Anda di halaman 1dari 11

MODUL V

PENENTUAN CLOUD POINT, POUR POINT, DAN FLASH POINT

LAPORAN PRAKTIKUM FLUIDA RESERVOIR

NAMA : Wira Dharma Kencana Putra

NIM : 12213048

KELOMPOK : Selasa Shift 2 (Kelompok 5)

TANGGAL PRAKTIKUM : 23 September 2014

TANGGAL PENYERAHAN : 30 September 2011

DOSEN : Zuher Syihab , ST, Ph.D

ASISTEN MODUL : Natassha Chessie (12213007)

I Wayan Rakananda Saputra (12213011)

LABORATORIUM ANALISIS FLUIDA RESERVOIR

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2014
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI............................................................................................................................. 1
DAFTAR TABEL .................................................................................................................... 2

I. TUJUAN PRAKTIKUM ..................................................................................................... 3

II. ALAT DAN BAHAN .......................................................................................................... 3

A. Penentuan cloud point, dan pour point ............................................................................. 3

B. Penentuan flash point ....................................................................................................... 3

III. PRINSIP PERCOBAAN DAN DASAR TEORI ............................................................ 3

a. Prinsip percobaan ............................................................................................................. 3

b. Dasar teori. .................................................................................................................................. 4

IV. PENGOLAHAN DATA .................................................................................................... 4

V. ANALISIS ............................................................................................................................ 5

A. ASUMSI ........................................................................................................................... 5

B. ANALISIS ALAT. .................................................................................................................... 5


C. KEBERJALANAN PRAKTIKUM DAN HAMBATAN .................................................... 6
D. ANALISIS HASIL .................................................................................................................... 7

VI. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................... 7

VII. KESAN PESAN ................................................................................................................ 8

VIII. JAWAB PERTANYAAN............................................................................................... 9

IX. DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 10

1
DAFTAR TABEL

Halaman

TABEL 1. DATA SEBELUM KOREKSI ............................................................................. 4


TABEL 2. DATA SETELAH DIKOREKSI .......................................................................... 5
TABEL 3. HASIL PENGOLAHAN DATA........................................................................... 7

2
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Menentukan cloud point, pour point, dan flash point
2. Memahami pemakaian modul di lapangan

II. ALAT DAN BAHAN


A. Penentuan cloud point dan pour point
1. Yar
2. Bath
3. Jacket
4. Termometer
5. Karet / gabus
6. Gasket
7. Es batu

B. Penentuan flash point


1. Pensky Marten Closed Tester
2. Shield
3. Termometer Bath
4. Gas elpiji
5. Korek api

III. PRINSIP PERCOBAAN DAN DASAR TEORI


a. Prinsip percobaan
Pada penentuan cloud point dan pour point, temperatur kita turunkan hingga
terbentuk kristal paraffin lalu diturunkan lagi hingga sampel tidak bergerak
setidaknya selama 5 detik ketika dimiringkan.
Pada penentuan flash point, temperatur dinaikkan hingga membentuk uap
yang bila diberi nyala api akan menyala.

3
b. Dasar teori
Cloud point adalah temperatur saat lilin paraffin dari crude oil mulai
mengkristal. Kondisi ini dapat diamati ketika muncul titik-titik putih pada
crude oil di dalam yar.
Pour point adalah temperatur minimum yang dibutuhkan agar suatu fluida
dapat mengalir.

Flash point adalah temperatur minimum saat uap dari suatu fluida akan
menyala apabila diberikan nyala api.
Percobaan kali ini menggunakan metode ASTM standar. Untuk penentuan
flash point, dapat digunakan Tag Closed Tester dan atau Pensky Marten
Closed Tester. Kelebihan menggunakan Pensky Marten Closed Tester adalah
adanya powerstat yang membuat kita dapat mengatur laju pemananasan, dan
adanya pengaduk (stirrer) untuk meratakan pemanasan crude oil kita dalam
oil cup.

Sebagai faktor keamanan (safety factor), nilai pour point perlu kita koreksi dengan
menambahkan 1 kali perhitungan yaitu 5 ℉

Flash point yang diperoleh perlu kita koreksi terhadap tekanan dengan rumus :
FPkoreksi = FP (℃) + 0,25 (101,3 – Pruang (kPa))
= FP (℃) + 0,33 (760 – Pruang (mmHg))
= FP (℉) + 0,06 (760 – Pruang (mmHg))

IV. PENGOLAHAN DATA


Tabel 1. Data sebelum koreksi
Sampel Minyak Cloud point (℉) Pour point (℉) Flash point (℉)
Cirebon - 79 212
Indramayu 71 70 185

4
Tabel 2. Data setelah dikoreksi
Pour pointkoreksi Flash pointkoreksi
Sampel Minyak Cloud point (℉)
(℉) (℉)
Cirebon - 84 215,9
Indramayu 71 75 188,9

V. ANALISIS
A. ASUMSI
Tekanan ruang percobaan ini kita asumsikan sama dengan 695 mmHg. Hal ini
dikarenakan kita tidak memiliki barometer di laboratorium analisis fluida
reservoir.
Sampel crude oil kita asumsikan cukup murni sehingga salinitasnya dapat
diabaikan.
Pendinginan pada bath dalam penentuan cloud point kita asumsikan cukup
merata.

B. ANALISIS ALAT
Pada penentuan cloud point dan pour point, alat-alat terlihat dalam keadaan
baik. Beberapa termometer tidak dapat digunakan, dan ada yar yang sedikit
pecah pada bagian atasnya. Bath bekerja dengan baik karena saat kita
menyentuh bagian luar bath, hampir tidak terasa dingin. Hal tersebut
menunjukkan bahwa isolasi bath cukup baik.

Pada penentuan flash point, alat Pensky Marten Closed Tester kelihatan sudah
tua dan kondisinya sudah tidak prima. Kita dapat melihat banyak bekas
terbakar. Operating knob pun tidak bekerja pada awalnya, tetapi setelah
beberapa kali diatur, operating knob bekerja kembali.

5
C. KEBERJALANAN PRAKTIKUM DAN HAMBATAN
Praktikum berjalan kurang baik. Penentuan cloud point, dan pour point
mengalami hambatan. Hambatan pertama adalah sampel crude oil yang telah
melewati pour point walaupun belum membentuk kristal paraffin (melewati
cloud point). Penjelasan yang mungkin untuk kejadian ini adalah kita
menggunakan es terlalu banyak pada bath. Es yang terlalu banyak
menyebabkan laju pendinginan sampel sangat tinggi, akibatnya kristal paraffin
tidak dapat terbentuk dengan sempurna atau bila terbentuk, akan berukuran
kecil sehingga sulit dilihat.

Hal ini dapat dianalogikan dengan magma intrusif dan ekstrusif. Magma
intrusif mengalami pendinginan secara perlahan. Oleh sebab itu, kristalisasi
magma berjalan dengan baik dan membentuk kristal yang bagus dan besar,
sedangkan magma ekstrusif mengalami pendinginan spontan (cepat) yang
mengakibatkan kristalisasi magma kurang sempurna dan membentuk kristal
yang kecil-kecil.

Hambatan kedua terjadi ketika kita melakukan percobaan ulang karena kristal
paraffin tidak terbentuk (atau mungkin tidak terlihat saja). Ketika percobaan
ulang dilakukan, suhu awal adalah 79 ℉. Setelah menunggu beberapa menit,
tidak terjadi kenaikan maupun penurunan temperatur sama sekali. Hal yang
lebih mengejutkan adalah sampel cirebon telah mencapai pour point. Terdapat
hal yang janggal terjadi di percobaan ini. Sebuah sampel mencapai pour point
tanpa mengalami perubahan temperatur, bahkan tidak membentuk kristal
paraffin juga.

Setelah sedikit bereksplorasi, saya menemukan bahwa masalah yang terjadi


adalah konduktivitas thermal sampel tersebut. Percobaan selalu dilakukan
dengan termometer berada di tengah sampel dan tidak menyentuh pinggir yar.
Saat saya simpangkan termometer sedikit dan tetap mempertahankan
termometer tidak menyentuh pinggir yar, penurunan temperatur sebesar 4℉
pun terjadi. Ini menunjukkan bahwa sampel cirebon sebenarnya sudah
mengalami penurunan temperatur. Hanya saja penurunan temperatur itu lebih
cepat daripada perpindahan kalor sehingga saat termometer berada di tengah,
6
belum terjadi perubahan temperatur padahal sampel cirebon yang berada di
pinggir sudah mengalami penurunan temperatur bahkan sudah mencapai pour
point. Oleh sebab itu, terjadilah fenomena “mencapai pour point tanpa
mengalami perubahan temperatur” yang sebenarnya hanya perubahan
temperatur yang tidak terdeteksi oleh termometer kita yang berada di tengah.

Pada penentuan flash point juga mengalami hambatan. Kita tidak dapat
menemukan bentuk nyala api yang sesuai. Setiap kali operating knob dibuka,
api menyala dengan besar seakan-akan flash point telah tercapai sampai suatu
saat api telah keluar langsung dari pinggir lid oil cup dan celah katup dari lid.
Hal ini mungkin dikarenakan lid yang sudah longgar dan mengakibatkan
kebocoran baik kalor maupun uap dari sampel. Ada kemungkinan juga kita
belum memasang lid dengan benar.

D. ANALISIS HASIL
Hasil percobaan yang kita peroleh mungkin kurang akurat karena anomali dan
hambatan yang terjadi. Walaupun demikian ketika kita memperhatikan data
yang diperoleh, masih terlihat wajar karena temperatur pour point masih di
atas temperatur cloud point setelah dikoreksi. Selain itu, nilai cloud point
(diatas 79 ℉), pour point, dan flash point sampel cirebon lebih besar dari
sampel indramayu. Hal ini sesuai dari sifat fisik yang terlihat secara langsung
pada sampel. Sampel cirebon terlihat kental dibandingkan sampel indramayu
yang lebih liquid.

VI. SIMPULAN DAN SARAN


Cloud point, pour point, dan cloud point hasil percobaan dapat dilihat pada tabel
berikut
Tabel 3. Hasil pengolahan data
Sampel Minyak Cloud point (℉) Pour pointkoreksi (℉) Flash pointkoreksi (℉)
Cirebon - 84 215,9
Indramayu 71 75 188,9

7
Penentuan cloud point, pour point, dan flash point bermanfaat agar kita dapat
menentukan temperatur yang sesuai, yaitu cloud point < pour point < T < flash
point (T merupakan temperatur yang sesuai agar tidak terbentuk kristal paraffin
yang dapat menghambat produksi migas, memastikan fluida tetap mengalir, dan
memastikan agar kegiatan produksi berlangsung dengan efisien dan aman [tidak
terjadi kebakaran oleh nyala api] serta kegiatan pengiriman migas pun berjalan
dengan efisien dan aman).

Cloud point dan pour point juga bermanfaat sebagai indikator fluida reservoir.
Cloud point dan pour point yang rendah menunjukkan bahwa fluida mempunyai
fraksi partikel ringan yang besar yang artinya harga fluida tersebut akan tinggi dan
menguntungkan.

Bila percobaan ini akan diulangi, pada penentuan cloud point,dan pour point, saya
menyarankan untuk menggunakan es yang secukupnya agar pembentukan kristal
paraffin berjalan lebih sempurna sehingga cloud point lebih mudah diamati. Untuk
sampel yang berat (terlihat viscous), termometer disimpangkan sedikit tanpa
menyentuh pinggir yar agar dapat diamati penurunan temperatur sampel.

Pada penentuan flash point, saya menyarankan untuk memerhatikan apakah lid
sudah terpasang dengan baik atau tidak. Selain itu, tetaplah waspada dan sediakan
fire extinguisher di sekitar percobaan.

VII. KESAN PESAN


Percobaan kali ini memang sederhana, tetapi ketika anomali terjadi, muncul
tantangan baru, dan itulah yang saya harapkan untuk terjadi. Semakin menarik
karena kita ditemani oleh asisten praktikum yang luar biasa, yang ingin berdiskusi
bersama ketika anomali terjadi. Terima kasih kepada kak Natassha Chessie dan
bang I Wayan Rakananda Saputra yang telah mendampingi kami dalam percobaan
kali ini.

8
Hasil percobaan kali ini tidaklah akurat. Oleh sebab itu, janganlah menggunakan
data hasil percobaan sebagai referensi anda. Bila anda ingin melakukan percobaan
ini, perhatikanlah saran yang telah saya berikan dan silahkan mengkritisi analisis
yang telah saya lakukan.

VIII. JAWAB PERTANYAAN


1. Jelaskan apa itu pigging !
Pigging merupakan metoda perawatan pipa dengan memasukkan suatu alat
yang dinamakan pig tanpa memberhentikan aliran fluida.
Istilah pig digunakan karena ketika pig diluncurkan ke dalam sistem
perpipaan, akan timbul suara seperti suara babi.
4 komponen utama metode ini adalah pig launcher, pig, sistem perpipaan, dan
pig receiver. Pig laucher memberi tekanan agar pig dapat meluncur melewati
sistem perpipaan sampai akhirnya di pig receiver.
Manfaat digunakannya pigging adalah :
 mereduksi dan menghilangkan endapan pengganggu proses produksi
 metoda untuk mengontrol pengkaratan (korosi)
 pengiriman beberapa produk melalui satu sistem perpipaan
 metoda inspeksi integrity level

2. Jelaskan perbedaan paraffin dan asphaltene !


Paraffin disebut juga dengan alkana, mengandung unsur C dan H dengan
rumus umum CnH2n+2, tetapi kalau asphaltene mengandung unsur C,H,S,O,
dan N. Setiap molekulnya terdiri dari 3 sampai 10 cincin.

9
IX. DAFTAR PUSTAKA
McCain, William D., Jr., The Properties of Petroleum Fluids, 2nd Edition, Pennwell
Publishing Co., Tulsa, 1990
Rachmawati, Rima , Putra, M.R.W. , Design and Manufacturing of Pig Launcher
and Characterization of Foam Pig Along Overall Pigging Simulator, Tugas
akhir, Politeknik Negeri Bandung, Bandung, 2009
Sapiee, Benyamin, et.al., Catatan kuliah geologi fisik, Penerbit ITB, Bandung,
2014

10

Anda mungkin juga menyukai