Anda di halaman 1dari 32

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan di

Kelurahan Batangkaluku Kecamatan Somba opu


( komunitas sinomang )

Di susun oleh : Kelompok 7


Haerunniza
Muhammad Syahril
Anugrah murti wardani
Fika resky haruni
Muh. Syamsir ali
Mirzha dwi pradiftha
Hudiatma fajar
Muh. Riska hasmuddin
Puqu pangestu
Aditya putra pradana

Teknik perencanaan wilayah dan kota


Fakultas sains dan teknologi
Universitas islam negri alauddin makassar
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Partisipasi masyarakat merupakan modal utama dalam upaya mencapai
sasaran program pemerintah diseluruh wilayah Republik Indonesia.
Keberhasilan dalam pencapaian sasaran pelaksanaan program pembangunan
bukan semata-mata didasarkan pada kemampuan aparatur pemerintah, tetapi
juga berkaitan dengan upaya mewujudkan kemampuan dan keamanan
masyarakat untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan program pembangunan.
Adanya partisipasi msyarakat akan mampu mengimbangi keterbatasan biaya
dan kemampuan pemerintah dalam pencapaian pelaksanaan program
pembangunan.
Kemampuan dan kemauan masyarakat dalam berpartisipasi dalam sebuah
program tertentu berasal dari dalam diri masyarakat sendiri, meskipun ada
kesempatan yang diberikan oleh pemerintah untuk membangun infrastuktur
tetapi jika tidak ada kemampuan dan kemauan dari masyarakat maka
pertisipasi tidak akan terwujud. Dalam kegiatan pembangunan, partisipasi
masyarakat merupakan perwujudan dari kesadaran dan kepedulian serta
tanggung jawab masyarakat terhadap pentingnya pembangunan yang bertujuan
untuk memperbaiki mutu hidup mereka. Artinya, melalui partisipasi yang
diberikan, berarti benar-benar menyadari bahwa kegiatan pembangunan
bukanlah sekedar kewajiban yang dilaksanakan oleh aparat pemerintah sendiri,
tetapi juga menuntut keterlibatan masyarakat yang akan diperbaiki hidupnya.
pembangunan di Kelurahan batangkaluku dimana partisipasi masyarakat
sangatlah penting guna membantu tercapainya pelaksanaan program
pembangunan, sehingga akan timbul satu program dari prakarsa dan swadaya
komunitas dari masyarakat. Atas dasar inilah kesadaran dari masyarakat perlu
terus di tumbuhkan dan ditingkatkan sehingga nantinya partisipasinya akan
dirasakan sehingga suatu kewajiban yang lahir secara spontan.
Komunitas sinomang merupakan salah satu komunitas tertua yang berada di
Kecamatan Somba opu Kelurahan Batangkaluku, komunitas sinomang ialah
komunitas yang bertugas mengurusi pemakaman warga yang ada di Kelurahan
Batangkaluku. Dalam realitasnya, tidak semua anggota komunitas sinomang
yang ada di Kelurahan Batangkaluku Kecamatan somba opu ikut
berpartisipasi, hanya beberapa anggota kepala keluarga saja yang aktif dalam
berpartispasi dikarenakan berbagai macam alasan. Hal ini disadari karena
adanya beberapa faktor yang mempengaruhi. Disini diperlukan upaya untuk
meyakinkan masyarakat tentang partisipasi dalam pembangunan, yaitu adanya
komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat atau sebaliknya. Keadaan
seperti ini akan merubah sikap serta tindakan masyarakat yang selanjutnya
menjadi dukungan untuk berpartisipasi. Hal ini menunjukkan betapa besar
peran pemerintah dalam meningkatkan partisipasi masyarakat demi tercapainya
pelaksanaan program pembangunan maksimal.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat partisipasi komunitas sinomang di Kelurahan
Batangkaluku Kecamatan Somba opu ?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat partisipasi komunitas
sinomang di Kelurahan Batangkaluku Kecamatan Somba opu ?
C. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat partisipasi komunitas sinomang di
Kelurahan Batangkaluku Kecamatan somba opu.
2. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat
partisipasi komunitas sinomang dalam pembangunan Kelurahan
Batangkaluku Kecamatan somba opu.
D. Manfaat Penelitian
Hasil yang nanti akan dicapai pada penelitian ini diharapakan memberi
manfaat sebagai berikut:
1. Secara teoritis, penelitian yang akan dilakukan ini dapat dijadikan
suatu bahan studi perbandingan selanjutnya dan akan menjadi
sumbangsih pemikiran ilmiah dalam melangkapi kajian-kajian yang
mengarah pada pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya
menyangkut masalah perencanaan pembangunan.
2. Secara praktis, hasil dari penelitian yang akan dilakukan ini yaitu
dapat menjadi suatu bahan dalam melakukan usaha dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat di berbagai bidang, khususnya
pada pembangunan di Kelurahan Batangkaluku
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penyusunan laporan ini, meliputi : ruang lingkup wilayah
yakni batasan wilayah partisipasi komunitas yang ada di masyarakat, serta
lingkup materi berupa faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi
komunitas.
1. Ruang lingkup budaya
Lingkup wilayah dalam laporan ini terletak di Kelurahan
Batangkaluku Kecamatan Somba opu Kabupaten Gowa Sulawesi
Selatan.
2. Ruang lingkup materi
Substansi penyusunan laporan ini memuat tentang partisipasi
komunitas yang ada di masyarakat Kelurahan Batangkaluku
dalam melakukan pembangunan.
F. Sistematika Laporan
Dalam penyusunan laporan ini dilakukan dengan mengurut data sesuai
dengan tingkat kebutuhan dan kegunaan, sehingga semua aspek yang
dibutuhkan dalam proses selanjutnya terangkum secara sistematis, dengan
sistematika penulisan sebagai berikut
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitiaan, manfaat penelitian, ruang lingkup, serta sistematika laporan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas tentang pengertian partisipatif, masyarakat dan
pembangunan.
BAB III METODOLOGI
Bab ini membahas lokasi dan waktu penelitian, jenis dan sumber data, serta
tahap-tahap analisis yang digunakan dalam penyusunan laporan.
BAB IV GAMBARAN UMUM
Bab ini membahas tentang gambaran umum lokasi penelitian.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang hasil pembahasan dari analisis pembobotan.
BAB VI PENUTUP
Bab ini membahas tentang kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Partisipasi
Kata partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Participation”, take a
part, artinya peran serta atau ambil bagian atau kegiatan bersama-sama
dengan orang lain. Partisipasi merupakan keterlibatan mental atau pikiran dan
emosi perasaan sumbangan dalam usaha mencapai tujuan serta turut tanggung
jawab terhadap usaha yang bersangkutan. Partisipasi dalam urusan publik
belakangan ini menjadi sorotan. Banyak kalangan yang menggunakan kata
partisipasi sehingga tanpa kata partisipasi rasanya diskusi, seminar,
musyawarah ataupun kebijakan yang diluncurkan kurang mendapatkan
tempat di masyarakat. Kata ini dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan yang
bernuansa pembangunan, kebijakan dan pelayanan pemerintah. Sementara
akhiran “tif” menunjukkan kata sifat yaitu untuk menerangkan kata dasarnya,
sehingga partisipatif lebih bermakna sebagai kata sifat yang menjelaskan
proses (Jakti, 1987).
Partisipasi sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya kandungan kapital
yang dimiliki seseorang tersebut. Partisipasi hanya mungkin dilakukan
seseorang bila ada kapital sosial, yaitu jaringan kerja, aturan-aturan yang jelas
dan kepercayaan. Jaringan merupakan lintasan bagi proses berlangsungnya
pertukaran, sementara kepercayaan menjadi stimulus agar proses pertukaran
tersebut berjalan lancar sementara aturan merupakan jaminan bahwa proses
pertukaran itu berlangsung adil atau tidak (Saragi, 2004).
partisipasi adalah sebagai wujud dari keinginan untuk mengembangkan
demokrasi melalui proses desentralisasi dimana diupayakan antara lain
perlunya perencanaan dari bawah (button-up) dengan mengikutsertakan
masyarakat dalam proses perencanaan dan pembangunan masyarakatnya
(H.A.R. Tilaar 2009 ). Menurut Soegarda Poerbakawatja partisipasi adalah
Suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan di dalam perencanaan
serta pelaksanaan dari segala sesuatu yang berpusat pada kepentingan dan
juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan
tingkat kewajibannya (Soegarda Poerbakawatja 1981).
Berdasarkan pengertian di atas, bahwa konsep partisipasi memiliki
makna yang luas dan beragam. Secara garis besar dapat ditarik kesimpulan
partisipasi adalah suatu wujud dari peran serta masyarakat dalam aktivitas
berupa perencanaan dan pelaksanaan untuk mencapai tujuan pembangunan
masyarakat. Wujud dari partisipasi dapat berupa saran, jasa, ataupun dalam
bentuk materi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suasana
demokratis.
B. Macam – Macam Partisipasi
Ada beberapa macam partisipasi yang dikemukakan oleh ahli. Menurut
Sundariningrum (Sugiyah, 2010) mengklasifikasikan partisipasi menjadi dua
berdasarkan cara keterlibatannya, yaitu:
1. Partisipsai Langsung
Partisipasi yang terjadi apabila individu menampilkan kegiatan
tertentu dalam proses partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila setiap
orang dapat mengajukan pandangan, membahas pokok permasalahan,
mengajukan keberatan terhadap keinginan orang lain atau terhadap
ucapannya.
2. Partisipasi tidak langsung
Partisipasi yang terjadi apabila individu mendelegasikan hak
partisipasinya pada orang lain.

Cohen dan Uphoff membedakan partisipasi menjadi empat jenis yaitu


Pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan. Partisipasi ini terutama
berkaitan dengan penentuan alternatif dengan masyarakat yang berkaitan
dengan gagasan atau ide yang menyangkut kepentingan bersama. Dalam
partisipasi ini masyarakat menuntut untuk ikut menentukan arah dan orientasi
pembangunan. Wujud dari partisipasi ini antara lain seperti kehadiran rapat,
diskusi, sumbangan pemikiran, tanggapan atau penolakan terhadap program
yang ditawarkan. Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan suatu program
meliputi: menggerakkan sumber daya, dana, kegiatan administrasi, koordinasi
dan penjabaran program. Ketiga, partisipasi dalam pengambilan manfaat.
Partisipasi ini tidak lepas dari hasil pelaksanaan program yang telah dicapai
baik yang berkaitan dengan kuantitas maupun kualitas. Dari segi kualitas,
dapat dilihat dari peningkatan output, sedangkan dari segi kuantitas dapat
dilihat seberapa besar prosentase keberhasilan program. Keempat, partisipasi
dalam evaluasi. Partisipasi masyarakat dalam evaluasi ini berkaitan dengan
masalah pelaksanaan program secara menyeluruh. Partisipasi ini bertujuan
untuk mengetahui ketercapaian program yang telah direncanakan sebelumnya
(Siti Irene A.D. 2011).
C. Pengertian Masyarakat
Kata masyarakat dalam bahasa Inggris di Identikkan dengan
Society (Latin) “Society” yang berarti kawan. Pengertian ini ternyata sesuai
dengan kenyataan bahwa Masyarakat itu tidak daripada sekelompok manusia
yang saling berhubungan dan bergaul. Berkaitan dengan pengertian tersebut
Ralph Lington Kemudian menjelaskan sebagai berikut : “Masyarakat adalah
merupakan kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama
sehingga mereka dapat mengatur diri mereka sebagai satu kesatuan sosial
dengan batas-batas yang telah di tentukan” (Ibid. 29). Sebagai masyarakat
merupakan kelompok manusia yang telah bermukim dan bekerja sama dalam
suatu wilayah (tempat) tertentu. Lebih lanjut kemudian dijelaskan oleh
Koentjaraningrat bahwa “Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang
berintegrasi menurut sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan
terkait oleh suatu identitas bersama.” (M. Cholil Mansyur, 1989).
Defenisi menunjukkan bahwa dalam hidup bermasyarakat manusia selalu
diatur oleh adanya cara-cara tertentu yang merupakan aturan. Manusia dalam
kehidupannya selalu membutuhkan manusia lain, karena tidak semua
kebutuhan hidupnya dapat dipenuhi sendiri begitupun sebaliknya pada orang
lain. Saling ketergantungan ini menimbulkan interaksi sosial. Interaksi sosial
yang terjadi dalam masyarakat dapat diketahuimelalui adanya kontak sosial
(Social Contact) dan komunikasi yang terjadi di antara masyarakat. Adanya
kontak sosial dan komunikasi itu sehingga masyarakat selalu kelihatan hidup
penuh dengan kebersamaan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
manusia hidup bersama atau bermasyarakat antara lain :
1. Hasrat sosial, adalah hasrat untuk menghubungkan diri dengan orang
lain atau kelompok lain.
2. Hasrat meniru, yaitu hasrat untuk menyatakan secara diam-diam atau
terang-terangan dari salah satu tindakan atau gejala.
3. Hasrat berjuang,yaitu mengalahkan lawan atau orang lain.
4. Hasrat bergaul, yaitu hasrat untuk bergabung dengan orang lain atau
kelompok lain.
5. Hasrat untuk memberitahukan.
6. Hasrat untuk mendapatkan kebebasan.
7. Hasrat Seksual, yaitu hasrat untuk mengembangkan keturunan.
8. Hasrat untuk bersatu dan adanya kesamaan keyakinan.

Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa kita manusia yang hidup dalam


suatu bentuk masyarakat ternyata mempunyai beberapa hasrat yang ingin
dicapai. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia sebagai makhluk
individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Hal ini terlihat bagaimana dalam
masyarakat selalu ingin mengejar kepentingan dan kebutuhan bersama
dengan masyarakat.
D. Pengertian Pembangunan
Hakekat pembangunan adalah proses perubahan yang terus menerus yang
merupakan kemajuan dan perbaikan menuju ke arah yang ingin dicapai,
selanjutnya untuk memberikan ini S.P. Siagian memberikan defenisi sebagai
berikut,
“Pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan
perubahan berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, Negara
dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa.”
(Siagian: 13). Pengertian tersebut menunjukkan bahwa dalam pembangunan
itu sendiri terdapat inti pokok-pokok pengertian sebagai berikut :
1. Pembangunan adalah merupakan suatu proses, berarti suatu
keinginan yang terus menerus dilaksanakan.
2. Pembangunan merupakan usaha sadar yang dilakukan.
3. Pembangunan mengarah kepada modernitas, yang di artikan
sebagai cara hidup yang baru dan lebih baik dari sebelumnya
serta kemampuan untuk lebih menguasai alam lingkungan dalam
rangka peningkatan swasembada dan mengurangi ketergantungan
dari pihak lain.
4. Pembangunan dilaksanakan secara berorientasi pada
pertumbuhan dan Perubahan.
5. Bahwa modernitas yang dicapai melalui pembangunan itu
bersifat multidimensional.
6. Bahwa kelima hal tersebut di atas ditunjukkan kepada usaha
pembinaan bangsa (Nation Building) yang terus menerus harus
silaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan bangsa dan
Negara.
Pembangunan adalah suatu proses dinamis, kebijaksanaan harus memberi
peluang kepada kenyataan tetapi harus mengandung kepastian dan
kesinambungan bagi pelaksanaan yang fiktif menuju terwujudnya masyarakat
yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dengan keridhoan dari Tuhan
Yang Maha Esa. Pengertian pembangunan seperti yang telah di uraikan pada
kutipan tersebut memberikan kejelasan bahwa pembangunan itu adalah
proses kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dengan
memanfaatkan potensi yang di milik. Semua itu di maksudkan untuk dapat
meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat, baik dari segi kesejahteraan
Rohani maupun Jasmani ( Bintoro Tjokroamidjojo ).
Pembangunan sebagai upaya memperbaiki keadaan, dalam arti yang
lebih buruk menjadi baik¸ Pembangunan nasional adalah rangkaian usaha
secara sadar berencana untuk memperbaiki keadaan sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan yang meliputi program-program pembangunan yang
dilaksanakan secara terus-menerus untuk mencapai tujuan pembangunan
nasional.” (Bintoro Tjokrpamidjojo). Selain dilihat sebagai upaya
memperbaiki keadaan, pembangunan juga dapat dilihat sebagai salah satu
jalan untuk mengetahui segala potensi kreatif yang dimiliki oleh masyarakat,
pembangunan berusaha menggerakkan dan menguakkan potensi kreatif yang
ada dalam masyarakat. Untuk merangsang potensi kreatif itu maka
pembangunan mempertimbangkan system nilai struktur yaitu hubungan-
hubungan dan peranan-peranan yang ada dalam
masyarakat ( Jakob Oetomo 1984).
Potensi yang dimiliki masyarakat seringkali terpendam dan untuk
membangkitkan kembali harus melalui pembangunan. Potensi yang telah
muncul melalui pembangunan tersebut sekaligus merupakan salah satu factor
yang dapat memperlancar jalannya roda pembangunan. Potensi-potensi yang
dimaksudkan berupa budaya, ekonomi, nilai dan sebagainya.
E. Pengertian Pembangunan Fisik
Pembangunan fisik yang dimaksud adalah pembangunan sarana dan
prasarana yang dilakukan di Kelurahan Batangkaluku Kecamatan Somba opu
. Setiap kegiatan atau rentetan dari usaha proses pembangunan harus
dikembangkan untuk meningkatkan nilai-nilai dan objek yang dilaksanakan
agar dapat berubah kearah yang lebih baik sesuai dengan tujuan yang
dikehendaki. Jadi pembangunan fisik adalah rentetan kegiatan atau proses
yang bisa meningkatkan nilai-nilai suatu objek yang lebih tinggi dengan
mengarah kepada hal yang lebih tinggi lagi baik itu berupa pengadaan
prasarana di Kelurahan Batangkaluku Kecamatan Somba opu.
Untuk mencapai target dan sasaran yang telah ditentukan dalam
pembagunan fisik harus memperhatikan dan menentukan sifat dan bentuk
dari objek, demikian pula dengan informasi yang jelas tentang hal-hal yang
menyangkut tentang pembangunan fisik. Setiap pembangunan fisik yang
dilaksanakan harus memperhatikan hal-hal yang terdapat dalam perencanaan
seperti dana, lokasi dan waktu pelaksanaan, keuntungan yang diterima
masyarakat, sifat dan bentuk dari proyek itu sendiri, agar apa yang diharapkan
dalam pelaksanaan kegatan akan berdaya guna dan berhasil guna bagi
masyarakat.
F. Pentingnya Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
Keberhasilan pembangunan nasional pada umumnya dan pembangunan
desa pada khususnya tidak saja ditentukan oleh pemerintah dan aparatnya
melainkan juga oleh besarnya pengertian, kesadaran dan pertisipasi seluruh
lapisan masyarakat. Partisipasi yang dimaksud adalah Mengikut sertakan
faktor-faktor kesadaran, minat dan bakat serta kreatif yang ada dalam
kelompok untuk merencanakan dan menyelesaikan pekerjaan yang ada pada
kelompok-kelompok masyarakat ( Nyoman Bratha). Kepemimpinan perlu
dikemukakan karena antara partisipasi masyarakat dan kepemimpinan
setempat tidak dapat dipisahkan satu sama lain dengan yang lainnya. Bila
terpisahnya maka dengan sendirinya akan mengurangi atau bahkan
kehilangan kekuatan.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan lebih banyak dipengaruhi
oleh sikap mental itu sendiri. Karenanya untuk mendapatkan partisipasi
masyarakat terutama pada tingkat desa harus diusahakan adanya perubahan
sikap mental kearah perbaikan yang tanpa adanya tekanan-tekanan.
Masyarakat juga harus merasa bahwa dalam pembangunan itu terdapat
kebutuhan-kebutuhan mereka. Partisipasi dari segenap pribadi-pribadi dalam
masyarakat merupakan syarat mutlak untuk terlaksananya kegiatan-kegiatan
dalam pembangunan. Partisipasi menyebabkan terjalinnya kerjasama dalam
masyarakat dan kerjasama ini perlu pengkoordinasian yang baik dari
pimpinan, dalam hal ini dimaksudkan agar partisipasi tersebut berdaya guna
secara efektif.
Koordinasi akan berjalan dengan baik apabila jalur-jalur komunikasi
dalam masyarakat berjalan seimbang. Komunikasi yang dimaksudkan adalah
komunikasi antara masyarakat dan pemerintah. Dalam masyarakat desa
keadaan ini dapat terlaksana dengan baik apabila asas swadaya dan gotong-
royong dilaksanakan secara massal dan menyeluruh dalam satu pola tertentu
menggambarkan pencerminan kepentingan-kepentingan masyarakat dan
individu-individu yang mendukungnya. Dengan demikian apa yang
dilaksanakan sebagai proses pembangunan adalah merupakan milik bersama
yang harus di pelihara dan di pertanggung jawabkan demi kesejahteraan
bersama.
G. Bentuk dan Ukuran Partisipasi Masyarakat
Bentuk dan Ukuran Partisipasi Masyarakat Partisipasi dapat dibedakan
menjadi partisipasi asli dan semu. Partisipasi asli mengandung makna adanya
kerelaan dan keterlibatan masyarakat secara demokratis, pembagian manfaat
secara adil, kebersamaan dalam penetapan tujuan, kebijakan, perencanaan dan
implementasi. Bila keterlibatan masyarakat pada implementasi kebijakan
dibatasi, penetapan keputusan oleh pihak luar, atau kebijakan intern
ditentukan oleh pemerintah, maka partisipasi yang dilakukan merupakan
partisipasi semu (ECOSOC, 1992 dalam Margiati 2008:35). ),selain itu ciri
partisipasi asli adalah tumbuh dari bawah (grass-roots), berfokus pada
pendistribusian kue pembangunan secara merata, berfungsi untuk
mempertinggi kesadaran terhadap kemampuan sendiri, dan percaya bahwa
partisipan dapat mempengaruhi hasil (United Nation Research Institute of
Social Development, 1980 dalam Margiati 2008:35). Sedang berdasarkan
motivasinya, partisipasi dapat dibedakan menjadi partisipasi paksaan, ajakan,
dan partisipasi spontan (PBB, 1981 dalam Djatmiko Eko Wibowo, 2000).
Partisipasi masyarakat terdiri atas lima bentuk yaitu pikiran,
ketrampilan/keahlian, tenaga, harta benda, dan uang (Keith Davis, dalam
Margiati 2008:36). Sejalan dengan itu Surbakti mengemukakan bahwa
kegiatan-kegiatan yang digolongkan sebagai partisipasi adalah ikut
mengajukan usul-usul mengenai suatu kegiatan, bermusyawarah dalam
mengambil keputusan tentang alternatif program yang diangap paling baik,
melaksanakan apa yang telah diputuskan termasuk memberi iuran dan
sumbangan materil, mengawasi pelaksanaan keputusan, mengajukan saran dan
kritik untuk hal-hal yang tidak sesuai dengan keputusan. (Surbakti, 1984
dalam Margiati 2008). Bentuk-bentuk partisipasi yang dikemukakan di atas
dapat dikelompokan dalam tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan.
Pada tahap perencanaan, partisipasi diwujudkan dalam bentuk mengikuti
rapat, mengajukan usul, menyepakati dan mengambil keputusan kepada warga
masyarakat lain. Pada tahap pelaksanaan, partisipasi diwujudkan dalam
bentuk pelibatan sebagai tenaga kerja baik sebagai mandor maupun buruh
bagunan, mengawasi pekerjaan termasuk memberikan kritik untuk meluruskan
pekerjaan, serta memberikan bantuan lain (uang,makanan/minuman, peralatan
dan lahan). Sedangkan pada tahap pengelolaan, partisipasi diwujudkan dalam
mengikuti kegiatan serta memberi iuran pemeliharaan prasarana.
H. Tingkat Partisipasi Masyarakat
Delapan tingkatan partisipasi masyarakat dari yang tertinggi sampai
terendah (Arnstein 1969:217 dalam Kusumastuti, 2004), yaitu:
1. Kontrol masyarakat
dalam tingkat ini control masyarakat terjadi dalam segala aspek,
misalnya control terhadap sekolah, ataupun terhadap lingkungan.
2. Pelimpahan kekuasaan
negosiasi antara penduduk dan pemerintah diperoleh melalui
pembuatan keputusan dominant yang berada di tangan masyarakat
dengan mendelegasikan pendapatnya melalui wakil dalam parlemen.
3. Kemitraan
adanya kesepakatan untuk berbagai perencanaan dan tanggung jawab
pembuatan keputusan melalui struktur kerjasama kebijaksanaan,
komite perencanaan dan mekanisme yang memecahkan persoalan.
4. Penenteraman
masyarakat mulai memiliki tingkat pengaruh melalui tokenism jelas
terlihat, tapi pelaksanaan partisipasi masyarakat tersebut tergantung
pelaksanaan dari prioritas yang ditetapkan golongan elit.
5. Konsultasi
masyarakat diberi kesempatan dalam memberikan opini mereka, tapi
tidak dikombinasikan dengan kepastian bahwa perhatian dan ide
mereka akan diperhitungkan.
6. Informasi
penekanan bentuk partisipasi dalam pemberian informasi satu arah
yang diberikan pemerintah kepada masyarakat, tanpa disediakan
umpan balik dan kekuatan untuk negosiasi. Seringkali informasi
disampaikan terlambat disbanding perencanaannya.
7. Terapi
bentuk partisipasi yang dilakukan adalah menggalang masyarakat
dalam kegiatan yang intensif, tapi fokusnya bukan untuk mengobati
mereka dari penyakit yang dihadapi, tetapi lebih merupakan tindakan
yang rasial dan penipuan yang menciptakan penyakit tersebut.
8. Manipulasi
partisipasi terjadi dimana kelompok social elit yang minoritas menjadi
pelaksana dan penentu pelaksanaan komite/organisasi. Tujuan utama
sebenarnya bukan untuk memberikan kesempatan masyarakat yang
kurang mampu untuk mempunyai suara, tetapi digunakan untuk
kepentingan minoritas tersebut.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian


Secara administratif lokasi penelitian berada di Kabupaten Gowa
Kecamatan Somba opu, khususnya pada komunitas sinomang yang ada di
Kelurahan Batangkaluku, pada hari senin tanggal 4 januari 2018.

B. Waktu Penelitian
Kegiatan Penelitian ini berlangsung selama minggu ke 1 bulan Januari
2018 dan berakhir pada tanggal 18 Januari 2018. Adapun waktu penelitian
tersebut mencakup beberapa tahap sebagai berikut :
Tabel 3.1 Jadwal Penyusunan Laporan

JANUARI
No Kegiatan
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Tahap Persiapan Penelitian
 Pengajuan Kuesioner X X
2 Tahap Pelaksanaan
 Pengumpulan Data X X X X X X
 Analsis Data X X X X X
3 Tahap Penyusunan Laporan X

C. Jenis dan Sumber Data


1. Jenis Data
Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah Data
Kualitatif, yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai data yang ada di lapangan tentang partisipasi
masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan di Kelurahan
Batangkaluku.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Primer
yaitu data yang bersumber dari survei atau pengamatan langsung ke
lapangan atau objek penelitian, yang bertujuan untuk mengumpulkan data
dan informasi dari sejumlah informan yang dijadikan subjek penelitian
yang dianggap dapat memberikan informasi yang berhubungan dengan
masalah penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Data sekunder, adalah data yang diperoleh melalui study pustaka ( library
research ) untuk mengumpulkan data – data melalui buku – buku,
peraturan – peraturan, serta dokumen – dokumen yang ada relevansinya
dengan penelitian.
2. Data primer, Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara melakukan
tinjauan dan pengumpulan data secara langsung di Kelurahan
Batangkaluku yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati, dan
dicatat untuk pertama kalinya. Data primer ini diperoleh dari hasil
pengamatan lapangan pada waktu studi dilakukan, angket (kuesioner) dan
wawancara dengan informan yang terkait. Instrument yang digunakan
adalah pedoman wawancara, angket (kuesioner) bagi sejumlah responden,
observasi lapangan serta dokumentasi foto.
a. Penyebaran Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang telah disiapkan
terlebih dahulu untuk dijawab oleh responden. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan teknik
sampel tidak proporsional berdasarkan jumlah yang telah
ditentukan (disproportional quota sampling), maksud dari
pengambilan secara tidak proporsional adalah strata yang menjadi
kategori dalam kerangka sampling cukup banyak selain itu alasan
menggunakan teknik tersebut adalah karena wilayah penelitian
yang cukup luas dengan banyaknya kendala prasarana sehingga
untuk menghemat waktu dan tenaga tetapi tidak mengurangi
tingkat keterwakilan maisng-masing kluster teknik ini dianggap
paling efisien. Sebelum menetukan jumlah sampel langkah yang
dilakukan adalah menentukan dahulu kerangka sampel. pada
pedoman pelaksanaan disebutkan bahwa indikator hasil dari
program adalah minimal 20% tingkat perencanaan dan
pengambilan keputusan.
b. Interview atau wawancara, yaitu tindakan dalam melakukan tanya
jawab secara langsung dengan informan yang telah dipilih dalam
hal pengumpulan informasi yang relevan.
3. Telaah pustaka
Yaitu cara pengumpulan data dan informasi dengan jalan membaca
atau mengambil literatur laporan, brosur, majalah, bahan-bahan seminar
dan sebagainya.
4. Dokumentasi
Yaitu merekam kondisi eksisting di lapangan secara visual dalam
bentuk gambar atau foto-foto.
E. Metode Analisis
Metode analisis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
metode evaluasi. Evaluasi dapat diartikan sebagai prosedur analisis kebijakan
yang digunakan untuk menghasilkan informasi tentang kinerja kebijakan
dalam memuaskan kebutuhan-kebutuhan, nilai atau kesempatan - kesempatan
yang merupakan ”masalah” (Dunn, 2000). evaluasi adalah suatu usaha untuk
mengukur dan memberi nilai secara obyektif pencapaian hasil-hasil yang
telah direncanakan sebelumnya, maka metode evaluasi yang digunakan
adalah analisis kualititatif deskriptif.
1. Analisis Kualitatif Deskriptif
Analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif kualitatif dari hasil
observasi, wawancara dan data pendukung dari pihak yang terkait,
seperti kantor kelurahan untuk mengetahui proses perencanaan
partisipatif di Kelurahan Batangkaluku beserta kegiatan yang
dilakukan serta dianalisis evaluasi partisipasi dengan teori yang ada.
2. Analisis Kuantitatif Deskriptif
Dalam analisis ini dilakukan beberapa tahapan, yaitu:
a. Klasifikasi Skala Partisipasi Masyarakat
Klasifikasi skala partisipasi masyarakat dari 0 sampai dengan
800 diusulkan oleh responden dalam wawancara,
dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan, yaitu partisipasi tinggi,
partisipasi sedang dan partisipasi rendah, dan masing-masing
tingkatan dibagi menjadi tiga kategori seperti dalam tabel
berikut:

Table 3.3 klarifikasi tingkat partisipasi masyarakat


No. Tingkatan Range
1 Partisipasi Tinggi 66 - 100

2 Partisipasi Sedang 33 - 66

3 Partisipasi Rendah ≤ 33
Sumber : Arnstein

Berdasarkan teori arnstein kategori tingkat partisipasi


masyarakat dapat dibagi sebagai berikut :
a) Partisipasi Rendah (Nonparticipation) Klasifikasi ini
dikatakan sebagai bukan peran serta, masyarakat hanya
dijadikan sebagai obyek suatu kegiatan.
b) Partisipasi Sedang (Tokenism) Klasifikasi pada level ini
menurut Arnstein adalah masuk ke dalam derajat
‘penghargaan’ dan ‘mengalah’, yaitu saat masyarakat
sudah diajak bicara tentang keinginannya dan
gagasannya, tetapi keputusan apa yang akan diambil
sepenuhnya berada di tangan pemerintah.
c) Partisipasi Tinggi (Citizen Power) Klasifikasi yang
dimaksud adalah apa yang sebenarnya ada dalam
gagasan Arnstein tentang peran serta masyarakat itu
sendiri, yaitu pada derajat kekuasaan masyarakat
dimana sudah terjadi pembagian hak, tanggung jawab
dan wewenang antara masyarakat dan pemerintah
dalam pengambilan keputusan. Jadi peran serta
masyarakat seharusnya dirumuskan sebagai mengambil
bagian dalam menentukan hal-hal yang menyangkut
atau mempengaruhi hidup dan penghidupan masyarakat
itu sendiri.
b. Pembobotan dan Skoring
Pemberian bobot yang digunakan dalam penelitian ini,
didasarkan pada seberapa besar kaitan indikator tersebut
mempengaruhi partisipasi masyarakat. Semakin besar bobot
yang diberikan, maka semakin besar indicator tersebut dalam
menentukan tingkat partisipasi. Penentuan bobot masing -
masing tataran dilakukan melalui wawancara atau pembagian
kuesioner dengan nara sumber . yang pada hasilnya akan
diperoleh masukan berupa nilai bobot untuk masing-masing
tataran dalam tahap perencanaan. Pembobotan berdasarkan
tingkat kepentingan masyarakat dalam berpartisipasi:

 Nilai 1 = Cukup

 Nilai 2 = Kurang

 Nilai 3 = Baik

Nilai partispasi masyarakat tiap tataran didapat melalui jumlah


skor tiap tataran dikalikan dengan bobot masing-masing tataran
yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk kemudian dijumlah
dan diperoleh nilai total partisipasi. Dari hasil nilai total
partisipasi ini akan diketahui tingkat partisipasi masyarakat
sesuai dengan klasifikasi skala partisipatif yang telah
ditentukan sebelumnya.
c. Uji Validitas dan Realibilitas
a) Validitas
Validitas adalah indeks yang menunjukkan seberapa
besar suatu alat ukur betul - betul mengukur apa yang
perlu diukur. Validitas suatu pengukuran senantiasa
berhubungan dengan kesesuaian dan kecermatan dari
alat ukur yang digunakan. Untuk pengujian validitas
kuesioner digunakan teknik korelasi product momen.
Untuk pengujian validitas kuesioner digunakan teknik
korelasi product momen dengan rumus :

N ∑XY ( ∑X) (∑𝑌)


rxy =
√N ∑ 𝑌 2 −(∑X)𝑛 (𝑁 ∑ 𝑌 2 − (∑Y)2 )

Keterangan :
rxy = koefisien korelasi product moment
N = banyak sampel
∑X = jumlah skor nilai setiap butir
∑Y = jumlah skor total
∑XY = jumlah XY

Butir soal kuesioner dikatakan valid bila rxy >


r 0,05;96 yaitu rxy > 0,202 dan bila tidak demikian
dikatakan tidak valid.
b) Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan sejauh mana pengukuran itu
dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda
apabila dilakukan pengukuran kembali terhadap subjek
yang berbeda (Sarwono, 2006). Adapun rumusnya
adalah :
𝑘 𝜎𝑖 2
α= (1 − 2 )
𝑘−1 𝜎𝑡
keterangan :
α = koefisien alpha
k = banyaknya butir soal yang valid
𝜎𝑖 2 = jumlah variance butir soal
𝜎𝑖 2 = variance total

d. Analisis deskriptif
Hasil dari skoring tersebut akan dianalisis
tujuannya adalah untuk membandingkan proses partisipatif
pada saat pelaksanaan program dengan hasil penelitian di
lapangan tentang tingkat partisipasi masyarakatnya. Serta untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
partisipasi masyarakat dalam suatu program pembangunan.
BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Letak Geografis
Kelurahan batangkaluku merupakan salah satu kelurahan yang berada di
2
Kecamatan Somba opu Kabupaten Gowa dengan luas luas area 1,30 𝑘𝑚 ,
yang terdiri dari 2 dusun, 8 rukun warga ( RW ) dan 32 rukun tetangga ( RT).
Dengan ibu kota Kelurahan yaitu Kelurahan Batangkaluku, Secara
administratif Kelurahan Batangkaluku berbatasan langsung dengan :

Sebelah utara : Kelurahan Romang Polong

Sebelah timur : Kelurahan Tamarunang

SebKelah selatan : Kelurahan Tompobalang

Sebelah barat : Kelurahan Bonto-Bontoa

B. Aspek fisik wilayah


1. Topografi
Topografi adalah study tentang bentuk permukaan bumi dan objek
lain seperti planet, satelit, alami dan asteroid. Topografi umumnya
menyuguhkan relief permukaan, model tiga dimensi, dan identifikasi
jenis lahan. Kelurahan Batangkaluku Kecamatan Somba Opu Kabupaten
Gowa memiliki sebagian besar wilayah dataran, berdasarkan data Badan
Pusat Statistik Kabupaten Gowa berada pada ketinggian antara 12-43
meter diatas permukaan air laut ( Mdpl).
2. Geologi dan jenis tanah
Aspek geologi merupakan aspek yang mempunyai kaitan yang erat
hubungannya dengan potensi sumber daya tanah. Struktur geologi
tertentu berasosiasi dengan ketersediaan air tanah, minyak bumi, dan
lain-lain. Pada umumnya Kecamatan Somba Opu di susun oleh batuan
granit dan memiliki jenis tanah Aluvium dan Litosol.
3. Klimatologi (Iklim dan Curah Hujan)
Iklim di Kecamatan Somba Opu termasuk dalam kategori daerah
beriklim tropis yang terbagi atas dua musim, yaitu musim kemarau dan
musim hujan. Musim hujan terjadi pada Bulan Desember sampai Bulan
Juni, sedangkan musim kemarau terjadi pada Bulan Juli sampai Bulan
Desember, dengan jumlah curah hujan rata-rata 238/bulan atau 14 hari
hujan.

C. Jumlah penduduk
Jumlah penduduk yang ada di Kelurahan Batangkaluku Kecamatan Somba
opu pada tahun 2016 adalah 16,355 jiwa dan jumlah kepadatan penduduk
ialah 12.581 orang/𝑘𝑚2 dengan pembagian jenis kelamin laki – laki yaitu
8.185 jiwa dan perempuan yaitu 8.170 jiwa, dengan Laju pertumbuhan adalah
4,03. Untuk lebih jelasnya perhatikan table berikut :

Tabel 4.1 jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk


Kelurahan Batangkaluku
Tahun Jumlah penduduk Pertambahan penduduk
2012 13.426
2013 13.843 + 417
2014 15.246 + 1.403
2015 15.800 + 554
2016 16.355 + 555
Sumber : kecamatan somba opu Dalam Angka Tahun 2017

D. Aspek sarana dan prasarana


1. Sarana pemerintahan
Kelurahan Batangkaluku Kecamatan Somba opu, sarana
pemerintahan yang dimiliki hanyalah satu jenis fasilitas yaitu kantor
kelurahan
2. Sarana Pendidikan
Untuk mendukung proses kegiatan belajar mengajar di Kelurahan
Batangkaluku, maka pemerintah setempat menyediakan beberapa fasilitas
pendidikan bagi warga berupa sekolah dengan jenjang pendidikan SD dan
SMA dengan kondisi bangunan permanenSarana pendidikan ini tersebar
dibeberapa lokasi. Untuk lebih jelasnya mengenai jummlah fasilitas
pendidikan di Lokasi Penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel. 4.2 Jumlah Sarana Pendidikan


di Kelurahan Batangkaluku
No. Fasilitas Pendidikan Jumlah (Unit)
1 TK 3

2 SD/Sederajat 1

3 SMP/Sederajat -
4 SMA/Sederajat 1

Jumlah 4

Sumber : kecamatan somba opu Dalam Angka Tahun 2017


3. Sarana kesehatan

Keberadaan fasilitas kesehatan merupakan salah satu tolak ukur bagi


pelayanan kesehatan masyarakat seperti puskesmas, pustu, posyandu, apotik,
dll. Untuk menunjang pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di
wilayah Lokasi Penelitian, untuk Lebih Jelasnya Lihat Pada Tabel Berikut :

Table 4.3 Jumlah Sarana Kesehatan


di Kelurahan Batangkaluku
No. Fasilitas Pendidikan Jumlah (Unit)

1 Rumah sakit 1

2 Posyandu 1

3 Poliklinik 1

Jumlah

Sumber : kecamatan somba opu Dalam Angka Tahun 2017


4. Sarana peribadatan
pemerintah setempat menyediakan beberapa fasilitas peribadatan
bagi masyarakat di Kelurahan Batangkaluku, hal ini memudahkan
masyarakat yang ingin melakukan aktifitas ibadah.untuk lebih jelasnya
perhatikan table berikut :

Table 4.4 Jumlah Sarana Keagamaan


di Kelurahan Batangkaluku
No. Fasilitas Pendidikan Jumlah (Unit)

1 Masjid 15
2 Mushollah 4

3 Gereja 1

Jumlah 19

Sumber : kecamatan somba opu Dalam Angka Tahun 2017

BAB IV
HASIL PENELITIAN
Lampiran 1. Daftar Kuesioner

Jumlah
Nilai
No. Variabel Pernyataan Kriteria pernyataan Sampel
pengukuran
(orang)
1. EKONOMI Bagaimana kondisi ekonomi a. Baik 3 26
keluarga b. Cukup 2
c. Kurang 1
Bagaimana fasilitas penunjang a. Baik 3 26
kegiatan perekonomian seperti b. Cukup 2
pasar, toko, dll c. Kurang 1
Bagaimana kondisi iuran yang a. Baik 3 26
diberikan perbulan b. Cukup 2
c. Kurang 1
2. SOSIAL Bagaimana hubungan anda antar a. Baik 3 26
anggota keluarga komunitas b. Cukup 2
sinomang c. Kurang 1
Apakah anggota keluarga anda a. Baik 3 26
terlibat aktif dalam komunitas b. Cukup 2
sinomang c. Kurang 1
Bagaimana pandangan anda a. Baik 3 26
terhadap komunitas sinomang b. Cukup 2
c. Kurang 1
Bagaimana keterampilan a. Baik 3 26
keluarga anda terhadap anggota b. Cukup 2
keluarga komunitas sinomang c. Kurang 1
Bagaimana hubungan antara a. Baik 3 26
keluarga komunitas dengan b. Cukup 2
masyarakat bukan komunitas c. Kurang 1
Bagaimana hubungan komunitas a. Baik 3 26
dengan pemerintah setempat b. Cukup 2
c. Kurang 1
3 PSIKOLOG Bagaimana Pola komunikasi a. Baik 3 26
IS keluarga anda terhadap keluarga b. Cukup 2
komunitas sinomang c. Kurang 1
Bagaimana kondisi spiritual a. Baik 3 26
keluarga b. Cukup 2
c. Kurang 1
Bagaimana Mekanisme a. Baik 3 26
penanggulangan masalah b. Cukup 2
keluarga anda terhadap keluarga c. Kurang 1
komunitas sinomang

Bagaimana respon keluarga anda a. Baik 3 26


bila salah satu anggota keluarga b. Cukup 2
komunitas bermasalah c. Kurang 1
4 FAKTOR Jenis rumah a. Baik 3 26
LINGKUNG b. Cukup 2
AN c. Kurang 1
kondisi bangunan: a. Baik 3 26
b. Cukup 2
c. Kurang 1
bagaimana kondisi Atap rumah a. Baik 3 26
b. Cukup 2
c. Kurang 1

Bagaimana kondisi jendela/ a. Baik 3 26


lubang angin b. Cukup 2
c. Kurang 1
pencahayaan rumah a. Baik 3 26
b. Cukup 2
c. Kurang 1
bagaimana keadaan Lantai a. Baik 3 26
b. Cukup 2
c. Kurang 1
Kebersihan didalam rumah a. Baik 3 26
b. Cukup 2
c. Kurang 1
Kebersihan halaman a. Baik 3 26
b. Cukup 2
c. Kurang 1
Bagaimana kondisi sumber air a. Baik 3 26
keluarga b. Cukup 2
c. Kurang 1
Keadaan tempat penampungan a. Baik 3 26
sampah b. Cukup 2
c. Kurang 1
bagaimana keadaan tempat a. Baik 3 26
pembuangan tinja b. Cukup 2
c. Kurang 1

Bagaimana kondisi drainase a. Baik 3 26


lingkungan b. Cukup 2
c. Kurang 1

Bagaimana tingkat keamanan a. Baik 3 26


keluarga di lingkungan tempat b. Cukup 2
tinggal c. Kurang 1

Bagaimana kondisi area a. Baik 3 26


pemakaman keluarga b. Cukup 2
c. Kurang 1

5 PENDIDIKA Bagaimana tingkat Pendidikan a. Baik 3 26


N
keluarga b. Cukup 2
c. Kurang 1

Bagaimana fasilitas penunjang a. Baik 3 26


kebutuhan pendidikan b. Cukup 2
c. Kurang 1
6 KESEHATA Bagaimana tingkat kesehatan a. Baik 3 26
N
anggota keluarga b. Cukup 2
c. Kurang 1

Bagaimana fasilitas penunjang a. Baik 3 26


kesehatan b. Cukup 2
c. Kurang 1

Anda mungkin juga menyukai