LAPORAN PENDAHULUAN
PASIEN DENGAN KISTA OVARI DI RUANG NIFAS
RSD dr. SOEBANDI JEMBER
Oleh:
Muhammad Fachrillah Iskandar Arifin, S.Kep
NIM 132311101015
B. PERIODE
Masa nifas dibagi dalam 3 periode:
1. Early post partum
Dalam 24 jam pertama.
2. Immediate post partum
Minggu pertama post partum.
3. Late post partum
Minggu kedua sampai dengan minggu keenam.
- Vagina
Nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran seperti tidak
hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar, produksi mukus normal
dengan ovulasi.
- Perineum
Episiotomi
Penyembuhan dalam 2 minggu.
Laserasi
TK I : Kulit dan strukturnya dari permukaan s/d otot
TK II : Meluas sampai dengan otot perineal
TK III : Meluas sampai dengan otot spinkter
TK IV : melibatkan dinding anterior rektal
b. Payudara
Payudara membesar karena vaskularisasi dan engorgement (bengkak karena
peningkatan prolaktin pada hari I-III). Pada payudara yang tidak disusui,
engorgement akan berkurang dalam 2-3 hari, puting mudah erektil bila
dirangsang. Pada ibu yang tidak menyusui akan mengecil pada 1-2 hari.
c. Sistem Endokrin
- Hormon Plasenta
HCG (-) pada minggu ke-3 post partum, progesteron plasma tidak terdeteksi
dalam 72 jam post partum normal setelah siklus menstruasi.
- Hormon pituitari
Prolaktin serum meningkat terjadi pada 2 minggu pertama, menurun sampai
tidak ada pada ibu tidak menyusui FSH, LH, tidak ditemukan pada minggu I
post partum.
d. Sistem Kardiovaskuler
- Tanda-tanda vital
Tekanan darah sama saat bersalin, suhu meningkat karena dehidrasi pada
awal post partum terjadi bradikardi.
- Volume darah
Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4 minggu
Persalinan normal : 200 – 500 cc, sesaria : 600 – 800 cc.
- Perubahan hematologik
Ht meningkat, leukosit meningkat, neutrophil meningkat.
- Jantung
Kembali ke posisi normal, COP meningkat dan normal 2-3 minggu.
e. Sistem Respirasi
Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit, keseimbangan asam-basa
kembali setelah 3 minggu post partum.
f. Sistem Gastrointestinal
- Mobilitas lambung menurun sehingga timbul konstipasi.
- Nafsu makan kembali normal.
- Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg.
g. Sistem Urinaria
- Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus urinarius terjadi karena
trauma.
- Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12 jam.
- Fungsi kembali normal dalam 4 minggu.
h. Sistem Muskuloskeletal
Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan saat hamil. Diastasis
rekti 2-4 cm, kembali normal 6-8 minggu post partum.
i. Sistem Integumen
Hiperpigmentasi perlahan berkurang.
j. Sistem Imun
Rhesus incompability, diberikan anti RHO imunoglobin.
Pathways
Post partum fisiologis
Psikologis Episiotomi
( insisi )
Tak terpenuhi
Fase taking hold Luka jahitan
perinium
Kelemahan fisik
Fase fetinggo
Perubahan pola
peran
ASUHAN KEPERAWATAN
POST PARTUM FISIOLOGIS
A. PENGKAJIAN
A. Pemeriksaan Fisik
1. Monitor Keadaan Umum Ibu
- Jam I : tiap 15 menit, jam II tiap 30 menit
- 24 jam I : tiap 4 jam
- Setelah 24 jam : tiap 8 jam
2. Monitor Tanda-tanda Vital
3. Payudara
Produksi kolustrum 48 jam pertama.
4. Uterus
Konsistensi dan tonus, posisi tinggi dan ukuran.
5. Insisi SC
Balutan dan insisi, drainase, edema, dan perubahan warna.
6. Kandung Kemih dan Output Urine
Pola berkemih, jumlah distensi, dan nyeri.
7. Bowel
Pergerakan usus, hemoroid dan bising usus.
8. Lochea
Tipe, jumlah, bau dan adanya gumpalan.
9. Perineum
Episiotomi, laserasi dan hemoroid, memar, hematoma, edema, discharge dan
approximation. Kemerahan menandakan infeksi.
10. Ekstremitas
Tanda Homan, periksa redness, tenderness, warna.
11. Diagnostik
Jumlah darah lengkap, urinalisis.
B. Perubahan Psikologis
1. Peran Ibu meliputi:
Kondisi Ibu, kondisi bayi, faktor sosial-ekonomi, faktor keluarga, usia ibu,
konflik peran.
2. Baby Blues:
Mulai terjadinya, adakah anxietas, marah, respon depresi dan psikosis.
3. Perubahan Psikologis
a. Perubahan peran, sebagai orang tua.
b. Attachment yang mempengaruhi dari faktor ibu, ayah dan bayi.
c. Baby Blues merupakan gangguan perasaan yang menetap, biasanya pada hari
III dimungkinkan karena turunnya hormon estrogen dan pergeseran yang
mempengaruhi emosi ibu.
4. Faktor-faktor Risiko
a. Duerdistensi uterus
b. Persalinan yang lama
c. Episiotomi/laserasi
d. Ruptur membran prematur
e. Kala II persalinan
f. Plasenta tertahan
g. Breast feeding
B. PEMERIKSAAN KEPERAWATAN
1. Gangguan integritas jaringan b.d. episiotomi, laserasi.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d. episiotomi.
3. Resiko tinggi infeksi b.d. gangguan integritas kulit.
4. Gangguan pola tidur b.d. ketidaknyamanan fisik, kebutuhan minum anak.
5. Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. peningkatan
kebutuhan untuk menyusui.
6. Resiko tinggi konstipasi b.d. ketidaknyamanan perineal dan peristaltik yang lemah.
7. Resiko tinggi gangguan eliminasi urine: retensi urine b.d. edema pemeal, trauma
perineal.
8. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d. kehilangan darah,
penurunan intake oral.
9. Cemas b.d. kurangnya pengetahuan tentang perawatan bayi/ibu, kondisi bayi/ibu.
10. Resiko tinggi perubahan ikatan/peran b.d. konflik tentang bayinya.
C. RENCANA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d. episiotomi, laserasi.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam nyeri berkurang.
KH :
- Klien menyatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3-4.
- Klien tampak rileks, ekspresi wajah tidak tegang, klien bisa tidur nyaman.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal:
Suhu 36-37 C, N 60-100 x/menit, R 16-24 x/menit, TD 120/80 mmHg.
Intervensi
- Tentukan adanya lokasi dan sifat serta skala nyeri.
- Inspeksi perbaikan perineum, dan episiotomi.
- Perhatikan adanya tanda REEDA.
- Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi (teknik napas panjang dan dalam,
mengalihkan perhatian).
- Monitor tanda-tanda vital.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah lengkap
Hb, Ht, Leukosit, trombosit.
Urine lengkap
KISTA OVARIUM
A. DEFINISI
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh di mana
saja dan jenisnya bermacam-macam (Jacoeb, 2007). Kista adalah suatu bentukan yang
kurang lebih bulat dengan dinding tipis, berisi cairan atau bahan setengah cair (Soemadi,
2006). Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada
indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam
selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium ( Agusfarly, 2008). Kista
ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada ovarium yang membentuk
seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari
pengaruh hormonal dengan siklus mentsruasi. (Lowdermilk, dkk. 2005)
1. Kista non neoplasma. Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon esterogen dan
progresterone diantaranya adalah :
a. Kista non fungsional. Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang
berkurang di dalam korteks.
b. Kista fungsional
c. Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi ruptur atau folikel yang
tidak matang direabsorbsi cairan folikuler di antara siklus menstruasi. Banyak terjadi
pada wanita yang menarche kurang dari 12 tahun.
d. Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi progesterone setelah
ovulasi.
e. Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG terdapat pada mola
hidatidosa.
f. Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang menyebabkan
hiperstimuli ovarium.
2. Kista neoplasma
a. Kistoma ovarii simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum yang kehilangan
epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista.
b. Kistodenoma ovarii musinoum. Asal kista ini belum pasti, mungkin berasal dari suatu
teratoma yang pertumbuhanya I elemen mengalahkan elemen yang lain
c. Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan ovarium (Germinal
ovarium)
d. Kista Endrometreid. Belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya dengan
endometroid
e. Kista dermoid. Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis
C. ETIOLOGI
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang
nantinya akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium,tipe folikuler
merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan. Kista jenis ini terbentuk oleh karena
pertumbuhan folikel ovarium yang tidak terkontrol. Folikel adalah suatu rongga cairan yang
normal terdapat dalam ovarium. Padakeadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini
akan terbuka saat siklus menstruasiuntuk melepaskan sel telur. Namun pada beberapa kasus,
folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan carian yang nantinya akan menjadi
kista.Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa darah yang keluar akibatdari perlukaan
yang terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium. Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi
oleh jaringan abnormal tubuh seperti rambut dan gigi.Kista jenis ini disebut dengan Kista Dermoid.
Pathway
E. TANDA DAN GEJALA
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit nyeri
yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang menjadi besar dan
menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja
karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul,
kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium.
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh
Anda untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala berikut mungkin muncul bila
anda mempunyai kista ovarium :
2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung
bawah dan paha.
5. Nyeri sanggama
6. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil.
Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan kesehatan segera:
Kista Ovarium
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemastian diagnosis untuk kista ovarium dapat dilakukan dengan pemeriksaan:
1. Ultrasonografi (USG)
Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer) digunakan untuk mengirim
dan menerima gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound) yang menembus bagian
panggul, dan menampilkan gambaran rahim dan ovarium di layar monitor. Gambaran
ini dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk memastikan keberadaan kista,
membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista cairan atau padat.
Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi material padat memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut.
2. Laparoskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui pembedahan
kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium, menghisap cairan dari kista atau
mengambil bahan percontoh untuk biopsi.
3. Hitung darah lengkap
Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan kiste ovarii yang besar biasanya adalah pengangkatan melalui tindakan
bedah. Jika ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh cairan atau fisiologis
pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas
ovarium dan menghilangkan kiste.
Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan perawatan
pembedahan abdomen. Penurukan tekanan intraabdomen yang diakibatkan oleh
pengangkatan kiste yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat,
komplikasi ini dapat dicegah dengan pemakaian gurita abdomen yang ketat.
I. KOMPLIKASI
Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya kanker
ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker masih belum jelas namun
dianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk melakukan skrining atau deteksi
dini terhadap kemungkinan terjadinya kanker ovarium.
Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral terutama yang
berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila seorang wanita usia subur
menggunakan metode konstrasepsi ini dan kemudian mengalami keluhan pada siklus
menstruasi, lebih baik segera melakukan pemeriksaan lengkap atas kemungkinan terjadinya
kanker ovarium.
J. PENGAKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat, serta data
penanggung jawab
2. Keluhan klien saat masuk rumah sakit
Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa di daerah abdomen,
menstruasi yang tidak berhenti-henti.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri pada daerah abdomen bawah, ada
pembengkakan pada daerah perut, menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual dan
muntah.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Sebelumnya tidak ada keluhan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Kista ovarium bukan penyakit menular/keturunan.
d. Riwayat perkawinan
Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh terhadap timbulnya kista ovarium.
4. Riwayat kehamilan dan persalinan
Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi untuk
tumbuh/tidaknya suatu kista ovarium.
5. Riwayat menstruasi
Klien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea dan bahkan sampai
amenorhea.
6. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara sistematis.
a. Kepala
1. Hygiene rambut
2. Keadaan rambut
b. Mata
1. Sklera : ikterik/tidak
2. Konjungtiva : anemis/tidak
3. Mata : simetris/tidak
c. Leher
1. pembengkakan kelenjer tyroid
2. Tekanan vena jugolaris.
d. Dada
Pernapasan
1. Jenis pernapasan
2. Bunyi napas
3. Penarikan sela iga
e. Abdomen
1. Nyeri tekan pada abdomen.
2. Teraba massa pada abdomen.
f. Ekstremitas
1. Nyeri panggul saat beraktivitas.
2. Tidak ada kelemahan.
g. Eliminasi, urinasi
1. Adanya konstipasi
2. Susah BAK
7. Data Sosial Ekonomi
Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan berbagai tingkat umur,
baik sebelum masa pubertas maupun sebelum menopause.
8. Data Spritual
Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan kepercayaannya.
9. Data Psikologis
Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana ovarium sebagai
penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium tersebut sementara pada klien dengan
kista ovarium yang ovariumnya diangkat maka hal ini akan mempengaruhi mental klien
yang ingin hamil/punya keturunan.
10. Pola kebiasaan Sehari-hari
Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam aktivitas, dan tidur
karena merasa nyeri
11. Pemeriksaan Penunjang
Data laboratorium
a. Pemeriksaan Hb
b. Ultrasonografi. Untuk mengetahui letak batas kista.
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Preoperasi
a. Nyeri kronis b/d ageninjuri biologi
b. Cemas b/d diagnosis dan rencana pembedahan
c. PK perdarahan
2. Post operasi
a. Nyeri akut b/d agen injuri fisik
b. Resiko infeksi b/d tindakan invasif dan pembedahan
c. Deficit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan)
L. RENCANA KEPERAWATAN
Pre Operasi
RENCANA KEPERAWATAN
DIANGOSA
NO KEPERAWATAN DAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KOLABORASI
1. Nyeri akut b.d agen injuri Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pain Management
biologi selama 3x24 jam diharapkan nyeri pasien
berkurang 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
NOC : lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
Pain Level, presipitasi
Pain control, 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Comfort level 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
Kriteria Hasil : pengalaman nyeri pasien
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab 4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
nyeri, mampu menggunakan tehnik 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, 6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
mencari bantuan) ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
Melaporkan bahwa nyeri berkurang 7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dengan menggunakan manajemen nyeri dukungan
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, 8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
frekuensi dan tanda nyeri) suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
berkurang 10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
Tanda vital dalam rentang normal farmakologi dan inter personal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
2. Kecemasan bd diagnosis Setelah dilakukan asuhan keperawatan NIC :
dan pembedahan selama 3x 24 jam diharapakan cemasi Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
terkontrol 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
NOC : 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
Anxiety control 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
Coping prosedur
Kriteria Hasil : 4. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi
Klien mampu mengidentifikasi dan takut
mengungkapkan gejala cemas 5. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan
Mengidentifikasi, mengungkapkan dan prognosis
menunjukkan tehnik untuk mengontol 6. Dorong keluarga untuk menemani anak
cemas 7. Lakukan back / neck rub
Vital sign dalam batas normal 8. Dengarkan dengan penuh perhatian
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh 9. Identifikasi tingkat kecemasan
dan tingkat aktivitas menunjukkan 10. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
berkurangnya kecemasan 11. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi
12. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
13. Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
3. PK: Perdarahan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Monitor tanda-tanda perdarahan gastrointestinal
selama 3x24 jam diharapakan pasien 2. Awasi petheciae, ekimosis, perdarahan dari suatu tempat
menunjukkan perdarahan dapat 3. Monitor vital sign
diminimalkan 4. Catat perubahan mental
5. Hindari aspirin
6. Awasi HB dan factor pembekuan
7. Berikan vitamin tambahan dan pelunan feses
Post Operasi
RENCANA KEPERAWATAN
DIANGOSA
NO KEPERAWATAN DAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KOLABORASI
1. Nyeri akut b.d agen injuri Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pain Management
fisik selama 3x24 jam diharapkan nyeri pasien
berkurang 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
NOC : lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
Pain Level, presipitasi
Pain control, 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Comfort level 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
Kriteria Hasil : pengalaman nyeri pasien
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab 4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
nyeri, mampu menggunakan tehnik 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, 6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
mencari bantuan) ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
Melaporkan bahwa nyeri berkurang 7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dengan menggunakan manajemen nyeri dukungan
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, 8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
frekuensi dan tanda nyeri) suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
berkurang 10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
Tanda vital dalam rentang normal farmakologi dan inter personal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
2. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan asuhan keperawatan Infection Control (Kontrol infeksi)
penurunan pertahanan selama 3x 24 jam diharapakan infeksi 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
primer terkontrol 2. Pertahankan teknik isolasi
NOC : 3. Batasi pengunjung bila perlu
Immune Status 4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
Knowledge : Infection control berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
Risk control 5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
Kriteria Hasil : 6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
Mendeskripsikan proses penularan 8. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
penyakit, factor yang mempengaruhi 9. Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai
penularan serta penatalaksanaannya, dengan petunjuk umum
Menunjukkan kemampuan untuk 10. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung
mencegah timbulnya infeksi kencing
Jumlah leukosit dalam batas normal 11. Tingktkan intake nutrisi
Menunjukkan perilaku hidup sehat 12. Berikan terapi antibiotik bila perlu
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, E. Marilyn, Rencana Perawatan Maternal/Bayi, Edisi 2, 2001, EGC,
Jakarta.