Kriteria remisi dan recovery pada gangguan afektif bipolar
Gangguan Bipolar adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya
episode klinis berupa fluktuasi ekstrem dalam suasana perasaan (mood) dengan manifestasi berulangnya episode manik, depresi atau episode campuran. Gangguan bersifat kronis, memiliki episode kekambuhan dengan kesembuhan (recovery) sempurna di antara episodenya. Kriteria remisi menurut PPDG-III adalah pasien tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurang kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau dan ditambah sekurang – kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, depresif, atau campuran). Remisi, yaitu gejala depresi hampir atau tidak ada sama sekali. Nilai skor HAM-D17 ≤7 atau skor MADRS ≤3, tiga minggu berturut-turut. Sampai saat ini, belum ada konsensus mengenai definisi remisi. American College of Neuropsychopharmacology Task Force mendefinisikan remisi sebagai tidak adanya gejala utama depresi (mood depresif dan hilangnya minat atau rasa senang) disertai dengan hampir atau tidak adanya sembilan gejala depresi lainnya, sesuai kriteria diagnosis depresi berdasarkan DSM-V, paling sedikit 2-3 minggu berturut-turut. Konsensus American College of Neuropsychopharmacology (ACNP) Task Force menetapkan kriteria remisi, yaitu bila nilai HAM-D17 ≤7 menetap dalam tiga minggu berturut-turut. Fungsi sehari-hari tidak merupakan kriteria untuk definisi remisi Kriteria lain untuk remisi adalah bila skor HAM-D17 ≤7 atau HAM-D7 ≤3. Dikatakan remisi parsial bila skor HAM-D17 antara 7-13. Skor 3 pada HAM-D7 ekuivalen dengan skor 7 pada HAM-D17. Skala HAM-D7 cukup sensitif untuk menilai beratnya gejala depresi. Apabila menggunakan MADRS, skor untuk menilai remisi bervariasi, yaitu ≤8, ≤9, ≤10, atau ≤11. Evaluasi perlu dilakukan untuk menilai remisi fungsi. Beberapa hal yang perlu dievaluasi yaitu fungsi sosial, pekerjaan, fungsi eksekutif, rasa senang, dan kualitas hidup. Ada tiga hal penting yang perlu dijadikan pertimbangan untuk menyatakan seorang pasien mengalami remisi: 1. Memiliki kesehatan mental positif (misalnya, optimis dan percaya diri) 2. Kembali ke kehidupan normal 3. Kembali ke derajat fungsi sebelumnya. Selain tiga faktor di atas, tidak adanya gejala depresi merupakan prasyarat un- tuk mendefinisikan remisi. Jadi, kualitas hidup dan derajat fungsi merupakan aspek penting yang perlu dievaluasi secara rutin dalam menentukan remisi pada depresi. Tujuan terapi depresi saat ini yaitu kembalinya ke aktivitas normal dan fungsi pre- morbid. Apabila fungsi tetap terganggu, sedangkan gejala sudah tidak ada lagi, evaluasi kembali adanya gangguan kepribadian. Instrumen yang dapat digunakan yaitu SCID, Structured Interview for DSM-IV Personality (SIDP-IV), atau Personality Assessment Schedule (PAS)
Sedangkan kriteria pulih (recovery) yaitu menetapnya remisi (asimptomatik) dalam
waktu yang lebih lama (± 4-6 bulan). Fungsi pekerjaan dan sosial kembali pulih seperti semula. 1. Rush AJ, Kraemer HC, Sackeim HA, Fava M, Trivedi MH, Frank E. Report by the ACNP Task Force on response and remission in major depressive disorder. Neuropsychipharmacology 2006;31:1841-53. 2. Zimmerman M, McGlinchey JB, Posternak MA, Friedman M, Boerescu D, Attiullah N. Discordance between self reported symptom severity and psychosocial functioning ratings in depressed outpatients: implications for how remission from depression should be defined. Psychiatry Res. 2006;141:185-91. 3. Pfohl B, Blum N, Zimmerman M. Structured Interview for DSM-IV Personality (SIDP-IV). Iowa City, USA: University of Iowa Hospitals and Clinics; 1983. Tyrer P, Cicchetti DV, Casey PR. Cross-national reliability study of schedule for assessing personality disorders. J Nerv Ment Dis. 1984;172:718-21.