerja sama antar daerah di Indonesia adalah bahwa kosep mendasar dari
kerjasa daerah di dasari atas :
• Adanya keinginan saling melengkapi antara daerah satu dengan daerah yang
lain
• Adanya keinginan untuk menciptakan dan menjalin hubungan yang harmonis
antar daerah
• Adanya keinginan untuk pengintegrasian proses pembangunan antar dimulai dari
tahapan perencanaan hingga monitoring dan evaluasi
• Serta adanya keinginan untuk terjadinya keseimbangan laju pertumbuhan antar
daerah
Daerah yang akan menyelenggarakan kerja sama daerah telah di atur kedalam
regulasi seperti di bawah ini :
Perundangan serta peraturan di atas merupakan payung hukum serta landasan bagi
daerah di dalam penyelenggaraan kerja sama daerah. Sehingga saat ini daerah
menjadi lebih kuat legitimasinya secara hukum ketika mejadikan Kerja Sama
Daerah sebagai strategi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
8
Di samping itu daerah tetap perlu mensinkronkan dengan regulasi lainnya, terutama
yang bersinggungan dengan kerja sama daerah. Seperti regulasi Pengelolaan
Keuangan daerah, Pengelolaan aset dan barang daerah, Pembuatan naskah daerah
serta pengawasan, pembinaan dan evaluasi penyelenggaraan pemerintah daerah.
Untuk itu daerah juga perlu memahami regulasi yang mengaturnya, seperti yang di
gambarkan dalam alur di bawah ini :
• Kepres 80/2003
• PP 6/2006 Pedoman Pelaksanaan • PP 57/2005
Pengelolaan Barang Pengadaan Barang Hibah kepada
Milik Negara/Daerah Pemerintah Daerah
• Permendagri 2-3/2005
Pedoman Tata
• Permendagri 17/2007 • UU 32/2004
Naskah Dinas
Pedoman Teknis • PP 50/2007 Di Ling. Provinsi dan
Pengelolaan • Permendagri 19/2009 Kan/kota
Barang Milik Daerah • Permendagri 22/2009
• Permendagri 23/2009
• PP 38/2007
Kewenangan
Pusat & Daerah
9
Sumber : Diolah dari berbagai sumber
Kerjasama Antar Daerah merupakan sebuah proyek bersama, yang melibatkan lebih
dari satu pihak, baik itu antar pemerintah daerah maupun dengan pihak ketiga
sebagai pelaksana dari program yang menamakan sebuah kerjasama antar daerah.
Beberapa actor yang dianggap sebagai aktor kunci adalah Pemerintah daerah
kab/kota, pemerintah provinsi, Pemerintah pusat serta pihak ketiga yang memiliki
komitmen serta kompetensi terhadap isu yang akan dikerjasamakan – baik itu
masyarakat setempat, masyarakat usaha maupun lembaga-lembaga non
pemerintah. Gambaran peran-peran apa saja yang diperlukan oleh masing-masing
aktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
No Aktor Peran
Masyarakat dan Lembaga Non • Memastikan bahwa isu-isu yang dipilih untuk
Pemerintah dikerjasamakan adalah benar-benar berangkat dari
sebuah kebutuhan dan memiliki tujuan memperbaiki
kualitas kesejahteraan masyarakat.
12
pembangunan daerah yang ada dan atau
memastikan terintegrasinya isu yang akan
dikerjasamakan kedalam sistem perencanaan
daerah (RPJMD, RKPD).
No Urusan No Urusan No No
No Urusan No Urusan
B Pertanian g Perdagangan
C Kehutanan Ketransmigrasian
E Pariwisata
Sumber : Diolah dari PP 38 / 2007
14
5. Bagaimana Menentukan Objek Yang Dapat Di kerjasamakan?
Terkait bentuk organisasi dapat dilihat berdasarkan ketetapan yang telah diatur
dalam regulasi yaitu PP 50/2007, namun demikian pada saat ini bentuk organisasi
lain di luar PP 50 / 2007 juga dapat ditemukan. Panduan ini akan memperlihatkan
bentuk organisasi Kerja Sama Antar Daerah yang telah ada dan masih berjalan
dengan baik, tujuannya adalah sebagai perbandingan dengan pembentukan badan
kerja sama antar daerah menurut regulasi yang ada :
15
a.2 Tugas Pokok dan Fungsi
1. Badan kerja sama sesuai dengan tugasnya membantu Kepala Daerah untuk:
melakukan pengelolaan, monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan KSAD;
dan
16
2. memberikan masukan dan saran kepada Kepala Daerah masing-masing
mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan apabila ada
permasalahan.
17
b.2. Tugas Pokok dan Fungsi
b.3. Kewenangan RM
• Tetap :
Sharing pendanaan dari APBD Kab/Kota anggota dengan menggunakan
pos Hibah
• Tidak Tetap :
Berdasarkan penawaran kerjasama dengan lembaga non pemerintah /
badan swasta
18
c. Sekretariat Bersama Lahir atas Kesadaran Bersama di Dalam Meningkatkan
Pelayanan Publik Lintas Batas
PEMBINA
Kepala Daerah
DIREKTUR
(Profesional)
PELAKSANA HARIAN
● Ketua (Sekda)
● Anggota (Sekda+ Ka.
Dinas/instansi terkait)
SEKRETARIAT
● Umum
Bagian Bagian
● Keuangan
Perencanaan Fasilitasi &
& MONEV Advokasi
UNIT
UNIT
OPERASIONAL
OPERASIONAL
19
c.2. Tugas Pokok dan Fungsi
20
Matrix Perbandingan Model-Model Organisasi Kerjasama Antar Daerah
Bentuk Lembaga
No Aspek Regional Manager Sekretariat Bersama Badan Kerjasama Antar
Daerah
1 Struktur Forum Regional (FR) Dewan Pengarah Forum merupakan
Organisasi sebagai komisaris dan merupakan struktur struktur tertinggi
merupakan struktur tertinggi sebagai sebagai pengambil
tertinggi yang berperan pengambil kebijakan kebijakan yang terdiri
dalam pengambilan dan dari unsur pimpinan
kebijakan terdiri dari pengimplementasiannya daerah, dan
unsure pimpinan kepala dilaksanakan oleh pelaksanaanya akan
daerah. Dewan seorang Direktur dikoordinasikan oleh
Eksekutif (DE) beserta struktur coordinator beserta sub
penterjemah kebijakan bawahnya secretariat dibawahnya
FR menjadi kebijakan
strategis yang akan di
implementasikan oleh
Regional Manager (RM)
Positif Legitimasi terhadap Legitimasi terhadap Legitimasi terhadap
kesepakatan bersama kesepakatan bersama kesepakatan bersama
tinggi tinggi tinggi
Negatif Terlalu panjang apabila Potensi inisiatif dari Potensi inisiatif dari
tujuan yang diinginkan bawah menjadi rendah bawah menjadi rendah
adalah percepatan sangat besar sangat besar
pertumbuhan ekonomi
2 Sistem DE menterjemahkan Sekda tiap daerah Forum merumuskan
Prosedur kebijakan FR menjadi menyetujui atau kebijakan berdasarkan
Pengambilan kebijakan strategis dan menolak usulan yang di pertemuan yang
Keputusan kemudian dilaksanakan rumuskan oleh tim difasilitasi oleh
oleh Regional Manager teknis berdasarkan coordinator BKAD dan
(RM) sector masing-masing melalui meminta
yang dikoordinasikan persetujuan DPRD,
oleh direktur Sekber. kemudian hasil
Pelaksanaan dijalankan keputusan dilaksanakan
oleh masing-masing oleh Koordinator dan
SKPD melaluimonitoring SKPD yang terkait
direktur dan unit di
bawahnya
Positif Terjamin konsistensi Terjamin konsistensi Terjamin konsistensi
antara perencanaan antara perencanaan antara perencanaan
daerah dengan lembaga daerah dengan lembaga daerah dengan lembaga
kerjasama kerjasama kerjasama
Negatif Pada kondisi yang Pada kondisi yang Pada kondisi yang
memerlukan sebuah memerlukan sebuah memerlukan sebuah
21
Bentuk Lembaga
No Aspek Regional Manager Sekretariat Bersama Badan Kerjasama Antar
Daerah
respon yang cepat respon yang cepat respon yang cepat
menjadi tidak taktis, menjadi tidak taktis, menjadi tidak taktis,
efisien dan efektif efisien dan efektif efisien dan efektif
3 Kewenangan Menjalankan kebijakan Mengkoordinasikan Mengkoordinasikan
yang telah di gariskan serta memfasilitasi serta memfasilitasi
oleh FR dan DE perencanaan, perencanaan yang telah
sinkronisasi program dianggarkan melalui
SKPD
Positif Potensi percepatan Terminimalisir adanya Terminimalisir adanya
pembangunan wilayah, inefisiensi / program inefisiensi / program
dikarenakan rencana / yang sama antara sector yang sama antara sector
kebijakan yang di wilayah satu dengan di wilayah satu dengan
dirumuskan berbeda / yang lain terhadap yang lain terhadap
berdiri sendiri dengan program yang akan di program yang akan di
program SKPD pada laksanakan laksanakan
umumnya
Negatif 1. Bergantung pada Berpotensi pada Berpotensi pada
kebijakan yang lambatnya progress lambatnya progress
dirumuskan, kalau pengembangan pengembangan
rumusan kebijakan terhadap suatu wilayah terhadap suatu wilayah
tidak progress
hasilnya pun akan
lambat dan
sebaliknya
2. Berpotensi tumpang
tindih terhadap
program di SKPD
4 Pembiayaan 1. Bersumber dari 1. Bersumber dari APBD 1. Bersumber dari
APBD pada pos berdasarkan pos APBD Hibah,
Hibah dan pos hibah, pos kegiatan di Bantuan sosial dan
dimasing-masing SKPD terkait bantuan keuangan
SKPD 2. Bersumber dari daerah
2. Bersumber dari lembaga/pihak ketiga 2. Bersumber dari
lembaga/pihak lembaga/pihak
ketiga ketiga
Positif Mendukung Mendukung Mendukung
implementasi program implementasi program implementasi program
dan berjalannya dan berjalannya dan berjalannya
kelembagaan secara kelembagaan secara kelembagaan secara
baik baik baik
Negatif Berpotensi terhadap Berpotensi terhadap Berpotensi terhadap
penyimpangan penyimpangan penyimpangan
pengelolaan keuangan pengelolaan keuangan pengelolaan keuangan
22
Bentuk Lembaga
No Aspek Regional Manager Sekretariat Bersama Badan Kerjasama Antar
Daerah
yang bersumber dari yang bersumber dari yang bersumber dari
APBD lebih dikarenakan APBD lebih dikarenakan APBD lebih dikarenakan
regulasi terkait regulasi terkait regulasi terkait
pembiayaan KSAD pembiayaan KSAD pembiayaan KSAD
secara spesifik belum secara spesifik belum secara spesifik belum
tersedia tersedia tersedia
5 Sumber Pada level kebijakan Pada level kebijakan Pada level kebijakan
Daya SDM bersumber dari SDM bersumber dari SDM bersumber dari
Manusia PNS PNS PNS
Pada level pelaksna Pada level pelaksana Pada level pelaksana
harian dan koordinasi harian dan koordinasi harian dan koordinasi
bersumber dari tenaga bersumber dari tenaga bersumber dari PNS
professional/swasta professional/swasta
dan PNS
Positif Lebih dinamis dan Stabil, karena pelaksana Tidak banyak perubahan
progresif antara harian adalah tenaga pada budaya kerja serta
perencanaan dan professional menjadikan komunikasi kerja
pengimplementasiannya lebih fokus tidak sehingga memudahkan
terbebankan dengan di dalam melaksanakan
tanggungjawab tupoksi koordinasi
yang melekat di setiap
sektor
Negatif Kalau kewenangan nya Disesuaikan Lambat dikarenakan
terbatas dan tidak kewenangannya, kalau beban kerja lain yang
mendukung percepatan, kewenangannya kecil berpotensi melekat
berakibat pada lambat sekedar menjalankan pada staf dikarenakan
serta menurunnya fungsi koordinasi, statusnya PNS
kinerja staf profesional tenaga professional
yang tersedia menjadi
tidak efisien
6 Ruang Penekanan pada sector Penekanan pada sector Penekanan pada sector
Lingkup pengemabangan penyelenggaran penyelenggaran
Program ekonomi wilayah pelayanan public pelayanan public
(transportasi, (transportasi,
Pada kasus SAMPAN, lingkungan, pendidikan, lingkungan, pendidikan,
sudah mulai di kesehatan dsb) kesehatan dsb)
introduksi POKJA
terkait kerjasama Pada kasus
penyelenggaraan pada SUBOSUKAWANSRATEN
sector pelayanan public penekanan pada sektor
seperti sampah dan ekonomi dengan
pelayanan dasar pada melahirkan sebuah
wilayah perbatasan lembaga yang bernama
23
Bentuk Lembaga
No Aspek Regional Manager Sekretariat Bersama Badan Kerjasama Antar
Daerah
PT Soloraya sebagai
implementatornya
Positif Sejalan dengan prioritas Menjadi pendukung Menjadi pendukung
pembangunan di dalam pembangunan dalam pembangunan
wilayahnya yang wilayah yang bertumpu wilayah yang bertumpu
mengarah pada pada pertumbuhan pada pertumbuhan
pertumbuhan ekonomi ekonomi selaras dengan ekonomi selaras dengan
peningkatan kualitas peningkatan kualitas
penyelenggaraan penyelenggaraan
pelayanan publik pelayanan public
Negatif Percepatan Berpotensi tidak fokus Berpotensi tidak fokus
pengembangan pada pelaksanaan pada pelaksanaan
ekonomi wilayah yang penyelenggaraannya penyelenggaraannya
terjadi berpotensi tidak dikarenakan banyaknya dikarenakan banyaknya
diimbangi oleh urusan pelayanan dasar urusan pelayanan dasar
penyelenggaraan yang melekat dan yang melekat dan
pelayanan publik dasar menjadi kewajiban pada menjadi kewajiban pada
lainnya pemerintah daerah pemerintah daerah
24
d. Daerah-daerah yang membentuk KSAD mampu meminimalisir konflik horizontal
maupun konflik yang dapat disebabkan oleh kompetisi antar wilayah yang
mengedapankan priomordialisme.
e. Daerah-daerah yang membentuk KSAD dapat melakukan Economies of scale
dan economies of scope melalui Cross Boundary Leveraging (sinergi dan
komplementasi): penyediaan pelayanan publik bersama, kerjasama lintas
pemasaran.
f. Daerah-daerah yang membentuk KSAD dapat melakukan Efisiensi sumber daya
dengan menghindari duplikasi pelayanan
g. Dan keuntungan lainnya adalah adanya Sharing of risk and benefit
Hal lain yang juga perlu disiapkan adalah data dasar terkait sektor atau objek
yang akan dikerjasamakan. Data dasar ini menjadi penting untuk dapat menjadi
pijakan awal terhadap suatu wilayah yang akan atau sedang melakukan KSAD
sehingga kedepan paska kerjasama - penyelenggara, masyarakat atau
pemangku kepentingan lainnya dapat melihat perubahan dan perbedaan yang
terjadi terhadap objek yang dikerjasamakan – sebelum dan sesudahnya.
Data dasar yang dibutuhkan adalah penggambaran kondisi regional baik dari
segi potensi maupun kendala dan limitasi dari semua sektor dan aspek, misalnya
sektor fisik, ekonomi, sosial budaya, sumberdaya, dan sebagainya. Tentunya
penggalian data dasar tersebut disesuaikan relevansinya dengan objek yang
akan dikerjasamakan. Oleh karena itu penyusunan data dasar baik yang
berbentuk statistik maupun grafis adalah kebutuhan bagi penyelenggaraan
KSAD .
25
c. Merumuskan Indikator Kinerja
INDIKATOR KINERJA
KUALITATIF KUANTITATIF
26
Sebagai ilustrasi sebuah rangkaian program secara menyeluruh dapat dilihat
pada alur di bawah ini, dari gambar ini kemudian kita bisa mengurai masing-
masing indicator yang di sepakati dalam Kerja Sama Antar Daerah
Indikator kinerja Input, indikator ini mengukur jumlah sumber daya seperti
anggaran (dana), SDM, peralatan, material dan masukan lainnya yang dapat
dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan. Dengan demikian kita bisa
meninjau distribusi sumberdaya dan kemudian dianalisis apakah alokasi
sumberdaya yang dimiliki telah sesuai dengan rencana stratejik yang telah
ditetapkan. Misalnya :
27
• Jumlah alokasi anggaran yang dibutuhkan
• Sumberdaya manusia yang terlibat
• Peralatan / infrastruktur apa saja yang digunakan
28
setelah beberapa waktu kedepan, khususnya dalam rentang waktu menengah
atau rentang waktu yang relatif lebih panjang. Dalam indikator manfaat
menunjukan hal yang diharapkan untuk dicapai bila keluaran dapat diselesaikan
dan berfungsi dengan optimal . Sebagai contoh :
Peningkatan hal yang positif dalam rentang waktu menengah atau panjang
seperti
• % Kenaikan lapangan kerja
• % Peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat
• % Penurunan angka gizi buruk
• % Peningkatan kelulusan siswa (SD, SMP, SMA)
Dari semua indikator tersebut, hal yang juga perlu diperhatikan adalah, Indikator
kinerja yang dirumuskan harus bersifat SMART.
• Spesific: Jelas, tidak mengundang multi interpretasi
• Measurable: Dapat diukur
• Achaiviable: Dapat dicapai
• Relevant: Sesuai dengan kebutuhan program
• Timely: Tepat waktu
29
d. Siapa yang melakukan monitoring dan evaluasi ?
Dalam Kerja Sama Daerah telah diatur oleh Permendagri no 23 tahun 2009
terkait tentang pembinaan dan pengawasan Kerja Sama Antar Daerah, dimana
dalam pelaksanaan pembinaan serta pengawasan Mendagri membentuk
Sekretariat Bersama. Sekretariat Bersama ini terdiri dari unsur Departemen
Dalam Negeri, Wakil dari Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen
terkait serta Tenaga Professional.
Sedangkan pada level provinsi Gubernur dibantu oleh Tim Teknis Kerja Sama
Daerah (TKKSD) didalam melakukan pembinaan dan pengawasan.
Keanggotaan TKKSD meliputi atas Sekretaris Daerah, Asisten yang membidangi
kerja sama daerah, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Kepala
Badan/Kepala Biro yang membidangi kerja sama daerah, Kepala Biro Hukum,
Kepala Biro Pemerintahan, Kepala SKPD yang membidangi keuangan dan
pengelolaan aset, dan SKPD teknis yang terkait objek kerja sama daerah
30
C. TAHAPAN PEMBENTUKAN ORGANISASI KSAD
31
No Tahapan Uraian Keluaran
33
No Tahapan Uraian Keluaran
34
No Tahapan Uraian Keluaran
35
No Tahapan Uraian Keluaran
terjadi; dan
2. hak dari Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota yang telah
diterima dan/atau yang tidak bisa
diterima setiap tahun atau pada saat
berakhirnya KSAD.
e. 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya
perjanjian KSAD, masing- masing SKPD yang
melakukan KSAD dibantu oleh badan kerja
sama dan dapat didampingi oleh tim
penilai eksternal untuk melakukan
inventarisasi dan penilaian secara finansial
terhadap:
1. barang bergerak dan tidak bergerak
yang terkait dengan perjanjian KSAD;
2. kewajiban atau utang yang menjadi
beban KSAD.
f. Hasil penilaian dilaporkan kepada Kepala
Daerah melalui SKPD masing-masing.
Terhadap barang bergerak dan tidak
bergerak dimaksud pada huruf e point 1,
pembagiannya dapat dilaksanakan:
1. dijual kepada para pihak yang melakukan
KSAD; dan
2. dijual melalui lelang terbuka.
Hasil penjualan barang bergerak dan tidak
bergerak sebagaimana dimaksud pada huruf
f setelah dikurangi kewajiban atau hutang
yang menjadi beban KSAD, dibagi
berdasarkan perimbangan hak dan
kewajiban dalam perjanjian KSAD.
g. Hasil KSAD yang berupa barang dilaporkan
oleh Kepala Daerah kepada Ketua DPRD.
36
2. Rumusan Pengalaman Pembentukan Organisasi KSAD Yang
Telah Ada
37
N0 Tahapan Uraian Kegiatan Metode Keluaran
38
N0 Tahapan Uraian Kegiatan Metode Keluaran
39
D. TEKHNIK PENYUSUNAN NASKAH PERJANJIAN KERJASAMA DAN
PERATURAN BERSAMA
1. Naskah Perjanjian Kerjasama
Dalam Permendagri No 3 tahun 2009 telah mengatur tentang tata cara pembuatan naskah
bagi pemerintah Kab / kota. Terkait dengan Naskah surat perjanjian dapat dilihat sebagai
berikut :
1. Pengertian.
Surat Perjanjian adalah naskah dinas yang berisi suatu kesepakatan bersama yang mengikat antara pihak-pihak
tertentu untuk melakukan tindakan/ perbuatan hukum yang telah disepakati bersama.
2. Susunan
Surat Perjanjian terdiri atas :
a. Kepala Surat Perjanjian;
b. Isi Surat Perjanjian;
c. Bagian Akhir Surat Perjanjian
Ad. a. Kepala Surat Perjanjian terdiri atas :
1) Tulisan “Surat Perjanjian” yang ditempatkan ditengah lembar naskah dinas;
2) Nomor dan tahun;
3) Tulisan “Tentang”;
4) Judul Surat Perjanjian.
Ad. b. Isi Surat Perjanjian terdiri atas :
1) Hari, Tanggal, Bulan dan Tahun serta tempat pembuatan;
2) Nama, pangkat, NIP (bagi PNS), pekerjaan dan alamat pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian;
3) Permasalahan-permasalahan yang diperjanjikan, dirumuskan dalam bentuk uraian atau dibagi dalam
pasal-pasal dan dikemukakan yang menyangkut hak dan kewajiban dari masing-masing pihak serta
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
4) Sanksi – sanksi Hukum;
5) Penyelesaian-penyelesaian.
Ad. c. Bagian Akhir Surat Perjanjian terdiri atas :
1) Tulisan “Pihak ke ……..”;
2) Nama jabatan pihak-pihak yang membuat perjanjian;
3) Tanda tangan pihak-pihak yang membuat perjanjian;
4) Materai;
5) Nama jelas pihak-pihak penandatangan;
6) Pangkat dan NIP bagi PNS;
7) Stempel Jabatan/Instansi;
8) Saksi-saksi (nama jelas dan tandatangan).
3. Penandatanganan.
a. Surat Perjanjian yang ditandatangani oleh Bupati/Walikota dibuat diatas kertas ukuran folio, dengan
menggunakan kop naskah dinas “Bupati/Walikota dengan lambang negara berwarna hitam;
b. Surat Perjanjian yang ditandatangani oleh Pimpinan Perangkat Daerah atas nama Bupati/Walikota atau atas
wewenang jabatannya dibuat diatas kertas ukuran folio, dengan menggunakan kop naskah dinas Perangkat Daerah
yang bersangkutan;
c. Surat Perjanjian yang ditandatangani oleh Pimpinan Perangkat Daerah atas wewenang jabatannya dibuat diatas
kertas ukuran folio, dengan menggunakan kop naskah dinas Perangkat Daerah yang bersangkutan.
4. Bentuk/model naskah dinas Surat Perjanjian, sebagaimana tertera pada halaman berikut.
40
LAMBANG NEGARA
BUPATI/WALIKOTA ………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………
SURAT PERJANJIAN
NOMOR ………./………./………/……..
TENTANG
MMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM
MMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM
1. Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm PIHAK KE I
2. Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm PIHAK KE II
Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Mmmmmmmmmmmmmmmmmm
…………………………………………………………………………
Pasal Umum
Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Mmmmmmmmmmmmmmmm
PIHAK KE II PIHAK KE I
MATERAI
NAMA JELAS NAMA JELAS
Pangkat
NIP
SAKSI-SAKSI :
1. …………….. : (tandatangan).
2. ……………… : (tanda tangan).
41
PERATURAN BERSAMA BUPATI/WALIKOTA.
1. Pengertian.
Peraturan Bersama Bupati/Walikota adalah naskah dinas yang berbentuk peraturan
perundang-undangan dibuat oleh dua atau lebih Kepala Daerah untuk mengatur suatu
urusan yang menyangkut kepentingan bersama.
2. Ciri-ciri.
a. Isi bersifat mengatur;
b. Menggunakan nomor angka bulat;
c. Masa berlakunya lama;
d. Setelah tulisan “Menetapkan” menggunakan judul;
e. Materi dituangkan dalam bentuk pasal-pasal;
f. Ditandatangani bersama oleh kepala daerah yang melakukan kerjasama;
g. Tidak memakai tembusan.
3. Susunan.
Peraturan Bersama terdiri atas :
a. Kepala Peraturan Bersama;
b. Pembukaan Peraturan Bersama;
c. Isi Peraturan Bersama;
d. Bagian Akhir Peraturan Bersama.
Ad. a. Kepala Peraturan Bersama terdiri atas :
1) Tulisan “PERATURAN BERSAMA BUPATI/WALIKOTA ……….”;
2) Nomor dan Tahun;
3) Nama Peraturan yang ditulis : “TENTANG ……………………..”.
Ad. b. Pembukaan Peraturan Bersama terdiri atas :
1) Tulisan “Bupati/Walikota ………………”;
2) Konsideran;
(Menimbang, memuat alasan-alasan pertimbangan-pertimbangan
pembuatan Peraturan dan konstatering fakta-fakta secara singkat,
sedangkan Mengingat, memuat dasar hukum untuk penetapan
Peraturan dimulai dari Undang-undang, Peraturan Pemerintah dan lain-
lain peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum
pembuatan Peraturan tersebut).
3) Judul terdiri atas :
a) Tulisan “Memutuskan”;
b) Tulisan “Menetapkan”.
c) Tulisan “ Peraturan Bersama ……….”.
Ad. c. Isi Peraturan Bersama dirumuskan dalam bentuk pasal-pasal dan ayat-ayat.
Ad. d. Bagian Akhir Peraturan Bersama terdiri atas :
1) Nama tempat ditetapkan;
2) Tanggal, Bulan dan Tahun;
3) Nama Jabatan;
4) Tanda tangan pejabat;
5) Nama Pejabat;
6) Stempel Jabatan.
4. Penandatanganan :
a. Peraturan Bersama ditandatangani oleh masing-masing Kepala Daerah yang
melakukan kerjasama, dibuat diatas formulir ukuran folio dengan menggunakan kop
naskah dinas Bupati/Walikota pemrakarsa kerjasama, dengan lambang negara warna
hitam;
b. Keabsahan salinan Peraturan Bersama Bupati/Walikota dilakukan Sekretaris Daerah.
5. Bentuk/model naskah dinas Peraturan Bersama Bupati/Walikota, sebagaimana tertera pada
halaman berikut.
42
LAMBANG NEGARA
BUPATI/WALIKOTA ………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
PERATURAN BERSAMA BUPATI/WALIKOTA …………………………..
DAN ……………………..
NOMOR ………. TAHUN …………
NOMOR ………. TAHUN …………
TENTANG
MMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM
a. mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
b. mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Mengingat : 1. Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
2. Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : MMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM
BAB
Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Pasal
Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
(1)Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
(2)Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
(3)Dst.
Pasal
(1)Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
a. mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
BAB
Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Bagian Pertama
Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Paragraf
Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Pasal
Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
(1)Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
(2) Dst.
Ditetapkan di ………………………
pada tanggal ………………………
BUPATI/WALIKOTA …………… BUPATI/WALIKOTA ………………
NAMA JELAS NAMA JELAS
43
Contoh : Matriks Rencana Strategis Pelayanan Pendidikan KSAD di Wilayah Kedu Plus
Tahun 2010
No Permasalahan Strategi Program Kegiatan Lokasi Output Outcome Biaya Sumber Dana
(Rp)
1`. Keberadaan Pemanfaatan Sosialisasi keberadaan politeknik Semua Kab/kota di 10% SMA di setiap Kab/Kota Ada putra daerah Rp. 150.000.000,- Politeknik ybs/ APBD
politeknik belum Politeknik Malariologi di Banjarnegara Kedu Plus mendapat sosialisasi yang melanjutkan Provinsi/APBN
dikenal masyarakat Malariologi ke politeknik tsb
Terpadu
di Kedu Plus
Tidak semua Pertukaran Guru Magang Antar Kab/Kota di 7 orang guru dari masing-masing Peningkatan 3 juta per orang Sekolah/APBD
kabupaten Guru Kedu Plus kab/kota (min 1 orang per jenjang kompetensi guru per bulan Kab/Kota/APBD
mempunyai guru dik) Provinsi
berkompetensi baik
44
E. PEMBELAJARAN DARI CAPAIAN LEMBAGA KSAD YANG
TELAH ADA
1. BKSP JABODETABEKJUR
45
2. SEKBER KERTAMANTUL
17
46
Peningkatan Kinerja Pengelolaan TPA Sampah
Sebelum Sesudah
47
3. RM BARLINGMASCAKEB
PERDAGANGAN
Pasar Lelang
Forward Promosi Produk Bantuan Mesin
Komoditas Agro
20
30
24.4
25
20 18.4
15 12.2
8.8
10
5 2.4 2.4 2.4 0.9 1 0
0
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV
Pasar Lelang Forward
21
48
Biaya vs Manfaat (Pasar Lelang & Bantuan Mesin)
PARIWISATA
23
49
4. BKAD SUBOSUKAWONOSRATEN
Hal menarik lain yang dapat dijadikan pembelajaran bersama adalah pada BKAD
SUBOSUKAWONOSRATEN, melahirkan kesepakatan bersama untuk
membentuk sebuah badan hukum , yang dikenal dengan PT Solo Raya,
diharapkan badan hukum ini nantinya dapat memperkuat strategi pemasaran
regional bagi daerah-daerah di wilayah eks Karesidenan Surakarta. Kondisi PT
Solo Raya saat ini dapat dijadikan pembelajaran penting bagi wilayah lain untuk
memperhatikan regulasi pembentukan, rekruitmen SDM hingga proses
pelaksanaannya.
50
5. RM SAMPAN
ACHIEVEMENT/PENCAPAIAN
PEMASARAN PRODUK DAERAH
• Penyelenggaraan PASAR LELANG FORWARD (PLF)
AGRO & NON AGRO SAMPAN yang melibatkan
komoditas unggulan seperti :
• Beras, jagung, kentang, kopi, bawang merah, jahe,
kemiri dll.
• Batik, aneka kerajinan
• PLF SAMPAN I : 5 Milyar (Dengan realisasi 98%)
• PLF SAMPAN II : 42.7 Milyar (Realisasi transaksi
75.68%)
• PLF SAMPAN III :14.5 Milyar (Realisasi 61.28%)
• PLF SAMPAN IV :25,5 Milyar (Realisasi on going
42.25%)
P RO M O SI PO TEN SI D A ERA H
• E v e n t p ro m o s i g a b u n g a n t a h u n a n S A M P A N E X P O
• T ra n s a k s i S A M P A N E x p o 2 0 0 7 : R p . 3 8 5 ju ta
• T ra n s a k s i S A M P A N E x p o 2 0 0 8 : R p . 4 . 8 5 M
• T ra n s a k s i S A M P A N E x p o 2 0 0 9 : R p . 4 6 5 ju ta
• S it u s W e b h t t p : / / w w w . s a p t a -m it ra -p a n t u r a . c o m
• K a t a lo g O n L in e h tt p : / / w w w . p a n t u ra c ra f t . c o m
• P e n e rb it a n & p e n d is tr ib u s ia n B o o k le t P o t e n s i S A M P A N
51
6. SEKBER KEDU PLUS
Lembaga kerjasama KEDU Plus merupakan lembaga yang lahir atas keinginan
bersama di dalam meningkatkan pelayanan publik, proses inisiasi
pembentukannya merupakan hasil elaborasi bersama tujuh kab/kota diwilayah
eks karesiden KEDU plus Banjarnegara dengan didampingi oleh LEKAD dan
dukunga dari GTZ GLG Jawa Tengah, pembelajaran yang dapat di ambil dari
proses pembentukan lembaga ini dapat dilihat pada alur di bawah ini :
Pendidikan
Tahap Pra-
3 2 1
Tahap Konsepsi Tahap Persiapan dan
institusionalisasi Prakonsepsi
Keluaran yang dicapai:
Keluaran yang dicapai: Keluaran yang dicapai:
Draft Kesepakatan
1. Kualifikasi umum Bersama Kesepahaman pentingnya
fasilitator Draft Perjanjian Kerja pelayanan publik terpilih
Sama sebagai perekat KSAD Kedu
Draft Alternatif Struktur Plus.
Kelembagaan Usulan daftar nama
Seminar
Draft SOP anggota Pokja KSAD
Membangun Materi tentang Usulan nama instansi
Kesepahaman mekanisme pembiayaan yang perlu dilibatkan
Kepala Daerah KSAD aktif dalam KSAD Kedu
Usulan Tambahan anggota Plus
Kerangka fasilitasi KSAD
4 Kedu Plus
Tahap Institusionalisasi
POSISI CAPAIAN SAAT INI:
Keluaran yang diharapkan:
1. Naskah Kesepakatan
1. Dokumen kesepakatan bersama dan
Bersama (sedang
perjanjian Kerja sama ditandatangani)
2. Struktur KSAD Kedu Plus
2. Model/struktur pengelolaan dari KSAD
3. Kelompok Kerja Sektoral
Kedu Plus (belum formal)
4. Renstra dan Rencana Aksi
3. Infrastruktur dan perlengkapan Sektoral
Sumber : Gurendo (2009)
52
F. SRATEGI PENYESUAIAN LEMBAGA KSAD YANG TELAH ADA
TERHADAP REGULASI YANG BARU
Kondisi saat ini memeperlihatkan adanya lembaga kerja sama antar daerah yang
tidak sejalan dengan peraturan yang ada, namun demikian tentu tidak serta
merta menghapus dan membubarkan lembaga tersebut, karena bagaimanapun
juga lembaga ini lebih dahulu terbentuk dibandingkan regulasi yang mengatur
saat ini dan juga lembaga kerjasama yang ada saat ini, lahir dikarenakan
kebutuhan daerah untuk memberikan pelayanan publik yang berkualitas kepada
masyarakat. Untuk itu perlu diambil langkah langkah yang strategis agar
kepentingan masyarakat tetap terjaga tanpa harus berbenturan dan terhambat
oleh regulasi yang ada. Beberapa hal yang perlu dicoba untuk menyesuaikan
kondisi kelembagaan yang ada saat ini dengan regulasi yang ada adalah :
Kebijakan yang perlu diatur kembali adalah terkait dengan bentuk kelembagaan,
beberapa alternatif penyesuaian adalah :
a. Bentuk lembaga yang ada menyesuaikan dengan regulasi yaitu berubah
berbentuk menjadi Badan Kerjasama, yang merupakan bukan bagian dari
perangkat daerah dan bertugas membantu kepala daerah.
b. Berubah menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dengan
menggunakan peraturan yang telah ada terkait dengan BUMD
c. Berubah menjadi Badan Layanan Umum (BLU) dengan menggunakan
peraturan yang telah ada terkait dengan BLU
d. Berubah menjadi Badan hukum dengan dengan menggunakan peraturan
yang telah ada terkait dengan Badan hukum
53
DAFTAR PUSTAKA
Bappeda Provinsi Jateng, GTZ RED (2005). “Pedoman Regional Economic Development
Strategic Programs(REDSP), Bappeda Provinsi Jateng, Semarang
Gurindo, A S (2009). Laporan Akhir, “Fasilitasi Pelembagaan Kerja Sama Pelayanan Publik
(Kesehatan, Pendidikan, dan Tata Ruang dan Lingkungan) Antarderah Kabupaten/Kota di
Wilayah Kedu Plus” GTZ GLG, Semarang
Henry, N (1995). Public Administration and Public Affairs. Sixth Edition. Englewood Cliffs,
N.J.:Prentice-Hall.
Keban, Y T (2009). “Kerjasama Antar Pemerintah Daerah Dalam Era Otonom isu Strategis,
Bentuk Dan Prinsip”, Jogjakarta
Poppe, M (2009). “Presentasi, Kebutuhan dan Metode Evaluasi Dalam Pelaksanaan Kerja
Sama Antardaerah”, Ditjen BANGDA, Jakarta
Permendagri No 3 tahun 2005 tentang Tata Cara Pembuatan Naskah Bagi Pemerintah
Kab/kota
54
Pratikno,Ed (2007). “Kerjasama Antar Daerah : Kompleksitas dan Tawaran Format
Kelembagaan”, PLOD dan JIP, Jogjakarta
55