Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUANruytu
L’pnhjtxutjzreo0u8
Ljghfdll][l
1.1 Latar belakanguhlycd
Penyakit atau “sindrom” Diabetes Melitus (DM) sudah mulai dikenal di Mesir
1550 tahun SM (The Egyptyan Papyrus Ebers). Pada 400 tahun SM, Sashrutha yang
berasal dari India menyebutkan ini Mandhumea atau Honey Urine. Selanjutnya pada 200
tahun SM, Aretaeus (greek Physichia) menamakannya diabetes yang berarti siphon =
flow-through = run through, yang berarti mengalir terus. Siphon pada sindrom ini
berarti sesudah meminum banyak akan diikuti kencing banyak. Sedangkan mellitus
berarti madu atau manis. Jadi secara harfiah Diabetes Melitus berarti Kencing Manis
(Tjokroprawiro, 2007).
Diabetes Melitus adalah salah satu diantara penyakit yang tidak menular yang
akan meningkat jumlahnya dimasa datang. Diabetes Melitus merupakan salah satu
ancaman utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. Perserikatan bangsa-bangsa
(WHO) membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes melitus
diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam waktu kurun 25 tahun
kemudian, pada tahun 2025, jumlah itu akan membengkak 300 juta orang (Suyono,
2006). Suyono juga mengatakan bahwa perubahan pola penyakit itu diduga ada
hubungannya dengan cara hidup yang berubah. Pola makan dikota-kota telah bergeser
dari pola makan tradisional yang mengandung banyak karbohidrat dan serat dari sayur, ke
pola makan ke barat-baratan, dengan komposisi makanan yang terlalu banyak
mengandung protein, lemak, gula, garam dan mengandung sedikit serat. Komposisi
makanan seperti ini terutama terdapat pada makanan siap santap yang akhir-akhir ini
banyak digemari terutama oleh anak-anak muda. Disamping itu cara hidup yang sangat
sibuk dengan pekerjaan dari pagi sampai sore bahkan kadang-kadang sampai malam hari
menyebabkan tidak adanya kesempatan untuk berekreasi atau olahraga (Suyono, 2006).
Di negara-negara berkembang yang laju ekonominya sangat menonjol seperti Singapura,
prevalensi diabetes sangat meningkat dibanding pada masa lalu yang mana bisa dilihat
bahwa faktor lingkungan sangat mempengaruhi peningkatan prevalensi diabetes. Tidak
jauh berbeda di Indonesia pada tahun 1995 jumlah penderita diabetes adalah sekitar 6,4
juta orang dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlahnya akan meningkat 12,4 juta orang
(Suyono, 2006). Sejak 1964 sampai 2003 jumlah penderita Diabetes Melitus yang berobat
dan terdaftar di RSU Dr. Soetomo meningkat menjadi 300 kali lipat (dari 133 menjadi

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
1
39.875), dengan pertambahan rerata ± 1,002 penderita Diabetes Melitus per tahun
(Tjokroprawiro, 2007).
Secara epidemiologi diabetes sering tidak terdeteksi dan dikatakan onset atau
terjadinya diabetes adalah 7 tahun sebelum diagnosis ditegakkan, sehingga morbiditas
dan mortalitas dini terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi ini. Selain itu karena diabetes
merupakan suatu penyakit global dan menurut P. Zimmet sudah merupakan suatu
epidemik, banyak penelitian dilakukan untuk mencoba mengatasinya. Saat ini terdapat
berbagai penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki kehidupan orang dengan diabetes,
ada yang berusaha mencari obat untuk menyembuhkannya dan ada pula yang
mempelajari dampak diabetes pada beberapa populasi di dunia (Gustaviani, 2006).
Menyadari hal ini, deteksi dini terhadap diabetes mellitus sangat perlu dilakukan
terhadap masyarakat yang mempunyai faktor risiko baik karena pola hidup tidak sehat
dan faktor keturunan. Penelitian ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini diabetes
mellitus melalui pemeriksaan kadar gula darah puasa.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“Bagaimanakah deteksi dini diabetes melitus dengan pemeriksaan kadar gula darah puasa
di Puskesmas Datuk Bandar.”

1.3 Tujuan penelitian


1.3.1. Tujuan umum
Mendeteksi secara dini diabetes melitus dengan memeriksaan kadar gula darah
puasa di Puskesmas Datuk Bandar.

1.3.2. Tujuan khusus


a) Untuk mengetahui tentang Diabetes Melitus.
b) Untuk mengetahui langkah-langkah mendeteksi dini diabetes melitus dengan
pemeriksaan kadar gula darah puasa.
c) Untuk mengetahui bahan yang digunakan untuk pemeriksaan kadar gula darah.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1. Manfaat Teoritis
Sebagai sumbangan saran bagi Ilmu Kedokteran, Ilmu pengetahuan dengan titik
berat pada pemeriksaan gula darah puasa sebagai deteksi dini Diabetes Melitus.

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
2
1.4.2. Manfaat Praktis
a) Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi petugas di
Puskesmas Datuk Bandar untuk mendeteksi secara dini penyakit Diabetes Melitus.
b) Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat di
Kecamatan Datuk Bandar untuk mendeteksi secara dini penyakit Diabetes Melitus.
c) Bagi Peneliti
Penelitian ini sangat berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi
peneliti serta sebagai bahan untuk menerapkan ilmu yang telah didapat selama
perkuliahan dalam melakukan mini survei.
d) Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat menjadi suatu dasar atau bahan untuk melakukan penelitian lebih
lanjut melakukan pemeriksaan gula darah untuk mendeteksi secara dini diabetes
melitus.

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI PANKREAS

Pankreas adalah organ pipih yang terletak di belakang dan sedikit dibawah
lambung dalam abdomen (Sloane,2004). Secara keseluruhan pankreas menyerupai
setangkai anggur. Cabang–cabangnya merupakan saluran yang bermuara pada
duktus pankreatikus utama. Saluran utama berjalan disepanjang kelenjar. Dan
merupakan kelenjar terelongasi berukuran besar dibalik kurvatura besar lambung,
yang strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah,panjangnya kira-kira 15
cm,lebar 5 cm mulai dari duodenum sampai ke limfa dan beratnya kira-kira 60-90
gr. Terbentang pada vertebra lumbalis I & II dibelakang lambung (Setiadi,2007).
Pankreas memiliki kelenjar eksokrin dan endokrin. Pankreas eksokrin terdiri atas
banyak lobus yang tersusun dari alveoli berukuran kecil, yang dindingnya terdiri
atas sel sekretori. Funsi sel eksokrin adalah menghasilkan getah pankreas yang
mengandung enzim yang memecah karbohidrat, protein, dan lemak (Wilson,
2011).

Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau pada peta,
karena itu disebut pulau-pulau langerhans yang berisi sel beta yang mengeluarkan
hormon insulin, yang sangat berperan dalam mengatur kadar glukosa darah. Tiap
pankreas mengandung lebih kurang 100.000 pulau langerhans dan tiap pulau
berisi 100 sel beta (Suyono,2011),yang merupakan 60% dari sel pulau
(Wood,2006). Di samping sel beta ada juga sel alfa yang memproduksi glukagon
yang bekerja sebaliknya dari insulin yaitu meningkatkan kadar glukosa darah.
Juga ada sel delta yang mengeluarkan somatostatin (Suyono,2011) atau hormon
pencernaan yang menghambat sekresi glukagon dan insulin (Sloane,2004).
Hormon pankreas disekresikan secara langsung ke aliran darah dan beredar ke
seluruh tubuh (Wilson,2011).

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
4
Gambar 1. Anatomi Pankreas.

2.2 FISIOLOGI INSULIN

Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino, dihasilkan
oleh sel beta kelenjar pankreas (Manaf,2006). Kelenjar ini terletak di dalam
rongga perut bagian atas di belakang lambung (Prapti,2003). Yang mengandung
50 asam amino (Wilson,2011). Dalam keadaan normal bila ada rangsangan pada
sel beta, insulin disintesiskan dan kemudian disekresikan kedalam darah sesuai
kebutuhan tubuh untuk keperluan glukosa darah (Manaf,2006). Oleh darah insulin
disalurkan ke reseptor yaitu hati sebesar 50%; ginjal 10-20%; serta sel darah, otot,
dan jaringan lemak sekitar 30-40% (prapti,2003). Sekresi insulin distimulasi oleh
peningkatan kadar glukosa darah dan sedikit stimulasi parasimpati, peningkatan
kadar asam amino dan asam lemak, serta hormon gastrointestinal, misal
gastrin,sekretin, dan kolesistokinin. Sekresi diturunkan oleh stimulasi saraf
simpati, glukagon,adrenalin,kortisol,dan somatostatin yang disekresikan oleh
pulau langerhans (Wilson,2011). Jika kadar insulin cukup atau fungsinya tidak
terganggu, kelebihan gula digunakan untuk metabolisme tubuh. Gula darah
merupakan bahan bakar utama yang diubah menjadi energi. Kadar glukosa darah
tersebut akan merangsang sel beta pulau langerhans untuk mengeluarkan insulin.
Selama belum ada insulin,gula dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel-sel
jaringan tubuh lainnya seperti otot dan jaringan lemak. Dapat dikatakan bahwa

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
5
insulin merupakan kunci yang akan membuka pintu sel jaringan, memasukan gula
ke dalam sel, dan menutup pintu kembali. Di dalam sel, gula dibakar menjadi
energi yang berguna untuk beraktivitas (prapti,2003).

Sintesis dimulai dalam bentuk preproinsulin pada retikulum endoplasma sel beta.
Dengan bantuan enzim peptidase preproinsulin mengalami pemecahan sehingga
terbentuk proinsulin yang kemudian dihimpun dalam gelembung-gelembung sel
tersebut (Manaf,2006). Proinsulin merupakan turunan dari prekursor yang lebih
besar yaitu prepoinsulin. (Wood,2006). Dengan bantuan enzim peptidase,
proinsulin diuraikan menjadi insulin dan peptida-C yang keduanya sudah siap
untuk disekresikan secara bersamaan melalui membran sel.

Kadar glukosa darah yang meningkat merupakan komponen utama yang


memberikan rangsangan terhadap sel beta memproduksi insulin, untuk dapat
melewati membrane sel dibutuhkan senyawa lain. Glucose transporter (GLUT)
adalah senyawa asam amino yang terdapat di dalam sel yang berperan dalam
proses metabolisme glukosa. Fungsinya sebagai kendaraan pengangkut glukosa
masuk dari luar kedalam sel jaringan tubuh. Glucose transporter 2 (GLUT 2) yang
terdapat dalam sel beta diperlukan dalam proses masuknya glukosa dari dalam
darah, melewati membran kedalam sel. Selanjutnya di dalam sel, molekul glukosa
tersebut dapat mengalami proses glikolisis yang akan membebaskan molekul
ATP. Molekul ATP yang terbebas tersebut, dibutuhkan untuk mengaktifkan
proses penutupan K channel yang terdapat pada membrane sel. Terhambatanya
pengeluaran ion K dari dalam sel menyebabkan depolarisasi membrane sel, yang
diikuti kemudian oleh proses pembukaan Ca channel. Keadaan inilah yang
memungkinkan masuknya ion Ca sehingga meningkatkan kadar ion Ca intrasel,
yang dibutuhkan bagi proses sekresi insulin (Manaf,2006).

2.2.1 Efek fisiologis insulin

1. insulin menyediakan glukosa untuk sebagian besar sel tubuh, terutama untuk
otot dan adiposa, melalui peningkatan aliran glukosa yang melewati membran sel.

2. insulin memperbesar simpanan lemak dan protein dalam tubuh.

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
6
a) Insulin meningkatkan transpor asam amino dan asam lemak dari darah ke
dalam sel.
b) Insulin meningkatkan sintesis protein dan lemak, serta menurunkan
katabolisme protein dan lemak.

3. insulin meningkatkan penggunaan karbohidrat untuk energi.

a) Insulin memfasilitasi penyimpanan glukosa dalam bentuk glikogen pada


otot rangka dan hati.
b) Insulin memperbesar cadangan glukosa berlebih dalam bentuk lemak pada
jaringan adiposa.

2.2.2 Kendali sekresi insulin

1. efek terhadap kadar glukosa darah.

a) Peningkatan kadar glukosa darah, misalnya setelah makan, akan


menstimulasi sel beta untuk memproduksi insulin. Insulin menyebakan
glukosa berdifusi ke dalam sel yang akan memakainya sebagai energi.
Mengubahnya menjadi glikogen dalam hati. Atau menjadi lemak dalam
jaringan adiposa.
b) Jika kadar glukosa darah turun, laju sekresi insulin juga turun
(Sloane,2004).

2.3 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus berasal dari kata diabete yang artinya penerusan atau pipa untuk
menyalurkan air atau mengalir terus dan mellitus artinya manis, sehingga penyakit
ini sering disebut kencing manis. Penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit
gangguan metabolik terutama metabolisme karbohidrat (Sutedjo,2010). Dengan
karakteristik hiperglikemia (Gustaviani,2006),yang disebabkan oleh berkurangnya
atau ketiadaan hormon insulin dari sel beta pankreas, atau gangguan fungsi
insulin, atau keduanya (Sutedjo,2010).

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
7
2.3.1 Epidemiologi

Menurut WHO (organisasi kesehatan dunia) tahun 2003 terdapat lebih dari 200
juta orang dengan diabetes di dunia. Angka ini akan bertambah menjadi 333 juta
orang di tahun 2025. Negara berkembang seperti indonesia merupakan daerah
yang paling banyak terkena dalam abad ke 21 ini. Indonesia merupakan negara
dengan jumlah diabetisi ke 4 terbanyak menurut WHO. Pada tahun 2000 di
indonesia terdapat 8,4 juta diabetisi dan diperkirakan akan menjadi 21,3 juta pada
tahun 2030.

Penelitian epidemiologi di jakarta (urban) mendapatkan prevalensi diabetes


mellitus 1,7% (1982), 5,7% (1993), dan menjadi 12,8% pada tahun 2001.Tahun
2003 diperkirakan didaerah urban/perkotaan menjadi 14,7% (8,2 juta diabetisi)
dan didaerah rural/pedesaan 7,2% (5,5 juta diabetisi). Dari jumlah itu, baru 50%
penderita yang sadar mengidap, dan sekitar 30% diantaranya melakukan
pengobatan secara teratur (Shadine, 2010). Tahun 2030 dengan prevalensi
diabetes mellitus yang sama akan terdapat 12 juta diabetisi di daerah urban dan
8,1 juta diabetisi di daerah rural. Sepuluh negara yang paling banyak terdapat
diabetisi saat ini menurut WHO berturut-turut: India, Cina, Amerika Serikat,
Indonesia, Jepang, Pakistan, Rusia, Brazil, Italia dan Bangladesh
(Soegondo,2008 ).

2.3.2 Etiologi

Melihat tendensi kenaikan prevalensi diabetes secara global yang disebabkan oleh
karena peningkatan kemakmuran suatu populasi, maka dengan demikian dapat
dimengerti bila suatu saat atau lebih tepatnya dalam kurun waktu 1 atau 2 dekade
yang akan datang kekerapan Diabetes di Indonesia akan meningkat dengan
drastis, yang disebabkan oleh beberapa faktor:

1. Faktor keturunan (genetik)

2. Faktor kegemukan atau obesitas

o Perubahan gaya hidup dari tradisional ke gaya hidup barat


o Makan berlebihan
o Hidup santai, kurang gerak badan

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
8
3. Faktor demografi

o Jumlah penduduk meningkat


o Urbanisasi
o Penduduk berumur diatas 40 tahun meningkat

4. Berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi (Suyono,2011)

Klasifikasi Diabetes Mellitus menurut PERKENI 2006 dapat dilihat dalam tabel
dibawah ini:

Tabel klasifikasi etiologi DM

Tipe I Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke


defisiensi insulin absolut
 Autoimun
 Idiopatik
Tipe 2  Bervariasi mulai yang terutama
dominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai yang
terutama defek sekresi insulin disertai
resistensi insulin.
Tipe lain  Defek genetik fungsi sel beta
 Defek genetik kerja insulin
 Penyakit eksokrin pankreas
 Endokrinopati
 Karena obat atau zat kimia
 Infeksi
 Sebab imunologi yang jarang
 Sindrom genetik lain yang berkaitan
dengan DM
Diabetes Mellitus Gestational Intoleransi glukosa yang timbul atau
terdeteksi pada kehamilan pertama dan
gangguan toleransi glukosa setelah terminasi
kehamilan.

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
9
2.3.3 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Klasifikasi yang dipakai WHO tidak didasarkan atas umur dan waktu mendapat
diabetes tetapi berdasarkan tipe diabetes. Joslin (1971) pernah membaginya atas
“hereditary” dan “non-hereditary”, dimana “hereditary” terbagi lagi atas
Growth-onset (juvenile) type dan maturity-onset (adult) type. Walaupun secara
klinis terdapat 2 macam diabetes tetapi sebenarnya ada yang berpendapat diabetes
hanya merupakan suatu spektrum defisiensi insulin (Soegondo,2011).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui tiga bentuk diabetes mellitus,


yaitu tipe 1, tipe 2, dan diabetes gestasional (suryo, ).

a) Diabetes mellitus tipe 1

Diabetes mellitus tipe 1, diabetes anak-anak (childhood-onset diabetes, juvenile


diabetes, insulin-dependent diabetes mellitus, IDDM) adalah diabetes yang terjadi
karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah akibat hilangnya sel beta
penghasil insulin pada pulau-pulau langerhans pankreas (Susilo, 2011). Pankreas
yang memproduksi sel beta mengalami kerusakan total, sama sekali tidak mampu
menghasilkan insulin. Kerusakan ini terjadi saat sistem imun mendeteksi sel beta
sebagai suatu sel yang asing bagi tubuh (Toruan, 2012). Umumnya, diabetes tipe I
banyak ditemukan pada balita, anak-anak, dan remaja (Shadine, 2010). Penelitian
lain menyebutkan, bayi yang diberikan susu formula (susu sapi) sebelum usia 4
bulan, memicu munculnya diabetes tipe I (Toruan, 2012).

Diabetes tipe I memiliki gejala yang sama dengan gejala klasik. Produksi urine
berlebih, rasa haus yang tak kunjung hilang, nafsu makan yang terus meningkat,
berat badan menurun drastis, dan rasa lelah yang tak kunjung hilang. Proses
terjadinya gejala-gejala ini berlangsung dengan sangat cepat (Toruan, 2012).

Sampai saat ini, diabetes mellitus tipe I hanya dapat diobati dengan pemberian
terapi insulin yang dilakukan secara terus menerus berkesinambungan. Harus
diperhatikan kadar gula darahnya, sebaiknya menggunakan alat test gula darah.
Terutama pada anak-anak atau balita yang mana mereka sangat mudah mengalami
dehidrasi, sering muntah dan terserang berbagai penyakit( Shadine, 2010).

b) Diabetes mellitus tipe 2

Diabetes mellitus 2 ini (adult-onset diabetes, obesity-related diabetes, non-


insulin-dependent diabetes mellitus, NIDDM) ditandai dengan adanya resistensi
insulin, dan penurunan fungsi sel beta, yang akhirnya akan menuju ke kerusakan
total sel beta. Pada stadium prediabetes mula-mula timbul resistensi insulin yang
kemudian disusul oleh peningkatan sekresi insulin untuk mengkompensasi
Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
10
resistensi insulin agar kadar glukosa darah tetap normal. Lama kelamaan sel beta
tidak lagi mengkompensasikan resistensi insulin hingga kadar glukosa darah akan
meningkat dan fungsi sel beta akan semakin menurun. Penurunan fungsi sel beta
berlangsung secara progresif sampai akhirnya sama sekali tidak mampu lagi
mengsekresikan insulin, suatu keadaan menyerupai diabetes tipe I. Kadar glukosa
darah semakin meningkat.

Dengan diketahuinya mekanisme seperti itu, ADA (American Diabetes


Association) pada tahun 2008 menyebutkan bahwa “type 2 diabetes results from a
progressive insulin secretory defect on the background of insulin resistance (ADA
2008)”

Penyebab resistensi insulin pada diabetes mellitus tipe 2 sebenarnya tidak begitu
jelas, tetapi faktor-faktor dibawah ini banyak berperan:

 Obesitas
 Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
 Kurang gerak badan
 Faktor keturunan (Suyono, 2011)

Umumnya diabetes tipe 2 banyak ditemukan pada usia diatas 40 tahun. Gejala
klasik pada diabetes tipe 2 berlangsung dengan lambat. Atau, bahkan ada
penderita yang tidak mengalami gejala-gejala klasik tetapi tiba-tiba mengidap
diabetes tipe 2 (Toruan, 2011).

Dibawah ini ada beberapa karakteristik yang dapat digunakan untuk membedakan
diabetes mellitus tipe I dan II:

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
11
Tabel . perbedaan karakteristik antara DM Tipe I dan DM Tipe II

(Soegondo dkk, Petunjuk Praktis Pengelolaan DM tipe 2, PERKENI 2003)

NO DM tipe I (IDDM) NO DM tipe II (NIDDM)

1 Mudah terjadi ketoasidosis 1 Jarang terjadi ketoasidosis


(peningkatan keasaman darah
karena zat keton)

2 Pengobatan harus dengan insulin 2 Pengobatan dengan


antidiabetik oral dan kalau
perlu dengan insulin

3 Biasanya pasien kurus 3 Dapat terjadi pada pasien


gemuk maupun kurus

4 Terjadi pada usia muda atau 4 Kebanyakan terjadi pada usia


remaja 40 tahun atau lebih

5 10% ada riwayat keluarga 5 30% ada riwayat keluarga


menderita DM menderita DM

6 30-50% kembar identik terkena 6 100% kembar identik terkena

7 Dalam pemeriksaan darah 7 Tidak ditemukan ICA


ditemukan ICA (Islet Cell
Antibody)

8 Penyebeb: kekurangan insulin 8 Penyebab: kekurangan insulin


absolut karena kerusakan sel beta relatif
pankreas sebagai dampak
autoimun dan penyebab tidak
jelas

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
12
c) Diabetes Gestasional

Ini adalah diabetes yang terjadi saat hamil saja. Biasanya terjadi pada wanita yang
sedang hamil di minggu ke-24 atau bulan keenam. Saat si ibu sudah melahirkan,
dengan sendirinya diabetes gastisional ini akan menghilang. Diabetes gestasional
berbeda dengan kehamilan yang timbul pada seseorang penderita diabetes, yaitu
orang yang sudah menderita diabetes. Penyebab dasar diabetes gestasional
memang tidak diketahui secara pasti. Beberapa penelitian menyebutkan jika
proses pengiriman makanan ke janin melalui plasenta bisa menjadi penyebabnya.
Penelitian lain menyebutkan penggunaan kontrasepsi hormon tipe tertentu juga
bisa menjadi penyebab. Jika selama lima tahun sebelum hamil si ibu
mengkonsumsi obat kontrasepsi hormonal dengan kadar progestin androgenik
yang cukup tinggi (Toruan, 2011).

Tidak jauh berbeda dengan diabetes I dan 2, pada diabetes gestasional gejala yang
muncul pun hampir sama, yakni terus-menerus buang air kecil, merasa haus, dan
nafsu makan meningkat. Yang membedakan adalah keadaan si penderita yang
sedang hamil. Diabetes gestasional dapat diobati dengan pemberian insulin. Selain
itu, kombinasi antara pola makan yang tepat dan gaya hidup yang sehat juga
berperan penting dalam mengobati diabetes tipe ini (Toruan, 2011).

2.3.4 patofisiologi

Seperti suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan
mengganti sel lama. Disamping itu tubuh juga memerlukan energi agar sel dapat
berfungsi dengan baik. Energi pada mesin berasal dari bahan bakar yaitu bensin.
Pada manusia bahan bakar itu berasal dari bahan makanan yang dimakan sehari-
hari, yang terdiri dari karbohidrat,protein dan lemak (Suyono, 2011).

Pengolahan bahan makanan dimulai di mulut kemudian dilambung dan


selanjutnya ke usus. Didalam saluran pencernaan itu makanan dipecah menjadi
bahan dasar dari makanan itu. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam
amino, dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu akan diserap oleh

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
13
usus kemudian masuk kedalam pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh
untuk dipergunakan oleh organ-organ tubuh sebagai bahan bakar (Suyono, 2011).

Supaya dapat berfungsi sebagai bahan bakar, zat makanan itu harus masuk dahulu
kedalam sel agar dapat diolah. Didalam sel, zat makanan terutama glukosa yang
dibakar melalui proses kimia yang rumit, yang hasil akhirnya adalah timbulnya
energi. Proses ini disebut metabolisme. Dalam proses metabolisme itu insulin
memegang peranan yang sangat penting yaitu bertugas memasukkkan glukosa
kedalam sel, untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Insulin ini
adalah hormon yang dikeluarkan oleh sel beta di pancreas (Suyono, 2011).

Dalam keadaan normal, kadar insulin cukup dan sensitif, insulin akan ditangkap
oleh reseptor insulin yang ada pada permukaan sel otot, kemudian membuka pintu
masuk sel sehingga glukosa dapat masuk ke dalam sel untuk kemudian dibakar
menjadi energi atau tenaga. Akibatnya kadar glukosa dalam darah normal. Pada
diabetes dimana didapatkan jumlah insulin yang kurang atau pada keadaan
kualitas insulinnya tidak baik (resistensi insulin). Meskipun insulin ada dan
reseptor juga ada, tetapi karena ada kelainan di dalam sel itu sendiri pintu masuk
sel tetap tidak dapat terbuka tetap tertutup hingga glukosa tidak dapat masuk ke
dalam sel untuk dibakar (dimetabolisme). Akibatnya glukosa tetap berada di luar
sel, hingga kadar glukosa dalam darah meningka (Suyono, 2011).

2.3.5 Tanda dan Gejala

Adanya penyakit diabetes pada awalnya sering kali tidak dirasakan dan
tidak disadari penderita, beberapa keluhan dan gejala ialah:

1.Keluhan klasik

a) Penurunan berat badan (BB)

Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk kedalam sel,sehingga
kekurangan bahan bakar untuk mengahasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup,
sumber tenaga diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya
penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus (Subekti,
2011).
Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
14
b) Banyak kencing ( polyuria)

Efek dari kadar gula darah yang tinggi akan mempengaruhi ginjal sehingga
mengahasilkan air kemih dalam jumlah berlebihan untuk mengencerkan glukosa.
Akibatnya penderita sering buang air kecil dalam jumlah yang banyak . Hal ini
lebih banyak terjadi di malam hari (Susilo, 2011).

c) Banyak minum (polydipsia)

banyak kencing (polyuria)membuat penderita merasakan haus yang berlebihan


sehingga mudah merasa haus dan harus banyak minum. Ini akan berlangsung
terus-menerus selama terjadi polyuria. (Susilo, 2011)

d)Banyak makan (polyphagia)

Sejumlah besar kalori dari diabetisi akan hilang ke dalam air kemih (Susilo,
20011). Hal ini karena tubuh tidak mampu menyerap kadar gula dalam darah,
sehingga tidak dapat digunakan tubuh. Karena itu, tubuh kekurangan energi,
tubuh akan memberi sinyal ke otak untuk merangsang rasa lapar, sehingga
menimbulkan banyak makan (Khasanah, 2012).

e) Gula keluar bersama urine (Glukosuria)

Glukosa akan turut terbawa aliran urine ketika kadar glukosa dalam darah
meningkat. Peningkatan kadar glukosa darah menyebabkan jumlah yang disaring
melalui ginjal melebihi kemampuan ginjal untuk menyerapnya kembali kedalam
tubuh. Inilah yang kemudian membuat penyakit diabetes mellitus disebut juga
sebagai penyakit kencing manis (Khasanah, 2012).

2. Keluhan Tidak Khas Diabetes

Keluhan tidak khas diabetes sangat banyak, antara lain sebagai berikut:

- Sering mengantuk
- Lemas dan tidak bertenaga
- Sering gatal-gatal atau pruritus
- Luka yang sulit sembuh (biasanya pada kaki)

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
15
- Kesemutan pada anggota gerak
- Pandangan mata menjadi kabur
- Disfungsi seksual baik pada pria maupun wanita, dan
- Gatal di sekitar vulva (bibir kemaluan) pada wanita (Garnadi, 2012).

2.3.6 Deteksi Dini Diabetes Mellitus

Pemeriksaan kadar glukosa dalam darah merupakan deteksi dini umum yang biasa
dilakukan terhadap suspect penderita diabetes, terutama bila mengalami 9 gejala-
gejala dibawah ini:

1. Sering buag air kecil dimalam hari


2. Sering merasa haus
3. Sering merasa lapar
4. Makan dalam porsi besar
5. Penglihatan kabur
6. Tubuh lesu dan lemas
7. Tubuh semakin kurus
8. Jika luka sulir sembuh
9. Mati rasa (terutama di kaki)

Beberapa cara mendeteksi diabetes mellitus dapat dilakukan dengan cara yang
paling mudah, sampai dengan cara deteksi yang modern di laboratorium dengan
akurasi yang mendekati hasil sebenarnya. Berbagai tes juga dapat dilakukan,
seperti diuraikan sebagai berikut:

1. Tes urine denga glukotest


Cara yang lebih modern tetapi sederhana adalah dengan menggunakan
glukotest. Glukotest dapat dibeli diapotek. Caranya dengan menyelupkan
alat tersebut ke dalam urine. Setelah beberapa menit akan muncul warna
yang membedakan tingkat ketinggian gula dalam darah. Warna kuning
menandakan kadar gula darah normal. Selanjutnya, semakin hijau semakin
tinggi kadar gulanya.

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
16
2. Tes kadar gula darah acak
Glukosa dalam darah diukur secara acak. Artinya, pengambilan darah pun
dilakukan secara acak untuk mengetahui kadar gula darah. Tes ini tidak
perlu melakukan puasa sebelum pengambilan darah. Jika tes menunjukan
kadar gula hingga 199,8 mmg/dl artinya perlu mengambil tes lajutan
(Toruan, 2012)
3. Tes kadar gula darah puasa
Kadar glukosa darah baru dapat diukur setelah berpuasa selama 8 jam
sebelum tes. Ini membuat agar kadar darah berada dalam level yang tidak
mudah dipengaruhi oleh apapun yang dikonsumsi. Jika kadar gula dalam
darah adalah 126mg/dl atau lebih, maka dinyatakan menderita diabetes
mellitus. tetapi, jika kadar gula darah berada dibatas boordline, biasanya
akan diminta melakukan Oral Glucose Test (OGTT) atau Tes Toleransi
Glukosa Oral.
4. Uji Toleransi Glukosa 2 jam
Tes ini dilakukan dua jam setelah tes gul darah puasa. Setelah tes gula
darah puasa akandiberikan minuman manis yang sudah ditakar kadar
gulanya. Setelah itu, tes gula darah akan dilakukan lagi 2 jam kemudian.
Tujuan ini untuk mengetahui adanya keadaan pradiabetes yang ditandai
dengan glukosa darah puasa terganggu (GDPT) dan toleransi glukosa
terganggu (TGT).

Prediabetes umumnya tidak disertai dengan keluhan khas diabetes. Karena itu,
skrining gula darah dapat mendeteksi adanya prediabetes sejak dini. Skrining
deteksi diabetes dapat dilakukan dengan akurat melalui tes gula darah puasa.
Prediabetes merupakan kondisi yang sangat penting untuk dideteksi karena
kondisi ini adalah harapan bagi seseorang bisa sembuh dari diabetes mellitus.
selain itu, deteksi dini kondisi prediabetes bisa mencegah seseorang menjadi
penginap prediabetes.

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
17
Tabel. Kriteria Diagnosis Untuk Prediabetes

Kadar gula darah sewaktu (mg/dl)

Bukan diabetes mellitus Belum pasti diabetes Diabetes mellitus


mellitus

< 100 100-200 >200

Kadar gula darah puasa (mg/dl)

Bukan diabetes mellitus Belum pasti diabetes Diabetes mellitus


mellitus

< 100 100-125 >126

Kadar Gula darah 2 jam pasca beban glukosa 75 mg

Bukan diabetes mellitus Belum pasti diabetes Diabetes mellitus


mellitus

< 140 140-200 >200

Prediabetes

GPT= Glukosa Puasa Terganggu

TGT= Toleransi Glukosa Terganggu

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
18
Kriteria diagnosis prediabetes berdasarkan Persadia 2009 sebagai berikut.

1. Kadar glukosa puasa terganggu (GPT), yaitu.


- Kadar glukosa darah puasa berkisar antara 100-125 mg/dl
- Kadar glukosa darah 2 jam setelah beban kurang dari 140 mg/dl
2. Nilai toleransi glukosa terganggu (TGT), yaitu.
- Kadar glukosa puasa normal kuarang dari 100 mg/dl
- Kadar glukosa puasa darah 2 jam setelah beban berkisar 140-199
mg/dl

*Buku panduan pengelolaan prediabetes dan pencegahan diabetes tipe 2, Persadia


2009.

Kriteria diagnosis diabetes mellitus untuk dewasa (tidak hamil) berdasarkan


Konsensus Diabetes Mellitus tahun 2010 sebagai berikut.

1. Adanya gejala spesifik diabetes mellitus


2. Kadar glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl atau
3. Kadar glukosa darah puasa > 126 mg/dl atau
4. Kadar glukosa darah 2 jam pada TTGO > 200 mg/dl

*Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2 di Indonesia,


PERKENI, 2010

Skrining diabetes atau prediabetes sangat mudah dan murah. Semakin dini
terdeteksi prediabetes maka semakin besar harapan untuk sembuh atau mencegah
terjadinya diabetes mellitus.

Langkah-langkah diagnosis diabetes mellitus di indonesia berdasarkan konsensus


diabetes dari PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) tahun 2010
sebagai berikut.

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
19
Keluhan Diabetes

Keluhan Khas (+) Keluhan Khas (-)

GDP ≥126 <126 GDP ≥126 100-125 <100


atau atau
GDS ≥200 ≤200 GDS ≥200 100-199 <100

Ulang GDP

GDP ≥126 <126


atau TTGO GD 2 Jam
GDS ≥200 ≤200

≥200 140-199 <140

Diabetes Melitus TGT GDP Normal

Prediabetes

Keterangan
GDP = Kadar Gula Darah Puasa
GDS = Kadar Glukosa Darah Sewaktu
GDPT = Glukosa Darah Puasa Terganggu
TGT = Toleransi Glukosa Terganggu
TTGO = tes Toleransi Glukosa Oral
Diagram alur diatas sesuai dengan konsesus diabetes dari PERKENI. Telah
dijelaskan bahwa untuk mendeteksi dini secara akurat adanya prediabetes dan
diabetes (baik orang yang mempunyai keluhan khas atau tidak) perlu dilakukan
tes gula darah puasa yang dilanjutkan dengan tes toleransi glukosa oral. Untuk
menyederhanakan diagram diatas, penulis menghilangkan tes gula darah sewaktu
sebagai berikut.
Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
20
Keluhan Diabetes

Keluhan Khas (+) Keluhan Khas (-)

GDP ≥126 <126 GDP ≥126 100-125 <100

Ulang GDP

GDP ≥126 <126 TTGO GD 2 Jam

≥200 140-199 <140

Diabetes Melitus TGT GDP Normal

Prediabetes

Dengan mengetahui tingkat kadar gula darah setiap hari, sudah memberi isyarat
awal dan dapat mengambil keputusan agar tidak memicu meningginya kadar gula
darah. Berikut tabel interpretasi terhadap ukuran gula darah seseorang. Sesuaikan
ukuran dengan alat tes gula darah yang digunakan.

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
21
TABEL. Interpretasi Ukuran Gula Darah

no mmol/L Mg/dL Interpretasi

1 2,0 35 Sangat rendah

2 3,0 55 Rendah

3 4,0 75 Agak rendah

4 4,4 80 Normal

5 5,5 100 Normal

6 5-6 90-100 Normal sebelum makan untuk non diabetik

7 8,0 150 Normal sesudah makan untuk non diabetik

8 10,0 180 Maksimal setelah makan untuk non diabetik

9 15,0 270 Sedikit tinggi ke agak tinggi tergantung penderita

10 20,0 360 Sangat tinggi

11 22,0 400 Maksimal (maksimal untuk beberapa tes)

12 33,0 600 Bahaya tinggi

2.3.7 Komplikasi

Biasanya penderita diabetes mellitus rentan terkena komplikasi penyakit lain.


Komplikasi muncul bila kendali gula darahnya tidak atau kurang baik. Jika tidak
dikelola dengan baik faktor kadar gula yang tinggi akan menimbulkan berbagai
komplikasi jangka panjang (Susilo, 2011). Komplikasi diabetes mellitus mengenai
seluruh organ tubuh, maka sering disebut “ The Great Imitator” ( Sutedjo, 2010).
Komplikasi diabetes mellitus dikelompokan menjadi 2, yaitu sebagai berikut:

1)Komplikasi akut

a. Hipoglikemia

merupakan kondisi ketika kadar gula dalam tubuh berada dalam tingkat yang
sangat rendah. Kadar gula yang rendah membuat tubuh kekurangan energi dan
Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
22
otak mengalami kekurangan suplai makanan (Toruan, 2011). Gejalanya dapat
ringan berupa gelisah (boedisantoso, 2011), pucat, detak jantung meningkat,
tubuh berkeringat, kelelahan, gemetaran, rasa lapar yang berlebihan
(Toruan,2011), sampai berat berupa koma disertai kejang (boedisantoso, 2011).

Penyebab hipoglikemia

 Makan kurang dari aturan yang ditentukan.


 Berat badan turun.
 Sesudah olahraga.
 Sesudah melahirkan.
 Sembuh dari sakit.
 Pemberian suntik insulin yang tidak tepat.

Tanda hipoglikemia mulai muncul bila glukosa darah kurang dari 50 mg/dl.
Tanda klinis dari hipoglikemia sangat bervariasi dan berbeda pada seseorang
(boedisantoso, 2011).

b.Koma diabetik

dikenal juga dengan nama ketoasidosis diabetik (Toruan, 2011). Koma diabetik
adalah kondisi yang berlawanan dengan hipoglikemik. Koma diabetik timbul
karena kadar glukosa darah dalam terlalu tinggi, biasanya lebih dari 600 mg/dl.
Gejala yag sering timbul adalah nafsu makan menurun, minum banyak, kencing
banyak, disusul rasa mual, muntah, detak jantung meningkat, lelah dan lemas,
napas penderita menjadi cepat dan berbau aseton (Susilo, 2011). Keadaan
komplikasi akut ini mememrlukan pengelolaan yang tepat. Timbulnya
ketoasidosia diabetik merupakan ancaman kematian bagi penderita diabetes
mellitus. faktor yang mempengaruhi angka kematian adalah:

 Terlambat ditegakkannya diagnosis karena biasanya penderita diabetes


dibawa setelah koma.
 Pasien belum tau mengidap diabetes.

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
23
 Sering ditemukan bersama-sama dengan komplikasi lain yang berat
misalnya: sepsis, renjatan, infark miokard

Menurut boedisantoso, dirumah sakit Medistra belum ditemukan pasien KAD


selama 5 tahun yang terakhir. Di negara maju, komplikasi ini dapat ditanggulangi
secara efisien karena tersedianya unit perawatan intensif dan starf khusus
(boedisantoso, 2011).

2) Komplikasi kronik

Ditandai dengan kerusakan, disfungsi, dan akhirnya kegagalan berbagai organ,


terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan otak (Susilo, 2011).

2.3.8 Pencegahan

Mengingat jumlah pasien yang akan membengkak dan besarnya biaya perawatan
pasien diabetes yang terutama disebabkan oleh komplikasi nya. Maka upaya yang
paling baik adalah pencegahan. Menutut WHO tahun 1994, upaya pencegahan
pada diabetes ada tiga jenis atau tahap yaitu:

a.Pencegahan primer : Semua aktivitas yang ditujukan untuk mencegah


timbulnya hiperglikemia pada individu yang beresiko menjadi diabetes atau pada
populasi umum. Pencegahan primer adalah cara yang paling sulit karena yang
menjadi sasaran adalah orang-orang yang belum sakit artinya mereka masih sehat.
Yang bertanggung jawab bukan hanya profesi tetapi seluruh masyarakat termasuk
pemerintah. Semua pihak harus mempropagandakan pola hidup sehat dan
menghindari pola hidup beresiko. Menjelaskan kepada masyarakat bahwa
mencegah penyakit lebih baik daripada mengobatinya. Kampanye makanan sehat
dengan pola tradisional yang mengandung lemak rendah atau pola makanan
seimbang adalah alternatif terbaik dan harus sudah mulai ditanamkan pada anak-
anak sekolah sejak taman kanak-kanak. Selain makanan juga cara hidup beresiko
lainnya harus dihindari. Jaga berat badan agar tidak gemuk, dengan olahraga
teratur. Moto memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat
sangat menunjang upaya pencegahan primer (Suyono, 2006).

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
24
b.Pencegahan sekunder :

Menemukan pengidap diabetes mellitus sedini mungkin, misalnya dengan tes


penyaringan terutama pada populasi risiko tinggi. Dengan demikian pasien
diabetes yang sebelumnya tidak terdiagnosis dapat terjaring, hingga dengan
demikian dapat dilakukan upaya untuk mencegah komplikasi atau jika sudah ada
komplikasi masih reversibel. Syarat untuk mencegah komplikasi adalah kadar
glukosa darah harus selalu terkendali mendekati angka normal sepanjang hari
sepanjang tahun. Pada pencegahan sekunder pun, penyuluhan tentang prilaku
sehat seperti pada pencegahan primer harus dilaksanakan, ditambah dengan
peningkatan pelayanan kesehatan primer di pusat-pusat pelayanan kesehatan
mulai dari rumah sakit kelas A sampai ke unit paling depan yaitu puskesmas.

Oleh karena itu pada tahun 1994 WHO menyatakan bahwa pendeteksian pasien
baru dengan cara skrining dimasukan ke dalam upaya pencegahan sekunder agar
bila diketahui lebih dini komplikasi dapat dicegah karena masih reversibel
(Suyono, 2006).

c.Pencegahan tersier : Semua upaya untuk mencegah komplikasi atau kecatatan


akibat komplikasi. Usaha ini meliputi:

 Pencegahan komplikasi diabetes, yang pad a konsesus dimasukkan sebagai


pencegahan sekunder.
 Mencegah berlanjutnya (progresi) komplikasi untuk tidak menjurus
kepada penyakit organ.
 Mencegah terjadinya kecacatan disebabkan oleh karena kegagalan organ
atau jaringan.

Dalam upaya ini diperlukan kerja sama yang baik antara pasien dengan dokter
maupun dokter ahli diabetes dengan dokter-dokter yang terkait dengan
komplikasinya (Suyono, 2006).

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
25
2.3.9 Pengelolaan Farmakologis

Sarana pengelolaan farmakologis diabetes mellitus dapat berupa Obat


Hipoglikemik Oral (OHO). Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4
golongan, antara lain (Soegondo, 2007) :

A.Pemicu Sekresi Insulin (insulin secretagogue) : Sulfonilurea dan Glinid

1. Sulfonilurea

Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel
beta pankreas, dan merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat badan
normal dan kurang, namun masih boleh diberikan kepada pasien dengan berat
badan lebih. Untuk menghindari hipoglikemia berkepanjangan pada berbagai
keadaan seperti orang tua, gangguan faal hati dan ginja, kurang nutrisi serta
penyakit kardiovaskular, tidak dianjurkan penggunaan sulfonilurea kerja panjang.

2. Glinin

Glinin merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea, dengan
peningkatan pada meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini terdiri
dari 2 macam obat yaitu: Repaglinid (derivat asam benzoat) dan Nateglinid
(derivat fenilalanin). Obat ini diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian secara
oral dan diekskresi secara cepat melalui hati (Soegondo, 2007).

B. Penambahan Sensitivitas Terhadap Insulin : , Tiazolidindion

Biasa dikenal dengan nama thiazolidinedione (TZD). Diberikan jika dokter


merasa pengobatan dengan menggunakan sulfonylurea dan metformin tidak
berhasil. Dua jenis yang biasa diresepkan adalah jenis rosiglitazone dan
pioglitazone. Obat ini membalikan resistensi insulin, membuat perubahan pada sel
otot dan sel lemak yang mana keduanya tempat resistensi insulin berada. Dengan
begitu, insulin otomatis dapat bekerja dengan baik sehinga glukosa dalam darah
mudah terangkat oleh sel. Akhirnya, gula darah dalam tubuh pun dapat menurun.
Obat ini tidak merusak fungsi hati,sebaliknya membuat hati agar tidak
memprodiksi glukosa. Juga memberi efek baik untuk jantung (Toruan, 2000).

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
26
2.4 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam


penelitian adalah:

Skema 2.1 Kerangka Pemikiran

Genetik Faktor resiko

Insulin tidak dihasilkan Resistensi insulin

DM Tipe 1 dan tipe 2

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
27
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik cross sectional. Suatu penelitian untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan
cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat
(point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali
saja dan pengukuran dilakukan terhadap suatu variabel subjek pada saat
pemeriksaan (Notoatmodjo, 2010)

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan September 2017.

3.2.2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Puskesmas Datuk Bandar

3.3 Populasi

Seluruh anggota masyarakat yang datang pada saat pemeriksaan gula


darah puasa di Puskesmas Datuk Bandar bulan September 2017.

3.4. Sampel dan Tehnik Sampling

3.4.1 Sampel

Semua masyarakat yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi, adapun


kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
28
Kriteria Inklusi

1. Masyarakat yang datang ke Puskesmas Datuk Bandar.


2. Masyarakat yang berusia 30-60 tahun
3. Sehat jasmani dan rohani
4. Berpuasa
5. Mau dilakukan pemeriksaan gula darah.

Kriteria Eksklusi

1. Masyarakat yang sedang mengkonsumsi obat.


2. Masyarakat yang sudah menderita diabetes melitus.

Jumlah sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi adalah X orang.

3.4.2 Teknik Sampling

Penelitian ini menggunakan total sampling yaitu pengambilan sampel


dilakukan pada masyarakat yang datang pada hari pemeriksaan tes kadar gula
darah puasa.

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
29
3.5 Desain Penelitian

Semua anggota jemaat GBKP Sei Mencirim yang datang pada


pemeriksaan gula darah puasa.

Kriteria yang memenuhi : Kriteria Inklusi dan


Eksklusi.

Tanda dan gejala

Memeriksa kadar gula darah puasa

3.6 Identifikasi variabel penelitian

Variabel independen: Diabetes Melitus

Variabel dependen: Pemeriksaan kadar gula darah

3.7 Definisi Operasional

Diabetes melitus

Adalah suatu penyakit yang terjadi karena organ pankreas tidak mampu
memproduksi hormon insulin sesuai dengan kebutuhan, yang ditandai dengan
terjadinya peningkatan kadar glukosa didalam darah (hiperglikemia).

Skala: nominal

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
30
Pemeriksaan kadar gula darah

Penegakan deteksi dini diabetes melitus berdasarkan pemeriksaan kadar


gula darah untuk mencegah seseorang menjadi pengidap prediabetes.

Skala: Ordinal

3.8. Alat dan Bahan Penelitian

3.8.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tes gula darah merek
Easy Touch GCU.

3.8.2 Bahan

Darah perifer yang diambil dari salah satu jari tangan.

3.9 Cara Kerja

Pada penelitian ini, pemeriksaan kadar gula darah puasa akan diumumkan
kepada masyarakat seminggu sebelum kegiatan dilakukan. Data masyarakat yang
didapat harus memenuhi kriteria inklusi. Tehnik pengumpulan data yang
dilakukan adalah mencatat semua data masyarakat sesuai kriteria inklusi dan
gejala dan keluhan utama yang didapat melalui anamnese, selanjutnya baru dapat
dilakukan pemeriksaan gula darah puasa.

3.10 Tehnik Analisis Data

1. Melakukan anamnese dan memeriksa kadar gula darah puasa


masyarakat yang datang sesuai kriteria inklusi di Puskesmas Datuk
Bandar pada bulan September 2017.

2. Mencatat dan melakukan penelitian terhadap data masyarakat yang


diperlukan yaitu kadar gula darah puasa pada masyarakat yang datang ke
Puskesmas Datuk Bandar.

3. Data yang didapat kemudian dimasukkan ke dalam program komputer


dan dilakukan pemeriksaan untuk menghindari terjadinya kesalahan
Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
31
dalam pemasukkan data. Program statistik yang digunakan untuk
mengolah dan menganalisis data penelitian ini berupa SPSS versi 17.0.

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
32
BAB IV

HASIL PENELITIAN

Telah dilakukan penelitian mengenai deteksi dini diabetes melitus dengan

memeriksa kadar gula darah puasa pada kelompok penduduk di Puskesmas Datuk

Bandar Kota Tanjung Balai tahun 2017. Penelitian ini dilakukan pada hari

minggu tanggal 1 September 2017 mulai pukul 07.00 WIB – 09.00 WIB.

Kegiatan ini berupa pengukuran IMT dan pemeriksaan kadar gula darah puasa

secara gratis pada sekitar 72 masyarakat baik perempuan maupun laki-laki dengan

rentan usia 30 tahun sampai 60 tahun. Hasil pemeriksaan dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

4.1 Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian

Responden yang menjadi subjek penelitian ini adalah seluruh Masyarakat

di Puskesmas Datuk Bandar yang berusia 30 tahun sampai 60 tahun yang

memenuhi kriteria penelitian didapat sebanyak 72 orang. Dilakukan distribusi

subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia, keturunan dan obesitas. Dapat

dilihat distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin pada tabel 4.1

berikut :

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
33
Tabel 4.1 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin N %

Laki-laki 24 33,3

Perempuan 48 66,7

Total 72 100,0

Dari tabel 4.1 diketahui bahwa dari 72 subjek yang diteliti, subjek yang

terbanyak yaitu jenis kelamin perempuan 48 orang (66,7 %) dan jenis kelamin

laki-laki sebanyak 24 orang (33,3 %).

Tabel 4.2 Distribusi Subjek Berdasarkan Usia dengan rentan usia 30 tahun sampai

60 tahun.

Usia (Tahun) n %

< 45 41 56,9

> 45 31 43,1

Total 72 100,0

Pada penelitian ini, dari tabel 4.2 dapat diketahui jumlah subjek penelitian

terbanyak pada kelompok usia kurang dari 45 tahun sebanyak 41 orang (56,9 %)

diikuti subjek pada kelompok usia lebih dari 45 tahun yaitu sebanyak 31 orang

(43,1 %).

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
34
Tabel 4.3 Distribusi Subjek Berdasarkan Keturunan

Keturunan n %

Ada 5 6,9

Tidak Ada 67 93,2

Total 72 100,0

Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 72 subjek yang diteliti, ada 5

orang (6,9 %) yang memiliki riwayat keturunan menderita diabetes melitus

sedangkan 67 orang (93 %) tidak memiliki riwayat keturunan menderita diabetes

melitus.

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
35
Tabel 4.4 Distribusi Subjek Berdasarkan Obesitas

Kriteria obesitas yang digunakan dalam penelitian ini menurut indeks

massa tubuh adalah underweight < 18,5 kg/m², normal 18,5 -22,9 kg/m²,

overweight ≥ 23 kg/m², at rist 23-24,9 kg/m², obesitas I 25-29,9 kg/m², obesitas II

≥ 30 kg/m².

Obesitas n %

Normal 12 16,7

Overweight 2 2,8

At rist 2 2,8

Obesitas I 42 58,3

Obesitas II 14 19,4

Total 72 100,0

Dari 72 subjek penelitian yang diperiksa didapatkan sebanyak 42 orang

(58,3 %) mengalami obesitas I dan 14 orang (19,4 %) mengalami obesitas II

sedangkan 12 orang (16,7 %) normal, 2 orang (2,8 %) overweight dan 2 orang

(2,8 %) at rist.

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
36
4.2. Distribusi Kadar Gula Darah Puasa Subjek Penelitian

Kriteria kadar gula darah puasa yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan darah kapiler yang dikategorikan atas: bukan DM < 90 mg/dL,

belum pasti DM 90-99 mg/dL, DM ≥ 100 mg/dL.

Seluruh subjek penelitian dikelompokkan kepada bukan DM, belum pasti

DM dan diabetes melitus. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.5 Distribusi Kadar Gula Darah Puasa Subjek Penelitian

Kadar Gula Darah n %

Puasa

Bukan DM 5 6,9

Belum Pasti DM 13 18,1

DM 54 75,0

Total 72 100,0

Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa dari 72 subjek yg diteliti, terdapat 54

orang (75,0 %) yang menderita diabetes melitus dan 13 orang (18,1 %) belum

pasti menderita diabetes melitus sedangkan 5 orang (6,9 %) tidak menderita

diabetes melitus.

Pada setiap kelompok bukan DM, belum pasti DM dan diabetes melitus,

didapatkan pula distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia,

keturunan, dan obesitas. Distribusi berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dari

tabel 4.6 berikut:


Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
37
Tabel 4.6 Distribusi Kadar Gula Darah Puasa Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin.

Kadar Gula Darah Puasa

Jenis Bukan DM Belum Pasti DM Total

Kelamin DM

n % n % n % n %

Laki-laki 1 1,7 4 4,3 19 18,0 24 24,0

Perempuan 4 3,3 9 8,7 35 36,0 48 48,0

Total 5 5,0 13 13,0 54 54,0 72 72,0

Dari tabel 4.6 dapat diketahui pada kelompok subjek penelitian yang

menderita diabetes melitus didapatkan bahwa jumlah perempuan lebih tinggi

sebanyak 35 orang (36,0 %) dari 54 orang (54,0 %) yang menderita diabetes

melitus. Diikuti laki-laki sebanyak 19 orang (18,0 %). Sedangkan jumlah yang

belum pasti diabetes melitus juga paling banyak yaitu perempuan sebanyak 9

orang (8,7 %), diikuti laki-laki 4 orang (4,3 %). Dan yang tidak menderita

diabetes melitus pada perempuan sebanyak 4 orang (3,3 %) sedangkan laki-laki 1

orang (1,7 %).

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
38
Tabel 4.7 Distribusi Kadar Gula Darah Puasa Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Kadar gula darah puasa

Usia Bukan DM Belum pasti DM Total

(tahun) DM

N % n % n % n %

< 45 3 2,8 8 7,4 30 30,8 41 41,0

> 45 2 2,2 5 5,6 24 23,2 31 31,0

Total 5 5,0 13 13,0 54 54,0 72 72,0

Berdasarkan usia dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa rentan usia yang

menderita diabetes melitus paling tinggi yaitu usia kurang dari 45 tahun sebanyak

30 orang ( 30,8 %) dari 54 orang ( 54,0 %) yang menderita diabetes melitus.

Diikuti usia lebih dari 45 tahun sebanyak 24 orang (23,2 %). Dan yang belum

pasti diabetes melitus paling tinggi juga usia kurang dari 45 tahun sebanyak 8

orang (7,4 %) sedangkan usia lebih dari 45 tahun sebanyak 5 orang (5,6 %). Dan

yang tidak menderita diabetes melitus usia kurang dari 45 tahun sebanyak 3 orang

(2,8 %) diikuti usia lebih dari 45 tahun sebanyak 2 orang (2,2 %).

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
39
Tabel 4.8 distribusi kadar gula darah puasa subjek penelitian berdasarkan

keturunan

Kadar Gula Darah Puasa

Bukan DM Belum Pasti DM Total

DM

Keturunan n % n % n % n %

Ada 0 .3 0 .9 5 3,8 5 5,0

Tidak Ada 5 4,7 13 12,1 49 50,2 67 67,0

Total 5 5,0 13 13,0 54 54,0 72 72,0

Berdasarkan keturunan dari tabel 4.8 dapat diketahui bahwa sebanyak 5

orang (3,8 %) yang memiliki riwayat keturunan diabetes melitus juga menderita

diabetes melitus yang diketahui dari pemeriksaan kadar gula darah puasa

sedangkan yang tidak memiliki riwayat keturunan tetapi menderita diabetes

melitus sebanyak 49 orang (50,2 %) dari 54 orang (54,0 %) penderita diabetes

melitus. Diikuti yang belum pasti menderita diabetes melitus sebanyak 13 orang

(12,1 %) dan yang tidak diabetes melitus 5 orang (4,7 %).

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
40
4.9 Distribusi Kadar Gula Darah Puasa Subjek Penelitian Berdasarkan Obesitas

Kadar Gula Darah Puasa

Obesitas Bukan DM Belum Pasti DM Total

DM

n % n % n % n %

Normal 3 .8 5 2,2 4 9 12 12,0

Overweight 0 .1 0 .4 2 1,5 2 2,0

At rist 0 .1 0 .4 2 1,5 2 2,0

Obesitas I 1 2,9 8 7,6 33 31,5 42 42,0

Obesitas II 1 1,0 0 2,5 13 10,5 14 14,0

Total 5 5,0 13 13,0 54 54 72 72,0

Berdasarkan obesitas pada tabel 4.9 didapatkan bahwa subjek yang paling

tinggi menderita diabetes melitus yaitu yang menderita obesitas I yaitu sebanyak

33 orang (31,5 %) diikuti subjek yang menderita obesitas II sebanyak 13 orang

(10,5 %) dari 54 orang (54 %) penderita diabetes melitus. Juga yang belum pasti

menderita diabetes melitus paling tinggi yaitu subjek yang menderita obesitas I

sebanyak 8 orang (7,6 %) diikuti subjek yang normal sebanyak 5 orang (2,2 %).

Sedangkan yang tidak menderita diabetes melitus paling banyak yang memiliki

IMT normal sebanyak 3 orang ( 0,8 %).

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
41
4.10 Hasil Analisa Uji chi-square Hubungan Obesitas dengan Kadar Gula Darah

Puasa.

Value df Nilai

Signifikansi

(p-value)

Pearson Chi 17,927a 8 0,02

Square

Dari hasil analisa uji chi square didapatkan nilai signifikansi kurang dari

0,05 yaitu p = 0,02.

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
42
BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Deteksi dini diabetes melitus dari faktor-faktor risiko dan memeriksa kadar

gula darah puasa.

Dari penelitian didapatkan bahwa sejumlah 54 orang (75,0 %) menderita

diabetes melitus dari 72 subjek penelitian, 13 orang (18,1 %) belum pasti diabetes

melitus atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT) dan 5 orang (6,9 %) bukan

penderita diabetes melitus. Angka ini digolongkan cukup tinggi dalam

menunjukkan kejadian diabetes melitus pada suatu kelompok penelitian. Hal ini

didukung oleh teori Suyono yang mengatakan bahwa tingginya angka kejadian

diabetes melitus diduga ada hubungannya dengan cara hidup yang berubah. Pola

makan telah bergeser dari pola makan tradisional yang mengandung banyak

karbohidrat dan serat dari sayur, ke pola makan ke barat-baratan, dengan

komposisi makanan terlalu banyak mengandung protein, lemak, gula, garam dan

mengandung sedikit serat (Suyono, 2006).

Berdasarkan tabel penelitian terlihat bahwa tingginya angka kejadian

diabetes melitus ini bisa juga dimungkinkan karena hampir sebagian besar subjek

penelitian berada dalam kelompok yang memiliki faktor-faktor risiko diabetes

melitus.

Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.6 bahwa penderita diabetes melitus lebih

banyak pada perempuan yaitu dari 48 orang (48,0 %) jumlah itu 35 orang (36,0

%) mengalami diabetes melitus, 9 orang (8,7 %) belum pasti DM, dan 4 orang

(3,3 %) tidak menderita DM. Sedangkan laki-laki sebanyak 24 orang (24,0 %)

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
43
jumlah itu 19 orang (18,0 %) menderita diabetes melitus,4 orang (4,3 %) belum

pasti DM, dan 1 orang (1,7 %) tidak menderita DM. Hal ini sesuai dengan teori

Waspaji (2011) dan juga teori Garnadi (2011) yang menyatakan bahwa jenis

kelamin perempuan lebih rentan menderita DM karena memiliki riwayat pernah

menderita diabetes gestasional. Hal ini sesuai dengan penelitian Eko (2010)

menyatakan bahwa salah satu penyebabnya adalah pola istirahat dan gaya hidup

meskipun menurut penelitian Ardiyanto (2006) menyebutkan bahwa secara

statistik tidak ada perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin laki-laki dan

perempuan terhadap prevalensi DM.

Dilihat dari faktor usia pada tabel 4.7, usia < 45 tahun atau sesuai kriteria

sampel yaitu antara usia 30 tahun sampai 45 tahun yang menderita DM sebanyak

30 orang (30,8 %). Hal ini dikarenakan subjek penelitian yang berusia < 45 tahun

pada tabel 4.2 paling banyak yaitu 41 orang (56,9 %) dari 72 subjek penelitian.

Sedangkan usia < 45 tahun atau sesuai kriteria subjek penelitian yaitu antara usia

46 tahun sampai 60 tahun yang menderita DM sebanyak 24 orang (23,2 %) dari

31 (43,1 %) subjek penelitian. Menurut data, dari 31orang (43,1 %) subjek

penelitian terdapat 24 orang (23,2 %) menderita diabetes melitus pada usia >45

tahun. Pada hasil penelitian ini penderita diabetes melitus masih digolongkan

cukup tinggi. Penelitian ini sejalan menurut teori Soegondo (2011) menyatakan

bahwa usia ≥ 45 lebih rentan menderita diabetes melitus. Hal ini didukung oleh

teori Gernadi (2011) yang menyatakan bahwa resiko untuk mengidap diabetes

atau prediabetes akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia.

Berdasarkan keturunan dapat dilihat pada tabel 4.3 bahwa sebanyak 5

orang (6,9 %) memiliki keturunan diabetes melitus dan pada tabel 4.8 yang
Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
44
memiliki riwayat keturunan dan menderita diabetes melitus sebanyak 5 orang (3,8

%). Hal ini sesuai dengan teori Bennett, et al., (2005) menyatakan bahwa risiko

menderita diabetes melitus semakin meningkat dua hingga enam kali lipat apabila

orang tua atau saudara kandung menderita diabetes melitus.

Berdasarkan obesitas dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa subjek

penelitian yang mengalami obesitas I sebanyak 42 orang (58,3 %) dan subjek

yang mengalami obesitas II sebanyak 14 orang (19,4 %) dari jumlah subjek

penelitian tersebut lebih dari separuh subjek penelian mengalami obesitas.

Kemungkinan hal ini disebabkan oleh faktor makanan yang tinggi kalori,

keterlibatan faktor genetis, kurangnya olahraga ,dan gangguan fungsi otak

(Khasanah, 2012). Dapat juga dilihat dari tabel 4.9 bahwa subjek penelitian yang

menderita diabetes melitus juga yang mengalami obesitas I sebanyak 33 orang

(31,5 %) diikuti subjek yang mengalami obesitas II sebanyak 13 orang (10,5 %).

Hal ini sesuai dengan penelitian Wicaksono (2011) yang menyatakan bahwa

obesitas merupakan faktor utama dari insiden diabetes melitis tipe-2. Penelitian

survei komunitas di bahrain () juga menemukan bahwa kegemukan merupakan

satu-satunya faktor yang berhubungan dengan diabetes melitus.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Rosari () yang menyatakan bahwa

rekomendasi ADA untuk mendeteksi dini diabetes melitus dengan memeriksa

kadar glukosa darah puasa sangat bermanfaat. Sehingga setiap individu yang telah

mengetahui terdeteksi diabetes melitus mempunyai kesadaran bahwa penting

untuk mengubah pola hidup.

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
45
5.2. Hubungan Obesitas dengan Kadar Gula Darah Puasa Diabetes Melitus

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa semua subjek penelitian yang

menderita diabetes melitus berdasarkan beberapa faktor risiko memenuhi

karakteristik diabetes melitus sesuai dengan teori masing-masing. Berdasarkan

tabel crosstabulation pada tabel 4.10 didapatkan persentase jumlah subjek dengan

kadar gula darah puasa yang meningkat lebih tinggi pada kelompok obesitas

sedangkan persentase jumlah subjek penelitian dengan kadar gula darah puasa

yang normal lebih tinggi pada kelompok tidak obesitas. Dari hasil analisa uji chi

square program SPSS didapatkan nilai signifikansi kurang dari 0,05 (p < 0,05)

yaitu didapatkan nilai p = 0,02. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan obesitas

dengan kadar gula darah puasa yang meningkat sebagai deteksi dini diabetes

melitus pada jemaat GBKP sei mencirim kota medan.

Hasil ini didukung oleh teori Ilias (2011), dimana kegemukan merupakan

faktor utama penyebab timbulnya DM tipe 2. Pada keadaan gemuk respon sel

Beta Pankreas terhadap peningkatan gula darah sering berkurang. Selain itu

reseptor insulin pada target sel diseluruh tubuh termasuk otot berkurang jumlah

dan keaktifannya (kurang sensitif) sehingga keberadaan insulin didalam darah

kurang atau tidak dapat dimanfaatkan. Hal ini didukung oleh penelitian Akhmad

(2010) bahwa kadar gula darah akan menurun jika subjek penelitian melakukan

aktivitas yang lebih.

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
46
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian

ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Jumlah masyarakat di Puskesmas Datuk Bandar yang diabetes melitus

lebih tinggi dibandingkan yang belum pasti DM dan yang tidak menderita

DM yaitu sebanyak 54 orang (75,0 %).

2. Penyebab kemungkinan tingginya angka kejadian diabetes melitus pada

masyarakat di Puskesmas Datuk Bandar diduga ada hubungannya dengan

pola hidup yang berubah. Seperti pola makan yang telah berubah dari pola

makan tradisional yang mengandung banyak karbohidrat dan serat dari

sayur ke pola makan ke barat-baratan yang terlalu banyak mengandung

lemak, protein, gula, garam dan sedikit serat.

3. Masyarakat di Puskesmas Datuk Bandar yang mengalami diabetes

terbanyak adalah perempuan yaitu sebanyak 35 orang (36,0 %). Hal ini

disebabkan oleh karena lebih banyak perempuan yang datang dan

memenuhi kriteria penelitian.

4. Rata-rata usia masyarakat di Puskesmas Datuk Bandar yang mengalami

diabetes melitus berada pada jarak usia 46-60 tahun, yaitu sebanyak 24

orang (23,2 %), walaupun penderita diabetes terbanyak pada jarak usia 30-

45 tahun atau < 45 tahun yaitu sebanyak 30 orang (30,8 %). Hal ini

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
47
dikarenakan subjek yang berusia 30-45 tahun lebih banyak yaitu 41 orang

(41,0 %).

5. Dilihat dari riwayat keturunan bahwa semua masyarakat di Puskesmas

Datuk Bandar yang memiliki riwayat keturunan menderita diabetes

melitus setelah dilakukan pemeriksaan KGD puasa juga menderita

diabetes melitus yaitu sebanyak 5 orang (3,8 %).

6. Masyarakat di Puskesmas Datuk Bandar yang mengalami obesitas dan

juga menderita diabetes melitus cukup tinggi yaitu 33 orang (31,5 %) yang

obesitas I dan 13 orang (10,5 %) obesitas II. Penyebab kemungkinan

terjadi obesitas pada jemaat karena faktor makanan, keterlibatan faktor

genetis, dan kurang olahraga.

7. Mendeteksi dini diabetes melitus dengan memeriksa kadar gula darah

puasa pada masyarakat di Puskesmas Datuk Bandar sangat bermanfaat.

6.2 Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dalam menyelesaikan

penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat

bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini.

Adapun saran tersebut, yaitu:

1. Penelitian untuk lebih lanjut dapat dilakukan dengan tidak hanya

memeriksa KGD puasa tetapi juga melakukan uji toleransi glukosa oral 2

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
48
jam. Hal ini bertujuan untuk mengetahui adanya keadaan prediabetes yang

ditandai dengan glukosa darah puasa terganggu (GDPT).

2. Jumlah subjek penelitian yang sedikit mempengaruhi hasil ketetapan

penelitian, sehingga untuk penelitan lebih lanjut sebaiknya jumlah subjek

penelitian diperbanyak.

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
49
DAFTAR PUSTAKA

Boedisantoso, A., 2011. Komplikasi Akut Diabetes Melitus. Dalam: Soegondo,


S,. Soewondo, P., Subekti, I. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu
edisi kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, pp: 163-7

Gernadi, Y., 2012. Keluhan Diabetes Melitus. Dalam: Gernadi,Y. Hidup Nyaman
Dengan Diabetes Melitus. Jakart: AgroMedia Pustaka, pp: 9-12

Gernadi, Y., 2012. Kenali Faktor Resiko Diabetes Melitus. Dalam: Gernadi, Y.
Hidup Nyaman Dengan Diabetes Melitus. Jakarta: AgroMedia Pustaka, pp:
43-5

Gernadi, Y., 2012. Penegakan Diagnosis Diabetes Melitus. Dalam: Gernadi, Y.


Hidup Nyaman Dengan Diabetes Melitus. Jakarta: AgroMedia Pustaka, pp:
29-32

Gernadi, Y., 2012. Upaya Pengendalian Diabetes Melitus. Dalam: Gernadi, Y.


Hidup Nyaman Dengan Diabetes Melitus. Jakarta: AgroMedia Pustaka, pp:
61-5

Gustaviani, R., 2006. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam:


Sudoyo, A., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S. Ed Buku
Ajar Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, pp: 1857-8

Khasanah, N., 2012. Penyakit Kencing Manis (Diabetes Melitus). Dalam:


Khasanah, N. Beragam Penyakit Degeneratif Akibat Pola Makan.
Yogyakarta: Laksana, pp: 90-3

Manaf, A., 2006. Insulin: Mekanisme Sekresi dan Aspek Metabolisme. Dalam:
Sudoyo, A., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S. Ed Buku
Ajar Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, pp: 1852-6

Notoatmodjo, S., 2010. Metode Penelitian Survei. Dalam: Notoadmodjo, S.


Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, pp: 35-7

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
50
Setiadi, 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu, pp: 85

Sloane, E., 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC, pp: 213-14

Soegondo, et al., 2010. Perbedaan Karakteristik antara DM Tipe I dan DM Tipe


II. Dalam: Sutedjo, A. 5 Strategi Penderita Diabetes Berusia Panjang.
Yogyakarta: Kanisius, pp: 19

Soegondo, S., Sukarjik, K., 2008. Hidup Secara Mandiri dengan Diabetes Melitus,
Kencing Manis, Sakit Gula. Jakarta: FKUI, pp: 2-5

Subekti, I., 2011. Apa itu Diabetes Melitus: Patofisiologi, Gejala dan Tanda.
Dalam: Soegondo, S,. Soewondo, P., Subekti, I. Penatalaksanaan Diabetes
Melitus Terpadu edisi kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, pp: 275-8

Susilo, Y., 2011. Semua Tentang Diabetes Melitus. Dalam: Susilo, Y. Cara Jitu
Mengatasi Kencing Manis. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET, pp: 39-78

Sutedjo, A., 2010. 5 Strategi Penderita Diabetes Berusia Panjang. Yogyakarta:


Kanisius, pp: 10-24

Suyono, S., 2006. Diabetes Melitus di Indonesia. Dalam: Sudoyo, A., Setiyohadi,
B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S. Ed Buku Ajar Penyakit Dalam.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI, pp: 1852-6

Suyono, S., 2011. Kecenderungan Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes.


Dalam: Soegondo, S,. Soewondo, P., Subekti, I. Penatalaksanaan Diabetes
Melitus Terpadu edisi kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, pp: 3-8

Suyono, S., 2011. Patofisiologi Diabetes Melitus. Dalam: Soegondo, S,.


Soewondo, P., Subekti, I. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu edisi
kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, pp: 11-18

Tjokroprawiro, A, et al., 2007. Diabetes Melitus. Dalam: Tjokroprawiro, A, et al.


Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga. Surabaya: Airlangga University Press, pp: 29-30

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
51
Toruan, L., 2012. Tipe apa Diabetes Anda. Dalam: Toruan, L. Fat- Loss Not
Weight- Loss For Diabetes. Jakarta: TransMedia Pustaka, pp: 9-22

Toruan, L., 2012. Tes Diagnosis Diabetes. Dalam: Toruan, L. Fat- Loss Not
Weight- Loss For Diabetes. Jakarta: TransMedia Pustaka, pp: 24-7

Yunita, O., 2012. Mengenal Penyakit Diabetes Melitus. Dalam: Yunita, O.


Ajaibnya Terapi Herbal Tumpas Penyakit Diabetes Melitus. Jakarta:
Dunia Sehat, pp: 31-7

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
52
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah mendapatkan keterangan dan penjelasan dari peneliti tentang “Deteksi


Dini Diabetes Melitus dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar”, saya memahami seluruh
penjelasan dari penelitian ini termasuk risiko dan pengukuran serta pemeriksaan
yang akan dilakukan dan saya menyatakan kesediaan berpartisipasi dalam
penelitian ini dengan penuh kesadaran dan tanpa ada unsur paksaan.

Demikian surat pernyataan ini untuk dapat digunakan seperlunya.

Medan, ………........... 2017

Peserta penelitian

(_ _ _ _ _ _ _ _ _ __ __ _ _ _ _)

Nama dan Tanda Tangan

Deteksi Dini Diabetes Melitus Dengan Memeriksa Kadar Gula Darah Puasa Pada
Kelompok Penduduk Di Puskesmas Datuk Bandar Tahun 2017
53

Anda mungkin juga menyukai