DISLEKSIA
Disusun Oleh:
Pembimbing:
DISLEKSIA
REFLEKSI KASUS
Oleh :
AULIA ALFIANI PARAMITHA
1710029014
Pembimbing
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya berkat
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tutorial
kasus dengan judul “DISLEKSIA”. Dalam kesempatan ini, kami ingin
menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada
berbagai pihak yang telah banyak membantu penulis dalam pelaksanaan hingga
terselesaikannya tutorial kasus ini, diantaranya:
1. dr. Ika Fikriah, M. Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Mulawarman.
2. dr. Soehartono, Sp. THT-KL, selaku Ketua Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.
3. dr. Hendra, Sp. A, selaku Kepala Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Mulawarman.
4. dr. William S Tjeng, Sp. A, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan saran selama penulis menjalani pendidikan doker mudadi
Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak.
5. Dosen-dosen klinik dan preklinik FK UNMUL khususnya staf pengajar
Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak, terima kasih atas ilmu yang telah diajarkan
kepada penulis.
6. Rekan-rekan dokter muda di Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD AWS/FK
UNMUL dan semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun
tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhir kata penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari para pembaca untuk perbaikan kepenulisan di masa mendatang.
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ........................................................................................ 2
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ 4
DAFTAR ISI ..................................................................................................... 5
1. PENDAHULUAN ......................................................................................... 6
2. KASUS ..................................................................................................... 7
3.TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 16
3.1 Definisi .................................................................................................. 16
3.2 Epidemiologi ......................................................................................... 16
3.3 Etiologi .................................................................................................. 16
3.4 Patofisiologi .......................................................................................... 17
3.5 Klasifikasi ............................................................................................. 18
3.6 Manifestasi Klinis ................................................................................. 19
3.7 Diagnosis............................................................................................... 19
3.8 Penatalaksanaan .................................................................................... 19
4. PEMBAHASAN ........................................................................................... 37
5. PENUTUP .................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 41
4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Untuk mempelajari dan lebih memahami salah satu jenis gangguan belajar
pada anak yaitu Dileksia.
5
BAB 2
DISLEKSIA
2.1 Definisi
Disleksia berasal dari kata Yunani yaitu “dys” yang berarti kesulitan dan
“leksia” yang berarti kata-kata. Dengan kata lain, disleksia berarti kesulitan
mengolah kata-kata. Ketua Pelaksana Harian Asosiasi Disleksia Indonesia dr.
Kristiantini Dewi, Sp.A., menjelaskan, disleksia merupakan kelainan dengan
dasar kelainan neurobiologis dan ditandai dengan kesulitan dalam mengenali
kata dengan tepat atau akurat dalam pengejaan dan dalam kemampuan
mengode simbol. Terdapat dua macam disleksia, yaitu developmental dyslexia
dan acquired dyslexia.
6
dan membaca meskipun anak memiliki tingkat kecerdasan rata-rata atau di atas
rata-rata, motivasi dan kesempatan pendidikan yang cukup serta penglihatan dan
pendengaran yang normal.
7
asing secara tertulis sebagaimana mereka mengeja tulisan kata itu setelah
mendengar pelafalannya.
Sementara ahli lain meyakini bahwa dengan mengkombinasikan
pendekatan “kata utuh” dan metode fonetik merupakan cara paling efektif
dalam pengajaran membaca. Dengan menggunakan kedua metode
tersebut, selain mengenali kata sebagai satu kesatuan (unit) anak pun akan
belajar cara menerapkan aturan fonetik pada kata-kata baru.
- Faktor Psikologis
Beberapa periset memasukkan disleksia kedalam gangguan psikologis atau
emosional sebagai akibat dari tindakan kurang disiplin, tidak memiliki
orang tua, sering pindah sekolah, kurangnya kerja sama dengan guru atau
penyebab lain. Memang anak yang kurang ceria , sedang marah-marah
atau memiliki hubungan yang kurang baik dengan orang tua atau dengan
anak lain kemungkinan memiliki masalah belajar. Stress mungkin juga
mengakibatkan disleksia, namun yang jelas stress dapat memperburuk
masalah belajar.
- Faktor Biologi
Sejumlah peneliti meyakini bahwa dileksia merupakan akibat dari
penyimpangan fungsi bagian-bagian tertentu dari otak. Diyakini bahwa
area-area tertentu dari anak disleksia perkembangannya lebih lambat
dibanding anak-anak normal. Teori ini banyak diperdebatkan, namun
bukti-bukti mengindikasikan bahwa teori ini memiliki validitas. Teori
lainnya menyatakan bahwa disleksia disebabkan gangguan pada struktur
otak.
2.3 Epidemiologi
Disleksia dapat terjadi pada siapa saja, tanpa memandang jenis
kelamin, suku bangsa atau latar belakang sosio-ekonomi-pendidikan, namun
riwayat keluarga dengan disleksia merupakan faktor risiko terpenting karena 23-
65% orang tua dileksia mempunyai anak disleksia juga. Pada awalnya anak lelaki
dianggap lebih banyak menyandang disleksia, tapi penelitian-penelitian terkini
menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara jumlah laki dan
8
perempuan yang mengalami disleksia. Namun karena sifat perangai laki-laki lebih
terlihat jika terdapat tingkah laku yang bermasalah, maka sepertinya kasus
disleksia pada laki-laki lebih sering dikenali dibandingkan pada perempuan.
- Sebelum sekolah
Terlambat berbicara
Lambat dalam belajar kata-kata baru
Kesulitan berima
- Usia sekolah
Setelah anak anda masuk sekolah, tanda dan gejala disleksia mungkin
menjadi jelas, termasuk :
Kesulitan mengenali huruf atau mengejanya
Kesulitan membuat pekerjaan tertulis secara terstruktur misalnya essay
Huruf tertukar tukar, misal ’b’ tertukar ’d’, ’p’ tertukar ’q’, ’m’
tertukar ’w’, ’s’ tertukar ’z’
Membaca lambat lambat dan terputus putus dan tidak tepat misalnya :
- Menghilangkan atau salah baca kata penghubung (“di”, “ke”,
“pada”)
- Mengabaikan kata awalan pada waktu membaca (”menulis” dibaca
sebagai ”tulis”)
- Tidak dapat membaca ataupun membunyikan perkataan yang tidak
pernah dijumpai
- Tertukar tukar kata (misalnya: dia-ada, sama-masa, lagu-gula,
batu-buta, tanam-taman, dapat-padat, mana-nama)
Daya ingat jangka pendek yang buruk
Kesulitan memahami kalimat yang dibaca ataupun yang didengar
9
Tulisan tangan yang buruk
Mengalami kesulitan mempelajari tulisan sambung
Ketika mendengarkan sesuatu, rentang perhatiannya pendek
Kesulitan dalam mengingat kata-kata
Kesulitan dalam diskriminasi visual
Kesulitan dalam persepsi spatial
Kesulitan mengingat nama-nama
Kesulitan / lambat mengerjakan PR
Kesulitan memahami konsep waktu
Kesulitan membedakan huruf vokal dengan konsonan
Kebingungan atas konsep alfabet dan simbol
Kesulitan mengingat rutinitas aktivitas sehari hari
Kesulitan membedakan kanan kiri
- Remaja dan Dewasa
Gejala disleksia pada remaja dan orang dewasa adalah sama dengan pada
anak-anak. Meskipun intervensi awal akan bermanfaat untuk pengobatan
disleksia, tidak pernah terlalu terlambat untuk mencari bantuan untuk
disleksia. Beberapa gejala disleksia umum pada dewasa dan remaja
meliputi :
Kesulitan membaca
Kesulitan memahami lelucon atau idiom
Membaca dengan suara keras
Kesulitan dalam mengatur waktu
Kesulitan meringkas cerita
Kesulitan belajar bahasa asing
Kesulitan menghafal
10
mengalaminya yaitu persepsi pembalikan konsep (suatu kata dipersepsi sebagai
lawan katanya), persepsi disorientasi vertical atau horizontal (huruf atau kata
berpindah tempat dari depan ke belakang atau sebaliknya, dari barisan atas ke
barisan bawah dan sebaliknya), persepsi teks terlihat terbalik seperti di dalam
cermin, dan persepsi dimana huruf atau kata-kata tertentu jadi seperti “
menghilang”. Tidak semua anak disleksia menampilkan seluruh tanda /
ciri/karakteristik seperti yang disebutkan di atas. Oleh karena itu terdapat gradasi
mulai dari disleksia yang bersifat ringan, sedang sampai berat.
2.5 Diagnosis
Tidak ada satu jenis tes pun yang khusus atau spesifik untuk
menegakkan diagnosis disleksia. Diagnosis disleksia ditegakkan secara klinis
berdasarkan cerita dari orang tua, observasi dan tes tes psikometrik yang
dilakukan oleh dokter anak atau psikolog. Selain dokter anak dan psikolog,
professional lain seyogyanya juga terlibat dalam observasi dan penilaian
anak disleksia yaitu dokter saraf anak (mendeteksi dan menyingkirkan
adanya gangguan neurologis), audiologis (mendeteksi dan menyingkirkan
adanya gangguan pendengaran), opthalmologis (mendeteksi dan
menyingkirkan adanya gangguan penglihatan), dan tentunya guru sekolah
(Shaywitz S. 2003)
Diagnosis disleksia pada anak dapat dilakukan pada usia 7-8 tahun, namun
sebenarnya apabila kita lebih cermat, gejala dileksia dapat dikenali pada usia 3-4
tahun. Untuk menentukan apakah anak Disleksia atau tidak harus dilakukan
dengan diagnosis oleh pakar yang ahli dalam bidang ini, misalnya dokter anak
atau psikolog. Diagnosis Disleksia dilakukan secara klinis berdasarkan cerita dari
orang tua, observasi, dan tes-tes psikometrik. Jika orang tua meyakini bahwa
tanda-tanda Disleksia ada pada anaknya, segera konsultasikan dengan pakar
terkait.Anak disleksia di usia pra sekolah menunjukkan adanya
keterlambatan berbahasa atau mengalami gangguan dalam mempelajari kata-kata
yang bunyinya mirip atau salah dalam pelafalan kata-kata, dan mengalami
11
kesulitan untuk mengenali huruf-huruf dalam alphabet, disertai dengan riwayat
disleksia dalam keluarga.
12
2.6 Penatalaksanaan
Disleksia merupakan suatu kondisi yang menetap. Disleksia tidak
bisa disembuhkan karena pada dasarnya Disleksia bukan merupakan sebuah
penyakit, namun kondisi kelainan neurobiologis. Ketidakmampuan anak yang
tampak seperti menghilang/berkurang pada kondisi dewasa terjadi karena individu
tersebut berhasil menemukan solusi untuk mengatasi kesulitan yang diakibatkan
oleh Disleksia tersebut, bukan karena Disleksianya telah sembuh.
13
BAB 5
PENUTUP
14
DAFTAR PUSTAKA
Hassan, R., & Alatas, H. (2007). Ilmu Kesehatan Anak (11 ed., Vol. 1). Jakarta:
FKUI.
V, D. C., Rizzari, C., Sala, A., Chiesa, R., Citterio, M., & Biondi, P. (2005). Acute
lymphoblastic Leukemia. Orphanet , 1-13.
15