PENGERTIAN
Asma bronkial adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel
dan elemen seluler : Inflamasi kronik ini terkait dengan hiperreaktivitas saluran napas; pembatasan
alirasn udara, gejala respiratorik dan perjalanan penyakit yang kronis. Episode ini biasaya terkait
dengan obstruksi aliran udara dalam paru yang reversibel baik secara spontan ataupun dengan
pengobatan. 1-3
Asma disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik yang berpengaruh
adalah riwayat keluarga dan atopi. Obsitas juga terkait dengan peningkatan prevalensi asma.
Beberapa pemicu serangan asma antaralian alergen, infeksi virus pada saluran napas atas, olahraga
dan hiperventilasi, udara dingin, polusi udara (asap rokok, gas iritan), obat-obatan seperti penyekat
beta dan aspiran, serta stres. 2
Pada asma, terdapat inflamasi mukosa saluran napas dari trakea sampai bronkiolus terminal,
namun predominan pada bronkus. Sel-sel inflamasi yang terlibat pada asma antara lain sel mast,
eosinofil, limfosit T, sel dendritik, makrofag, dan netrofil. Sel-sel struktural saluran napas yag terlibat
antara lain sel epitel, otot polos, sel endotel, fibroblas dan miofibroblas, serta sel saraf. Penyempitan
saluran nafas, penebalan saluran napas akibat remodeling, serta hipersekresi mukus. 2
PENDEKATAN DIAGNOSIS
Asma dapat didiagnosis dari gejala yang di alami dan di riwayat penyakit pasien.
Anamnesis 1-3
Episode berulang sesak napas, mengi, batuk, dan rasa berat didada, terutama saat malam
dan dini hari. Riwayat munculnya gejala setelah terpapar alergan atau terkena udara dingin atau
setelah olahraga. Gejala membaik dengan obat asma. Riwayat asma pada keluarga dan penyakit
atopi dapat membantu diagnosis.
Temuan fisik paling sering adalah mengi pada auskultasi. Pada eksaserbasi berat, mengi
dapat tidak di temukan nama pasien mengalami tanda lain seperti sianosis, mengantuk, kesulitan
berbicara, takikardi, dada hiperinflasi, penggunaan otot pernapasan tambahan, dan retraksi
interkostal.
Spirometri (Terutama pengukuran VEP1 [ Volume ekspirasi paksa dalam 1 detik ] dan KVP
[Kapasitas Vital Paksa ] serta pengukuran APE [Arus Puncak Ekspirasi ] adalah pemeriksaan yang
penting.
DIAGNOSA BANDAING
Sindrom hiperventilasi dan seragam panik, obstruksi saluran napas atas dan terhirupnya
benda asing, disfungsi pita suara, penyakit paru obstrukstif kronik (PPOK), penyakit paru parenkim
difus, gagal jantung.
TATA LAKSANA
Nofarmakalogis 2
Menghindari paparan terhadap alergen dan penggunaan obat yang menjadi pemicu asma,
penurunan berat badan pada pasien yang obese.
Farmakologis
3. Obat penghilang sesak di tambah satu atau dua obat pengendali kombinasi kortikosteroid
inhalasi dosis rendah dengan agonis-B2 inhalasi kerja-panjang (LABA). Alternatif pengendali
adalah kortikosteroid inhalasidosis sedang (Budesonide 400-800 ug atau ekivalenya) atau
kombinasi kostikosteroid in halasi dosis rendah dengan leukotriene modifier atau kombinasi
kortikosteroid inhalasi dosis rendah dengan teofilin lepas –lambat.
Keterangan :
* Kotak yang diarsir merupakan terapi yang di rekomendasikan berdasarkan data rerata kelompok.
Harus dipertimbangkan kebutuhan dan kondisi pasien.
Respiratory arrest
Ringan Sedang Berat
imminent
Sesak napas Berjalan Berbicara Saat istirahat
Frekuensi nadi
permenit <100 100-200 >120 Bradikardi
KOMPLIKASI
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), gagal jantung. Pada keadaan eksaserbasi akut dapat
terjadi gagal napas dan pneumotoraks.
PROGNOSIS
Keadaan yang berkaitan dengan prognosis yang kurang baik antara lain asma tidak
terkontrol secara klinis, eksaserbasi sering terjadi dalam satu tahun terakhir , menjalani perawatan
kritis karena asma , VEP1 yang rendah, paparan terhadap asap rokok, pengobatan dosis tinggi. 2
UNIT TERKAIT
REFERENSI
1. Sundaru H, Sukamto. Asma bronkial. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata
M,Setiati S, Penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi V. Jakarta : Interna Publishing,
2009. H 404-14
2. Barnes PJ. Asthma. Dalam : Longo DL. Kasper DL. Jameson JL. Fauci AS, House SL, Loscalzo J,
Penyunting. Harrison’s principle of internal medicine. Edisi XVIII. McGraw-Hill Companies, 2012.
h.2102 - 15
3. Global initative for asthma. Global strategy for asthma management and prevetion. 2011
HIPERTENSI
PENGERTIAN
Hioertensi adalah keadaan dimana tekanan darah (TD) sama atau melebihi 140 mmHg
sistolik dan/atau sama atau lebih dari 90 mmHg diastolik pada seseorang yang tidak sedang minum
obat antihipertensi.
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Berdasarkan Joint National Committee VII (2007)
Klasifikasi TD Sistolik TD Diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Pre Hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi Stage 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi Stage 2 160 Atau 100
Hipertensi sistolik terisolasi 140 dan <90
PENDEKATAN DIAGNOSIS
Penilaian Awal Klinis Hipertensi
Penilaian awal hipertensi sebaiknya meliputi 3 hal yaitu klasifikasi hipertensi, menilai risiko
kardiovaskuler pasien, dan mendeteksi etiologi sekunder hipertensi yang memerlukan penanganan
lebih lanjut. Penilaian awal tersebut diperoleh dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
darah rutin, spesimen urin pagi, dan EKG 12 lead saat istirahat. Pada pasien tertenru, pemantauan
TD berjalandan ekokardiografi dapat memberikan informasi tambahan mengenai beban sistem
kardiovaskuler berdasarkan urutan waktu.
Indikasi pemantauan TD Berjalan (ambulatory blood pressure monitoring)
1. Kecurigaan hipertensi white coat
2. Kecurigaan white coat aggravation pada pasien dengan hipertensi tidak terkontrol secara medis
3. Kecurigaan hipertensi nokturnal atau hipertensi terselubung (masked hypertension)
4. Hipertensi pada kehamilan
5. Kecurigaan hipertensi ortostatik atau kegagalan otonom
Anamnesa
1. Durasi hipertensi
2. Riwayat terapi hipertensi sebelumnya dan efek samping jika ada
3. Riwayat hipertensi dan kardiovaskular pada keluarga
4. Kebiasaan makan dan psikososial
5. Faktor risiko lainnya: kebiasaan merokok, perubahan berat badan,dislipidemia, diabetes,
inaktivitas fisik
6. Bukti kerusakan organ target:riwayat TIA, stroke, buta sementara, penglihatan kabur tiba-tiba,
angina, infark miokard, gagal jantung, disfungsi seksual
Pemeriksaan Fisik
1. Pengukuran tinggi dan berat badan, tanda-tanda vital
2. Metode auskultasi pengukuran TD:
Semua instrumen yang dipakai harus dikalibrasi secara rutin untuk memastikan keakuratan
hasil
Posisi pasien duduk diatas kursi dengan kaki menempel di lantai dan telah beristirahat
selama 5 menit dengan suhu ruangan yang nyaman.
Dengan sfigmomanometer, oklusi arteri brakhialis dengan pemasangan cuff di lengan atas
dan diinflasi sampai diatas TD sistolik. Saat deflasi perlahan-lahan, suara pulsasi aliran
darah dapat dideteksi dengan auskultasi dengan stetoskop tipe bell/genta diatas arteri
tepat di bawah cuff
Klasifikasi berdasarkan hasil rata-rata pengukuran tekanan darah yang dilakukan minimal 2
kali tiap kunjungan pada 2 kali kunjungan atau lebih dengan menggunakan cuff
Tekanan sistolik = suara fase 1 dan diastolik = suara fase 5
Penhukuiran pertama harus di kedua sisi lengan untuk menghindarkan kelainan pembuluh
darah perifer
Pengukuran tekanan darah pada waktu berdiri diindikasikan pada pasien dengan risiko
hipotensi postural (lanjut usia, pasien DM, dll)
Tabel 2. Rekomendasi follow-up pengukuran TD pada dewasa tanpa kerusakan organ target:
TD inisial (mmHg) Rekomendasi follow-up
Normal Periksa ulang dalam 2 tahun
Pre-hipertensi Periksa ulang dalam 1 tahun
Hipertensi stage 1 Konfirmasi dalam 2 bulan
Hipertensi stage 2 Evaluasi atau driujuk k epelayanan kesehatan dalam waktu 1
bulan, apabila TD lebih tinggi (misal >180/110 mmHg), evaluasi
dan terapi segera dalam waktu 1 minggu tergantung kondisi
klinis dan komplikasi
Pemeriksaan Penunjang
Urinalisis, tes fungsi ginjal, ekskresi albumin, serum BUN, kreatinin, gula darah, elektrolit,
profil lipid, foto thoraks, EKG; sesuai penyakit penyerta: asam urat, aktivitas renin plasma,
aldosteron, katekolamin urin, USG pembuluh darah besar,USG ginjal,ekokardiografi
Diagnosis Banding
Peningkatan tekanan darah akibat white coat hypertension, rasa nyeri, peningkatan tekanan
intraserebral, ensefalitis, akibat obat, dll
Tatalaksana
1. Modifikasi gaya hidup
2. Pemberian β-blocker pada pasien unstable angina/non-ST elevated myocardial infark
(NSTEMI) atau STEMI harus memperhatikan kondisi hemodinamik pasien β-blocker hanya
diberikan pada kondisi hemodinamik stabil
3. Pemberian angiotensi convertin enzyme inhibitor (ACE-I) atau angiotensin reseptor blocker
(ARB) pada pasien NSTEMI atau STEMI apabila hipertensi persisten, terdapat infark miokard
anterior, disfungsi ventrikel kiri, gagal jantung, atau pasien penderita diabetes dan penyakit
ginjal kronik
4. Pemberian antagonis aldosteron pada pasien disfungsi ventrikel kiri bila terjadi gagal jantung
berat (misal gagal jantung New York Heart Association/NYHA kelas III-IV atau fraksi ejeksi
ventrikel kiri < 40% dan klinis terdapat gagal jantung)
5. Kondisi khusus lain:
a. Obesitas dan sindrom metabolik
Terdapat 3 atau lebih keadaan berikut: lingkar pinggang laki-laki > 102 cm atau perempuan >
89 cm, toleransi glukosa terganggu dengan gula darah puasa 110 mg/dl, tekanan darah
minimal 130/85 mmHg, trigliserida tinggi 150 mg/dl, kolesterol HDL rendah , 40 mg/dl pada
laki-laki atau < 50 mg/dl pada perempuan. Modifikasi gaya hidup yang intensif dengan
pilihan terapai utama ACE-I. Pilihan lain adalah ARB, CCB
b. Hipertrofi ventrikel kiri
Tatalaksana agresif termasuk penurunan berat badan dan restriksi garam
Pilihan terapi: dengan semua kelas antihipertensi
Kontraindikasi: vasodilator langsung, hidralazin dan minoksidil
c. Penyakit arteri perifer: semua kelas antihipertensi, tatalaksana faktor risiko lain, dan
pemberian aspirin
d. Lanjut usia (≥ tahun)
Identifikasi lain yang bersifat irreversibel
Evaluasi kerusakan organ target
Evaluasi penyakit komorbid lain yang memperngaruhi prognosis
Identifikasi hambatan dalam pengobatan
Terapi farmakologis: diuretik thiazid (inisial), CCB
e. Kehamilan
Pilihan terapi: metildopa,β-blocker, dan vasodilator
Kontraindikasi: ACE-I dan ARB
Pencegahan umum Risiko tinggi PJK Stable angina, Unstable Disfungsi ventrikel kiri
PJK target < 140/90 mmHg Target < 130/80 mmHg angina/ NSTEMI, STEMI Target < 120/80 mmHg
Target < 130/80 mmHg
Pertimbangkan rujuk ke
spesialis hipertensi
Komplikasi
Hipertrofi ventrikel kiri, proteinuria dan gangguan fungsi ginjal, aterosklerosis pembuluh
darah, retinopati, stroke atau TIA, infark miokard, angina pektoris, gagal jantung.
Prognosis
Hipertensi tidak dapat disembuhkan, namun dapat dikontrol dengan terapi yang sesuai.
Terapi kombinasi obat dan modifikasi gaya hidup umumnya dapat mengontrol tekanan darah agar
tidak merusak organ target. Oleh karena itu, obat antihipertensi harus terus diminum untuk
mengontrol tekanan darah dan mencegah komplikasi. Studi menunjukkan kontrol tekanan darah
pada hipertensi menurunken insiden stroke sebesar 35-44% tetapi sampai saat ini belumjelas
apakah golongan obat antihipertensi tertentu memiliki perlindungan khusus terhadap stroke. Satu
studi menunjukkan efek ARB dibandingkan dengan penghambat ACE menurunkan risiko infark
miokard, stroke, dan kematian 13% lebih banyak, termasuk 25% penurunan risiko stroke baik fatal
maupun non-fatal.
PENGERTIAN
Merupakan penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes Aeypty dan Aedes alboptycus serta memenuhi kriteria WHO untuk demam berdarah
dengue.
PENDEKATAN DIAGNOSIS
Anamnesis
Demam mendadak tinggi dengan tipe bifasik disertai oleh kecenderungan perdarahan (perdarahan
kulit, perdarahan gusi, epistaksis, hematemesis, melene, hematuria), sakit kepala, nyeri otot dan
sendi, ruam, nyeri di belakang mata, mual-muntah, pemanjangan siklus menstruasi. Riwayat
penderita DBD di sekitar tempat tinggal, sekolah atau ditempat bekerja di waktu yang sama. Pasien
dapat juga datang disertai dengan keluhan sesak, lemah hingga penurunan kesadaran.
Pemeriksaan Fisik
Demam
Gejala infeksi viral seperti injeksi kkonjunctiva, mialgia, athralgia
Tanda perdarahan: ptekie, purpura, ekimosis
Hepatomegali
Tanda-tanda kebocoran plasm: efusi pleura, asites, edema, kandung empedu
Pemriksaan Penunjang
Kriteria Diagnosis
Sakit kepala
Nyeri retro-orbital
Myalgia
Athralgia
Ruam
Manifestasi perdarahan
Leukopenia; dan
Hasil pemeriksaan serologi (+) atau adanya demam dengue di lokasi dan waktu yang sama
Confirmed – kasus dikonfirmasi dengan kriteris laboratorium
1. Demam aytau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik
2. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut:
Uji bendung positif
Ptekie, ekimosis, atau purpura
Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi), atau perdarahan dari
tempat lain
Hematemesis atau melena
3. Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/ml)
4. Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma) sebagai berikut:
Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan umur dan jenis kelamin
Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan nilai
hematokrit sebelumnya
Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura, asites, hipoproteinemia, atau hiponatremia
Hipotensi
Akral dingin, lembab dan gelisah
Diagnosis Banding
Demam akut lain yang disertai trombositopenia seperti demam tifoid, malaria, chikunguya
Pemeriksaan Penunjang
Hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht), leukosit, trombosit, serologi dengue, foto thoraks. Evaluasi Ht
dan trombosit setiap 12/24 jam sesuai keadaan klinis, USG abdomen sesuai indikasi atau bila perlu
Diagnosis Banding
Demam akut lain yang disetai trombositopenia seperti demam tifoid, malaria, chikunguya
TATALAKSANA
Nonfarmakologis
Farmakologis
Takikardi
Capillary refill time (< 2 detik )
Kulit dingin, lembab dan pucat
Nadi perifer lemah atau hilang
Perubahan status mental
Oliguria
Peningkatan mendadak Ht atau peningkatan kontinyu Ht setelah terapi cairan diberikan
Tekanan nadi sempit (< 20 mmHg)
Hipotensi
Keluhan DBD
(Kriteria WHO 1997)
Hb, Ht, trombo Hb, Ht normal, trombo Hb. Ht normal, Hb, Ht meningkat,
normal 100.000-150.000 trombo < 100.000 trombo normal/turun
Susp. DBD
Perdarahan Spontan
dan Masif(-)
Syok (-)
Hb, Ht, trombo < 100.000 Hb, Ht meningkat 10-20% Hb, Ht meningkat >20%
Infus Kristaloid Trombo <100.000 Trombo <100.000
Evaluasi Hb, Ht, Trombo Infus Kristaloid
tiap 24 jam Evaluasi Hb, Ht, trombo/12 jam
Protokol pemberian
cairan DBD dengan Ht
meningkat ≥20%
Keterangan:
Bila Hb, Ht meningkat 10-20% dan trombosit <100.000 jumlah pemberian cairan tetap seperti
rumus diatas tapi pemantauan Hb, Ht, trombosit dilakukan tiap 12 jam
Bila Hb, Ht meningkat >20% dan trombosit <100.000 maka pemberisn cairan sesuai protokol
DBD dengan peningkatan Ht >20%
5% defisit cairan
Tatalaksana sesuai
PERBAIKAN protokol syok dan
perdarahan
Membaik: penurunan hematokrit, stabilnya pulsasi dan tekanan darah, urine output meningkat
Tidak membaik: hematokrit dan pulsasi meningkat, tekanan darah menurun dibawah 20mmHg,
menurunnya urine output
Kasus DBD:
Perdarahan spontan masif:
Epistaksis tidak terkendali, Gross
hematuria,Hematemesis dan atau Melena,
Hematoshezia, Perdarahan Otak
Syok (-)
Hipovolemik Normovolemik
TETAP SYOK