Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

Kehamilan didefiniskan sebagai fertilasi atau penyatuan dari spermatozoa


danovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat
fertilasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam 40
minggu atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3
trisemester, dimana trisemester ke satu berlangsung dalam 12 minggu, trisemester
kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga minggu ke-27), dan trisemester ketiga 13
minggu 9 minggu ke-28 hingga ke-40).

Wanita hamil dan menyusui harus betul-betul diperhatikan susunan


dietnya, terutama mengenai jumlah kalori, protein yang berguna untuk
pertumbuhan janin, dan kesehatan ibu. Pada kehamilan terjadi perubahan fisik dan
psikologis ibu yang membutuhkan kecukupan nutrisi sebelum, selama dan setelah
kehamilan. Agar kebutuhan janin dapat tercukupi dengan baik, keadaan gizi ibu
pada waktu konsepsi harus sudah berada dalam keadaan gizi yang baik. Selama
kehamilan ibu juga harus mendapatkan tambahan nenergi dan zat gizi yang
seimbang untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Jika ibu mengalami
kekurangan zat gizi, akan menimbulkan masalah baik pada ibu maupun pada janin
yang dikandungnya.12
Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus, partus
prematurus, inersia uteri, perdarahan pascapersalinan, sepsis puerperalis, dan lain-
lain. Oleh karena itu, pengawasan terhadap zat gizi dan pemantauan berat badan
selama hamil menjadi salah satu hal penting yang dilakukan dalam pemantauan
kesehatan ibu hamil. Dengan memperbaiki jumlah dan mutu makanan sewaktu
hamil secara langsung akan meningkatkan berat badan bayi yang akan dilahirkan
dan secara tidak langsung menyokong pertumbuhan sel-sel otak bayi yang
optimal.12

Zink berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Defisiensi


zink selama kehamilan dapat menimbulkan berat badan lahir rendah, IUGR,
kelahiran preterm serta komplikasi lainnya selama kehamilan, Seng aktif dalam

1
selurub bagian tnbuh, sebagai konstituen lebih dari 200 metalo-enzym yang
terlibat dalam metabolisme lemak, karbohidrat, protein serta sintesis dan
pemecahan asam nukleat. Pada manusia, seng amat penting untuk berbagai fungsi
antaralain pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, kekebalan, fungsi sensori,
proteksi antioksidan dan stabilisasi membrane. Seng terikat pada protein dan
membantu tugas protein, didalam jaringan tubuh. Dalam keadaan defisiensi,
sengdapat diperoleh dengan pemecahan jaringan tersebut. Karena itu perolehan
seng yang teratur dari makanan amat penting. Sumber yang penting untuk seng
adalah protein baik dari sumber hewani maupun biji-bijian dan sayuran, akan
tetapi makanan yang mengandung phytat yang tinggi dapat mengganggu
penyerapan seng. Rasio phytat terbadap seng dalam makanan dipergunakan
sebagai suatu index ketersediaan seng. Defisiensi seng timbul karena perolehan
seng dari makanan Kadar Zinc (Seng) Ibu Hamil, Melahirkan dan Menyusui yang
tidak cukup atau kurang yang diubungkan dengan perolehan serat makanan yang
berlebihan, adanya polyphosphat, besi, tembaga, phytat, dan adanya makanan
yang mengandung kalsium yang tinggi. Kadar seng serum meningkat nyata
setelah puasa malam hari bila dibandingkan dengan kadar seng yang tidak puasa.
Kadar seng pada pagi hari lebih tinggi bila dibandingkan dengan kadar seng pada
malam hari tanpa melihat puasa atau tidak puasa. Kadar seng mulai turun sesudah
makan kira-kira 1 jam dan penurunan ini akan berlanjut hingga 2 jam kemudian
hingga dasar atau membalik kembali.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kehamilan

2.1.1 Definisi Kehamilan

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan


didefiniskan sebagai fertilasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilasi hingga
lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam 40 minggu atau 9 bulan
menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trisemester, dimana
trisemester ke satu berlangsung dalam 12 minggu, trisemester kedua 15 minggu
(minggu ke-13 hingga minggu ke-27), dan trisemester ketiga 13 minggu 9 minggu
ke-28 hingga ke-40). 14

Sedangkan menurut Saifudin kehamilan adalah suatu masa yang dimulai


dari konsepsi sampai lahirnya janin16. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40
minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari haid pertama haid terakhir. Kehamilan
adalah pertumbuhan janin intrauterine mulai sejak konsepsi sampai lahirnya janin
yang berlansung selama 280 hari14. Kehamilan merupakan suatu perubahan dalam
rangka melanjutkan keturunan yang terjadi secara alami, menghasilkan janin yang
tumbuh di dalam rahim ibu, dan selanjutnya dapat dijelaskan tingkat pertumbuhan
dan besarnya janin sesuai usia kehamilan pada setiap dilakukan pemeriksaan
kehamilan 13.

3
2.1.2 Etiologi Kehamilan

Suatu kehamilan akan terjadi bila terdapat 5 aspek berikut, yaitu11 :


a. Ovum
Ovum adalah suatu sel dengan diameter + 0,1 mm yang terdiri dari suatu
nukleus yang terapung-apung dalam vitelus dilingkari oleh zona pellusida
oleh kromosom radiata.
b. Spermatozoa
Berbentuk seperti kecebong, terdiri dari kepala berbentuk lonjong agak
gepeng berisi inti, leher yang menghubungkan kepala dengan bagian
tengah dan ekor yang dapat bergerak sehingga sperma dapat bergerak
cepat.
c. Konsepsi
Konsepsi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sperma dan ovum di
tuba fallopii.
d. Nidasi
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam
endometrium.
e. Plasentasi
Plasentasi adalah alat yang sangat penting bagi janin yang berguna untuk
pertukarann zat antara ibu dan anaknya dan sebaliknya.

2.1.3 Tanda Presumtif/ Tanda Tidak Pasti Hamil


Tanda presumtif / tanda tidak pasti adalah perubahan - perubahan yang
dirasakan oleh ibu (subjektif) yang timbul selama kehamilan. Yang termasuk
tanda presumtif/ tanda tidak pasti adalah :
1. Amenorhoe (tidak dapat haid)
Pada wanita sehat dengan haid yang teratur, amenorhoe menandakan
kemungkinan kehamilan. Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita
hamil tidak dapat haid lagi. Kadang - kadang amenorhoe disebabkan oleh hal -
hal lain diantaranya akibat menderita penyakit TBC, typhus, anemia atau
karena pengaruh psikis.

4
2. Nausea (enek) dan emesis (muntah)
Pada umumnya, nausea terjadi pada bulan - bulan pertama kehamilan
sampai akhir triwulan pertama dan kadang - kadang disertai oleh muntah.
Nausea sering terjadi pada pagi hari, tetapi tidak selalu. Keadaan ini lazim
disebut morning sickness. Dalam batas tertentu, keadaan ini masih fisiologis,
namun bila terlampau sering dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dan
disebut dengan hiperemesis gravidarum.
3. Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu)
Sering terjadi pada bulan - bulan pertama dan menghilang dengan
makin tuanya usia kehamilan.
4. Mamae menjadi tegang dan membesar
Keadaan ini disebabkan oleh pengaruh esterogen dan progesteron yang
merangsang duktus dan alveoli pada mamae sehingga glandula montglomery
tampak lebih jelas.
5. Anoreksia (tidak ada nafsu makan)
Keadaan ini terjadi pada bulan - bulan pertama tetapi setelah itu nafsu
makan akan timbul kembali.
6. Sering buang air kecil
Keadaan ini terjadi karena kandung kencing pada bulan - bulan pertama
kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada triwulan kedua,
umumnya keluhan ini hilang oleh karena uterus yang membesar keluar dari
rongga panggul. Pada akhir triwulan, gejala ini bisa timbul kembali karena
janin mulai masuk ke rongga panggul dan menekan kembali kandung kencing.
7. Obstipasi
Keadaan ini terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh
pengaruh hormon steroid.
8. Pigmentasi kulit
Keadaan ini terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas. Kadang –
kadang tampak deposit pigmen yang berlebihan pada pipi, hidung dan dahi
yang dikenal dengan kloasma gravidarum (topeng kehamilan). Areola mame
juga menjadi lebih hitam karena didapatkan deposit pigmen yang berlebihan.

5
Daerah leher menjadi lebih hitam dan linea alba. Hal ini terjadi karena
pengaruh hormon kortiko steroid plasenta yang merangsang melanofor dan
kulit.
9. Epulis
Epulis merupakan suatu hipertrofi papilla ginggivae yang sering terjadi
pada triwulan pertama.
10. Varises (penekanan vena - vena)

Keadaan ini sering dijumpai pada triwulan terakhir dan terdapat pada
daerah genetalia eksterna, fossa poplitea, kaki dan betis. Pada multigravida,
kadang - kadang varises ditemukan pada kehamilan yang terdahulu, kemudian
timbul kembali pada triwulan pertama. Kadang – kadang timbulnya varises
merupakan gejala pertama kehamilan muda.

2.1.4 Tanda Kemungkinan Hamil


Tanda kemungkinan hamil adalah perubahan – perubahan yang
diobservasi oleh pemeriksa (bersifat objektif), namun berupa dugaan kehamilan
saja. Semakin banyak tanda – tanda yang didapatkan, semakin besar pula
kemungkinan kehamilan. Yang termasuk tanda kemungkinan hamil adalah :
1. Uterus membesar
Pada keadaan ini, terjadi perubahan bentuk, besar dan konsistensi rahim.
Pada pemeriksaan dalam, dapat diraba bahwa uterus membesar dan semakin lama
semakin bundar bentuknya.
2. Tanda hegar
Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menajdi lunak, terutama
daera h ismus. Pada minggu – minggu pertama, ismus uteri mengalami hipertrofi
seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus pada triwulan pertama mengakibatkan ismus
menjadi panjang dan lebih lunak sehingga kalau diletakkan dua jari dalam fornix
posterior dan tangan satunya pada dinding perut di atas simpisis maka ismus ini
tidak teraba seolah – olah korpus uteri sama sekali terpisah dari uterus.

6
3. Tanda chadwick
Hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah
dan agak kebiru – biruan (livide). Warna porsiopun tampak livide. Hal ini
disebabkan oleh pengaruh hormone esterogen.
4. Tanda piscaseck
Uterus mengalami pembesaran, kadang – kadang pembesaran tidak rata
tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Hal ini menyebabkan
uterus membesar ke salah satu jurusan pembesaran tersebut.
5. Tanda braxton hicks
Bila uterus dirangsang, akan mudah berkontraksi. Waktu palpasi atau
pemeriksaan dalam uterus yang awalnya lunak akan menjadi keras karena
berkontraksi. Tanda ini khas untuk uterus dalam masa kehamilan.
6. Goodell sign
Di luar kehamilan konsistensi serviks keras, kerasnya seperti merasakan
ujung hidung, dalam kehamilan serviks menjadi lunak pada perabaan selunak
vivir atau ujung bawah daun telinga.
7. Reaksi kehamilan positif
Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya human chorionic
gonadotropin pada kehamilan muda adalah air seni pertama pada pagi hari.
Dengan tes ini, dapat membantu menentukan diagnosa kehamilan sedini mungkin.

2.1.5 Tanda Pasti Hamil


Tanda pasti adalah tanda – tanda objektif yang didapatkan oleh pemeriksa
yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa pada kehamilan. Yang
termasuk tanda pasti kehamilan adalah :
1. Terasa gerakan janin
Gerakan janin pada primigravida dapat dirasakan oleh ibunya pada
kehamilan 18 minggu. Sedangkan pada multigravida, dapat dirasakan pada
kehamilan 16 minggu karena telah berpengalaman dari kehamilan terdahulu. Pada
bulan keempat dan kelima, janin berukuran kecil jika dibandingkan dengan

7
banyaknya air ketuban, maka kalau rahim didorong atau digoyangkan, maka anak
melenting di dalam rahim.
2. Teraba bagian – bagian janin
Bagian – bagian janin secara objektif dapat diketahui oleh pemeriksan
dengan cara palpasi menurut leopold pada akhir trimester kedua.
3. Denyut jantung janin
Denyut jantung janin secara objektif dapat diketahui oleh pemeriksan
dengan menggunakan :
a. Fetal electrocardiograph pada kehamilan 12 minggu.

b. Sistem doppler pada kehamilan 12 minggu.

c. Stetoskop laenec pada kehamilan 18 – 20 minggu.

4. Terlihat kerangka janin pada pemeriksaan sinar rontgen.

5. Dengan menggunakan USG dapat terlihat gambaran janin berupa ukuran


kantong janin, panjangnya janin dan diameter bipateralis sehingga dapat
diperkirakan tuanya kehamilan.

2.1.6 Usia kehamilan


Kehamilan berlangsung selama 9 bulan menurut penanggalan
international, 10 bulan menurut penanggalan luar, atau sekitar 40 minggu.
Kehamilan dibagi menjadi tiga periode bulanan atau trimester. Trimester pertama
adalah periode minggu pertama sampai minggu ke 13. Trimester kedua adalah
periode minggu ke 14 sampai ke 26, Sedangkan Trimester ke tiga, minggu ke 27
sampai kehamilan cukup bulan 38-40 minggu .
1. Usia kehamilan trimester I (0-3 bulan/ 1-13 minggu).
Dalam masa kehamilan trimester pertama terjadi pertumbuhan dan
perkembangan pada sel telur yang telah dibuahi dan terbagi dalam 3 fase yaitu
fase ovum, fase embrio dan fase janin. Fase ovum sejak proses pembuahan sampai

8
proses implamasi pada dinding uterus, fase ini ditandai dengan proses pembelahan
sel yang kemudian disebut dengan zigot.
Fase ovum memerlukan waktu 10 – 14 hari setelah proses pembuahan.
Fase embrio ditandai dengan pembentukan organ organ utama,Fase ini
berlangsung 2 sampai 8 minggu. Fase janin berlangsung dari 8 minggu sampai
tibanya waktu kelahiran, pada fase ini tidak ada lagi pembentukan melainkan
proses pertumbuhan dan perkembangan. Pemeriksaan dokter atau bidan secara
rutin pada periode kehamilan trimester II bertujuan untuk mengetahui riwayat
kesehatan ibu yang sedang hamil, sehingga memungkinkan kehamilannya dapat
diteruskan atau tidak.
2. Usia kehamilan trimester II (4-6 bulan / 14 – 26 minggu)
Masa kehamilan trimester II merupakan suatu periode pertumbuhan yang
cepat. Pada periode ini bunyi jantung janin sudah dapat didengar, gerakan janin
jelas, panjang janin kurang lebih 30 cm dan beratnya kurang lebih 600 gr. Pada
periode ini , dokter dan bidan biasanya mengadakan pemeriksaan terhadap berat
dan tekanan darah, pemeriksaan urin, detak jantung baik ibu maupun janin serta
kaki dan tangan untuk melihat adanya pembekakan (odema) dan gejaja - gejala
yang umum terjadi. Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk mengetahui
kemungkinan timbulnya suatu penyakit yang membahayakan proses pertumbuhan
dan perkembangan janin pada akhir masa kehamilan.
3. Usia kehamilan trimester III (7-9 bulan/ 27 -40 minggu).
Trimester III kehamilan adalah periode penyempurnaan bentuk dan organ
organ tumbuh janin untuk siap dilahirkan. Berat janin pada usia kehamilan
trimester ini mencapai 2,5 Kg. Semua fungsi organ organ tubuh yang mengatur
kehidupan sudah berjalan dengan sempurna. Oleh karena adanya perubahan
tersebut, pemeriksaan rutin lebih sering dilakukan biasanya 2 kali seminggu. Hal
ini dimaksudkan untuk memantau lebih teliti setiap perkembangan dan
pertumbuhan janin, kondisi fisik maupun psikis calon ibu, kemungkinan yang
akan terjadi pada calon ibu maupun janin selama sisa proses kehamilan serta
dalam menghadapi proses persalinan.14

9
2.1.7 Perubahan Fisiologis Wanita Hamil
Hampir setiap tubuh wanita hamil mengalami perubahan baik pada organ
dan sistem organnya. Menurut Mochtar (2011) perubahan fisiologis yang terjadi
pada wanita hamil antara lain:11
1) Sistem Reproduksi
Ukuran uterus membesar akibat dari hipertrofi dan hiperplasia otot polos
rahim, berat uterus naik dari 30 gram menjadi 1000 gram, isthmus rahim
hipertrofi dan serviks uteri bertambah vaskularisasinya dan bertambah lunak.
Proses ovulasi berhenti, vagina dan vulva berwarna lebih merah atau kebiruan.
Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan robeknya serabut
elastin di bawah kulit sehingga timbul stirae gravidarum.
2) Sistem Sirkulasi Darah
Volume darah total dan volume plasma darah naik pesat sejak akhir
trimester pertama. Gambaran protein darah berubah; jumlah protein, albumin dan
gama globulin menurun pada trimester pertama dan meningkat bertahap pada
akhir kehamilan. Pompa jantung akan meningkat setelah kehamilan tiga bulan dan
menurun lagi pada minggu-minggu terakhir kehamilan. Tekanan darah cenderung
turun pada trimester kedua dan akan naik lagi seperti pada prahamil. Nadi
biasanya naik, nilai rata-ratanya 84 kali per menit.
3) Sistem pernapasan
Adanya usus yang tertekan ke arah diafragma akibat pembesaran uterus,
akan menekan paru-paru sehingga wanita hamil akan cenderung mengeluh sesak
dan napas pendek. Kapasitas vital paru sedikit meningkat selama kehamilan.
4) Sistem Pencernaan
Pada trimester pertama, muncul keluhan mual dan muntah. Salivasi
meningkat, tonus otot saluran pencernaan melemah sehingga motilitas usus
menurun dan makanan akan lebih lama berada dalam saluran makanan.
5) Sistem Integumen
Pada daerah kulit tertentu, terdapat hiperpigmentasi jaringan seperti pada
muka, payudara (puting dan areola payudara), perut dan vulva.

10
6) Metabolisme
Tingkat metabolik basal pada wanita hamil meningkat hingga 15-20%
terutama pada trimester akhir. Terjadi gangguan keseimbangan asam basa,
kebutuhan protein dan kalori meningkat. Wanita hamil sering merasa haus, nafsu
makan bertambah, sering buang air kecil dan kadang dijumpai glukosuria, serta
berat badan ibu hamil akan meningkat.
7) Payudara
Selama kehamilan, payudara bertambah besar, tegang dan berat. Dapat
terjadi noduli-noduli akibat hipertrofi kelenjar alveoli; bayangan vena-vena lebih
membiru.

2.1.8 Kebutuhan Gizi Selama Kehamilan


Seorang wanita dewasa yang tidak hamil, keperluan gizinya dipergunakan
untuk kegiatan rutin dalam proses metabolisme tubuh, aktivitas fisik serta
menjaga keseimbangan segala proses dalam tubuh. Sedangkan pada wanita
dewasa yang sedang hamil maka di samping untuk proses yang rutin juga
diperlukan energi dan gizi tambahan untuk pembentukan jaringan baru yaitu janin,
plasenta, uterus dan kelenjar mamae.
Ibu hamil dianjurkan makan secukupnya saja, bervariasi sehingga
kebutuhan akan aneka makan zat gizi bisa terpenuhi. Kebutuhan yang meningkat
ini untuk mendukung persiapan kelak bayi dilahirkan.
Sebagai pedoman dalam pengawasan akan kecukupan gizi ibu hamil
adalah bagaimana kenaikan pertambahan berat badan ibu hamil. Sebagai standard
kebiasaan kenaikan berat badan pada ibu hamil menurut Committee on
Nutritional (1997) adalah sekitar 7 kg sampai 18 kg. Untuk ibu gemuk (BMI >
26-29), pertambahan berat badan sekitar 7 kg – 11,5 kg. Untuk ibu normal (BMI
19,8 – 26) maka pertambahan berat badan sekitar 11,5 kg – 16 kg. Untuk ibu
kurus (BMI < 19,8) maka pertambahan berat badan sekitar 12,5 kg – 18 kg1.
Pada kehamilan trimester pertama, umumnya timbul keluhan mual, ingin
muntah, pusing, selera makan berkurang sehingga timbul kelemahan dan malas
beraktivitas. Pada saat ini, belum diperlukan tambahan kalori, protein, mineral dan

11
vitamin yang berarti karena janin belum tumbuh dengan pesat dan kebutuhan gizi
dapat disamakan dengan keadaan sebelum hamil, tetapi yang perlu diperhatikan
adalah bahwa ibu hamil harus tetap makan agar tidak terjadi gangguan
pencernaan.
Pada kehamilan trimester kedua, mulai dibutuhkan tambahan kalori untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin serta untuk mempertahankan kesehatan ibu
hamil. Pada saat ini, muntah sudah berkurang atau tidak ada, nafsu makan
bertambah, perkembangan janin sangat pesat, bukan saja tubuhnya tetapi juga
susunan saraf otak (kurang lebih 90%). Oleh karena perumbuhan janin yang pesat
dimana jaringan otak menjadi perhatian utama maka ibu hamil memerlukan
protein dan zat gizi lain seperti galaktosa yang ada pada susu sehingga dianjurkan
untuk minum susu 400 cc. Selain itu, vitamin dan mineral yang banyak terdapat
pada buah – buahan dan sayuran juga perlu untuk dikonsumsi.Pada kehamilan
trimester kedua ini, ibu hamil sering mengalami pembengkakan pada kakinya. Hal
ini bisa diatasi dengan mengurangi konsumsi makanan yang mengandung ion
natrium dan klorida.
Pada kehamilan trimester ketiga, nafsu makan sudah baik sekali,
cenderung untuk merasa lapar terus menerus sehingga perlu diperhatikan agar
tidak terjadi kegemukan. Secara garis besar, makanan pada trimester ketiga sama
dengan makanan pada trimester kedua.20 Berikut adalah perbandingan kebutuhan
zat makanan pada wanita saat tidak hamil, hamil dan menyusui yang
direkomendasikan oleh National Research Council yang dikutip oleh Evawany
Aritonang (2010);3

12
Tabel 1 Diet yang direkomendasikan oleh National Research Council pada
wanita saat tidak hamil, hamil dan menyusui

No Zat Makanan Tidak hamil Hamil Menyusui


1 Kilokalori 2.200 2.500 2.600
2 Protein (g) 55 60 65
3 Vitamin larut dalam
lemak
a. A (μg REᵇ) 800 800 1.300
b. D (μg) 10 10 12
c. E (mg TE ) 8 10 12
d. K (μg) 55 65 65
4 Vitamin larut dalam
air
a. C (mg) 60 70 95
b. Folat (μg) 180 400 280
c. Niacin (mg) 15 17 20
d. Riboflavin (mg) 1,3 1,6 1,8
e. Thiamine (mg) 1,1 1,5 1,6
f. Piridoksin B₆ (mg) 1,6 2,2 2,1
g. Cobalamin 2 2,2 2,6
B₁₂(μg)
5 Mineral
a. Kalsium (mg) 1.200 1.200 1.200
b. Fosfor (mg) 1.200 1.200 1.200
c. Iodin (μg) 150 175 200
d. Besi (mg dari besi 15 30 15
ferro)
e. Magnesium (mg) 280 320 355
f. Zinc (mg) 12 15 19

Keterangan : ªuntuk wanita usia 15-18 tahun


ᵇRE = Retinol Equivalent (1 RE = 1 μg retinol)
TE = Tocopherol Equivalent

13
2.2 Zinc

2.2.1 Definisi Zinc

Seng (Zinc) termasuk dalam kelompok zat gizi mikro yang mutlak
dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang sangat kecil untuk memelihara kehidupan
yang optimal. Seng terdapat dalam jumlah yang cukup banyak di dalam setiap sel,
kecuali sel darah merah dimana zat besi berfungsi khusus mengangkut oksigen.
Sekalipun kalsium merupakan elemen makro namun jumlahnya dalam sel lebih
kecil dibandingkan seng, kecuali di dalam sel tulang. Seng tidak terbatas
fungsinya seperti zat besi dan kalsium.
Fungsi fisiologi yang bergantung pada seng ialah pertumbuhan dan
pembelahan sel, antioksidan, perkembangan seksual, kekebalan seluler dan
humoral, adaptasi gelap, pengecapan serta nafsu makan.21. Peranan biokimia seng
merupakan komponen dari metalloenzymes untuk mempertahankan kelangsungan
berbagai proses metabolisme dan stabilitas membran sel. Fungsi seng dalam
metallo-enzyme ialah katalitik, pengaturan struktural dan non-katalitik15.
Contoh enzim seng yang berfungsi katalitik adalah karbonik anhidrase,
karboksipeptidase, dan aldolase. Hampir 300 jenis enzim seng berhasil
diidentifikasi, misalnya alkohol dehidrogenase, deoxy-ribonucleic acid
polymerase, ribonucleic acid polymerase, alkali fosfatase, laktat dehidrogenase
dan karbopeptidase. Hal ini menunjukkan peranan seng untuk mempertahankan
kelangsungan berbagai proses metabolisme tubuh, menstabilkan struktur
membran sel dan mengaktifkan hormone pertumbuhan 17. Seng terutama
dibutuhkan untuk proses percepatan pertumbuhan; hal ini bukan saja disebabkan
karena efek replikasi sel dan metabolisme asam nukleat, tetapi juga sebagai
mediator dari aktifitas hormon pertumbuhan Pertumbuhan mencit yang diberikan
diet kurang seng akan terhenti dalam 24 jam sebagai akibat menurunnya aktifitas
hormon pertumbuhan.19. Peranan terpenting seng bagi mahluk hidup adalah pada
pertumbuhan dan pembelahan sel. Dengan demikian seng berperan penting dalam
sintesa dan degradasi dari karbohidrat, lemak, protein, asam nukleat dan
pembentukan embrio 22.

14
Seng juga berperan penting dalam system kekebalan dan terbukti bahwa
seng merupakan mediator potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi. Limfo-
penia, konsentrasi dan fungsi limfosit T dan B menurun, menurunnya fungsi
18
lekosit seringkali ditemukan pada penderita defisiensi seng . Meningkatnya
pengertian tentang peranan seng pada tingkat seluler dapat memperbaiki
pemahaman tentang patogenesa dari defisiensi seng dan menyempurnakan cara-
cara mendeteksi defisiensi seng yang ringan. Dapat disimpulkan bahwa seng
bukan saja esensial, tetapi juga yang paling rentan untuk mengalami defisiensi
karena mencakup berbagai proses penting dalam tubuh. Hal ini bearti seng harus
tersedia dalam jumlah yang cukup dalam diet sehari hari. Konsekuensinya apabila
terjadi defisiensi seng gejala-gejala dan kelainan yang dijumpai sangat ekstensif.

2.2.2 Absorbsi dan metabolisme


Jumlah seng dalam tubuh menggambarkan suatu keseimbangan dinamis
antara jumlah seng yang masuk dan yang keluar. Seng diabsorbsi di sepanjang
usus halus dan hanya sebagian kecil saja yang diabsorbsi di lambung dan usus 26
besar. Jejunum merupakan tempat absorbsi yang maksimal, sedangkan kolon tidak
memiliki peranan penting.17
Ligan-ligan dengan berat molekul rendah seperti asam amino dan asam
asam organik lainnya dapat meningkatkan daya larut dan memudahkan absorbsi
seng. Sistein dan metionin meningkatkan kemampuan absorbsi seng dengan cara
membentuk kompleks yang stabil dengan seng. Seng diabsorbsi lebih efisien
dalam jumlah kecil. Seseorang dengan status seng rendah akan mengabsorbsi seng
lebih efisien dibandingkan dengan status seng tinggi.16
Mekanisme seng memasuki sel-sel mukosa belum jelas benar. Konsensus
secara umum mengatakan bahwa absorbsi seng memasuki sel-sel mukosa
melibatkan dua proses kinetik, melalui suatu komponen pembawa dan secara
difusi. Mekanisme melalui pembawa merupakan mekanisme utama. Peningkatan
defisiensi absorbsi seng yang terjadi saat asupan seng rendah lebih disebabkan
peningkatan karena kecepatan transfer seng oleh pembawa melalui membrane
mukosa dibandingkan dengan perubahan afinitas pembawa terhadap seng. Hal ini

15
menimbulkan kesan ada keterlibatan sejumlah reseptor dalam proses absorbsi
seng.15
Setelah masuk ke dalam enterosit, seng diikat oleh suatu protein intestinal
kaya sistein (CRIP/Cystein-Rich Intestinal Protein). Selanjutnya seng dipindahkan
ke metalotionin atau melintasi sisi serosa enterosit untuk berikatan dengan
albumin. Seng dibawa dan terkonsentrasi di hati setelah berpindah dari intestinal
ke sirkulasi porta. Albumin diidentifikasi sebagai protein plasma yang membawa
27 seng ke darah porta. Komponen plasma lain yang mengandung seng adalah 2-
makroglobulin, transferin, dan asam amino khususnya sistein dan histidin.17
Distribusi seng yang telah diabsorbsi ke jaringan ekstrahepatik terutama
terjadi oleh plasma yang mengandung sekitar 3 mg seng atau sekitar 0.1% dari
total seng di dalam tubuh. Seng terikat longgar dengan albumin dan asam amino.
Fraksi ini bertanggung jawab pada transport seng dari hati ke jaringan. Semua
seng yang diabsorbsi diangkut dari plasma ke jaringan sehingga pertukaran seng
dari plasma ke dalam jaringan sangat cepat untuk memelihara konsentrasi plasma
seng yang relatif konstan.17
Seng dikeluarkan dari tubuh melalui tinja, urin, dan jaringan yang terlepas
termasuk kulit, rambut, sel-sel mukosa, pertumbuhan kuku, menstruasi dan
ejakulasi. Jalur utama ekskresi seng adalah melalui tinja (lebih dari 90%).
Beberapa seng dalam tinja berasal dari sekresi endogen. Sekitar 0.5 sampai 0.8 mg
seng dikeluarkan melalui urin setiap harinya. Kehilangan seng melalui permukaan
kulit, keringat, dan rambut hanya sekitar 1-5 mg/hari.19
Pada metabolisme tingkat seluler, diduga ada 4 transporter seng yaitu
ZnT-1, ZnT-2, ZnT-3, dan ZnT-4. ZnT-1 diekspresikan di berbagai jaringan,
termasuk usus, ginjal, dan hati. Ekspresi ZnT-1 di usus banyak dijumpai di
permukaan basolateral dari villi duodenum dan jejunum. ZnT-2 terutama dijumpai
di usus, ginjal, dan testis sedangkan ZnT-3 terbatas pada otak dan testis. ZnT-4
banyak terdapat pada kelenjar payudara dan kemungkinan berhubungan dengan
sekresi seng dalam ASI. Pemberian suplementasi seng pada tikus percobaan
terbukti berhasil menaikkan tingkat mRNA ZnT-1 dan mRNA ZnT-2 di usus 28
halus dan ginjal, sedangkan ekspresi gen ZnT-4 tidak berubah. Absorbsi seng

16
tergantung pada kandungan seng dalam diit dan bioavailabilitas seng. Seng dari
produk hewani merupakan seng yang mudah diserap, sedangkan absorbsi seng
dari produk nabati tergantung pada kandungan seng dari tanah. Bioavailabilitas
seng dari produk nabati sangat menurun bila diberikan bersama fitat, yang
membentuk kompleks tidak larut dengan kation bivalen seperti seng. Seng dalam
ASI diabsorbsi dengan baik di dalam usus halus bayi. Bayi dapat menyerap kira -
kira 80% seng yang terdapat dalam ASI. Diare dapat mengganggu absorbsi seng.
Inhibisi kompetitif antara besi, seng, dan tembaga juga mempengaruhi absorbsi
seng.12,13,14,15

2.2.3 Kebutuhan zinc


Menilai banyaknya seng yang dibutuhkan seseorang adalah sangat penting
karena mencakup banyak faktor yang harus diperhitungkan. Seng tersebar dalam
semua organ, jaringan dan cairan tubuh. Orang dewasa laki-laki dengan berat
badan 70 kg mengandung 2 - 3 g seng; deposito terbesar terdapat dalam otot dan
tulang (lihat tabel1).(8,18)
Kebutuhan seng fisiologis yang sebenarnya adalah banyaknya seng yang
harus diabsorpsi untuk menggantikan pengeluaran endogen, pembentukan
jaringan, pertumbuhan dan sekresi susu. Jadi kebutuhan seng fisiologis tergantung
dari usia dan status fisiologis seseorang.

17
Tabel 2. Penyebaran deposito seng dalam tubuh10
Jaringan Jumlah penyerapan Penyerapan
Otot 1,5 20 - 30
Tulang 0,5 - 0,8 8,0
Kulit dan rambut 0,21 4-6
Hati 0,0 - 0,15 2,0
Saluran pencernaan dan 0,03 0,8
Pankreas 0,02 0,1
Ginjal 0,003 1,6
Limpa 0,04 0,8
Susunan saraf pusat 0,02 < 0,1
Darah 0,003
Plasma 60

Penyerapan seng pada individu sehat bervariasi antara 2 - 41% tergantung


dari jenis makanannya. (14, 21) Nilai absorpsi yang rendah terdapat dalam bahan
makanan yang banyak mengandung sereal, sedangkan yang tinggi berasal dari
daging, susu dan produk-produk kacang kedelai. Absorpsi seng sebagian besar
terjadi di duodenum dan yeyunum proksimal. Sel mukosa usus halus dapat
menyekresi seng ke dalam usus halus atau menyerap seng dan menyalurkannya ke
dalam darah. Seng dalam plasma diangkut oleh albumin (60 - 70%) dan �2
makroglobulin (30-40%). Sejumlah kecil diangkut oleh transferin dan asam amino
bebas. Seng sebagian besar disekresi dalam getah pankreas dan sedikit dalam
empedu; jadi feses merupakan jalan utama ekskresi seng. Molekul kecil yang
membantu absorpsi atau sekresi seng dikenal sebagai metallothioneine.
Pengeluaran seng melalui saluran cerna besarnya 1-2 mg/hari, urine 0,1 - 0,9
mg/24 jam; 0,5 - 1,5 mg/hari melalui keringat, kuku, kulit dan rambut 11,18.
Kebutuhan seng harus memperhitungkan bioavailability dari bahan
makanan yang mengandung seng. Yang dimaksud dengan bioavailability seng
adalah efek dari setiap proses; baik fisik, kimia maupun fisiologis yang
berpengaruh terhadap jumlah seng yang diserap dari bahan makanan sampai
menjadi bentuk biologis yang aktif untuk dapat dimanfaatkan bagi kebutuhan
fungsional.21. Komponen makanan berperan penting terhadap bioavilability seng
karena adanya interaksi antara seng dan komponen-komponen makanan lainnya.

18
Beberapa zat seperti asam sitrat, asam palmitat dan asam pikolinik dapat
meningkatkan penyerapan seng; sedangkan fitat (inositol heksafosfat) dan serat
(selulosa) menghambat absorpsi seng. Salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap bioavailability seng adalah kebutuhan sistemik. Pada diet yang tidak
adekuat tubuh menyesuaikan kebutuhan seng dengan mengubah seng yang
endogen. Keseimbangan (homeostasis) seng dalam tubuh tergantung pada
absorpsi dan ekskresi. Ekskresi seng akan menurun pada defisiensi seng. 19.
Dengan demikian kebutuhan tubuh akan seng tergantung pada pengaturan
diet yang adekuat agar dapat menyediakan seng bagi keperluan berbagai proses
metabolisme dalam tubuh. Berbagai bahan makanan yang merupakan sumber
seng dapat di lihat pada tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Daftar bahan makanan sumber seng17


Jenis makanan Kadar seng (mg/kilogram Basah)
Daging sapi 10 – 43
Daging ayam 7 – 16
Ikan laut (cod) 4
Susu 3,5
Keju 40
Beras 13
Kelapa 5
Kentang 3

Jenis dan cara pengolahan makanan dapat mempengaruhi total masukan


seng dan bioavailability-nya. Susu dan produknya merupakan sumber seng yang
penting bagi bayi dan anak-anak. Air susu ibu mengandung seng lebih sedikit
dibandingkan susu sapi, tetapi bioavailabilitynya lebih baik. Hal ini disebabkan
air susu ibu mengandung protein ligand yang spesifik untuk seng, disamping asam
sitrat, asam palmitat, dan asam picolinic yang dapat meningkatkan absorpsi seng.
Bahan pangan nabati banyak mengandung asam fitat dan serat (selulosa) yang
dapat menghambat absorpsi seng.

19
Rentang antara kebutuhan seng yang dianjurkan dan kadar toksik sangat
lebar sehingga kasus toksisitas akut jarang terjadi. Besarnya masukan seng yang
dianjurkan untuk individu normal setiap hari dapat di lihat pada tabel 4.

Tabel 4. Angka kecukupan seng rata-rata yang dianjurkan per orang per
hari2
Golongan Umur Seng (mg)
0 - 6 bulan 3
7 - 12 bulan 5
1 - 9 tahun 10
10 - 59 tahun 15
> 60 tahun 15
Hamil +5
Menyusui 0 - 6 bulan +10
7 - 12 bulan +10

Kebutuhan akan seng ditentukan oleh proses fisiologis kebutuhan jaringan,


banyaknya seng yang dikeluarkan dari tubuh, dan karakteristik diet seseorang.
Apabila seseorang terkena infeksi maka kebutuhan seng akan meningkat. Angka
kecukupan seng rata-rata yang dianjurkan merupakan kadar yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan seseorang yang sehat. Beberapa garam seng dapat
dimanfaatkan untuk preparat oral dengan efektifitas sama, ialah seng sulfat, seng
glukonat dan seng asetat. Setiap mg elemen seng setara dengan 4,4 mg ZnSO4. 7
H2O; 7 mg seng glukonat dan 2,8 mg seng asetat (anhidrous). Dosis yang dapat
menimbulkan muntah-muntah besarnya 225 - 450 mg elemen seng dan keracunan
dapat terjadi pada dosis tersebut. Gejala-gejala keracunan seng melalui saluran
pencernaan ialah rasa mual, muntah-muntah, nyeri perut, diare, dan demam.5.
Pada umumnya seseorang harus waspada terhadap kemungkinan
terjadinya defisiensi seng. Kelompok yang rentan defisiensi seng ialah mereka
yang sedang dalam masa pertumbuhan, reproduksi atau penyembuhan. Berbagai
keadaan yang merupakan faktor predisposisi terjadinya defisiensi seng adalah
asupan dan absorpsi seng tidak adekuat, pengeluaran berlebihan dan penggunaan
yang meningkat (lihat table 5). 2.

20
Tabel 5. Berbagai keadaan predisposisi defisiensi seng
Asupan dan Absorpsi Pengeluaran Berlebihan Penggunaan Meningkat
tidak adekuat
- Malnutrisi - status katabolic - penyakit neoplasma
- vegetarian - gagal ginjal, dialisis - sintesa jaringan
infeksi intestinal ginjal dan pengobatan - masa penyembuhan
(bakteri, protozoa, diuretika
helminths) - kehilangan dan
- interaksi nutrisi dengan hemolisis darah kronik
komponen diet dan obat- (talasemia, sickle cell)
obatan - dermatitis eksfoliatif
- malabsorpsi
-akrodermatitis
enteropatika
- penyakit-penyakit hepar
- enteropati, radang usus
- obstruksi biliaris

Parameter yang banyak digunakan untuk menetapkan status seng ialah 1)


konsentrasi seng plasma atau serum, 2) konsentrasi seng eritrosit, 3) konsentrasi
seng lekosit dan netrofil, 4) konsentrasi seng rambut, 5) konsentrasi seng urine, 6)
konsentrasi seng air liur, 7) uji ketajaman pengecapan, 8) keseimbangan
metabolism seng, 9) studi isotop, 10) respons pertumbuhan dan perkembangan
seksual terhadap suple-mentasi seng, 11) enzim yang tergantung pada seng,
misalnya aktifitas alkali fosfatase 6. Konsentrasi seng dalam serum/plasma yang
paling sering digunakan sebagai parameter untuk menetapkan status seng
seseorang karena mudah dilakukan dan cukup akurat. Namun demikian indeks
tersebut mempunyai beberapa keterbatasan.
Parameter tersebut hanya dapat digunakan bila serum tidak mengalami
hemolisa atau terkontaminasi serta tidak adanya infeksi. Parasitemia seringkali
dijumpai di Negara berkembang dan keadaan ini merupakan faktor pengganggu
21
dalam menginterpretasikan konsentrasi seng dalam plasma. Bahkan dalam
keadaan defisiensi seng yang berat, konsentrasi seng dalam plasma kemungkinan
tidak mengalami penurunan; hal ini akibat proses katabolisme jaringan. Misalnya
seorang dewasa, proses katabolisme 10 gram otot dengan asumsi mengandung 40
μg/gr seng berat basah dapat melepaskan seng yang cukup untuk mempertahankan
konsentrasi seng plasma dalam batas normal (1). Konsentrasi seng dalam serum
umumnya 5-15% lebih tinggi dari plasma karena adanya seng yang dilepaskan
10
oleh trombosit dan eritrosit pada waktu darah membeku . Namun, Chen dkk
pada penelitiannya membuktikan bahwa konsentrasi seng dalam plasma dan
serum tidak berbeda secara bermakna. Pemeriksaan seng dalam granulosit dan
limfosit memberikan hasil yang lebih baik untuk mendiagnosa defisiensi seng
yang marginal dibandingkan seng dalam plasma 22.Tabel 6 memperlihatkan nilai
rujukan (reference value) konsentrasi seng di berbagai cairan dan jaringan tubuh
yang dianjurkan WHO. 22.
Tabel 6. Nilai rujukan konsentrasi seng
Jaringan/cairan tubuh Nilai
Susu ibu 1000 - 2000 μg/l
darah (whole blood) 6000 - 7000 μg/l
serum 800 - 1100 μg/l
urine 400 - 600 μg/hari
rambut 150-250 mg/kg
Pengukuran konsentrasi seng dalam rambut untuk mendeteksi defisiensi
seng dapat dipakai pada studi di lapngan, tetapi mempunyai keterbatasan. Hal ini
dibuktikan pada percobaan hewan yang kekurangan seng; terjadi suatu paradoksal
yaitu konsentrasi seng rambut justru meningkat. Jadi cara terbaik untuk menilai
kemungkinan defisiensi seng adalah penafsiran hasil pemeriksaan konsentrasi
seng dilakukan bersamaan dengan keadaan klinis, metabolic penderita dan
melakukan pemantauan respons fisik dan biokimia terhadap suplementasi seng.
(2). Sejumlah penelitian di berbagai negara menunjukkan adanya defisiensi seng
dan belum ditemukan parameter yang sensitif dan spesifik untuk mendeteksi
8
defisiensi seng. Namun Hambigde dkk. telah melakukan penelitian dengan
menggunakan teknik zinc stabelisotope (67Zn, 68Zn dan 70Zn) untuk
22
mengidentifikasi populasi yang mempunyai risiko untuk terjadinya defisiensi
seng.
Teknik ini dapat memberikan informasi tentang efektifitas absorpsi seng di
usus, status seng dan bioavailability berbagai diet seng. Defisiensi seng pada
manusia pertama kali dijumpai pada penderita sebagai komplikasi sirosis hepatis
18
akibat alcohol pada tahun 1956. . Pada tahun 1958, di Iran pertama kali
didapatkan anak-anak menderita defisiensi seng akibat kelainan gizi. Sejak saat itu
penemuan-penemuan defisiensi seng dilaporkan di berbagai negara 10. Defisiensi
seng dapat terjadi karena (a) pemasukan berkurang, (b) absorpsi berkurang,
(c)meningkatnya perusakan, (d) meningkatnya pengeluaran, (e) utilisasi berkurang
dan (f) kebutuhan meningkat. Defisiensi seng akibat kelainan primer absorpsi
seng ditemukan pada penderita akrodermatitis enteropatika (genetic predisposisi)
dengan gejala-gejala dermatologik, oftalmologik, gastrointestinal dan
neuropsikiatrik. Pemilihan diet yang rendah seng dapat terjadi karena factor
budaya, sosial ekonomi atau motivasi lainnya yang dapat mengakibatkan
terjadinya defisiensi seng. Pengeluaran seng yang berlebihan dapat terjadi sebagai
akibat perdarahan, pengeluaran keringat yang banyak, diuresis meningkat atau
pengeluaran melalui tinja yang meningkat. Manifestasi defisiensi seng pada
manusia sangat bervarisi, pada defisiensi yang ringan gejala-gejala yang
ditemukan adalah anoreksi, kulit kering dan oligospermia. Pada anak-anak gejala
yang paling menonjol adalah pertumbuhan yang terhambat (growth retardation).
Evans (1986) membagi defisiensi seng dalam dua kelompok besar yaitu ringan
dan berat, yang gejala-gejalanya terlihat pada tabel 7. 6.

Tabel 7. Gejala-gejala defisiensi seng


Defisiensi Seng Ringan Defisiensi Seng Berat
Oligospermia alat-alat kelamin mengecil
dermatitis infeksi
pertumbuhan terhambat diare
penyembuhan luka terlambat perubahan neurologis
gangguan adaptasi gelap kematian

23
perubahan emosi

2.2.4 Peran Zinc Terhadap Kehamilan

Ibu hamil rawan terhadap kekurangan zat gizi lain seperti vitamin A,
iodium, dan zinc. Kekurangan zat-zat gizi ini secara bersama-sama dapat
membawa dampak yang lebih serius baik bagi ibu yang terancam keselamatannya
selama kehamilan, proses persalinan dan masa nifas maupun bagi bayi yang
dikandungnya 9. Dalam sebuah survei cross-sectional di pedesaan Jawa Barat,
Indonesia, 155 ibu menyusui dan bayi mereka yang sehat dinilai secara
antropometrik dan diperiksa darah, urine, dan ASI. Diperoleh hasil yaitu
kekurangan vitamin A marjinal ditemukan pada 54% dari bayi dan 18% dari ibu.
Lebih dari 50% ibu dan bayi menderita anemia dan 17% bayi dan 25% ibu
menderita defisiensi zinc. Ada keterkaitan yang kuat antara status gizi mikro ibu
dan bayi dan konsentrasi retinol dan β-karoten dalam ASI5.
Defisiensi zinc selama menyusui dapat terjadi bahkan pada bayi yang
diberi ASI. Cadangan zinc yang terakumulasi selama perkembangan janin
merangsang kerentanan bayi terhadap defisiensi zinc. Perbaikan pada status zinc
ibu selama kehamilan adalah kunci untuk mendukung status zinc pada bayi dan
mencegah konsentrasi zinc yang rendah pada ASI 5.Manifestasi defisiensi zinc
mulai dari peningkatan insiden keparahan infeksi, hambatan pertumbuhan dan
perkembangan anak-anak, komplikasi kehamilan, kelahiran bayi dengan BBLR,
ketuban pecah dini, partus lama, kelahiran kurang bulan, dan peningkatan
mortalitas perinatal. Defisiensi zinc ditemukan memperburuk efek klinis dari
4,5
kekurangan vitamin A . Bates, dkk (1981) menyatakan bahwa zinc berperan
penting dalam metabolisme protein dan sangat diperlukan untuk pemeliharaan
tingkat normal transportasi protein dan mendukung dugaan bahwa defisiensi zinc
dapat mengubah ketersediaan nutrisi lain seperti vitamin A atau besi melalui efek
pada transportasi protein.
Defisiensi zinc pada ibu hamil mengakibatkan persalinan lama, retardasi
pertumbuhan janin intra uteri, teratogenik, dan kematian pada janin. Defisiensi

24
zinc juga berperan penting pada metabolisme protein yang berperan sebagai alat
transportasi zat-zat gizi seperti vitamin A. Defisiensi vitamin A pada ibu hamil
mengakibatkan meningkatnya prevalensi prematuritas dan retardasi pada janin.
Defisiensi zinc dan vitamin A bersama-sama dapat membawa dampak yang lebih
serius baik bagi ibu maupun bagi janin.
Defisiensi zinc maternal dapat mengganggu fungsi normal tropoblast,
komponen yang berasal dari embrionik pada plasenta yang berperan dalam
implantasi, produksi dan sekresi hormone. Disfungsi dari tropoblast dihubungkan
dengan perkembangan fetus yang terganggu, dan gangguan lain seperti aborsi
spontan, prolonged gestation, berat badan lahir rendah, dan komplikasi lainnya
pada kelahiran. Malformasi yang berkaitan dengan defisiensi zinc diantaranya
abnormalitas fungsi mata dan otak, bibir sumbing dan palatum, dan abnormalitas
pada jantung, paru, dan system urogenital12.
Fetus pada ibu hamil yang mengalami defisiensi zinc dapat menunjukkan
retardasi mental dan abnormalitas skeletal. Selain itu, dapat menyebabkan
perkembangan postnatal yang terganggu dan efek laten yang dapat bertahan
seumur hidup. Bayi dengan defisiensi zinc secara umum memiliki morbiditas
tinggi yang ditandai dengan rickets, anemia, dystrophy, dermatitis atopic dan
beberapa tipe alergi, dan gangguan pencernaan serta meningkatkan kerentanan
terhadap infeksi.
Defisiensi zinc juga berpengaruh pada perkembangan central nervous system
(CNS). Disfungsi CNS merupakan manifestasi klinis pada kebanyakan
acrodermatitis enteropathica dan defek genetic yang berhubungan dengan sindrom
defisiensi zinc. Defisiensi zinc juga berpengaruh pada kognitif anak, seperti
gangguan motorik, perkembangan lokomotif, berbicara, dan kemampuan
orientasi.5

25
BAB III
Kesimpulan

Pada kehamilan terjadi perubahan fisik dan psikologis ibu yang


membutuhkan kecukupan nutrisi sebelum, selama dan setelah kehamilan.
Perubahan fisik meliputi penambahan berat badan, perubahan metabolisme
karbohidrat, lemak, protein, dan mineral. Agar kebutuhan janin dapat tercukupi
dengan baik, keadaan gizi ibu pada waktu konsepsi harus sudah berada dalam
keadaan gizi yang baik.

Nutrisi merupakan salah satu aspek penting dalam kehamilan


Pertumbuhan embrio-janin dari awal pembentukkannya bergantung pada makanan
dari ibu. Nutrisi yang dibutuhkan dalam kehamilan seperti kalori, protein,
mineral-mineral, termasuk zat besi ,kalium, natrium, iodium, fosfor, zinc. Selain
itu juga dibutuhkan vitamin A, B6, B12, D dan asam folat.

Tidak hanya masalah fisik yang berhubungan dengan nutrisi yang buruk
selama kehamilan, namun juga bisa mengakibatkan terjadinya gangguan
neurologis, bisa mengakibatkan juga timbulnya kelainan bawaan pada bayi yang
akan dilahirkan. Oleh karena itu makanan ibu hendaklah mengandung jumlah dan
mutu gizi yang baik.

Selain itu terdapat juga masalah yang berhubungan dengan diet pada ibu
hamil,seperti mual muntah, nafsu makan, konstipasi, anemia, diabetes gestasional,
dan gangguan hipertensi. Kondisi tersebut juga mempengaruhi asupan nutrisi pada
ibu hamil. Oleh karena itu dengan memperbaiki jumlah dan mutu makanan
sewaktu hamil secara langsung akan meningkatkan berat badan bayi yang akan
dilahirkan dan secara tidak langsung menyokong pertumbuhan sel-sel otak bayi
agar dapat berkembang secara optimal.

26
Daftar Pustaka

1. ACC/SCN. 1997. Stunting and young child development. In: Third Report
on the World Nutrition Situation. United Nations Administrative
Committee on Coordination/ Sub-Committe on Nutrition, Geneva,
Switzerland
2. Amarita, Tatang SF. 2004. Analisis situasi gizi dan kesehatan masyarakat
dalam prosiding Widya Karya Pangan Nasional VII. Ketahanan pangan di
era otonomi daerah dan globalisasi didukung oleh organisasi profesi di
bidang pangan dan gizi (PERSAGI, PERGIZI-PANGAN, PDGMI). editor.
Jakarta : LIPI.
3. Aritonang E, 2010. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil. IPB press kampus IPB
Taman Kencana Bogor
4. DEPKES RI. (2010). Rencana Strategis Kementrian Kesehatan tahun 2010
– 2014
5. Dijkhuizen, MA dan Wieringa FT. (2001). Vitamin A, Iron and Zinc
Deficiency in Indonesia. Micronutrient interactions of Effects
Supplementation. Wagenigen University.
6. Evans GW. 1986. Zinc and its deficiency diseases. Clin Physiol Biochem
4:94-8.
7. FAO/WHO/UNU. 2001. Human Energy Requirement. FAO/WHO/UNU,
Rome
8. Garrow JS & James WPT 1993. : Human nutrition and dietetics. Edinburg
: Churil Living-stone188- 95.
9. Hadi. 2005. Beban Ganda Masalah Gizi dan Impikasinya terhadap
kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional. Disampingkan pada Rapat
terbuka majelis Guru Besar Universitas Gadjah mada. Yogyakarta.
10. Jackson MJ. 1989. Physiology of zinc : general aspect. Dalam Mills CF
ed. Zinc in human biology. London : Springer-Verlag 1-14.
11. Moctar Rustam, 2011. Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi Jilid 1. Jakarta :
12. Mora, J. O. and Nestel, P. S. 2000. Improving Prenatal Nutrition in
Developing Countries: Strategies, Prospects, and Challenges. 71 (Suppl):
1353S1363S.

27
13. Muhimah, N. A dan Safe’i. 2010. Panduan Lengkap Senam sehat Khusus
Ibu Hamil. Yogyakarta:
14. Prawirohardjo,S., 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
15. Prasad AS, Halsted JA, Nadim M. 1961. Syndrome of iron deficiency,
anemia, hepatosplenomegali hypogonadism, dwar-fism and geophagia.
Am J Med 31:532
16. Saifuddin, A B., 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
17. Sandström B. 1989. Dietary pattern and zinc supply. Dalam Mills CF ed.
Zinc in human biology. London : Springer-Verlag 351-63.
18. Shankar AH, Prasad AS. 1998. Zinc and immune function : the biological
basis of altered resistance to infection. Am J Clin Nutr 68(suppl):447S-
63S.
19. Shrimpton R. 1993. Zinc deficiency is it widespread but under-recognized.
SCN News 9:24-7.
20. Simanjuntak, D. H., & Sudaryati, E. (2005). Gizi pada Ibu Hamil dan
Menyusui. Universitas Sumatera Utara, 79-82.
21. Solomons NW. 1993. Zinc. Dalam : Macrae R, Robinson RK, Sadler MJ,
eds. Encyclopedia of food science, food technology and nutrition, vol. 7.
London : Academic Press 4980-94.
22. Swaggett PJ. Comerford JG. 1995. Zinc and human health. London. Nutr
Rev 53. (9):S16-S22.

28

Anda mungkin juga menyukai