PENDAHULUAN
1
selurub bagian tnbuh, sebagai konstituen lebih dari 200 metalo-enzym yang
terlibat dalam metabolisme lemak, karbohidrat, protein serta sintesis dan
pemecahan asam nukleat. Pada manusia, seng amat penting untuk berbagai fungsi
antaralain pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, kekebalan, fungsi sensori,
proteksi antioksidan dan stabilisasi membrane. Seng terikat pada protein dan
membantu tugas protein, didalam jaringan tubuh. Dalam keadaan defisiensi,
sengdapat diperoleh dengan pemecahan jaringan tersebut. Karena itu perolehan
seng yang teratur dari makanan amat penting. Sumber yang penting untuk seng
adalah protein baik dari sumber hewani maupun biji-bijian dan sayuran, akan
tetapi makanan yang mengandung phytat yang tinggi dapat mengganggu
penyerapan seng. Rasio phytat terbadap seng dalam makanan dipergunakan
sebagai suatu index ketersediaan seng. Defisiensi seng timbul karena perolehan
seng dari makanan Kadar Zinc (Seng) Ibu Hamil, Melahirkan dan Menyusui yang
tidak cukup atau kurang yang diubungkan dengan perolehan serat makanan yang
berlebihan, adanya polyphosphat, besi, tembaga, phytat, dan adanya makanan
yang mengandung kalsium yang tinggi. Kadar seng serum meningkat nyata
setelah puasa malam hari bila dibandingkan dengan kadar seng yang tidak puasa.
Kadar seng pada pagi hari lebih tinggi bila dibandingkan dengan kadar seng pada
malam hari tanpa melihat puasa atau tidak puasa. Kadar seng mulai turun sesudah
makan kira-kira 1 jam dan penurunan ini akan berlanjut hingga 2 jam kemudian
hingga dasar atau membalik kembali.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kehamilan
3
2.1.2 Etiologi Kehamilan
4
2. Nausea (enek) dan emesis (muntah)
Pada umumnya, nausea terjadi pada bulan - bulan pertama kehamilan
sampai akhir triwulan pertama dan kadang - kadang disertai oleh muntah.
Nausea sering terjadi pada pagi hari, tetapi tidak selalu. Keadaan ini lazim
disebut morning sickness. Dalam batas tertentu, keadaan ini masih fisiologis,
namun bila terlampau sering dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dan
disebut dengan hiperemesis gravidarum.
3. Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu)
Sering terjadi pada bulan - bulan pertama dan menghilang dengan
makin tuanya usia kehamilan.
4. Mamae menjadi tegang dan membesar
Keadaan ini disebabkan oleh pengaruh esterogen dan progesteron yang
merangsang duktus dan alveoli pada mamae sehingga glandula montglomery
tampak lebih jelas.
5. Anoreksia (tidak ada nafsu makan)
Keadaan ini terjadi pada bulan - bulan pertama tetapi setelah itu nafsu
makan akan timbul kembali.
6. Sering buang air kecil
Keadaan ini terjadi karena kandung kencing pada bulan - bulan pertama
kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada triwulan kedua,
umumnya keluhan ini hilang oleh karena uterus yang membesar keluar dari
rongga panggul. Pada akhir triwulan, gejala ini bisa timbul kembali karena
janin mulai masuk ke rongga panggul dan menekan kembali kandung kencing.
7. Obstipasi
Keadaan ini terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh
pengaruh hormon steroid.
8. Pigmentasi kulit
Keadaan ini terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas. Kadang –
kadang tampak deposit pigmen yang berlebihan pada pipi, hidung dan dahi
yang dikenal dengan kloasma gravidarum (topeng kehamilan). Areola mame
juga menjadi lebih hitam karena didapatkan deposit pigmen yang berlebihan.
5
Daerah leher menjadi lebih hitam dan linea alba. Hal ini terjadi karena
pengaruh hormon kortiko steroid plasenta yang merangsang melanofor dan
kulit.
9. Epulis
Epulis merupakan suatu hipertrofi papilla ginggivae yang sering terjadi
pada triwulan pertama.
10. Varises (penekanan vena - vena)
Keadaan ini sering dijumpai pada triwulan terakhir dan terdapat pada
daerah genetalia eksterna, fossa poplitea, kaki dan betis. Pada multigravida,
kadang - kadang varises ditemukan pada kehamilan yang terdahulu, kemudian
timbul kembali pada triwulan pertama. Kadang – kadang timbulnya varises
merupakan gejala pertama kehamilan muda.
6
3. Tanda chadwick
Hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah
dan agak kebiru – biruan (livide). Warna porsiopun tampak livide. Hal ini
disebabkan oleh pengaruh hormone esterogen.
4. Tanda piscaseck
Uterus mengalami pembesaran, kadang – kadang pembesaran tidak rata
tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Hal ini menyebabkan
uterus membesar ke salah satu jurusan pembesaran tersebut.
5. Tanda braxton hicks
Bila uterus dirangsang, akan mudah berkontraksi. Waktu palpasi atau
pemeriksaan dalam uterus yang awalnya lunak akan menjadi keras karena
berkontraksi. Tanda ini khas untuk uterus dalam masa kehamilan.
6. Goodell sign
Di luar kehamilan konsistensi serviks keras, kerasnya seperti merasakan
ujung hidung, dalam kehamilan serviks menjadi lunak pada perabaan selunak
vivir atau ujung bawah daun telinga.
7. Reaksi kehamilan positif
Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya human chorionic
gonadotropin pada kehamilan muda adalah air seni pertama pada pagi hari.
Dengan tes ini, dapat membantu menentukan diagnosa kehamilan sedini mungkin.
7
banyaknya air ketuban, maka kalau rahim didorong atau digoyangkan, maka anak
melenting di dalam rahim.
2. Teraba bagian – bagian janin
Bagian – bagian janin secara objektif dapat diketahui oleh pemeriksan
dengan cara palpasi menurut leopold pada akhir trimester kedua.
3. Denyut jantung janin
Denyut jantung janin secara objektif dapat diketahui oleh pemeriksan
dengan menggunakan :
a. Fetal electrocardiograph pada kehamilan 12 minggu.
8
proses implamasi pada dinding uterus, fase ini ditandai dengan proses pembelahan
sel yang kemudian disebut dengan zigot.
Fase ovum memerlukan waktu 10 – 14 hari setelah proses pembuahan.
Fase embrio ditandai dengan pembentukan organ organ utama,Fase ini
berlangsung 2 sampai 8 minggu. Fase janin berlangsung dari 8 minggu sampai
tibanya waktu kelahiran, pada fase ini tidak ada lagi pembentukan melainkan
proses pertumbuhan dan perkembangan. Pemeriksaan dokter atau bidan secara
rutin pada periode kehamilan trimester II bertujuan untuk mengetahui riwayat
kesehatan ibu yang sedang hamil, sehingga memungkinkan kehamilannya dapat
diteruskan atau tidak.
2. Usia kehamilan trimester II (4-6 bulan / 14 – 26 minggu)
Masa kehamilan trimester II merupakan suatu periode pertumbuhan yang
cepat. Pada periode ini bunyi jantung janin sudah dapat didengar, gerakan janin
jelas, panjang janin kurang lebih 30 cm dan beratnya kurang lebih 600 gr. Pada
periode ini , dokter dan bidan biasanya mengadakan pemeriksaan terhadap berat
dan tekanan darah, pemeriksaan urin, detak jantung baik ibu maupun janin serta
kaki dan tangan untuk melihat adanya pembekakan (odema) dan gejaja - gejala
yang umum terjadi. Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk mengetahui
kemungkinan timbulnya suatu penyakit yang membahayakan proses pertumbuhan
dan perkembangan janin pada akhir masa kehamilan.
3. Usia kehamilan trimester III (7-9 bulan/ 27 -40 minggu).
Trimester III kehamilan adalah periode penyempurnaan bentuk dan organ
organ tumbuh janin untuk siap dilahirkan. Berat janin pada usia kehamilan
trimester ini mencapai 2,5 Kg. Semua fungsi organ organ tubuh yang mengatur
kehidupan sudah berjalan dengan sempurna. Oleh karena adanya perubahan
tersebut, pemeriksaan rutin lebih sering dilakukan biasanya 2 kali seminggu. Hal
ini dimaksudkan untuk memantau lebih teliti setiap perkembangan dan
pertumbuhan janin, kondisi fisik maupun psikis calon ibu, kemungkinan yang
akan terjadi pada calon ibu maupun janin selama sisa proses kehamilan serta
dalam menghadapi proses persalinan.14
9
2.1.7 Perubahan Fisiologis Wanita Hamil
Hampir setiap tubuh wanita hamil mengalami perubahan baik pada organ
dan sistem organnya. Menurut Mochtar (2011) perubahan fisiologis yang terjadi
pada wanita hamil antara lain:11
1) Sistem Reproduksi
Ukuran uterus membesar akibat dari hipertrofi dan hiperplasia otot polos
rahim, berat uterus naik dari 30 gram menjadi 1000 gram, isthmus rahim
hipertrofi dan serviks uteri bertambah vaskularisasinya dan bertambah lunak.
Proses ovulasi berhenti, vagina dan vulva berwarna lebih merah atau kebiruan.
Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan robeknya serabut
elastin di bawah kulit sehingga timbul stirae gravidarum.
2) Sistem Sirkulasi Darah
Volume darah total dan volume plasma darah naik pesat sejak akhir
trimester pertama. Gambaran protein darah berubah; jumlah protein, albumin dan
gama globulin menurun pada trimester pertama dan meningkat bertahap pada
akhir kehamilan. Pompa jantung akan meningkat setelah kehamilan tiga bulan dan
menurun lagi pada minggu-minggu terakhir kehamilan. Tekanan darah cenderung
turun pada trimester kedua dan akan naik lagi seperti pada prahamil. Nadi
biasanya naik, nilai rata-ratanya 84 kali per menit.
3) Sistem pernapasan
Adanya usus yang tertekan ke arah diafragma akibat pembesaran uterus,
akan menekan paru-paru sehingga wanita hamil akan cenderung mengeluh sesak
dan napas pendek. Kapasitas vital paru sedikit meningkat selama kehamilan.
4) Sistem Pencernaan
Pada trimester pertama, muncul keluhan mual dan muntah. Salivasi
meningkat, tonus otot saluran pencernaan melemah sehingga motilitas usus
menurun dan makanan akan lebih lama berada dalam saluran makanan.
5) Sistem Integumen
Pada daerah kulit tertentu, terdapat hiperpigmentasi jaringan seperti pada
muka, payudara (puting dan areola payudara), perut dan vulva.
10
6) Metabolisme
Tingkat metabolik basal pada wanita hamil meningkat hingga 15-20%
terutama pada trimester akhir. Terjadi gangguan keseimbangan asam basa,
kebutuhan protein dan kalori meningkat. Wanita hamil sering merasa haus, nafsu
makan bertambah, sering buang air kecil dan kadang dijumpai glukosuria, serta
berat badan ibu hamil akan meningkat.
7) Payudara
Selama kehamilan, payudara bertambah besar, tegang dan berat. Dapat
terjadi noduli-noduli akibat hipertrofi kelenjar alveoli; bayangan vena-vena lebih
membiru.
11
vitamin yang berarti karena janin belum tumbuh dengan pesat dan kebutuhan gizi
dapat disamakan dengan keadaan sebelum hamil, tetapi yang perlu diperhatikan
adalah bahwa ibu hamil harus tetap makan agar tidak terjadi gangguan
pencernaan.
Pada kehamilan trimester kedua, mulai dibutuhkan tambahan kalori untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin serta untuk mempertahankan kesehatan ibu
hamil. Pada saat ini, muntah sudah berkurang atau tidak ada, nafsu makan
bertambah, perkembangan janin sangat pesat, bukan saja tubuhnya tetapi juga
susunan saraf otak (kurang lebih 90%). Oleh karena perumbuhan janin yang pesat
dimana jaringan otak menjadi perhatian utama maka ibu hamil memerlukan
protein dan zat gizi lain seperti galaktosa yang ada pada susu sehingga dianjurkan
untuk minum susu 400 cc. Selain itu, vitamin dan mineral yang banyak terdapat
pada buah – buahan dan sayuran juga perlu untuk dikonsumsi.Pada kehamilan
trimester kedua ini, ibu hamil sering mengalami pembengkakan pada kakinya. Hal
ini bisa diatasi dengan mengurangi konsumsi makanan yang mengandung ion
natrium dan klorida.
Pada kehamilan trimester ketiga, nafsu makan sudah baik sekali,
cenderung untuk merasa lapar terus menerus sehingga perlu diperhatikan agar
tidak terjadi kegemukan. Secara garis besar, makanan pada trimester ketiga sama
dengan makanan pada trimester kedua.20 Berikut adalah perbandingan kebutuhan
zat makanan pada wanita saat tidak hamil, hamil dan menyusui yang
direkomendasikan oleh National Research Council yang dikutip oleh Evawany
Aritonang (2010);3
12
Tabel 1 Diet yang direkomendasikan oleh National Research Council pada
wanita saat tidak hamil, hamil dan menyusui
13
2.2 Zinc
Seng (Zinc) termasuk dalam kelompok zat gizi mikro yang mutlak
dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang sangat kecil untuk memelihara kehidupan
yang optimal. Seng terdapat dalam jumlah yang cukup banyak di dalam setiap sel,
kecuali sel darah merah dimana zat besi berfungsi khusus mengangkut oksigen.
Sekalipun kalsium merupakan elemen makro namun jumlahnya dalam sel lebih
kecil dibandingkan seng, kecuali di dalam sel tulang. Seng tidak terbatas
fungsinya seperti zat besi dan kalsium.
Fungsi fisiologi yang bergantung pada seng ialah pertumbuhan dan
pembelahan sel, antioksidan, perkembangan seksual, kekebalan seluler dan
humoral, adaptasi gelap, pengecapan serta nafsu makan.21. Peranan biokimia seng
merupakan komponen dari metalloenzymes untuk mempertahankan kelangsungan
berbagai proses metabolisme dan stabilitas membran sel. Fungsi seng dalam
metallo-enzyme ialah katalitik, pengaturan struktural dan non-katalitik15.
Contoh enzim seng yang berfungsi katalitik adalah karbonik anhidrase,
karboksipeptidase, dan aldolase. Hampir 300 jenis enzim seng berhasil
diidentifikasi, misalnya alkohol dehidrogenase, deoxy-ribonucleic acid
polymerase, ribonucleic acid polymerase, alkali fosfatase, laktat dehidrogenase
dan karbopeptidase. Hal ini menunjukkan peranan seng untuk mempertahankan
kelangsungan berbagai proses metabolisme tubuh, menstabilkan struktur
membran sel dan mengaktifkan hormone pertumbuhan 17. Seng terutama
dibutuhkan untuk proses percepatan pertumbuhan; hal ini bukan saja disebabkan
karena efek replikasi sel dan metabolisme asam nukleat, tetapi juga sebagai
mediator dari aktifitas hormon pertumbuhan Pertumbuhan mencit yang diberikan
diet kurang seng akan terhenti dalam 24 jam sebagai akibat menurunnya aktifitas
hormon pertumbuhan.19. Peranan terpenting seng bagi mahluk hidup adalah pada
pertumbuhan dan pembelahan sel. Dengan demikian seng berperan penting dalam
sintesa dan degradasi dari karbohidrat, lemak, protein, asam nukleat dan
pembentukan embrio 22.
14
Seng juga berperan penting dalam system kekebalan dan terbukti bahwa
seng merupakan mediator potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi. Limfo-
penia, konsentrasi dan fungsi limfosit T dan B menurun, menurunnya fungsi
18
lekosit seringkali ditemukan pada penderita defisiensi seng . Meningkatnya
pengertian tentang peranan seng pada tingkat seluler dapat memperbaiki
pemahaman tentang patogenesa dari defisiensi seng dan menyempurnakan cara-
cara mendeteksi defisiensi seng yang ringan. Dapat disimpulkan bahwa seng
bukan saja esensial, tetapi juga yang paling rentan untuk mengalami defisiensi
karena mencakup berbagai proses penting dalam tubuh. Hal ini bearti seng harus
tersedia dalam jumlah yang cukup dalam diet sehari hari. Konsekuensinya apabila
terjadi defisiensi seng gejala-gejala dan kelainan yang dijumpai sangat ekstensif.
15
menimbulkan kesan ada keterlibatan sejumlah reseptor dalam proses absorbsi
seng.15
Setelah masuk ke dalam enterosit, seng diikat oleh suatu protein intestinal
kaya sistein (CRIP/Cystein-Rich Intestinal Protein). Selanjutnya seng dipindahkan
ke metalotionin atau melintasi sisi serosa enterosit untuk berikatan dengan
albumin. Seng dibawa dan terkonsentrasi di hati setelah berpindah dari intestinal
ke sirkulasi porta. Albumin diidentifikasi sebagai protein plasma yang membawa
27 seng ke darah porta. Komponen plasma lain yang mengandung seng adalah 2-
makroglobulin, transferin, dan asam amino khususnya sistein dan histidin.17
Distribusi seng yang telah diabsorbsi ke jaringan ekstrahepatik terutama
terjadi oleh plasma yang mengandung sekitar 3 mg seng atau sekitar 0.1% dari
total seng di dalam tubuh. Seng terikat longgar dengan albumin dan asam amino.
Fraksi ini bertanggung jawab pada transport seng dari hati ke jaringan. Semua
seng yang diabsorbsi diangkut dari plasma ke jaringan sehingga pertukaran seng
dari plasma ke dalam jaringan sangat cepat untuk memelihara konsentrasi plasma
seng yang relatif konstan.17
Seng dikeluarkan dari tubuh melalui tinja, urin, dan jaringan yang terlepas
termasuk kulit, rambut, sel-sel mukosa, pertumbuhan kuku, menstruasi dan
ejakulasi. Jalur utama ekskresi seng adalah melalui tinja (lebih dari 90%).
Beberapa seng dalam tinja berasal dari sekresi endogen. Sekitar 0.5 sampai 0.8 mg
seng dikeluarkan melalui urin setiap harinya. Kehilangan seng melalui permukaan
kulit, keringat, dan rambut hanya sekitar 1-5 mg/hari.19
Pada metabolisme tingkat seluler, diduga ada 4 transporter seng yaitu
ZnT-1, ZnT-2, ZnT-3, dan ZnT-4. ZnT-1 diekspresikan di berbagai jaringan,
termasuk usus, ginjal, dan hati. Ekspresi ZnT-1 di usus banyak dijumpai di
permukaan basolateral dari villi duodenum dan jejunum. ZnT-2 terutama dijumpai
di usus, ginjal, dan testis sedangkan ZnT-3 terbatas pada otak dan testis. ZnT-4
banyak terdapat pada kelenjar payudara dan kemungkinan berhubungan dengan
sekresi seng dalam ASI. Pemberian suplementasi seng pada tikus percobaan
terbukti berhasil menaikkan tingkat mRNA ZnT-1 dan mRNA ZnT-2 di usus 28
halus dan ginjal, sedangkan ekspresi gen ZnT-4 tidak berubah. Absorbsi seng
16
tergantung pada kandungan seng dalam diit dan bioavailabilitas seng. Seng dari
produk hewani merupakan seng yang mudah diserap, sedangkan absorbsi seng
dari produk nabati tergantung pada kandungan seng dari tanah. Bioavailabilitas
seng dari produk nabati sangat menurun bila diberikan bersama fitat, yang
membentuk kompleks tidak larut dengan kation bivalen seperti seng. Seng dalam
ASI diabsorbsi dengan baik di dalam usus halus bayi. Bayi dapat menyerap kira -
kira 80% seng yang terdapat dalam ASI. Diare dapat mengganggu absorbsi seng.
Inhibisi kompetitif antara besi, seng, dan tembaga juga mempengaruhi absorbsi
seng.12,13,14,15
17
Tabel 2. Penyebaran deposito seng dalam tubuh10
Jaringan Jumlah penyerapan Penyerapan
Otot 1,5 20 - 30
Tulang 0,5 - 0,8 8,0
Kulit dan rambut 0,21 4-6
Hati 0,0 - 0,15 2,0
Saluran pencernaan dan 0,03 0,8
Pankreas 0,02 0,1
Ginjal 0,003 1,6
Limpa 0,04 0,8
Susunan saraf pusat 0,02 < 0,1
Darah 0,003
Plasma 60
18
Beberapa zat seperti asam sitrat, asam palmitat dan asam pikolinik dapat
meningkatkan penyerapan seng; sedangkan fitat (inositol heksafosfat) dan serat
(selulosa) menghambat absorpsi seng. Salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap bioavailability seng adalah kebutuhan sistemik. Pada diet yang tidak
adekuat tubuh menyesuaikan kebutuhan seng dengan mengubah seng yang
endogen. Keseimbangan (homeostasis) seng dalam tubuh tergantung pada
absorpsi dan ekskresi. Ekskresi seng akan menurun pada defisiensi seng. 19.
Dengan demikian kebutuhan tubuh akan seng tergantung pada pengaturan
diet yang adekuat agar dapat menyediakan seng bagi keperluan berbagai proses
metabolisme dalam tubuh. Berbagai bahan makanan yang merupakan sumber
seng dapat di lihat pada tabel 3 di bawah ini.
19
Rentang antara kebutuhan seng yang dianjurkan dan kadar toksik sangat
lebar sehingga kasus toksisitas akut jarang terjadi. Besarnya masukan seng yang
dianjurkan untuk individu normal setiap hari dapat di lihat pada tabel 4.
Tabel 4. Angka kecukupan seng rata-rata yang dianjurkan per orang per
hari2
Golongan Umur Seng (mg)
0 - 6 bulan 3
7 - 12 bulan 5
1 - 9 tahun 10
10 - 59 tahun 15
> 60 tahun 15
Hamil +5
Menyusui 0 - 6 bulan +10
7 - 12 bulan +10
20
Tabel 5. Berbagai keadaan predisposisi defisiensi seng
Asupan dan Absorpsi Pengeluaran Berlebihan Penggunaan Meningkat
tidak adekuat
- Malnutrisi - status katabolic - penyakit neoplasma
- vegetarian - gagal ginjal, dialisis - sintesa jaringan
infeksi intestinal ginjal dan pengobatan - masa penyembuhan
(bakteri, protozoa, diuretika
helminths) - kehilangan dan
- interaksi nutrisi dengan hemolisis darah kronik
komponen diet dan obat- (talasemia, sickle cell)
obatan - dermatitis eksfoliatif
- malabsorpsi
-akrodermatitis
enteropatika
- penyakit-penyakit hepar
- enteropati, radang usus
- obstruksi biliaris
23
perubahan emosi
Ibu hamil rawan terhadap kekurangan zat gizi lain seperti vitamin A,
iodium, dan zinc. Kekurangan zat-zat gizi ini secara bersama-sama dapat
membawa dampak yang lebih serius baik bagi ibu yang terancam keselamatannya
selama kehamilan, proses persalinan dan masa nifas maupun bagi bayi yang
dikandungnya 9. Dalam sebuah survei cross-sectional di pedesaan Jawa Barat,
Indonesia, 155 ibu menyusui dan bayi mereka yang sehat dinilai secara
antropometrik dan diperiksa darah, urine, dan ASI. Diperoleh hasil yaitu
kekurangan vitamin A marjinal ditemukan pada 54% dari bayi dan 18% dari ibu.
Lebih dari 50% ibu dan bayi menderita anemia dan 17% bayi dan 25% ibu
menderita defisiensi zinc. Ada keterkaitan yang kuat antara status gizi mikro ibu
dan bayi dan konsentrasi retinol dan β-karoten dalam ASI5.
Defisiensi zinc selama menyusui dapat terjadi bahkan pada bayi yang
diberi ASI. Cadangan zinc yang terakumulasi selama perkembangan janin
merangsang kerentanan bayi terhadap defisiensi zinc. Perbaikan pada status zinc
ibu selama kehamilan adalah kunci untuk mendukung status zinc pada bayi dan
mencegah konsentrasi zinc yang rendah pada ASI 5.Manifestasi defisiensi zinc
mulai dari peningkatan insiden keparahan infeksi, hambatan pertumbuhan dan
perkembangan anak-anak, komplikasi kehamilan, kelahiran bayi dengan BBLR,
ketuban pecah dini, partus lama, kelahiran kurang bulan, dan peningkatan
mortalitas perinatal. Defisiensi zinc ditemukan memperburuk efek klinis dari
4,5
kekurangan vitamin A . Bates, dkk (1981) menyatakan bahwa zinc berperan
penting dalam metabolisme protein dan sangat diperlukan untuk pemeliharaan
tingkat normal transportasi protein dan mendukung dugaan bahwa defisiensi zinc
dapat mengubah ketersediaan nutrisi lain seperti vitamin A atau besi melalui efek
pada transportasi protein.
Defisiensi zinc pada ibu hamil mengakibatkan persalinan lama, retardasi
pertumbuhan janin intra uteri, teratogenik, dan kematian pada janin. Defisiensi
24
zinc juga berperan penting pada metabolisme protein yang berperan sebagai alat
transportasi zat-zat gizi seperti vitamin A. Defisiensi vitamin A pada ibu hamil
mengakibatkan meningkatnya prevalensi prematuritas dan retardasi pada janin.
Defisiensi zinc dan vitamin A bersama-sama dapat membawa dampak yang lebih
serius baik bagi ibu maupun bagi janin.
Defisiensi zinc maternal dapat mengganggu fungsi normal tropoblast,
komponen yang berasal dari embrionik pada plasenta yang berperan dalam
implantasi, produksi dan sekresi hormone. Disfungsi dari tropoblast dihubungkan
dengan perkembangan fetus yang terganggu, dan gangguan lain seperti aborsi
spontan, prolonged gestation, berat badan lahir rendah, dan komplikasi lainnya
pada kelahiran. Malformasi yang berkaitan dengan defisiensi zinc diantaranya
abnormalitas fungsi mata dan otak, bibir sumbing dan palatum, dan abnormalitas
pada jantung, paru, dan system urogenital12.
Fetus pada ibu hamil yang mengalami defisiensi zinc dapat menunjukkan
retardasi mental dan abnormalitas skeletal. Selain itu, dapat menyebabkan
perkembangan postnatal yang terganggu dan efek laten yang dapat bertahan
seumur hidup. Bayi dengan defisiensi zinc secara umum memiliki morbiditas
tinggi yang ditandai dengan rickets, anemia, dystrophy, dermatitis atopic dan
beberapa tipe alergi, dan gangguan pencernaan serta meningkatkan kerentanan
terhadap infeksi.
Defisiensi zinc juga berpengaruh pada perkembangan central nervous system
(CNS). Disfungsi CNS merupakan manifestasi klinis pada kebanyakan
acrodermatitis enteropathica dan defek genetic yang berhubungan dengan sindrom
defisiensi zinc. Defisiensi zinc juga berpengaruh pada kognitif anak, seperti
gangguan motorik, perkembangan lokomotif, berbicara, dan kemampuan
orientasi.5
25
BAB III
Kesimpulan
Tidak hanya masalah fisik yang berhubungan dengan nutrisi yang buruk
selama kehamilan, namun juga bisa mengakibatkan terjadinya gangguan
neurologis, bisa mengakibatkan juga timbulnya kelainan bawaan pada bayi yang
akan dilahirkan. Oleh karena itu makanan ibu hendaklah mengandung jumlah dan
mutu gizi yang baik.
Selain itu terdapat juga masalah yang berhubungan dengan diet pada ibu
hamil,seperti mual muntah, nafsu makan, konstipasi, anemia, diabetes gestasional,
dan gangguan hipertensi. Kondisi tersebut juga mempengaruhi asupan nutrisi pada
ibu hamil. Oleh karena itu dengan memperbaiki jumlah dan mutu makanan
sewaktu hamil secara langsung akan meningkatkan berat badan bayi yang akan
dilahirkan dan secara tidak langsung menyokong pertumbuhan sel-sel otak bayi
agar dapat berkembang secara optimal.
26
Daftar Pustaka
1. ACC/SCN. 1997. Stunting and young child development. In: Third Report
on the World Nutrition Situation. United Nations Administrative
Committee on Coordination/ Sub-Committe on Nutrition, Geneva,
Switzerland
2. Amarita, Tatang SF. 2004. Analisis situasi gizi dan kesehatan masyarakat
dalam prosiding Widya Karya Pangan Nasional VII. Ketahanan pangan di
era otonomi daerah dan globalisasi didukung oleh organisasi profesi di
bidang pangan dan gizi (PERSAGI, PERGIZI-PANGAN, PDGMI). editor.
Jakarta : LIPI.
3. Aritonang E, 2010. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil. IPB press kampus IPB
Taman Kencana Bogor
4. DEPKES RI. (2010). Rencana Strategis Kementrian Kesehatan tahun 2010
– 2014
5. Dijkhuizen, MA dan Wieringa FT. (2001). Vitamin A, Iron and Zinc
Deficiency in Indonesia. Micronutrient interactions of Effects
Supplementation. Wagenigen University.
6. Evans GW. 1986. Zinc and its deficiency diseases. Clin Physiol Biochem
4:94-8.
7. FAO/WHO/UNU. 2001. Human Energy Requirement. FAO/WHO/UNU,
Rome
8. Garrow JS & James WPT 1993. : Human nutrition and dietetics. Edinburg
: Churil Living-stone188- 95.
9. Hadi. 2005. Beban Ganda Masalah Gizi dan Impikasinya terhadap
kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional. Disampingkan pada Rapat
terbuka majelis Guru Besar Universitas Gadjah mada. Yogyakarta.
10. Jackson MJ. 1989. Physiology of zinc : general aspect. Dalam Mills CF
ed. Zinc in human biology. London : Springer-Verlag 1-14.
11. Moctar Rustam, 2011. Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi Jilid 1. Jakarta :
12. Mora, J. O. and Nestel, P. S. 2000. Improving Prenatal Nutrition in
Developing Countries: Strategies, Prospects, and Challenges. 71 (Suppl):
1353S1363S.
27
13. Muhimah, N. A dan Safe’i. 2010. Panduan Lengkap Senam sehat Khusus
Ibu Hamil. Yogyakarta:
14. Prawirohardjo,S., 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
15. Prasad AS, Halsted JA, Nadim M. 1961. Syndrome of iron deficiency,
anemia, hepatosplenomegali hypogonadism, dwar-fism and geophagia.
Am J Med 31:532
16. Saifuddin, A B., 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
17. Sandström B. 1989. Dietary pattern and zinc supply. Dalam Mills CF ed.
Zinc in human biology. London : Springer-Verlag 351-63.
18. Shankar AH, Prasad AS. 1998. Zinc and immune function : the biological
basis of altered resistance to infection. Am J Clin Nutr 68(suppl):447S-
63S.
19. Shrimpton R. 1993. Zinc deficiency is it widespread but under-recognized.
SCN News 9:24-7.
20. Simanjuntak, D. H., & Sudaryati, E. (2005). Gizi pada Ibu Hamil dan
Menyusui. Universitas Sumatera Utara, 79-82.
21. Solomons NW. 1993. Zinc. Dalam : Macrae R, Robinson RK, Sadler MJ,
eds. Encyclopedia of food science, food technology and nutrition, vol. 7.
London : Academic Press 4980-94.
22. Swaggett PJ. Comerford JG. 1995. Zinc and human health. London. Nutr
Rev 53. (9):S16-S22.
28