OKSIGENASI
Disusun oleh:
MAIMUNATUZAHRO ALMUNAWAROH
NIM 1708486
A. Pengertian
Oksigenasi adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh.
Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 setiap kali bernapas.
Masuknya oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi kardiovaskuler
dan keadaan hematologi.
(Wartonah, Tarwoto 2013)
Perawat seringkali menemukan klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan
oksigennya. Pemenuhan kebutuhan oksigen dapat dilakukan dengan pemberian
oksigen dengan menggunakan kanula dan masker, fisioterapi dada ,dan cara
penghisapan lendir(suction). Tujuan pemberian oksigenasi adalah : untuk
mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan, untuk menurunkan kerja paru-
paru dan untuk menurunkan kerja jantung.
(Perry P. 2011)
B. Etiologi
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penyebab klien mengalami gangguan
oksigenasi, sebagai berikut:
1. Gangguan jantung, meliputi : ketidakseimbangan jantung meliputi
ketidakseimbangan konduksi, kerusakan fungsi valvular, hipoksia miokard,
kondisi-kondisi kardiomiopati, dan hipoksia jaringan perifer.
2. Gangguan pernapasan meliputi hiperventilasi, hipoventilasi dan hipoksia.
Penyampaian O 2 ke jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi sistem respirasi,
kardiovaskuler dan keadaan hematologis. Adanya kekurangan O 2 ditandai
dengan keadaan hipoksia, yang dalam proses lanjut dapat menyebabkan
kematian jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan.
3. Kapasitas darah untuk membawa oksigen.
4. Faktor perkembangan.
5. Perilaku atau gaya hidup
D. Klasifikasi
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan, yaitu
ventilasi, difusi, dan transportasi.
1. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke
dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain:
a. Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi
tempat, maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya,
semakin rendah, maka tempat tekanan udara semakin tinggi.
b. Adanya kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan
ekspansi atau kembang kempis.
c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas
berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf
otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi
schingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat
mcnycbabkan kontriksi sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi atau
proses penyempitan.
d. Adanya refleks batuk dan muntah.
Adanya peran mukus siliaris sebagai penangkal benda asing yang
mengandung interveron dan dapat mengikat virus. Pengaruh proses ventilasi
selanjutnya adalah complience recoil. Complience yaitu kemampuan paru
untuk mengembang yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu adanya
surfaktan pada lapisan alveoli vang berfungsi untuk menurunkan tegangan
permukaan dan adanva sisa udara yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps
dan gangguan toraks. Surfaktan diproduksi saat terjadi peregangan sel
alveoli, dan disekresi saat pasien menarik napas, sedangkan recoil adalah
kemampuan untuk mengeluarkan CO2 atau kontraksi menyempitnya paru.
Apabila complience baik akan tetapi recoil terganggu maka CO2 tidak dapat
di keluarkan secara maksimal. Pusat pernapasan yaitu medulla oblongata dan
pons dapat memengaruhi proses ventilasi, karena CO2 memiliki kemampuan
merangsang pusat pernapasan. Peningkatan CO2, dalam batas 60 mmHg
dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan dan bila paCO, kurang dari
sama dengan 80 mmHg maka dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan.
2. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler
paru dan CO2, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
a. Luasnya permukaan paru.
b. Tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial keduanya ini dapat memengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan.
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O 2 hal ini dapat terjadi sebagaimana O 2,
dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2, dalam rongga
alveoli lebih tinggi dari tekanan O 2, da1am darah vena pulmonalis, (masuk
dalam darah secara berdifusi) dan paCOJ dalam arteri pulmonalis juga akan
berdifusi ke dalam alveoli.
d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.
3. Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke
jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, akan
berikatan dengan Hb membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma
(3%), sedangkan C02 akan berikatan dengan Hb membentuk
karbominohemoglobin (30%), dan larut dalam plasma (50%), dan sebagian
menjadi HC03 berada pada darah (65%).
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya:
a. Kardiac output
Merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah, normalnya 5 liter per
menit. Dalam kooondisi patologi yang dapat menurunkan cardiac output
( misal pada kerusakan otot jantung, kehilangan darah ) akan mengurangi
jumlah oksigen yang dikirm ke jaringan. Umumnya, jantung
mengkompensasi dengan menambahkan rata-rata pemompaannya untuk
meningkatkan transport oksigen.
b. Kondisi pembuluh darah, latihan, dan lain-lain.
Secara langsung berpengaruh terhadap transpot oksigen. Bertambahnya
latihan menyebabkan peningkatan transport O2 ( 20 x kondisi normal ),
meningkatkan cardiac uotput dan penggunaan O2 oleh sel.
E. Patofisilogi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke
paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat
tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda
asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari
alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran
gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi
seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard
juga dapat mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2012).
F. Pathway
Obstruksi dispneu yang disebabkan oleh berbagai etiologi
I. Komplikasi
Pemberian O2 bukan hanya memberikan efek terapi tetapi juga dapat menimbulkan
efek merugikan, antara lain :
1. Kebakaran
O2 bukan zat pembakar tetapi O2 dapat memudahkan terjadinya kebakaran,
oleh karena itu klien dengan terapi pemberian O2 harus menghindari :
Merokok, membuka alat listrik dalam area sumber O2, menghindari
penggunaan listrik tanpa “Ground”.
2. Depresi Ventilasi
Pemberian O2 yang tidak dimonitor dengan konsentrasi dan aliran yang
tepat pada klien dengan retensi CO2 dapat menekan ventilasi.
3. Keracunan O2
Dapat terjadi bila terapi O2 yang diberikan dengan konsentrasi tinggi dalam
waktu relatif lama. Keadaan ini dapat merusak struktur jaringan paru
seperti atelektasi dan kerusakan surfaktan. Akibatnya proses difusi
di paru akan terganggu.
(Harahap, 2010)
J. Pengkajian
Pengkajian keperawatan tentang fungsi kardiopulmonar klien harus mencakup :
1. Riwayat keperawatan harus berfokus pada kemampuan klien dalam memenuhi
kebutuhan oksigen. Riwayat keperawatan untuk mengkaji fungsi keperawatan.
a. Keletihan
Keletihan merupakan sensasi subjektif, yaitu klien melaporkan
bahwa ia kehilangan daya tahan.
b. Dispnea
Merupakan tanda klinis hipoksia dan termanifestasi dengan sesak
napas. Dispnea merupakan sensasi subjektif pada pernapasan yang sulit
dan tidak nyaman.
c. Batuk
Batuk merupakan pengeluaran udara dari paru-paru yang tiba-tiba
dan dapat didengar.
d. Mengi
Mengi disebabkan oleh gerakan udara berkecepatan tinggi melalui
jalan nafas yng sempit.
e. Nyeri
Nyeri jantung tidak menyertai variasi pernapasan. Nyeri ini paling
sering terjadi di sisi kiri dada dan menyebar. Nyeri pericardium,
merupakan akibat inflamasi kantong perikardium, biasanya tidak
menyebar dan dapat terjadi saat inspirasi.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengkaji tingkat oksigenasi
jaringan klien yang meliputi evaluasi keseluruhan sistem kardiopulmonar.
a. Inspeksi
- Warna membran mukosa
- Penampilan umum
- Tingkat kesadaran
- Keadekuatan sirkulasi sistemik
- Pola pernapasan
- Gerakan dinding dada.
b. Palpasi
d. Auskultasi
- Auskultasi sistem kardiovaskuler meliputi : pengkajian dalam
mendeteksi bunyi S1 dan S2 normal/tidak normal, bunyi murmur,
serta bunyi gesekan. Auskultasi juga digunakan untuk
mengidentifikasi bunyi bruit di atas arteri karotis, aorta abdomen,
dan arteri femoral.
- Auskultasi bunyi paru dilakukan dengan mendengarkan gerakan
udara disepanjang lapangan paru. Suara napas tambahan terdengar,
jika suatu daerah paru mengalami kolaps, terdapat cairan atau
terjadi obstruksi.
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. EKG, menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung, mendeteksi
transmisi impuls dan posisi listrik jantung.
b. Pemeriksaan stres latihan, digunakan untuk mengevaluasi respond jantung
terhadap stres fisik. Pemeriksaan ini memberiakn informasi tentang
respond miokard terhadap peningkatan kebutuhan oksigen dan
menentukan keadekuatan aliran darah koroner.
c. Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi ;
pemeriksaan fungsi paru, BGA.
4. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan imobilisasi
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penurunan
tingkat kesadaran
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pemasukann oksigen yang
tidak adekuat.
5. Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan
Keperawatan ( NOC ) (NIC )
(NANDA)
1 Ketidakefektifan Pola Setelah dilakukan asuhan NIC label : Airway Management
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddart. 2012. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Perry P. 2011. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4.
EGC. Jakarta
Harahap A. 2010. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../keperawatan ikhsanuddin2.pdf.
Diperoleh 19 Maret 2018
Nanda. 2011. Diagnose Keperawatan. Jakarta : Prima Medika
Tarwoto, W. 2013. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi 3. Jakarta:
Salemba Mardika.