Anda di halaman 1dari 12

TATA LAKSANA PAJANAN DARAH

PASIEN HIV / AIDS


No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tgl Terbit :
Halaman : 1/2

UPTD
PUSKESMAS
dr.Julo Nelma Timisela
JATI WARNA
NIP.19701106 200012 2 003

1. Pengertian Luka tusuk pada petugas, karena alat benda tajam/jarum bekas
pasien HIV/AIDS tanpa disengaja.
2. Tujuan Mencegah resiko penularan dari penderita ke petugas kesehatan yang
berhubungan dengan pekerjaan petugas kesehatan karena luka tusuk akibat benda
tajam/jarum bekas pasien HIV/AIDS.
3. Kebijakan Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Jatiwarna
No.440/SK/13/PKMJTW/I/2018 tentang media komunikasi yang digunakan
untuk menangkap keluhan masyarakat/ sasaran program.
4. Prosedur/ A.Persiapan Alat dan Bahan
Langkah-
1. Nacl 0,9 %
langkah 2. Air Bersih
3. Sabun atau Larutan Antiseptik

B. Langkah-langkah
1. Bila terjadi luka tusuk jangan panik, atasi dengan prosedur dalam waktu 4
jam
2. Segera cuci bagian tubuh yang tertusuk dengan air mengalir dan sabun
atau aniseptik, luka jangan di pencet-pencet
3. Percikan pada mukosa atau kulit segera dibilas dengan guyuran air.
4. Mata di irigasi menggunakan larutan NaCl 0,9%
5. Segera laporkan kepada tim HIV/AIDS dan Tin Pengendali infeksi RS
6. Segera ikuti penatalaksanaan profilaksis pasca pajanan.
C. Hal – hal yang Harus diperhatikan
1. Ketenangan dalam bertindak
2. Cermat dan teliti
6. Unit terkait 1. Apotik
2. Laboratorium
7. Rekaman No Yang Diubah Isi Perubahan Tgl. Mulai Diberlakukan
historis
Perubahan

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN HARAPAN


MASYARAKAT/SASARAN UPAYA KESEHATAN
MASYARAKAT
No.Dokumen : 01/DT/II/2018

No. Revisi : 00
DAFTARTILIK
Tanggal terbit : 05/2/2018
Halaman :1

UPTD
PUSKESMAS dr.Julo Nelma Timisela
NIP.19701106 200012 2 003
JATIWARNA
Unit :……………………………………………………………………….
NamaPetugas : ………………………………………………………………………
Tanggal Pelaksanaan :………………………………………………………………………
NO KEGIATAN YA TIDAK

1. Apakah petugas mengindentifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat/sasaran upaya


kesehatan masyarakat melalui survey :

a. Apakah petugas menyusun kuesioner tentang identifikasi kebutuhan dan


harapan masyarakat/sasaran ?
b. Apakah petugas membagikan kuesioner kepada masyarakat/sasaran ?
c. Apakah masyarakat/sasaran meengisi kuesioner tentang identifikasi kebutuhan
dan harapan masyarakat/sasaran?
d. Apakah kuesioner dikumpulkan ?
e. Apakah petugas mengindentifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat/sasaran ?
f. Apakah petugas membuat rencana kegiatan berdasarkan identifikasi kebutuhan
dan harapan masyarakat/sasaran ?

2. Apakah petugas menerima informasi langsung dari pelanggan :

a. Apakah petugas menerima informasi harapan pelanggan upaya masyarakat


diterima oleh karyawan puskesmas/masyarakat ?
b. Apakah harapan pelanggan di masukkan kedalam rekapan ?
c. Apakah informasi langsung dari pelanggan diterima, baik bicara langsung,
telepon maupun SMS ?
d. Apakah informasi dari pelanggan direkappan dalam rekapan harapan pelanggan
setiap individu ?
e. Apakah informasi harapan pelanggan individu diserahkan kepada
penanggungjawab upaya kesehatan masyarakat ?
f. Harapan pelanggan secara individu direkap kedalam rekapan penanggungjawab
upaya kesehatan ?
Jumlah
Compliance rate ( CR )

Jatiwarna,..................................
Pelaksana Audit

(....................................)
NIP
KONSELING HIV / AIDS

No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tgl Terbit :
Halaman : 1/2

UPTD
PUSKESMAS
dr.Julo Nelma Timisela
JATI WARNA
NIP.19701106 200012 2 003

1. Pengertian Suatu proses konsultasi untuik membantu pasien mempelajari situasi mereka,
mengenali dan melakukan pemecahan masalah
terhadap keterbatasan yang diberikan lingkungan.
2. Tujuan 1. Menyediakan dukungan psikologik.
2. Mencegah penularan HIV.
3. Menyediakan informasi tenteng perilaku beresiko.
4. Membantu mengembangkan keahlian pribadi yang diperlukan untuk
menjalani kebiasaan hidup aman.
5. Memastikan pengobatan yang efektif termasuk pemecahan
masalah dengan menangani isu.
3. Kebijakan Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Jatiwarna

4. Prosedur/ A.Persiapan Alat dan Bahan


Langkah-
1. Leaflet
langkah 2. Ruang konseling
3. Meja dan kursi untuk petugas dan pasien
B. Langkah-langkah
Konseling pencegahan
1. Pemahaman HIV / AIDS dan dampak fisik serta psikososial.
2. Cara penularan dan pencegahan.
3. Pemahaman perilaku hidup sehat.

Konseling Pre test


1. Motivasi pelaksanaan test sukarela.
2. Interpretsi hasil yest meliputi:
- penapisan dan konfirmasi
- tanpa gejala dan gejala nyata.
- Pemahaman infeksi HIV dan dampaknya. HIV tidak
dapat sembuh namun dapat tetap produktif.
- Infeksi opotunistis dapat diobati.

3. Estimasi hasil
- Kesiapan mental emosional penerimaaan hasil
pemeriksaan.
- Mengkaji factor resiko
- Periode jendela.

4. Membuat rencana jika didapatkan hasil.

- Apa yang dilakukan jika hasil positif atau negatif.


- Memperkirakan dukungan dari orang dekat / sekitar
pasien. Membangun pemahaman hidup sehat dan
mendorong perilaku sehat.
Membuat keputusan : melaksanakan test / tidak.

Konseling Pasca test


1. menilai situasi psikososial terkini, mendukung mental emosional
pasien.
2. Menilai pemahaman klien.
3. Membacakan hasil.
4. Mendukung emosi klien, ventilasi dan mendorong klien bicara
lebih lanjut.
5. Manajemen pemecahan masalah : gali masalah, pahami dan
jelaskan pada klien, susun rencana. Membantu membuat rencana
menghadapi kehidupan pasca pemberitahuan hasil dengan
perubahan kearah perilaku sehat.

Konseling menghadapi kematian


1. Pemahaman akan makna hidup.
2. Pemahaman kan makna meninggal duania.
3. Cita-cita yang sudah tercapai.
4. Cita-cita yang belum tercapai.
5. Bagaimana dengan cita-cita yang belum tercapai kepada siapa mau
disampaikan.

Konseling kepatuhan berobat


1. Pemahaman jenis, cara dan proses pengobatan.
2. Pemahaman dampak putus obat.
3. Dukungan untuk mengurangi beban psikologik yang membuat
pasien merasa sakit / cacat / tidak berdaya, tak ada harapan
menghadapi kehidupan karena ia harus meggunakan obat dalam
jangka waktu panjang.

C. Hal – hal yang Harus diperhatikan


1.Tahap penerimaan pasien
2. Respon pasien
3. Kerahasiaan pasien

6. Unit terkait
7. Rekaman No Yang Diubah Isi Perubahan Tgl. Mulai Diberlakukan
historis
Perubahan
PROSEDUR TETAP VOLUNTARY
COUNSELING
AND TESTING (VCT)
No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tgl Terbit :
Halaman : 1/2

UPTD
PUSKESMAS
dr.Julo Nelma Timisela
JATI WARNA
NIP.19701106 200012 2 003

1. Pengertian 1.1 Konseling dan tes sukarela selanjutnya disebut VCT (Voluntary
Counseling and Testing) adalah kegiatan konseling yang bersifat sukarela dan
rahasia antara konselor dari Tim penanggulanggan HIV-AIDS puskesmas
jatiwarna dengan orang yang ingin mengetahui status HIV nya atau
orangyang berisiko tertular HIV.
1.2 Disebut telah menjalani VCT apabila menjalani : konseling pre tes, testing,
dan konseling pasca tes.
1.3 Konseling adalah saran, anjuran, nasehat profesional yang diberikan
kepada seseorang yang mempunyai masalah/problem (oxford Advance Learnes

Dictionary 4th ed).


1.4 Konselor adalah petugas yang memiliki ketrampilan konseling dan
pemahaman akan seluk belik HIV/AIDS.
1.5 Prosedur Pelaksanaan VCT adalah alur pelayanan yang wajib dilalui oleh
semua orang yang akan menjalani VCT di puskesmas jatiwarna.
1.6 Tempat melaksanakan VCT adalah poli VCT

2. Tujuan Tujuan pembuatan protap ini :


1. Sebagai acuan bagi petugas medis & non medis di puskesmas
jatiwarna dalam pelaksanaan VCT.

2. Sebagai acuan bagi orang yang akan menjalani tes HIV.

3. Sebagai pedoman pelaksanaan pemeriksaan tes HIV di puskesmas


jatiwarna.
Tujuan pelaksanaan VCT adalah :
- Membantu terduga HIV dan atau ODHA untuk melakukan perubahan
perilaku ke arah perilaku lebih sehat dan aman melalui:
a.Memberikan dukungan psikologis bagi pasien & keluarga.
b. Mencegah penularan HIV dengan
- menyampaikan informasi tentang perilaku berisiko
- membantu mengembangkan keahliab pribadi yang diperlukan
untuk mendukung perilaku hidup sehat.
- Memastikan pengobatan yang efektif sedini mungkin
termasuk alternatif pemecahan berbagai masalah.
3. Kebijakan Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Jatiwarna
No.440/SK/13/PKMJTW/I/2018 tentang media komunikasi yang digunakan
untuk menangkap keluhan masyarakat/ sasaran program.
4. Prosedur/ 1. Klien atau pasien yang akan menjalani VCT baik datang sendiri atau
Langkah-
dikirim oleh petugas medis terlebih dahulu mendaftar di tempat
langkah
pendaftaraan
2. Klien/Pasien menjalani konseling.
3. Apabila setuju untuk diperiksa tes HIV, klien/pasien
menandatangani Informed Consent yang disediakan
4. Klien menjalani tes di laboratorium .
5. Untuk pembukaan hasil tes anti HIV, klien/pasien menjalani konseling
pasca tes.
6. Bagi pasien yang belum setuju untuk menjalani tes pada saat itu
dianjurkan untuk kunjungan ulang pada waktu yang
7. disepakati.

6. Dokumen 1. Modul Pelatihan Deteksi Dini, Pencegahan, dan Penanggulangan


terkait HIV/AIDS Pada Peremupan Tahun 2011.
2. Formulir Informed Consent Puskesmas Jatiwarna
3. Formulir Laporan Pajanan Puskesmas Jatiwarna
7. Rekaman No Yang Diubah Isi Perubahan Tgl. Mulai Diberlakukan
historis
Perubahan
PROSEDUR TETAP PROVIDER
INITIATED TESTING AND
COUNSELING (PITC)
PUSKESMAS JATIWARNA
No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tgl Terbit :
Halaman : 1/2

UPTD
PUSKESMAS
dr.Julo Nelma Timisela
JATI WARNA
NIP.19701106 200012 2 003

1. Pengertian 1.1 PITC (Provider Initiated Testing and Counseling) adalah testing dan
konseling yang diinisiasi oleh petugas kesehatan untuk kepentingan :
1. Diagnostik (Diagnostic testing)
2. Tawaran Rutin(Routine Offer)
VCT (Voluntary Counseling and Test) adalah kegiatan konseling yang bersifat
sukarela dan rahasia antara konselor dan Tim Penanggulangan HIV-AIDS
PUSKESMAS JATIWARNA dengan orang yang ingin mengetahui status HIV
nya atau dengan orang yang berisiko.
2. Tujuan Tujuan pembuatan Protap ini adalah :
1. Untuk dapat dipakai sebagai acuan bagi petugas medis yang akan
melaksanakan PITC.
2. Untuk diketahui oleh segenap petugas kesehatan tentang pelaksanaan
PITC.
Tujuan PITC adalah :
1. Untuk memeperluas cakupan VCT di lingkungan pelayanan medis
PUSKESMAS JATIWARNA
2. Agar setiap dokter di lingkungan PUSKESMAS JATIWARNA dapat
mengawali/menginisiasi testing, untuk kemudian dilanjutkan dengan
VCT.
3. Untuk dapat mendeteksi lebih dini status HIV pasien.
3. Kebijakan Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Jatiwarna
No.440/SK/13/PKMJTW/I/2018 tentang media komunikasi yang digunakan
untuk menangkap keluhan masyarakat/ sasaran program.
4. Prosedur/ - Dokter atau tenaga kesehatan yang memeriksa pasien menawarkan
Langkah- pemeriksaan tes HIV kepada pasien,
- Dokter memberikan informasi singkat tentang HIV dan alasan menjalani tes.
langkah
- Apabila pasien setuju untuk diperiksa maka pasien menandatangani
persetujuan tes pada informed concent.
- Kalau pasien tidak setuju, dianjurkan untuk menjalani VCT.
- Bagi pasiean yang setuju, diambil darahnya kemudian dibawa ke
laboratorium.
- Setelah hasil pemeriksaan laboratorium selesai,dokter atau tenaga kesehatan
yang memeriksa meminta konselor untuk melakukan konseling pembukaan
hasil pemeriksaan laboratorium kepada pasien.
Konselor boleh dokter yang bersangkutan atau tenaga kesehatan yang
telah dilatih.
6. Dokumen 1. Pedoman Pelayanan Konseling dan Testing HIV/AIDS Secara Sukarela,
Terkait Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
2. Modul PITC.WHO 2006.
3. Prosedur Tetap Pelaksanaan VCT di PUSKESMAS JATIWARNA.
4. Protap
PELAYANAN KONSELING PASCATES
DI KLINIK VCT
No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tgl Terbit :
Halaman : 1/2

UPTD
PUSKESMAS
dr.Julo Nelma Timisela
JATI WARNA
NIP.19701106 200012 2 003

1. Pengertian Pelayanan yang diberikan kepada klien yang beresiko tinggi


terkena HIV.
2. Tujuan 1. Klien mendapatkan hasil pemeriksaan test HIV dengan penjelasan
implikasinya dari Konselor.
2. Klien mendapatkan dukungan sesuai dengan hasil tes.
Klien mendapat dukungan tindak lanjut.
3. Kebijakan Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Jatiwarna
No.440/SK/13/PKMJTW/I/2018 tentang media komunikasi yang digunakan
untuk menangkap keluhan masyarakat/ sasaran program.
4. Prosedur/ Alat dan bahan :
Langkah- 1. Ruangan sesuai standar (nyaman untuk 2 atau 3 orang
2. 1 meja dan 2 kursi yang diatur menurut huruf L
langkah
3. Lemari file yang dapat dikunci
4. Lampu/penerangan yang cukup
5. Sirkulasi udara yang baik dan cukup
6. Alat peraga yang minimal terdiri dari ; leaflet kesehatan tentang IMS
dan HIV/AIDS, dildo, kondom, poster,
stiker, alat peraga jarum suntik.
7. Buku registrasi
8. Formulir konseling yang di tes
9. Formulir hasil testing dari laboratorium
10. Formulir rujukan ke manajer kasus
11. Ceklis konseling post test
12. Alat tulis, kalender
13. Tissue, tempat sampah
Konseling pasca tes:
1. Konselor memanggil klien (dengan menyebutkan nomor
registrasi) dan mempersilahkan masuk ruangan.
2. Konselor memperhatikan komunikasi non verbal saat
klien memasuki ruang konseling
3. Konselor mengkaji ulang secara singkat dan
menanyakan keadaan umum pasien
4. Konselor memperlihatkan amplop hasil tes yang masih
tertutup kepada klien.
5. Konselor menanyakan kesiapan klien untuk menerima
hasil tes
- Apabila klien menyatakan sudah siap/sanggup menerima hasil tes,
maka Konselor menawarkan kepada klien untuk membuka amplop
bersama
Konselor.
- Apabila klien menyatakan belum siap, Konselor memberikan
dukungan kepada klien untuk menerima hasil dan beri waktu
sampai klien
menyatakan dirinya siap.
6. Konselor membuka amplop dan menyampaikan secara
lisan hasil testing HIV.
7. Konselor memberi kesempatan klien membaca hasilnya.
8. Sediakan waktu yang cukup untuk menyerap informasi
tentang hasil
Bila hasil positif:
1. Konselor menjelaskan dengan tenang arti hasil testing
2. Konselor memberikan kesempatan pada klien untuk
mengendalikan emosinya dan memfasilitasi penyelesaian
masalah
3. Setelah pasien cukup tenang , dan konseling dapat
dilanjutkan, kemudian Konselor menjelaskan beberapa informasi:
- Pengobatan ARV
- Kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual
- Menawarkan konseling pasangan
4. Konselor menawarkan secara rutin klien mengikuti
pemeriksaan IMS dan manfaatnya.
5. Untuk klien perempuan terdapat fasilitas layanan pemeriksaan
kehamilan dan rencana penggunaan alat
kontrasepsi bagi laki-laki dan perempuan.
6. Memotivasi agar datang ke klinik untuk evaluasi awal
secara medis.
7. Konselor dan klien menyepakati waktu kunjungan berikutnya, jika klien
pada saat yang ditentukan klien tidak bisa hadir, disarankan untuk
menghubungi
Konselor untuk perjanjian berikutnya.
8. Konselor memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya
mengenai hal-hal yang belum diketahui dan
memotivasi untuk didampingi MK.
9. Jika tidak ada pertanyaan, sesi konseling ditutup dan
Konselor mengisi form pasca konseling.
Bila hasil negatif:
1. Konselor mendiskusikan kemungkinan klien masih
berada dalam periode jendela.
2. Konselor membuat kesimpulan dan gali lebih lanjut
berbagai hambatan.
3. Konselor memastikan klien paham dengan hasil tes dan
pengertian periode jendela.
4. Menjelaskan kebutuhan untuk tes ulang dan pelayanan
VCT bagi pasangan.
5. Menjelaskan upaya penurunan resiko yang dapat
dilakukan.
6. Konselor memberikan kesempatan kepada klien untuk
bertanya tentang hal yang belum diketahuinya.
7. Konselor memotivasi klien agar bersedia didampingi MK (Manajer
Kasus) untuk mempertahankan perilaku
yang aman.
8. Apabila tidak ada pertanyaan, sesi konseling ditutup dan Konselor
membuat perjanjian untuk kunjungan berikutnya. Konselor mengisi
form pasca konseling.
6. Unit Terkait - Dokter konsultan HIV/AIDS
- Poliklinik VCT

Anda mungkin juga menyukai