PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang tidak profesional dan untuk melindungi profesi dalam menjalankan praktek
2009 tentang Rumah Sakit, disebutkan bahwa setiap tenaga kesehatan yang
bekerja di Rumah Sakit harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan rumah sakit, standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi,
yang meliputi: pelayanan farmasi non klinik (manajerial) dan pelayanan farmasi
1
2
klinik. Dispensing sediaan steril merupakan salah satu bentuk pelayanan farmasi
dispensing steril harus dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit dengan teknik
aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan melindungi petugas
obat. Salah satu kegiatan dispensing steril adalah penanganan sediaan sitostatika
data WHO tahun 2013, insiden kanker meningkat dari 12,7 juta kasus tahun 2008
menjadi 14,1 juta kasus tahun 2012. Sedangkan jumlah kematian meningkat dari
7,6 juta orang tahun 2008 menjadi 8,2 juta pada tahun 2012. Kanker menjadi
orang dan 17 juta di antaranya meninggal akibat kanker, terlebih untuk negara
insiden kanker payudara sebesar 40 per 100.000 perempuan, kanker leher rahim
Sakit 2010, kasus rawat inap kanker payudara 12.014 kasus (28,7%), kanker leher
3
rahim 5.349 kasus (12,8%). Berdasarkan data statistik tersebut, maka obat
kesehatan baik untuk pengobatan kanker maupun kondisi medis lainnya seperti
aksinya pada reproduksi sel. Kemampuan obat sitostatika untuk merusak dan
membunuh sel-sel sangat penting dalam pengobatan kanker, tetapi juga dapat
sitostatika selama pekerjaan tersebut (Public Health and Clinical Systems, 2012).
Menurut National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) 2004
dan Guideline Safe Handling of Cytotoxic Drugs and Related Wastes: Guidelines
for South Australian Health Services 2012, bekerja dengan atau dekat dengan
tempat kerja (Nguyen, dkk; 1982; McDiarmid, dkk; 1992). Hasil studi yang
2006). Sementara, dalam hasil studi Harrison (2001) melaporkan bahwa ada enam
pemaparan obat kanker kedalam tubuh dapat melalui inhalasi (terhirup pada saat
(kemungkinan masuk jika tertelan) (Kemenkes RI, 2009). Atas dasar hal tersebut,
maka penanganan sediaan sitostatika yang aman perlu dilakukan secara disiplin
dan hati-hati untuk mencegah risiko yang tidak diinginkan, karena sebagian besar
meningkat dan besarnya potensi resiko paparan terhadap petugas yang menangani
sediaan sitostatika, maka perlu penanganan sediaan sitostatika yang sesuai dengan
standar dan pedoman yang mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit dan Buku
Sediaan Steril menurut Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen
RSUP Dr.Sardjito merupakan rumah sakit negeri kelas A dan telah memiliki
sakit rujukan tertinggi untuk daerah DIY dan Jawa Tengah bagian Selatan. Oleh
karena itu, peneliti ingin mengetahui gambaran dan faktor yang menjadi kendala
B. Rumusan Masalah
Sardjito?
2. Faktor apa saja yang menjadi kendala dalam penerapan penanganan sediaan
C. Tujuan Penelitian
Sardjito.
D. Manfaat Penelitian
sitostatika.
2. Bagi rumah sakit: diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi kinerja apoteker
peneliti serta menjadi bahan acuan dan inspirasi untuk peneliti selanjutnya.
E. Tinjauan Pustaka
tingkat mutu yang relevan terhadap sesuatu yang akan dinilai. Dengan
menjelaskan:
kesehatan harus sesuai dengan bidang keahlian dan atau kewenangan dari
yang merupakan salah satu tenaga kesehatan, maka hak dan kewajiban
(Siregar, 2003).
c. Rekonsiliasi obat;
e. Konseling;
f. Visite;
b. Meminimalkan resiko;
c. Meminimalkan biaya;
setiap saran atau tindakan yang dilakukan, dan menjadi mitra serta
b. Kondisi lingkungan
area dispensing harus didesain dengan tepat dan sesuai dengan alur kerja,
temperatur yang nyaman. Selain itu area kerja harus bersih dan teratur
d. Beban kerja
Rasio antara beban kerja dan SDM yang cukup penting untuk mengurangi
e. Edukasi Staf
Meskipun edukasi staf merupakan cara yang tidak cukup kuat dalam
utama dalam pendekatan dari faktor manusia, yaitu active failure dan latent
failure:
a. Active failure
samping.
1) Action slips
2) Cognitive failures
pemeriksaan
3) Violations
11
b. Latent failure
Dikatakan laten failure bila kesalahan yang terjadi akibat system yang
keliru, seperti beban kerja yang tinggi, lingkungan yang tidak nyaman
dapat dihubungkan secara langsung kepada staf yang terlibat. Semua insiden
rangkaian perubahan bentuk obat dari kondisi semula menjadi produk baru
dengan proses pelarutan atau penambahan bahan lain yang dilakukan secara
daerah aseptis dari alat kesehatan, sediaan obat, atau petugas sehingga
untuk:
dibutuhkan;
berikut:
1) Apoteker
aseptis.
2009).
1) Ruangan
b) Jenis ruangan
2) Peralatan
14
steril meliputi :
sebagai :
sediaan steril :
secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai kebutuhan pasien oleh tenaga
c. HEPA filter;
perlu dilakukan secara disiplin dan hati-hati untuk mencegah risiko yang
obat ini. Adapun mekanisme terpaparnya obat kanker ke dalam tubuh adalah:
RI, 2009).
17
a. Penyiapan
prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, rute dan waktu pemberian)
jelas/tidaklengkap.
b. Pencampuran
digunakan.
70%.
11) Memberi label yang sesuai pada setiap infus dan spuit yang sudah
12) Membungkus dengan kantong hitam atau aluminium foil untuk obat-
pembuangan khusus.
14) Memasukan infus untuk spuit yang telah berisi sediaan sitostatika ke
15) Mengeluarkan wadah untuk pengiriman yang telah berisi sediaan jadi
c. Cara Pemberian
19
2) Injeksi bolus
3) Infus
(continuous).
per dosis.
parenteral.
4) Injeksi intratekal
5) Injeksi subkutan
d. Penanganan tumpahan
kantong tersebut.
kantong tersebut.
pertama.
n) Cuci tangan.
sarungtangan baru.
buangan.
e) Ulangi pencucian 3 x.
i) Cuci tangan.
d) Jika kulit tidak sobek, seka area dengan kassa yang dibasahi
h) Laporkan ke supervisor.
a) Minta pertolongan.
c) Bilas mata dengan air mengalir dan rendam dengan air hangat selama
5 menit.
d) Letakkan tangan di sekitar mata dan cuci mata terbuka dengan larutan
NaCl 0,9%.
h) Laporkan ke supervisor.
23
3) Tertusuk jarum
c) Jika perlu gunakan spuit baru dan jarum bersih untuk mengambil obat
hangat.
h) Laporkan ke supervisor.
Limbah sitotoksik dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor, dan
obat tapi juga untuk pencucian tempat urin, tumpahan dan pakaian
pelindung.
8) Cara kimia relatif mudah dan aman meliputi oksidasi oleh kalium
alumunium.
(Kelompok Staf Medis) dan 29 instalasi. Jumlah SDM di RSUP Dr. Sardjito
sebanyak 3015 orang dengan tenaga medis 389 orang, keperawatan 1202
orang, tenaga kesehatan lain 570 orang dan non medis 380 orang. RSUP
Dr.Sardjito menjadi rumah sakit rujukan tertinggi untukdaerah DIY dan Jawa
Tengah bagian Selatan. Rumah sakit yang diresmikan oleh Presiden Soeharto
pada tanggal 8 Februari 1982 ini memiliki visi menjadi rumah sakit
tahun 2019. Adapun misi dari rumah sakit ini adalah memberikan pelayanan
F. Keterangan Empiris
di RSUP Dr. Sardjito dengan menilai kinerja petugas dalam praktek penanganan
2009 diharapkan dapat meminimalisir efek samping dan resiko paparan dari
sediaan sitostatika.