Anda di halaman 1dari 4

oa kepada Santo/Santa Pelindung

Santo/Santa ………………………,
sejak dibaptis, aku telah berlindung padamu. Terima kasih aku boleh menyandang nama kudus yang
dulu menjadi namamu, nama yang dihormati di kalangan kaum beriman baik di dunia maupun di surga
karena kebajikan hidupmu. Terima kasih pula karena engkau berkenan menjadi pelindung dan
penuntun bagiku.

Maka doakanlah aku, agar hidupku selalu pantas dihias nama kudusmu, khususnya dengan hidup
selaras dengan teladanmu, yakni hidup suci, penuh kasih kepada Allah dan kepada sesama. Terlebih,
doakanlah aku agar tetap setia menjadi anak Allah dan supaya terang rahmat yang ada di dalam hatiku
tetap bernyala.

Semoga aku dapat mengikuti teladanmu dalam melaksanakan kehendak Allah, setia selalu kepada
Kristus, Tuhan kita, dan menjalani hidupku selaku orang kristiani sejati dalam pikiran, perkataan dan
perbuatan, sehingga kelak boleh bersama engkau menikmati kemuliaan yang kekal dalam Kristus Yesus,
Tuhan kita. Amin

Sumber: Puji Syukur, 1992, No. 217


Dasar Alkitab:
1 Tim 2:1-2: Ajaran untuk menaikkan doa syafaat bagi semua orang
1 Tim 2:5: Yesus satu- satunya Pengantara kepada Bapa
Rom 8:11: Roh Kristus yang membangkitkan Kristus akan menghidupkan kita
Yoh 3: 16: Yang percaya pada Kristus beroleh hidup kekal
Yoh 6:54, 6:58: Yang makan Roti Hidup [dan minum darahNya] akan hidup selamanya
Yoh 8:51: Yang menuruti firman Kristus tidak akan mengalami maut
Yoh 6:54: Yang makan daging-Nya dan minum darah-Nya, mempunyai hidup kekal
Yoh 11:25-26: Yang percaya kepada Kristus akan hidup walaupun ia sudah mati
1 Yoh 3:2: Kelak kita akan menjadi sama seperti Kristus
Why 5:8; Why 8:3-4: Doa syafaat para tua-tua di surga
Yak 5:16: Doa orang benar besar kuasanya
1 Kor 3:9: Kita adalah kawan sekerja Kristus
Rom 8:38-39: Maut tidak memisahkan kita dari kasih Kristus

Dasar Tradisi Suci:


St. Klemens dari Aleksandria (150-215)
“Dengan cara ini, ia [seorang Kristen sejati] selalu murni dalam doa. Ia juga berdoa dalam kumpulan para
malaikat, sebagai seorang berada di tingkatan malaikat, dan ia tak pernah beranjak dari perlindungan mereka;
dan meskipun ia berdoa sendirian, ia telah berada di dalam paduan suara para kudus yang berdiri dengannya
[dalam doa]” (St. Clement of Alexandria, The Stromata (Book VII), Miscellanies 7:12 [A.D. 208]).
Origen (185-254)
“Tetapi bukan Sang Imam Agung [Kristus] sendiri yang berdoa untuk mereka yang berdoa dengan tulus, tetapi
juga para malaikat … demikian juga jiwa-jiwa para orang kudus yang telah meninggal dunia” (Origen, De
Principiis (Book IV), Prayer 11 [A.D. 233]).
St. Siprianus dari Karthago (200-270)
“Mari kita mengingat satu sama lain dalam harmoni dan kesatuan suara. Mari kita, di kedua belah pihak [yang
terpisah kematian] selalu berdoa bagi satu sama lain. Mari mengangkat beban-beban dan kesedihan dengan
dengan saling mengasihi, sehingga jika salah seorang dari kita, dengan pergerakan perlindungan ilahi, telah pergi
terlebih dahulu [wafat], kasih kita dapat terus berlanjut dalam hadirat Tuhan, dan doa-doa kita bagi saudara-
saudari kita tidak berhenti dalam hadirat belas kasihan Allah Bapa” (St. Cyprian of Carthage, Epistle 7, Letters
56[60]:5 [A.D. 253]).
St. Efraim dari Syria (306-373)
“Kalian, para martir yang berjaya, yang bertahan dalam penganiayaan dengan suka cita demi Tuhan dan Sang
Penyelamat, kalian yang mempunyai keberanian berbicara di hadapan Tuhan sendiri, kalian para orang kudus,
berdoa syafaat-lah untuk kami, orang-orang yang lemah dan berdosa, sehingga rahmat Kristus dapat turun atas
kami dan menerangi hati kami semua, sehingga kami dapat mengasihi Dia.” (St. Ephraim the Syrian, Commentary
on Mark, The Nisibene Hymns, [A.D. 370]).
St. Basilius Agung (329-379)
“Atas perintah Putera Tunggal-Mu, kami berkomunikasi dengan kenangan para orang kudus-Mu …. oleh doa-doa
dan permohonan mereka, berbelas kasihanlah kepada kami semua, dan bebaskanlah kami demi nama-Mu yang
kudus.” (St. Basil the Great, Letter 243, Liturgy of St. Basil, [A.D. 373]).
St. Gregorius dari Nisa (325-386)
“[Efraim], engkau yang berdiri di hadapan altar ilahi [di Surga] … ingatlah kami semua, mohonkanlah bagi kami
pengampunan dosa-dosa, dan penggenapan janji Kerajaan kekal” (St. Gregory of Nyssa, On the Baptism of Christ,
Sermon on Ephraim the Syrian [A.D. 380]).
St. Gregorius dari Nazianza (325-389)
“Ya, saya diyakinkan bahwa doa syafaat [ayah saya] sekarang lebih berguna daripada pengajarannya di hari-hari
terdahulu, sebab kini ia lebih dekat kepada Tuhan, bahwa ia telah menanggalkan keterbatasan tubuhnya, dan
membebaskan pikirannya dari tanah liat yang dulu mengaburkannya, dan kini mengadakan pembicaraan yang
terus terang dengan keterus-terangan pikiran yang utama dan murni …” (St. Gregory Nazianzen, Oration 18:4)
“Semoga engkau [Siprianus], dari atas memandang ke bawah dengan belas kasih kepada kami, dan membimbing
perkataan dan hidup kami; dan menggembalakan kawanan yang kudus ini …. menyenangkan Allah Trinitas yang
kudus, yang di hadapan-Nya engkau berdiri.” (St. Gregory Nazianzen, Oration 17, 24)
St. Yohanes Krisostomus (347-407 AD)
“Ketika kamu merasa bahwa Tuhan menyesahmu, jangan berlari kepada musuh-musuh-Nya …. tetapi kepada
sahabat-sahabat-Nya, para martir, para orang kudus, dan mereka yang menyenangkan hati-Nya dan yang
mempunyai kuasa yang besar [di dalam Tuhan].” (St. John Chrysostom, Orations 8:6, Homily 8 on Romans [A.D.
396])
“Ia yang mengenakan pakaian ungu [yaitu, seorang bangsawan] …. berdiri mengemis kepada para orang kudus
untuk menjadi pelindungnya di hadapan Tuhan, dan ia yang memakai mahkota mengemis kepada sang pembuat
tenda [Rasul Paulus] dan sang nelayan [Rasul Petrus] sebagai pelindungnya, meskipun mereka telah wafat.” (St.
John Chrysostom, Homilies 26 on Second Corinthians [A.D. 392]).
St. Hieronimus, (347-420)
“Engkau mengatakan di alam bukumu bahwa ketika kita hidup kita dapat saling mendoakan, tetapi setelahnya
ketika kita telah mati, tak ada doa seorangpun yang dapat didengar …. Tetapi jika para Rasul dan martir ketika
masih tinggal di dalam tubuh dapat mendoakan orang lain, pada saat di mana mereka masih dapat memikirkan
diri mereka sendiri, berapa lebih banyak-kah yang dapat mereka lakukan setelah mereka menerima mahkota,
kemenangan dan kejayaan?” (St. Jerome, Against Vigilantius 6 [A.D. 406]).
St. Agustinus dari Hippo (354-430)
“Sebuah bangsa Kristen merayakan bersama dalam perayaan religius, kenangan para martir, baik untuk
menekankan teladan mereka agar diikuti, maupun agar bangsa itu dapat mengambil bagian dalam jasa-jasa
mereka dan dibantu oleh doa-doa mereka.” (St. Augustine of Hippo, The City of God (Book VIII), Against Faustus
the Manichean [A.D. 400]).)
“Juga, jiwa-jiwa orang beriman yang telah wafat tidak terpisah dari Gereja, yang bahkan sekarang adalah
Kerajaan Kristus. Jika tidak demikian, tidak akan ada kenangan akan mereka di altar Tuhan dalam komunikasi
Tubuh Kristus.” (St. Augustine of Hippo, The City of God (Book XX), 9:2 [A.D. 419]).
“Di altar Tuhan kita tidak mengenang para martir dengan cara yang sama dengan yang kita lakukan terhadap
mereka yang telah meninggal untuk mendoakan mereka, melainkan agar mereka [para martir itu] mendoakan kita
sehingga kita dapat mengikuti jejak kaki mereka.” (St. Augustine of Hippo, Tractate/ Homilies on John, 84 (John
15:13) [A.D. 416]).
Dasar Magisterium Gereja:
Katekismus Gereja Katolik: 955, 956, 957:
KGK 955 “Persatuan mereka yang sedang dalam perjalanan dengan para saudara yang sudah beristirahat
dalam damai Kristus, sama sekali tidak terputus. Bahkan menurut iman Gereja yang abadi diteguhkan
karena saling berbagi harta rohani” (LG 49).
KGK 956 Doa syafaat para kudus. “Sebab karena para penghuni surga bersatu lebih erat dengan Kristus,
mereka lebih meneguhkan seluruh Gereja dalam kesuciannya; mereka menambah keagungan ibadat
kepada Allah, yang dilaksanakan oleh Gereja di dunia; dan dengan pelbagai cara mereka membawa
sumbangan bagi penyempurnaan pembangunannya. Sebab mereka, yang telah ditampung di tanah air
dan menetap pada Tuhan, karena Dia, bersama Dia, dan dalam Dia, tidak pernah berhenti menjadi
pengantara kita di hadirat Bapa, sambil mempersembahkan pahala-pahala, yang telah mereka peroleh di
dunia, melalui Pengantara tunggal antara Allah dan manusia yakni: Kristus Yesus. Demikianlah
kelemahan kita amat banyak dibantu oleh perhatian mereka sebagai saudara” (LG 49).
“Jangan menangis, sesudah saya mati saya akan lebih berguna bagi kamu dan akan menyokong kamu
secara lebih baik daripada selama saya hidup” (Dominikus, dalam sakratul maut kepada sama saudara
seserikat, Bdk. Jordan dari Sachsen, lib. 93).
“Saya akan mengisi kehidupan saya di surga dengan melakukan yang baik di dunia” (Teresia dari Anak
Yesus, verba).
KGK 957 Persekutuan dengan para orang kudus. “Kita merayakan kenangan para penghuni surga bukan
hanya karena teladan mereka. Melainkan lebih supaya persatuan segenap Gereja dalam Roh diteguhkan
dengan mengamalkan cinta kasih persaudaraan. Sebab seperti persekutuan kristiani antara para musafir
mengantarkan kita untuk mendekati Kristus, begitu pula keikut-sertaan dengan para kudus
menghubungkan kita dengan Kristus, yang bagaikan Sumber dan Kepala mengalirkan segala rahmat dan
kehidupan Umat Allah sendiri” (LG 50).
“Kita menyembah Kristus karena Ia adalah Putera Allah. Tetapi para saksi iman, kita kasihi sebagai
murid dan peniru Tuhan dan karena penyerahan diri yang tidak ada tandingannya kepada raja dan guru
mereka. Semoga kita juga menjadi teman dan sesama murid mereka” (Polikarpus, Mart.
17). Sumber:katolisitas.org

Anda mungkin juga menyukai