Anda di halaman 1dari 3

Nama : putri Anggana Dewi

NIM : I4061152065

Kriteria remisi dan recovery pada gangguan afektif bipolar

Gangguan Bipolar adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya


episode klinis berupa fluktuasi ekstrem dalam suasana perasaan (mood) dengan
manifestasi berulangnya episode manik, depresi atau episode campuran. Gangguan
bersifat kronis, memiliki episode kekambuhan dengan kesembuhan (recovery)
sempurna di antara episodenya.
Kriteria remisi menurut PPDG-III adalah pasien tidak menderita gangguan
afektif yang nyata selama beberapa bulan terakhir ini, tetapi pernah mengalami
sekurang kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa
lampau dan ditambah sekurang – kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
depresif, atau campuran).
Remisi, yaitu gejala depresi hampir atau tidak ada sama sekali. Nilai skor
HAM-D17 ≤7 atau skor MADRS ≤3, tiga minggu berturut-turut.
Sampai saat ini, belum ada konsensus mengenai definisi remisi. American
College of Neuropsychopharmacology Task Force mendefinisikan remisi sebagai
tidak adanya gejala utama depresi (mood depresif dan hilangnya minat atau rasa
senang) disertai dengan hampir atau tidak adanya sembilan gejala depresi lainnya,
sesuai kriteria diagnosis depresi berdasarkan DSM-V, paling sedikit 2-3 minggu
berturut-turut.
Konsensus American College of Neuropsychopharmacology (ACNP) Task
Force menetapkan kriteria remisi, yaitu bila nilai HAM-D17 ≤7 menetap dalam tiga
minggu berturut-turut. Fungsi sehari-hari tidak merupakan kriteria untuk definisi
remisi
Kriteria lain untuk remisi adalah bila skor HAM-D17 ≤7 atau HAM-D7 ≤3.
Dikatakan remisi parsial bila skor HAM-D17 antara 7-13. Skor 3 pada HAM-D7
ekuivalen dengan skor 7 pada HAM-D17. Skala HAM-D7 cukup sensitif untuk
menilai beratnya gejala depresi. Apabila menggunakan MADRS, skor untuk menilai
remisi bervariasi, yaitu ≤8, ≤9, ≤10, atau ≤11.
Evaluasi perlu dilakukan untuk menilai remisi fungsi. Beberapa hal yang perlu
dievaluasi yaitu fungsi sosial, pekerjaan, fungsi eksekutif, rasa senang, dan kualitas
hidup. Ada tiga hal penting yang perlu dijadikan pertimbangan untuk menyatakan
seorang pasien mengalami remisi:
1. Memiliki kesehatan mental positif (misalnya, optimis dan percaya diri)
2. Kembali ke kehidupan normal
3. Kembali ke derajat fungsi sebelumnya.
Selain tiga faktor di atas, tidak adanya gejala depresi merupakan prasyarat un-
tuk mendefinisikan remisi. Jadi, kualitas hidup dan derajat fungsi merupakan aspek
penting yang perlu dievaluasi secara rutin dalam menentukan remisi pada depresi.
Tujuan terapi depresi saat ini yaitu kembalinya ke aktivitas normal dan fungsi pre-
morbid.
Apabila fungsi tetap terganggu, sedangkan gejala sudah tidak ada lagi,
evaluasi kembali adanya gangguan kepribadian. Instrumen yang dapat digunakan
yaitu SCID, Structured Interview for DSM-IV Personality (SIDP-IV), atau
Personality Assessment Schedule (PAS)

Sedangkan kriteria pulih (recovery) yaitu menetapnya remisi (asimptomatik) dalam


waktu yang lebih lama (± 4-6 bulan). Fungsi pekerjaan dan sosial kembali pulih
seperti semula.
1. Rush AJ, Kraemer HC, Sackeim HA, Fava M, Trivedi MH, Frank E. Report
by the ACNP Task Force on response and remission in major depressive
disorder. Neuropsychipharmacology 2006;31:1841-53.
2. Zimmerman M, McGlinchey JB, Posternak MA, Friedman M, Boerescu D,
Attiullah N. Discordance between self reported symptom severity and
psychosocial functioning ratings in depressed outpatients: implications for
how remission from depression should be defined. Psychiatry Res.
2006;141:185-91.
3. Pfohl B, Blum N, Zimmerman M. Structured Interview for DSM-IV
Personality (SIDP-IV). Iowa City, USA: University of Iowa Hospitals and
Clinics; 1983. Tyrer P, Cicchetti DV, Casey PR. Cross-national reliability
study of schedule for assessing personality disorders. J Nerv Ment Dis.
1984;172:718-21.

Anda mungkin juga menyukai