PENDAHULUAN
1
Abortus dapat dibagi menjadi abortus spontan dan abortus provokatus. Abortus
spontan merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan atau terjadi secara
spontan. Abortus provokatus adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu
akibat tindakan baik menggunakan alat maupun obat-obatan. Dan abortus imminens
termasuk abortus spontan.
Abortus habitualis adalah abortus yang terjadi berulang tiga kali secara berturut-
turut. Kejadiannya sekitar 3-5%. Data dari beberapa studi menunjukkan bahwa
setelah 1 kali abortus spontan, pasangan punya resiko 15% untuk mengalami
keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali, risikonya akan meningkat 25%.
Beberapa studi meramalkan bahwa risiko setelah 3 abortus berurutan adalah 30-45
%.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi
Definisi abortus (aborsi) adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun
sebelum janin bertahan hidup. Definisi lain yang sering digunakan adalah ancaman
atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.
Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau beratnya kurang dari
500 gram.
Abortus inkomplitus adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri
dan masih ada yang tertinggal.
2.2 Etiologi
Lebih dari 80 persen abortus terjadi pada 12 minggu pertama. Penyebab
abortus bervariasi dan sering diperdebatkan. Umumnya lebih dari satu penyebab.
Penyebab terbanyak diantaranya adalah sebagai berikut:
- Faktor Genetik.
- Kelainan kongenital uterus.
- Autoimun
- Defek fase luteal
- Infeksi
- Hematologic
- Lingkungan
2.3 Klasifikasi Abortus
1. ABORTUS SPONTAN
Apabila abortus terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan
uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang digunakan
adalah keguguran (miscarriage).
3
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor
mekanis ataupun medialis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
Biasanya disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
4
Pemeriksaan vagina pada kelainan ini memperlihatkan dilatasi ostium serviks
dengan bagian kantong konsepsi menonjol. Hasil pemeriksaan USG mungkin
didapatkan jantung janin masih berdenyut, kantong gestasi kosong (5-6,5 minggu),
uterus kosong (3-5 minggu) atau perdarahan subkhorionik banyak di bagian bawah.
Kehamilan biasanya tidak dapat dipertahankan lagi dan pengeluaran hasil konsepsi
dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum disusul dengan
kerokan.
3. Abortus Komplit
Adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum usia kehamilan kurang dari 20
mingguatau berat badan kurang dari 500 gram dan masih terdapat hasil konsepsi
yang tertinggal di dalam uterus.
Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, osteum uteri telah menutup, uterus
sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit. Besar uterus tidak sesuai dengan
kehamilan. Pemeriksaaan tes urin kehamilan biasanya masih positif sampai 7-10 hari
setelah abortus.
Pengelolaan penderita tidak memerlukan tindakkan khusus ataupun
pengobatan. Biasanya hanya diberi roboransia atau hematenik bila keadaan pasien
memerlukan. Uterotonika tidak perlu diberikan.
4. Abortus Inkomplet
Pada abortus yang terjadi pada umur kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang
dari 500 gram, sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada
yang tertinggal. Kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum
uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum. Perdarahannya biasanya masih
banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan
sebagian placental site masih terbuka sehingga perdarahan masih terus berjalan.
Pengelolaan pasien harus diawali dengan perhatian terhadap keadaan umum dan
mengatasi gangguan hemodinamik yang terjadi kemudian dilakukkan tindakan
5
kuretase. Pemeriksaan USG hanya dilakukkan bila kita ragu dengan diagnosis secara
klinis.
5. Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam kandungan
sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam
kandungan.
Penderita missed abortion biasanya tidak merasakan keluhan apa pun kecuali
merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan. Bila
kehamilan diatas 14 minggu sampai 20 minggu penderita justru merasakan rahimnya
semakin mengecil dengan tanda-tanda kehamilan sekunder pada payudara mulai
menghilang.
Pada pemeriksaan USG akan didapatkan uterus mengecil, kantong gestasi yang
mengecil, dan bentuknya tidak beraturan disertai gambaran fetus yang tidak ada
tanda tanda kehidupan.
Pengelolaan missed abortion perlu diutarakan kepada pasien dan keluarga pasien
secara baik karena resiko tindakan operasi dan kuretase ini dapat menimbulkan
komplikasi perdarahan atau tidak bersihnya kuretase dalam sekali tindakan. Pada
kehamilan kurang dari 12 minggu tindakan evakuasi dapat dilakukan secara
langsung dengan melakukan dilatasi dan kuretase bila serviks uterus memungkinkan.
Bila umur kehamilan diatas 12 minggu atau kurang dari 20 minggu dengan keadaan
serviks uterus yang masih kaku dianjurkan untuk melakukan induksi terlebih dahulu
untuk mengeluarkan janin atau mematangkan kanalis servikalis.
6. Abortus Rekuren(Habitualis)
Abortus spontan berturut-turut selama tiga kali atau lebih. Penyebab abortus rekuren
selain faktor anatomis banyak mengkaitkan dengan reaksi imunologik yaitu
kegagalan reaksi terhadap antigen lymphocyte trophoblast cross reactive (TLX).
Bila reaksi terhadap antigen ini rendah atau tidak ada akan terjadi abortus.
6
Salah satu penyebab yang sering dijumpai ialah inkompetensia serviks yaitu keadaan
dimana serviks uterus tidak dapat menerima beban untuk tetap bertahan menutup
setelah kehamilan melewati trimester pertama, dimana ostium serviksakan
membuka(inkompeten) tanpa disertai rasa mules/ kontraksi rahim dan akhirnya
terjadi pengeluaran janin.
2. ABORTUS PROVOKATUS
Abortus provokatus adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat
tindakan baik menggunakan alat maupun obat-obatan. Jenis abortus provokatus
dibagi berdasarkan alasan melakukan abortus adalah :
- Abortus terapeutik adalah abortus provokatus yang dilakukan atas indikasi medis
7
2.4. Patofisiologi
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian
embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi plasenta
yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya
kontraksi uterus dan mengawali adanya proses abortus.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu
Embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi
chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto, meskipun sebagian dari hasil
konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servikalis. Perdarahan
pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi.
Pada kehamilan 8-14 minggu
Mekanisme di atas juga terjadi dan diawali dengan pecahnya selaput ketuban telebih
dahulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih
tertinggal dalam cavum uteri. Jenis ini sering menimbulkan perdarahan pervaginam
banyak.
Pada kehamilan minggu ke 14-22 :
Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa
saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga
8
menimbulkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam banyak.
Perdarahan pervaginam umumnya lebih sedikit namun rasa sakit lebih menonjol .
2.5 Diagnosa
Diagnosis abortus inkomplit ditegakkan berdasarkan :
a. Anamnesa:
- Adanya amenore pada masa reproduksi
- Perdarahan pervagina disertai jaringan hasil konsepsi
- Rasa sakit atau keram perut di daerah atas simpisis
b. Pemeriksaan Fisis :
- Abdomen biasanya lembek dan tidak nyeri tekan
- Pada pemeriksaan pelvis, sisa hasil konsepsi ditemukan di dalam uterus, dapat
juga menonjol keluar, atau didapatkan di liang vagina.
- Serviks terlihat dilatasi dan tidak menonjol.
- Pada pemeriksaan bimanual didapatkan uterus membesar dan lunak.
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium berupa tes kehamilan, hemoglobin, leukosit, waktu
bekuan, waktu perdarahan, dan trombosit.
2. Pemeriksaan USG ditemukan kantung gestasi tidak utuh, ada sisa hasil konsepsi.
9
4. Pemeriksaan kadar progesteron serum
5. USG (Saifudin, 2002)
2.7 Komplikasi
Komplikasi yang berbahaya pada abortus
a. Perdarahan
Dapat di atasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu
pemberian transfuse darah, kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak di berikan pada waktunya.
b. Perforasi uterus
Dapat terjadi perforasi pada kerokan terutama pada uterus dalam posisi retrofleksi,
jika terjadi perforasi harus segera di lakukan laparatomi.
c. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus. Lebih sering di
temukan pada abortus inkompletus dan abortus buatan yang tanpa memperhatikan
aseptik dan aniseptik.
d. Syok
Keadaan syok dapat di timbulkan oleh bermacam-macam sebab yang terbanyak
adalah syok hipovolemik yaitu adanya kekurangan volume darah yang beredar
akibat perdarahan atau dehidrasi.
10
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan
berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau misoprostol 400 mcg per
oral.
2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan :
Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi
dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak
tersedia.
Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per
oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
3. Jika kehamilan lebih 16 minggu:
Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam
fisiologik atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi
ekspulsi hasil konsepsi.
Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).
Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
4. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
Penyulit :
1. Syok hemoragik anemia
2. Perforasi uterus.
3. Infeksi sebelum /sesudah tindakan kuret
Informed Concent :
Tertulis untuk tindakan kuretase
Lama Perawatan :
Pasca kuretase pasien tidak perlu dirawat kecuali ada komplikasi
11
BAB 3
ILUSTRASI KASUS
1. Identitas pasien
Umur : 37 tahun
2. Anamnesa
Seorang pasien masuk kamar bersalin RSUD kota dumai pada tanggal 29 februari
2016 jam 02.00 wib
Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 10 jam yang lalu.
Darah yang keluar mengalir dan banyak. Pasien mengatakan bahwa di rumah sudah
keluar gumpalan daging, perut terasa mules dan nyeri. Pasien juga mengeluhkan
lemas dan pusing . pasien hamil kelima HPHT : ? November 2015
12
Riwayat hamil muda
- Mual (+)
- Muntah (+)
- Pusing (+)
Riwayat pre Natal Care
Riwayat haid
Teratur, lama 7 hari, nyeri berlebihan saat menstruasi tidak ada. Siklus 28 hari
Riwayat KB
Tidak ada
Riwayat perkawinan
Pasien menikah saat usia 20 tahun, ini pernikahan yang pertama, dan lama
pernikahan sudah 9 tahun
13
3. Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat hipertensi (-)
- Riwayat DM (-)
- Riwayat asma (-)
- Riwayat alergi (-)
3. Pemeriksaan fisik
Status generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Vital sign : TD = 90/70 mmHg R = 20 x/menit
N = 78 x/menit T = 36,7 oC
- Gizi : Baik
- Edema : (-/-) Sianosis : (-/-) Anemis : (-/-) Kepala : (-/-)
- Kepala : DBN
- Mata : DBN, Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
- Hidung : DBN, Septum nasi tidak deviasi, secret (-)
- Telinga : DBN, Tidak terdapat deformitas, secret (-)
- Mulut : DBN
- Leher : DBN, pembesaran KGB (-), peningkatan JVP (-)
- Thorak :
Paru-paru : I : Pergerakan dinding dada simetris,
penggunaan otot bantu pernafasan (-)
14
Pa : Vokal fremitus simetris kanan dan kiri
Pr : Sonor pada kedua lap. Paru
Au : Vesikuler (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
Jantung : I : Ictus cordis idak terlihat
Pa : Teraba pulsasi ictus cordis di ICS V, linea
midclavicula sinistra
Pr : Batas jantung kanan ICS III, IV, V linea
parasternal dekstra
Batas jantung kiri ICS V linea
midclavicula sinistra
Au : BJ dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
- Abdomen : I : Perut cembung, striae (-)
Per : Timpani
Pa : Nyeri tekan (-), Nyeri lepas (-)
Au : Bising usus (+) normal
- Ekstremitas : Superior : Akral hangat, edema (-/-), CRT < 2
Inferior : Akral hangat, edema (-/-), CRT < 2
Status obstetrikus
- Muka : Cloasma gravidarum (-)
- Mammae : Tidak ada kelainan, pembengkakan (-), massa (-), agak
tegang, konsistensi kenyal, nipple discharge (-)
- Genitala eksterna
Inspeksi/ palpasi : V/U tenang, pembengkakan (-), nyeri (-), perdarahan
aktif (-)
- Genitalia interna/ pemeriksaan dalam
Inspekulo : Tidak dilakukan
- VT/Bimanual palpasi
Panggul dalam : Tidak dilakukan
15
4. Pemeriksaan penunjang
- Laboratorium
Darah rutin : Hb : 11,1
Leukosit : 11.600
Hematokrit : 29%
Trombosit : 190.000
Kimia darah SGOT : 14 u/l
SGPT : 13u/l
Fungsi ginjal ureum : 17 mg/dl
Kreatinin : 0,5 mg/dl
- USG : (85,8x66,7x65,3) anjuran kuret tapi os menolak
5. Diagnosa
G5P3A1H3 gravid 13-14 +abortus inkomplit
6. Terapi
- IVFD Rl 20 gtt
- Gastrul 3x1/2 tab
- Pct 3x1 tab
- Amoxsilin 3x1 tab
16
BAB IV
KESIMPULAN
Seorang Ny nuri handayani, 32 tahun, datang dengan keluhan keluar darah dari jalan
lahir sejak 10 jam yang lalu. Darah yang keluar mengalir dan banyak. Pasien
mengatakan bahwa di rumah sudah keluar gumpalan daging, perut terasa mules dan
nyeri. Pasien juga mengeluhkan lemas dan pusing . pasien hamil kelima HPHT : ?
November 2015 berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang diagnosa pasien ini adalah G5P3A1H3 gravid 13-14 minggu+abortus
inkomplit.
17
DAFTAR PUSTAKA
18