Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan
tempat kegiatan untuk mendukung perikehidupan dan penghidupan ( Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman, Bab 1, Pasal 1). Permukiman yang dimaksudkan dalam UU ini
mempunyai lingkup tertentu yaitu kawasan yang dilengkapi dengan prasarana,
sarana lingkungan, dan tempat kerja terbatas untuk mendukung perikehidupan
dan penghidupan sehingga fungsi permukiman tersebut dapat berdaya guna dan
berhasil guna ((Taufik, 2013)
Allah SWT mengingatkan besarnya nikmat rumah bagi manusia dengan
berfirman (Departemen Agama, Al Qur’an dan Terjemahnya, Yayasan
penyelenggara penerjemah/pentafsir Al Qur’an, Jakarta, 1971).

Terjemahnya :
Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan Dia
menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang
kamu merasa ringan (membawa)nya di waktu kamu berjalan dan waktu kamu
bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu onta dan bulu kambing,
alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu).
(Q.S An Nahl Ayat 80)

Keberadaan permukiman yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda


menyebabkan adanya pilihan seseorang didalam memilih tempat tinggal.
Sebuah tempat tinggal akan dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria

1
tersebut disesuaikan dengan kondisi individu yang tinggal di tempat tersebut.
Beberapa kriteria yang menjadi pertimbangan untuk memilih tempat tinggal
adalah harga, fasilitas yang disediakan, aksesibilitas dan kesesuaian tata
ruangnya. Harga menjadi persoalan utama namun ditentukan juga oleh faktor
lainnya. Semakin lengkap fasilitas yang ditawarkan maka seseorang cenderung
untuk memilihnya, demikian halnya dengan aksesibilitas dan kesesuaian tata
ruang.
Faktor lain yang turut menentukan seseorang untuk memilih tempat
tinggal adalah faktor lingkungan berupa kebersihan dan kenyamanan tempat
tinggal. Kebersihan ditunjukkan dengan tempat tinggal yang bersih dari polusi
karena tempat tinggal yang tidak bersih akan rentah terhadap timbulnya
penyakit. Kebersihan lingkungan akan sangat menentukan kenyamanan
seseorang untuk tetap tinggal di tempat tersebut. Sebagaimana yang telah
dijelaskan dalam Hadist berikut :

﴾‫﴿ﺮﻮاﻩَّاحمد‬٠‫ان‬ ِ ٌ‫ظافَة‬
َِّ ‫َّمنَ َّاﻻِ ْي َم‬ َ َّ‫اَلن‬
Terjemahan :
“Kebersihan itu sebagian dari iman”. (HR. Ahmad)

Faktor keterbatasan lahan untuk permukiman menyebabkan timbulnya


masalah permukiman dimana terdapat kecenderungan semakin diabaikannya
persyaratan lingkungan permukiman. Hal ini mengakibatkan timbulnya
lingkungan permukiman yang kurang memperhatikan persyaratan keamanan
dan kesehatan bagi penduduknya. Kondisi ini banyak terjadi di sekitar TPA.
Walaupun terjadi penurunan kualitas lingkungan sebagai akibat adanya TPA,
kepadatan penduduk semakin meningkat. Hal ini selain diakibatkan
meningkatnya jumlah penduduk asli juga diduga diakibatkan meningkatnya
jumlah pentang (Suhan, 2009).
Menurut Hadiwiyoto (1983), sampah dapat menimbulkan gangguan
keseimbangan lingkungan dan kesehatan. Gangguan itu yaitu: (1) pencemaran
udara dan bau yang tidak sedap; (2) sampah bertumpuk-tumpuk dapat
menimbulkan kondisi physicochemis yang dapat mengakibatkan kenaikan

2
suhu dan perubahan pH; (3) kekurangan oksigen pada daerah pembuangan
sampah; (4) gas-gas yang dihasilkan selama dekomposisi sampah dapat
membahayakan kesehatan dan kadang-kadang beracun dan dapat mematikan,
(5) penularan penyakit yang ditimbulkan oleh sampah; dan (6) secara estetika
pemandangan yang tidak nyaman untuk dinikmati (Sari, 2011)
Sampah juga dapat membahayakan kesehatan masyarakat, terlebih lagi
masyarakat yang tinggal di sekitar TPA. Bau tidak sedap yang bersumber dari
timbulan sampah dapat menyebabkan penyakit saluran pernafasan seperti
TBC, bronchitis, dan penyakit saluran pernafasan lainnya. Sampah juga dapat
menjadi tempat berkembang biaknya bibit penyakit yang mudah menyebar dan
menyebabkan wabah penyakit bagi manusia maupun mahluk hidup lainnya
yang berada di sekitar TPA (Pahlefi, 2014).
Hal ini mengakibatkan timbulnya lingkungan pemukiman yang kurang
memperhatikan persyaratan keamanan dan kesehatan bagi penduduknya.
Kondisi ini banyak terjadi di sekitar TPA. Walaupun terjadi penurunan kualitas
lingkungan sebagai akibat adanya TPA, kepadatan penduduk semakin
meningkat. Hal ini selain diakibatkan meningkatnya jumlah penduduk asli juga
diduga diakibatkan meningkatnya jumlah pendatang. Keberadaan TPA
memberikan dampak positif dan negatif bagi masyarakat sekitar. Dampak
positif tersebut diantaranya menghasilkan lapangan pekerjaan dan menjadi
sumber pendapatan masyarakat. Dampak negatifnya yaitu terjadinya
penurunan kualitas lingkungan (Suhan, 2009).
Keberadaan tempat pembuangan akhir (TPA) memiliki fungsi yang
sangat penting yaitu sebagai pengelolahan akhir sampah baik yang akan didaur
ulang maupun yang tidak didaur ulang. Kota Makassar memiliki luas TPA
kurang lebih 16 Ha yang terletak di bagian tepi kota yang berbatasan dengan
Kabupaten Gowa di Sebelah Selatan. Pengelolaan sampah yang digunakan
masih berpegang pada paradigma lama yaitu mengumpulkan, mengangkut dan
membuang sampah. Terbatasnya pendanaan penanganan persampahan masih
mengarah ke open dumping yaitu tumpukan sampah yang dibiarkan di lahan
terbuka sampai mengalami proses komposting secara alami akibatnya

3
tumpukan sampah tersebut menghasilkan bau yang sangat menyengat dan
mengganggu kesehatan. Akibatnya sampah yang terdapat di TPA Tamangapa
menjadi menumpuk seperti gunung yang bercampur antara sampah organik dan
non – organik yang berdampak pada lingkungan sekitar yang menimbulkan
kerugian sosial bagi warga sekitar TPA.
TPA di kenal sebagai tempat yang kotor dan bau namun masih banyak
juga masyarakat yang tetap memilih lokasi permukiman di sekitar TPA dengan
alasan yang berbeda-beda. Di sekitar TPA Tamangapa terdapat banyak
perumahan-perumahan baru yang terbangun dan banyaknya permukiman
masyarakat menimbulkan beberapa pertanyaan salah satunya yaitu apa yang
membuat banyak masyarakat memilih lokasi ini sebagai lokasi tempat mereka
bermukim. Padahal, jika kita berfikir secara logis TPA itu sangat mengganggu
kesehatan manusia. Selain itu, masih banyak lokasi lain yang lebih layak dan
strategis dari pada lokasi disekiar TPA untuk di pilih sebagai lokasi
permukiman.
Hal inilah yang menjadi landasan utama penelitian ini dilakukan untuk
mengkaji penurunan kualitas lingkungan di sekitar TPA, menganalisis faktor-
faktor yang mempengaruhi harga lahan di sekitar TPA dan mengetahui
bagaimana freferensi masyarakat terhadap pemilihan lokasi permukiman di
sekitar TPA. Penelitian ini akan menunjukkan apakah penurunan kualitas
lingkungan yang diakibatkan adanya TPA berpengaruh terhadap harga lahan
untuk pemukiman di sekitar TPA.

B. Rumusan Masalah
1. Faktor-Faktor apakah yang menyebabkan masyarakat/responden memilih
lokasi permukiman di sekitar TPA Tamangapa?
2. Bagaimana strategi peningkatan kualitas permukiman di sekitar TPA
Tamangapa dalam menciptakan permukiman yang sehat dan ramah
lingkungan?

4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi faktor-Faktor apakah yang menyebabkan
masyarakat/responden memilih lokasi permukiman di sekitar TPA
Tamangapa.
2. Mengidentifikasi bagaimana strategi peningkatan kualitas permukiman di
sekitar TPA Tamangapa dalam menciptakan permukiman yang sehat dan
ramah lingkungan.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Menjadi bahan masukan kepada pemerintah (instansi terkait) dan
masyarakat untuk menentukan lokasi permukiman yang sehat dan ramah
lingkungan.
2. Untuk membantu pemerintah daerah dalam menentukan kawasan
permukiman dan TPA yang sesuai dengan arahan penataan ruang.

D. Ruang Lingkup Penelitian


Adapun ruang lingkup penelitian kompilasi dari data ini yaitu secara
garis besar meliputi 2 kajian pokok, yaitu:
1. Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah dalam penulisan laporan ini dibahas
mengenai batasan wilayah kawasan permukiman di sekitar TPA
Tamangapa, Kelurahan Tamangapa, Kecamatan Manggala, Kota
Makassar.
2. Ruang Lingkup Pembahasan
Pada tingkat pembahasan materi pada skala makro dan mikro
secara umum dibahas mengenai : pandangan masyarakat terhadap
pemilihan lokasi permukiman di sekitar TPA Tamangapa serta
pengaruh TPA Tamangapa terhadap masyarakat baik dari segi
ekonomi, sosial dan lingkungan.

5
E. Sistematika Penulisan
Secara garis besar, laporan survey ini terdiri dari lima bab yang secara
garis besarnya akan diuraikan dalam sistematika pembahasan berikut ini:
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi uraian mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan
dan manfaat, dan sistematika pembahasan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Permukiman, Klasifikasi Permukiman, Arahan
Peletakan Perumahan dan Permukiman, Rencana Tata Letak
Permukiman, TPA, Konsep Ideal Tempat Pembuangan Sampah,
Efek Sampah terhadap Manusia dan Lingkungan dan Harga Lahan.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Berisi tentang jenis penelitan/studi kasus, lokasi penelitian,
populasi dan sampel, variabel penelitian, teknik pengumpulan data,
teknik analisis, dan defisi perasional.

Anda mungkin juga menyukai